BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran...
-
Upload
dinhkhuong -
Category
Documents
-
view
234 -
download
8
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran...
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran IPS
IPS di sekolah merupakan mata pelajaran atau bidang kajian yang menduduki
konsep dasar berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatam pendidikan dan
pertimbangan psikologis, serta kebermaknaannya bagi siswa dalam kehidupannya,
mampu menghadapi dan menangani kompleksitas kehidupan di masyarakat yang
sering kali berkembang secara tidak terduga, atau membekali dan mempersiapkan
peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikannya yang lebih tinggi.
Untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah pendidikan IPS merupakan
penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu
sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis-psikologis
untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah dalam kerangka
mewujudkan tujuan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila menurut Somantri
dalam Rudy Gunawan (2011:18). Sedangkan Djahiri dan Ma’mun dalam Rudy
Gunawan (2011:17) menyatakan IPS atau studi sosial konsep-konsepnya merupakan
“konsep pilihan dari berbagai ilmu lalu dipadukan dan diolah secara didaktis-
pedagogis sesuai dengan tingkat perkembangan siswa”.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS
merupakan kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan kehidupan social yang
mencakup seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi dari berbagai ilmu-
ilmu sosial yang materi dan tujuannya disederhanakan agar mudah dipahami untuk
kepentingan pengajaran di sekolah.
Mata pelajaran IPS bertujuan agar anak didik memiliki kemampuan sebagai
berikut (Rudy Gunawan, 2011) :
8
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, ditingkat local, nasional, dan global.
Tujuan kurikuler pendidikan IPS di SD adalah sebagai berikut (Rudy
Gunawan, 2011) :
1. Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam
kehidupannya kelak di masyarakat.
2. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis
dan menyusun alternative pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam
kehidupan di masyarakat.
3. Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesame
warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian.
4. Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan
ketrampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian
dari kehidupan tersebut.
5. Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan
keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut (Rudy
Gunawan, 2011) :
1. Manusia, tempat, dan lingkungan.
2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.
3. Sistem sosial dan budaya.
4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang
9
diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester, standar kompetensi terdiri
atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan buku yang harus dicapai dan berlaku
secara nasional. Di dalam standar kompetensi menjelaskan dasar pengembangan
program pembelajaran yang terstruktur. Standar kompetensi juga merupakan fokus
dari penilaian. Sedangkan kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan yang
harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk
menyusun indikator kompetensi. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar menjadi
arah dan patokan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS kelas 4 semester 2 adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran IPS kelas 4 Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan
ekonomi, dan kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten/kota dan provinsi
2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang
berkaitan dengan sumber daya alam dan
potensi lain di daerahnya
2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
2.3 Mengenal perkembangan teknologi
produksi, komunikasi, dan transportasi
serta pengalaman menggunakannya
2.4 Mengenal permasalahan sosial di
daerahnya
Sumber : Permendiknas No.22 Tahun 2006
2.1.2 Model Pembelajaran Make A Match
Make A Match atau istilah lainnya adalah kegiatan pencocokan kartu,
merupakan variasi dari pembelajaran dan asesmen yang bermakna. Make A Match
adalah salah satu teknik instruksional dari belajar aktif yang termasuk dalam berbagai
reviewing strategis (strategi pengulangan).
10
Model pembelajaran MM ini berhubungan dengan cara-cara untuk mengingat
kembali apa yang telah mereka pelajari dan menguji pengetahuan serta kemampuan
mereka saat ini dengan teknik mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau
soal sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana menyenangkan.
Kegiatan pencocokan kartu tersebut nantinya akan diukur hasilnya dengan
memberikan skor ketika siswa saling bertukar pertanyaan. Biasanya guru dalam
kegiatan belajar mengajar memberikan banyak informasi kepada siswa agar materi
ataupun topik dalam program pembelajaran dapat terselesaikan tepat waktu, namun
guru terkadang lupa bahwa tujuan pembelajaran bukan hanya materi yang selesai
tepat waktu tetapi sejauh mana materi telah disampaikan dapat diingat oleh siswa.
Karena itu dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan peninjauan ulang atau review
untuk mengetahui apakah materi yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa.
“Model pembelajaran MM adalah siswa diminta untuk mencari pasangan
kartu yang merupakan jawaban atau pertanyaan materi tertentu dalam pembelajaran”
(Aris Shoimin, 2014:98).
Kokom Komalasari, (2010:85) Model pembelajaran MM adalah “model
pembelajaran yang mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau
pasangan dari suatu konsep melalui suatu permainan kartu pasangan”.
Ameliasari Tauresia Kesuma, (2013:16) model pembelajaran MM adalah
“siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam
suasana yang menyenangkan”.
Berdasarkan dari tiga pakar teori tentang model pembelajaran MM, dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran MM adalah model pembelajaran dan
asesmen yang membuat siswa aktif dan senang dengan cara mencari pasangan kartu
MM, yang mana kartu tersebut berisi pertanyaan dan jawaban sehingga tugas siswa
adalah mencari pasangan kartu yang sesuai dengan pertanyaan dan jawabannya.
Salah satu cara yang pasti untuk membuat pembelajaran tetap melekat dalam
pikiran dengan mengalokasikan waktu untuk meninjau kembali apa yang telah
11
dipelajari. Materi yang telah dibahas oleh siswa cenderung lima kali lebih melekat di
dalam pikiran daripada materi yang tidak dibahas ulang.
Model pembelajaran MM ini dapat diterapkan pada materi-materi IPS, atau
bahkan setiap materi yang ada di sekolah. Kegiatan ini dapat dilakukan secara
individu maupun kelompok kecil, serta pada saat proses pembelajaran atau pada saat
kegiatan terjadwal. Dalam model pembelajaran ini, model komunikasi yang
digunakan bukan hanya sekedar komunikasi satu arah, melainkan komunikasi banyak
arah. Perlu diketahui bahwa dalam MM ini guru tidak lagi pemberi informasi,
melainkan hanya sebagai fasilitator dan pembimbing saja. Dengan demikian materi
pelajaran akan lebih berarti jika siswa mempelajari materi pelajaran yang disajikan
melalui konteks kehidupan nyata dan menemukan arti di dalam proses
pembelajarannya, sehingga pembelajaran akan diminati dan menyenangkan dimana
siswa akan lebih aktif, bukan sebagai pengamat pasif.
Langkah-langkah model pembelajaran MM menurut Kokom Komalasari
(2010:85-86) adalah sebagai berikut :
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topic yang
cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya
kartu jawaban.
b. Setiap siswa dapat satu buah kartu.
c. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
d. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya (soal jawaban).
e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
f. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya.
g. Demikian seterusnya.
h. Kesimpulan/penutup.
Senada dengan itu, Aris Shoimin (2014:98-99) juga menjelaskan prosedur dalam
model pembelajaran MM, yaitu :
12
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topic yang
cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian yang
lainnya kartu jawaban.
b. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
c. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
d. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya (soal jawaban).
e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi
poin.
f. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya. Demikian seterusnya.
g. Kesimpulan/penutup.
Ameliasari Tauresia Kesuma (2013:17) juga menjelaskan langkah-langkah
model pembelajaran MM, yaitu :
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topic yang
cocok untuk sesi tinjauan (review), satu bagian kartu soal dan bagian lainnya
kartu jawaban.
b. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertulisan soal/jawaban.
c. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
d. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya,
pemegang kartu yang bertulisan nama tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan
berpasangan dengan nama tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah).
e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu akan
diberikan poin.
f. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak
dapat menemukan kartu soal atau jawaban) akan mendapatkan hukuman yang
telah disepakati bersama.
g. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
h. Siswa juga bisa bergabung 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang
cocok.
i. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi
pelajaran.
Berdasarkan pendapat para ahli tentang langkah-langkah model pembelajaran
MM dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran MM adalah
sebagai berikut :
13
1. Tahap Persiapan
a. Guru terlebih dahulu mempersiapkan potongan-potongan kertas.
b. Potongan kertas tersebut dituliskan pertanyaan dan jawaban berdasarkan
materi yang dipelajari.
2. Tahap Pelaksanaan KBM
- Kegiatan Awal
a. Guru terlebih dahulu menyiapkan materi yang akan dipelajari kepada
siswa.
b. Siswa dengan bimbingan guru akan bermain Make A Match atau
materi pasangan kartu.
- Kegiatan Inti
a. Setiap siswa mengambil 1 kertas yang diacak oleh guru.
b. Siswa diberi waktu untuk mencari kartu pasangannya berdasarkan
pertanyaan dan jawabannya yang cocok.
c. Siswa yang sudah mendapatkan pasangan diminta untuk duduk
berdampingan.
d. Setelah semua siswa mendapatkan pasangan, secara bergantian setiap
pasangan berdiri untuk membacakan pertanyaan yang diperolehnya.
e. Pasangan yang lain menjawab pertanyaan yang disampaikan.
f. Siswa yang memegang kartu jawaban bertugas untuk member
tanggapan dari jawaban yang disampaikan oleh pasangan lain atau
mengklarifikasi jawaban jika jawaban dari pasangan yang lain salah.
g. Guru melakukan penilaian dari kegiatan bermain kuis pencocokan
kartu.
- Kegiatan Akhir
a. Siswa membuat kesimpulan dari kegiatan pencocokan kartu.
14
Suatu model pembelajaran dan asesmen pasti mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Menurut Aris Shoimin (2014:99) kelebihan dan kekurangan model
pembelajaran MM diantaranya :
1) Kelebihan model pembelajaran MM yaitu :
a. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran.
b. Kerja sama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.
c. Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.
d. Siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik
dalam suasana yang menyenangkan.
2) Kelemahan model pembelajaran MM yaitu :
a. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan pembelajaran.
b. Suasana kelas menjadi gaduh sehingga dapat mengganggu kelas lain.
c. Guru perlu siapkan bahan dan alat yang memadai.
d. Pada kelas yang banyak jumlah siswanya, penerapan metode ini akan
banyak menyita waktu, sehingga membutuhkan pembagian waktu yang
tepat.
Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran MM tersebut, guru
diharapkan dapat menutupi kekurangan yang terdapat dalam penerapan model
pembelajaran MM terutama dalam pembelajaran IPS. Guru dapat menutup
kekurangan tersebut dengan lebih kreatif dan inovatif dalam melakukan evaluasi
pembelajaran.
2.1.3 Hasil Belajar
Sudjana dalam Abdul majid (2014:27), mengemukakan bahwa “penilaian
hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai
siswa dengan kriteria tertentu”. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya
adalah hasil belajar siswa.
15
Menurut Suprijono dalam M Thobroni (2015:20), “hasil belajar adalah pola-
pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan
ketrampilan”.
Senada dengan itu, menurut Lindgren dalam M Thobroni (2015:22) “hasil
pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap”. Gagne dalam
Ratna Wiliis Dahar (2011:118) bahwa “hasil belajar berupa : ketrampilan intelektual,
strategi kognitif, sikap, informasi verbal, dan ketrampilan motorik”. Terdapat tiga
macam hasil belajar mengajar, yakni (a) kognitif adalah knowledge (pengetahuan,
ingatan), comprehension (menjelaskan, pemahaman, meringkas, contoh), application
(menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis
(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation
(menilai). (b) afektif adalah receivung (sikap menerima), responding (memberikan
respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi).
(c) psikomotor juga mencakup ketrampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial,
dan intelektual. Bloom dalam Agus Suprijono (2011:6-7).
Berdasarkan definisi hasil belajar para ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa sebagai bukti keberhasilan dalam
pembelajaran yang meliputi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.
Hasil belajar dapat diperoleh dari penilaian proses dan penilaian hasil.
Penilaian proses dapat dilakukan dengan unjuk kerja, penilaian hasil dilakukan
dengan tes.
Cara mengetahui hasil belajar siswa, guru dapat melakukan dengan berbagai
teknik, baik berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik
pengumpulan informasi pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar
peserta didik terhadap pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar
dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa
domain kognitif, afektif, maupun psikomotor. Balitbang Depdiknas dalam Wardani,
dkk. (2012:69-70). Tehnik penilaian dikelompokkan menjadi dua, yakni teknik tes
dan nontes.
16
1. Teknik Tes
Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk
memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang
setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang
dianggap benar, Suryanto Adi, dkk, dalam Wardani Naniek Sulistya, dkk.,
(2012:70).
Tes sebagai alat ukur sangat banyak macamnya, berikut macam tes
berdasarkan cara pengerjaannya, Wardani Naniek Sulistya, dkk., (2012:144)
yaitu :
1. Tes Tertulis
Tes tertulis yaitu tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik
dengan memberikan jawaban tertulis. Jenis tes tertulis secara umum
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Tes objektif, ada yang pilihan ganda, jawaban singkat atau isian, benar-
salah, dan menjodohkan.
b. Tes uraian, ada tes uraian objektif dan tes uraian non-objektif.
2. Tes Lisan
Tes lisan yaitu tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan
mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dengan peserta
didik.
3. Tes Perbuatan
Tes perbuatan yaitu tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk
lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan
atau unjuk kerja.
17
2. Teknik Non Tes
Teknik non tes berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki
jawaban benar atau salah. Teknik non tes sangat penting dalam mengakses
peserta didik pada ranah afektif dan psikomotor. Jenis teknik non tes, yaitu :
1. Unjuk Kerja
Merupakan suatu penilaian/pengukuran yang dilakukan melalui
pengamatan aktivitas peserta didik dalam melakukan sesuatu yang berupa
tingkah laku atau interaksinya seperti berbicara, berpidato, dan berdiskusi.
2. Penugasan
Merupakan penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang
mengandung penyelidikan (investigasi) yang harus selesai dalam waktu
tertentu.
3. Tugas Individu
Penilaian yang berbentuk pemberian tugas kepada peserta didik yang
dilakukan secara individu.
4. Tugas Kelompok
Penilaian yang berbentuk pemberian tugas kepada peserta didik yang
dilakukan secara kelompok.
5. Portofolio
Teknik yang digunakan kepada siswa untuk menjabarkan tugas atau
karyanya. Portofolio memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang
telah dipelajari dan dicapai siswa.
Proses pengukuran yang telah dilakukan, kegiatan yang selaanjutnya dilakukan
adalah penilaian. Penilaian adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang
bermakna dalam pengambilan keputusan. Wardani, dkk., (2012:51) menjelaskan
bahwa “evaluasi merupakan proses untuk memberi makna atau menetapkan kualitas
18
hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu”. Kriteria sebagai pembanding dari
proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran
atau ditetapkan setelah pengukuran. Kriteria ini berupa proses atau kemampuan
minimal yang dipersyaratkan seperti KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), atau batas
keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok, atau
berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas kriteria minimal yang telah
ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan Penilaian Acuan
Patokan/Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK), sedangkan kriteria yang ditentukan
setelah kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada keadaan kelompok dan
bersifat relatif disebut dengan Penilaian Acuan Norma/Penilaian Acuan Relatif
(PAN/PAR).
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa metode MM dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ratih Ariyanti (2013), berjudul “Peningkatan Keaktifan Dan Hasil
Belajar IPS Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Siswa
Kelas 4 SD Negeri Tugurejo 01 Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013”.
Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 siklus, tiap siklus terdiri dari tiga pertemuan.
Hasil peneliti menunjukkan bahwa setelah digunakannya metode Make A Match
ketuntasan hasil belajar pada pra silkus, siklus 1, dan siklus 2 mengalami
peningkatan. Ketuntasan hasil belajar siswa pada pra siklus menunjukkan siswa yang
tuntas dengan mendapat nilai ≥ 63 sebesar 64,86% atau sebanyak 24 siswa, pada
siklus 1 siswa yang masuk pada kategori tuntas meningkat menjadi 31 siswa atau
sebesar 83,78% dan pada siklus 2 persentase ketuntasan hasil belajar siswa menjadi
100% atau dari 37 siswa masuk dalam kategori tuntas. Kelebuhan dari peneliti ini
adalah terjadi kenaikan yang signifikan pada setiap siklus, dari pra siklus ke siklus 1
ketuntasan belajar mengalami kenaikan sebesar 18,92% dari siklus 1 ke siklus 2
ketuntasan hasil belajar meningkat 16,22%, sehingga siswa yang tuntas mencapai
19
100%. Kekurang dari penelitian ini adalah penilaian hasil beajar hanya dilakukan
dengan teknik tes, yaitu tes tertulis dengan bentuk soal pilihan ganda yang berjumlah
24 soal pada siklus 1, dan 23 soal pilihan ganda pada silkus 2.
Penelitian yang dilakukan oleh Rifka Isnaini pada tahun 2011 pada siswa kelas 5
di SDN Kidul Dalem 2 Malang dengan judul, “Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa
Kelas 5 Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Make A Match di SDN Kidul
Dalem 2 Kota Malang”, menunjukkan bahwa nilai hasil belajar siswa kelas 5 SDN
Kidul Dalem 2 Kota Malang rendah, hal ini Nampak dari dominasi guru dalam proses
pembelajaran menyebabkan siswa lebih bersifat pasif, guru menggunakan metode
ceramah, Tanya jawab dan penugasan, sehingga siswa lebuh banyak menunggu sajian
guru daripada mencari, menemukan sendiri pengetahuan atau sikap dalam
pembelajaran IPS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran Make A Match pada mata pelajaran IPS kelas 5 SDN Kidul Dalem 2
Kota Malang dengan materi menghargai peranan para tokoh pejuang dan masyarakat
dalam mempersipkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, siswa kelas 5
SDN Kidul Dalem 2 Kota Malang terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dalam setiap siklus ketuntasan hasil belajar pada aktivitas belajar siswa mengalami
peningkatan yaitu pada tahap tindakan pada siklus 1 sebesar 61,1%, dan pada siklus 2
mengalami kenaikan menjadi 100%. Ketuntasan hasil belajar pada aktivitas belajar
siswa dari siklus 1 naik 38,9% ke siklus 2. Dalam setiap siklus ketuntasan hasil
belajar pada tes akhir siswa mengalami peningkatan yaitu pada nilai awal sebelum
tindakan adalah 13,7%, pada siklus 1 ada 48,3% dan silkus 2 ini mengalami kenaikan
cukup tinggi yaitu 100%, ketuntasan hasil belajar pada tes akhir siswa dari nilai awal
ke siklus 1 naik 34,6% dan dari siklus 1 ke siklus 2 naik 51,7%. Peneliti lain
dilakukan oleh Muharif berjudul “Penerapan Model Cooperatif Learning Make A
Match Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa Kelas 5 Dalam Pembelajaran IPS di
SDN 010 Gabung Makmur Kecamatan Kerinci Kanan Kabupaten Siak Tahun 2010”,
dengan tujuan meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajarran IPS. Hasil
penelitian menunjukan bahwa nilai aktivitas siswa untuk kerja sama (KRJ) pada
20
pertemuan keempat siklus 2 terdapat 10 siswa yang mendapat sangat aktif, 11 siswa
yang mendapat aktif, 2 siswa yang mendapat nilai cukup aktif dan 0 siswa yang
mendapat nilai kurang aktif. Nilai aktifitas siswa untuk keseriusan (KSR) pada
pertemuan keempat siklus 2 terdapat 8 siswa yang mendapat sangat aktif, 12 siswa
yang mendapat aktif, 3 siswa yang mendapat nilai cukup aktif dan 0 siswa yang
mendapat nilai kurang aktif. Nilai aktivitas siswa untuk ketepatan siswa (KTT) pada
pertemuan keempat siklus 2 terdapat 9 siswa yang mendapat sangat aktif, 11 siswa
yang dapat aktif, 3 siswa yang mendapat nilai cukup aktif dan 0 siswa yang mendapat
nilai kurang aktif. Nilai aktivitas siswa untuk kemampuan bertanya (KB) pada
pertemuan keempat siklus 2 terdapat 8 siswa yang mendapat sangat aktif, 13 siswa
yang mendapat aktif, 2 siswa yang mendapat cukup aktif dan 0 siswa yang mendapat
nilai kurang aktif. Nilai aktivitas siswa untuk aktivitas menulis (AM) pada
pertemuaan keempat siklus 2 terdapat 7 siswa yang mendapat sangat aktif, 13 siswa
yang mendapat aktif, 3 siswa yang mendapat cukup aktif dan 0 siswa yang mendapat
nilai kurang aktif. Sedangkan nilai tes siswa siklus 1 pertemuan pertama terdapat 11
siswa yang mendapat sangat baik, 8 siswa yang mendapat nilai baik, 4 siswa yang
mendapat cukup baik dan 0 siswa yang mendapat nilai kurang baik. Pada siklus 2
terdapat 18 siswa yang mendapat sangat baik, 3 siswa yang mendapat nilai baik, 2
siswa yang mendapat cukup baik dan 0 siswa yang mendapat nilai kurang baik.
Untuk nilai aktivitas guru pada siklus 2 pertemuan keempat sebanyak 5 item (55,6%)
pada posisi sangat sempurna dan 4 item (44,4%) pada posisi sempurna.
Penelitian yang dilakukan Lely Nur Fajrina (2014), berjudul “Peningkatan Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Metode Make A Match Di
kelas III SDN Cempaka Putih 1 Ciputat Timur”. Penelitian ini dilakukan dalam 2
siklus, setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Setelah digunakannya metode Make A
Match ketuntasan hasil belajar pada siklus 1, dan siklus 2 mengalami peningkatan.
Ketuntasan hasil belajar siklus 1 menunjukkan persentase sebesar 85,71%, dan pada
siklus 2 mengalami peningkatan sehingga persentase ketuntasan hasil belajar menjadi
21
94,28%. Kelebihan dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan ketuntasan hasil
belajar dari siklus 1 ke siklus 2 meskipun peningkatannya tidak signifikan, yaitu
sebesar 857%. Adapun kekurangannya dalam peneliti ini adalah peningkatan hasil
belajar yang menggunakan tes pilihan ganda. Untuk itu dalam peneliti yang akan
meningkatkan hasil belajar mencapai 100% tuntas.
2.3 Kerangka Berpikir
Pembelajaran yang berhasil merupakan hal utama yang sangat diinginkan dalam
pelaksanaan pendidikan. Keberhasilan pembelajaran biasanya dilihat dari hasil belajar
siswa. Keberhasilan tersebut dapat dicapai dengan usaha guru dalam membimbing
siswa belajar, sehingga siswa dapat mengembangkan pengetahuannya sesuai dengan
bidang studi yang dipelajarinya. Hal lain yang dapat menunjukan keberhasilan
pembelajaran adalah penggunaan pendekatan/metode pembelajaran yang tepat. Pada
kenyataannya, dalam kegiatan pembelajaran masih banyak guru yang menggunakan
model pembelajaran konvensional. Guru terlihat mendominasi seluruh waktu dalam
pembelajaran dengan menyampaikan materi IPS melalui metode ceramah. Akibatnya
pembelajaran yang berlangsung siswa menerima materi pelajaran dengan pasif. Pada
kondisi ini jika siswa diberi tes, hasil beajar yang diperoleh siswa masih dibawah
KKM ≥ 75 karena siswa tidak dapat mengerjakan tes secara optimal.
Melihat kenyataan di lapangan, perlu dilakukan perbaikan dalam proses
pembelajaran, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran MM. Langkah-
langkah model pembelajaran MM:
1. Mengambil 1 kartu pertanyaan atau kartu jawaban tentang materi perkembangan
teknologi transportasi.
2. Mencari pasangan kartu pertanyaan dan kartu jawaban tentang materi
perkembangan teknologi transportasi.
3. Duduk berdampingan dengan pasangan kartu yang cocok.
4. Membacakan pertanyaan tentang perkembangan teknologi transportasi secara
bergantian.
5. Menjawab pertanyaan tentang perkembangan teknologi transportasi.
6. Menulis kesimpulan tentang perkembangan teknologi transportasi dari kegiatan
bermain pencocokan kartu.
22
Pembelajaran dengan diterapkannya model pembelajaran MM siswa dapat
mencari pasangan kartu berdasarkan jawaban dan pertanyaan yang tepat, selain itu
siswa dapat bermain kuis atau tanya jawab dengan pasangan yang lain untuk menguji
pemahaman materi yang telah disampaikan oleh guru sebelumnya. Cara pengukuran
hasil belajar IPS melalui 2 cara yaitu dari skor butir soal dan skor proses belajar.
Bagan kerangka berpikir disajikan dalam gambar 2.1 berikut ini.
23
Gambar 2.1
Skema Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran MM.
Pembelajaran Konvensional Penilaian
hasil belajar
Tes
Formatif
Hasil belajar
< KKM
Model pembelajaran MM
1. Mengambil satu kartu
pertanyaan atau kartu jawaban
tentang materi pengembangan
teknologi transportasi
2. Mencari pasangan kartu
pertanyaan dan kartu jawaban
tentang materi perkembangan
teknologi
3. Duduk berdampingan dengan
pasangan kartu yang cocok.
4. Membacakan pertanyaan
tentang perkembangan
teknologi transportasi secara
bergantian.
5. Menjawab pertanyaan tentang
teknologi.
6. Menulis kesimpulan tentang
perkembangan teknologi
transportasi dari kegiatan
pencocokan kartu.
Butir soal
kognitif Skor tes
Skor hasil
belajar
Rubrik Psikomotor
P1 Terampil mengambil 1
kartu
P2 Terampil mencari pasangan
Rubrik afektif
A1 Menerima cara menggunakan
alat transportasi dan alat
komunikasi.
A2 Merespon perbedaan alat
transportasi dan alat komunikasi
Hasil belajar ≥ KKM
P3 Terampil membacakan
pertanyaan
P4 Terampil memberikan
tanggapan
Skor
Nontes
Proses
Belajar