BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran...

18
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPS IPS di sekolah merupakan mata pelajaran atau bidang kajian yang menduduki konsep dasar berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatam pendidikan dan pertimbangan psikologis, serta kebermaknaannya bagi siswa dalam kehidupannya, mampu menghadapi dan menangani kompleksitas kehidupan di masyarakat yang sering kali berkembang secara tidak terduga, atau membekali dan mempersiapkan peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikannya yang lebih tinggi. Untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah pendidikan IPS merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis-psikologis untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah dalam kerangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila menurut Somantri dalam Rudy Gunawan (2011:18). Sedangkan Djahiri dan Ma’mun dalam Rudy Gunawan (2011:17) menyatakan IPS atau studi sosial konsep-konsepnya merupakan konsep pilihan dari berbagai ilmu lalu dipadukan dan diolah secara didaktis- pedagogis sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS merupakan kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan kehidupan social yang mencakup seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi dari berbagai ilmu- ilmu sosial yang materi dan tujuannya disederhanakan agar mudah dipahami untuk kepentingan pengajaran di sekolah. Mata pelajaran IPS bertujuan agar anak didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Rudy Gunawan, 2011) :

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran...

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran IPS

IPS di sekolah merupakan mata pelajaran atau bidang kajian yang menduduki

konsep dasar berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatam pendidikan dan

pertimbangan psikologis, serta kebermaknaannya bagi siswa dalam kehidupannya,

mampu menghadapi dan menangani kompleksitas kehidupan di masyarakat yang

sering kali berkembang secara tidak terduga, atau membekali dan mempersiapkan

peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikannya yang lebih tinggi.

Untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah pendidikan IPS merupakan

penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu

sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis-psikologis

untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah dalam kerangka

mewujudkan tujuan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila menurut Somantri

dalam Rudy Gunawan (2011:18). Sedangkan Djahiri dan Ma’mun dalam Rudy

Gunawan (2011:17) menyatakan IPS atau studi sosial konsep-konsepnya merupakan

“konsep pilihan dari berbagai ilmu lalu dipadukan dan diolah secara didaktis-

pedagogis sesuai dengan tingkat perkembangan siswa”.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS

merupakan kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan kehidupan social yang

mencakup seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi dari berbagai ilmu-

ilmu sosial yang materi dan tujuannya disederhanakan agar mudah dipahami untuk

kepentingan pengajaran di sekolah.

Mata pelajaran IPS bertujuan agar anak didik memiliki kemampuan sebagai

berikut (Rudy Gunawan, 2011) :

8

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk, ditingkat local, nasional, dan global.

Tujuan kurikuler pendidikan IPS di SD adalah sebagai berikut (Rudy

Gunawan, 2011) :

1. Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam

kehidupannya kelak di masyarakat.

2. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis

dan menyusun alternative pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam

kehidupan di masyarakat.

3. Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesame

warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian.

4. Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan

ketrampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian

dari kehidupan tersebut.

5. Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan

keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut (Rudy

Gunawan, 2011) :

1. Manusia, tempat, dan lingkungan.

2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.

3. Sistem sosial dan budaya.

4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik

yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang

9

diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester, standar kompetensi terdiri

atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan buku yang harus dicapai dan berlaku

secara nasional. Di dalam standar kompetensi menjelaskan dasar pengembangan

program pembelajaran yang terstruktur. Standar kompetensi juga merupakan fokus

dari penilaian. Sedangkan kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan yang

harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk

menyusun indikator kompetensi. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar menjadi

arah dan patokan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan

indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS kelas 4 semester 2 adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Mata Pelajaran IPS kelas 4 Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan

ekonomi, dan kemajuan teknologi di

lingkungan kabupaten/kota dan provinsi

2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang

berkaitan dengan sumber daya alam dan

potensi lain di daerahnya

2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat

2.3 Mengenal perkembangan teknologi

produksi, komunikasi, dan transportasi

serta pengalaman menggunakannya

2.4 Mengenal permasalahan sosial di

daerahnya

Sumber : Permendiknas No.22 Tahun 2006

2.1.2 Model Pembelajaran Make A Match

Make A Match atau istilah lainnya adalah kegiatan pencocokan kartu,

merupakan variasi dari pembelajaran dan asesmen yang bermakna. Make A Match

adalah salah satu teknik instruksional dari belajar aktif yang termasuk dalam berbagai

reviewing strategis (strategi pengulangan).

10

Model pembelajaran MM ini berhubungan dengan cara-cara untuk mengingat

kembali apa yang telah mereka pelajari dan menguji pengetahuan serta kemampuan

mereka saat ini dengan teknik mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau

soal sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana menyenangkan.

Kegiatan pencocokan kartu tersebut nantinya akan diukur hasilnya dengan

memberikan skor ketika siswa saling bertukar pertanyaan. Biasanya guru dalam

kegiatan belajar mengajar memberikan banyak informasi kepada siswa agar materi

ataupun topik dalam program pembelajaran dapat terselesaikan tepat waktu, namun

guru terkadang lupa bahwa tujuan pembelajaran bukan hanya materi yang selesai

tepat waktu tetapi sejauh mana materi telah disampaikan dapat diingat oleh siswa.

Karena itu dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan peninjauan ulang atau review

untuk mengetahui apakah materi yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa.

“Model pembelajaran MM adalah siswa diminta untuk mencari pasangan

kartu yang merupakan jawaban atau pertanyaan materi tertentu dalam pembelajaran”

(Aris Shoimin, 2014:98).

Kokom Komalasari, (2010:85) Model pembelajaran MM adalah “model

pembelajaran yang mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau

pasangan dari suatu konsep melalui suatu permainan kartu pasangan”.

Ameliasari Tauresia Kesuma, (2013:16) model pembelajaran MM adalah

“siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam

suasana yang menyenangkan”.

Berdasarkan dari tiga pakar teori tentang model pembelajaran MM, dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran MM adalah model pembelajaran dan

asesmen yang membuat siswa aktif dan senang dengan cara mencari pasangan kartu

MM, yang mana kartu tersebut berisi pertanyaan dan jawaban sehingga tugas siswa

adalah mencari pasangan kartu yang sesuai dengan pertanyaan dan jawabannya.

Salah satu cara yang pasti untuk membuat pembelajaran tetap melekat dalam

pikiran dengan mengalokasikan waktu untuk meninjau kembali apa yang telah

11

dipelajari. Materi yang telah dibahas oleh siswa cenderung lima kali lebih melekat di

dalam pikiran daripada materi yang tidak dibahas ulang.

Model pembelajaran MM ini dapat diterapkan pada materi-materi IPS, atau

bahkan setiap materi yang ada di sekolah. Kegiatan ini dapat dilakukan secara

individu maupun kelompok kecil, serta pada saat proses pembelajaran atau pada saat

kegiatan terjadwal. Dalam model pembelajaran ini, model komunikasi yang

digunakan bukan hanya sekedar komunikasi satu arah, melainkan komunikasi banyak

arah. Perlu diketahui bahwa dalam MM ini guru tidak lagi pemberi informasi,

melainkan hanya sebagai fasilitator dan pembimbing saja. Dengan demikian materi

pelajaran akan lebih berarti jika siswa mempelajari materi pelajaran yang disajikan

melalui konteks kehidupan nyata dan menemukan arti di dalam proses

pembelajarannya, sehingga pembelajaran akan diminati dan menyenangkan dimana

siswa akan lebih aktif, bukan sebagai pengamat pasif.

Langkah-langkah model pembelajaran MM menurut Kokom Komalasari

(2010:85-86) adalah sebagai berikut :

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topic yang

cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya

kartu jawaban.

b. Setiap siswa dapat satu buah kartu.

c. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

d. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan

kartunya (soal jawaban).

e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

f. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang

berbeda dari sebelumnya.

g. Demikian seterusnya.

h. Kesimpulan/penutup.

Senada dengan itu, Aris Shoimin (2014:98-99) juga menjelaskan prosedur dalam

model pembelajaran MM, yaitu :

12

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topic yang

cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian yang

lainnya kartu jawaban.

b. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.

c. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

d. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan

kartunya (soal jawaban).

e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi

poin.

f. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang

berbeda dari sebelumnya. Demikian seterusnya.

g. Kesimpulan/penutup.

Ameliasari Tauresia Kesuma (2013:17) juga menjelaskan langkah-langkah

model pembelajaran MM, yaitu :

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topic yang

cocok untuk sesi tinjauan (review), satu bagian kartu soal dan bagian lainnya

kartu jawaban.

b. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertulisan soal/jawaban.

c. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

d. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya,

pemegang kartu yang bertulisan nama tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan

berpasangan dengan nama tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah).

e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu akan

diberikan poin.

f. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak

dapat menemukan kartu soal atau jawaban) akan mendapatkan hukuman yang

telah disepakati bersama.

g. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang

berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

h. Siswa juga bisa bergabung 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang

cocok.

i. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi

pelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli tentang langkah-langkah model pembelajaran

MM dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran MM adalah

sebagai berikut :

13

1. Tahap Persiapan

a. Guru terlebih dahulu mempersiapkan potongan-potongan kertas.

b. Potongan kertas tersebut dituliskan pertanyaan dan jawaban berdasarkan

materi yang dipelajari.

2. Tahap Pelaksanaan KBM

- Kegiatan Awal

a. Guru terlebih dahulu menyiapkan materi yang akan dipelajari kepada

siswa.

b. Siswa dengan bimbingan guru akan bermain Make A Match atau

materi pasangan kartu.

- Kegiatan Inti

a. Setiap siswa mengambil 1 kertas yang diacak oleh guru.

b. Siswa diberi waktu untuk mencari kartu pasangannya berdasarkan

pertanyaan dan jawabannya yang cocok.

c. Siswa yang sudah mendapatkan pasangan diminta untuk duduk

berdampingan.

d. Setelah semua siswa mendapatkan pasangan, secara bergantian setiap

pasangan berdiri untuk membacakan pertanyaan yang diperolehnya.

e. Pasangan yang lain menjawab pertanyaan yang disampaikan.

f. Siswa yang memegang kartu jawaban bertugas untuk member

tanggapan dari jawaban yang disampaikan oleh pasangan lain atau

mengklarifikasi jawaban jika jawaban dari pasangan yang lain salah.

g. Guru melakukan penilaian dari kegiatan bermain kuis pencocokan

kartu.

- Kegiatan Akhir

a. Siswa membuat kesimpulan dari kegiatan pencocokan kartu.

14

Suatu model pembelajaran dan asesmen pasti mempunyai kelebihan dan

kekurangan. Menurut Aris Shoimin (2014:99) kelebihan dan kekurangan model

pembelajaran MM diantaranya :

1) Kelebihan model pembelajaran MM yaitu :

a. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran.

b. Kerja sama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.

c. Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.

d. Siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik

dalam suasana yang menyenangkan.

2) Kelemahan model pembelajaran MM yaitu :

a. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan pembelajaran.

b. Suasana kelas menjadi gaduh sehingga dapat mengganggu kelas lain.

c. Guru perlu siapkan bahan dan alat yang memadai.

d. Pada kelas yang banyak jumlah siswanya, penerapan metode ini akan

banyak menyita waktu, sehingga membutuhkan pembagian waktu yang

tepat.

Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran MM tersebut, guru

diharapkan dapat menutupi kekurangan yang terdapat dalam penerapan model

pembelajaran MM terutama dalam pembelajaran IPS. Guru dapat menutup

kekurangan tersebut dengan lebih kreatif dan inovatif dalam melakukan evaluasi

pembelajaran.

2.1.3 Hasil Belajar

Sudjana dalam Abdul majid (2014:27), mengemukakan bahwa “penilaian

hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai

siswa dengan kriteria tertentu”. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya

adalah hasil belajar siswa.

15

Menurut Suprijono dalam M Thobroni (2015:20), “hasil belajar adalah pola-

pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan

ketrampilan”.

Senada dengan itu, menurut Lindgren dalam M Thobroni (2015:22) “hasil

pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap”. Gagne dalam

Ratna Wiliis Dahar (2011:118) bahwa “hasil belajar berupa : ketrampilan intelektual,

strategi kognitif, sikap, informasi verbal, dan ketrampilan motorik”. Terdapat tiga

macam hasil belajar mengajar, yakni (a) kognitif adalah knowledge (pengetahuan,

ingatan), comprehension (menjelaskan, pemahaman, meringkas, contoh), application

(menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis

(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation

(menilai). (b) afektif adalah receivung (sikap menerima), responding (memberikan

respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi).

(c) psikomotor juga mencakup ketrampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial,

dan intelektual. Bloom dalam Agus Suprijono (2011:6-7).

Berdasarkan definisi hasil belajar para ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa sebagai bukti keberhasilan dalam

pembelajaran yang meliputi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.

Hasil belajar dapat diperoleh dari penilaian proses dan penilaian hasil.

Penilaian proses dapat dilakukan dengan unjuk kerja, penilaian hasil dilakukan

dengan tes.

Cara mengetahui hasil belajar siswa, guru dapat melakukan dengan berbagai

teknik, baik berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik

pengumpulan informasi pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar

peserta didik terhadap pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar

dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa

domain kognitif, afektif, maupun psikomotor. Balitbang Depdiknas dalam Wardani,

dkk. (2012:69-70). Tehnik penilaian dikelompokkan menjadi dua, yakni teknik tes

dan nontes.

16

1. Teknik Tes

Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk

memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang

setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang

dianggap benar, Suryanto Adi, dkk, dalam Wardani Naniek Sulistya, dkk.,

(2012:70).

Tes sebagai alat ukur sangat banyak macamnya, berikut macam tes

berdasarkan cara pengerjaannya, Wardani Naniek Sulistya, dkk., (2012:144)

yaitu :

1. Tes Tertulis

Tes tertulis yaitu tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik

dengan memberikan jawaban tertulis. Jenis tes tertulis secara umum

dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Tes objektif, ada yang pilihan ganda, jawaban singkat atau isian, benar-

salah, dan menjodohkan.

b. Tes uraian, ada tes uraian objektif dan tes uraian non-objektif.

2. Tes Lisan

Tes lisan yaitu tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan

mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dengan peserta

didik.

3. Tes Perbuatan

Tes perbuatan yaitu tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk

lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan

atau unjuk kerja.

17

2. Teknik Non Tes

Teknik non tes berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki

jawaban benar atau salah. Teknik non tes sangat penting dalam mengakses

peserta didik pada ranah afektif dan psikomotor. Jenis teknik non tes, yaitu :

1. Unjuk Kerja

Merupakan suatu penilaian/pengukuran yang dilakukan melalui

pengamatan aktivitas peserta didik dalam melakukan sesuatu yang berupa

tingkah laku atau interaksinya seperti berbicara, berpidato, dan berdiskusi.

2. Penugasan

Merupakan penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang

mengandung penyelidikan (investigasi) yang harus selesai dalam waktu

tertentu.

3. Tugas Individu

Penilaian yang berbentuk pemberian tugas kepada peserta didik yang

dilakukan secara individu.

4. Tugas Kelompok

Penilaian yang berbentuk pemberian tugas kepada peserta didik yang

dilakukan secara kelompok.

5. Portofolio

Teknik yang digunakan kepada siswa untuk menjabarkan tugas atau

karyanya. Portofolio memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang

telah dipelajari dan dicapai siswa.

Proses pengukuran yang telah dilakukan, kegiatan yang selaanjutnya dilakukan

adalah penilaian. Penilaian adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh,

menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang

dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang

bermakna dalam pengambilan keputusan. Wardani, dkk., (2012:51) menjelaskan

bahwa “evaluasi merupakan proses untuk memberi makna atau menetapkan kualitas

18

hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu”. Kriteria sebagai pembanding dari

proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran

atau ditetapkan setelah pengukuran. Kriteria ini berupa proses atau kemampuan

minimal yang dipersyaratkan seperti KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), atau batas

keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok, atau

berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas kriteria minimal yang telah

ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan Penilaian Acuan

Patokan/Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK), sedangkan kriteria yang ditentukan

setelah kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada keadaan kelompok dan

bersifat relatif disebut dengan Penilaian Acuan Norma/Penilaian Acuan Relatif

(PAN/PAR).

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa metode MM dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh Ratih Ariyanti (2013), berjudul “Peningkatan Keaktifan Dan Hasil

Belajar IPS Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Siswa

Kelas 4 SD Negeri Tugurejo 01 Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013”.

Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 siklus, tiap siklus terdiri dari tiga pertemuan.

Hasil peneliti menunjukkan bahwa setelah digunakannya metode Make A Match

ketuntasan hasil belajar pada pra silkus, siklus 1, dan siklus 2 mengalami

peningkatan. Ketuntasan hasil belajar siswa pada pra siklus menunjukkan siswa yang

tuntas dengan mendapat nilai ≥ 63 sebesar 64,86% atau sebanyak 24 siswa, pada

siklus 1 siswa yang masuk pada kategori tuntas meningkat menjadi 31 siswa atau

sebesar 83,78% dan pada siklus 2 persentase ketuntasan hasil belajar siswa menjadi

100% atau dari 37 siswa masuk dalam kategori tuntas. Kelebuhan dari peneliti ini

adalah terjadi kenaikan yang signifikan pada setiap siklus, dari pra siklus ke siklus 1

ketuntasan belajar mengalami kenaikan sebesar 18,92% dari siklus 1 ke siklus 2

ketuntasan hasil belajar meningkat 16,22%, sehingga siswa yang tuntas mencapai

19

100%. Kekurang dari penelitian ini adalah penilaian hasil beajar hanya dilakukan

dengan teknik tes, yaitu tes tertulis dengan bentuk soal pilihan ganda yang berjumlah

24 soal pada siklus 1, dan 23 soal pilihan ganda pada silkus 2.

Penelitian yang dilakukan oleh Rifka Isnaini pada tahun 2011 pada siswa kelas 5

di SDN Kidul Dalem 2 Malang dengan judul, “Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa

Kelas 5 Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Make A Match di SDN Kidul

Dalem 2 Kota Malang”, menunjukkan bahwa nilai hasil belajar siswa kelas 5 SDN

Kidul Dalem 2 Kota Malang rendah, hal ini Nampak dari dominasi guru dalam proses

pembelajaran menyebabkan siswa lebih bersifat pasif, guru menggunakan metode

ceramah, Tanya jawab dan penugasan, sehingga siswa lebuh banyak menunggu sajian

guru daripada mencari, menemukan sendiri pengetahuan atau sikap dalam

pembelajaran IPS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model

pembelajaran Make A Match pada mata pelajaran IPS kelas 5 SDN Kidul Dalem 2

Kota Malang dengan materi menghargai peranan para tokoh pejuang dan masyarakat

dalam mempersipkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, siswa kelas 5

SDN Kidul Dalem 2 Kota Malang terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dalam setiap siklus ketuntasan hasil belajar pada aktivitas belajar siswa mengalami

peningkatan yaitu pada tahap tindakan pada siklus 1 sebesar 61,1%, dan pada siklus 2

mengalami kenaikan menjadi 100%. Ketuntasan hasil belajar pada aktivitas belajar

siswa dari siklus 1 naik 38,9% ke siklus 2. Dalam setiap siklus ketuntasan hasil

belajar pada tes akhir siswa mengalami peningkatan yaitu pada nilai awal sebelum

tindakan adalah 13,7%, pada siklus 1 ada 48,3% dan silkus 2 ini mengalami kenaikan

cukup tinggi yaitu 100%, ketuntasan hasil belajar pada tes akhir siswa dari nilai awal

ke siklus 1 naik 34,6% dan dari siklus 1 ke siklus 2 naik 51,7%. Peneliti lain

dilakukan oleh Muharif berjudul “Penerapan Model Cooperatif Learning Make A

Match Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa Kelas 5 Dalam Pembelajaran IPS di

SDN 010 Gabung Makmur Kecamatan Kerinci Kanan Kabupaten Siak Tahun 2010”,

dengan tujuan meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajarran IPS. Hasil

penelitian menunjukan bahwa nilai aktivitas siswa untuk kerja sama (KRJ) pada

20

pertemuan keempat siklus 2 terdapat 10 siswa yang mendapat sangat aktif, 11 siswa

yang mendapat aktif, 2 siswa yang mendapat nilai cukup aktif dan 0 siswa yang

mendapat nilai kurang aktif. Nilai aktifitas siswa untuk keseriusan (KSR) pada

pertemuan keempat siklus 2 terdapat 8 siswa yang mendapat sangat aktif, 12 siswa

yang mendapat aktif, 3 siswa yang mendapat nilai cukup aktif dan 0 siswa yang

mendapat nilai kurang aktif. Nilai aktivitas siswa untuk ketepatan siswa (KTT) pada

pertemuan keempat siklus 2 terdapat 9 siswa yang mendapat sangat aktif, 11 siswa

yang dapat aktif, 3 siswa yang mendapat nilai cukup aktif dan 0 siswa yang mendapat

nilai kurang aktif. Nilai aktivitas siswa untuk kemampuan bertanya (KB) pada

pertemuan keempat siklus 2 terdapat 8 siswa yang mendapat sangat aktif, 13 siswa

yang mendapat aktif, 2 siswa yang mendapat cukup aktif dan 0 siswa yang mendapat

nilai kurang aktif. Nilai aktivitas siswa untuk aktivitas menulis (AM) pada

pertemuaan keempat siklus 2 terdapat 7 siswa yang mendapat sangat aktif, 13 siswa

yang mendapat aktif, 3 siswa yang mendapat cukup aktif dan 0 siswa yang mendapat

nilai kurang aktif. Sedangkan nilai tes siswa siklus 1 pertemuan pertama terdapat 11

siswa yang mendapat sangat baik, 8 siswa yang mendapat nilai baik, 4 siswa yang

mendapat cukup baik dan 0 siswa yang mendapat nilai kurang baik. Pada siklus 2

terdapat 18 siswa yang mendapat sangat baik, 3 siswa yang mendapat nilai baik, 2

siswa yang mendapat cukup baik dan 0 siswa yang mendapat nilai kurang baik.

Untuk nilai aktivitas guru pada siklus 2 pertemuan keempat sebanyak 5 item (55,6%)

pada posisi sangat sempurna dan 4 item (44,4%) pada posisi sempurna.

Penelitian yang dilakukan Lely Nur Fajrina (2014), berjudul “Peningkatan Hasil

Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Metode Make A Match Di

kelas III SDN Cempaka Putih 1 Ciputat Timur”. Penelitian ini dilakukan dalam 2

siklus, setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Setelah digunakannya metode Make A

Match ketuntasan hasil belajar pada siklus 1, dan siklus 2 mengalami peningkatan.

Ketuntasan hasil belajar siklus 1 menunjukkan persentase sebesar 85,71%, dan pada

siklus 2 mengalami peningkatan sehingga persentase ketuntasan hasil belajar menjadi

21

94,28%. Kelebihan dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan ketuntasan hasil

belajar dari siklus 1 ke siklus 2 meskipun peningkatannya tidak signifikan, yaitu

sebesar 857%. Adapun kekurangannya dalam peneliti ini adalah peningkatan hasil

belajar yang menggunakan tes pilihan ganda. Untuk itu dalam peneliti yang akan

meningkatkan hasil belajar mencapai 100% tuntas.

2.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran yang berhasil merupakan hal utama yang sangat diinginkan dalam

pelaksanaan pendidikan. Keberhasilan pembelajaran biasanya dilihat dari hasil belajar

siswa. Keberhasilan tersebut dapat dicapai dengan usaha guru dalam membimbing

siswa belajar, sehingga siswa dapat mengembangkan pengetahuannya sesuai dengan

bidang studi yang dipelajarinya. Hal lain yang dapat menunjukan keberhasilan

pembelajaran adalah penggunaan pendekatan/metode pembelajaran yang tepat. Pada

kenyataannya, dalam kegiatan pembelajaran masih banyak guru yang menggunakan

model pembelajaran konvensional. Guru terlihat mendominasi seluruh waktu dalam

pembelajaran dengan menyampaikan materi IPS melalui metode ceramah. Akibatnya

pembelajaran yang berlangsung siswa menerima materi pelajaran dengan pasif. Pada

kondisi ini jika siswa diberi tes, hasil beajar yang diperoleh siswa masih dibawah

KKM ≥ 75 karena siswa tidak dapat mengerjakan tes secara optimal.

Melihat kenyataan di lapangan, perlu dilakukan perbaikan dalam proses

pembelajaran, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran MM. Langkah-

langkah model pembelajaran MM:

1. Mengambil 1 kartu pertanyaan atau kartu jawaban tentang materi perkembangan

teknologi transportasi.

2. Mencari pasangan kartu pertanyaan dan kartu jawaban tentang materi

perkembangan teknologi transportasi.

3. Duduk berdampingan dengan pasangan kartu yang cocok.

4. Membacakan pertanyaan tentang perkembangan teknologi transportasi secara

bergantian.

5. Menjawab pertanyaan tentang perkembangan teknologi transportasi.

6. Menulis kesimpulan tentang perkembangan teknologi transportasi dari kegiatan

bermain pencocokan kartu.

22

Pembelajaran dengan diterapkannya model pembelajaran MM siswa dapat

mencari pasangan kartu berdasarkan jawaban dan pertanyaan yang tepat, selain itu

siswa dapat bermain kuis atau tanya jawab dengan pasangan yang lain untuk menguji

pemahaman materi yang telah disampaikan oleh guru sebelumnya. Cara pengukuran

hasil belajar IPS melalui 2 cara yaitu dari skor butir soal dan skor proses belajar.

Bagan kerangka berpikir disajikan dalam gambar 2.1 berikut ini.

23

Gambar 2.1

Skema Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran MM.

Pembelajaran Konvensional Penilaian

hasil belajar

Tes

Formatif

Hasil belajar

< KKM

Model pembelajaran MM

1. Mengambil satu kartu

pertanyaan atau kartu jawaban

tentang materi pengembangan

teknologi transportasi

2. Mencari pasangan kartu

pertanyaan dan kartu jawaban

tentang materi perkembangan

teknologi

3. Duduk berdampingan dengan

pasangan kartu yang cocok.

4. Membacakan pertanyaan

tentang perkembangan

teknologi transportasi secara

bergantian.

5. Menjawab pertanyaan tentang

teknologi.

6. Menulis kesimpulan tentang

perkembangan teknologi

transportasi dari kegiatan

pencocokan kartu.

Butir soal

kognitif Skor tes

Skor hasil

belajar

Rubrik Psikomotor

P1 Terampil mengambil 1

kartu

P2 Terampil mencari pasangan

Rubrik afektif

A1 Menerima cara menggunakan

alat transportasi dan alat

komunikasi.

A2 Merespon perbedaan alat

transportasi dan alat komunikasi

Hasil belajar ≥ KKM

P3 Terampil membacakan

pertanyaan

P4 Terampil memberikan

tanggapan

Skor

Nontes

Proses

Belajar

24

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “upaya peningkatan hasil

belajar IPS diduga dapat diupayakan melalui model pembelajaran MM siswa kelaas 4

SDN Ngajaran 03 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester II tahun

pelajaran 2015/2016”.