BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 2.1.1 Teori Upah II.pdf · 2.1.1 Teori Upah Menurut...
-
Upload
truongkiet -
Category
Documents
-
view
236 -
download
0
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 2.1.1 Teori Upah II.pdf · 2.1.1 Teori Upah Menurut...
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep dan Definisi
2.1.1 Teori Upah
Menurut pasal 1 ayat 30 undang-undang 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan (Maimun, 2004), upah adalah hak pekerja atau buruh yang
diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau
pemberi pekerja kepada pekerja atau buruh, yang ditetapkan dan dibayarkan
menurut suatu perjanjian kerja, kesempatan atau peraturan perundangan yang
berlaku, termasuk tunjangan bagi pekerja atau buruh dan keluarganya atas suatu
pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan.
Berdasarkan definisi di atas, dapat dikatakan bahwa:
1) Upah adalah hak pekerja atau buruh sebagai imbalan dari pengusaha atau
pemberi kerja atas suatu pekerjaan dan jasa yang telah dilakukan.
2) Upah yang telah diterima oleh pekerja atau buruh harus dinyatakan dengan
uang.
3) Upah yang dibayarkan sesuai dengan perjanjian kerja, kesepakatan, atau
peraturan perundang-undangan.
4) Tunjagan bagi pekerja atau buruh dan keluarganya merupakan komponen dari
upah
15
2.1.2 Upah Minimum
Pemerintah menetapkan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup
layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Upah
minimum terbagi atas:
1) Upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten kota. Besar upah
ini tiap wilayah provinsi atau kabupaten atau kota tidak sama, tergantung nilai
kebutuhan hidup minimum (KHM) di daerah yang bersangkutan. Setiap
kabupaten atau kota tidak boleh menetapkan upah minimum dibawah upah
minimum di provinsi yang bersangkutan.
2) Upah minimum berdasarkan sektor atau sub sector pada wilayah provinsi atau
kabupaten atau kota
Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01/MEN/1989 pada pasal 1 huruf
(a) tentang pengertian upah minimum (Maimun, 2004) disebutkan bahwa upah
minimum adalah upah pokok ditambah tunjangan tetap. Komposisi upah pokok
serendah-rendahnya 75 persen dari upah minimum.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Upah
Heidjerachman Ranupanjodo dan Suad Husnan (1990), mengemukakan
faktor penting yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat upah adalah:
1) Penawaran dan Pemintaan tenaga kerja
Untuk pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan tinggi dan jumlah tenaga
kerjanya langka, maka upah cenderung tinggi. Sedangkan untuk jabatan-
jabatan yang mempunyai penawaran yang melimpah, upah cenderung turun.
Sehubungan dengan tenaga kerja permintaan adalah hubungan antara tingkat
16
upah (yang ditilik dari perspektif seorang majikan adalah harga tenaga kerja)
(Don Bellante dan Mark Jacson, 1983).
2) Organisasi Buruh
Ada tidaknya organisasi buruh serta lemah kuatnya organisasi buruh akan ikut
mempengaruhi terbentuknya tingkat upah
3) Kemampuan Untuk Membayar
Meskipun mungkin serikat buruh menuntut upah yang tinggi, tetapi pada
akhirnya realisai pemberian upah tergantung juga kepada kemampuan
membayar dari perusahaan
4) Produktivitas
Upah sebenarnya merupakan imbalan atas jasa atau prestasi kerja. Semakin
tinggi prestasi kerja karyawan seharusnya besar pula tingkat upah yang akan
diterima. Prestasi ini biasanya dinyatakan dengan produktivitas
5) Biaya hidup
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah biaya hidup di kota-kota besar,
Dimana biaya hidup tinggi upah cenderung juga tinggi, bagaimanapun
nampaknya biaya hidup merupakan „batas penerimaan upah dari karyawan.
6) Pemerintah
Pemerintah dengan peraturan-peraturannya mempengaruhi tinggi rendahnya
upah. Peraturan tentang upah minimum merupakan batas bawah dari tingkat
upah.
17
2.1.4 Teori Jam Kerja
Bekerja diartikan melakukan suatu kegiatan untuk menghasilkan atau
membantu menghasilkan barang atau jasa dengan maksud untuk memperoleh
penghasilan berupa uang atau barang, dalam kurun waktu (time reference) tertentu
(Mantra, 2003). Menurut BPS (2006), bekerja adalah melakukan kegiatan atau
suatu pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh
penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama satu jam (berturut-turut tanpa
terputus) dalam seminggu yang lalu. Secara umum jam kerja merupakan jumlah
waktu kerja dari seluruh pekerjaan selama seminggu yang lalu. Sehingga dapat
diasumsikan bahwa semakin banyak jam kerja yang digunakan berarti pekerjaan
yang dilakukan semakin produktif. Setiap penambahan waktu operasi akan makin
membuka peluang bagi bagi bertambahnya omzet penjualan. Istilah produktivitas
(productivity) mengacu kepada kuantitas barang dan jasa yang bisa dihasilkan
seorang pekerja per-jam kerja (Mankiw, 2001). Jam kerja pedagang pasar
tradisional sangat bervariasi. Di daerah pedesaan, khususnya pulau Jawa,
pedagang pasar beroperasi menurut hari pasaran Jawa seperti Kliwon, Pahing, dan
seterusnya (Chandler, 1985 dan Alexander 1987). Kesediaan tenaga kerja untuk
bekerja dengan jam kerja panjang atau pendek adalah merupakan keputusan
individu (Nicholson, 1998).
2.1.5 Teori Alokasi Waktu
Menurut Simanjuntak (2001) waktu adalah bahan mentah dari hidup.
Penggunaan waktu dapat dilakukan dengan tiga cara. Pertama, dapat
melaksanakan pekerjaan pasar, yaitu menjual waktu di pasar tenaga kerja untuk
18
memperoleh pendapatan. Bila seseorang menawarkan tenaga kerja maka biasanya
menyerahkan kembali waktu kepada pemberi kerja untuk mendapatkan upah.
