BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu...

29
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPA di sekolah menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Hal ini disebabkan karena IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan pembelajaran IPA ada penekanan pembelajaran Salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. (dalam http://tpardede.wikispaces.com/file/view/ipa_unit_1.pdf pada tanggal 13- 03-2012, 13:25). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA adalah suatu proses pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki dan menemukan pengetahuan melalui penelusuran ilmiah yang berupa fakta-fakta, konsep atau prinsip untuk diidentifikasi di alam sekitar.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran IPA

2.1.1 Pengertian Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Puskur, Balitbang Depdiknas (2009) menyatakan bahwa Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam

secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA

diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari

diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut

dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajaran IPA di sekolah menekankan pada pemberian

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Hal ini disebabkan

karena IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi

kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat

diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar

tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan

pembelajaran IPA ada penekanan pembelajaran Salingtemas (sains,

lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman

belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan

konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. (dalam

http://tpardede.wikispaces.com/file/view/ipa_unit_1.pdf pada tanggal 13-

03-2012, 13:25).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA

adalah suatu proses pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi yang dimiliki dan menemukan pengetahuan

melalui penelusuran ilmiah yang berupa fakta-fakta, konsep atau prinsip

untuk diidentifikasi di alam sekitar.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

6

2.1.2 Hakekat Pembelajaran IPA

Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009), merujuk pada

pengertian IPA itu maka disimpulkan bahwa hakekat pembelajaran IPA

meliputi empat unsur utama yaitu:

a. Sikap

Rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk

hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah

baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.

b. Proses

Prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah;

metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan

eksperimen atau percobaan, evaluasi pengukuran dan penarikan

kesimpulan.

c. Produk

Produk berupa fakta, prinsip, teori dan hukum atau dalil,

serta hasil dari suatu proses.

d. Aplikasi

Penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan

sehari-hari.

Keempat unsur tersebut merupakan ciri IPA yang utuh yang

sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses

pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul sehingga

peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh,

memahami fenomena alam melalui pemecahan masalah, metode ilmiah,

dan meniru cara ilmuan bekerja dalam menemukan fakta baru.

Menurut Sri Harsono (dalam Indah, 2008), prinsip-prinsip Piaget

dalam pengajaran IPA diterapkan dalam program-program yang

menekankan pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman-

pengalaman nyata dan pemanipulasian alat, bahan, atau media belajar yang

lain serta peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan

dan memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

7

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hakekat IPA itu

menekankan pada pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman nyata

didalam proses pembelajaran secara utuh tentang fenomena alam melalui

pemecahan masalah, metode ilmiah dengan pemanipulasian alat, bahan,

atau media belajar yang memungkinkan peserta didik untuk memperoleh

pengalamannya sendiri didalam pembelajaran.

2.1.3 Tujuan Pembelajaran IPA

Dalam pembelajaran IPA SD/MI betujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-

Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran

tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,

lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

(Kemendiknas dalam Dedy, 2011)

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Sekolah Dasar

dan MI ada beberapa tujuan pembelajaran IPA, antara lain:

a. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-kosep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

8

b. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran

tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,

lingkungan, teknologi dan masyarakat. (Refandi, 2006),

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, tujuan pembelajaran

IPA merupakan suatu pembelajaran yang membahas tentang ilmu alam

sehingga siswa dapat mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan

dan pemahamannya tentang konsep-konsep IPA dengan lingkungan

sekitar.

2.1.4 Ruang Lingkup Pelajaran IPA

Ruang lingkup Mata Pelajaran IPA SD/MI secara garis besar

terinci menjadi empat (4) kelompok, antara lain:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan

gas.

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,

listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan

benda-benda langit lainnya. (Kemendiknas dalam Dedy, 2011)

Keempat kelompok bahan kajian IPA SD/MI tersebut disajikan

secara spiral, artinya setiap bahan kajian disajikan di semua tingkat

kelompok tetapi dengan tingkat kedalaman pembahasan yang berbeda;

semakin tinggi tingkat kelompok semakin dalam bahasannya.

2.1.5 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA

Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan

landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran,

dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam penelitian

ini, peneliti menggunakan standar kompetensi dan kompetensi dasar

kelompok IV, semester 2. Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata

pelajaran IPA di sekolah dasar dapat dilihat dalam tabel 2.1 sebagai

berikut:

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

9

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelompok IV

Sekolah Dasar Semester II Tahun Ajaran 2011/2012

Standar

Kompetensi

Kompetensi

Dasar

7. Memahami gaya dapat

mengubah gerak dan/atau

bentuk suatu benda

7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa

gaya (dorongan dan tarikan) dapat

mengubah gerak suatu benda

7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa

gaya (dorongan dan tarikan) dapat

mengubah bentuk suatu benda

8. Memahami berbagai

bentuk energi dan cara

penggunaannya dalam

kehidupan sehari-hari.

8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi

yang terdapat di lingkungan sekitar serta

sifat-sifatnya

8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif

dan cara penggunaannya

8.3 Membuat suatu karya/model untuk

menunjukkan perubahan energi gerak

akibat pengaruh udara, misalnya roket

dari kertas/baling-baling/pesawat

kertas/parasut

8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi

melalui penggunaan alat musik

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

10

Standar

Kompetensi

Kompetensi

Dasar

9. Memahami perubahan

kenampakan permukaan

bumi dan benda langit

9.1 Mendeskripsikan perubahan

kenampakan bumi.

9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan

kenampakan bumi dari hari ke hari.

10. Memahami perubah-

an lingkungan fisik dan

pengaruhnya terhadap

daratan

10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab

perubahan lingkungan fisik (angin,

hujan, cahaya matahari, dan gelombang

air laut).

10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan

lingkungan fisik terhadap daratan (erosi,

abrasi, banjir, dan longsor)

10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan

kerusakan lingkungan (erosi, abrasi,

banjir, dan longsor)

11. Memahami hubungan

antara sumber daya alam

dengan lingkungan,

teknologi, dan

masyarakat

11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber

daya alam dengan lingkungan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

11

Standar

Kompetensi

Kompetensi

Dasar

11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber

daya alam dengan teknologi yang

digunakan

11.3 Menjelaskan dampak pengambilan

bahan alam terhadap pelestarian

lingkungan

(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, 2006)

Didalam penelitian ini peneliti mengambil standar kompetensi dan

kompetensi dasar sebagai berikut:

Standar Kompetensi : 10. Memahami perubahan lingkungan fisik

dan pengaruhnya terhadap daratan

Kompetensi Dasar : 10.1 Mendiskripsikan berbagai penyebab

perubahan lingkungan oleh angin, hujan, cahaya matahari dan

gelombang laut.

2.1.6 Metode Pembelajaran

2.1.6.1 Pengertian Metode Pembelajaran

Berdasarkan ethimologis, metode berasal dari bahasa Yunani

“Methodos” yang berarti mempunyai cara atau jalan yang ditempuh.

Metode pembelajaran adalah suatu kerangka kerja untuk melakukan

tindakan, atau suatu kerangka berfikir menyusun gagasan yang beraturan,

terarah dan terkonteks, yang relevan dengan maksud dan tujuan. Sehingga

dapat disimpulkan, metode adalah suatu sistem untuk melakukan suatu

tindakan. (dalam http://rakim-ypk.blogspot.com/2008/06/metode-

penilitian.html pada tanggal 4 januari 2012, 15:00)

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

12

Menururt T. Raka Joni dalam Siti (2009) metode pembelajaran

merupakan cara kerja yang diterapkan dan sesuai untuk mencapai tujuan

tertentu. Jadi metode merupakan suatu cara kerja untuk mencapai tujuan

yang ingin dicapai.

Menurut Moedjiono Cs dalam Ps. Widi Raharjo (2002) metode

pembelajaran adalah cara yang teratur untuk memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mendapat informasi dari orang lain, dimana informasi

tersebut dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.

Metode pembelajaran menurut Wina Sanjaya (2008) adalah sebagai

cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah

disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode

pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan

informasi dan mengimplementasikan rencana yang sudah disusun melalui

proses berfikir menyusun gagasan yang terarah dan terkonteks dalam

bentuk kegiatan nyata untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai di dalam

pembelajaran.

2.1.6.2 Macam-Macam Metode Dalam Pembelajaran

Menurut Ps. Widi Raharja (2002) ada bermacam-macam metode

pembelajaran, antara lain:

a. Metode Ceramah.

Metode ceramah adalah suatu penyajian bahan ajar atau

cara mengajar melalui penjelasan atau penuturan secara lisan oleh

guru kepada peserta didik.

b. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah suatu cara untuk menyajikan

bahan pelajaran dimana guru mengajukan pertanyaan yang harus

dijawab oleh siswa atau sebaliknya secara lisan. Metoda tanya

jawab akan menjadi efektif bila materi yang menjadi topik bahasan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

13

menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi.

Pertanyaaan yang diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup

(pertanyaan yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan

pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak kemungkinan

jawaban), serta disajikan dengan cara yang menarik.

c. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara menyajikan bahan

pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa di

dalam kelompoknya untuk mengadakan perbincangan secara

ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau

mencari berbagai alternatif pemecahan terhadap suatu masalah.

Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu

melibatkan semua anggota diskusi dan menghasilkan suatu

pemecahan masalah. Jika metoda ini dikelola dengan baik,

antusiasme siswa untuk terlibat dalam forum ini sangat tinggi. Tata

caranya adalah sebagai berikut: harus ada pimpinan diskusi, topik

yang menjadi bahan diskusi harus jelas dan menarik, peserta

diskusi dapat menerima dan memberi, dan suasana diskusi tanpa

tekanan.

d. Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas adalah suatu cara mengajar atau

penyajian materi melalui penugasan siswa untuk dikerjakan sesuai

waktu yang ditentukan. Pemberian tugas dapat secara individual

atau kelompok. Pemberian tugas untuk setiap siswa atau kelompok

dapat sama dan dapat pula berbeda. Agar pemberian tugas dapat

menunjang keberhasilan proses pembelajaran, maka: 1)

tugas harus bisa dikerjakan oleh siswa atau kelompok siswa, 2)

hasil dari kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dengan presentasi oleh

siswa dari satu kelompok dan ditanggapi oleh siswa dari kelompok

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

14

yang lain atau oleh guru yang bersangkutan, serta 3) di akhir

kegiatan ada kesimpulan yang didapat.

e. Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan

pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan

mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya.

Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami

sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses,

mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik

kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya. Di dalam

TIK, percobaan banyak dilakukan pada pendekatan pembelajaran

analisis sistem terhadap produk teknik atau bahan. Percobaan dapat

dilakukan melalui kegiatan individual atau kelompok. Hal ini

tergantung dari tujuan dan makna percobaan atau jumlah alat yang

tersedia. Percobaan ini dapat dilakukan dengan demonstrasi, bila

alat yang tersedia hanya satu atau dua perangkat saja.

f. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah suatu cara pengelolaan

pembelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan

kepada siswa suatu proses, situasi, benda, atau cara kerja suatu

produk teknologi yang sedang dipelajari. Demontrasi dapat

dilakukan dengan menunjukkan benda baik yang sebenarnya,

model, maupun tiruannya dan disertai dengan penjelasan lisan.

Demonstrasi akan menjadi aktif jika dilakukan dengan baik oleh

guru dan selanjutnya dilakukan oleh siswa. Metoda ini dapat

dilakukan untuk kegiatan yang alatnya terbatas tetapi akan

dilakukan terus-menerus dan berulang-ulang oleh siswa.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

15

g. Metode inquiry

Metode inquiry adalah suatu cara penyajian bahan ajar

dengan menghadapkan siswa pada suatu masalah untuk

menemukan penyebabnya dengan melalui pelacakan data/informasi

dengan pemikiran yang logis, kritis dan sistematis dalam rangka

mencapai tujuan pengajaran.

Dari beberapa metode pembelajaran di atas dalam penelitian ini

akan digunakan metode inquiry dan metode ceramah (metode ceramah)

untuk mengetahui perbedaan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa.

2.1.7 Metode Inquiry

2.1.7.1 Pengertian Metode Inquiry

Metode inquiry menurut Nanang dan Cucu (2009) merupakan

suatu rangkaian pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh

kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara

sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri

pengetahuan, sikap, dan ketrampilan sebagai wujud adanya perubahan

perilaku. Menurut Roestiyah (dalam Siti, 2009) metode inquiry merupakan

suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan

kelompok, dimana guru membagi tugas suatu masalah di dalam kelompok.

Siswa dibagi kedalam kelompok, setiap kelompok mengerjakan tugas yang

sudah ditentukan guru.

Menurut Piaget (dalam Wafi, 2009) metode inquiry merupakan

suatu metode yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan

eksperimen sendiri secara luas agar dapat melihat apa yang terjadi, ingin

melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari

jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan

penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan

yang ditentukan peserta didik. Menurut B. Joyce dan M. Weil (1996)

metode inquiry adalah sebuah model yang intinya melibatkan siswa

kedalam masalah asli dan menghadapkan mereka dengan sebuah

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

16

penyelidikan, membantu mereka mengidentifikasi konseptual atau metode

pemecahan masalah yang terdapat dalam penyelidikan, dan mengarahkan

siswa mencari jalan keluar dari masalah tersebut.

Wina Sanjaya (2008) mengemukakan metode inquiry adalah

rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir

secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban

dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya

dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Pembelajaran

inquiry ada tahap-tahapannya, antara lain, tahap orientasi, merumuskan

masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis,

dan yang terakhir adalah merumuskan kesimpulan (Wina Sanjaya, 2008).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode

inquiry adalah serangkaian kegiatan pembelajaran dengan menghadapkan

permasalahan pada peserta didik melalui proses penyelidikan dan

pengidentifikasian masalah untuk menemukan sendiri jawaban yang

sedang dibahas secara sistematis, analisis dari suatu masalah tersebut.

2.1.7.2 Macam-Macam Metode Inquiry

Menurut Nanang dan Cucu (2009), metode inquiry dibagi menjadi

tiga jenis berdasarkan besarnya bimbingan yang diberikan guru kepada

siswanya. Ketiga jenis metode itu adalah:

1) Inquiry terbimbing.

Metode inquiry terbimbing merupakan metode dimana guru

membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan

awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran

aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap

pemecahannya. Metode inquiry terbimbing ini digunakan bagi siswa

yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inquiry.

Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada

bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami

konsep-konsep pelajaran. Pada metode ini siswa akan dihadapkan

pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

17

diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu

menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara

mandiri.

2) Inquiry bebas

Pada metode ini, siswa diberi kebebasan untuk menentukan

sendiri masalah yang akan dimiliki, menemukan dan menyelesaikan

masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah

yang akan diperlukan. Selama proses pembelajaran, guru hanya

sedikit memberikan bimbingan. Salah satu keuntungan dari metode

ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah

dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu, karena

tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksikan jawabannya

sendiri.

3) Inquiry bebas yang dimodifikasi

Dalam metode ini, guru membatasi bimbingan agar siswa

berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa

menemukan sendiri jawaban. Namun, apabila siswa tidak dapat

menyelesaikan masalahnya, maka bimbingan dapat diberikan secara

tidak langsung yaitu dengan cara memberikan contoh-contoh yang

relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi

dengan siswa dalam kelompok lain.

Dari macam-macam metode inquiry di atas dalam penelitian ini

akan digunakan metode inquiry terbimbing. Dalam pembelajaran nanti

siswa dihadapkan pada suatu permasalahan untuk dipecahkan secara

individu maupun kelompok untuk menemukan jawabannya sendiri dari

suatu permasalahan tersebut.

2.1.7.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Metode Inquiry

Menurut Wina Sanjaya (2008), secara umum proses pembelajaran

dengan menggunakan metode inquiry dapat mengikuti langkah-langkah

sebagai berikut:

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

18

1) Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana

atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini

mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran.

Langkah orientasi merupakan langkah penting, keberhasilan model

ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktifitas

menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap orientasi

adalah:

Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang

diharapkan dapat dicapai oleh siswa.

Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan

oleh siswa untuk mencapai tujuan.

Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.

2) Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa

siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan

yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk

memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu

ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang

tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam

pembelajaran inquiry, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa

akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya

mengembangkan mental melalui proses berpikir.

3) Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan

yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji

kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk

mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap

anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat

mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

19

dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari

suatu permasalahan yang dikaji.

4) Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi

yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam

metode inquiry, mengumpulkan data merupakan proses mental yang

sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses

pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat

dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan

kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.

5) Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang

dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh

berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti

mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran

jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan

tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat

dipertanggungjawabkan.

6) Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan

temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk

mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu

menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (2008), ada lima tahap

pelaksanaan inquiri yang berangkat dari fakta sampai terjadinya suatu

teori. Lima tahapan tersebut adalah:

1) Menghadapkan pada perrmasalahan

Pada tahap guru memberi permasalahan dan menjelaskan

prosedur pelaksananan inquiri pada siswa.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

20

2) Pengumpulan data dan verifikasi

Pada tahap siswa mengumpulkan data atau informasi tentang

peristiwa atau masalah yang telah mereka lihat atau alami, dengan

mengajukan pertanyaan sedemikian rupa sehingga guru hanya

menjawab ya atau tidak.

3) Pengumpulan data eksperimentasi

Pada tahap ini siswa mengajukan faktor atau unsur baru

kedalam permasalahan agar dapat melihat apakah peristiwa itu dapat

terjadi secara berbeda.

4) Mengorganisir, formulasi dan penjelasan

Pada tahap ini guru meminta siswa untuk mengorganisir data

dan menyusun suatu penjelasan. Artinya, data tersebut telah

diorganisir kemudian dideskripsikan sehingga menjadi suatu paparan

hasil temuannya.

5) Analisis proses inquiry

Pada tahap ini siswa diminta untuk menganalisis proses

inquiry.

Menurut Soewarso (2010), langkah-langkah yang digunakan dalam

pembelajaran dengan metode inquiri adalah sebagai berikut:

1) Memperkenalkan masalah.

Pada tahap ini, guru memberikan suatu masalah yang akan

diselesaikan.

2) Mengumpulkan data.

Pada tahap ini diharapkan semua siswa bertanya kepada guru.

Jika siswa mendapat kesulitan dalam mengajukan pertanyaan, maka

guru harus membantunya dengan memberikan suatu pernyataan yang

berhubungan dengan tahap pertama.

3) Menganalisis Data

Pada tahap ini siswa bekerja secara individu atau secara

kelompok.

4) Membuat Hipotesa

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

21

5) Menguji Hipotesa

Pada tahap ini siswa akan menguji kebenaran hipotesa.

6) Membuat Kesimpulan

Pada tahap ini, baik individu atau kelompok siswa membuat

kesimpulan. Setelah itu siswa melaporkan hasil diskusi.

Dari ketiga pendapat tentang langkah-langkah pembelajaran inquiry

tersebut intinya sama, mulai dari memperkenalkan masalah,

mengumpulkan data, sampai dengan menarik suatu kesimpulan. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran inquiry adalah

sebagai berikut:

Tahap orientasi atau guru memperkenalkan masalah yang harus

diselesaikan siswa.

Siswa melakukan verifikasi dan eksperimentasi. Pada tahap ini siswa

merumuskan hipotesis. Pada tahap ini siswa dapat memecahkan

masalah yang mereka alami, dapat mengumpulkan data dari kegiatan

yang mereka alami, siswa dapat menentukan jawaban yang mereka

anggap benar sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh

berdasarkan pengumpulan data sehingga terjadi interaksi antar

anggota kelompok didalam satu kelompok

Kemudian siswa merumuskan peristiwa yang terjadi atau yang telah

dialami.

Siswa menganalisis proses penelitian. Pada tahap ini siswa membuat

kesimpulan dari kegiatan yang telah mereka alami.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode inquiry

merupakan sebuah metode pembelajaran yang berpusat pada siswa yang

mampu menciptakan siswa yang cerdas, terampil dan berpengetahuan luas

serta dapat bekerja sesuai dengan prosedur sehingga dapat menemukan

jawaban sendiri dari masalah yang dikaji.

Tujuan utama pembelajaran ini adalah untuk menolong siswa dalam

mengembangkan disiplin intelektual dan kemampuan berpikir dengan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

22

memberikan pertanyaan-pertanyaan, menyelesaikan masalah dan menarik

kesimpulan secara mandiri.

Metode inquiry menurut Roestiyah (1991) mempunyai beberapa

kelebihan dan kelemahan. Kelebihan metode inquiry antara lain:

Mendorong siswa untuk berpikir dan atas inisiatifnya sendiri,

bersifat obyektif, jujur, dan terbuka.

Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.

Dapat membentuk dan mengembangkan sel konsep pada diri siswa.

Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi

belajar yang baru.

Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan

hipotesanya sendiri.

Sedangkan kelemahan metode inquiry, antara lain:

Siswa perlu memerlukan waktu menggunakan daya otaknya untuk

berpikir memperoleh pengertian tentang konsep.

Siswa yang sulit berkonsentrasi dalam pembelajaran sering bermain

sendiri pada saat melakukan eksperimen.

Dalam pelaksanaan metode pembelajaran inquiry perlu diperhatikan

prinsip-prinsipnya, antara lain:

Pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat apabila siswa

menemukan sendiri.

Informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap apabila diikuti

dengan bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri oleh siswa.

Siklus inquiry adalah observasi (observation), bertanya

(questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data

(data gathering), dan penyimpulan (conclussion)

Langkah-langkah kegiatan inquiry: (a) merumuskan masalah, (b)

mengamati atau melakukan observasi, (c) menganalisis dan

menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan

karya lain, (d) mengomunikasikan atau menyajikan hasilnya pada

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

23

pihak lain (pembaca, teman sekelompok, guru, audiens yang lain).

(dalam http://www.duniapembelajaran.com/2011/02/metode-

pembelajaran-inquiry.html pada tanggal 4 Januari 2012, 15:05)

2.1.8 Metode Ceramah

Dalam metode ceramah yang pembelajarannya berpusat pada guru

(teacher-centred approaches), Metode ini relatif mudah dalam

penyampaiannya, namun cara ini kadang membosankan, maka dalam

pelaksanaannya memerlukan ketrampilan tertentu agar penyajiannya tidak

membosankan.

Menurut Roestiyah (1998) cara mengajar dengan ceramah itu

merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan

keterangan atau informasi, atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta

masalah secara lisan.

Peran guru dan siswa dalam penerapan metode ceramah dapat

dijelaskan dalam tabel 2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2 Penerapan Metode Ceramah Di Kelas

GURU SISWA

1. Berbicara sepanjang waktu

jam pelajaran yang tersedia.

2. Aktif sendiri sepanjang

waktu pelajaran.

3. Mendominasi kelompok.

Guru yang menentukan

semua kegiatan yang harus

dilaksanakan siswa.

4. Menempati suatu tempat

kedudukan yang tetap (di

belakang meja guru).

5. Komunikasi searah, yaitu

guru kepada siswa saja.

1. Mendengarkan atau

mencatat uraian yang

diberikan guru sepanjang

waktu yang tersedia.

2. Pasif dalam arti tidak

diberikan kesempatan untuk

bertanya, mengemukakan

pendapat sendiri atau

bergerak keluar dari kursi

atau bangkunya.

3. Mengikuti segala sesuatu

yang ditetapkan guru.

4. Menempati tempat duduk

yang tetap sepanjang waktu.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

24

5. Komunikasi searah, yaitu

hanya dari guru kepada

siswa.

Sumber: Sudaryo (1990)

Dari tabel di atas nampak bahwa dalam pembelajaran melalui

metode ceramah guru lebih mendominasi dalam memberikan materi

pembelajaran dan siswa hanya mendengarkan penjelasan guru di depan

kelompok.

Menurut Ps. Widi Raharjo (2002) metode ceramah mempunyai

beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan metode ceramah antara

lain:

Tepat untuk kelompok besar dan untuk menekankan hal-hal

penting yang sedang dipelajari.

Dapat untuk menghabiskan bahan pelajaran yang banyak dalam

waktu yang singkat.

Tidak terlalu menuntut menggunakan banyak alat/media peraga.

Untuk menjelaskan bahan pelajaran yang penting dan tidak terdapat

dalam buku teks.

Untuk bahan pelajaran yang dirasa sukar walaupun terdapat dalam

buku teks, tetapi guru perlu menjelaskan.

Sedangkan kelemahan dari metode ceramah antara lain:

Hanya menghasilkan ingatan jangka pendek pada siswa.

Kegiatan lebih berpusat pada guru, sehingga anak pasif.

Dapat melemahkan perhatian siswa, sehingga dalam pembelajaran

ada siswa yang bermain sendiri jika guru menyampaikan materi

dalam pembelajarannya kurang menarik.

Menimbulkan rasa bosan, sehingga materi tidak dapat diterima

dengan baik.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

25

Siswa kurang bisa menangkap penjelasan guru, jika dalam

pembahasan materi kalimat yang digunakan guru sulit dipahami

siswa.

2.1.9 Hasil Belajar

2.1.9.1 Pengertian Hasil Belajar

Setiap proses belajar mengajar, keberhasilan siswa dapat diukur

menggunakan tes atau non tes dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai

siswa di dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana (2010) hasil belajar

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya.

Menurut Woordworth dalam Ismihyani (2000), hasil belajar

merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar.

Woordworth juga mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan

aktual yang diukur secara langsung melalui tes dalam pembelajaran siswa.

Hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan mengetahui seberapa jauh

hasil yang telah dicapai. Suatu bukti keberhasilan atau kemampuan yang

dimiliki setiap individu dalam penguasaan materi dalam pembelajaran

yang dapat ditunjukkan dengan nilai atau skor.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan aktual siswa yang diukur

melalui tes dalam pembelajaran guna untuk mengetahui seberapa jauh

hasil yang telah dicapai siswa di dalam pembelajaran. Suatu bukti

keberhasilan atau kemampuan yang dimiliki setiap individu dalam

penguasaan materi dalam pembelajaran yang dapat ditunjukkan dengan

nilai atau skor.

2.1.9.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua. Dua faktor tersebut

akan dijelaskan dengan penjelasan sebagai berikut:

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

26

a) Faktor-faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa.

Faktor intern ini terbagi menjadi tiga faktor yaitu: faktor jasmaniah,

faktor psikologis dan faktor kelelahan.

1. Faktor jasmaniah

Pertama adalah faktor kesehatan. Sehat berarti dalam

keadaan baik segenap badan beseta bagian-bagiannya atau

bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang sangat berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa. Proses belajar akan terganggu jika

kesehatan seseorang terganggu, selain itu ia akan cepat lelah,

kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika badannya

lemah, kurang darah ataupun ada gangguan fungsi alat indera

serta tubuhnya.

Kedua adalah cacat tubuh. Cacat tubuh adalah sesuatu

yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna

mengenai tubuh. Cacat ini dapat berupa : buta, tuli, patah kaki,

patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Jika ini terjadi maka

belajar akan terganggu, hendaknya apabila cacat ia

disekolahkan di sekolah khusus atau diusahakan alat bantu

agar dapat mengurangi pengaruh kecatatan itu.

2. Faktor psikologis

Sekurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam

faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu

adalah: pertama inteligensi yaitu kecakapan untuk menghadapi

dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat

dan efektif, menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara

efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

Kedua perhatian yaitu keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa

itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan

objek. Ketiga minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. keempat

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

27

bakat yaitu kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini akan baru

terealisasi menjadi kecakapan nyata sesudah belajar atau berlatih.

Kelima motif harus diperhatikan agar dapat belajar dengan baik

harus memiliki motif atau dorongan untuk berfikir dan

memusatkan perhatian saat belajar. Keenam kematangan adalah

suatu tingkat pertumbuhan seseorang. Ketujuh kesiapan adalah

kesediaan untuk memberi renspon atau bereaksi. Dari faktor-

faktor tersebut sangat jelas mempengaruhi belajar, dan apabila

belajar terganggu maka hasil belajar tidak akan baik.

3. Faktor kelelahan

Kelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan

tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: kelelahan

jasmani dan kelelahan rohani (bersifat praktis).

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh

dan timbul untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi

karena kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh.

Sehingga darah tidak lancar pada bagian-bagian tertentu.

Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan

dan kebosanan, sehingga minat untuk menghasilkan sesuatu

hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala sehingga

sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk

bekerja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus-menerus karena

memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat,

menghadapi suatu hal yang selalu sama atau tanpa ada variasi

dalam mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai

dengan bakat, minat dan perhatiannya.

Menurut Slameto (2003) kelelahan baik jasmani maupun

rohani dapat dihilangkan dengan cara sebagai berikut: tidur,

istirahat, mengusahakan variasi dalam belajar, menggunakan

obat-obat yang melancarkan peredaran darah, rekreasi atau ibadah

teratur, olah raga, makan yang memenuhi sarat empat sehat lima

sempurna, apabila kelelahan terus-menerus hubungi sorang ahli.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

28

b) Faktor-faktor ekstern

Faktor eksten adalah faktor yang berasal dari luar siswa.

Faktor ini meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor

masyarakat yaitu dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari

keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota

keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

Sebagian waktu seorang siswa berada di rumah. Oleh karena itu,

keluarga merupakan salah satu yang berperan pada hasil belajar.

Oleh sebab itu orang tua harus mendorong, memberi semangat,

membimbing, memberi teladan yang baik, menjalin hubungan

yang baik, memberikan suasana yang mendukung belajar, dan

dukungan material yang cukup.

2. Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup

metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi

siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu

sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan

tugas rumah. Sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan

besar memberi pengaruh pada hasil belajar siswa. Sekolah harus

menciptakan suasana yang kondusif bagi pembelajaran, hubungan

dan komunikasi perorang di sekolah berjalan baik, kurikulum

yang sesuai, kedisiplinan sekolah, gedung yang nyaman, metode

pembelajaran aktif-interaktif, pemberian tugas rumah, dan sarana

penunjang cukup memadai seperti perpustakaan sekolah dan

sarana yang lainnya.

3. Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh ini karena

keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor yang mempengaruhi

hasil belajar siswa ini meliputi: pertama kegiatan siswa dalam

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

29

mayarakat yaitu misalnya siswa ikut dalam organisasi

masyarakat, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain,

belajar akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam

mengatur waktunya. Kedua multi media misalnya: TV, radio,

bioskop, surat kabar, buku-buku, komik dan lain-lain. Semua itu

ada dan beredar di masyarakat. Ketiga teman bergaul, teman

bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang

kita duga. Teman bergaul yang baik akan memberi pengaruh yang

baik terhadap diri siswa begitu sebaliknya. Contoh teman bergaul

yang tidak baik misalnya suka begadang, pecandu rokok,

keluyuran minum-minum, lebih-lebih pemabuk, penjinah, dan

lain-lain. Keempat bentuk kehidupan masyarakat. Kehidupan

masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh pada hasil belajar

siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak

terpelajar, penjudi, suka mencuri, dan mempunyai kebiasaan yang

tidak baik akan berpengaruh jelek kepada siswa yang tinggal di

situ.

Melalui penjelasan faktorinten dan ekstern yang

mempengaruhi hasil belajar. Faktor intern meliputi: faktor

jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, dan faktor ekstern meliputi:

faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Faktor intern dan ekstern akan sangat mempengaruhi hasil

belajar, dan untuk memperoleh hasil belajar yang baik atau

memuaskan, maka siswa harus memperhatikan faktor-faktor

intern dan ekstern.

2.1.9.3 Pengukuran Hasil Belajar

Tes adalah alat untuk mengukur hasil belajar siswa. Dilakukannya

tes bertujuan untuk mengukur hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam

belajar. Terdapat persepsi yang kuat pada diri siswa umumnya bahwa

suatu nilai tes yang baik merupakan tanda hasil belajar yang tinggi,

sedangkan nilai tes yang rendah merupakan kegagalan dalam belajar. Nilai

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

30

tes dapat menjadi salah satu indikator untuk mengetahui ketercapaian hasil

belajar di dalam pembelajaran.

Teknik penilaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan tes tertulis, yaitu dengan cara guru memberikan tes

kepada siswa. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dapat diukur dengan

besarnya skor yang diperoleh dari instrumen tes. Dalam penelitian ini,

instrumen tes pada saat tes awal pra penelitian berupa 15 soal pilihan

ganda untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

sedangkan untuk tes akhir berupa 20 soal pilihan ganda. Cara untuk

menentukan hasil belajar adalah, siswa mengerjakan 20 soal pilihan ganda

pada saat tes akhir setelah diberikan perlakuan menggunakan uji t untuk

mengetahui perbedaan nilai signifikansi antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol, sehingga nampak adanya pengaruh nilai hasil belajar

yang diperoleh siswa dari setelah diberikan perlakuan. Di dalam

pembelajaran yang sudah menggunakan KTSP, setiap mata pelajaran

mempunyai batasan minimal ketuntasan belajar. Pada mata pelajaran IPA

di SDN 1 Sidomulyo dan SDN 3 Sidomulyo, batasan minimal ketuntasan

belajar atau KKMnya adalah ≥ 65. Jadi, jika skor siswa belum mencapai ≥

65, maka dapat dikatakan bahwa siswa tersebut belum tuntas, sedangkan

siswa yang skor atau hasil belajarnya sudah mencapai atau melebihi ≥ 65,

maka siswa tersebut dapat dikatakan tuntas dalam belajarnya.

2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan

Suatu penelitian yang akan dibuat, perlu memperhatikan penelitian

lain yang digunakan sebagai bahan kajian yang relevan. Adapun

penelitian-penelitian yang berkaitan dengan variabel penelitian yang akan

dilakukan adalah sebagai berikut:

Tutik (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh

Pemanfaatan Metode Inquiri Terhadap Prestasi Belajar IPA Siswa kelas V

SD Negeri Siwal 01 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang

Semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011”, menyimpulkan bahwa di dalam

penelitiannya, ada pengaruh pemanfaatan metode inquiry terhadap prestasi

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

31

belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Siwal 01 yang nampak pada hasil

rata-rata kelompok eksperimen dari hasil pretest sebesar 71,40, setelah

dilakukan treatmen dan siswa diberi tes, rata-rata kelompok menjadi 76,20,

dengan t hitung sebesar 2,451 dan t tabel sebesar 2,406 dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,022. Karena tingkat signifikansi pada T-test lebih

kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat

perbedaan yang nyata terhadap prestasi belajar siswa dalam pembelajaran

dengan pemanfaatan metode inquiry dan pembelajaran ceramah. Jadi

pemanfaatan metode inquiry dalam pembelajaran itu berpengaruh terhadap

prestasi belajar IPA siswa kelas V pada semester 2 di SD Negeri Siwal 01

pada semester II tahun ajaran 2010/2011. Di dalam penelitiannya jumlah

siswa kelas V ada 15 siswa di kelompok eksperimen, 12 siswa di

kelompok kontrol.

Wafi (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan Metode

Inquiri Guna Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa kelas IV Pada

Pembelajaran IPA Di SD Negeri Tutup II Kecamatan Tunjungan

Kabupaten Blora Semester I Tahun Ajaran 2009/2010”, menyimpulkan

bahwa di dalam penelitiannya ada peningkatan ketuntasan prestasi belajar

siswa yang terjadi secara bertahap, dimana pada kondisi awal hanya

terdapat 3 siswa (10.71 %) yang telah tuntas dalam belajarnya, pada Siklus

I ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 20 siswa (78,57 %) yang

telah tuntas, dan pada Siklus II ketuntasan belajar siswa menjadi 100%.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode inquiri dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV Pada Pembelajaran IPA Di

SD Negeri Tutup II Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Semester I

Tahun Ajaran 2009/2010. Di dalam penelitiannya jumlah siswa kelas IV

ada 28 siswa, 13 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.

Abdul (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan metode

inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi kerangka manusia

pada siswa kelas IV SDN Pagentan II Singosari Kabupaten Malang”,

menyimpulkan bahwa di dalam penelitiannya ada peningkatan ketuntasan

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

32

hasil belajar siswa yang terjadi secara bertahap, dimana peningkatan ini

ditunjukkan oleh perbandingan rata-rata hasil belajar yang dicapai antara

siklus I (39,29), siklus II (85,71) peningkatan prosentase 46,42. Dan juga

adanya peningkatan aktivitas siswa dari siklus I yang hanya 62,9 menjadi

74,5 pada siklus II. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan metode

inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi kerangka manusia

pada siswa kelas IV SDN Pagentan II Singosari Kabupaten Malang.

Berdasarkan ketiga penelitian tersebut nampak jelas terdapat

pengaruh penggunaan metode inquiry terhadap hasil belajar siswa.

Sehingga penelitian di atas mendukung penelitian ini. Pada penelitian ini

ditekankan penggunaan metode inquiry yang dianggap dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa.

2.3 Kerangka Berpikir

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan

secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Dalam

proses belajar-mengajar terkandung serangkaian perbuatan pendidik/guru

dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam

situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan

timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi

berlangsungnya proses belajar-mengajar. Guru dalam proses belajar

mengajar bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran,

melainkan menanamkan sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang

belajar. Selain itu guru di dalam pembelajaran harus menggunakan metode

pembelajaran yang sesuai dengan materi yang sedang dibahas. Karena

metode pembelajaran yang sesuai akan berpengaruh pada keberhasilan

proses belajar mengajar. Sebagaimana keberhasilan proses pembelajaran

tentunya tidak lepas dari guru sebagai salah satu perencana didalam

pembelajaran. Tingkat keberhasilan proses belajar mengajar dapat

dicerminkan dengan hasil belajar siswa yang mencapai KKM.

Di SDN 1 Sidomulyo dan SDN 3 Sidomulyo dalam pembelajaran

IPA semester I sebagian besar siswa kelas IV belum mencapai KKM. Hal

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPA 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/932/3/T1_292008207_BAB II.pdfkonsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah ... Produk berupa

33

ini disebabkan guru di dalam pembelajaran masih menggunakan metode

ceramah pada saat pembelajaran berlangsung. Sehingga anak kurang

antusias di dalam pembelajaran dan kurang memahami materi. Untuk

mengatasi hal tersebut maka perlu digunakan metode pembelajaran yang

menarik, kreatif dan inovatif oleh guru. Salah satu metode pembelajaran

yang dapat menjadi alternatif guru adalah metode inquiry. Dengan metode

ini siswa dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa

memecahkan masalah sendiri sampai siswa dapat menemukan jawaban

dari masalah itu.

Melalui penggunaan metode inquiry siswa akan lebih mudah

memahami dan menguasai materi dalam pembelajaran IPA, siswa lebih

antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, motivasi belajar siswa

lebih optimal, siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga

suasana kelompok menjadi lebih menarik dan tidak membosankan

sehingga dapat menjadikan pembelajaran lebih bermakna, yang akhirnya

akan meningkatkan hasil belajar siswa.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang diuraikan,

dapat diajukan hipotesis penelitian, bahwa ada pengaruh penggunaan

metode inquiry dalam pembelajaran IPA dengan materi perubahan

lingkungan terhadap hasil belajar siswa kelas IV semester II SDN 1 dan 3

Sidomulyo Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora.