BAB II KAJIAN PUSTAKA...7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika SD Definisi...

22
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika SD Definisi matematika sebenarnya itu tidak ada, karena tidak terdapat satu definisipun yang tunggal dan disepakati oleh semua tokoh atau pakar matematika, hal ini dimaksudkan agar para siswa atau orang yang mempelajari matematika dapat menangkap dengan mudah keseluruhan pandangan para ahli matematika, sehingga mereka dapat mengartikan matematika dari sudut pandang manapun (Soedjadi 2000:11). Meskipun demikian ada beberapa definisi mengenai matematika yang diungkapkan Soedjadi (2000:11), sebagai berikut: 1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematis. 2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. 3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. 4. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. 5. Matematikan adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Dari beberapa definisi yang sudah diungkapakan Soedjadi (2000:11) di atas, maka penulis simpulkan bahwa matematika adalah pengetahuan tentang bilangan, bentuk serta data-data kuantitatif yang tersusun secara sistematis dan logik. Matematika memiliki beberapa karakteristik seperti; memiliki objek kajian abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki simbol yang kosong dari arti, memperhatikan semesta pembicaraan, dan konsisten dalam sistemnya (Soedjadi 2000:13). Matematika sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam perkembangan IPTEK, sehingga

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA...7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika SD Definisi...

  • 7

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Matematika SD

    Definisi matematika sebenarnya itu tidak ada, karena tidak terdapat satu

    definisipun yang tunggal dan disepakati oleh semua tokoh atau pakar

    matematika, hal ini dimaksudkan agar para siswa atau orang yang

    mempelajari matematika dapat menangkap dengan mudah keseluruhan

    pandangan para ahli matematika, sehingga mereka dapat mengartikan

    matematika dari sudut pandang manapun (Soedjadi 2000:11). Meskipun

    demikian ada beberapa definisi mengenai matematika yang diungkapkan

    Soedjadi (2000:11), sebagai berikut:

    1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematis.

    2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. 3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan

    berhubungan dengan bilangan.

    4. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.

    5. Matematikan adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.

    6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

    Dari beberapa definisi yang sudah diungkapakan Soedjadi (2000:11) di atas,

    maka penulis simpulkan bahwa matematika adalah pengetahuan tentang

    bilangan, bentuk serta data-data kuantitatif yang tersusun secara sistematis

    dan logik.

    Matematika memiliki beberapa karakteristik seperti; memiliki objek

    kajian abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki

    simbol yang kosong dari arti, memperhatikan semesta pembicaraan, dan

    konsisten dalam sistemnya (Soedjadi 2000:13). Matematika sangat diperlukan

    dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam perkembangan IPTEK, sehingga

  • 8

    perlu dibekalkan dalam semua jenjang pendidikan. Matematika pada

    hakikatnya merupakan suatu ilmu yang cara penalarannya deduktif formal

    dan abstrak, harus di berikan pada anak SD yang berfikirnya operasional

    konkret. Tujuan umum diberikannya matematika dijenjang pendidikan dasar

    menurut Soedjadi (2000:43) adalah sebagai berikut :

    1. Mempersiapkan siswa agar dapat menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang,

    melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis,

    rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.

    2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam

    mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

    Tujuan dan ruang lingkup pembelajaran matematika yang tercantum

    dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, adalah sebagai

    berikut:

    1. Memahami konsep matematika, menjelaskan karakteristik antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara

    luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

    2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun

    bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

    3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model,

    dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

    4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagaram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

    5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat

    dalam mempelajari matematika, serta ikut ulet dan percaya diri

    dalam pemecahan masalah.

    Ruang lingkup materi atau bahan kajian matematika di SD/MI

    mencakup: a) bilangan, b) geometri dan pengukuran, c) pengolahan data.

    Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika kelas 5

    semester II adalah sebagai berikut:

  • 9

    Tabel 1

    Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika SD

    Kelas 5 Semester II

    Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

    Bilangan

    1. Menggunakan pecahan dalam

    pemecahan

    masalah

    1.1 Mengubah pecahan ke bentuk persen dan desimal serta sebaliknya

    1.2 Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan

    1.3 Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan

    1.4 Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala

    Geometri dan

    Pengukuran

    2. Memahami sifat-sifat bangun dan

    hubungan antar

    bangun

    2.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar 2.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang 2.3 Menentukan jaring-jaring berbagai bangun

    ruang sederhana

    2.4 Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri

    2.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang

    sederhana

    Sumber: Permendiknas No. 22 Tahun 2006

    Berdasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika itu bersifat

    abstrak dan merupakan suatu ilmu pengetahuan yang sangat penting untuk

    dipelajari. Dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar memerlukan

    strategi yang tepat dan menarik, sehingga matematika harus dirancang

    sedemikian rupa agar menjadi suatu pembelajaran yang menyenangkan,

    mudah dimengerti, dan tidak berkesan sulit untuk dipelajari.

    2.1.2 Belajar

    Permendiknas No 41 Tahun 2007 menyatakan bahwa “belajar adalah

    perubahan yang relatif permanen dalam kapasitas pribadi seseorang sebagai

    akibat pengolahan atas pengalaman yang diperoleh dan praktik yang

    dilakukan. Slameto (2010:2) menyatakan bahwa “belajar ialah suatu proses

    usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

  • 10

    laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

    dalam interaksi dengan lingkungannya”. Hamdani (2011:20) mengungkapkan

    bahwa:

    Belajar tidak hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga

    penyesuaian, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat,

    penyesuain sosial, bermacam-macam ketrampilan lain, dan cita-

    cita. Seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada

    dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi

    dengan lingkungan.

