BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2018. 7. 9. · 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini akan membahas...

23
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini akan membahas tentang kajian teori yang terdiri dari hakekat matematika, pembelajaran matematika, pembelajaran matematika di SD, tujuan pembelajaran matematika di SD, Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) yang terdiri dari Hakekat Pembelajaran Teams Games Tournament, langkah - langkah Pembelajaran Teams Games Tournament, kelemahan dan kelebihan Pembelajaran Teams Games Tournament, implementasi Pembelajaran Teams Games Tournament, hasil belajar (hakekat hasil belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, penilaian hasil belajar), hubungan Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dan hasil belajar, kajian penelitian yang relevan, kerangka pikir dan hipotesis tindakan secara lebih rinci akan dijelaskan seperti berikut. 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika 2.1.1.1 Hakikat Matematika “Apa itu matematika , dan apa manfaat kita belajar matematika ?”. Dalam kehidupan sehari- hari kita tidak akan dapat terlepas dari apa yang namanya matematika. Apalagi saat sekarang ini yang sudah memasuki era globalisasi, matematika adalah salah satu pelajaran yang akrab bagi para peserta didik. Bila dipelajari lebih mendalam mengenai pengertian matematika, sehingga kita harus mengetahui asal usul dari kata matematika. Sehingga kita harus merujuk pada asal mula dari kata matematika itu sendiri. Ada juga yang menyebutkan istilah mathematic (Inggris), mathematic (Jerman), mathematique (Perancis), matematico (Itali), mathematiceski (Rusia), atau mathematic/wiskunde (Belanda) berasal dari perkataan Latin mathematica, yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike yang berarti “relating to learning”. Perkataan itu mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Perkataan mathematika berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti belajar (berpikir). Istilah juga matematika

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2018. 7. 9. · 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini akan membahas...

  • 11

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    Dalam bab ini akan membahas tentang kajian teori yang terdiri dari

    hakekat matematika, pembelajaran matematika, pembelajaran matematika di SD,

    tujuan pembelajaran matematika di SD, Pembelajaran Teams Games Tournament

    (TGT) yang terdiri dari Hakekat Pembelajaran Teams Games Tournament,

    langkah - langkah Pembelajaran Teams Games Tournament, kelemahan dan

    kelebihan Pembelajaran Teams Games Tournament, implementasi Pembelajaran

    Teams Games Tournament, hasil belajar (hakekat hasil belajar, faktor-faktor yang

    mempengaruhi hasil belajar, penilaian hasil belajar), hubungan Pembelajaran

    Teams Games Tournament (TGT) dan hasil belajar, kajian penelitian yang

    relevan, kerangka pikir dan hipotesis tindakan secara lebih rinci akan dijelaskan

    seperti berikut.

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Matematika

    2.1.1.1 Hakikat Matematika

    “Apa itu matematika , dan apa manfaat kita belajar matematika ?”. Dalam

    kehidupan sehari- hari kita tidak akan dapat terlepas dari apa yang namanya

    matematika. Apalagi saat sekarang ini yang sudah memasuki era globalisasi,

    matematika adalah salah satu pelajaran yang akrab bagi para peserta didik. Bila

    dipelajari lebih mendalam mengenai pengertian matematika, sehingga kita harus

    mengetahui asal usul dari kata matematika. Sehingga kita harus merujuk pada asal

    mula dari kata matematika itu sendiri. Ada juga yang menyebutkan istilah

    mathematic (Inggris), mathematic (Jerman), mathematique (Perancis), matematico

    (Itali), mathematiceski (Rusia), atau mathematic/wiskunde (Belanda) berasal dari

    perkataan Latin mathematica, yang mulanya diambil dari perkataan Yunani,

    mathematike yang berarti “relating to learning”. Perkataan itu mempunyai akar

    kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Perkataan

    mathematika berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa,

    yaitu mathanein yang mengandung arti belajar (berpikir). Istilah juga matematika

  • 12

    berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein yang artinya mempelajari .

    Mungkin juga kata ini berhubungan erat dengan kata Sansekerta medha atau

    widya yang artinya kepandaian, ketahuan, atau intelegensi.

    Kata matematika diambil dari salah satu kata dalam bahasa latin

    “mathemata” yang memiliki arti “sesuatu yang dipelajari”. Sedangkan matematika

    didalam bahasa Belanda dengan sebutan “wiskunde” yang memiliki arti “ilmu

    pasti” dalam (Ahmad Susanto, 2013:184) Menurut Ali Hamzah, (2014:47)

    mengatakan bahwa “matematika memiliki aspek teori dan aspek terapan atau

    praktis dan penggolongannya atas matematika murni, matematika terapan dan

    matematika sekolah”. Umumnya matematika dikenal dengan keabstrakannya,

    karena hal itu juga berkaitan dengan realita kehidupan manusia. Sedangkan dalam

    (Ali Hamzah,2014:48) definisi matematika adalah “cara atau metode berfikir dan

    bernalar, lambang bilangan yang dapat dipahami oleh semua bangsa berbudaya,

    seni seperti pada seni musik yang penuh dengan simetri, pola dan irama yang

    dapat menghibur, alat bagi pembuat peta arsitek, navigator luar angkasa, pembuat

    mesin dan akuntan”.

