BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... ·...

33
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA Pada hakikatnya IPA merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaaan (Induktif) namun pada perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif) (Sulistyowati dan Wisudawati, 2015:22-30). Ada tiga istilah yang terlibat dalam hal ini, yaitu “ilmu”, “Pengetahuan”, dan “Alam”. Ilmu adalah pengetahuan yang ilmiah, pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah, artinya diperoleh dengan metode ilmiah. Dua sifat utama ilmu adalah rasional, artinya masuk akal, logis, atau dapat diterima akal sehat, dan objektif. Artinya, sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataan, atau sesuai dengan pengamatan. Dengan pengertian ini, IPA dapat diartikan sebagai pengetahuan yang sistematis yang dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala- gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi (Trianto, 2014:136). Adapun menurut Wahyana (2014:136) mengatakan bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala- gejala alam”. Dari berbagai pendapat yang telah dipaparkan di atas dapat dinyatakan bahwa pada hakikatnya IPA merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap siswa seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Proses pembelajaran IPA terdiri atas 3 tahap, yaitu perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil belajar.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... ·...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hakikat IPA

Pada hakikatnya IPA merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan

dikembangkan berdasarkan percobaaan (Induktif) namun pada perkembangan

selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif)

(Sulistyowati dan Wisudawati, 2015:22-30). Ada tiga istilah yang terlibat dalam hal

ini, yaitu “ilmu”, “Pengetahuan”, dan “Alam”. Ilmu adalah pengetahuan yang ilmiah,

pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah, artinya diperoleh dengan metode ilmiah.

Dua sifat utama ilmu adalah rasional, artinya masuk akal, logis, atau dapat diterima

akal sehat, dan objektif. Artinya, sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataan,

atau sesuai dengan pengamatan. Dengan pengertian ini, IPA dapat diartikan sebagai

pengetahuan yang sistematis yang dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-

gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi (Trianto,

2014:136). Adapun menurut Wahyana (2014:136) mengatakan bahwa “Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun

secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-

gejala alam”.

Dari berbagai pendapat yang telah dipaparkan di atas dapat dinyatakan bahwa

pada hakikatnya IPA merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya

secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode

ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap siswa seperti rasa ingin

tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Proses pembelajarannya menekankan pada

pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Proses pembelajaran IPA

terdiri atas 3 tahap, yaitu perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses

pembelajaran, dan penilaian hasil belajar.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

8

Proses pembelajaran IPA dapat digambarkan pada gambar 2.1 di bawah ini :

Gambar 2.1

Siklus pembelajaran IPA

Latar belakang dari proses pembelajaran IPA menurut KTSP Standar Isi 2006

adalah Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut

dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dari latar belakang

ini pembelajaran IPA mempunyai pengaruh penting dalam kehidupan manusia pada

umumnya. Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini, manusia akan termotivasi

untuk melakukan penemuan dan inovasi untuk menunjang kehidupannya.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan

manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.

Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk

terhadap lingkungan. Di tingkat SD diharapkan ada penekanan pembelajaran

Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada

pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan

konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Mata Pelajaran IPA di SD menurut KTSP Standar Isi 2006 bertujuan agar

peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya;

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 3)

Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat; 4) Mengembangkan keterampilan proses

Perencanaan

Proses Pembelajaran IPA

Pelaksanaan

Pembelajaran IPA

Penilaian Hasil

Hasil Belajar IPA

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

9

untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat

keputusan; 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam

memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam; 6)

Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; 7) Memperoleh

bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk

melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Ruang lingkup pembelajaran IPA untuk SD meliputi berbagai aspek yang

berkaitan dengan kehidupannya sehari-hari. Ruang lingkup tersebut yaitu makhluk

hidup dan proses kehidupan, meliputi manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya

dengan lingkungan, serta kesehatan. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya

meliputi cair, padat dan gas. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas,

magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. Bumi dan alam semesta meliputi

tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Pembelajaran IPA di SD harus mampu mendorong siswa untuk dapat memiliki

ketrampilan IPA yang berkaitan dengan Sains, Lingkungan, Teknologi dan

Masyarakat yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran IPA

berdasarkan ruang lingkupnya. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran IPA

dibutuhkan strategi/metode pembelajaran yang mampu mengarahkan siswa untuk

memiliki ketrampilan salingtemas tersebut.

Metode pembelajaran yang dianggap memiliki potensial lebih dalam

mengembangkan pembelajaran IPA di SD menurut peneliti adalah metode Discovery

Learning. Hal ini dikarenakan metode pembelajaran Discovery Learning

(pembelajaran penemuan) guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru

harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan

tujuan (Kurniasih, 2014:64). Dengan demikian, semakin jelas bahwa proses belajar

mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa

menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah

siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses

pendidikan maupun produk pendidikan. Maka penyajian materi atau konsep tidak

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

10

dilakukan secara informatif melalui ceramah. Pembelajaran IPA, sebaiknya

melibatkan siswa dalam kegiatan yang memungkinkan siswa untuk membangun

pengetahuanya sendiri. Agar situasi ini terjadi maka pemilihan metode pembelajaran

menjadi penentu penting. Dengan demikian, diharapkan dengan menerapkan metode

discovery learning berbantuan benda konkret dalam pembelajaran tujuan

pembelajaran IPA seperti yang diharapkan dapat tercapai.

Dalam pembelajaran IPA demi tercapainya tujuan pembelajaran maka

disusunlah acuan dalam standar kompetensi (SK) yang kemudian diperinci ke dalam

kompetensi dasar (KD). Berdasarkan BNSP 2006 Tentang Standar Isi “Standar

Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar

minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan

dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD

didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun ke mampuan,

bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.

Seorang guru/dosen IPA wajib memiliki empat kompetensi, sebagaimana

telah ditetapkan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UU No. 14 Tahun 2005)

dan Standar Nasional Pendidikan (PP No. 19 Tahun 2005). Kompetensi tersebut

ialah :

1) Kompetensi pedagogic, yaitu kemampuan melaksanakan proses

pembelajaran IPA;

2) Kompetensi professional yaitu kemampuan menguasai materi IPA;

3) Kemampuan kepribadian yaitu kemampuan menjadi teladan bagi

peserta didik dan sejawat, atasan, dan bawahan;

4) Kompetensi social, yaitu kemampuan hidup bermasyarakat di

sekolah maupun di luar sekolah.

2.2 Metode Discovery Learning

Menurut Sudjana (2008:76), metode pembelajaran adalah “cara yang

digunakan guru dalam menjalin hubungan dengan peserta didik pada saat

berlangsungnya pembelajaran”. Menurut Hamdani (2011:80) metode pembelajaran

adalah “cara yang digunakan guru untuk menyampaikan pembelajaran kepada

siswa”. Hal ini sependapat dengan Yamin (2007:281) “metode pembelajaran

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

11

merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan materi pembelajaran

kepada siswa untuk mencapai tujuan”. Menurut Suprihatiningrum (2014:154) metode

pembelajaran adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan

suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.

Dari pendapat di atas menitikberatkan bahwa metode merupakan suatu strategi

atau cara yang digunakan dalam pembelajaran melalui penyajian, penguraian materi

pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penggunaan metode

yang tepat akan berpengaruh pada penerimaan materi pembelajaran oleh siswa.

2.2.1 Pengertian Metode Discovery Learning

Dalam pembelajaran menggunakan Discovery Learning merupakan “proses

pengalaman” yang berpusat pada siswa dimana kelompok siswa di bawa ke dalam

suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan di dalam suatu prosedur

kelompok yang digariskan secara jelas (Hamalik, 2011:131-132). Menurut Sani

(2014:97) “metode Discovery Learning merupakan pembelajaran kognitif yang

menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik

belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri”. Kegiatan discovery dapat menambah

pengetahuan dan keterampilan peserta didik, hal ini sejalan dengan Illahi (2012:33-

34) “Discovery Learning merupakan salah satu metode yang memungkinkan para

anak didik terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar dan siswa mampu

menggunakan proses mentalnya untuk menemukan suatu konsep atau teori yang

sedang dipelajari”. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam pembelajaran discovery

learning siswa dilatih menarik kesimpulan dari fakta hasil pengamatan melalui

percobaan yang telah dilakukan.

Dalam discovery learning guru harus memberikan kesempatan kepada siswa

untuk belajar secara aktif dan guru berperan sebagai pembimbing. Sehingga guru

berperan sebagai motivator, fasilitator dan manager pembelajaran (Kosasih,

2014:84). Adapun karakteristik dalam discovery learning menurut Hosnan,

(2014:284) meliputi: 1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk

menciptakan, menggabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan; 2) berpusat pada

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

12

siswa; 3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang

sudah ada.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas mengenai discovery learning

(penemuan) penting untuk diterapkan pada pembelajaran IPA yang pada dasarnya

menitikberatkan pada suatu proses penemuan dan guru disini lebih berperan penting

sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar

secara aktif. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif

dalam pembelajaran. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar

menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstrak, juga siswa banyak

meramalkan informasi tambahan yang diberikan. Pembelajaran dengan penemuan

membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi

informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.

2.2.2 Langkah – Langkah Metode Discovery Learning

Berikut langkah- langkah operasional metode dicovery learning menurut

Sani dan Kurniasih (2014:68):

1) Tahap persiapan, meliputi: a) Menentukan tujuan pembelajaran; b)

melakukan identifikasi karakteristik pada peserta didik; c) memilih

materi pelajaran; d) menentukan topic-topik yang harus dipelajari

peserta didik secara induktif; e) Mengembangkan bahan-bahan belajar

yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk

dipelajari peserta didik; f) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang

sederhana ke kompleks, dari yang konkrit ke abstrak, atau dari tahap

enaktif, ikonik sampai ke simbolik; g) Melakukan penilaian proses

dan hasil belajar peserta didik.

2) Tahap pelaksanaan, meliputi: a) Stimulation; b) Problem

statement; c) Data collection; d) Data Processing; e) Verification; (f)

Generalization.

Tahap pelaksanaan discovery learning di atas meliputi enam tahap yaitu

stimulation, problem statement, data collection, data processing, verification,

generalization berikut uraian langkah metode discovery learning dalam

melaksanakan pembelajaran menurut Sani dan Kurniasih (2014:68) meliputi:

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

13

a) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang

menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi

generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Stimulasi pada tahap

ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat

mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan.

b) Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)

Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi

sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,

kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban

sementara atas pertanyaan masalah). Memberikan kesempatan peserta didik untuk

mengidentifikasi dan menganalisa permasalahann yang mereka hadapi, merupakan

teknik yang berguna dalam membangun peserta didik agar mereka terbiasa untuk

menemukan suatu masalah.

c) Data collection (pengumpulan data)

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada peserta

didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pada tahap ini berfungsi untuk

menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian

anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi

yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber,

melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah

peserta didik belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan

dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja peserta

didik menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki. d) Data Processing (Pengolahan Data)

Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dari informasi yang telah

diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

14

ditafsirkan, dan semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan pada tingkat kepercayaan

tertentu. Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategori yang

berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut

peserta didik akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/

penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis. e) Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan

alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing.

f) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

Menurut Syah (2005:244) “tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah

proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku

untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi”.

Menurut Sani, (2014:99), tahapan pembelajaran menggunakan metode

Discovery Learning secara umum sebagai berikut:

a) Guru memaparkan topik yang akan dikaji, tujuan belajar, motivasi,

dan memberikan penjelasan ringkas; b) Guru mengajukan

permasalahan atau pertanyaan yang terkait dengan topik yang dikaji;

c) Kelompok merumuskan hipotesis dan merancang percobaan atau

mempelajari tahapan percobaan yang dipaparkan oleh guru, LKS, atau

buku. Guru membimbing dalam perumusan hipotesis dan

merencanakan percobaan; d) Guru memfasilitasi kelompok dalam

melaksanakan percobaan/investigasi; e) kelompok melakukan

percobaan atau pengamatan untuk mengumpulkan data yang

dibutuhkan untuk menguji hipotesis; f) Kelompok mengorganisasikan

dan menganalisis data serta membuat laporan hasil percobaan atau

pengamatan; g) Kelompok memaparkan hasil investigas (percobaan

atau pengamatan) dan mengemukakan konsep yang ditemukan. Guru

membimbing peserta didik dalam mengkonstruksi konsep

berdassarkan hasil investigasi.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

15

Berdasarkan pemaparan di atas, untuk memulai pembelajaran dengan

menggunakan metode Discovery Learning guru terlebih dahulu memaparkan topik

serta tujuan pembelajaran yang akan dipelajari dilanjutkan dengan mengajukan

permasalahan yang terkait dengan materi yang akan dipelajari. Setelah siswa

menemukan suatu masalah guru membuat kelompok kepada siswa untuk melakukan

percobaan dan mendiskusikan masalah yang telah diperoleh siswa dalam materi

pembelajaran. Kemudian guru memfasilitasi siswa berupa alat dan bahan untuk

melakukan percoban. Dalam melakukan percobaan siswa diminta untuk mengamati

dan menuliskan data atau informasi dari hasil percobaan tersebut. Setelah siswa

mendapatkan data atau informasi guru meminta siswa unuk membuat laporan sesuai

dengan informasi yang telah diperoleh dan meminta siswa untuk menyampaikan

laporan dari hasil percobaan tersebut.

2.2.3 Kelebihan Metode Discovery Learning

Metode Discovery Learning memiliki kelebihan/keuntungan dalam proses

pembelajaran. Adapun menurut Roestiyah (2012: 20-21) adalah sebagai berikut;

1) Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan;

memperbanyak kesiapan serta penguaaan keterampilan dalam proses

kognitif/pengenalan siswa; 2) Siswa memperoleh pengetahuan yang

bersifat sangat pribadi/individual sehingga dapat kokoh/mendalam

tertinggal dalamjiwa siswa tersebut; 3) Dapat membangkitkan

kegairahan belajar para siswa; 4) Teknik ini mampu memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai denan

kemampuannya masing-masing; 5) Mampu mengarahkan cara siswa

belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar

lebih giat; 6) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah

kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri; 7)

Strategi itu berpusatpada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai

teman belajar saja; membantu bila diperlukan.

Sedangkan Kelebihan metode Discovery Learning menurut Kurniasih

(2014:66) adalah sebagai berikut;

1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan

keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha

penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

16

bagaimana cara belajarnya; 2) Pengetahuan yang diperoleh melalui

metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian,

ingatan dan transfer; 3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena

tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil; 4) Metode ini

memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan

kecepatannya sendiri; 5) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan

belajarnya sendiri dengan melinatkan akalnya dan motivasi sendiri; 6)

Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena

memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya; 7)

Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif

mengeluarkan gagasan-gagasan; 8) Membantu siswa menghilangkan

skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang

final dan tentu atau pasti; 9) Siswa akan mengerti konsep dasar dan

ide-ide lebih baik 10) Membantu dan mengembangkan ingatan dan

teransfer kepada situasi proses belajar yang baru; 11) Mendorong

siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri 12) Mendorong siswa

berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri; 13) Memberikan

keputusan yang bersifat intrinsik; 14) Proses belajar meliputi sesama

aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya; 15)

Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa; 16) Kemungkinan

siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar; 17)

Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

Pembelajaran menggunakan metode discovery learning lebih berpusat

kepada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan,

artinya dalam pembelajaran discovery learning siswa akan lebih terlibat dan aktif

saat proses pembelajaran berlangsung, siswa akan mencari tahu sendiri informasi

atau data-data melalui percobaan yang dilakukan, tentunya akan menimbulkan rasa

senang pada siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang berdampak pada

meningkatnya keterampilan-keterampilan ataupun hasil belajar siswa.

2.2.4 Kekurangan Metode Discovery Learning

Selain kelebihan menggunakan metode discovery learning dalam pembelajaran

adapun Kekurangan metode discovery learning menurut Kurniasih (2014:67)

meliputi;

1) Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk

belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan

abstrak atau berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

17

konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan

menimbulkan frustasi; 2) Metode ini tidak efisien untuk mengajar

jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama

untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah

lainnya; 3) Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat

buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan

cara-cara belajar yang lama; 4) Pengajaran discovery lebih cocok

untuk mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara

keseluruhan kurang mendapat perhatian; 5) Pada beberapa disiplin

ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang

dikemukakan oleh para siswa; 6) Tidak menyediakan kesempatan-

kesempatan untuk berpikir yang akan ditemukan oleh siswa karena

telah dipilih terlebih dahulu oleh guru

Dengan demikian untuk dapat mengatasi kekurangan metode Discovery

Learning yaitu guru harus membagi sama rata dalam kelompok yang kemampuan

lebih dan yang kurang dicampur agar yang kemampuannya kurang bisa dibimbing

oleh yang kemampuannya lebih. Selain itu untuk dapat mengatasi kekurangan

tersebut maka diperlukan bantuan guru yang dimulai dengan mengajukan beberapa

pertanyaan dan guru memberikan informasi secara singkat yang dapat dimuat dalam

lembar kerja siswa (LKS) yang telah dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran

dimulai, serta guru harus menjelaskan langkah-langkah metode Discovery Learning

kepada siswa melalui LKS yang telah dipersiapkan, sehingga siswa tidak mengalami

kebingungan atau kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan metode

Discovery Learning.

2.3 Metode Pembelajaran Konvensional

2.3.1 Pengertian Metode Pembelajaran Konvensional

Dalam pembelajaran menggunakan metode konvensional merupakan

“pembelajaran yang sudah terbiasa dilakukan oleh guru dan sifatnya berpusat pada

guru” (Majid dan Rochman 2014:184). Metode pembelajaran konvensional dilakukan

dengan menggunakan cara tradisional atau cara yang lama, yaitu dalam penyampaian

materi pembelajaran masih mengandalkan ceramah. Metode ceramah menurut

Rahyubi (2011:236) adalah sebuah metode atau cara mengajar yang dilakukan oleh

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

18

guru dengan menyampaikan materi, informasi atau pengetahuan secara lisan kepada

siswa. metode ceramah merupakan “suatu bentuk metode yang dilaksanakan oleh

guru dengan memberikan sejumlah informasi kepada sejumlah siswa, baik di dalam

atau di luar ruangan” (Soegeng Santoso dalam Etin Solihatin, 2013:122). Hal ini

sejalan dengan metode ceramah menurut James Popham, metode ceramah sebagai

metode mengajar dimana guru menyajikan informasi secara lisan (Etin Solihatin,

2013: 122).

Berdasarkan pendapat para ahli diatas mengenai metode pembelajaran

konvensional merupakan metode ceramah sebagai suatu bentuk interaksi belajar

mengajar yang dilakukan melalui penjelasan secara lisan oleh guru terhadap

kelompok siswa. Guru menjadi pusat tumpuan keberhasilan metode ceramah, dan

komunikasi yang dilakukan hanya searah yakni dari guru kepada siswa. Dengan

demikian akibat dari komunikasi searah dalam metode ini, maka guru haruslah

memiliki keterampilan menjelaskan (explaining skills) dan kemampuan memilih dan

menggunakan alat bantu penjelasan yang tepat.

2.3.2 Kelebihan Model Pembelajaran Konvensional

Kelebihan model pembelajaran konvensional menurut Ruminiati (2007: 2.4)

sebagai berikut:

1) Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.

2) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.

3) Lebih mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.

4) Biaya lebih murah dan dapat sekaligus untuk orang banyak.

5) Sangat tepat untuk guru yang akan memulai mengenalkan materi.

Sedangkan kelebihan metode pembelajaran konvensional Menurut Wina

Sanjaya (2006: 148) beberapa kelebihan metode ceramah diantaranya:

1. ceramah merupakan metode yang murah dan mudah, murah

maksudnya ceramah tidak memerlukan peralatan yang lengkap,

sedangkan mudah karena ceramah hanya mengandalkan suara guru

dan tidak memerlukan persiapan yang rumit;

2. ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas, artinya materi

pelajaran yang banyak dapat dijelaskan pokok-pokoknya saja oleh

guru;

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

19

3. ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu

ditonjolkan, artinya guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang

perlu ditekankan sesuai kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai;

4. melalui ceramah guru dapat mengontrol keadaan kelas, karena kelas

merupakan tanggung jawab guru yang ceramah;

5. organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi

lebih sederhana.

Pembelajaran menggunakan metode konvensional lebih berpusat guru

berperan yang aktif mengeluarkan gagasan-gagasan, artinya dalam pembelajaran guru

dapat mengatur pokok-pokok materi yang perlu ditekankan sesuai kebutuhan dan

tujuan yang ingin dicapai dan metode yang murah dan mudah, murah maksudnya

ceramah tidak memerlukan peralatan yang lengkap, sedangkan mudah karena

ceramah hanya mengandalkan suara guru dan tidak memerlukan persiapan yang

rumit.

2.3.3. Kekurangan Metode Pembelajaran Konvensional

Selain kelebihan menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran

adapun kekurangan model pembelajaran konvensional menurut Ruminiati (2007: 2.4)

sebagai berikut:

1. Siswa dengan karakteristik audutif (mendengar) dapat menyerap

informasi lebih mudah.

2. Apabila selalu digunakan dan terlalu lama maka pembelajaran akan

terkesan membosankan.

3. Tidak memberi kesempatan untuk bertukar pikiran dengan teman.

Sedangkan kekurangan metode pembelajaran konvensional Menurut Suyitno

(dalam Sulistiyorini, 2007:16), pada umumnya pembelajaran konvensional yang

sering dilakukan oleh pendidik selama ini memiliki banyak kelemahan antara lain

sebagai berikut:

1. Kegiatan belajar adalah memindahkan pengetahuan dari guru

ke siswa. Tugas guru adalah memberi dan tugas siswa adalah

menerima.

2. Kegiatan pembelajaran seperti mengisi botol kosong dengan

pengetahuan. Siswa merupakan penerima pengetahuan yang pasif.

3. Pembelajaran konvensional cenderung mengkotak-kotakkan siswa.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

20

4. Kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada hasil daripada

proses.

Dengan demikian untuk dapat mengatasi kekurangan metode pembelajaran

konvensional yaitu guru harus sudah menguasai materi dan sudah ditentukan urutan

penyampaiannya, dan pada saat penyampaian materei sebaiknya melalui gambar dan

alat-alat visual sehingga siswa memperhatikan guru berbicara, mencoba menangkap

apa isinya dan membuat catatan.

2.3.4 Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Konvensional

Etin Solihatin (2013:124) menjelaskan ada empat langkah pemakaian metode

ceramah meliputi:

1. Tahap persiapan ceramah

Tahap persiapan ceramah mencakup, mengorganisasi isi pelajaran

yang akan diceramahkan, mempersiapkan penguasaan isi pelajaran

yang akan diceramahkan, memilih dan mempersiapkan media

instruksional atau alat bantu yang akan digunakan dalam ceramah.

2. Tahap awal ceramah

Tahap awal ceramah mencakup, peningkatan hubungan guru-siswa,

peningkatan perhatian siswa, mengemukakan pokok-pokok isi

ceramah.

3. Tahap pengembangan ceramah

Tahap pengembangan ceramah mencakup memberi keterampilan

secara singkat dan jelas, mempergunakan papan tulis, menerangkan

kembali dengan menggunakan istilah atau kata-kata yang yang lebih

jelas, memperinci dan memperluas keadaan, memberikan balikan

(feed back) sebanyak-banyaknya selama berceramah, mengatur

alokasi waktu ceramah.

4. Tahap akhir ceramah

Melakukan tanya jawab dan mengadakan evaluasi untuk

mengevaluasi keberhasilan proses pembelajaran.

Berdasarkan pemaparan diatas, untuk memulai pembelajaran menggunakan

metode konvensional guru terlebih dahulu menyampaikan materi pokok, menjelaskan

materi, memberikan pertanyaan, menjawab pertanyaan siswa dan guru memberikan

tes.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

21

2.3.5 Peran Guru Dalam Metode Pembelajaran Konvensional

Peran guru dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode

pembelajaran konvensional adalah sebagai pendidik dan pengajar. Pendidik berarti

dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di kelas, guru berperan untuk

membentuk sikap dan karakter siswa. Guru berperan sebagai pengajar berarti guru

sebagai penyalur dan penyampai informasi atau materi kepada siswa. Guru harus

dapat menguasai materi pelajaran karena dengan menguasai materi ajar akan lebih

yakin dalam merumuskan tujuan belajar mengajar di kelas sehingga apa yang

dipelajari siswa setelah selesai proses pembelajaran menjadi jelas, dapat menyajikan

materi pelajaran secara sistematis dan tidak loncat-loncat sehingga tidak membuat

siswa bingung. Guru dapat lebih kreatif dan inovatif dalam menyampaikan materi

ajar. Menurut Abimanyu (2009: 6.4) dalam menggunaan metode pembelajaran

konvensional agar siswa tidak bosan dapat diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan

yang dapat membangkitkan konsentrasi siswa, menggunakan alat peraga untuk

menarik perhatian siswa dan mempermudah siswa dalam memahami materi yang

diajarkan, menciptakan interaksi antara guru-siswa, siswa-guru, siswa-siswa dan

menggunakan gaya mengajar yang bervariasi.

2.4 Media Pembelajaran

Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, persaan, perhatian dan

kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar (Sumiati,dkk 2009:160).

Menurut Schramm (Iswidayati, 2010: 2) mengatakan media pembelajaran adalah

teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran

dan mempengaruhi efektivitas pembelajaran. Beberapa media yang dikenal dalam

pembelajaran antara lain : media visual (gambar atau foto, sketsa, diagram,

bagan/chart, kartun, poster, peta dan globe, papan planel, papan buletin), media

audio (radio, alat perekam magnetik atau tape recorder), media proyeksi diam (film

bingkai, film rangkai, OHP (overhead projector), opaque projektor, mikrofis), media

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

22

proyeksi gerak dan audio visual (film gerak, film gelang atau film loop, program tv,

video), multimedia, benda.

Hamdani (2011:243) “Media pembelajaran adalah komponen yang terdiri dari

suatu yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk dijadikan bahan sumber belajar

atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa, yang

dapat merangsang siswa untuk belajar”. Sedangkan menurut Hamalik (2011:50-52)

dijelaskan bahwa dengan bantuan berbagai media makna pembelajaran akan lebih

menarik, menjadi konkret, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga dan dapat

menimbulkan pembelajaran lebih bermakna.

Menurut Kemp & Dayton (Arsyad, 2012:19) media pembelajaran memiliki tiga

fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan dan kelompok yang

pendengarnya dalam jumlah besar, yaitu 1) memotivasi minat atau tindakan 2)

menyajikan informasi 3) memberi instruksi.

Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan beberapa fungsi dari

media pembelajaran meliputi;

1. Menjembatani antara guru dan siswa dalam rangka menyampaikan materi bahan

ajar

2. Membantu siswa memahami bahan ajar 3. Memfasilitasi siswa melakukan kegiatan pembelajaran 4. Mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu 5. Memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di

lingkungan mereka.

Raharjo (Iswidayati, 2010: 15) menjelaskan kelebihan menggunakan media dalam pembelajaran. Adapun kelebihan media dalam pembelajaran antara lain:

1) Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga lebih jelas

dipahami siswa sehingga memungkinkan siswa menguasai tujuan

pengajaran lebih baik; 2) Metode mengajar akan lebih bervariasi; 3)

Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar; 4) Motivasi belajar

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

23

dari pada siswa dapat ditumbuhkan / dinaikkan; 5) Dapat mengatasi

sifat pasif dari para siswa.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka media pembelajaran merupakan

segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari guru kepada

penerima (siswa), dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga

dapat meningkatkan efektifitas dalam mencapai tujuan pembelajaran.

2.5 Media Benda Konkret

Media benda konkret merupakan benda yang dapat dilihat, didengar atau

dialami peserta peserta didik sehingga memberikan pengalaman langsung kepada

peserta didik (Asyhar, 2012:55) dengan demikian guru dalam kegiatan mengajarnya

perlu secara continue menggunakan media benda konkret dalam pembelajaran.

Menurut Antoro (2011:32) dengan menggunakan media benda kongkret siswa akan

lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan siswa lebih memahami materi pelajaran,

sehingga siswa mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa khususnya dalam

pembelajaran IPA. Hal ini sejalan dengan pendapat Jauhar (2011:85) Dengan

menggunakan media benda konkret siswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan

dan petunjuk dari guru sehingga siswa mampu memahami konsep-konsep pelajaran

dengan baik.

Berdasarkan pendapat para ahli yang sudah dijelaskan diatas, dapat

disimpulkan bahwa media benda konkret banyak digunakan dalam proses

pembelajaran sebagai alat bantu untuk memperkenalkan subjek baru. Media konkret

mampu memberikan arti nyata kepada hal-hal yang sebelumnya hanya digambarkan

secara abstrak yaitu dengan kata-kata atau hanya visual.

Mulyani Sumantri, (2004:178) mengemukakan bahwa secara umum

media konkret berfungsi sebagai (a) Alat bantu untuk mewujudkan

situasi bejar mengajar yang efektif, (b) Bagian integral dari

keseluruhan situasi mengajar, (c) Meletakkan dasar-dasar yang

konkret dan konsep yang abstrak sehingga dapat mengurangi

pemahaman yang bersifat verbalisme, (d) Mengembangkan motivasi

belajar siswa, (e). Mempertinggi mutu pembelajaran.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

24

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka media benda konkret merupakan

pembelajaran yang lebih realistis, dapat memancing siswa untuk mengamati objek

secara langsung sehingga siswa akan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan

pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPA meningkat.

2.6 Penerapan Pembelajaran Metode Discovery Learning Berbantuan Media

Benda Konkret Dalam Pembelajaran Berdasarkan Standar Proses

Berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang standar proses

pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan

pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam

upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun

RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,

dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

psikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan

dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap

pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Berikut

uraian pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Permendiknas No 41 Tahun

2007 tentang standar proses:

a) Pendahuluan, pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu

pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. b) Inti, kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. c) Penutup, penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

25

Berdasarkan uraian di atas tentang pelaksanaan pembelajaran, maka dapat

dinyatakan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran meliputi tiga tahap yang harus

dilakukan, yaitu: tahap kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup. Dalam

kegiatan pendahuluan, langkah yang harus dilakukan guru meliputi, menyiapkan

peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran,

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya

dengan materi yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran atau

kompetensi dasar yang akan dicapai, menyampaikan cakupan materi dan penjelasan

uraian kegiatan sesuai silabus. Dalam kegiatan inti, harus menggunakan metode yang

disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat

meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Dalam kegiatan penutup,

langkah yang harus dilakukan guru adalah bersama-sama dengan peserta didik

simpulan pelajaran, melakukan penilaian, memberikan umpan balik terhadap proses

dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dan menyampaikan

rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Berdasarkan langkah-langkah metode Discovery Learning, dapat di buat sintak

metode pembelajaran Discovery Learning berbantuan media benda konkret sesuai

standar proses sebagai berikut:

1. Rencana pembelajaran (persiapan), meliputi

a. merumuskan indikator yang akan dicapai .

b. merancang pembelajaran berorientasi pada pembelajaran dengan

menggunakan meetode Discovery Learning pada mata pelajaran IPA

melalui penyusunan RPP .

c. menyiapkan sumber dan bahan yang diperlukan .

d. membuat lembar observasi guru untuk melihat kondisi pembelajaran saat

tindakan berlangsung .

e. membuat lembar kerja evaluasi untuk melihat hasil belajar siswa dalam

pembelajaran

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

26

2. Pelaksanaan, meliputi

1. Kegiatan awal

a. Guru memeriksa kesiapan siswa pembelajaran

b. Siswa mengucapkan salam dan berdoa

c. Presensi kehadiran siswa

d. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan

dicapai.

2. Kegiatan inti

1). Eksplorasi

Fase 1 : Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)

a. Guru memberikan apersepsi sesuai topik yang akan diajarkan.

b. Guru memberikan pertanyaan berpikir kepada siswa untuk merangsang

berpikir.

c. Saat siswa mampu menjawab apersepsi, guru mengajak siswa untuk

membaca materi dan memberi motivasi.

d. Guru menyajikan materi yang akan di diskusikan dengan menunjukkan

media benda konkret.

2). Elaborasi

Fase 2 : Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)

a. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok (4-5 orang)

b. Guru membagi lembar diskusi dan materi serta media benda konkret yang

sesuai dengan materi percobaan yang akan dilakukan.

c. Guru menyampaikan rumusan masalah pada setiap kelompok.

d. Guru mengajak siswa mengidentifikasi masalah dari percobaan yang akan

dilakukan.

e. Guru mengajak siswa merumuskan hipotesis percobaan.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

27

Fase 3 : Data collection (pengumpulan data)

a. Guru membimbing siswa untuk aktif dalam percobaan dengan

menggunakan media benda konkret.

b. Guru mengajak siswa mengumpulkan data yang relevan dengan

menggunakan media benda konkret dalam kegiatan percobaan.

c. Guru membimbing siswa untuk mencatat hasil hasil pengumpulan data.

d. Guru mengamati dan membimbing siswa dalam kelompok.

Fase 4 : Data processing (pengolahan data)

a. Guru mengajak siswa untuk bekerja sama untuk mengolah data yang

diperoleh dengan menggunakan media benda konkret.

b. Guru membimbing siswa untuk berdiskusi dalam menafsirkan hasil data

yang diperoleh siswa.