    Selain itu menurut Agus Suprijono (2012:3), ”belajar dalam idealisme

    berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju keperkembangan pribadi

    seutuhnya”. Dave Meier (2002:156), mengungkapkan ”belajar adalah

    mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi

    pemahaman, pemahaman menjadi kearifan, dan kearifan menjadi tindakan”.

    Belajar bukan hanya mengenai mata pelajaran yang ada di sekolah melainkan

    juga pengalaman yang dapat diperoleh dari lingkungan, dari pengalaman

    tersebut dapat menambah wawasan/pengetahuan yang bukan hanya sekedar

    tahu tetapi dapat memahami pengetahuan yang didapat, sehingga

    memperoleh keselarasan antara pikiran, mental, maupun emosial seseorang,

    dari hal tersebut akan memunculkan tindakan, kebiasaan, ataupun perubahan

    tingkah laku.

    Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh Agus Suprijono (2012:3),

    Dave Meier (2002:156), Hamdani (2011:20), Slameto (2010:2), maupun

    berdasar Permendiknas disimpulkan bahwa belajar adalah segala usaha yang

    diperoleh dari kehidupannya sendiri maupun interaksi dengan orang lain

    untuk merubahan tingkah laku/tindakan, pola pikir, gaya hidup, maupun

    untuk memperoleh kepuasan hidup yang sifatnya permanen. Belajar bukan

    hanya apa yang diajarkan disekolah tetapi juga pengalaman hidup masing-

    masing orang.

    Dalam belajar ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor

    dari dalam diri siswa dan dari luar siswa, faktor dari dalam seperti jasmaniah,

    psikologis, dan kelelahan. Sedangkan dari luar diri siswa seperti keluarga,

  • 11

    sekolah, dan masyarakat (Slameto 2010:54-72). Beberapa faktor tersebut

    sangat mempengaruhi proses belajar mengajar maupun hasil dari belajar.

    Kegiatan belajar memiliki beberapa ciri umum yaitu; menunjukkan aktivitas

    yang disadari, merupakan interaksi individu dengan lingkungannya, dan hasil

    belajar ditandai dengan tingkah laku (Aunurrahman 2011:36-37). Selain itu,

    Baharuddin dan Wahyuni (2007:15), juga mengungkapkan ciri-ciri belajar

    sebagai berikut:

    1. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. 2. Perubahan tingkah laku bersifat permanen. 3. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada

    saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan tersebut

    bersifat potensial.

    4. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengamatan.

    5. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.

    Baharuddin dan Wahyuni (2007:16), juga mengungkapkan prinsip-prinsip

    belajar sebagai berikut:

    1. Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu siswalah yang harus bertindak aktif.

    2. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya. 3. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan

    langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses

    belajar.

    4. Penguatan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.

    5. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.

    Agus Suprijono (2012:5) mengungkapkan “tujuan belajar untuk

    mencapai instruksional yang berbentuk pengetahuan dan ketrampilan dan

    sebagai hasil yang menyertai tujuan instruksional yaitu berfikir kritis dan

    kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya”.

    Definisi dari tujuan belajar itu sendiri adalah deskripsi tingkah laku yang

    diharapkan tercapai oleh siswa setelah proses belajar (Oemar Hamalik

    2008:73).

  • 12

    Berdasar tujuan belajar di atas, maka menurut penulis tujuan belajar

    adalah untuk menjadi pribadi yang berakhlak, cerdas dan berkualitas, serta

    mampu melakukan tindakan yang bermanfaat. Sehingga dalam suatu proses

    pembelajaran itu pasti memiliki tujuan yang diharapkan akan dapat tercapai.

    2.1.3 Pembelajaran

    Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

    menyebutkan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik

    dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

    Pembelajaran dapat pula diartikan sebagai kombinasi yang melibatkan siswa,

    guru, fasilitas-fasilitas pendukung belajar serta adanya prosedur dalam

    pelaksanaan belajar, semua kombinasi tersebut saling mempengaruhi untuk

    pencapaian tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik 2008:57). Pembelajaran

    merupakan proses, cara, perbuatan mempelajari, dan tindak ajar (Agus

    Suprijono 2012:13). Selain itu Hamdani (2011:23) juga mengungkapkan

    hakikat dari pembelajaran, yaitu:

    Menurut aliran behavioristik pembelajaran adalah usaha guru

    membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan

    lingkungan atau stimulus, dan berdasar aliran kognitif

    pembelajaran adalah sebagai cara guru memberikan kesempatan

    kepada siswa untuk berfikir agar mengenal dan memahami sesuatu

    yang sedang dipelajari. Humanistik mengartikan pembelajaran

    adalah sebagai memberi kebebasan kepada siswa untuk memilih

    bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan

    kemampuannya.

    Berdasar definisi pembelajaran yang dikemukakan oleh Agus Suprijono

    (2012:13), Hamdani (2011:23), Oemar Hamalik (2008:57), maupun Sisdiknas

    dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha mempelajari sesuatu

    atau mengajar sesuai dengan prosedur pelaksanaan untuk mencapai tujuan

    tertentu. Pembelajaran akan berhasil lebih baik jika pelaksanaanya

    menekankan pada proses pembelajaran yang mendidik bukan sekedar

    mendapatkan hasil belajar.

  • 13

    Hamdani (2011:47) mengungkapkan pembelajaran memiliki ciri-ciri

    sebagai berikut:

    1. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.

    2. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.

    3. Pembelajaran dapat menyediakan bahan ajar yang menarik perhatian dan menantang siswa.

    4. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik

    5. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa.

    6. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik maupun psikologis.

    7. Pembelajaran menekankan keaktifan siswa. 8. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan sengaja.

    Hamdani (2010:47) mengungkapkan “tujuan pembelajaran adalah

    membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman, dengan pengalaman

    itu tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya”.

    Tingkah laku itu meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan nilai atau norma

    yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan prilaku siswa. Pembelajaran

    bertujuan untuk mengubah siswa yang belum terdidik menjadi terdidik,

    belum tahu menjadi tahu, dan siswa memiliki prilaku dan kebiasaan yang

    positif (Aunurrahman 2011:34). Komponen-komponen dalam pembelajaran

    meliputi tujuan, subjek belajar, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur

    belajar (Oemar Hamalik 2008:57). Hamdani (2010:3) berpendapat bahwa:

    Salah satu sasaran pembelajaran adalah membangun gagasan

    sainstifik setelah siswa berinteraksi dengan lingkungan, peristiwa,

    dan informasi dari sekitarnya. Pengetahuan dan pengalaman yang

    ada, siswa menggunakan informasi yang berasal dari

    lingkungannya dalam rangka mengkonstruksikan interpretasi

    pribadi serta makna-maknanya. Makna dibangun ketika guru

    memberikan permasalahan yang relevan degan pengetahuan dan

    pengalaman yang sudah ada sebelumnya, memberi kesempatan

    kepada siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri. Untuk

    membangun makna tersebut, proses belajar mengajar berpusat pada

    siswa.

  • 14

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha

    guru yang dilakukan terhadap siswa untuk memberikan bekal dan

    pengalaman sehingga memberikan kemudahan serta pembentukan

    kepribadian yang lebih baik. Oleh karena itu tujuan dari pembelajaran adalah

    untuk membantu siswa memperoleh berbagai pengalaman, sehingga dapat

    merubah tingkah laku siswa menjadi lebih baik lagi untuk mengendalikan

    pola hidup pada dirinya.

    2.1.4 SAVI (Somatis, Auditory, Visual, Intelektual)

    Dave Meier (2002:91) mengungkapkan bahwa “pembelajaran tidak

    otomatis meningkat dengan meyuruh orang berdiri dan bergerak kesana

    kemari. Akan tetapi, menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas

    intelektual dan penggunaan semua indra dapat berpengaruh besar dalam

    pembelajaran, dan hal itu disebut belajar SAVI”. Sehingga pembelajaran SAVI

    adalah penggabungan fisik, aktivitas, intelektual dan semua indra. Dave

    Meier (2002:92-99) menjelaskan unsur-unsur SAVI adalah sebagai berikut:

    1. Belajar Somatis Belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba, kinestetis,

    praktis melibatkan fisik dan menggunakan tubuh sewaktu

    belajar secara berkala. Untuk merangsang hubungan pikiran-

    tubuh, suasana belajar harus dapat membuat siswa bangkit dan

    berdiri dari tempat duduknya dan aktif secara fisik dari waktu ke

    waktu secara berkala. Peraturan dalam belajar somatis ini adalah

    siswa harus aktif dan tindak boleh hanya duduk dan diam tetapi

    melibatkan fisiknya dalam memanipulasi obyek kongkrit yang

    digunakan sebagai media pembelajaran.

    2. Belajar Auditory Merupakan belajar dengan mendengar dan berbicara. Untuk

    menciptakan suasana pembelajaran yang dapat menarik bagi

    seluruh auditori yang kuat dari dalam diri siswa yaitu dengan

    mencarikan cara untuk mengajak siswa membicarakan apa yang

    senang dipelajari. Peraturan dalam belajar auditory ini adalah

    siswa harus menerjemahkan pengalaman mereka dengan suara,

    mengajak siswa bicara saat memecahkan masalah, membuat

    model, mengumpulkan informasi atau kegiatan pembelajaran

    lainnya.

  • 15

    3. Belajar Visual Setiap orang memiliki ketajaman visual yang sangat kuat. Hal

    ini dikarenakan di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat

    untuk memproses informasi visual dari pada semua indra yang

    lain. Siswa (terutama pembelajar visual) akan lebih mudah

    belajar jika dapat melihat apa yang dibicarakan guru atau sebuah

    buku. Dalam pembelajaran visual meminta siswa untuk

    mengamati dunia nyata lalu memikirkan serta membicarakan

    situasi itu, menggambarkan proses, prinsip, atau makna yang

    dicontohkan.

    4. Belajar Intelektual Kata intelektual menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam

    pikirannya secara internal ketika mereka menggunakan

    kecerdasan mereka untuk merenungkan suatu pengalaman dan

    menciptakan hubungan makna, rencana dan nilai dari

    pengalaman tersebut. Aspek intelektual akan terlatih jika siswa

    diajak untuk terlibat dalam aktivitas seperti memecahkan

    masalah, menganalisis pengalaman, mengerjakan perencanaan,

    dan lain sebagainya. Dalam belajar intelektual ini dalam

    memecahkan permasalahan siswa harus mampu saling

    bekerjasama, karena setiap anak pasti memiliki pemikiran

    tersendiri dalam memecahkan maslah, sehingga pemikiran

    tersebut harus diselaraskan agar mendapatkan pemecahan

    masalah yang tepat.

    Dave Meier (2002:106-108), mengungkapkan kerangka perencanaan

    pembelajaran SAVI, dikelompokkan menjadi empat tahap yaitu:

    1. Tahap Persiapan (Pendahuluan) Tujuannya menimbulkan minat siswa, memberikan perasaan

    positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan

    menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.

    Tahap ini dapat dilakukan misalnya seperti:

    a. Menenangkan rasa takut. b. Memberikan sugesti positif. c. Membangkitkan rasa ingin tahu. d. Merangsang rasa ingin tahu siswa. e. Memberi tujuan yang jelas dan bermakna. f. Mengajak siswa terlibat penuh sejak awal g. Menciptakan lingkungan fisik yang positif. h. Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar. i. Menciptakan lingkungan emosional yang positif. j. Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah. k. Memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada

    siswa.

  • 16

    2. Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti) Tujuannya membantu siswa menemukan materi belajar yang

    baru dengan cara menyenangkan, relevan, melibatkan panca

    indra, dan cocok untuk semua gaya belajar. Tahap ini dapat

    dilakukan misalnya seperti:

    a. Presentasi interaktif. b. Pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh. c. Pengamatan fenomena dan dunia nyata. d. Proyek belajar berdasar kemitraan dan tim. e. Grafik dan sarana presentasi berwarna-warni. f. Uji coba kolaboratif dan berbagai pengetahuan. g. Pengalaman belajar di dunia nyata dan kontekstual. h. Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan gaya belajar. i. Pelatihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)

    3. Tahap Pelatihan (Kegiatan Inti) Tujuannya adalah membantu siswa mengintegrasikan dan

    menyerap pengetahuan dan ketrampilan baru dengan berbagai

    cara. Tahap ini dapat dilakukan misalnya seperti:

    a. Simulasi dunia nyata b. Permainan dalam belajar. c. Pelatihan aksi pembelajaran. d. Aktivitas pemecahan masalah. e. Aktivitas pemprosesan belajar. f. Refleksi dan artikulasi individu. g. Usaha aktif/umpan balik/renungan/usaha kembali

    4. Tahap Penampilan Hasil (Kegiatan Penutup) Tujuannya adalah membantu siswa menerapkan dan

    memperluas pengetahuan atau ketrampilan baru pada pekerjaan

    sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan

    terus meningkat. Tahap ini dapat dilakukan misalnya seperti:

    a. Pelatihan terus menerus. b. Materi penguatan pasca sesi. c. Aktivitas penguatan penerapan. d. Umpan balik dan evaluasi kinerja. e. Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi.

    Pembelajaran SAVI itu penting untuk diterapkan karena SAVI memiliki

    keunggulan dibanding pembelajaran yang lain, seperti memperhatikan

    seluruh gaya belajar siswa, pembelajaran juga didesain dengan permainan-

    permainan belajar, maka pembelajaran akan mudah diikuti dan terasa

    menyenangkan bagi siswa, siswa juga belajar dengan kelompok, dengan

    belajar bersama kelompok maka siswa bisa bertukar pikiran, selain itu

  • 17

    kelebihan yang lainnya adalah dengan pembelajaran SAVI maka siswa dapat

    belajar menemukan dan memecahkan masalah serta mengungkapkan

    pendapat/ide-ide untuk proses belajar, dengan demikian pembelajaran akan

    dialami sendiri oleh siswa sehingga belajar akan lebih bermakna bagi siswa.

    Sesuai dengan ketentuan dalam Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang

    Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, pelaksanaan

    pembelajaran meliputi 3 tahapan, yaitu:

    1. Kegiatan Pendahuluan Kegiatan pendahuluan merupakan serangkaian kegiatan yang

    bertujuan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan

    perhatian siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses

    pembelajaran

    2. Kegiatan Inti Peleksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk

    mencapai kompetensi dasar yang dilakukan secara interaktif,

    inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

    untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup

    bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

    minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

    Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan

    karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang dapat

    meliputi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

    3. Kegiatan Penutup Kegiatan penutup adalah kegiatan yang dilakukan untuk

    mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam

    bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi,

    umpan balik, dan tindak lanjut.

    Sesuai dengan ketentuan dalam Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang

    Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang diuraikan

    di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan langkah-langkah pembelajaran

    dengan menggunakan SAVI (Somatis, Auditory, Visual, Intelektual) dalam

    pembelajaran matematika diuraikan pada tabel 2 berikut ini.

  • 18

    Tabel 2

    Kegiatan Pembelajaran Matematika dengan SAVI

    Kegiatan Pembelajaran Unsur SAVI

    1. Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan guru:

    a. Membuka pelajaran dengan salam dan berdo’a. b. Melakukan sugesti positif dan memotivasi. c. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang jelas dan

    bermakna.

    Auditory

    Auditory,

    Visual

    2. Kegiatan Inti Pelaksanaan pembelajaran:

    Membentuk kelompok belajar secara heterogen

    yang beranggotakan 4-5 siswa.

    Dalam kegiatan inti meliputi:

    A. Eksplorasi: a. Siswa mengamati benda-benda berbentuk

    gambar bangun ruang dan bentuk bangun ruang

    konkritnya.

    b. Uji coba kolaboratif dengan tanya jawab mengenai media yang digunakan dan untuk

    mengetahui pengetahuan siswa tentang materi

    bangun ruang yang akan dipelajari.

    c. Siswa mengamati bangun ruang dan jaring-jaring bangun ruang.

    B. Elaborasi: a. Permainan “perburuan harta karun” dengan

    setiap kelompok mencari bangun ruang (limas,

    prisma, kerucut, tabung) di dalam kotak benda

    yang sudah disediakan guru.

    b. Dengan bekerja kelompok siswa mendefinisikan nama benda yang didapat,

    termasuk jenis bangun ruang apa dan ciri-ciri

    bentuk benda.

    c. Siswa melakukan pembelajaran dengan permen dan tusuk gigi untuk mengidentifikasi sifat-

    sifat bangun ruang.

    d. Dengan bekerja kelompok siswa mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang dan

    membuat jaring-jaring bangun ruang.

    e. Siswa menggambar bangun ruang. f. Siswa memanipulasi bangun ruang hingga

    menemukan bentuk jaring-jaringnya.

    g. Siswa menggambar dan membuat jaring-jaring bangun ruang.

    Somatis

    Visual

    Auditory,

    visual,

    intelektual

    Visual

    Somatis

    Intelektual,

    visual,

    auditory

    Somatis

    Intelektual,

    somatis

    Somatis,

    intelektual

    Somatis,

    intelektual

  • 19

    C. Konfirmasi: a. Siswa mempresentasikan hasil diskusi, dan

    kelompok lain memberi tanggapan.

    b. Memberikan penghargaan berupa tepuk tangan dan pujian pada setiap kelompok yang

    presentasi.

    c. Guru memberikan penjelasan kembali dari yang sudah dipresentasikan siswa ataupun

    memberi tambahan materi.

    Auditory,

    visual

    Auditory

    Auditory,

    visual

    3. Kegiatan Penutup a. Tindak lanjut dengan tanya jawab dari materi yang

    sudah dipelajari

    b. Evaluasi diri siswa dengan menceritakan apa yang sudah dikerjakan selama proses pembelajaran

    berlangsung dan mengungkapkan kesan-kesannya.

    c. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran.

    d. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

    Auditory,

    intelektual

    Auditory

    Auditory

    Auditory

    2.1.5 Aktivitas Belajar

    Kegiatan pembelajaran hendaknya siswa ditempatkan sebagai subjek

    belajar, oleh karena itu siswa harus memiliki pengalaman belajar secara

    optimal, sehingga pembelajaran harus berorientasi pada aktivitas belajar

    siswa (Wina Sanjaya 2009:178). Aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan

    siswa dalam belajar, seperti; mendengarkan penjelasan guru, mencatat hal-hal

    yang dianggap penting, berdiskusi, keberanian untuk bertanya, keberanian

    mengajukan pendapat, kritik, saran, presentasi, mengerjakan latihan, dan

    kegiatan belajar yang lainnya.

    Paul D. Dierich dalam Oemar Hamalik (2008:90-91) mengelompokkan

    jenis-jenis aktivitas siswa sebagai berikut:

    1. Kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain

    bekerja, atau bermain.

    2. Kegiatan lisan (oral): mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan,

    memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara,

    diskusi.

    Lanjutan Tabel 2

  • 20

    3. Kegiatan mendengarkan seperti: mendengarkan penyajian bahan, percakapan, atau diskusi kelompok, siaran radio, maupun

    mendengarkan suatu permainan instrumen musik.

    4. Kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman,

    mengerjakan tes, mengisi angket.

    5. Kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.

    6. Kegiatan metrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan

    permainan (simulasi), menari, berkebun.

    7. Kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor, menemukan hubungan, membuat

    keputusan.

    8. Kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya.

    Oemar Hamalik (2008:91) mengungkapkan bahwa manfaat aktivitas

    dalam pembelajaran diantaranya adalah:

    1. Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.

    2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa.

    3. Memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan para siswa yang pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok.

    4. Siswa belajar berdasar minat dan kemampuan sendiri sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan

    perbedaan individual.

    5. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis, kekeluargaan, musyawarah, dan mufakat.

    6. Pembelajaran dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis

    serta menghindarkan terjadinya verbalisme.

    7. Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup.

    Tanpa ada aktivitas kegiatan belajar tidak mungkin terjadi, sehingga

    aktivitas belajar merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi

    belajar mengajar, mengingat bahwa belajar merupakan hasil dari pengalaman,

    maka dibutuhkan aktivitas untuk dapat melakukan pembelajaran. Jadi dapat

    disimpulkan aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan sebagai proses

    dalam belajar untuk mengembangkan psikologis dan intelektual anak.

  • 21

    Ngalim Purwanto (2011:107) mengungkapkan dua faktor yang

    mempengaruhi aktivitas belajar (proses belajar) siswa, yaitu:

    1. Faktor internal, yaitu seluruh aspek yang terdapat dalam diri individu yang belajar, baik aspek fisik maupun psikis. Aspek

    fisik yaitu sehat tidaknya kondisi tubuh mempengaruhi aktivitas

    belajar siswa. Aspek psikis meliputi perhatian, pengamatan,

    tanggapan, fantasi, ingatan, fikiran, bakat, dan motif.

    2. Faktor eksternal, terdiri dari lingkungan alam, sosial, guru dan cara mengajar, bahan pelajaran, sarana dan fasilitas.

    Faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar seperti yang sudah diungkapkan

    diatas terkait dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu SAVI.

    Dengan pembelajaran SAVI siswa diajak untuk memanfaatkan indra sebanyak

    mungkin, dan membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar,

    pembelajaran juga didesain semenarik mungkin dan menyenangkan agar

    mampu merangsang semua alat indra anak untuk melakukan aktivitas belajar

    (Meier 2002:90). Dengan demikian SAVI juga mampu mempengaruhi

    aktivitas belajar siswa baik dari faktor internal maupun eksternal. Dengan

    meningkatnya aktivitas belajar yang dialami sendiri oleh siswa dengan kata

    lain pembelajaran berpusat pada siswa, maka akan meningkatkan kemampuan

    dan daya ingat siswa, sehingga hasil belajar siswa juga akan meningkat lebih

    baik.

    Aktivitas belajar dalam pembelajaran matematika yang dapat diukur

    meliputi beberapa aspek, yaitu: kegiatan visual, lisan, mendengarkan,

    menulis, menggambar, metrik, mental, dan emosional (Oemar Hamalik

    2008:90). Pengukuran pelaksanaan/aktivitas dalam pembelajaran dapat

    dilakukan dengan evaluasi beracuan kriteria yaitu menentukan apa yang

    dianggap prestasi yang baik dan nilai akhir apa yang diharapkan, selain itu

    dapat dilakuklan dengan evaluasi diri pelajar, yaitu memberikan laporan,

    masukan, atau keluhan terhadap proses pembelajaran yang sudah berlangsung

    (Dave Meier 2002:165). Selain itu skala penilaian lebih tepat digunakan

    untuk mengukur suatu proses, misalnya proses belajar pada siswa (Nana

    Sudjana 2012:79). Berdasar penjelasan tersebut, maka pengukuran aktivitas

    belajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika dengan

  • 22

    menggunakan skala penilaian. Dengan menggunakan skala penilaian dapat

    mengetahui aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika.

    2.1.6 Hasil Belajar

    Agus Suprijono (2012:5), mengungkapkan bahwa hasil belajar

    merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-

    sikap, apresiasi dan ketrampilan. Hasil belajar merupakan kemampuan siswa

    dari proses belajar. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara

    keseluruhan, bukan hanya salah satu aspek potensi saja. Berdasarkan

    pemikiran Gagne dalam (Agus Suprijono 2012:5-6), hasil belajar berupa:

    1. Informasi verbal, yaitu mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, merespon secara spesifik terhadap rangsangan

    spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi

    simbol, pemecahan masalah, maupun penerapan aturan.

    2. Ketrampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

    3. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya.

    4. Ketrampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani.

    5. Sikap, yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

    Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom dalam (Poerwanti, dkk

    2008:1.22), secara garis besar mencakup 3 ranah, yaitu:

    1. Ranah kognitif, adalah ranah yang menekankan pada pengembangan kemampuan dan ketrampilan intelektual.

    2. Ranah afektif, adalah ranah yang berkaitan dengan pengembangan-pengembangan perasaan, sikap nilai, dan

    emosi.

    3. Ranah psikomotorik, adalah ranah yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan atau ketrampilan motorik.

    Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil

    belajar adalah kemampuan siswa yang mencakup kognitif, afektif, dan

    psikomotorik yang diperoleh melalui proses belajar. Hail belajar yang

    diperoleh dapat dijadikan sebagai informasi mengenai kemajuan para siswa

    dalam proses pembelajaran.

  • 23

    Hamdani (2010:139-146) mengemukakan faktor yang mempengaruhi

    hasil belajar, yaitu:

    a. Faktor internal, yaitu faktor dari diri siswa 1. Kecerdasan, yaitu kemampuan belajar disertai kecakapan

    untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.

    2. Jasmani atau fisiologis. 3. Sikap, yaitu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu

    hal, orang, atau benda dengan suka, atau tidak suka, atau

    acuh tak acuh.

    4. Minat, berkaitan denga perasaan biasanya rasa senang 5. Bakat, yaitu kemampuan potensi yang dimiliki seseorang

    untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

    6. Motivasi, yaitu sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

    b. Faktor eksternal Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi belajar adalah

    keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

    Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang dilakukan Riana (2010:7),

    dengan SAVI dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa karena

    dengan SAVI selain siswa lebih aktif dalam pembelajaran siswa juga dapat

    memanipulasi benda kogkrit yang dilakukan secara diskusi serta dapat

    membuat dugaan-dugaan mengenai hasil yang didiskusikan. Dengan

    demikian penulis simpulkan bahwa pembelajaran dengan SAVI dapat

    mengaktifkan siswa untuk menemukan sendiri sebab dari permasalahan

    dalam matematika, sehingga siswa tidak mudah lupa dengan materi yang

    dipelajari, dan nilai yang diperoleh saat mengerjakan tes atau tugas juga akan

    lebih baik, sehingga hasil belajarnya juga baik, dengan demikian SAVI dapat

    mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.

    Depdiknas (2008:9) tentang Rancangan Penilaian Hasil Belajar

    menyatakan bahwa:

    Penilaian pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri

    atas penilain hasil belajar oleh; pendidik, satuan pendidikan, dan

    pemerintah. Penilaian hasil belajar/prestasi belajar oleh pendidik

    dilakukan secara berkeseninambungan, yang bertujuan untuk

    memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk

    meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran. Pengukuran dalam

    prestasi belajar ini menggunakan tes tertulis, tugas, maupun

    presentasi. Penilaian prestasi belajar digunakan untuk menilai

  • 24

    pencapaian kompetensi, bahan peyusun laporan hasil belajar, dan

    memperbaiki proses pembelajaran.

    Mekanisme penilaian berdasar Rancangan Penilaian Hasil Belajar oleh

    Departemen pendidikan tahun 2008 adalah sebagai berikut:

    1. Perencanaan penilaian, seperti mengembangkan indikator penilaian, kisi-kisi, instrumen penilaian (berupa tes, penugasan,

    dan yang lainnya) dan pedoman penskoran.

    2. Pelaksanaan penilaian, merupakan penyajian penilaian kepada pesarta didik. Kegiatan yang dilakukan berupa melakukan

    penilaian menggunakan instrumen yang telah dikembangkan,

    memeriksa hasil pekerjaan peserta didik mengacu pada pedoman

    penskoran untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan

    belajar peserta didik.

    3. Analisis hasil penilaian, yang dilakukan adalah menganalisis hasil penilaian menggunakan acuan kriteria yaitu membandingkan hasil

    penilaian masing-masing peserta didik dengan standar yang sudah

    ditetapkan.

    4. Tindak lanjut hasil analisis, kegiatan yang dilakukan meliputi pelaksanaan progam remidi untuk peserta didik yang belum

    tuntas, dan mengadministrasikan semua hasil penilaian yang telah

    dilaksanakan.

    Penilaian dalam pembelajaran sangat penting untuk mengetahui

    keberhasilan progam pembelajaran, dalam penilaian pembelajaran beberapa

    cara yang dapat dilakukan seperti tes pra pembelajaran dan pasca-sesi

    pembelajaran yang bertujuan menguji pengetahuan dan mengukur hasilnya

    dan ujian lisan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang

    dipelajari (Dave Meier, 2002:160). Penilaian dalam matematika harus

    mencakup soal atau tugas yang memerlukan kemampuan berfikir, dengan

    demikian dapat meningkatkan kemampuan berfikirnya (Depdiknas 2008:10).

    Berdasar uraian diatas serta berdasarkan tujuan dan ruang lingkup

    pembelajaran matematika yang tercantum dalam Permendiknas No 22 Tahun

    2006 yang berisikan tentang memahami konsep matematika, menggunakan

    penalaran, memecahkan masalah matematika, mengkomunikasikan gagasan,

    dan memiliki sikap menghargai dalam kegunaan matematika, maka

    pengukuran hasil belajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran

    matematika adalah dengan menggunakan tes dan non tes. Yaitu mencakup tes

  • 25

    tertulis, dan skala sikap. Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap

    seseorang terhadap objek tertentu (Nana Sudjana 2012:80). Dalam penelitian

    ini pengukuran sikap siswa terhadap pembelajaran matematika.

    2.2 Keterkaitan Pembelajaran SAVI dengan Aktivitas Belajar dan Hasil

    Belajar Matematika

    Pembelajaran SAVI yang digunakan dalam penelitian ini dapat

    mempengaruhi aktivitas belajar siswa dan hasil belajar matematika. Melalui

    pembelajaran SAVI siswa diajak untuk memanfaatkan indra sebanyak

    mungkin, dan membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar,

    pembelajaran juga didesain semenarik mungkin dan menyenangkan agar

    mampu merangsang semua alat indra anak untuk melakukan aktivitas belajar

    (Meier 2002:90). Berdasar pernyataan tersebut, terlihat bahwa pembelajaran

    SAVI memiliki karakteristik yang berpusat pada siswa, karena siswa

    dilibatkan langsung dalam pembelajaran. Dengan demikian penulis

    simpulkan bahwa pembelajaran SAVI mampu meningkatkani aktivitas belajar

    siswa. Dalam penelitian ini aktivitas belajar siswa meningkat dengan cara

    pembelajaran yang dilaksanakan dalam bentuk siswa diajak untuk melakukan

    pengamatan benda konkrit, permainan, mengidentifikasi sifat-sifat bangun

    ruang, memanipulasi bangun ruang, menggambar dan membuat jaring-jaring

    bangun ruang, dan presentasi.

    Pembelajaran SAVI juga berpengaruh terhadap hasil belajar matematika.

    Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang dilakukan Riana (2010:7), dengan

    SAVI dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa, karena dengan

    pembelajaran SAVI selain siswa lebih aktif dalam belajar, siswa juga dapat

    memanipulasi benda kogkrit yang dilakukan secara diskusi serta dapat

    membuat dugaan-dugaan mengenai hasil yang didiskusikan. Dengan

    demikian penulis simpulkan bahwa pembelajaran dengan SAVI dapat

    mengaktifkan siswa untuk menemukan sendiri sebab dari permasalahan

    dalam matematika, sehingga siswa tidak mudah lupa dengan materi yang

    dipelajari, dengan kondisi tersebut nilai yang diperoleh saat mengerjakan tes

  • 26

    atau tugas akan lebih baik dengan kata lain hasil belajar siswa juga akan lebih

    baik. Dengan demikian SAVI dapat meningkatkan hasil belajar matematika

    siswa. Hasil belajar matematika dapat meningkat karena pengoptimalan

    aktivitas belajar siswa, yaitu siswa diajak untuk memanipulasi media peraga,

    mengidentifikasi masalah dalam matematika, presentasi, serta latihan soal.

    2.3 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

    Dian Puspitasari (2011:2), dari hasil penelitiannya setelah dilakukan

    pembelajaran dengan menggunakan penerapan SAVI didapatkan hasil 1)

    Keaktifan siswa meningkat dari 40,74 pada awal siklus I menjadi 74,81 pada

    akhir siklus II. 2) Hasil belajar meningkat dari rata-rata 55,83 dan ketuntasan

    kelas 25,93% sebelum tindakan, meningkat menjadi rata-rata 76,30 dan

    ketuntasan kelas mencapai 82,14% pada akhir siklus II. Penelitian ini

    menyimpulkan dengan peneraan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar

    siswa.

    Ilman Gunawan (2011:2), hasil penelitiannya menunjukkan dahwa

    aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan, hal tersebut ditunjukkan

    dengan 1) Nilai rata-rata aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan,

    pada siklus I nilai rata-rata sebesar 63,71, siklus II sebesar 69,96, dan siklus

    III nilai rata-rata 74,40. 2) Hasil belajar meningkat, pada siklus I nilai rata-

    rata sebesar 65,16, pada siklus II nilai sebesar 75,60, dan pada siklus III nilai

    sebesar 80,00. 3) Variansi rata-rata nilai menurun, pada siklus I sebesar

    197,51, pada siklus II sebesar 111,45 dan pada siklus III nilai sebesar 92,07.

    Jadi dengan menggunakan model kooperatif tipe SAVI dapat meningkatkan

    aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi bangun datar.

    Riana Irawati (2010:5) dalam skripsinya menyimpulkan hasil penelitian

    sebagai berikut: 1) Terdapat peningkatan hasil belajar dalam tiap siklus,

    sebelumnya semua belum mencapai KKM atau (0%), pada siklus I yang

    mencapai KKM naik menjadi (46,15%), siklus II (76,92%), dan silkus

    terakhir menjadi (100%). 2) Terdapat peningkatan peran serta siswa dalam

    pembelajaran. 3) Siswa lebih senang belajar matematika. 4) Meningkatkan

  • 27

    kreativitas siswa. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan pembelajaran

    menggunakan SAVI dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam

    pembelajaran matematika.

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Dian Puspitasari

    (2011:2), Ilman Gunawan (2011:2), dan Riana Irawati (2010:5) tentang

    penerapan SAVI dalam kegiatan pembelajaran matematika, yang dilaksanakan

    dengan menggunakan berbagai media belajar yang konkrit, dilaksanaan

    diskusi untuk pemecahan masalah, siswa dilatih untuk berbicara atau

    mengemukakan pendapat, pembelajaran dengan permainan-permainan,

    sehingga pembelajaran matematika menjadi lebih mengasyikkan dan terpusat

    pada siswa. Dengan demikian dapat diperoleh kesimpulan bahwa

    pembelajaran matematika dengan SAVI dapat meningkatkan aktivitas belajar

    dan hasil belajar matematika siswa. Peningkatan ini dapat dilihat dari

    peningkatan nilai rata-rata dari tiap siklus pembelajaran. Sehingga SAVI dapat

    diterapkan dalam pembelajaran matematika dan terbukti mampu

    meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar matematika.

    2.4 Kerangka Pikir

    SAVI yang diterapkan dalam pembelajaran matematika pada penelitian ini

    dapat meningkatkan aktivitas belajar, karena pembelajaran melibatkan seluruh

    fisik, indra, dan intelektual anak. Dalam pembelajaran dengan SAVI ini

    dilakukan permainan, pengamatan media konkrit, diskusi untuk melakukan

    praktik pembelajaran dan memecahkan permasalahan matematika yang ada,

    memanipulasi media yang digunakan sehingga pembelajaran mudah dipahami

    anak, serta mempresentasikan hasil diskusi untuk melatih siswa berbicara

    didepan orang banyak serta sebagi wujud penghargaan hasil kerja siswa.

    Pembelajaran dilakukan dengan kelompok yang heterogen sehingga siswa

    lebih senang dalam belajar, karena memang diusia anak kelas 5 SD lebih

    senang belajar dengan teman sebaya. Dengan serangkaian kegiatan

    pembelajaran tersebut maka aktivitas belajar siswa lebih banyak.

  • 28

    Pengoptimalan aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat membantu

    memperkuat ingatan dan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.

    Apabila siswa mampu memahami materi dengan baik, maka hasil belajarpun

    juga akan lebih baik. Peningkatan hasil belajar matematika dilakukan dengan

    siswa diajak untuk memanipulasi benda peraga, mengidentifikasi masalah

    dalam matematika, presentasi, serta mengerjakan tugas-tugas matematika.

    Proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan serangkaian aktivitas belajar

    yang maksimal, akan meningkatkan hasil belajar siswa serta menjadikan

    pembelajaran lebih bermakna. Pembelajaran dengan SAVI dalam matematika

    diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar

    matematika.

    2.5 Hipotesis Penelitian

    Hipotesis Penelitian Tindakan Kelas dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

    1. Pembelajaran dengan SAVI dapat meningkatkan aktivitas belajar pada

    siswa kelas 5 SD Negeri Kumpulrejo 02 Salatiga semester II tahun

    2012/2013.

    2. Pembelajaran dengan SAVI dapat meningkatkan aktivitas belajar dengan

    cara; 1) pengamatan benda konkrit, 2) permainan, 3) mengidentifikasi

    sifat-sifat bangun ruang, 4) memanipulasi bangun ruang , 5) menggambar

    dan membuat jaring-jaring bangun ruang, 6) presentasi.

    3. Pembelajaran dengan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar matematika

    pada siswa kelas 5 SD Negeri Kumpulrejo 02 Salatiga semester II tahun

    2012/2013.

    4. Pembelajaran dengan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar matematika

    dengan cara mengoptimalkan aktivitas belajar siswa, seperti: 1),

    memanipulasi bangun ruang, 2) mengidentifikasi sifat-sifat bangun

    ruang, 3) presentasi, dan 4) mengerjakan latihan soal.