Kedua, seseorang dapat melakukan pekerjaan non pasar, yaitu menggunakan
waktu memproduksi barang dan jasa sendiri. Pekerjaan non pasar meliputi waktu
yang digunakan seseorang untuk mencuci pakaian, memasak dan lain sebagainya.
Hal ini juga mencakup waktu yang digunakan untuk memperoleh keterampilan
dan pendidikan dalam rangka meningkatkan produktivitas seseorang. Ketiga,
seseorang dapat mengubah waktu langsung menjadi waktu luang yaitu waktu
yang digunakan untuk aktivitas non kerja. Seseorang dapat membuat waktu yang
dimilikinya menjadi waktu untuk bekerja jika dia merasa pendapatan yang
diperolehnya saat ini kurang mencukupi baginya, tetapi dia juga dapat
memanfaatkan waktu tersebut menjadi waktu luang jika dia merasa pendapatan
yang dia peroleh cukup baginya.
Salah satu cara untuk memanfaatkan waktu ialah dengan cara melakukan
aktivitas-aktivitas di waktu senggang yang menyenangkan. Cara umum lainnya
adalah dengan bekerja. Menurut Ehrenberg dan Smith dalam bukunya
Simanjuntak (2001) pengalokasian waktu untuk bekerja atau untuk waktu luang
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :
1) Biaya kesempatan (opportunity cost) disini akan dilihat seseorang yang
mengalokasikan waktunya untuk bekerja maka dia perlu waktu untuk tidak
bekerja. Dimana harga dari waktu luang yang mereka miliki tergantung dari
besarnya tingkat upah yang diterima. Bila penghasilan meningkat dengan
19
biaya kesempatan waktu luang konstan maka seseorang akan menginginkan
untuk menghabiskan lebih banyak waktu luang.
2) Tingkat kesejahteraan seseorang. Kesejahteraan seseorang dapat dilihat dari
jumlah tabungannya di bank, investasi finansial, dan harta benda fisik lainnya.
Keahlian dari pekerja itu sendiri dapat diperhitungkan sebagai sesuatu yang
dapat dihargakan. Bila seseorang pekerja memiliki banyak tabungan yang
dapat dihargakan maka cenderung untuk lebih meningkatkan waktu luang
dibandingkan waktu kerja.
3) Seperangkat pilihan dari seseorang. Pilihan-pilihan tersebut biasanya
ditentukan sendiri dan tidak secara seketika. Seseorang memutuskan untuk
mempergunakan waktunya lebih banyak untuk bekerja atau lebih banyak
waktu luang tergantung pada pilihan-pilihan yang tersedia.
Seseorang akan mengalokasikan waktu untuk dua pilihan yaitu bekerja di
pasar kerja untuk memperoleh pendapatan dengan harapan bila pendapatan
mereka meningkat dapat meningkatkan kesejahteraan (welfare) mereka sendiri
dan keluarga atau tidak bekerja (menikmati waktu luang) seseorang yang bekerja
akan dihadapkan pada cara mengoptimalkan waktu luang untuk bekerja dan
menikmati waktu luang sebaik-baiknya sehingga dapat memperoleh utilitas
(kepuasan maksimum). Untuk menghitung upah riil seseorang maka diturunkan
rumus sebagai berikut :
Y = w x h................................................................................................ (1)
Dengan jam kerja per hari = 24 jam dikurangi leisure (waktu senggang) per hari ,
yaitu :
20
H = 24 – T.............................................................................................. (2)
Sehingga utilitas maksimum : U (Y,T) menjadi U (wH, 24-H)
Keterangan :
Y = Upah riil
w = Tingkat upah
H = Lama bekerja
T = Waktu senggang
U = Utilitas
Tingkat utilitas (kepuasan maksimum) seseorang akan bertambah bila (1)
barang bertambah sedangkan waktu senggang (leisure) tetap, (2) waktu senggang
bertambah dengan jumlah barang yang dikonsumsi tidak berubah, (3) jumlah
barang yang dikonsumsi dan waktu senggang sama-sama berubah (Layard dan
Walters, 1987).
Terlihat bahwa hubungan antara tingkat upah dan waktu kerja secara mikro
yakni lamanya kerja untuk pekerjaan publik (pekerjaan yang mengasilkan uang)
akan dipengaruhi oleh tingkat upah yang sedang berlaku bagi suatu pekerjaan.
Ada dua akibat yang bisa ditimbulkan oleh adanya kenaikan tingkat upah yaitu :
1) Substitution effect, apabila upah adalah harga dari waktu luang menjadi mahal
sehingga menyebabkan mereka mengkonsumsi waktu luang semakin sedikit
dan akan memperpanjang jam kerjanya di sektor publik.
2) Income effect, bila tingkat upah naik maka pendapatan atau kesejahteraan
pekerja akan semakin lebih banyak termasuk beli waktu luang akibatnya
mereka akan bekerja lebih singkat dan menikmati waktu luang lebih banyak.
21
Pengaruh meningkatnya tingkat upah terhadap jumlah jam kerja di sektor
publk akan sangat tergantung dari kekuatan relatif antara substitution dan income
effect. Sedangkan bila income effect yang lebih dominan pengaruhnya maka
pekerja akan mengurangi jam kerjanya. Pengamatan menunjukkan bahwa hasil
akhir dari dua akibat tersebut tergantung dari kekuatan batas tinggi rendahnya
tingkat upah yang sedang berlaku.
2.1.6 Pengertian Modal
Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas atau operasinya sehari-hari
selalu membutuhkan modal kerja (working capital). Modal kerja ini misalnya
digunakan untuk membayar upah buruh, gaji pegawai, membeli bahan mentah,
membayar persekot dan pengeluaran-pengeluaran lainnya gunanya untuk
membiayai operasi perusahaan.
Riyanto (2001), mengemukakan 3 (tiga) konsep pengertian modal kerja
yaitu:
1) Konsep Kuantitatif
Konsep ini menitik-beratkan pada kuantitas dana yang tertanam dalam
unsur-unsur aktiva lancar, aktiva ini merupakan aktiva sekali berputar
kembali dalam bentuk semula atau dana yang tertanam dalam aktiva akan
dapat bebas lagi dalam jangka pendek. Jadi menurut konsep ini adalah
keseluruhan jumlah aktiva lancar. Dalam pengertian ini modal kerja
sering disebut modal kerja bruto atau gross working capital.
22
2) Konsep kulitatif
Pada pengertian ini konsep modal kerja dikaitkan dengan besarnya
jumlah hutang lancar atau hutang yang segera harus dibayar. Jadi modal
kerja menurut konsep ini adalah sebagian aktiva lancar yang benar-benar
dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu
likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas
hutang lancarnya.
3) Konsep Fungsional
Konsep ini menitik-beratkan pada fungsidana dalam menghasilkan
pedapatan. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan adalah
dimaksudkan menghasilkan pendapatan. Aktiva lancar sebagian
merupakan unsur modal kerja, walaupun tidak seluruhnya.
Menurut Riyanto (2001) modal kerja digolongkan menjadi 2 yaitu:
a) Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat
menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara
terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanent Working
Capital ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)
Yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada dalam
perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.
2. Modal Kderja Normal (Normal Working Capital)
23
Yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk
menyelenggarakan luas produksi yang normal.
b) Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
keadaan, dan modal kerja ini dibedakan menjadi 3 yaitu:
1. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)
Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan
karena fluktuasi musim.
2. Modal Kerja Siklus (Cyclical Working Capital)
Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan
karena fluktuasi konjungtur .
3. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)
Yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya
keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya ada
pemogokan buruh, bencana alam).
Modal merupakan kemampuan ekonomis dari suatu masyarakat atau suatu
kegiatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan menutupi biaya – biaya
yang terjadi selama proses produksi. Menurut Todaro (1994), akumulasi modal
merupakan bagian dari pendapatan nasional atau pengeluaran (expenditure) yang
digunakan untuk memproduksi baik barang modal maupun barang untuk
konsumsi dalam waktu tertentu. Akumulasi modal dapat terjadi apabila sebagian
dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar
output dan pendapatan dikemudian hari. Beda halnya dengan Jhinggen (1994) ia
24
berpendapat bahwa modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik
dapat direproduksi. Apabila stok modal naik dalam batas waktu tertentu, hal ini
disebut akumulasi modal.
2.1.7 Teori Pendapatan
Pendapatan merupakan unsur yang sangat penting dalam sebuah usaha
perdagangan, karena dalam melakukan suatu usaha tentu ingin mengetahui
nilai atau jumlah pendapatan yang diperoleh selama melakukan usaha tersebut
(Paula, 2005). Dalam arti ekonomi, pendapatan merupakan balas jasa atas
penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh sektor rumah tangga dan
sektor perusahaan yang dapat berupa gaji/upah, sewa, bunga serta
keuntungan/profit (Sukirno, 2000).
Menurut Munandar (2006), pengertian pendapatan adalah suatu
pertambahan asset yang mengakibatkan bertambahnya owners equity, tetapi bukan
karena pertambahan modal baru dari pemiliknya dan bukan pula merupakan
pertambahan asset yang disebabkan karena bertambahnya liabilities. Pendapatan
sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan, semakin besar
pendapatan yang diperoleh maka semakin besar kemapuan perusahaan untuk
membiayai segala pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh
perusahaan.
Kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep pendapatan
yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah
tangga selama jangka waktu tertentu (Samuelson dan Nordhaus, 2002). Definisi
25
lain dari pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diperoleh dari hasil
pekerjaan dan biasanya pendapatan seseorang dihitung setiap tahun atau setiap
bulan. Dengan demikian pendapatan merupakan gambaran terhadap posisi
ekonomi keluarga dalam masyarakat. Pendapatan keluarga berupa jumlah
keseluruhan pendapatan dan kekayaan keluarga, dipakai untuk membagi keluarga
dalam tiga kelompok pendapatan, yaitu: pendapatan rendah, pendapatan
menengah dan pendapatan tinggi. Pembagian di atas berkaitan dengan, status,
pendidikan dan keterampilan serta jenis pekerja seseorang namun sifatnya sangat
relatif.
Sebagaimana pendapat di atas, bahwa pendapatan merupakan gambaran
terhadap posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat, oleh karenanya setiap orang
yang bergelut dalam suatu jenis pekerjaan tertentu termasuk pekerjaan di sektor
informal atau perdagangan, berupaya untuk selalu meningkatkan pendapatan dari
hasil usahanya yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya
dan sedapat mungkin pendapatan yang diperoleh dapat meningkatkan taraf hidup
keluarganya.
Menurut Sukirno (2002), pendapatan dapat dihitung melalui tiga cara yaitu :
1) Cara Pengeluaran. Cara ini pendapatan dihitung dengan menjumlahkan nilai
pengeluaran/perbelanjaan ke atas barang-barang dan jasa.
2) Cara Produksi. Cara ini pendapatan dihitung dengan menjumlahkan nilai
barang dan jasa yang dihasilkan.
26
3) Cara Pendapatan. Dalam penghitungan ini pendapatan diperoleh dengan cara
menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima.
Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan
maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga
masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang
dimilikinya pada sektor produksi. Dan sektor produksi ini membeli faktor-faktor
produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga
yang berlaku di pasar faktor produksi. Harga faktor produksi di pasar (seperti
halnya juga untuk barang-barang di pasar barang) ditentukan oleh tarik menarik,
antara penawaran dan permintaan.
Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi tiga golongan
(Suparmoko, 2000), yaitu:
1) Gaji dan Upah. Imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut melakukan
pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu
minggu maupun satu bulan.
2) Pendapatan dari Usaha Sendiri. Merupakan nilai total dari hasil produksi yang
dikurangi dengan biaya-biaya yang dibayar dan usaha ini merupakan usaha
milik sendiri atau keluarga dan tenaga kerja berasal dari anggota keluarga
sendiri, nilai sewa kapital milik sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak
diperhitungkan.
3) Pendapatan dari Usaha Lain. Pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan
tenaga kerja, dan ini biasanya merupakan pendapatan sampingan antara lain:
27
1.) Pendapatan dari hasil menyewakan aset yang dimiliki seperti rumah, 2.)
Ternak dan barang lain, 3.) Bunga dari uang, 4.) Sumbangan dari pihak lain,
5.) Pendapatan dari pensiun, 6.) Dan lain-lain.
Menurut Tohar (2003) pendapatan perseorangan adalah jumlah pendapatan
yang diterima setiap orang dalam masyarakat yang sebelum dikurangi transfer
payment. Transfer Payment yaitu pendapatan yang tidak berdasarkan balas jasa
dalam proses produksi dalam tahun yang bersangkutan. Pendapatan dibedakan
menjadi:
1) Pendapatan asli yaitu pendapatan yang diterima oleh setiap orang yang
langsung ikut serta dalam produksi barang.
2) Pendapatan turunan (sekunder) yaitu pendapatan dari golongan penduduk
lainnya yang tidak langsung ikut serta dalam produksi barang seperti dokter,
ahli hukum dan pegawai negeri.
Sedangkan pendapatan menurut perolehannya dibedakan menjadi:
1) Pendapatan kotor yaitu pendapatan yang diperoleh sebelum dikurangi
pengeluaran dan biaya–biaya.
2) Pendapatan bersih yaitu pendapatan yang diperoleh sesudah dikurangi
pengeluaran dan biaya-biaya.
Sedangkan pendapatan menurut bentuknya dibedakan menjadi:
1) Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan yang sifatnya reguler dan
yang diterima biasanya sebagai balas jasa, sumber utamanya berupa gaji,
28
upah, bangunan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pendapatan dari
penjualan seperti: hasil sewa, jaminan sosial, premi asuransi.
2) Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya reguler
dan biasanya tidak berbentuk balas jasa dan diterima dalam bentuk barang.
Menurut Yudhohusodo dalam Ariyani (2006) tingkat pendapatan seseorang
dapat digolongkan dalam 4 golongan yaitu:
1) Golongan yang berpenghasilan rendah (low income group) yaitu pendapatan
rata-rata dari Rp.150.000 perbulan.
2) Golongan berpenghasilan sedang (Moderate income group) yaitu
pendapatan rata-rata Rp.150.000 – Rp.450.000 perbulan.
3) Golongan berpenghasilan menengah (midle income group) yaitu pendapatan
rata-rata yang diterima Rp.450.000 – Rp.900.000 perbulan.
4) Golongan yang berpenghasilan tinggi (high income group) yaitu rata-rata
pendapatan lebih dari Rp.900.000.
2.1.8 Konsep Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Menurut Dinas Koperasi dan UKM Kota Denpasar, UKM dibagi menjadi
empat karakter sesuai sektor usahanya:
1) UKM sektor pertanian adalah UKM yang berasal dari bahan bakunya produk
pertanian dalam arti luas (Pertanian, perikanan, peternakan, kelautan,
kehutanan). Contoh: Mebel, furniture, lukisan, kain, baju.
2) UKM sektor non pertanian adalah UKM yang bukan berasal dari pertanian atau
bahan yang tidak dapat diperbaharui. Contoh: bahan tambang, cincin, mineral,
emas, besi.
29
3) UKM sektor perdagangan adalah UKM yang tidak memproduksi barang
dagangannya tetapi membeli dari produsen kemudian menjual kembali ke
konsumen. Contoh: segala macam toko yang tidak memproduksi tetapi menjual
saja dan dijual kembali.
4) UKM sektor aneka usaha dan jasa adalah UKM yang menjual jasa atau
keahlian. Contoh: tukang jahit, salon, tukang pijat.
Sedangkan yang dimaksud dengan Usaha Mikro Kecil Menengah yang
telah diatur dalam payung hukum berdasarkan undang-undang Nomor 20 Tahun
2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM) ada beberapa kriteria
yang digunakan untuk mendefinisikan pengertian dan kriteria usaha mikro kecil
dan menengah. Pengertian-pengertian UKM tersebut adalah:
1) Usaha Kecil
Kriteria kelompok usaha kecil adalah usaha produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik
langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar
yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-
undang ini.
2) Usaha Menengah
Kriteria kelompok usaha menengah adalah usaha produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai, menjadi bagian, baik
langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau besar dengan jumlah
30
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam
undang-undang ini.
Berdasarkan kategori BPS (Badan Pusat Statistik), usaha kecil identik
dengan industri kecil dan industri rumah tangga. BPS mengklasifikasikan industri
berdasarkan jumlah pekerjanya, yaitu: (1) industri rumah tangga dengan pekerja
1-4 orang; (2) industri kecil dengan pekerja 5-19 orang; (3) industri menengah
dengan pekerja 20-99 orang; (4) industri besar dengan pekerja 100 orang atau
lebih. Berikut adalah kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah seperti terlihat
pada Tabel 2.1 dibawah ini.
Tabel 2.1
Kriteria Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Menurut UU Digolongkan
Berdasarkan Jumlah Aset dan Omset Yang Dimiliki Sebuah Usaha Tahun
2014
No Usaha
Aset (Rupiah) Omset (Rupiah) Jumlah
Tenaga
Kerja
1 Usaha Mikro Maks 50 juta Maks 300 juta
1-4 orang
2 Usaha Kecil
> 50 juta – 500 juta > 300 juta – 2,5 milliar 5-19 orang
3 Usaha Menengah > 500 juta – 10 milliar > 2,5 milliar – 50 milliar 20-99 orang
Sumber: BPS Provinsi Bali 2015
2.1.9 Konsep Sektor Usaha Perdagangan
Perdagangan atau perniagaan pada umumnya adalah pekerjaan membeli
barang dari suatu tempat dan suatu waktu dengan menjual barang tersebut di
tempat dan waktu lainnya untuk memeperoleh keuntungan. Adapun pengertian
dari perdagangan adalah suatu usaha menjual suatu barang dari hasil sebuah
produksi untuk memperoleh keuntungan dari selisih harga jual dengan biaya
31
produksi yang terpakai. Perekonomian dunia telah mengalami perubahan yang
sangat drastis dalam dua setengah abad ini, didalam berbagai corak kegiatan
perekonomian tersebut kegiatan ekonomi tidak lagi ditunjukkan untuk memenuhi
kebutuhan sendiri, akan tetapi juga dilakukan untuk memenuhi keinginan-
keinginan yang terwujud di pasar, disamping itu unit produksi telah sanggup
menyumbangkan teknik produksi yang modern sehingga mereka dapat
menyediakan barang-barang yang dibutuhkan masyarakat dalam jumlah yang
sangat besar (Sukirno, 1994).
2.1.10 Pendidikan
Pendidikan adalah pionir dalam pembangunan masa depan suatu bangsa.
Jika dunia pendidikan suatu bangsa berada dalam kondisi yangh memprihatikan,
maka kehancuran kehancuran bangsa tersebut tinggal menunggu waktu. Sebab,
pendidikan menyangkut pembangunan karakter dan sekaligus mempertahankan
jati diri manusia suatu bangsa. Sehingga, setiap bangsa yang ingin maju maka
pembangunan dunia pendidikan selalu menjadi prioritas utama.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan berkenaan dengan pengembangan pengetahuan serta keahlian
dan ketrampilan dari manusia maupun tenaga kerja dalam proses pembangunan.
32
Berhubung dengan kontribusinya yang sangat besar dalam pembangunan
ekonomi, maka pendidikan dikatakan sebagai modal manusia (human capital),
dan pengeluaran terhadap pendidikan penduduk disebut sebagai investasi dalam
modal manusia (investment on human capital).
Umumnya terdapat tiga jenis pendidikan yang ditempuh oleh seseorang,
yaitu: (1) pendidikan formal, (2) pendidikan non formal, (3) pendidikan informal,
pengertian dari masing-masing jenis pendidikan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di
sekolah-sekolah. Biasanya yang terlibat adalah penduduk usia muda yang
masih belum bekerja, atau yang sedang meningkatkan pengetahuan dan
keahliannya. Pendidikan formal ini dapat dikembangkan secara
berkelanjutan, baik di dalam, maupun di luar sekolah.
2) Pendidikan non formal dapatr dipandang sebagai program pendidikan
yang terorganisasi yang dilangsungkan di luar sekolah. Seringkali para
pesertanya adalah orang-orang dewasa. Biasanya waktu untuk menempuh
pendidikan non formal ini lebih pendek, difokuskan pada bagian program
(pendidikan) yang lebih sempit, dan lebih terkait dengan pengetahuan
aplikasi daripada yang terdapat pada program pendidikan formal.
3) Pendidikan informal merupakan pendidikan yang berlangsung di luar
kerangka lembaga pendidikan formal maupun di luar program pendidikan
Yang terorganisasi. Dalam hubungan ini orang-orang mempelajari
berbagai hal penting di rumah,di tempat kerja, dan di lingkungan
33
masyarakat. Pendidikan informal seringkali dikatakan sebagai pendidikan
seumur hidup, yang berlangsung selama hayat dikandung badan.
Banyak orang miskin yang mengalami kebodohan bahkan secara
sistematis. Karena itu, menjadi penting untuk memahami bahwa kemiskinan bisa
mengakibatkan kebodohan, dan kebodohan jelas identik dengan kemiskinan.
Untuk memutus rantai sebab akibat diatas, ada satu unsur kunci yaitu pendidikan.
Pendidikan dalam konteks kemiskinan bukan hanya dilihat dari sisi orang tua saja
(ayah dan ibu). Lebih dari itu, harus diperhatikan pulapendidikan bagi anak-anak
dari keluarga miskin tersebut. Anak dari keluarga miskin haruslah mendapatkan
pendidikan yang memadai, anak-anak ini akan mendapatkan kesempatan yang
lebih baik untuk keluar dari status miskin di masa depan (Anderson,2012). Hal ini
sejalan dengan yang dikemukakan oleh Mankiw dan Weil (1992) yaitu apabila
investasi pendidikan dilakukan secara merata, termasuk pada masyarakat yang
berpenghasilan rendah maka kemiskinan akan berkurang.
2.1.11 Teori Penjualan
Penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan
rencana- rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan
keinginan pembeli guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba
(Marwan A, 1986). Penjualan merupakan sumber hidup suatu perusahaan, karena
dari perusahaan dapat diperoleh laba serta suatu usaha memikat konsumen yang
diusahakan untuk mengetahui daya tarik mereka sehingga dapat mengetahui hasil
produk yang dihasilkan. Menurut Winardi (1982), penjualan adalah suatu transfer
hak atas benda-benda. Dari penjelasan tersebut dalam memindahkan atau
34
mentransfer barang dan jasa diperlukan orang-orang yang bekerja di bidang
penjualan seperti pelaksanaan dagang, agen, wakil pelayanan, dan wakil
pemasaran. Menurut Martin, S dan Colleran, G (2006) Penjualan jika
diidentifikasi dari Perusahaannya dibedakan menjadi beberapa jenis:
1. Penjualan lansung yaitu penjualan dengan mengambil barang dari supplier
dan langsung dikirim ke customer.
2. Penjualan stok gudang yaitu penjualan barang dari stok yang telah tersedia
di gudang.
Konsep Penjualan (The selling concept) adalah bahwa konsumen tidak
akan membeli banyak produk, kecuali jika produsen mengupayakan promosi dan
penjualan yang agresif (Sumarni, 1987), jadi dalam konsep ini terkandung dasar
pemikiran seperti :
1) Tugas utama produsen adalah mencapai volume penjualan yang setinggi-
tingginya.
2) Konsumen harus didorong untuk membeli dengan berbagai cara peningkatan
penjualan.
3) Konsumen mungkin akan melakukan pembelian lagi dan kalaupun tidak,
masih ada konsumen yang lain.
Menurut Sukirno (2005) hasil penjualan adalah pendapatan yang diterima
oleh para penjual dari pembayaran terhadap barang yang dibeli oleh para
35
konsumen. Tingkat penjualan sangat tergantung pada tinggi rendahnya jumlah
barang yang laku terjual (unit) dan tingkat harga yang ditentukan. Tingkat
penjualan juga mempengaruhi tingkat keuntungan dari suatu usaha atau dalam
aktivityas penjualan. Penjualan (sale) adalah pendapatan yang diterima dari
pertukaran barang atau jasa dan dicatat untuk satu periode akuntansi tertentu, baik
berdsarkan kas (sebagaimana diterima) atau berdasarkan akrual sebagaimana
diperoleh, (Tina Castanea, 2009).
2.1.12 Teori Penawaran
Dalam ilmu ekonomi, penawaran (supply) diartikan sejumlah barang,
produk atau komoditi yang tersedia dalam pasar yang siap untuk di jual kepada
konsumen yang membutuhkannya. Penawaran juga dapat diartikan sebagai
sejumlah barang (goods), jasa (service) atau komoditi yang tersedia di pasar
dengan harga tertentu pada waktu tertentu. Diantara pakar ekonomi ada pula yang
mengartikan penawaran sebagai sejumlah barang ekonomi yang tersedia di pasar
dengan maksud untuk dijual dengan harga tertentu. Penawaran dapat juga
diartikan bermacam-macam barang atau produk yang ditawarkan untuk dijual
dengan bermacam-macam harga di pasar.
Berikut adalah pernyataan yang diberikan oleh Alexander Hamilton
Institute: Yang dimaksud dengan penawaran (supply) adalah sejumlah produk
yang ditawarkan untuk dijual dengan beberapa kemungkinan harga. Berbeda
dengan batasan yang diberikan oleh ”Businessterms” yang member pernyataan
sebagai berikut: Dimata mereka semakin tinggi harga untuk suatu produk,
36
semakin banyak jumlah barang yang ditawarkan untuk di jual di pasar dan
sebaliknya bila harga barang itu turun, maka semaki sedikit barang untuk di jual
di pasar, karena produsen enggan memproduksi lebih banyak karena sedikitnya
pembeli. (Oka A. Yoeti, 2008).
Hukum penawaran dalam pengertian ekonomi menyatakan bahwa terdapat
suatu hubungan langsung antara harga suatu barang atau jasa dan kuantitas barang
atau jasa yang ditawarkan produsen, jika hal-hal lainnya tetap sama atau tidak
tidak terjadi perubahan (ceteris paribus). Adapun alas an di belakang hukum ini
adalah bahwa jika harga dari suatu barang atau jasa naik, sedangkan harga-harga
lainnya tetap sama maka para produsen cenderung untuk menghasilkan barang
dan jasa dalam jumlah (quantity) jauh lebih besar dari barang atau jasa itu.
2.1.12 Teori Permintaan
Pengertian permintaan dalam ilmu ekonomi yang umum diartikan sebagai:
Keinginan seseorang (konsumen) terhadap barang-barang tertentu yang
diperlukan atau diinginkan. (Oka A. Yoeti, 2008). Atau dengan kata lain yang
dimaksud dengan permintaan adalah sejumlah produk barang atau jasa yang
merupakan barang-barang ekonomi yang akan dibeli konsumen dengan haraga
tertentu dalam suatu waktu atau periode tertentu dan dalam jumlah tertentu.
Demand seperti ini lebih tepat disebut sebagai permintaan pasar (market demand),
dimana tersedia barang tertentu dengan harga yang tertentu pula (Oka A. Yoeti,
2008).
37
Keinginan seseorang (konsumen) terhadap barang-barang tertentu yang
diperlukan atau diinginkan. Namun dalam praktik, pengertian permintaan seperti
ini menunjukkan adanya permintaan atas sejumlah barang dan jasa yang diikuti
dengan kemampuan membeli (purchasing power). Karena bila keinginan (wants)
diikuti dengan kekuatan untuk melakukan pembelian (purchasing power), maka
keinginan (wants) akan berubah menjadi permintaan, jadi:
DEMAND = WANTS + PURCHASING POWER
Permintaan (demand) sebagai suatu konsep mengandung pengertian bahwa
permintaan berlaku terhadap tiga variabel ang saling mempengaruhi, yaitu:
kualitas produk barang atau jasa (product quality), harga (price), manfaat produk
barang atau jasa tersebut (product benefit) yang sangat mempengaruhi konsumen
dalam melakukan pembelian kebutuhannya. Dalam ilmu ekonomi, hukum
permintaan mengatakan bahwa terjadi pengaruh timbal balik antara barang yang
diminta dengan harga, jika factor lain tidak mengalami perubahan (cetris paribus)
Dalam hal ini, hokum permintaan mengatakan: ”Bila harga suatu barang dan jasa
naik, sedangkan harga barang-barang dan jasa lainnya tetap sama, maka
konsumen cenderung melakukan subtitusi, menggantikan barang atau jasa yang
harganya naik dengan brang yang lain (yang mempunyai fungsi sama) yang
harganya relative lebih murah.
Terbentur pada kenyataan-kenyataan yang ada dan akhirnya menimbulkan
pertanyaan seputar perilaku konsumen akan munculnya „ketidak logisan‟
konsumen dalam memenuhi kebutuhannya tersebut membuat para pakar ekonomi
38
pariwisata melakukan studi yang mengupayakan munculnya keseimbangan antara
permintaan dan penawaran terkait perilaku konsumen tersebut, atau dalam istilah
ekonomi disebut pendekatan “consumer market approach”. (Oka A. Yoeti, 2008).
Penelitian tentang permintaan ini sebenarnya merupakan suatu
perkembangan baru, dimana pada mulanya para ahli ekonomi dulunya hanya
memperhatikan faktor penawaran (supply) saja, kini juga mempelajari faktor sisi
permintaan (demand) untuk menjawab „ketidak logisan‟ dari perilaku konsumen
yang ada. Dari uraian di atas, kita dapat simpulkan bahwa ternyata permintaan
(demand) dapat ditinjau dari dari dua sisi, yaitu: Sisi ekonomis yang menyangkut
gejala-gejala permintaan dalam hubungannya dengan keseluruhan faktor-faktor
ekonomi, dan sisi psikologis yang meninjau persoalan ini dari sisi manusia
sebagai konsumen dalam menentukan pilihannya untuk membeli sesuatu barang
yang dibutuhkan.
2.1.14 Teori Produksi
Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan
bagaimana sumber daya (input) digunakan untuk menghasilkan produk (output)
dan merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan
memanfaatkan beberapa input. Nilai poduksi yaitu jumlah barang atau jasa yang
dihasilkan suatu usaha dalam 1 periode yang dikalikan dengan harga jual produk-
produk tersebut dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang tersedia
(Moiseeva, 2009). Di dalam menganalisis teori produksi , dikenal dengan 2 cara
yaitu:
39
1) Produksi jangka pendek yaitu bila sebagian faktor produksi jumlahnya tetap
dan yang lainnya berubah contoh: jumlah modal tetap sedangkan tenaga kerja
berubah.
2) Produksi jangka panjang yaitu bila semua faktor produksi dapat berubah dan
ditambah sesuai kebutuhan.
Menurut Catur Sugiyanto (2002) faktor produksi dikelompokkan menjadi
sumber daya manusia (termasuk tenaga kerja), kemampuan manajerial
(enterpreneurship), modal (capital), dan tanah. Mankiw (2002) menyatakan
bahwa dua faktor forduksi yang paling penting adalah tenaga kerja dan modal.
Sedangkan faktor-faktor produksi menurut Soekartawi (2003) adalah:
1) Tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhatikan
dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup, bukan hanya dilihat dari
tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu
diperhitungkan.
2) Modal, faktor produksi modal dibedakan menjadi 2 macam yaitu modal tetap
dan modal tidak tetap, perbedaan ini terlihat dari ciri-ciri yang dimiliki oleh
modal tersebut. Modal tetap adalah biaya yang dilakukan dalam proses
produksi dan tidak habis dalam sekali proses produksi. Modal tidak tetap
adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam waktu
satu kali proses produksi.
3) Manajemen, terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta
evaluasi dalam suatu proses produksi. Dalam prakteknya, faktor manajemen
40
banyak dipengaruhi oleh berbagai aspek antara lain tingkat pendidikan,
tingkat keterampilan, skala usaha, dll.
2.2 Teori yang Relevan
Menurut Sugiyono (2013), teori relevansi adalah serangkaian bagian atau
variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan dan cocok yang
menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan
menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena
alamiah yang terjadi dalam suatu penelitian. Relevansi merupakan informasi
terpanggil dalam suatu pencarian sumber atau koleksi pustaka lainnya, dimana
informasi yang diberikan sesuai dengan subyek pada penelitian dan berhubungan
dengan kebutuhan penelitian (Kamus besar bahasa Indonesia).
Dalam penelitian ini akan dikemukakan teori-teori yang relevan dengan
pendapatan pedagang atau pengusaha di sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM). Dimana dalam suatu perekonomian, pendapatan merupakan faktor
yang terpenting karena dengan adanya pendapatan maka kegiatan perekonomian
dapat berjalan dengan baik (Yusbar Yusuf dkk., 2010). Pendapatan adalah proses
kenaikan laba melalui proses arus penciptaan barang atau jasa oleh suatu
perusahaan selama kurun waktu tertentu. Umumnya pendapatan dinyatakan dalam
satuan moneter/uang (Tuanakota, 2000). Menurut Sukirno (2000), definisi lain
dari pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diperoleh dari hasil pekerjaan
dan biasanya pendapatan seseorang dihitung setiap tahun atau setiap bulan.
Sedangkan menurut Stice (2011), pendapatan adalah arus kas masuk atau
41
penyelesaian kewajiban dari pengiriman atau produksi barang, memberikan jasa
atau melakukan aktivitas lain yang merupakan aktivitas utama yang sedang
berlangsung. Kesimpulan yang diperoleh pendapatan yaitu peningkatan atau
pengurangan asset karena aktivitas bisnis perusahaan yang menyebabkan
terjadinya perubahan ekuitas perusahaan. Dalam pengertian umum pendapatan
adalah hasil pencarian usaha.
Budiono (1992) mengemukakan bahwa pendapatan adalah hasil dari
penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi.
Sedangkan menurut Winardi (1992) pendapatan adalah hasil berupa uangatau
materi lainnya yang dapat dicapaidari pada penggunaan faktor-faktor produksi.
Berdasarkan kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan
merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan
usaha pada periode tertentu.
Menurut Kasmir (2006) untuk menentukan pendapatan pedagang atau
pengusaha dibutuhkan beberapa faktor, diantaranya yaitu minat atau bakat
pengusaha, modal usaha, waktu, laba, pengalaman, tenaga kerja, kondisi
lingkungan, upah pegawai, perhitungan dan pendidikan. Sedangkan menurut
Suparmoko (1990), teori mengenai variabel pendapatan pedagang tidak terlepas
dari faktor-faktor seperti jam/waktu berdagang, modal yang dimiliki seorang
pedagang, jumlah tanggungan dan pengalaman berdagang/lama usaha di bidang
usaha kecil yang digunakan dalam proses kegiatan tersebut saling berkaitan dan
berhubungan. Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu dapat diketahui dan
disimpulkan variabel-variabel yang mempengaruhi pendapatan pedagang atau
42
pengusaha adalah modal usaha, upah tenaga kerja, pengalaman usaha, jam kerja,
bakat pengusaha, lokasi usaha, pendidikan, laba, jumlah tenaga kerja dan jumlah
penjualan.
Pada usaha UKM ada beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan
produksi yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang akan
diterima oleh sektor UKM. Adapun variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat
pendapatan adalah : Upah, Jam kerja, Modal usaha, Pendidikan dan Jumlah
Penjualan.
1) Upah
Menurut Maimun (2004), upah adalah hak pekerja atau buruh yang
diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau
pemberi pekerja kepada pekerja atau buruh, yang ditetapkan dan dibayarkan
menurut suatu perjanjian kerja, kesempatan atau peraturan perundangan yang
berlaku, termasuk tunjangan bagi pekerja atau buruh dan keluarganya atas suatu
pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan.
2) Jam Kerja
Menurut BPS (2006), bekerja adalah melakukan kegiatan atau suatu pekerjaan
dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau
keuntungan paling sedikit selama satu jam (berturut-turut tanpa terputus) dalam
seminggu yang lalu. Secara umum jam kerja merupakan jumlah waktu kerja dari
seluruh pekerjaan selama seminggu yang lalu.
43
3) Modal
Menurut Indriyo Gitosudarmo (2002) Modal kerja merupakan kekayaan atau
aktiva yang diperlukan oleh perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan sehari-
hari yang selalu berputar dalam periode tertentu. Sedangkan menurut Ahmad
(1997) modal kerja pada hakekatnya merupakan jumlah yang terus menerus ada
dalam menopang usaha perusahaan. Modal kerja yang ada harus dapat atau
mampu membiayai pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari, karena
dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan perusahaan disamping
memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis atau efisien
dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan.
4) Pendidikan
Menurut UU SISDIKNAS No. 20 (2003), indikator tingkat pendidikan terdiri
dari jenjang pendidikan dan kesesuaian jurusan. Jenjang pendidikan adalah
tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta
didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan, terdiri dari:
a. Pendidikan dasar : Jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun
pertama masa sekolah anak-anak melandasi jenjang pendidikan menengah.
b. Pendidikan menengah : Jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.
c. Pendidikan tinggi : Jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
44
5) Jumlah Penjualan
Penjualan menurut Soemarso, S.R.(2004) Jumlah yang dibebankan kepada
pembeli untuk barang dagang yang diserahkan merupakan pendapatan perusahaan
yang bersangkutan. Untuk perusahaan dagang akun yang akan digunakan untuk
mencatat penjualan barang dagang disebut penjualan.
2.3 Keaslian Penelitian
Hasil penelitian terdahulu sangat penting sebagai bahan perbandingan dan
referensi dalam suatu penulisan. Adapun studi empirik terdahulu yang mendukung
terhadap penelitian yang akan dilakukan disajikan sebagai berikut: Penelitian yang
dilakukan oleh Anik (2003) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang
mempengaruhi Pendapatan Pekerja Pada Usaha Kerajinan Genteng di Kabupaten
Sukoharjo”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi pendapatan pekerja pada usaha kerajinan genteng di
kabupaten sukoharjo. Penelitian ini mengambil sampel 60 pekerja. Hasil dari
penelitian ini adalah faktor jam kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap pendapatan pekerja usaha kerajinan genteng di kabupaten sukoharjo.
Variabel pengalaman kerja memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
pendapatan pekerja usaha kerajinan genteng di kabupaten sukoharjo. Variabel
jumlah tanggungan keluarga memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
pendapatan pekerja usaha kerajinan genteng di kabupaten sukoharjo. Dan variabel
jenis pekerjaan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap pendapatan
pekerja usaha kerajinan genteng di kabupaten sukoharjo.
45
Penelitian yang dilakukan oleh Yustinus (2001) dengan judul “ Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima”. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor modal dan lokasi yang
mempengaruhi pendapatan pedagang kaki lima dan untuk mengkaji faktor yang
paling berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kaki lima. Penelitian ini
mengambil sampel 50 pedagang kaki lima. Hasil dari penelitian ini adalah
variabel modal memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan
pedagang kaki lima dan variabel lokasi memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap pendapatan pedagang kaki lima.
Penelitian yang dilakukan oleh Lilin (2013) dengan judul “Analisis Faktor–
Faktor Yang Mempengaruhi Volume Penjualan Pada Industri Kecil Genteng Di
Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar ”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penjualan pada industri kecil
genteng di kecamatan jaten kabupaten karanganyar. Penelitian ini mengambil sampel
100 industri kecil genteng. Hasil dari penelitian ini adalah variabel usia memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap volume penjualan pada industri
kecil genteng di kecamatan jaten kabupaten karanganyar, variabel jenjang
pendidikan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap volume
penjualan pada industri kecil genteng di kecamatan jaten kabupaten karanganyar,
variabel pengalaman usaha memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap volume penjualan pada industri kecil genteng di kecamatan jaten
kabupaten karanganyar, variabel upah karyawan memiliki pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap volume penjualan pada industri kecil genteng di
46
kecamatan jaten kabupaten karanganyar dan variabel jumlah karyawan memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap volume penjualan pada industri
kecil genteng di kecamatan jaten kabupaten karanganyar. Sedangkan variabel
pengalaman usaha memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap
volume penjualan pada industri kecil genteng di kecamatan jaten kabupaten
karanganyar.
Penelitian tesis ini berjudul : “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan UKM Sektor Perdagangan Di Kota Denpasar”, memiliki persamaan
dengan penelitian terdahulu terkait dengan Upah, jam kerja dan modal. Namun
demikian penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya terkait
dengan variabel pendidikan, dan jumlah penjualan apakah berpengaruh signifikan
terhadap tingkat pendapatan UKM di Kota Denpasar.
47
Unit Usaha Usaha
Besar
UKM Sektor
Perdaganga
n
Jumlah
Penjualan
Faktor
yang
mempengar
uhi
pendapatan
:
1. Upa
h
2. Jam
Ker
ja
3. Mo
dal
4. Pen
didi
kan