    Jadi secara umum matematika dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu pasti

    yang dapat dipelajari yang terdiri dari aspek teori, murni dan terapan yang

    mengandung metode penalaran, lambang bilangan sehingga dapat dipahami oleh

    semua bangsa yang berbudaya yang mendasari ilmu dalam semua aspek

    kehidupan manusia. Oleh sebab itu matematika sangat dibutuhkan dan penting

    dalam semua aspek kehidupan manusia, apalagi siswa SD sehingga matematika

    sangat diperlukan cara berfikir yang lebih serius lagi untuk mengetahui makna

    yang terkandung dalam matematika tersebut. Banyak persoalan dalam kehidupan

    sehari- hari yang berkaitan dengan matematika. Sebagai contoh kecil untuk

    mengetahui jumlah jari tangan kita, siswa SD pasti menghitung berapa jumlah jari

    tangannya dan itu berkaitan dengan perhitungan matematika. Contoh lain yang

    berhubungan dengan ekonomi, juga berkaitan dengan perhitungan matematika,

    untuk membantu menghitung dan memecahkan masalah ekonomi tersebut. Maka

    belajar matematika sangat penting dan sebagai salah satu syarat untuk

    melanjutkan pendidikan kejenjang berikutnya. Dengan belajar matematika maka

  • 13

    kita akan belajar menalar secara kritis, aktif dan kreatif. Piaget dalam teorinya

    bahwa siswa SD berada pada tahap operasional kongkrit yaitu mengembangkan

    pemikiran logis, masih terikat fakta perseptual, mampu berfikir logis tapi terbatas

    pada objek kongkrit, dan mampu malakukan konsevasi. Intinya bertitik tolak pada

    perkembangan intelektual dan psikososial siswa SD, mereka mempunyai

    karakteristik sendiri dimana dalam proses berfikirnya belum dapat dipisahkan dari

    dunia kongkrit atau hal yang faktual. Dalam arti lain bahwa matematika memiliki

    fungsi yang praktis dalam kehidupan manusia sehari- hari dan dengan semua

    masalah yang kaitannya dengan matematika harus diselesaikan dengan

    matematika secara cermat dan teliti.

    2.1.1.2 Pembelajaran Matematika

    Menurut Dimyati dalam (Ahmad Susanto, 2013:186) mengatakan bahwa

    pembelajaran merupakan “kegiatan guru secara terprogram dalam desain

    instruksional, untuk membuat peserta didik belajar secara aktif”. Dan menurut

    Kimble dan Germey dalam (Thobroni, 2015:17), mengatakan bahwa

    pembelajaran yaitu “suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan

    hasil praktik yang diulang-ulang”. Pembelajaran adalah suatu kegiatan dimana

    subjek belajar harus dibelajarkan bukan diajarkan. Hal ini dikarenakan bahwa

    subjek atau yang sering disebut peserta didik atau pembelajar yang menjadi pusat

    kegiatan belajar mengajar. Peserta didik yang menjadi pusat kegiatan belajar

    mengajar dituntut untuk aktif mencari, aktif menemukan, menganalisis,

    merumuskan, memecahkan masalah dan menyimpulkan suatu masalah.

    Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam (Thobroni, 2015:16),

    pembelajaran berasal dari kata “ajar” yang mempunyai arti petunjuk yang

    diberikan kepada orang supaya diketahui atau diikuti, sedangkan pembelajaran

    berarti proses, cara yang menjadikan makhluk hidup belajar. Sehingga dari

    beberapa sumber diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah

    suatu kegiatan belajar mengajar yang melibatkan guru dan peserta didik yang

    relatif dinamis sehingga peserta didik dapat terbimbing dalam memperoleh

    pelajaran, keterampilan, pengalaman serta ilmu pengetahuan dengan cara yang

  • 14

    aktif, kreatif dan menyenangkan sehingga peserta didik mampu menemukan,

    menyelesaikan dan menyimpulkan suatu masalah.

    Pembelajaran matematika adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang

    dibimbing oleh guru sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang dapat

    mengembangkan kompetensi peserta didik, pemahaman tentang konsep-konsep

    matematika supaya dapat digunakan untuk memahami dan memggunakan

    matematika sebagai alat untuk menyesaikan soal yang ada kaitannya dengan

    matematika dalam kehidupan sehari- hari.

    Dalam kegiatan ini guru dapat memposisikan diri untuk dapat

    menciptakan suasana belajar yang kondusif, kreatif, aktif, inovatif dan

    menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.

    Dalam kegiatan belajar ini tercipta interaksi yang seimbang dan dinamis antara

    peserta didik dengan guru, maupun dengan lingkungan pada saat pembelajaran

    matematika sedang berlangsung.

    2.1.1.3 Pembelajaran Matematika di SD

    Matematika merupakan suatu ilmu pasti yang dapat dipelajari yang terdiri

    dari aspek teori, murni dan terapan yang mengandung metode penalaran, lambang

    bilangan sehingga dapat dipahami oleh semua bangsa yang berbudaya yang

    mendasari ilmu dalam semua aspek kehidupan manusia. Pemahaman terhadap

    peranan pengajaran matematika di Sekolah Dasar sangat membantu para guru

    untuk memberikan pembelajaran matematika secara proporsional sesuai dengan

    tujuannya. Sebagaimana tercantum dalam dokumen BSNP (Badan Standar

    Nasional Pendidikan, 2006: 2) mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada

    semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik

    dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta

    kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik

    dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan

    informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan

    kompetitif.

    Piaget, J (1955) dalam teorinya bahwa siswa SD berada pada tahap

    operasional kongkrit yaitu mengembangkan pemikiran logis, masih terikat fakta

  • 15

    perseptual, mampu berfikir logis tapi terbatas pada objek kongkrit, dan mampu

    melakukan konsevasi. Intinya bertitik tolak pada perkembangan intelektual dan

    psikososial siswa SD, mereka mempunyai karakteristik sendiri dimana dalam

    proses berfikirnya belum dapat dipisahkan dari dunia kongkrit atau hal yang

    faktual.

    Menurut Bruner bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi

    kesempatan memanipulasi benda- benda atau alat peraga yang dirancang secara

    khusus dan dapat diotak atik oleh peserta didik dalam memahami suatu konsep

    matematika. Sehingga pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan

    intelektual dan pemahaman anak dalam mempelajari suatu konsep misalnya

    konsep matematika, maka materi pelajaran perlu disajikan oleh guru dengan

    memperhatikan tahap perkembangan kognitif atau pengetahuan agar dapat

    dipahami oleh peserta didik itu sendiri.

    Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) harus memperhatikan

    karakteristik matematika. Sumarno (2002:2) mengemukakan beberapa

    karakteristik matematika, yaitu materi matematika menekankan penalaran yang

    bersifat deduktif, matematika bersifat hirarkis dan terstruktur, dan dalam

    mempelajari matematika dibutuhkan ketekunan, keuletan serta rasa cinta terhadap

    matematika. Karena matematika bersifat hirarkis dan terstruktur, maka dalam

    belajar matematika tidak boleh putus-putus dan urutan materi harus diperhatikan.

    Artinya, perlu mendahulukan belajar tentang konsep matematika yang lain

    terlebih dahulu. Misalnya sebelum mempelajari perkalian, peserta didik harus

    mempelajari dan memahami konsep penjumlahan.

    2.1.1.4 Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

    Secara umum tujuan umum pembelajaran matematika di sekolah dasar

    adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Menurut

    Depdiknas (2001:9) kompetensi umum pembelajaran matematika adalah sebagai

    berikut;

    1) Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian,

    serta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan pecahan.

  • 16

    2) Menentukan sifat dan unsur sebagai bangun datar dan bangun ruang

    sederhana, termasuk menggunakan sudut, keliling, luas, dan volume.

    3) Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat.

    4) Menggunakan pengukuran satuan, kesetaraan antar satuan, dan penaksiran

    pengukuran.

    5) Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran tertinggi,

    terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan, dan menyajikan.

    6) Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengomunikasikan

    gagasan secara matematika. Selain itu juga, dengan pembelajaran matematika

    dapat memberikan penekanan penataran nalar dalam penalaran matematika.

    Adapun tujuan matematika sekolah, menurut Depdiknas (2001:9) tujuan

    khusus di Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidiyah (MI) agar peserta didik

    memiliki kemampuan sebagai berikut;

    1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

    mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

    tepat, dalam pemecahan masalah.

    2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

    matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

    gagasan dan pernyataan matematika.

    3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

    merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

    yang diperoleh.

    4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

    untuk memperjelas keadaan atau masalah.

    5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

    memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

    matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

    Tujuan umum dan khusus yang ada di kurikulum SD/MI, merupakan

    pelajaran matematika di sekolah, jelas memberikan gambaran belajar tidak hanya

    di bidang kognitif saja, tetapi meluas pada bidang psikomotorik dan afektif.

    Pembelajaran matematika diarahkan untuk pembentukan kepribadian dan

  • 17

    pembentukan kemampuan berpikir yang bersandar pada hakikat matematika, ini

    berarti hakikat matematika merupakan unsur utama dalam pembelajaran

    matematika. Oleh sebab itu, hasil-hasil pembelajaran matematika berdampak

    kemampuan berpikir yang matematis dalam diri siswa, yang bermuara pada

    kemampuan menggunakan matematika sebagai salah satu alat dalam

    menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

    Hasil lain yang tidak dapat diabaikan adalah terbentuknya kepribadian yang baik

    dan kokoh. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam pembelajaran matematika

    sangatlah penting.

    Hal ini sejalan dengan pendapat Soedjadi bahwa “salah satu karakteristik

    matematika adalah berpola pikir deduktif yang merupakan salah satu tujuan yang

    bersifat formal, yang memberi tekanan kepada penataan nalar.” Meskipun pola

    pikir ini penting, namun dalam pembelajaran matematika terutama pada jenjang

    SD masih diperlukan pola pikir deduktif, sedangkan jenjang sekolah menengah

    penggunaan pola pikir induktif dalam penyajian suatu topik sudah semakin

    dikurangi. Di samping cara berpikir, dalam proses pembelajaran siswa juga dilatih

    untuk mengembangkan kreatifitasnya melalui imajinasi dan intuisi. Setiap siswa

    punya kemampuan yang berbeda-beda dalam memandang suatu permasalahan

    yang dikembangkan, inilah yang disebut dengan pemikiran divergen yang perlu

    terus dikembangkan.

    Berdasarkan penjelasan tujuan pengajaran di atas dapat disimpulkan

    bahwa matematika itu bukan saja dituntut sekedar menghitung, tetapi siswa juga

    dituntut agar lebih mampu menghadapi berbagai masalah dalam hidup ini.

    Masalah itu baik mengenai matematika itu sendiri maupun masalah dalam ilmu

    lain, serta dituntut suatu disiplin ilmu yang sangat tinggi, sehingga apabila telah

    memahami konsep matematika secara mendasar dapat diterapkan dalam

    kehidupan sehari-hari.

    2.1.2 Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

    2.1.2.1 Hakikat TGT

    Terdapat berbagai macam pembelajaran kooperatif, diantaranya Teams

    Games Tournaments (TGT). TGT dikembangkan pertama kali oleh David De

  • 18

    Vries dan Keth Edward pada tahun 1995 (Trianto, 2010: 83). TGT merupakan

    sebuah model pembelajaran dimana siswa dikelompokkan ke dalam tim dengan

    kemampuan heterogen untuk berkompetisi dalam suatu permainan. Tujuan TGT

    adalah untuk menciptakan suasana kelas yang efektif sehingga siswa secara aktif

    terlibat dalam proses pembelajaran dan termotivasi untuk mengupayakan

    keberhasilan tim. Slavin (2009:166) menyatakan bahwa TGT dapat meningkatkan

    kemampuan dasar, prestasi belajar siswa, interaksi positif antar siswa, penerimaan

    keanekaragaman teman sekelas dan kepercayaan diri.

    Terdapat lima komponen utama dalam model pembelajaran TGT (Slavin,

    2009:166 - 168), yaitu: class–presentation, Team, Game, Tournament dan Team-

    Recognize. Tahap class–presentation, guru menyampaikan secara klasikal pokok

    materi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai serta memberikan gambaran

    singkat tentang langkah yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Team,

    pada tahap ini guru membagi siswa ke dalam beberapa tim yang terdiri dari 3-4

    siswa dengan kemampuan kognitif yang heterogen. Selanjutnya setiap tim

    diberikan kesempatan untuk mendiskusikan materi dan mengerjakan soal latihan.

    Tahap Game, tahap ini merupakan tahap permainan antar tim. Guru mengadakan

    kompetisi antar tim yang didesain dalam bentuk permainan. Games ini terdiri dari

    3 babak, yaitu babak pertanyaan wajib, pertanyaan bergilir dan pertanyaan

    rebutan. Tahap selanjutnya adalah tahap Tournament. Tahap ini merupakan proses

    yang dilakukan untuk mengukur kemampuan setiap anggota tim. Masing-masing

    dari anggota tim, dikelompokkan pada suatu meja turnamen untuk berkompetisi

    dengan anggota tim lain yang memiliki kemampuan yang sepadan (homogen).

    Langkah terakhir TGT adalah Team–Recognize, tahap pemberian penghargaan

    bagi tim yang mendapat hasil terbaik dari proses kompetisi baik kompetisi dalam

    tahap Team, Games maupun Tournament.

    TGT tidak hanya memberikan ruang kepada siswa untuk dapat

    mewujudkan kepedulian melalui proses bekerja sama dan saling membantu ke

    arah yang positif, namun juga menggunakan sistem permainan yang dapat

    memberikan suasana yang menyenangkan bagi siswa. Reuben (Kumar dan

    Lightner, 2007) menyebutkan bahwa, “using activities and games in class

  • 19

    encourages active learning, as well as collaboration, and interactivity”. Selain

    itu, TGT mempunyai sistem kontrol yang baik, yaitu setiap anggota kelompok

    mempunyai tanggung jawab yang sama untuk kesuksesan kelompoknya. Dalam

    model ini siswa memainkan permainan dengan anggota- anggota tim lain untuk

    memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka (Trianto,2010: 84).

    Menurut pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

    pembelajaran Teams Games Tournamaent merupakan salah satu model

    pembelajaran kooperatif yamg menekankan pada bentuk permainan kelompok

    atau kompetisi antar tim yang terdiri dari anggota heterogen yang berjumlah

    antara 5-6 orang dan dapat menciptakan suasana belajar menyenangkan dalam

    bentuk kerjasama yang positif.

    2.1.2.2 Langkah-langkah pembelajaran Teams Games Tournament

    Secara umum ada 5 komponen atau langkah-langkah dalam pembelajaran

    Teams Games Tournament (TGT) menurut De Vries dan Slavin dalam

    Alkrismanto (2005:18) meliputi;

    1. Penyajian Kelas (Class Presentations)

    Pada tahap class–presentation, guru menyampaikan secara klasikal pokok

    materi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai serta memberikan gambaran

    singkat tentang langkah yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Pokok

    materi dan penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan kepada kelompok.

    Kegiatan ini dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah yang

    dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini peserta didik harus benar- benar

    memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan

    membantu peserta didik bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada

    saat game atau permainan karena skor permainan akan sangat menentukan skor

    kelompok.

    2. Belajar dalam kelompok (Teams)

    Team, pada tahap ini guru membagi siswa ke dalam beberapa tim atau

    kelompok yang terdiri dari 5 sampai 6 siswa dengan kemampuan kognitif yang

    heterogen. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman

    kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar

  • 20

    bekerja dengan baik dan optimal pada saat game atau permainan. Selanjutnya

    setiap tim atau kelompok diberikan kesempatan untuk mendiskusikan materi dan

    mengerjakan soal latihan atau lembar kerja siswa (LKS).

    3. Permainan (Games)

    Games, tahap ini merupakan tahap permainan antar tim. Guru mengadakan

    kompetisi antar tim tau kelompok yang didesain dalam bentuk permainan. Games

    atau permainan ini terdiri dari pertanyaan- pertanyaan yang relevan dengan

    materi, dan dirancang untuk meguji pengetahuan yang didapat peserta didik dari

    penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game atau permaian terdiri

    dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Peserta didik memilih kartu

    bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu.

    Peserta didik yang menjawab benar pertanyaan tersebut akan mendapat skor. Skor

    ini nantinya dikumpulkan peserta didik untuk turnamen atau lomba mingguan.

    4. Pertandingan atau lomba (Turnamen)

    Turnamen atau lomba adalah struktur belajar, dimana game atau

    permainan terjadi. Biasanya tournament atau lomba dilakukan pada akhir minggu

    atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah

    mengerjakan lembar kerja siswa (LKS). Turnamen atau lomba, pertama guru

    membagi peserta didik dalam beberapa meja turnamen atau lomba. Kompetisi

    yang seimbang ini, memungkinkan para peserta didik dari semua tingkat kinerja

    sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka jika mereka

    melakukan yang terbaik.

    5. Penghargaan kelompok (Team Recognition)

    Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian mengumumkan

    kelompok yang menang, masing- masing tim atau kelompok akan mendapat

    sertifikat atau hadiah apabila rata- rata skor memenuhi kriteria yang telah

    ditentukan. Tim atau kelompok mendapat julukan “Super Team” jika rata- rata

    skor 50 atau lebih,”Great Team” apabila rata- rata skor mencapai 50-40 dan

    “Good Team” apabila rata- ratanya 40 ke bawah. Hal ini dapat menyenangkan

    para peserta didik atas prestasi yang telah mereka buat.

  • 21

    2.1.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Teams Games Tournament

    (TGT)

    a. Kelebihan Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

    Mencermati model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

    menurut De Vries dan Slavin dalam Alkrismanto (2005:18) mengemukakan

    bahwa, kelebihan dari model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

    antara lain;

    1) Melatih siswa untuk mengungkap atau menyampaikan gagasan atau idenya.

    2) Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain.

    3) Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial.

    4) Melatih siswa untuk mampu mengaktualisasikan dan mengoptimalkan potensi

    dirinya mengahadapi perubahan yang terjadi.

    5) Melatih siswa untuk mampu mengembangkan potensi individu yang berhasil

    guna dan berdaya guna, kreatif dan bertanggung jawab.

    b. Kelemahan Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

    Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) menurut De Vries

    dan Slavin dalam Alkrismanto (2004:18) mengemukakan bahwa, kelemahan dari

    model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) antara lain;

    1) Terkadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompoknya.

    2) Kendala teknis, misalnya tempat duduk kadang sulit atau kurang mendukung

    untuk diatur keanggotaan kelompoknya.

    3) Membutuhkan banyak waktu.

  • 22

    2.1.2.5 Sintak Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

    Tabel 1

    Sintak Pembelajaran Teams Games tournament (TGT)

    Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

    Fase1

    Kegiatan pra/

    awal

    pembelajaran

    Guru membuka pembelajaran

    dengan memberikan apersepsi,

    motivasi dan memyampaikan

    tujuan pembelajaran

    Peserta didik mendengarkan guru

    dan semangat dalam menanggapi

    apersepsi dari guru

    Fase 2

    Penyajian kelas

    secara klasikal

    Guru menyampaikan materi

    pembelajaran dalam penyajian

    kelas, dan penjelasan singkat

    tentang LKS yang diberikan

    kepada kelompok memberikan

    kartu soal, lembar kerja siswa

    dan kepeluan lainya.

    Peserta didik harus benar- benar

    memperhatikan dan memahami

    materi yang disampaikan guru.

    Supaya peserta didik dapat bekerja

    lebih baik pada saat kerja kelompok

    dan pada saat permainan karena skor

    game atau permainan akan

    menentukan skor kelompok.

    Fase 3

    Pembagian

    kelompok

    heterogen

    Guru membagi kelas menjadi

    kelompok- kelompok secara

    heterogen yang terdiri dari 5-6

    orang. Kelompok atau tim

    bertugas untuk mempelajari

    lembar kerja.

    Dalam kelompok belajar ini peserta

    didik peserta didik mendiskusikan

    lembar soal yang diberikan guru.

    Fase 4

    Permainan /

    games

    Guru mengarahkan aturan

    permainannya. Gamenya terdiri

    atas pertanyaan- pertanyaan

    sederhana yang kontennya

    relevan dengan materi.

    Peserta didik memulai game atau

    permainan .

    Game tersebut dimainkan di atas

    meja dengan masing – masing

    kelompok.

    Game berupa nomor-nomor

    pertanyaan yang ditulis pada lembar

    yang sama.

    Seorang siswa mengambil sebuah

    kartu bernomor dan harus menjawab

    pertanyaan sesuai nomor yang

    tertera pada kartu tersebut.

    Fase 5

    Perlombaan

    atau turnamen

    sedang

    berlangsung.

    Pada turnamen pertama, guru

    menunjuk siswa atau membagi

    peserta didik untuk berada

    pada meja turnamen.

    Masing-masing kelompok masuk

    meja turnamen dan mengerjakan

    soal turnamen, tapi tidak boleh

    saling membantu.

    Fase 6

    Penghargaan

    kelompok

    Guru mengumumkan kelompok

    yang menang, masing-masing

    tim atau kelompok mendapat

    hadiah apabila rata- rata skor

    memenuhi kriteria yang telah

    ditentukan.

    Peserta didik atau tim mendapat

    penghargaan

  • 23

    Tabel 2

    Pemetaan Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) berdasarkan

    Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses

    No Fase TGT Kegiatan Pembelajaran

    Pendahuluan Eksplorasi Elaborasi Konfirmasi Penutup

    1 Pra / awal

    pembelajaran

    2 Penyajian

    kelas secara

    klasikal

    3 Pembagian

    kelas dalam

    belajar

    kelompok

    Pengkondisian siswa dalam kelompok

    4 Permainan /

    games

    5 Perlombaan

    atau

    turnamen

    sedang

    berlangsung

    6 Pengumuman

    skor dan

    penghargaan

    kelompok

    Berdasarkan penjabaran sintaks Pembelajaran Teams Games Tournament

    (TGT) Slavin dalam Rachmat (2003 : 15) dan pemetaan langkah- langkah TGT

    berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, selanjutnya

    penulis akan menyusun implementasi pembelajaran Teams Games Tournament

    (TGT) berdasarkan Standar Proses. Langkah- langkah implementasi Pembelajaran

    Teams Games Tournament (TGT) berdasarkan standart proses yaitu: (1)

    Pendahuluan (Pra/awal pembelajaran/pemberian apersepsi); (2) Eksplorasi

    (Penyajian kelas secara klasikal); (3) Pengkondisian kelas (membagi kelas dalam

    belajar kelompok); (4) Elaborasi (Permainan/game dan Perlombaan atau turnamen

    sedang berlangsung); (5)Konfirmasi ( Pengumuman skor ); (6) Penutup

    (Penghargaan kelompok). Berikut tabel implementasi pembelajaran Teams Games

    Tournament (TGT) berdasarkan Standar Proses.

  • 24

    Tabel 3

    Implementasi Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) berdasarkan

    Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses

    Sintak TGT Tahapan/Langkah

    dalam Standar

    Proses

    Kegiatan Guru

    Kegiatan pra/awal

    pembelajaran

    Pendahuluan 1. Guru membuka pembelajaran dengan memberikan apersepsi dan motivasi

    2. Guru memyampaikan tujuan pembelajaran

    Kegiatan inti

    Penyajian kelas

    secara klasikal

    Eksplorasi 1. Guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas.

    2. Guru menyampaikan penjelasan singkat tentang LKS yang diberikan kepada

    kelompok / tanya jawab

    3. Guru juga memberikan kartu soal/ lembar kerja siswa (LKS)

    Membagi kelas

    dalam belajar

    kelompok dan

    Permainan /

    games

    Pengkondisian

    dalam kelompok

    1. Guru membagi kelas menjadi kelompok- kelompok Kelompok atau tim bertugas

    untuk mempelajari lembar kerja.

    2. Guru mengarahkan aturan permainannya. Gamenya terdiri atas pertanyaan-

    pertanyaan yang kontennya relevan yang

    dirancang untuk menguji pengetahuan

    siswa

    Perlombaan atau

    atau turnamen

    sedang

    berlangsung

    Elaborasi 1. Pada turnamen pertama, guru membimbing siswa dalam turnamen

    2. Presentasi kelas yang diperoleh dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja

    tim.

    3. Setelah selesai menghitung skor permainan

    Pengumuman

    skor pemenang

    lomba

    Konfirmasi 1. Guru mengumumkan kelompok yang menang

    2. Masing-masing tim atau kelompok mendapat hadiah /mendapat umpan balik

    yang positif

    3. Guru penguatan dalam bentuk lisan untuk memperoleh pengalaman belajar.

    Penghargaan

    kelompok

    Penutup 1. Guru melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara

    konsisten dan mengambil kesimpulan

    2. Guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap proses dan hasil

    pembelajaran.

    3. Guru mengakhiri pembelajaran

  • 25

    2.1.2.6 Implementasi Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dalam

    pembelajaran

    Pada penerapan pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) sebagai

    awal pembelajaran disampaikan materi dalam penyajian kelas sebagai awal

    pembelajaran. Pemberian materi dan penjelasan singkat tentang lembar kerja

    siswa (LKS) digunakan sebagai stimulus pembelajaran yang selanjutnya, siswa

    diarahkan atau dibimbing guru untuk kerja kelompok. Dengan menggunakan

    model game aatau permainan dapat membantu peserta didik bekerja lebih baik

    pada saat kerja kelompok. Karena fungsi kelompok dapat mendorong atau

    memotivasi peserta didik agar proses pembelajaran mengacu pada bekerja sama

    dalam belajar kelompok, hal ini dikarenakan permaianan atau games terdiri dari

    pertanyaan- pertanyaan sederhana bernomor.

    Pada pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) harus sesuai dengan

    langkah- langkah dan tujuan supaya peserta didik mampu mampu bekerja dalam

    kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya yang diberikan

    oleh guru. Sehingga dengan pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

    dalam belajar kelompok ini peserta didik dapat mendiskusikan masalah-masalah,

    membandingkan jawaban, memeriksa dan memperbaiki kesalahan- kesalahan

    konsep temannya jika kelompoknya melakukan kesalahan, serta dirancang untuk

    menguji pengetahuan peseta didik dari penyajian kelas dan belajar kelompok.

    Maka dalam pembelajaran dibutuhkan sebuah pembelajaran yang memfasilitasi

    agar siswa mempunyai keberanian dalam bersaing, bisa bekerjasama hingga

    kemudian siswa menjadi lebih aktif, kreatif dan mandiri. Karena pembelajaran ini

    menekankan adanya kompetisi yang dilakukan dengan cara membandingkan

    kemampuan antara anggota dalam suatu bentuk turnamen atau perlombaan agar

    siswa memperoleh pemahaman akan materi pelajaran yang lebih baik .

    2.1.4 Hasil Belajar

    2.1.4.1 Pengertian Hasil Belajar

    Menurut Nawawi (dalam Ahmad Susanto, 2013:05) yang menyatakan

    bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai “sebagai tingkat keberhasilan siswa

    dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang

  • 26

    diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.” Sama

    halnya menurut Suprijono (dalam Thobroni, 2015:20), mengatakan bahwa hasil

    belajar adalah “pola- pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,sikap-

    sikap, apresiasi dan keterampilan”. Merujuk pada pemikiran Gagne bahwa hasil

    belajar hal- hal berikut; (1) Informasi verbal, kapabilitas mengungkapkan

    pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulis. (2) Keterampilan

    intelektual, kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. (3) Strategi

    kognitif, kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya. (4)

    Keterampilan motorik, kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam

    urusan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. (5) Sikap,

    kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek

    tersebut. Selain itu, menurut Lindgren (dalam Thobroni, 2015:22), mengatakan

    bahwa hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap.

    Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

    adalah kemampuan dan perubahan- perubahan dalam bidang pengetahuan atau

    pengalaman dalam bidang keterampilan, nilai dan sikap yang dicapai oleh siswa

    setelah belajar. Maka hasil belajar peserta didik disini adalah adalah kemampuan

    yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Ini

    merupakan suatu proses dimana peserta didik berusaha mendapatkan perubahan

    perilaku yang relatif tetap, meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

    Tetapi dalam hal ini, penelitian akan mengukur kemampuan peserta didik dalam

    aspek kognitif.

    2.1.4.2 Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Menurut Wasliman (dalam Ahmad Susanto, 2013:12) mengatakan hasil

    belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi dari berbagai

    faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal. (1)

    Faktor internal; faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri

    peserta didik yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini

    meliputi; kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap,

    kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. (2) Faktor eksternal; faktor

  • 27

    yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor

    eksternal ini meliputi, keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.

    Sama halnya dengan teori Gestalt (dalam Ahmad Susanto, 2013: 12),

    belajar merupakan “suatu proses perkembangan”. Di dalam setiap peserta didik

    secara kodrati jiwa raga mengalami perkembangan. Perkembangan ini sendiri

    memerlukan sesuatu baik dari dalam diri peserta didik sendiri maupun dari

    lingkungannya. Berdasarkan teori tersebut bahwa, hasil belajar dipengaruhi oleh

    dua hal. Pertama, peserta didik; dalam arti kemapuan berpikir atau intelektual,

    motivasi, minat dan kesiapan peserta didik baik jasmani maupun rohani. Kedua,

    lingkungan; lingkungan merupakan sarana dan prasarana, kompetensi guru,

    kreatifitas guru, sumber- sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan,

    keluarga dan lingkungan sekitarnya.

    Oleh sebab itu, semakin jelas bahwa hasil belajar peserta didik merupakan

    hasil dari suatu proses yang didalamnya terlibat sejumlah faktor yang

    mempengaruhi, baik peserta didik maupun lingkungan. Senada menurut

    Ruseffendi (dalam Ahmad Susanto, 2013:14) mengatakan bahwa

    mengidentifikasikan faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar ke dalam

    sepuluh macam, yaitu; kecerdasan, kesiapan peserta didik, bakat pesert didik,

    kemauan belajar, minat peserta didik, model penyajian materi, pribadi dan sikap

    guru, suasana belajar, kompetensi guru, dan kondisi masyarakat.

    2.1.4.3 Penilaian Hasil Belajar

    Dalam penilaian tentang hasil belajar dilakukan oleh guru terhadap hasil

    pembelajaran peserta didik yang telah dilakukan untuk mengukur tingkat

    pencapaian kompetensi pesrta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan

    laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian

    juga dilakukan secara konsisten, sistematik dan terprogram dengan menggunakan

    tes.

    Penilaian hasil belajar ini dilakukan secara berkesinambungan yang

    bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik guna

    meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dalam

    penelitian ini penilaian hasil belajar hanya aspek kognitif. Prosedur penilaian hasil

  • 28

    belajar dalam penelitian ini adalah; (1)memilih standar kompetensi dan

    kompetensi dasar yang ada dalam silabus, (2) mengembangkan indikator sesuai

    dengan kompetensi dasar yang akan dicapai, (3) membuat kisi-kisi soal, (4)

    melaksanakan tes, (5) mengolah hasil tes untuk mengetahui ketercapaian

    kompetensi dan keberhasilan dalam proses pembelajaran tersebut.

    Hasil belajar dalam penelitian ini diukur dengan memberikan soal tes

    kepada peserta didik. Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur

    hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan

    terhadap materi dan konsep pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan.

    2.1.5 Hubungan Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Dengan

    Hasil Belajar.

    Pembelajaran Teams Games Tournament merupakan salah satu model

    pembelajaran yang tepat digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar. Dalam

    pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat mengembangkan siswa

    agar mempunyai keberanian dalam bersaing, bisa bekerjasama hingga kemudian

    siswa menjadi lebih aktif, kreatif dan mandiri. Namun dalam kenyataan dan

    pelaksanaanya masih banyak kekurangan, salah satu penyebabnya adalah jika

    siswa belum terlatih dengan cara belajar seperti ini, mereka akan kesulitan dalam

    mengikuti pembelajaran dan merasa bosan dalam kegiatan belajar mengajar.

    Jika pembelajaran yang diterapkan di Sekolah Dasar pola pemikiran siswa

    masih dalam tahap operasional kongkret ini sangat kesulitan dalam pembelajaran.

    Oleh sebab itu, peneliti mencoba untuk menerapkan pembelajaran Teams Games

    Tournament (TGT). Di dalam langkah- langkah pembelajaran Teams Games

    Tournament (TGT) terdapat kerja kelompok, diskusi kelompok, permainan, dan

    demonstrasi di depan kelas. Melalui kegiatan tersebut diharapkan dapat

    mengembangkan pemahaman dan memunculkan aktivitas serta meningkatkan

    hasil belajar siswa. Permainan dan pertandingan atau turnamen ini guru akan

    membimbing dan memfasilitasi siswa sehingga peserta didik dapat dengan mudah

    memahami kegiatan belajar mengajar dan materi pelajaran akan lebih baik serta

    dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

  • 29

    2.1.6 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

    Harjoko (2014), dalam skripsi yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar

    Matematika Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament)

    Pada Siswa Kelas V SD N Kedungjambal 02 Kab. Sukoharjo Tahun Ajaran

    2013/2014”. Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian model Teams Games

    Tournament (TGT) ini terbukti bahwa hasil belajar matematika siswa mengalami

    peningkatan dan siswa lebih aktif pada siswa kelas V SD N Kedungjambal 02

    Kab. Sukoharjo Tahun Ajaran 2013/2014.

    Sri Wilujeng (2013), dalam skripsi yang berjudul “Peningkatan aktivitas

    dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Teams Games Tournament (TGT)”. Hasil

    penelitian disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran TGT dapat

    meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika materi Bangun Ruang pada

    siswa kelas IV dan meningkatkan performansi guru di SDN Muarareja 02 Tegal

    tahun pelajaran 2011/2012.

    Juniari Purwantini, I Wyn Wiarta, I Kt. Adnyana Putra (2013), dalam

    skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Tipe TGT Berbantuan

    Media Qustion Box Terhadap Hasil Belajar ”. Hasil penelitian disimpulkan

    bahwa model pembelajaran TGT berbantuan media question box berpengaruh

    signifikan terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V Sekolah Dasar

    Nomor 9 Jimbaran Tahun Ajaran 2012/2013.

    Narsih (2016), dalam skripsi yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil

    Belajar Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

    Teams Games Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas V SD”. Kesimpulan

    penelitian yang didapat dari ketiga siklus yang dilaksanakan, maka dari tahapan

    setiap siklus, dimana siklus I mencapai 48,44%, siklus II 84,85% dari kedua siklus

    masing-masing mengalami peningkatan secara signifikan.

    Penelitian yang telah diuraikan diatas, masih ada hubungannya dengan

    penelitian yang akan dilakukan saat ini. Selain itu, dalam penjelasan tersebut

    penelitian yang dilakukan dengan menggunakan pembelajaran Teams Games

    Tournament (TGT) untuk meningkatkan minat belajar, motivasi belajar, dan hasil

    belajar pada mata pelajaran matematika di SD. Dengan penelitian yang dilakukan

  • 30

    di atas dapat dijadikan bukti bahwa penerapan pembelajaran Teams Games

    Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran

    matematika di SD, serta dapat mendukung penelitian yang akan dilakukan saat ini.

    Karena dalam penelitian ini menekankan pada penerapan pembelajaran Teams

    Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran

    matematika kelas V SD Negeri Bakaran Kulon 03.

    2.1.7 Kerangka Pikir

    Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan di atas, peneliti akan

    menyusun kerangka berfikir untuk memperjelas arah dan maksud penelitian ini.

    Kerangka berfikir ini disusun berdasarkan variabel yang dipakai dalam penelitian,

    yaitu Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Teams Games

    Tournament (TGT) Siswa Kelas V SDN Bakaran Kulon 03 Tahun Pelajaran

    2016/2017.

    Kegiatan belajar mengajar, guru cukup mendominasi hampir seluruh

    waktu pembelajaran dan menyampaikan materi melalui ceramah, walaupun

    terkadang belajar diskusi dan kelompok untuk mengerjakan tugas. Interaksi

    antara siswa dan guru dilakukan hanya ketika guru menerangkan materi kepada

    peserta didik. Hal ini menyebabkan siswa kurang semangat dalam proses

    pembelajaran, dan mempengaruhi terhadap hasil belajarnya. Sehingga banyak

    peserta didik yang banyak belum mencapai KKM (60) akibatnya hasil belajar

    peserta didik rendah. Padahal kegiatan belajar mengajar akan efektif apabila

    peserta didik ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik mungkin dapat

    membangun pemahaman akan materi pelajaran yang lebih baik.

    Mengatasi kondisi tersebut, maka peneliti akan menerapkan pembelajaran

    Teams Games Tournament (TGT). Pembelajaran Teams Games Tournament

    (TGT) merupakan pembelajaran yang menyiapkan siswa agar mempunyai

    keberanian dalam bersaing, bisa bekerja sama hingga kemudian peserta didik

    menjadi lebih aktif, kreatif dan mandiri. Pembelajaran Teams Games Tournament

    (TGT) menekankan adanya kompetisi yang dilakukan dengan cara

    membandingkan kemampuan antara anggota dalam suatu bentuk turnamen.

  • 31

    Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) ini diterapkan melalui

    beberapa tahapan yaitu menyampaikan tujuan pelajaran materi pelajaran, dan

    penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan kepada kelompok. Guru membagi

    kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kriteria kemampuan peserta

    didik, kegiatan kelompok ini peserta didik mendiskusikan masalah- masalah,

    membandingkan jawaban, memeriksa atau meneliti, memperbaiki kesalahan

    konsep jika temannya satu kelompok ada yang melakukan kesalahan. Selanjutnya

    permainan yang terdiri dari pertayaan- pertanyaan sederhana yang sesuai dengan

    materi dan mencoba menjawab pertanyaan dengan benar dan akan mendapat skor

    yang nantinya dikumpulkan untuk turnamen. Dalam turnamen guru membagi

    peserta didik ke dalam beberapa meja turnamen. Setelah turnamen selesai, guru

    kemudian mengumumkan kelompok yang menang masing- masing kelompok

    akan mendapat hadiah apabila apabila rata- rata skor memenuhi kriteria yang telah

    ditentukan.

    Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilaksanakan dalam dua

    siklus, sampai mencapai keberhasilan belajar yaitu peningkatan hasil belajar.

    Selain untuk meningkatkan hasil belajar, penerapan pembelajaran Teams Games

    Tournament (TGT) dapat membentuk karakter siswa diantaranya kerjasama,

    tanggung jawab, teliti, toleransi, keberanian dalam berbicara juga bersaing. Untuk

    lebih jelasnya peneliti menggambarkan kegiatan pembelajaran Teams Games

    Tournament (TGT) melalui gambar bagan sebagai berikut.

  • 32

    SINTAK TGT

    Proses Pembelajaran

    1. Menyampaikan materi dalam penyajian kelas. 2. Belajar dalam kelompok, diskusi masalah, membandingkan jawaban,

    memeriksa dan memperbaiki kesalahan konsep.

    3. Permainan yang berisi pertanyaan relevan dengan materi. 4. Pertandingan atau lomba. 5. Penghargaan kelompok .

    Dampak

    Dampak Instruksional

    1. Mampu melakukan pengukuran sudut 2. Mampu mengenal satuan, jarak dan

    kecepatan

    Dampak Pengiring

    1. Kerjasama 2. Tanggung jawab 3. Komunikatif 4. Toleransi 5. Aktif 6. Kreatif 7. Mandiri

    Prinsip sosial

    1. Teacher center 2. Kerja Kelompok 3. Student center 4. Diskusi kelompok 5. Penghargaan

    kelompok

    Sistem pendukung

    1. Fasilitas kelas

    2. Tatap muka

    Prinsip reaksi

    1. Penghargaan hasil pribadi

    2. Penghargaan hasil kelompok

    Gambar 1 Kerangka Pikir Penerapan Pembelajaran Teams Games

    Tournament

    PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT )

  • 33

    2.1.8 Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian yang relevan dan kerangka

    berpikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis tindakan sebagai dugaan atau

    jawaban sementara dalam penelitian ini adalah

    1. Penerapan pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) untuk

    meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran Matematika di

    SD Negeri Bakaran Kulon 03 tahun pelajaran 2016/2017.

    2. Dengan penerapan pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat

    meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran Matematika di

    SD Negeri Bakaran Kulon 03 tahun pelajaran 2016/2017.