Fase 5 : Verification (pembuktian)

a. Guru melibatkan siswa melakukan percobaan sesuai dengan langkah-

langkah kegiatan percobaan yang sudah dibagikan oleh guru dengan

benar dan menggunakan media benda konkret dengan antusias.

b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menganalisis data

yang diperoleh dari kegiatan percobaan yang sudah dilakukan.

c. Guru melibatkan siswa dalam membuktikan hipotesis yang telah

ditetapkan.

Fase 6 : Generalization (generalisasi/menarik kesimpulan)

a. Guru memberian kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dalam

membuat kesimpulan dari data yang sudah dianalisis.

b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan presentasi

dalam menyampaikan data atau informasi yang sudah dianalisis.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

28

3). Konfirmasi

a. Guru meluruskan konsep yang deiperoleh siswa terkait dengan materi

yang dipelajari.

b. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya

mengenai materi yang belum jelas.

c. Guru memberikan umpan balik dan penguatan

3. Kegiatan penutup

a. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa untuk membuat rangkuman

atau kesimpulan materi yang telah dipelajari.

b. Guru melakukan evaluasi untuk mengetahui berhasil tidaknya dalam

pembelajaran.

2.7 Hasil Belajar

2.7.1 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Sudjana (2005:22) adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Hamalik

(2006:30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan

tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari

tidak mengerti menjadi mengerti. Sedangkan menurut Suprijono (2014:7) adalah

perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi

kemanusiaan saja. Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan pendidikan baik

tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar

dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu

ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

Hasil belajar menurut Gagne (Sumantri, 2004: 14) terdiri dari lima macam

kemampuan yaitu:

a) ketrampilan intelektual, sejumlah pengetahuan mulai dari baca, tulis,

hitung sampai kepada penalaran yang rumit. b) Strategi kognitif,

mengatur cara belajar dan berpikir seorang di dalam arti seluas-

luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah. c) Informasi

verbal, pengetahuan dalam arti informasi non fakta. d) Ketrampilan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

29

motorik, menulis, mengetik, menggunakan peraga, dsb. e) Sikap dan

nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang

dimulai seseorang.

Dimyati dan Mudjiono (2008:3) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan

hasil dari interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar dan dari sis guru, tindakan

diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar sedangkan dari siswa, hasil belajar

merupakan berakhirnya pengalaman belajar. Sementara itu Hamalik (2008:36)

menyatakan bahwa “hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan

perubahan kelakuan”.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, menyatakan bahwa hasil

belajar yang diharapkan sangat bergantung pada jenis dan karakteristik materi dan

mata pelajaran yang disampaikan, ada mata pelajaran yang lebih dominan kognitif,

afektif maupun psikomotorik (Rusman 2012:126). Klasifikasi hasil belajar menurut

Bloom dalam Agus Suprijono (2009:6) secara garis besar membagi menjadi 3 ranah,

yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik:

1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual. 2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap. 3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar

keterampilan dan kemampuan bertindak.

Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku

ranah kognitif, sebagai berikut:

a) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan hal yang telah dipelajari

dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan

fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode; b)

Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna

tentang hal yang dipelajari; c) Penerapan, mencakup kemampuan

menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang

nyata dan baru. d) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu

kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat

dipahami dengan baik; e) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk

suatu pola baru; f) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

30

pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

Menurut Arikunto (2008:8) “guru maupun pendidik lainnya perlu mengadakan

penilaian terhadap hasil belajar siswa karena dalam dunia pendidikan khususnya

dunia persekolahan penilaian hasil belajar mempunyai makna yang penting, baik bagi

siswa, guru maupun sekolah”. Menurut Krathwohl, Blom & Masia (Suprihatiningrum

jamil, 2014:39) menyatakan bahawa “Hasil belajar aspek kognitif merupakan

kemampuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan

masalah, seperti pengetahuan komprehensif, aplikatif, sintetis, analisis dan

pengetahuan evaluatif”.

Menurut Widoyoko (2014:51) “tes merupakan salah satu alat untuk melakukan

pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Di

antara objek tes adalah kemampuan siswa”. Dilihat dari waktu pelaksanaanya tes

dapat dibedakan menjadi: 1) pre-test dan post-test: 2) tes formatif dan tes sumatif

diuraikan sebagai berikut:

1) Pre-test dan post-test, Pre-test merupakan salah satu bentuk tes

yang dilaksanakan pada awal proses pembelajaran, dan post-test

merupakan salah satu bentuk tes yang dilaksanakan setelah kegiatan

inti; 2) Tes formatif dan tes sumatif, Tes formatif merupakan satu

bentuk tes yang dilaksanakan setelah siswa menyelesaikan satu unit

pembelajaran. Sedangkan tes sumatif merupakan tes yeng dilakukan

pada setiap akhir pembelajaran atau akhir satu satuan waktu yang

didalamnya tercakup satu pokok bahasan. (Widoyoko, 2014:51)

Berdasarkan pemaparan di atas dan halaman sebelumnya semakin jelas

bahwa hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pebelajaran. Hasil

belajar merupakan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik yang

lebih baik dengan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh

seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar. Untuk mengetahui seberapa

ketercapaian hasil belajar siswa dilakukan pengukuran atau penilaian dalam

kegiatan belajar melalui tes dan nontes. Berdasarkan waktu pelaksanaannya tes dapat

dibedakan menjadi dua yaitu pretest-postest.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

31

2.7.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil perilaku yang diperoleh siswa setelah

melaksanakan kegiatan belajar (Rifa’I dan Anni 2009:85) hasil belajar dapat dikatan

sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dilakukan

tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri.

Hamdani (2011:60) menyebutkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil

belajar sebagai berikut:

1) Model pembelajaran, untuk mencapai ketuntasan hasil belajar,

diantarannya pembelajaran individu, pembelajaran kelompok, dan

tutorial. 2) Peran guru, guru harus inisiatif dalam hal menjabarkan

KD, mengajarkan materi, memonitor pekerjaan siswa, serta menilai

perkembangan sosial dalam mencapai kompetensi (kognitif, afektif,

psikomotorik), menggunakan teknik diagnosis, menyediakan alternatif

strategi pembelajaran siswa yang kesulitan belajar. 3) Peran siswa,

Siswa diberi kebebasan dalam menetapkan kecepatan pencapaian

kompetensi.

Menurut Baharuddin dan Wahyuni (2010:19) “secara umum faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan

faktor eksternal”. Berikut uraian faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar:

1.) Faktor Internal, faktor yang ada dalam individu yang sedang

belajar, meliputi: faktor fisiologis dan faktor psikologis; 2) Faktor-

faktor eksogen/eksternal, faktor yang ada di luar individu yang sedang

belajar, meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah ,dan faktor

masyarakat, faktor instrumental.

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas dapat nyatakan

bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks, artinya bahwa hasil

belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendukung, yaitu: 1) faktor

internal meliputi: faktor fisiologis dan faktor psikologis; 2) faktor eksternal meliputi:

faktor lingkungan sosial dan non lingkungan sosial, serta peran siswa, peran guru,

serta model yang digunakan dalam pembelajaran. Maka untuk memaksimalkan

situasi, kondisi, dan kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa, penelitian ini

mencoba menggunakan metode discovery learning dalam pembelajaran IPA.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

32

discovery learning merupakan metode pembelajaran yang berperan untuk

mengaktifkan siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar (PBM)

berlangsung, siswa lebih diarahkan untuk berusaha menemukan konsep sendiri

melalui percobaan baik dalam individu maupun kelompok. Sehingga dengan

mendapatkan peluang yang lebih banyak untuk melakukan percobaan maka

pengetahuan yang didapatkan akan tersimpan lebih lama dalam ingatan siswa.

Dengan demikian, penelitian dengan mengunakan discovery learning dalam

pembelajaran, sangat memungkinkan siswa merasa senang dan tertarik dalam

pembelajaran, sehingga siswa akan lebih aktif dan mudah dalam menguasai meteri

yeng telah diberikan oleh guru, yang tentunya akan berpengaruh pada hasil belajar

siswa.

2.8 Hubungan Metode Discovery Learning Berbantuan Media Benda Kongkret

Dengan Hasil Belajar

Menurut Sulistyawati dan Wisudawati (2014:80) “discovey learning

merupakan metode pembelajaran esensial dalam melaksanakan proses pembelajaran

IPA”. menjadi bagian dari model-model pembelajaran IPA yang lain. Proses

pembelajaran IPA yang menitikberatkan pada suatu proses penemuan tentang alam

sehingga diperlukan metode pembelajaran yang mampu meningkatkan proses

mental, rasa ingin tau, dan berfikir logis-kritis peserta didik. Proses penemuan

terhadap suatu objek dalam IPA mengarah pada suatu penyelidikan. Sedangkan hasil

belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajaranya, kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Menurut Hamdani (2011:60) “hasil model ataupun metode

pembelajaran untuk mencapai ketuntasan hasil belajar dan peran guru serta siswa

dalam proses pembelajaran”. Dengan demi metode yang tepat dan sesuai dengan

karakteristik siswa serta materi yang dipelajari dapat mempermudah pemahaman

siswa dalam mempelajari materi yang tentunya berpengaruh pada hasil belajar siswa.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

33

Menurut Trianto (2014:151) didefinisikan “IPA sebagai pengetahuan yang

diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan dedukasi

untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya”.

Dengan demikian pembelajaran menggunakan metode discovery Learning

berbantuan media benda konkret tepat untuk diterapkan pada pelajaran IPA yang

membutuhkan percobaan atau eksperimen dalam proses pembelajaran. Sehingga

dengan menerapkan metode discovery learning berbantuan media benda kongkret

dalam pembelajaran IPA, maka pembelajaran akan lebih efektif dan siswa akan lebih

mudah untuk memahami materi yang dipelajari dengan bantuan media benda konkret

yang akan berpengaruh pada pencapaian hasil belajar siswa. Dengan demikian

metode discovery learning berbantuan media benda kongkret dapat meningkatkan

pencapaian hasil belajar IPA.

2.9 Kajian Penelitian Yang Relevan

Untuk mendukung penelitian ini peneliti berusaha mencari penelitian yang

relevan yang telah dilakukan peneliti lain sebelumnya. Penelitian relevan yang telah

penulis temukan antara lain:

Menurut Penelitian yang dilakukan Fransiskus Redi, (2012) dengan judul

“pengaruh penggunaan model pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery)

terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran matematika kelas III SDN Tlogo

Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2011/2012”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar

matematika antara siswa yang menggunakan model penemuan terbimbing (guided

discovery) dalam pembelajaran dengan siswa yang menggunakan model

konvensional dalam pembelajaran. Penelitian tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata

prestasi belajar siswa yang diberi perlakuan atau kelas eksperimen dengan

menggunakan model penemuan terbimbing (guided discovery) adalah 74,85

sedangkan menggunakan model konvensional atau kelas kontrol, hasil rata-rata

adalah 62,93. Berdasarkan perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen (guided

discovery) dan kelas kontrol (konvensional) dapat dinyatakan bahwa terdapat

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

34

pengaruh yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang dalam

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing (guided

discovery) dengan siswa yang dalam pembelajaranya menggunakan model

konvensional. Rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok

kontrol. Hal ini berarti pembelajaran melalui model pembelajaran penemuan

terbimbing (guided discovery) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata

pelajaran matematika di SD.

Penelitian yang dilakukan oleh Pratikno, 2012 dengan judul “Peningkatan Hasil

Belajar IPA Melalui Penerapan Metode Discovery Pada Siswa Kelas VI SD Negeri 1

Sugihan Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Semester 1 Tahun Pelajaran

2011/2012”. Setiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan (planning),

implementasi/tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi (refleksion).

Berdasarkan hasil analisis data pada siklus 1 aktivitas siswa secara klasikal adalah

68%. Pada siklus 2 mencapai 95%. dengan hasil yang dicapai tersebut dapat

dinyatakan tuntas.dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran

terjadi peningkatan hasil belajar pada siswa kelas VI SD Negeri Sugihan Kecamatan

Toroh Kabupaten Grobogan Semester 1 Tahun Pelajaran 2011/2012dengan

menggunakan penerapan Discovery Learning.

Menurut penelitian yang dilakukan Lisa Saputri (2012) dengan judul “Pengaruh

Penggunaan Metode Discovery Pada Pelajaran IPA Pokok Bahasan Bunyi Terhadap

Hasil belajar Siswa Kelas IV SD Kristen Satya Wacana Salatiga Semester II Tahun

Pelajaran 2011/2012”, dapat disimpulkan bahwa hasil uji hipotesis menggunakan

beda rata-rata yaitu Independent Sampel T-test diperoleh nilai sig. 0,000 kurang dari

0,05 maka Ho ditolak dan diterima, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar pada pelajaran IPA siswa

kelas IV B SD Kristen Satya Wacana menggunakan metode Discovery dengan hasil

belajar IPA siswa kelas IV A SD Kristen Satya Wacana menggunakan metode

konvensional, maka treatmen yang diberikan dapat berpengaruh signifikan. Jadi

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

35

penggunaan metode Discovery pada pelajaran IPA pokok bahasan bunyi berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Kristen Satya Wacana Salatiga Semester II

Tahun Pelajaran 2011/2012.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Javid Nama Ayu Laksmi (2012)

dengan judul “Pengaruh Implementasi Metode Discovery Terhadap HAsil Belajar

IPA Siswa Kelas V SDN Gendongan 01 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran

2011/2012”, dapat disimpulkan bahwa hasil uji perbedaaan rata-rata Independent

Sampel T-test didapat nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu sebesar 2,154 dengan

t tabel sebesar 2,004 maka ada perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Dengan melihat signifikasi, pada hasil uji t adalah 0,036 atau lebih kecil dari

0,05 maka terdapat perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Dari hasil penelitian didapat bahwa implementasi metode discovery berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa kelas V SDN Gendongan 01 Salatiga Semester II Tahun

Pelajaran 2011/2012.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Vera Atmawati (2012) dengan judul

“Perbedaan Hasil Belajar Matematika Yang Diajar Dengan Metode Ekspositori Dan

Metode Discovery kelas VII SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang”, dapat

disimpulkan bahwa bedasarkan uji t yang dilakukan, didapatkan nilai signifikan

sebesar 0,026 kurang dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil

belajar yang signifikan antara siswa yang diajar dengan metode discovery dan

ekspositori. Hal ini diperkuat dengan nilai rata-rata siswa yang diajar dengan

menggunakan metode Discovery sebesar 82,1 dan rata-rata yang diajar dengan

menggunakan metode ekspositori sebesar 71,9. Hasil belajar siswa yang diajar

dengan menggunakan metode Discovery lebih baik disbanding disbanding dengan

siswa yang diajar dengan menggunakan metode ekspositori.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

36

Penelitian yang dilakukan oleh Fransiskus Redi (2012) mengkaji tentang

Pengaruh penggunaan model terbimbing (guided discovery) terhadap hasil belajar

siswa pada mata pelajaran matematika, penelitian yang dilakukan oleh Pratikno

(2012) di fokus pada peningkatan hasil belajar IPA melalui metode Discovery,

penelitian yang dilakukan oleh Lisa Saputri (2012) mengkaji tentang pengaruh

penggunaan metode Discovery pada pelajaran IPA pokok bahsan bunyi terhadap hasil

belajar siswa, penelitian yang dilakukan oleh Javid Nama Ayu Laksmi (2012)

mengkaji tentang pengaruh implementasi metode discovery terhadap hasil belajar

IPA, penelitian yang dilakukan oleh Vera Atmawati (2012) mengkaji tentang

perbedaan hasil belajar matematika yang diajar dengan menggunakan metode

ekspositori dan discovery. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fransiskus

Redi (2012), Pratikno (2012), Lisa Saputri (2012), Javid Nama Ayu Laksmi (2012),

Vera Atmawati (2012) di atas menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran

discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari adanya

peningkatan hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran discovery.

Dari beberapa penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan

diperoleh persamaan dan perbedaan. Untuk memperjelas persamaan dan perbedaan

dalam penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,

akan disajikan dalam tabel 2.1 berikut:

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

37

Tabel 2.1

Persamaan Dan Perbedaan Penelitian

No

Nama

Peneliti

Variabel Penelitian

Hasil

belajar

Kelas

Metode

Discovery

learning

Media Benda

Konkret

Ada Tidak

1. Fransisku

s Redi

- Hasil belajar

Matematika

3 SD

2.

Pratikno

- Hasil belajar

IPA

VI SD

3. Lisa

Saputri

- Hasil belajar

IPA

IV SD

4. Javid

Nama

Ayu

Laksmi

- Hasil belajar

IPA

V SD

5. Vera

Atmawati

- Hasil belajar

Matematika

VII

SMP

6. Peneliti

Hasil belajar

IPA

IV SD

Berdasarkan tabel 2.1 dapat dilihat persamaan dan perbedaan penelitian ini

dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Persamaannya yaitu pada

variabel pembelajaran metode discovery learning dan hasil belajar dengan kelima

penelitian yang telah disajikan. Sedangkan perbedaannya yaitu pada media benda

konkret yang merupakan pembelajaran yang lebih realistis, yang dapat memancing

siswa untuk mengamati objek secara langsung sehingga siswa akan lebih aktif dalam

kegiatan pembelajaran dan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPA.

Sehingga dengan menerapkan metode Discovery Learning berbantuan media benda

konkret ini berfungsi sebagai pendukung terlaksananya proses kegiatan belajar

mengajar.

Hasil

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

38

Dengan harapan kemampuan siswa bertambah dan anak mampu melakukan

percobaan IPA secara langsung dengan media benda konkret. Sehingga dalam

pembelajaran IPA anak tidak hanya membayangkan dalam pikiran saja. Berdasarkan

persamaan dan perbedaan yang telah dilakukan dengan penelitian sebelumnya

terdapat persamaan yang telah diyakini dapat meningkatkan hasil belajar melalui

strategi ataupun metode pembelajaran penemuan (discovery learning) pada mata

pelajaran IPA, dimana dalam pembelajaran metode ini dapat menimbulkan semangat

dan antusias belajar siswa yang tinggi, sehingga siswa mampu terlibat secara aktif

dalam mengikuti proses pembelajaran dan hasil belajar siswa mengalami

peningkatan.

2.10 Kerangka Pikir

Pembelajaran merupakan salah satu cara siswa untuk memperoleh sebuah

pengetahuan. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa.

Pembelajaran dengan menggunakan metode dan media akan mengurangi kondisi

belajar yang monoton dan akan memberikan daya tarik siswa untuk mengikuti

pembelajaran. Salah satu pendekatan dan metode yang dapat digunakan oleh guru

dalam mata pelajaran IPA adalah dengan menerapkan metode discovery learning

berbantuan media benda konkret, dimana dalam metode discovery learning

berbantuan media benda konkret siswa akan dilatih dapat menemukan konsep

ataupun informasi terhadap permasalahan yang diberikan oleh guru, dengan cara

melakukan sebuah percobaan atau praktek langsung. Dalam menyelesaikan

percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan sebuah masalah

dengan cara mereka sendiri, hal ini dapat menimbulkan antusias siswa dalam

mengikuti pembelajaran yang tentunya akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.

Sehingga dengan bantuan media benda konkret dalam proses pembelajaran akan

lebih realistis, dapat memancing siswa untuk mengamati objek secara langsung

sehingga siswa akan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan pemahaman konsep

siswa pada pembelajaran IPA meningkat.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,

39

Pembelajaran IPA menggunakan metode Discovery Learning berbantuan media

benda konkret sangat memungkinkan siswa dapat terlibat secara langsung dalam

Proses Belajar Mengajar (PBM) sehingga siswa lebih tertarik dengan mata pelajaran

IPA. Selain itu, dengan metode Discovery Learning berbantuan media benda konkret,

siswa dimungkingkan untuk mengalami sendiri bagiamana caranya menemukan

keterkaitan-keterkaitan baru dan bagaimana cara meraih pengetahuan melalui

kegiatan mandiri.

2.11 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, kajian pustaka, dan kerangka

penlitian,maka dapat dirumuskan hipotesis:

H0 : X1 = X2

Keterangan: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan metode

discovery learning berbantuan media benda konkret dengan pembelajaran

konvensional terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 04 Banjarejo

kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan

H1 : X1 > X2

Keterangan: Terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan metode

discovery learning berbantuan media benda konkret dengan pembelajaran

konvensional terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 04 Banjarejo

kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan.