2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdfyang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis...

26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Petra Deviana, dkk. (2011) yang berlokasi di desa Toya Bungkah, Kintamani Bangli. Penelitian tersebut meneliti tentang “Identifikasi Potensi Wisata Dan Perencanaan Paket Wisata Di Kawasan Kintamani”. Observasi yang dilakukan terhadap potensi di kawasan Kintamani, diketahui bahwa masih banyak potesni yang belum dikembangkan dan mendapat perhatian secara maksimal terutama dari pemerintah daerah. Masyarakat lokal sendiri telah memiliki kesadaran yang tinggi akan pariwisata dan berusaha untuk mengembangkan kepariwisataan di daerahnya secara mandiri. Penelitian tersebut memiliki tujuan memeratakan pembangunan di seluruh kawasan Kintamani sehingga tak muncul ketimpangan antara daerah atas dengan bawah. Karena pengembangan pariwisata hanya berfokus di daerah Kintamani di daerah atas saja. Selain itu, pengembangan periwisata yang dilakukan lebih memperhatikan dan memberdayakan masyarakat lokal sehingga tingkat kesejahteraan di Kintamani dapat diangkat. Bagi Biro Perjalanan Wisata hendaknya dalam mebuat paket wisata lebih memperhatikan keterlibatan masyarakat lokal serta membuat paket wisata minat khusus sehingga tak muncul kejenuhan akan paket-paket wisata yang telah ada. Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Petra Deviana dkk adalah sama-sama mengidentifikasi potensi fisik dan membuat suatu perencanaan 8

Transcript of 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdfyang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis...

Page 1: 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdfyang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Petra Deviana, dkk. (2011) yang

berlokasi di desa Toya Bungkah, Kintamani Bangli. Penelitian tersebut meneliti

tentang “Identifikasi Potensi Wisata Dan Perencanaan Paket Wisata Di Kawasan

Kintamani”. Observasi yang dilakukan terhadap potensi di kawasan Kintamani,

diketahui bahwa masih banyak potesni yang belum dikembangkan dan mendapat

perhatian secara maksimal terutama dari pemerintah daerah. Masyarakat lokal sendiri

telah memiliki kesadaran yang tinggi akan pariwisata dan berusaha untuk

mengembangkan kepariwisataan di daerahnya secara mandiri. Penelitian tersebut

memiliki tujuan memeratakan pembangunan di seluruh kawasan Kintamani sehingga

tak muncul ketimpangan antara daerah atas dengan bawah. Karena pengembangan

pariwisata hanya berfokus di daerah Kintamani di daerah atas saja.

Selain itu, pengembangan periwisata yang dilakukan lebih memperhatikan dan

memberdayakan masyarakat lokal sehingga tingkat kesejahteraan di Kintamani dapat

diangkat. Bagi Biro Perjalanan Wisata hendaknya dalam mebuat paket wisata lebih

memperhatikan keterlibatan masyarakat lokal serta membuat paket wisata minat

khusus sehingga tak muncul kejenuhan akan paket-paket wisata yang telah ada.

Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Petra Deviana

dkk adalah sama-sama mengidentifikasi potensi fisik dan membuat suatu perencanaan

8

Page 2: 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdfyang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik

paket wisata. Sedangkan untuk perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang

dilakukan oleh Petra Deviana dkk adalah pada penelitian ini lebih menonjolkan

bagaimana perencanaan paket wisata budaya yang didalamnya mengemas suatu

produk produk wisata budaya yang ada di Kota Denpasar sedangkan untuk penelitian

yang dilakukan oleh Petra Deviana dkk membuat suatu perencanaan paket wisata

yang mengemas produk produk wisata di kawasan Kintamani. Penelitian selanjutnya

dilakukan oleh Sudana (2010) yang berlokasikan di kabupaten Bangli khususnya di

kawasan Kintamani. Penelitian tersebut bertemakan “Strategi Pengembangan

Pariwisata Minat Khusus Di Kawasan Pariwisata Kintamani Kabupaten Bangli”.

Penelitian tersebut diketahui bahwa strategi pengembangan pariwisata minat

khusus di kawasan Pariwisata Kintamani terdapat ada 2 strategi, yakni strategi grow

dan strategi build, yaitu strategi insentif seperti strategi penetrasi pasar, strategi

pengembangan pasar, dan strategi pengembangan produk. Penelitian tersebut

memiliki tujuan untuk mengembangkan daya tarik wisata unik yang lain selain

penelokan yang ada di kawasan Kintamani seperti, Kedisan, Toya Bungkah, Gunung

Batur, dan Trunyan. Karena daerah-daerah tersebut nyaris tidak menjadi daerah yang

dikunjungi wisatawan dilihat dari daerah tujuan wisata yang hanya terpusat di daerah

penelokan saja yang dijadikan tujuan akhir dari paket wisata yang dirancang oleh biro

perjalanan.

Pada penelitian ini ditemukan perbedaan antara penelitian yang sebelumnya dan

yang akan dibuat berupa lokasi penelitian yang berada di Kota Denpasar namun

memiliki kesamaan karena peneltian yang sebelumnya dilakukan juga membahas

mengenai Paket Wisata di Kintamani.

Page 3: 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdfyang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Wirawan (2009) yang berjudul

“Pengembangan Daya Tarik Wisata Bahari Secara Berkelanjutan di Nusa Lembongan

Kabupaten Klungkung”, tujuan dari penelitian ini untuk dapat mengetahui peran dari

stakehorlers dalam pengembangandan manfaat pengembangan bagi masyarakat.

Kesamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu sama-sama

menggunakan metode deskriptif kualitatif. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan

penelitian yang akan dilakukan adalah tempat dibuatnya penelitian.

Penelitian yang dilakukan oleh Swandewi (2014) dengan judul “Pengemasan

Paket Wisata Tirta di Kabupaten Buleleng”, penelitian ini dilakukan di Kabupaten

Buleleng tepatnya pada tujuh Desa yaitu, Desa Gitgit, Desa Pemaron, Desa

Kalibukbuk, Desa Temukus, Desa Banjar, Desa Seririt, dan Desa Pejarakan. Adapun

perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah jenis

pengemasan paket wisata, penelitian ini berupa pengemasan paket wisata tirta,

sedangkan penelitan yang akan dilakukan adalah pengemasan paket wisata city tour.

Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-

sama menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.

Penelitian lainnya yang dikutif dari jurnal internasional yang dilakukan oleh

David Bowie (2005) penelitian ini dilakukan di London dengan judul “Tourist

Satisfaction : A View from a Mixed International Guided Package Tour”, penelitian

ini dilakukan untuk mengidentifikasi variabel yang terkait dengan kepuasan

pelanggan dalam suatu paket wisata, baik itu pengaturan jadwal serta pelayanan.

Adapun persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah sama-

sama meneliti tentang paket wisata. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian

Page 4: 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdfyang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik

yang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif,

sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik analisis deskriptif

kualitatif.

Penelitian selanjutnya terkait dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Erica (2011) yang berjudul “Hotel Location and Tourist Activity in

Cities”. Penelitian ini dilakukan di China yang berfokus pada pariwisata perkotaan.

Peneliti menyimpulkan bahwa lokasi hotel memiliki dampak besar pada gerakan

wisata, dengan pangsa besar dari total anggaran waktu wisatawan menghabiskan

disekitar hotel. Penelitian ini mempunyai persamaan dengan penelitian yang akan

dilakukan adalah sama-sama meneliti tentang wisata kota. Perbedaan dari penelitian

ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah tempat atau lokasi dari penelitian.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Zekri Yazdi (2014) yang berjudul

“Promoting Tourism Destination :Heritage, History and Culture in International

Tourism”. Penelitian ini dilakukan di Malaysia membahas tentang wisata budaya,

sejarah, dan arkeologi. Penelitian ini mencoba untuk meneliti hubungan antara

budaya dengan kepuasan wisatawan. Perbedaan dari penelitian ini adalah

menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif sedangkan penelitian yang akan

dilakukan menggunakan teknik analisi deskriptif kualitatif. Adapun persamaan dari

penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang pariwisata budaya.

Page 5: 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdfyang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik

2.2 Tinjauan Konsep

2.2.1 Tinjauan Tentang Pariwisata

Pada hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari

seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan

kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi,

sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena

sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar. Istilah pariwisata

berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan

tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya karena suatu alasan

bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh

seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan

memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga karena kepentingan yang

berhubungan dengan kegiatan olahraga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan, dan

keperluan usaha yang lainnya (Suwantoro, 1997:3-4)

Pada undang-undang RI nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan

dijelaskan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang

atau sekekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,

pengembangan probadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang

dikunjungi, dalam jangka waktu sementara.

Page 6: 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdfyang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik

2.2.2 Tinjauan Tentang Potensi Wisata

Potensi wisata merupakan segala seusuatu yang menjadi andalan daya tarik

wisata untuk dikunjungi di suatu tempat. Daya tarik tersebut sengaja ditonjolkan

sebagai atraksi wisata. Atraksi wisata adalah semua yang menjadi daya tarik dan

mengapa wisatawan tertarik berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata, diantaranya :

1. Natural attraction yang berupa pemandangan dan segi geografis dari suatu

daerah tujuan wisata.

2. Cultural attraction yang berupa sejarah dan cerita rakyat, religi, seni, dan

kegiatan khusus.

3. Social attraction yang berupa kebiasaan penduduk, mata pencaharian

penduduk, bahasa, dan kesempatan untuk pertemuan sosial.

4. Built attraction yang berupa bangunan bersejarah dan bangunan

berarsitektur modern (Yoeti, 2002).

Erlingta Desty Fikriyondha (dalam Oka A, Yoeti, 1998) berpendapat bahwa

berhasilnya suatu tempat wisata hingga tercapainya kawasan wisata sangat tergantung

pada 3A yaitu atraksi ( attraction ), mudah dicapai (accessibility), dan fasilitas

(amenities).

Menurut Pendit (2002), secara umum potensi wisata dapat dikelompokkan

menjadi dua, yaitu :

1. Potensi Alamiah yaitu potensi yang ada di masyarakat yang berupa

potensi fisik, geografi, seperti potensi alam.

Page 7: 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdfyang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik

2. Potensi Budaya atau potensi non fisik yaitu potensi yang tumbuh dan

berkembang di masyarakat, seperti adat-istiadat , mata pencaharian,

kesenian, dan sebagainya.

Obioma (2013) menjelaskan pariwisata adalah semua tentang kenyamanan

dan kesenangan, orang suka mengunjungi tempat-tempat dan peristiwa yang mampu

membuat mereka berkesempatan untuk bersantai dan bersenang-senang. Tempat-

tempat dan acara menarik bisa seperti : alam budaya atau buatan (situasi dan

peristiwa buatan manusia). Berdasarkan pandangan ini, jenis-jenis potensi pariwisata

dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Potensi wisata alam atau Eco-Tourism adalah yang ada hubungannya

dengan alam yang indah seperti gua, dataran tinggi, pegunungan, air

terjun, batu, dan wisata alam lainnya seperti satwa liar, sumber daya air.

Ekowisata adalah perjalanan yang tujuannya ke daerah-daerah alami untuk

memahami budaya dan sejarah alam lingkungan dan tidak mengubah

integritas ekosistem, dan memproduksi peluang ekonomi yang membuat

konservasi sumber daya alam bermanfaat bagi masyarakat setempat.

2. Potensi wisata budaya adalah yang ada hubungannya dengan keunggulan

budaya dan keunikan dari orang, baik buatan manusia atau diwariskan. Di

antara warisan budaya dari orang yang menjadi sumber tempat wisata

seperti : tarian, musik, adat istiadat, monumen bersejarah, gambar, seni

dan kerajinan, keagamaan tradisional, pernikahan tradisional dan

penguburan, dan lain-lain.

Page 8: 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdfyang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik

3. Potensi wisata buatan atau artificial pariwisata adalah potensi pariwisata

berdasarkan pada penciptaan atau teknologi inovasi manusia dibidang

hiburan (bioskop, teater, taman, museum, dan pusat-pusat hiburan lainnya)

olah raga dan rekreasi (seperti kolam renang, klub olah raga, klub sosial,

dan pusat-pusat rekreasi lainnya) akomodasi (seperti hotel, motel, rumah

tamu, dan paket liburan berkemah) restoran, hotel dan fasilitas transportasi

seperti agen perjalanan, operator tur, pusat informasi wisata dan lain-lain.

Poerwadarminta (1993:766) mendefinisikan potensi sebagai kekuatan,

kesanggupan, kemampuan. Dikaitkan dengan potensi wisata, maka dapat dijelaskan

bahwa pengertian potensi wisata adalah seluruh potensi wisata alam dan budaya.

Potensi wisata merupakan segala sesuatu yang terdapat disuatu daerah yang dapat

dikembangkan menjadi daya tarik wista.

2.2.3 Tinjauan Tentang Paket Wisata

Paket wisata merupakan istilah yang sering kita dengar dalam dunia

pariwisata, khususnya pada wisatawan yang akan datang melalui biro perjalanan

wisata baik itu secara peroranganatau group. Paket wisata ini memberikan

kemudahan dan keuntunganbagi wisatawan yang datang secara rombongan sebab

semua komponen tour sudah termasuk dalam harga tour, dan harga tournya juga lebih

murah tergantung dari jumlah anggota rombongan

Menurut (Suwantoro, 1997:15) menyatakan bahwa : “package tour atau paket

wisata adalah sesuatu produk perjalanan wisata yang dijual oleh suatu Perusahaan

Biro Perjalanan atau Perusahaan Transport yang bekerja sama dengannya dimana

Page 9: 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdfyang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik

harga paket wisata tersebut telah mencakup biaya perjalanan, hotel, ataupun fasilitas

lainnya yang memberikan kenyamanan bagi pembelinya. Dengan kata lain paket

wisata ini adalah suatu produk wisata yang merupakan suatu komposisi perjalanan

yang disusun dan dijual guna memberikan kemudahan dan kepraktisan dalam

melakukan perjalanan wisata.

Paket wisata juga dapat diartikan sebagai suatu perjalanan wisata dengan satu

atau beberapa tujuan kunjungan yang disusun dari berbagai fasilitas perjalanan yang

tetap, serta dijual sebagai harga tunggal yang menyangkut dari seluruh komponen

dari perjalanan (Nuriata, 2014:11). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

paket wisata adalah suatu rencana perjalanan yang disusun berdasarkan beberapa

komponen tour dengan harga tertentu dimana harga tersebut termasuk biaya-biaya

yang diperlukan wisatawan selama mengikuti atau memakai paket wisata tersebut

diatas. Paket wisata tersebut digunakan oleh wisatawan agar mereka puas dalam

memilih objek wisata yang sudah disusun dalam bentuk paket.

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam membuat paket wisata

menurut Suyitno (2001 : 35-38), yaitu :

1. Rute Perjalanan

Rute perjalanan sebaiknya berbentuk putaran atau circle route, kecuali jika

kondisi tidak memungkinkan atau karena jarak yang terlalu dekat. Apabila antara

objek satu dengan yang lainnya dinyatakan dalam satuan jarak (kilometer) maka

terlebih dahulu harus ditransformasikan ke dalam satuan waktu (menit) dengan

menggunakan rumus :

Page 10: 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdfyang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik

Keterangan :

a = Jarak (distance)

b = Kecepatan rata-rata kendaraan (average velocity)

60 menit = Transformasi satuan waktu (1 jam = 60 menit)

2. Variasi Objek

Penyusunan objek yang dikunjungi disusun dengan urutan tertentu agar objek

wisata yang dikunjungi terkesan bervariasi dan tidak monoton. Karakteristik objek

merupakan dasar pertimbangan untuk membuat objek yang dikunjungi harus

divariasikan.

3. Tata Urutan Kunjungan

Tata urutan kunjungan menyangkut pemilihan kunjungan objek yang mana

dikunjungi lebih awal atau yang mana dikunjungi dibagian akhir, dan objek-objek

mana yang waktunya sudah ditentukan sehingga dalam menyusun urutan objek

kunjungan berdasarkan pada kondisi dan kebutuhan wisatawan.

Dalam pembuatan paket wisata ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan

yaitu :

1) Titik Awal (Starting Point)

Titik awal/starting point merupakan tempat yang ditentukan sebagai awal dari

perjalanan wisatawan untuk memulai tour. Titik awal untuk memulai tour dapat

(a:b) x 60 menit

Page 11: 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdfyang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik

berupa hotel, villa, airport atau tempat sesuai dengan kesepakatan antara wisatawan

dengan supir atau pramuwisata.

2) Titik Akhir (Finishing Point)

Titik akhir/finishing point merupakan tempat yang terletak pada akhir tour

yang merupakan akhir dari perjalanan wisatawan. Hotel, villa, dan airport merupakan

titik akhir dari sebuah tour, atau tempat yang telah disepakati antara wisatawan

dengan pramuwisata dan supir.

3) Waktu Tempuh Antar Objek Wisata

Waktu tempuh dalam dunia pariwisata terdapat usaha interprestasi dari

pramuwisata untuk menambah nilai lebih bagi wisatawan. Dalam artian waktu

tempuh ini tidak berarti balapan. Dalam menghitung waktu tempuh, perjalanan

diasumsikan lancar, tanpa adanya pemberhentian tambahan, tanpa kerusakan

kendaraan, tanpa kemacetan, dan yang terpenting adalah kenyamanan bagi wisatawan

dalam melakukan perjalanan.

Adapun acara wisata yang dibuat oleh Tour Operator biasanya berbagai

macam sesuai dengan kreativitas masing-masing. Acara wisata dibagi dalam tiga

bentuk yang diantaranya sebagai berikut :

1. Bentuk Uraian (essai style)

Dalam hal ini, acara wisata disajikan dalam bentuk uaraian singkat tentang

program yang akan dilakukan terdiri dari hari atau tanggal pelaksanaan serta

kegiatan setiap harinya.

Page 12: 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdfyang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik

2. Bentuk Tabel (tabulated sytle)

Penyajian berupa tabel dengan kolom-kolom antara lain :

1) Hari/tanggal (day/date)

2) Tempat (place)

3) Waktu (time)

4) Acara (itinerary)

5) Keterangan (remark)

3. Bentuk Grafik

Acara wisata yang disajikan dalam bentuk gambar atau grafik, berupa lambing-

lambang komponen yang digunakan dalam urutan acara. Dalam penyusunan

acara wisata, sebaiknya selalu memperhatikan pendistribusian waktu agar sesuai

dengan aktivitas dan sesuai dengan kebutuhan. Komponen yang lain selain

pembuatan acara wisata yaitu harga wisata karena wisatawan akan

memperhitungkan mengenai biaya yang harus dikeluarkan sebelum memutuskan

untuk melakukan perjalanan wisata. Suyitno (1999) juga menyatakan bahwa

harga wisatawan merupakan jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk

mengelola wisatawan ditambah dengan keuntungan yang diharapkan. Langkah-

langkah untuk menghitung harga suatu wisata antara lain :

1) Harga Wisata

Harga wisata merupakan jumlah keseluruhan biaya yang dkeluarkan untk

mengelola wisata, ditambah dengan keuntungan yang diharapkan. Harga wisata

dapt dirumuskan sebagai berikut :

Page 13: 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdfyang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik

Keterangan :

TP = Tour Price (harga wisata)

TC = Total Cost (jumlah biaya)

SC = Surcharge (keuntungan)

Surcharge dinyatakan dalam persentase tertentu dan diperhitungkan dari

jumlah biaya. Untuk memudahkan penghitung biaya wisata, maka hasil akhir

yang dicari dari penghitungan ini adalah harga wisata per orang. Akan tetapi,

suatu jumlah biaya dapat juga merupakan tanggungan kelompok. Berdasarkan hal

tersebut, maka biaya dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed

cost) dan biaya tidak tetap (variable cost).

Biaya tetap (fixed cost) merupakan biaya tanggungan kelompok wisatawan

dan besarnya biaya ditentukan oleh jumlah kelompok seperti tip pengemudi,

ongkos parker, waiter’s tip, tip pemandu, biaya administrasi dan lain-lain. Selain

itu, biaya ridak tetap (variable cost) merupakan biaya tanggungan peserta secara

perorangan dan besarnya biaya ditentukan oleh jumlah peserta, misalnya airport

tax, meals entrance fee dan lainnya. Kedua jenis biaya tersebut dapat dipadukan

menjadi biaya per orang dengan rumus sebagai berikut :

TP = TC + SC

Page 14: 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdfyang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik

Keterangan :

TCP = Jumlah biaya per orang (total cost per person)

TFC = Jumlah biaya tetap (total fixed cost)

TVC = Jumlah biaya tidak tetap (total variable cost)

n = Jumlah peserta (number of participants)

2) Komplimen (complimentary)

Complimentary disebut juga Free Of Charge (FOC) yaitu pembebasan

jumlah peserta tertentu dari pembayaran jika syarat yang ditentukan oleh tour

operator dipenuhi. Persyaratan tersebut berkaitkan dengan jumlah peserta yang

membeli tur secara bersama-sama. Harga wisata dengan memperhitungkan

complimentary dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

PC = Harga dengan complimentary tour price with complimentary

NP = Harga bersih (nett price)

n = Jumlah peserta (number of participants)

c = Jumlah peserta mendapat FOC

TCP = ���

� + TVC

PC = ���

(���)

Page 15: 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdfyang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik

3) Harga Jual (selling price)

Penjualan produk wisata dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara

langsung dan tidak langsung (melalui perantara). Jika distribusi produk dilakukan

melalui perantara,maka tour operator memberikan imbalan jasa tertentu kepada

perantara (agen) berupa komisi agen (agency commission). Agency Commission

dinyatakan dalam presentase tertentu. Harga yang memperhitungkan komisi agen

ini disebut dengan Harga Jual (selling price) dengan rumus perhitungan sebagai

berikut :

Keterangan :

SP = Harga jual (selling price)

AC = Komisi agen (agency commission)

PP = Harga akhir sebelumnya (previous price)

Patokan yang dipakai dalam perhitungan harga jual adalah hasil akhir

perhitungan harga sebelumnya. Jika harga sebelumnya sampai pada Nett Price,

maka harga itulah yang dipakai sebagai dasar. Namun jika perhitungan harga

sebelumnya adalah Price with Complimentary (PC), maka PC yang dipakai

sebagai patokan (Suyitno, 1999).

SP = ���

(������)× ��

Page 16: 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdfyang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik

2.2.4 Tinjauan Tentang City Tour

Menurut Law (1996:1), kota merupakan jenis destinasi pariwisata yang paling

penting di dunia sejak tahun 1980-an. Sebagai fenomena kepariwisataan dunia, kota

dipandang sebagai suatu proses kompleks yang terkait dengan budaya, gaya hidup,

dan sekumpulan permintaan yang berbeda terhadap liburan dan perjalanan (Page,

1995:1).

Kota merupakan destinasi dengan multimotivasi, tidak seperti resor-resor

pada umumnya (Law, 1996: 3). Orang-orang datang ke suatu kota untuk berbagai

tujuan: bisnis, kegiatan hiburan dan rekreasi, mengunjungi keluarga dan kerabat, atau

urusan pribadi lainnya. Seringkali, mereka mengunjungi kota untuk lebih dari satu

alasan. Orang yang pergi ke suatu kota untuk berbisnis, menyempatkan diri untuk

mengunjungi museum atau galeri seni di kota yang dikunjunginya. Atau mereka yang

dari luar negeri (wisatawan mancanegara) mengunjungi dan berwisata di kota tertentu

sebagai pintu gerbang untuk mengunjungi daerah lain di sekitarnya. Misalkan,

wisatawan mengunjungi Kota Tarakan karena fungsinya sebagai gerbang masuk yang

paling dekat dengan Pulau Derawan di Kabupaten Berau.

Page 17: 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdfyang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik

Pariwisata perkotaan memiliki karakteristik lain yang khas, berbeda dengan

pariwisata pada umumnya yang daya tarik wisatawanya memang ditujukan hanya

untuk mereka yang berwisata. Wisatawan perkotaan menggunakan fasilitas perkotaan

yang juga digunakan oleh penduduk kota sebagai daya tarik wisatanya (Law, 1996:

4). Misalnya, pusat-pusat perbelanjaan di Kota Bandung tidak hanya digunakan oleh

penduduk sebagai fasilitas belanja, tetapi juga menjadi daya tarik utama wisatawan

mengunjungi Bandung. Dalam konteks restrukturisasi perekonomian global dan

deindustrialisasi di beberapa kota di dunia, pariwisata dan pengembangan pariwisata

berperan penting dalam memperbaiki perekonomian kota yang mulai menurun (Law,

2000).

Pariwisata menjadi motivasi penting bagi revitalisasi kota pada masa itu.

Dengan bangkitnya kembali kota-kota di dunia, masyarakat menjadi makmur, dan

muncul kelompok menengah yang memacu peningkatan permintaan akan pariwisata

dan rekreasi, baik domestik maupun antar negara. Kota besar yang memiliki berbagai

daya tarik berupa peninggalan sejarah atau berbagai proyek baru menjadi sasaran

kunjungan masyarakat negara maju, di samping kunjungan ke kawasan wisata di

lokasi khusus (pantai, pegunungan).

Page 18: 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdfyang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik

Page (2003) mengemukakan bahwa pariwisata perkotaan tumbuh sebagai

akibat globalisasi perekonomian pada akhir tahun 1970an. Globalisasi yang terjadi

mengubah struktur perekonomian dunia, mengintegrasikan struktur perekonomian

nasional ke dalam struktur perekonomian internasional dalam bentuk perdagangan,

investasi asing, migrasi, dan teknologi. Hubungan antarnegara pada awal tahun 1980-

an meningkat semakin interaktif, multipolar, dan memiliki saling ketergantungan

yang tinggi. Hal ini mengakibatkan pola organisasi ekonomi terdesentralisasi pada

skala global sehingga otonomi kota-kota terhadap perekonomian menjadi menurun.

Kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya deindustrialisasi di perkotaan yang

membangkitkan investasi di industri jasa yang sangat besar, khususnya yang terkait

dengan konsumsi, pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21. Kemudian, dominasi

industri jasa ini lah menjadi ciri kota-kota pada saat ini (Page, 2003:27).

Penanaman modal yang tinggi di industri jasa (Page, 2003:27) serta upaya

revitalisasi kota-kota pada masa post-industrialisasi (van der Berg, Van der Borg dan

Van der Meer 1995: 5) ini memotivasi pemerintah kota-kota untuk mengembangkan

pariwisata sebagai stimulus utama bagi perbaikan ekonomi lokal dan regional (Roche,

1992 dalam Page, 2003:28). Pariwisata juga diharapkan dapat memacu perubahan-

perubahan kondisi politik kota sehingga dapat membangkitkan kembali daya tarik

lingkungan untuk investasi (Doorne, 1998 dalam Page, 2003:28).

Pertumbuhan pariwisata perkotaan pada masa itu mengakibatkan

berkembangnya tourism urbanisation, yaitu urbanisasi yang diakibatkan oleh

perkembangan pariwisata, yang fenomenya dijelaskan oleh Mullins (1991 dalam

Page, 2003: 39) sebagai berikut:

“...cities providing a great range of consumption opportunities, with the consumers

being resort tourists, people who move into these centres to reside for a short

time.....in order to consume some of the great range of goods and services on offer”.

Page 19: 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdfyang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik

Mullins (1991) juga mengatakan bahwa tourism urbanisation sebagai

urbanisasi yang didasarkan pada penjualan dan konsumsi kesenangan/pleasure.

Dalam perkembangannya, tourism urbanisation kemudian menumbuhkan bentuk –

bentuk khusus dari pariwisata perkotaan. Tidak banyak ahli-ahli pariwisata yang

mengungkapkan definisi dari pariwisata perkotaan. Klingner (2006:1) mendefinisikan

pariwisata perkotaan secara sederhana sebagai sekumpulan sumber daya atau

kegiatan wisata yang berlokasi di kota dan menawarkannya kepada pengunjung dari

tempat lain.

“a set of tourist resources or activities located in towns and cities and offered to

visitors from elsewhere”.

Definisi lain dikemukakan oleh Inskeep (1991:163) yang menekankan pada

peran pariwisata dalam perkotaan sebagai berikut:

“urban tourism……..a very common form of tourism takes place in large cities

where tourism may be important but is not a primary activity of the urban area”.

tetapi juga menyebutkan adanya town resort yaitu:

“……….typically oriented to a specific attraction feature such as snow skiing, beach,

lake, and marine recreation, spa facilities, mountain scenery, a desert climate,

important archaelogical and historic site, and religions pilgrimage” (Inskeep, 1991:

162). Mengacu pada definisi-definisi yang telah dikemukakan di atas, secara lebih

luas pariwisata perkotaan dapat didefinisikan sebagai bentuk umum dari pariwisata

yang memanfaatkan unsur-unsur perkotaan (bukan pertanian) dan segala hal yang

terkait dengan aspek kehidupan kota (pusat pelayanan dan kegiatan ekonomi) sebagai

daya tarik wisata. Pariwisata perkotaan tidak selalu harus berada di wilayah kota atau

pusat kota. Pariwisata perkotaan dapat berkembang di wilayah pesisir, misalnya,

dengan mengembangkan hal-hal yang terkait perkotaan sebagai daya tarik wisatanya,

berbeda dengan kota wisata. Kota wisata adalah kota yang memang dibangun untuk

Page 20: 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdfyang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik

pariwisata dan wisatawan, mengandalkan pariwisata sebagai sektor utama penggerak

perekonomian kota. Kota memiliki arti yang penting bagi pariwisata. Page (1995:9)

mengatakan karena fungsi – fungsinya yang khas, kota mampu menarik kunjungan

wisatawan. Karakteristik dari kota yang menarik bagi wisatawan adalah:

1. Daerah perkotaan memiliki sifat yang heterogen, artinya bahwa kota memiliki

ukuran (kota besar, kota kecil), lokasi (laut, pegunungan), fungsi (industri,

jasa, perdagangan), wujud, dan warisan budaya yang berbeda dan beragam.

2. Skala daerah perkotaan dan fungsi-fungsi berbeda yang secara terus-menerus

dipertahankan mengakibatkan kota bersifat multifungsi (pusat pemerintahan

juga pusat perdagangan, juga destinasi pariwisata utama).

3. Fungsi-fungsi yang berkembang di kota diproduksi untuk dan dikonsumsi

tidak hanya oleh wisatawan, tetapi juga oleh beragam pengguna. (Shaw dan

Williams, 1994 dalam Page 1995:9)

Mengidentifikasi arti pariwisata bagi kota tidak semudah mengidentifikasi arti

kota bagi pariwisata. Penggunaan fasilitas perkotaan bersama antara wisatawan dan

penduduk membuat perhitungan tentang arti penting pariwisata bagi kota menjadi

sulit untuk dilakukan. Walaupun demikian, beberapa penelitian telah berhasil

mengidentifikasi arti penting pariwisata bagi kota. European Commission, Tourism

Unit (2002) mengungkapkan bahwa pariwisata menjadi landasan kebijakan

pengembangan perkotaan yang mengkombinasikan sediaan/supply yang kompetitif

sesuai dengan harapan pengunjung dengan kontribusi positif terhadap terhadap

pembangunan kota dan kesejahteraan penduduknya.

Page 21: 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdfyang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik

Manente (2005) dan Page (2003) memperkuat pernyataan European

Commission di atas dengan mengatakan bahwa :

1. Pariwisata menempatkan dirinya pada struktur perekonomian yang kuat.

2. Pariwisata mendorong pembangunan perkotaan dan transportasi daerah.

3. Pariwisata dapat merevitalisasi perekonomian lokal.

4. Pariwisata perkotaan dapat mempengaruhi moral lokal dan citra kota yang

positif sehingga meningkatkan investasi dan produktivitas tenaga kerja lokal.

Seperti yang sudah dijelaskan, akibat dari perkembangan tourism

urbanization, Page (1995: 16) mengidentifikasikan tipologi bagi pariwisata perkotaan

sebagai berikut:

1. Ibu kota (Paris, London, New York, Jakarta, Bandung) dan kota budaya

(Roma, Yogyakarta).

2. Pusat metropolitan (Jakarta), kota sejarah (Rengasdengklok), dan kota-kota

pertahanan.

3. Kota-kota sejarah yang besar (Oxford, Cambridge, Venice, Jakarta)

4. Daerah dalam kota (Manchester)

5. Daerah waterfront yang direvitalisasi (London Dockland, Taman Impian Jaya

Ancol)

6. Kota-kota industri (Bradford, Bekasi, Karawang)

7. Resor tepi laut (Pangandaran) dan resor olahraga musim dingin (Lillehamer)

8. Kawasan wisata hiburan (Disneyland, Las Vegas, Taman Impian Jaya Ancol).

9. Pusat pelayanan wisata khusus (destinasi ziarah, spa: Lourdes, Cirebon,

Demak).

Page 22: 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdfyang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik

10. Kota seni/budaya (Florence, Denpasar, Bandung).

Tipologi yang dikemukakan oleh Page memungkinkan suatu kawasan

perkotaan memiliki dua tipologi pariwisata perkotaan. Misalnya Bandung, selain

daya tariknya sebagai ibu kota provinsi, Bandung juga merupakan kota seni dan

budaya. Tipologi lain dikemukakan oleh Law (1996: 2-3) yang mengelompokkan

pariwisata perkotaan ke dalam empat kategori, yaitu:

1. Ibu kota : memiliki peran administratif dan bisnis yang dapat menarik

wisatawan. Biasanya memiliki museum nasional, bangunan, dan monumen

memiliki nilai sejarah nasional.

2. Kota-kota industri : karakter dan citra industrial menjadi daya tarik bagi

wisatawan.

3. Kota dengan high-amenities : memiliki beragam fasilitas dari mulai

pemandangan alam, hiburan, sampai bisnis yang dapat menarik wisatawan.

4. Kota-kota daya tarik utama : kota yang fokus pada wisatawan dari luar

daerah/negara, biasanya kota dengan multifungsi.

Konsep pariwisata perkotaan berkembang seiring dengan perkembangan

pariwisata perkotaan di seluruh dunia. Konsep pariwisata perkotaan yang saat ini

berkembang di dunia sedikitnya ada enam konsep, yaitu tourist-historic city, cultural

city, resort city, fantasy city, creative city, dan urban ecotourism.

2.2.5 Tinjauan Tentang Pariwisata Budaya

Pariwisata budaya telah dikategorikan sebagai salah satu dari tiga jenis

pariwisata, di mana budaya menjadi faktor dominan untuk menarik kunjungan

Page 23: 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdfyang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik

wisatawan atau menjadi motivasi orang untuk melakukan perjalanan (McKercher &

du Cros, 2012:4). United Nations World Travel Organisation (UNWTO) (dalam

Csapo, 2012:205) memberikan definisi pariwisata budaya dari dua perspektif yakni

konseptual dan teknis. Definisi pariwisata budaya secara konseptual lebih

menekankan bahwa dalam jenis wisata ini wisatawan akan memperoleh informasi

dan pengalaman baru mengenai budaya dari destinasi yang dikunjunginya.

Sedangkan definisi secara teknis, lebih ditekankan pada jenis wisata yang berbasis

sumber daya budaya berupa atraksi budaya yang dimiliki oleh suatu destinasi yang

berbeda dengan negara asal wisatawan (Aristrawati, 2015). Pariwisata budaya

merupakan suatu ragam pariwisata yang melestarikan sumber-sumber yang

dimanfaatkannya, yaitu ragam pariwisata yang mengembangkan budaya secara

berkelanjutan (Picard, 2006:188).

Berdasarkan definisi UNWTO dapat diketahui bahwa pariwisata budaya

merupakan jenis wisata yang berbasis sumber daya budaya berupa atraksi budaya

sebagai daya tarik utama untuk menarik kunjungan wisatawan sehingga wisatawan

akan memperoleh informasi dan pengalaman baru mengenai budaya dari destinasi

yang dikunjunginya.

Pariwisata budaya berorientasi kepada keinginan seseorang untuk

menghabiskan waktu senggangnya ditengah-tengah masyarakat dengan

kebudayaannya yang dianggap menarik. Wisatawan seolah-olah menenggelamkan

diri kedalam kebudayaan setempat dengan melihat hiburan rakyat, makan diwarung

setempat, berbelanja di pasar, mengunjungi dan menjadi tamu penduduk, dan

sebagainya (Soekadijo 1997:55). Jadi dapat disimpulkan bahwa pariwisata budaya

Page 24: 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdfyang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik

merupakan suatu kegiatan wisata yang dilakukan dengan cara melibatkan diri ke

dalam masyarakat suatu daerah untuk melihat kebudayaan dari suatu daerah.

2.2.6 Tinjauan Tentang Daya Tarik Wisata

Dalam UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, daya tarik wisata

adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilaiyang berupa

keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi

sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Daya tarik wisata itu harus dikelola dengan

sedemikian rupa agar keberlangsungannya dan kesinambungannya terjamin

(Ismayanti, 2010:148).

Suwantoro (2004:19) Daya tarik wisata juga disebut objek wisata merupakan

potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata.

Pengusahaan objek dan daya tarik wisata dikelompokkan ke dalam :

1. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam.

2. Pengusahaan objek dan daya tarikwisata budaya.

3. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus.

Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu maka daya tarik wisata

harus dirancang dan dibangun/dikelola secara professional sehingga dapat menarik

wisatawan untuk datang. Membangun suatu objek wisata harus dirancang sedemikian

rupa berdasarkan kriteria tertentu.

Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasarkan pada :

1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan

bersih.

Page 25: 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdfyang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik

2. Adanya aksebilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.

3. Adanya cirri khusus/spesifikasi yang bersifat angka.

4. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang

hadir.

5. Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam dan

pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya.

6. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus

dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung

dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.

Page 26: 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdfyang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik