BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model...

20
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin (2005: 35), dalam kelompok kooperatif, pembelajaran menjadi sebuah aktifitas yang bisa membuat para siswa lebih unggul di antara teman-teman sebayanya. Menurut Miftahul Huda (2011: 29), pembelajaran kooperatif merupakan aktifitas kelompok belajar yang di organisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajaran yang didalamnya setiap pembelajaran bertanggung jawab atas pembelajaran sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. Menurut Isjoni (2009: 8), pembelajaran kooperatif dapat diartikan belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan lain dalam belajar yang memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya, Isjoni (2009: 9) menambahkan: Tujuan utama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara kelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok. Hal ini menunjukan pembelajaran kooperatif dapat membangun siswa ke arah yang positif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil untuk berinteraksi (Nurul Hayati dalam Rusman, 2012: 203). Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11156/2/T1_292012612_BAB II.pdfyang di organisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (2005: 35), dalam kelompok kooperatif,

pembelajaran menjadi sebuah aktifitas yang bisa membuat para siswa

lebih unggul di antara teman-teman sebayanya. Menurut Miftahul Huda

(2011: 29), pembelajaran kooperatif merupakan aktifitas kelompok belajar

yang di organisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan

pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok

pembelajaran yang didalamnya setiap pembelajaran bertanggung jawab

atas pembelajaran sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran

anggota-anggota yang lain. Menurut Isjoni (2009: 8), pembelajaran

kooperatif dapat diartikan belajar bersama-sama, saling membantu antara

satu dengan lain dalam belajar yang memastikan bahwa setiap orang

dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan

sebelumnya. Selanjutnya, Isjoni (2009: 9) menambahkan: Tujuan utama

dalam penerapan model pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik

dapat belajar secara kelompok bersama teman-temannya dengan cara

saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang

lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat

mereka secara berkelompok. Hal ini menunjukan pembelajaran kooperatif

dapat membangun siswa ke arah yang positif.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang melibatkan

partisipasi siswa dalam kelompok kecil untuk berinteraksi (Nurul Hayati

dalam Rusman, 2012: 203). Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11156/2/T1_292012612_BAB II.pdfyang di organisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran

7

saling berkerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa

memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka balajar untuk dirinya sendiri

dan membantu sesama anggota kelompok belajar. Siswa belajar dalam

sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri.

Tom V. Savage (dalam Rusman, 2012: 213) mengemukan bahwa

“cooperative learning adalah suatu pendekatan yang menekannkan kerja

sama dalam kelompok” Cooperative learning adalah teknik

pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan

belajar bersama dengan kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5

orang. Belajar cooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam

pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama untuk

memaksimalkan hasil mereka dan mengajar anggota lain dalam kelompok

tersebut (Hasan dalam Rusman, 2012: 204)

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi

pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama

dalam melaksanakan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar

(Depdiknas, 2003: 5).

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam

kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang

membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-

asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif akan

memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif.

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok, untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang di tetapkan. Terdapat empat hal

penting dalam pembelajran kooperatif yakni: (1) adanya peserta didik

dalam kelompok, (2) adanya aturan main (role) dalam kelompok, (3)

adanya upaca belajar dalam kelompok, (4) adanya kompetensi yang harus

di capai oleh kelompok.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11156/2/T1_292012612_BAB II.pdfyang di organisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran

8

Berkenaan dengan pengelompokan siswa dapat ditentukan

berdasarkan atas: (1) minat dan bakat siswa, (2) latar belakang

kemampuan siswa, (3) perpaduan antara minat dan bakat dan latar

belakang kemampuan siswa (Rusman 2012: 204)

Menurut Agus Suprijono (2009: 65) menjelaskan bahwa sintaks

pembelajaran kooperatif terdiri dari enam komponen utama yaitu:

Tabel 2.1

Sintaks Pembelajaran Kooperatif

Fase-fase Perilaku Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

1) Menyampaikan semua tujuan yang ingin

dicapai selama pembelajaran dan memotivasi siswa belajar

Fase 2

Menyajikan informasi

2) Menyajikan informasi kepada siswa dengan

jalan demonstrasi.

Fase 3 Mengorganisasikan siswa kedalam

kelompok-kelompok belajar

3) Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara

efisien.

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

4) Membimbing kelompok belajar pada saat

mereka mengerjakan tugas mereka

Fase 5 Evaluasi

5) Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau meminta kelompok

presentasi hasil kerja

Fase 6

Memberikan penghargaan

6) Menghargai baik upaya maupun hasil belajar

individu dan kelompok.

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation

Eggen dan Kuchak (dalam Maimunah, 2005: 21) mengemukakan

Group Investigation (GI) adalah strategi belajar kooperatif yang

menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi

terhadap suatu topik. Group Investigation adalah kelompok kecil untuk

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11156/2/T1_292012612_BAB II.pdfyang di organisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran

9

menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. Metode ini

menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi

maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). Hasil

akhir dari kelompok adalah sumbangan ide dari tiap anggota serta

pembelajaran kelompok yang notabene lebih mengasah kemampuan

intelektual siswa dibandingkan belajar secara individual.

H. Isjoni (2009: 87) model pembelajaran kooperatif tipe Group

Investigation merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks

karena memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran

yang berbasis konstruktivisme dan prinsip pembelajaran demokrasi. Pada

model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation ini dapat melatih

siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri. Keterlibatan siswa

secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir

pembelajaran akan memberi peluang kepada siswa untuk lebih mempertajam

gagasan dan guru akan mengetahui kemungkinan gagasan siswa yang salah

sehingga guru dapat memperbaiki kesalahannya.

Menurut Huda (2011), Group investigation adalah suatu metode

pembelajaran yang dikembangkan oleh Sharan ini lebih menekankan pada

pilihan dan kontrol siswa daripada menerapkan teknik-teknik pengajaran di

ruang kelas. Selain itu juga memadukan prinsip belajar demokratis dimana

siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran baik dari tahap awal

sampai akhir pembelajaran termasuk didalamnya siswa mempunyai kebebasan

untuk memilih matei yang akan dipelajari sesuai dengan topik yang sedang

dibahas.

Berdasarkan pemaparan mengenai definisi dari Group Investigatioan

(GI) diatas, jelas terlihat bahwa Group Investigation (GI) mendorong siswa

untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna. Artinya siswa dituntut selalu

berpikir tentang suatu persoalan dan mencari bagaiamana pemecahan dari

persoalan tersebut secara mandiri/individual. Dengan demikian siswa akan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11156/2/T1_292012612_BAB II.pdfyang di organisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran

10

lebih terlatih untuk selalu menggunakan keterampilan pengetahuannya,

sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar siswa dapat tertanam pada diri

siswa itu sendiri.

2.1.3 Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group

Investigation

Model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation mempunyai

ciri-ciri, yakni sebagai berikut:

1. Pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation berpusat

pada siswa, guru hanya bertindak sebagai fasilitator atau konsultan

sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran.

2. Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan

bertindak antara siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang,

setiap siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide dan pendapat,

saling berdiskusi dan berargumentasi dalam memahami suatu pokok

bahasan serta memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi kelompak.

3. Pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation siswa dilatih

untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, semua

kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik

yang telah dipelajari, semua siswa dalam kelas saling terlihat dan

mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut.

4. Adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar

mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

5. Pembelajaran kooperatif dengan metode group Investigation suasana

belajar terasa lebih aktif, kerjasama kelompok dalam pembelajaran ini

dapat membangkitkan semangat siswa untuk memiliki keberanian dalam

mengemukakan pendapat dan berbagaiinformasi dengan teman lainnya

dalam membahas materi pembelajaran.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11156/2/T1_292012612_BAB II.pdfyang di organisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran

11

2.1.4 Kekurangan dan Kelebihan Model Kooperatif tipe Group

Investigation

Setiawan (2006:9) mendeskripsikan beberapa kekurangan dari

model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation, yaitu:

1. Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan.

2. Sulitnya memberikan penilaian personal.

3. Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation, model pembelajaran kooperatif tipe Group

Investigation cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut

siswa untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami

sendiri.

4. Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang aktif.

5. Siswa yang tidak tuntas memahami materi prasyarat akan mengalami

kesulitan saat menggunakan model kooperatif tipe ini.

Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation selain

memiliki kekurangan juga memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

1. Secara Pribadi

a. Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas

b. Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif

c. Rasa percaya diri dapat lebih meningkat

d. Dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah

e. Mengembangkan antusiasme dan rasa pada fisik

2. Secara Sosial

a. Meningkatkan belajar bekerjasama

b. Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru

c. Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis

d. Belajar menghargai pendapat orang lain

e. Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11156/2/T1_292012612_BAB II.pdfyang di organisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran

12

3. Secara Akademis

a. Siswa terlatih untuk mempertanggung jawabkan jawaban yang

diberikan

b. Bekerja secara sistematis

c. Mengembangkan dan melatih keterampilan fisik dalam berbagai

bidang

d. Merencakan dan mengorganisasikan pekerjaannya

e. Mengecek kebenaran jawaban yang mereka buat

f. Selalu berfikir tentang cara atau strategi yang digunakan sehingga

didapat suatu kesimpulan yang berlaku umum

2.1.5 Langkah-Langkah Model Kooperatif Tipe Group Investigation

Kiranawati (2007), menjabarkan mengenai langkah-langkah metode

investigasi kelompok adalah sebagai berikut.

1. Seleksi topik

Siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah

umum yang telah digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa

selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang

berorientasi pada tugas (task oriented groups). Anggota kelompok

terdiri atas dua hingga enam orang.Komposisi kelompok heterogen

baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik.

2. Merencanakan kerja sama

Siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus,

tugas, dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan

yang telah dipilih dari seleksi topik.

3. Implementasi

Siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah

.Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan

dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk

menggunakan berbagai sumber, baik yang terdapat di dalam maupun

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11156/2/T1_292012612_BAB II.pdfyang di organisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran

13

di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan

setiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.

4. Analisis dan sintesis

Siswa menganalisis dan menyintesis berbagai informasi yang

diperoleh pada langkah dan merencanakan untuk meringkas dalam

penyajian yang menarik di depan kelas.

5. Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan presentasi yang menarik dari berbagai

topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling

terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik

tersebut.Presentasi kelompok dikoordinasi oleh guru.

6. Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi setiap

kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan.

Evaluasi dapat mencakup setiap siswa secara individu atau kelompok

dalam atau keduanya.

Berdasarkan langkah-langkah model kooperatif tipe group

Investigation. bahwa sintak model kooperatif tipe Grup Investigation akan

menjadi acuan pembuatan langkah- langkah pembelajaran

2.2 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

2.2.1 Belajar

Belajar diartikan sebagai usaha untuk mengubah tingkah laku. Belajar

adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri sesorang yang

mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan

berbuat (W.Gulo, 2002 :8)

Menurut Trianto (2010: 16) menyatakan bahwa proses belajar terjadi

melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak sengaja dan berlangsung

sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pelajaran.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11156/2/T1_292012612_BAB II.pdfyang di organisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran

14

Selanjutnya menurut Slavin (2000: 143) menyatakan, belajar merupakan

akibat adanya interksi antara secara stimulus dan respon.

Menurut Gagne (dalam suprijono 2009 :2) menyatakan bahwa belajar

adalah perubahan diposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui

aktivitas.

Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya

yang dianut. Guru dianut sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu

pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan

atau menerimanya. Proses belajar mengajar ini banyak didomonasi

aktivitas menghafal. Peserta didik sudah belajar jika mereka sudah hafal

dengan hal-hal yang telah dipelajarinya (Suprijono, 2009: 3). Lebih lanjut

menurut (Agus Suprijono, 2009) menyatakan, bahwa belajar adalah

diposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas.

Perubahan posisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses

pertumbuhan seseorang secara alamiah.

Menurut para pendapat ahli di atas tentang pengertian belajar dapat

disimpulkan bahwa, belajar merupakan proses usaha yang dilakukan

seseorang secara sadar untuk melakukan perubahan tingkah laku. Dari

belajar seseorang dapat mengetahui sesuatu yang pada dasarnya belum

mereka ketahui. Belajar merupakan proses dari tidak tahu menjadi tahu.

2.2.2 Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Nana Sudjana (2010: 22) adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hasil belajar merupakan

wujud dari keberhasilan belajar yang menunjukkan kecakapan dalam

penguasaan materi pengajaran.

Hasil Belajar menurut Bloom (Agus Suprijono, 2011: 7) mencakup

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah

knowlwedge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman,

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11156/2/T1_292012612_BAB II.pdfyang di organisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran

15

menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis

(menguraikan, menentukan, merencanakan, membentuk bangunan baru),

dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap

menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai),

organizations (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain

psikomotorik meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized.

Psikomotorik juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial,

manajerial, dan intelektual.

Hasil belajar menurut Winkel (Purwanto, 2011: 45), adalah

perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah

lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan

pengajaran yang dikembangkan oleh Blom, Simpson dan Harrow

mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Winkel, 1996: 244).

Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hal yang diharapkan

dari pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan perilaku tertentu

sebagai akibat dari proses belajarnya.

Berdasarkan berbagai definisi hasil belajar diatas, disimpulkan

bahwa hasil belajar merupakan suatu perubahan baik itu kemampuan atau

keterampilan yang dimiliki siswa setelah mengalami aktivitas dari proses

belajar yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Dan hasil belajar menurut

Winkel di atas yang digunakan oleh peneliti untuk dijadikan ukuran dalam

mencapai tujuan pembelajaran dalam meningkatkan kreatifitas dan hasil

belajar siswa.

2.2.3 Pengukuran Hasil Belajar

Dilihat dari fungsinya, jenis penilaian ada beberapa macam menurut

Sudjana (2010: 5) yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian

diagnostik, penilaian selektif dan penilaian penempatan. Dalam penelitian

ini penilaian yang dilakukan adalah penilaian formatif yaitu penilaian

yang dilaksanakan pada akhir program belajar-mengajar untuk melihat

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11156/2/T1_292012612_BAB II.pdfyang di organisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran

16

tingkat keberhasilan proses belajar. Dari segi alatnya, penilaian hasil

belajar dapat dibedakan menjadi tes dan bukan tes (non test). Tes ini ada

yang diberikan secara lisan (menuntut jawaban secara lisan) ada tes

tulisan (menuntut jawaban sacara tulisan), dan ada tes tindakan (menuntut

jawaban dalam bentuk perbuatan). Dalam penelitian ini diukur dengan

soal pilihan ganda (kognitif), dan observasi sebagai alat ukur keaktifan

siswa.

2.3 Pengertian IPA

Menurut KTSP, (2006) IPA atau SAINS merupakan kumpulan

pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam pengetahuannya

secara umum terbatas pada gejala gejala alam. Perkembangan IPA

merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis

hasil kegiatan manusia tentang alam dan sekitarnya yang terwujud

melalui suatu rangkaian kerja ilmiah dan sikap ilmiah.

Menurut Trianto (2010: 136) IPA adalah suatu kumpulan

pengetahuan tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara

umum terbatas pada gejala-gajala alam. Perkembangannya tidak hanya

ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah

dan sikap ilmiah lanjut.

Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, dan sikap

ilmiah. Menurut Trianto (2010: 141) dalam buku model pembelajaran

terpadu dijelaskan bahwa hakikat IPA adalah ilmu kemampuan yang

mempelajari gejala-gajala melalui serengkaian proses yang dikenal

dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah yang

tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip dan teori

yang berlaku secara universal.

Berdasarkan para ahli disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu

kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, ilmu yang

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11156/2/T1_292012612_BAB II.pdfyang di organisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran

17

mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam sekitar yang

terwujud melalui suatu rangkaian kerja ilmiah.

2.3.1 Tujuan IPA di Sekolah Dasar

Tujuan mata pelajaran IPA menurut Permendiknas nomor 22 tahun

2006 adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Masa Esa

berdasarkan keberadaban, keindahan dan keteraturan dan ciptaan Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

4. Menggembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai ciptaan Tuhan.

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 ruang

lingkup mata pelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek sebegai

berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/materi, sifat sifat dan kegunaan meliputi: cair, padat, dan gas.

3. Energi dan perubahannya, yang meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,

listtrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan

benda-benda langit lainnya.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11156/2/T1_292012612_BAB II.pdfyang di organisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran

18

Tabel 2.2

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Energi dan

Perubahannya

7. Memahami gaya dapat

mengubah gerak dan/atau bentuk suatu

benda

7.1 Menyimpulkan hasil percobaan

bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda

7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan)

dapat mengubah bentuk suatu benda

8. Memahami berbagai

bentuk energi dan cara penggunaannya dalam

kehidupan sehari-hari

8.1 Mendeskripsikan energi panas dan

bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya

8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya

8.3 Membuat suatu karya/model untuk

menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari kertas/baling-

baling/pesawat kertas/parasut

8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi

melalui penggunaan alat musik

Bumi dan Alam Semesta

9. Memahami perubahan kenampakan permukaan bumi dan

benda langit

9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi

9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11156/2/T1_292012612_BAB II.pdfyang di organisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran

19

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

10. Memahami perubahan

lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan

10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab

perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut)

10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan

lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)

10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi,

banjir, dan longsor)

11. Memahami hubungan

antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi,

dan masyarakat

11.1 Menjelaskan hubungan antara

sumber daya alam dengan lingkungan

11.2 Menjelaskan hubungan antara

sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan

11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian

lingkungan

Pada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA kelas 4

semester 2 diatas, yang akan diteliti adalah pada Standar Kompetensi (SK) 8.

Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan

sehari-haridan Kompetensi Dasar (KD) 8.1 Mendeskripsikan energi panas

dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya.

2.3.2 Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation (GI) Dalam Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Group Investigation (GI) menurut Kiranawati (2007), diawali

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11156/2/T1_292012612_BAB II.pdfyang di organisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran

20

dengan guru mengajak siswa untuk menggali pengetahuan siswa dengan

bertanya jawab mengenai materi IPA tentang energi panas dan energi bunyi.

Guru memberikan materi pembelajaran dan memberikan masalah umum yang

akan dipecahkan oleh siswa. Siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu

wilayah masalah umum yang telah digambarkan lebih dahulu oleh guru.

Selanjutnya, siswa membentuk kelompok secara heterogen (tiap

kelompok yang terdiri dari 4-5 orang). Siswa beserta guru merencanakan

berbagai prosedur belajar khusus, tugas, dan tujuan umum yang konsisten

dengan berbagai topik dan yang telah dipilih dari seleksi topik.Guru

menjelaskan langkah-langkah dalam berdiskusi.

Setelah mendengarkan penjelasan gari guru, siswa melaksanakan rencana

pembelajaran dalam kelompok. Siswa dalam kelompok berdiskusi mengenai

topik permasalahan yang akan dipecahkan dalam kelompok dengan

penemuan. Setelah itu, siswa menganalisis dan menyintesis berbagai

informasi yang diperoleh. Masing-masing kelompok mempersiapkan hasil

diskusi kelompok untuk presentasi. Kemudian, semua kelompok menyajikan

presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari. Perwakilan

kelompok siswa melakukan presentasi hasil diskusi kelompok.

Pada akhir pembelajaran, melakukan evaluasi pembelajaran dengan

lembar observasi yang akan dikerjakan oleh siswa secara individu. Kemudian

guru memberikan motivasi kepada siswa sebagai penutup pembelajaran.

2.4 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh

beberapa peneliti yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation untuk memecahkan masalah pembelajaran IPA yang

mengacu ke arah yang hampir sama dengan penelitian yang penulis lakukan.

Penelitian tersebut antara lain:

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11156/2/T1_292012612_BAB II.pdfyang di organisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran

21

Sutanto (2012), pada penelitian yang berjudul Upaya meningkatkan

hasil belajar siswa pada pelajaran IPA melalui model pembelajaran group

investigation (GI) di kelas V SD N Gejayan, kec. Pakis, kab.Magelang tahun

ajaran 2011/2012. Menyimpulkan: Pembelajaran menggunakan metode

Group investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran IPA materi gaya, gerak. Saran yang dapat disampaikan peneliti

berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah guru dalam melakukan

pembelajaran hendaknya menggunakan metode Group Investigation(GI)

agarsiswa lebih aktif, kreatif, inovatif, dan senang. Dalam mendemonstrasikan

gambar didalam kelas agar anak tidak jenuh dan dapat menggunakan

miniature yang berhubungan dengan materi agar gambar lebih menarik. Hasil

yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan hasil belajar

dari tiap siklus dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan

sekolah yaitu 70. Pada pembelajaran IPA dengan materi peristiwa alam yang

terjadi di Indonesia dengan menggunakan metode Group Investigation (GI)

adapun hasilnya yaitu pada pra siklus ketuntasan belajar hanya dicapai oleh 7

anak dari seluruh siswa ( 21 siswa) yaitu sebesar 33% dengan rata- rata 58.

Sedangkan pada siklus I ketuntasan belajar dapat dicapai oleh 14 siswa dari

seluruh siswa (21 siswa) yaitu sebesar 66 % dengan rata-rata 69. Hal ini

menunjukkan peningkatan ketuntasan belajar yang dicapai siswa yaitu sebesar

33%. Sama halnya pada siklus II, dari siklus I dengan ketuntasan sebesar

66%, pada siklus II dapat meningkat menjadi 95% jadi mengalami kenaikan

ketuntasan sebesar 31% dengan nilai rata-rata 83. Dari hasil tersebut dapat

dikatakan bahwaPembelajaranmenggunakan metode Group Investigation (GI)

dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V Semester II SD Negeri

Gejayan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun 2011/2012.

Sudarmono (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Metode Group

Investigation berpengaruh terhadap hasil belajar dan aktivitassiswa pada mata

pelajaran IPA kelas III SDNegeri 1 Kemiri Kecamatan Kaloran Kabupaten

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11156/2/T1_292012612_BAB II.pdfyang di organisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran

22

Temanggung tahun pelajaran 2011/2012. Menyimpulkan bahwa penggunaan

metode Group Investigation dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

siswa. Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan melakukan observasi

terhadap aktivitas belajar siswa dan kegiatan mengajar guru. Dalam kegiatan

ini, aktvitas siswa berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.

Peningkatan hasil belajar nampak dari hasil ulangan harian siswa yang

mulanya hanya 66 kemudian meningkat menjadi 88. Sedangkan hasil analisis

data dari keaktifan siswa yaitu pada kondisi awal hanya 51 %, siklus I

mencapai persentase 77 %, dan siklus II dengan persentase 89 %.

Dari kajian penelitian Sutanto dan Sudarmodo penelitian tersebut

menarik minat peneliti untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Group Investigation (GI) untuk meningkatkan hasil melajar IPA di SDN

Kumpulrejo 03. Penelitian tindakan kelas di atas, dijadikan acuan penelitian

dalam memilih model pembelajaran dalam mengatasi permasalahan

pembelajaran khususnya pelajaran IPA.

2.5 Kerangka Pikir

Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) memberi

kesempatan kepada siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

menyelesaikan atau memecahkan masalah secara bersama. Selain itu

pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa meningkatkan sikap positif

siswa dalam pembelajaran IPA.

Pembelajaran dengan model kooperatif tipe Group Investigation (GI)

dimulai dengan seleksi topik. Selanjutnya perencanaan kerja sama mengenai

prosedur belajar khusus, tugas, dan tujuan umum yang konsisten dengan

berbagai topik dan yang telah dipilih dari seleksi topik yang akan dilakukan

dalam kelompok heterogen yang telah dibentuk. Kemudian implementasi

yaitu pelaksanaan rencana belajar yang telah direncanakan oleh kelompok

dalam pemecahan masalah. Kemudian dilakukan analisis dan sintesis

informasi yang akan digunakan dalam penyajian hasil pemecahan masalah.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11156/2/T1_292012612_BAB II.pdfyang di organisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran

23

Langkah berikutnya adalah penyajian hasil akhir dengan melakukan

presentasi hasil oleh masing-masing kelompok. Pada tahap ini diharapkan

terjadi intersubjektif dan objektivikasi pengetahuan yang telah dibangun oleh

suatu kelompok. Berbagai persepktif diharapkan dapat dikembangkan oleh

seluruh kelas atas hasil yang dipresentasikan oleh suatu kelompok diakhir

pembelajaran dilakukan dengan evaluasi. Evaluasi dapat memasukkan

assesmen individual atau kelompok.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11156/2/T1_292012612_BAB II.pdfyang di organisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran

24

Untuk lebih jelasnya kerangka berpikir ini, diringkas dalam gambar

sebagai berikut:

Pra siklus:

Guru belum

menggunakan

model

pembelajaran

konvensinal

Hasil belajar

belum mencapai

KKM Kondisi awal

Siklus I

Peningkatan hasil belajar meningkat,

KKM belum tercapai

Siklus I dan

siklus II:

Menggunakan

model

pembelajaran

kooperatif tipe

Group

Investigation

(GI)

Tindakan

Siklus II

Peningkatan hasil

belajar, KKM sudah

tercapai Kondisi akhir

Melalui penggunaan metode kooperatif tipe Group Investigation

(GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

IPA kelas IV SD Negeri 03 Kumpulrejo tahun ajaran 2015/2016

Gambar 2.1

Skema kerangka pikir

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11156/2/T1_292012612_BAB II.pdfyang di organisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran

25

2.6 Hipotesis Tindakan

Dengan mengacu pada landasan teori dan kerangka berpikir

sebagaimana yang telah diuraikan di atas, penulis mengajukan hipotesa

sebagai berikut:

1. Penggunaan model kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV

SD Negeri Kumpulrejo 03 kecamatan Argomulyo kota Salatiga tahun

ajaran 2015/2016