BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 - repository.uksw.edu€¦ · partisipasi dalam pembelaan negara, sikap...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 - repository.uksw.edu€¦ · partisipasi dalam pembelaan negara, sikap...
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Mata Pelajaran PKn.
Pendidikan Kewarganegaraan Negara (PKN) adalah mata pelajaran yang
bertujuan untuk membentuk warga negaranya yang tahu, mau, dan mampu
berbuat baik. PKn adalah pendidikan kewarganegaraan yang menyangkut status
formal warga negara. Menurut Azis Wahab Pendidikan Kewarganegaraan adalah
media pengajaran yang membuat siswa sadar, cerdas, dan tanggung jawab
terhadap bangsa dan negaranya. Menurut Zamroni (Tim ICCE, 2005: 7)
pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk
mempersiapkan warga negaranya berpikir kritis dan bertindak demokratis melalui
kesadaran terhadap generasi muda dengan membentuk kehidupan masyarakat
yang menjamin hak-hak warga masyarakat.
Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah dengan tujuan untuk membentuk siswa menjadi warga negara yang baik,
tau, dan mau berpikir kritis serta bertindak demokratis dalam kehidupan
masyarakat yang menjamin hak-hak warga negara. Mata pelajaran PKn
merupakan media pengajaran yang dapat membuat siswa sadar, cerdas, dan
bertanggung jawab terhadap bangsa dan negara, menghindari perilaku korupsi dan
nepotisme. Sunarso, dkk (2008:1) PKn dirancang sebagai subjek pembelajaran
yang memuat aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam konteks ide, nilai,
konsep, dan moral pancasila.
2.1.1.1 Pengertian Mata Pelajaran PKn
Mata pelajaran PKn adalah salah satu mata pelajaran yang bertujuan
untuk membekali siswa untuk mengembangkan penalaran dalam aspek nilai dan
moral yang memuat materi sosial dan bersifat hafalan, sehingga informasi dan
pengetahuan yang diperoleh siswa hanya dihafalkan bukan untuk dipahami dalam
materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) selain mengembangkan penalaran, pengetahuan yang
6
diperoleh, diharapkan siswa dapat menjadi warga negara yang memiliki rasa
untuk mempertahankan NKRI. Pendidikan kewarganegaraan diartikan sebagai
penyiapan siswa untuk menjadi warga negara yang memiliki pengetahuan,
kecakapan, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk berpartisipasi aktif dalam
masyarakat (Samsuri, 2011: 28). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendikbud) No.22 Tahun 2006 mengenai standar isi untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah, pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran
yang berfokus untuk membentuk warga negara agar lebih memahami serta dapat
melaksanakan segala hak dan kewajiban sebagai warga negara yang memiliki
karakter, kecerdasan, ketrampilan.
Menurut Kerr (Winataputra dan Budimansyah, 2007: 4) pendidikan
kewarganegaraan untuk penyiapkan siswa agar bisa mengambil peran dan
tanggung jawab sebagai warga negara termasuk dalam sekolah, pengajaran dan
belajar. Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang bertujuan
untuk membentuk siswa menjadi warga negara yang dapat mengembangkan
penalaran dalam aspek nilai dan moral, bertanggung jawab, memahami dan
melaksanakan segala hak dan kewajiban sebagai warga negara yang baik,
berkarakter, cerdas, dan terampil.
2.1.1.2 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan PKn
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tujuan agar siswa mempunyai
kemampuan berkembang secara positif dan memiliki sikap demokratis dalam
membentuk diri berdasarkan karakter-karakter yang dimiliki oleh setiap
masyarakat agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya sebagai
berikut (Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar, 2010: 7-8):
1. Berpikir secara kritis, kreatif dan rasional dalam menanggapi setiap isu
kewarganegaraan yang terjadi di Indonesia,
2. Berpartisipasi aktif, bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi,
3. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi yang berkembang.
7
4. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan pada berbagai macam karakter masyarakat Indonesia agar
dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.
Dari tujuan pembelajaran PKn diatas diharapkan siswa mampu
berkembang secara positif dan demokrasi, ikut berpartisipasi aktif dalam segala
kegiatan kewarganegaraan. Saat menanggapi setiap isu yang terjadi siswa
diharpakan mampu berpikir kritis, kreatif, dan rasional, serta mampu
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang dengan
bijaksana.
2.1.1.3 Ruang Lingkup Mata Pelajaran PKn.
Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi
beberapa aspek diantaranya (Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar, 2010: 7-8):
a. Persatuan dan kesatuan bangsa yang meliputi hidup rukun, cinta
lingkungan, kebanggaan, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap NKRI,
keterbukaan dan jaminan keadilan.
b. Norma, hukum, dan peraturan yang meliputi tata tertib dalam kehidupan
keluarga, tata tertib sekolah, norma yang berlaku di masyarakat. Peraturan-
peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.
c. Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban
anggota masyarakat, instrument nasional dan internasional HAM,
pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM.
d. Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai
masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan
pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan
kedudukan warga negara.
e. Konstitusi Negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan knstitusi yang
pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,
hubungan dasar negara dengan konstitusi.
8
2.1.2 Model Pembelajaran Mind Mapping
Model Mind Mapping diperkenalkan pertama kali oleh Tony Buzan pada
tahun 1970-an, dalam bukunya yang berjudul “Buku Pintar Mind Mapp”
merupakan cara mencatat yang kreatif, efektif, dan memetakan pikiran-pikiran.
Mind Mapping atau Peta Pikiran adalah model mencatat kreatif untuk mengingat
berbagai macam informasi. Catatan yang sudah dikumpulkan dari berbagai
macam informasi dibuat dengan membentuk sebuah pola gagasan yang saling
berkaitan, topik utama ditengah dan subtopik dengan perinciannya menjadi
cabang-cabangnya. Dari cabang–cabang tersebut berkembang sampai ke materi
yang lebih kecil. Selain itu, Mind Mapping adalah alat yang dapat membantu daya
ingat yang lebih tajam sesuai dengan imajinasi siswa.
Menurut Porter & Hernacki (2008:152-159), Mind Mapping disebut juga
dengan Peta Pemikiran yang merupakan model mencatat secara menyeluruh
dalam satu halaman. Mind Mapping menggunakan pengingat visual dan sensorik
dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan. Mind Mapping digunakan untuk
membantu penulisan esai/ tugas yang berkaitan dengan penguasaan konsep yang
dapat membuat siswa paham dengan materi PKn. Mind Mapping digunakan untuk
membentuk, mendesain, mencatat, memecahkan masalah, membuat keputusan,
dan mengklarifikasikan topik utama, sehingga siswa dapat mengerjakan tugas-
tugas dengan baik. Swadarma (2013:2) Mind Mapping adalah teknik grafis yang
memungkinkan untuk mengeksplorasi seluruh kemampuan otak dengan
memberikan kata kunci secara umum dan dapat menghasilkan catatan yang
memberikan banyak informasi dalam satu halaman dengan memperlihatkan
hubungan antar berbagai konsep dan ide.
Berdasarkan pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa Mind Mapping
merupakan model mencatat informasi yang kreatif untuk mengingat seluruh
informasi yang diperoleh. Dari catatan-catan yang sudah terkumpul dengan
membentuk suatu pola gagasan yang saling berkaitan. Mind Mapping dapat
menghasilkan informasi untuk mengeksplor kemampuan otak dengan kata kunci
dari informasi yang didapat.
9
2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Mind Mapping.
Ada beberapa ahli yang menyebutkan pengertian Mind Mapping. Menurut
Caroline Edward (2009:64) Mind Mapping merupakan cara memasukan,
menyimpan, dan mengeluarkan data dari atau ke otak yang bekerja secara alami
dalam otak, sehingga dapat mengoptimalkan seluruh potensi dan kapasitas otak
manusia. Menurut Melvin L. Silberman (2005: 177) Mind Mapping adalah cara
kreatif untuk siswa dalam menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran, atau
merencanakan penelitian baru. Berbeda dengan Bobby De Porter, menurutnya
Mind Mapping atau peta pikiran adalah pemanfaatan keseluruhan dari otak yang
menggunakan visual dan grafik untuk membentuk kesan antara otak kiri dan otak
kanan yang terlibat dalam mempermudah memasukan informasi ke dalam otak.
Windura (2008:16) Mind Mapping merupakan model pencatatan untuk
keseluruhan dari suatu topik, serta hubungan relatif antar masing-masing
komponen dan mekanisme penghubungannya. Zarkasyi (2015:76) Mind Mapping
adalah model pembelajaran yang mempelajarai teknik mengingat sesuatu dengan
menggunakan peta pemikiran agar informasi yang didapat lebih mudah dan dapat
diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat tradisional.
Dari pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa Mind Mapping adalah peta
pemikiran yang digunakan untuk memasukan suatu informasi yang didapat siswa
dengan menggunakan cara yang kreatif secara individual untuk menghasilkan
suatu ide kreatif, dan mencatat pelajaran. Selain itu, Mind Mapping dapat
digunakan dalam pembelajaran agar informasi yang didapat lebih mudah untuk
diingat atau dicatat.
2.1.2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Mind Mapping
Langkah-langkah dalam model pembelajaran Mind Mapping. Sebelum
guru menerapkan langkah-langkah Mind Mapping, guru harus mengetahui dan
memahami langkah-langkah yang dilakukan terlebih dahulu, agar proses
pembelajaran dapat maksimal dan sesuai dengan harapan. Ada pun langkah-
langkah Mind Mapping menurut Santoso (2011) diantaranya:
10
a. Mempersiapkan perlengkapan pembelajaran dan membuat suasana kelas
yang menyenangkan.
b. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
c. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari dan siswa menyimak
penjelasan dari guru.
d. Guru mengajak siswa untuk menemukan permasalahan yang akan
ditanggapi oleh siswa dengan alternatif jawaban dari permasalahan yang
akan dibahas.
e. Membentuk kelompok yang beranggotakan 8 orang siswa untuk
mendiskusikan masalah yang akan diberikan.
f. Setiap kelompok mencatat kata kunci atau poin-poin dari materi yang
sudah dibahas.
g. Guru memberikan kertas kosong dan meminta siswa untuk membuat Mind
Mapping dengan menulis dan menggambar gagasan/poin/kata kunci yang
diletakan ditengah kertas.
h. Guru membimbing siswa dengan membuat cabang utama dan
menghubungkan cabang utama dengan gagasan/poin/kata kunci yang
sudah dibuat sebagai pusat dan membuat cabang-cabang tingkat 2, 3, dan
seterusnya.
i. Dari setiap garis cabang yang dibuat siswa dapat menggunakan kata kunci
tunggal sebagai penjelas.
j. Tiap kelompok akan membacakan hasil diskusinya dan guru mencatat di
papan dari hasil diskusi yang disampaikan siswa.
k. Dari data yang dicatat pada papan, siswa diminta untuk membuat
kesimpulan.
2.1.2.3 Kelebihan Model Pembelajaran Mind Mapping
Menggunakan Mind Mapping tentu saja ada kelebihan dan kekurangannya
saat akan digunakan oleh guru dalam pengajar. Ada pun kelebihan Mind Mapping
menurut Tony Buzan diantaranya:
a. Mudah dalam melihat gambaran keseluruhan
b. Setiap peta pikiran bersifat unik.
c. Menambah informasi baru.
d. Membantu otak untuk mengingat, membandingkan, dan membuat
hubungan.
Dari kelebihan diatas dapat disimpulkan dengan menggunakan Mind
Mapping dapat berfokus pada pokok bahasan, membantu menunjukkan hubungan
11
antara bagian-bagian informasi yang terpisah, memberikan gambaran yang jelas
pada keseluruhan dan rinci, menambah informasi baru dengan peta pikiran yang
menarik. Selain itu dapat meningkatkan pemaham dan memberikan catatan ulang,
dapat meningkatkan daya ingat siswa dengan pembelajaran yang lebih efektif dan
efisien.
2.1.2.4 Kelemahan Model Pembelajaran Mind Mapping
Selain kelebihan dari Mind Mapping ada juga kelemahan yang dimiliki
model Mind Mapping yaitu:
a. Waktu terbuang untuk mencari kata kunci pengingat.
b. Kata kunci pengingat terpisah.
c. Hubungan kata kunci pengingat terputus oleh kata-kata yang
memisahkan.
d. Waktu terbuang untuk membaca kembali kata yang tidak diperlukan.
e. Waktu untuk menulis kata yang tidak memiliki hubungan dengan ingatan
terbuang.
Dengan menggunakan Mind Mapping banyak waktu yang terbuang untuk
mencari kata kunci pengingat yang terpisah, waktu untuk membaca terbuang
karena kata yang tidak diperlukan dan menulis kata yang tidak memiliki
hubungan dengan ingatan juga terbuang.
2.1.2.5 Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping dalam Mata Pelajaran
PKn sesuai Standart Proses.
Penerapan model pembelajaran Mind Mapping dalam mata pelajaran PKn
diharapkan dapat membuat siswa paham dan dapat mengingat mata pelajaran PKn
dengan menggunakan peta pemikiran yang dibuat sesuai dengan pemahaman
siswa tentang materi yang diajarkan melalui kegiatan pembelajaran yang
berlangsung sesuai dengan standar proses.
12
Tabel 2.1
Penerapan model Mind Mapping sesuai dengan Standar Proses
Standar
Proses Langkah – Langkah Penerapan Model Mind Mapping
Pendahuluan - Memberi salam
- Mengajak siswa berdoa
- Presensi
- Memberikan apersepsi
- Menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti Eksplorasi
a. Bertanya jawab tentang materi yang diajarkan.
b. Menampilkan video tentang materi yang diajarkan.
c. Membimbing siswa untuk mengidentifikasi masalah yang
terdapat dalam video.
d. Menjelaskan secara singkat materi pembelajaran yang ada di
video.
Elaborasi
a. Membagi siswa dalam 4 kelompok yang terdiri dari 8 orang.
b. Bersama kelompoknya siswa mulai mencatat hal-hal penting
dari materi yang disampaikan.
c. Siswa bersama kelompok bekerjasama untuk membuat peta
pemikiran berdasarkan materi yang telah dicatat.
d. Membimbing siswa dalam membuat peta pemikiran.
e. Mendiskusikan tugas dan pembagian menteri dalam sistem
pemerintahan pusat.
f. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas,
kelompok lain memperhatikan dan menanggapi.
Konfirmasi
a. Menarik kesimpulan dan menjelaskan kembali dari hasil diskusi
yang dilakukan siswa.
b. Bertanya apakah ada yang belum paham dengan materi yang
sudah dijelaskan.
c. Mengerjakan soal evaluasi.
Penutup - Memberikan penghargaan untuk setiap kelompok dan motivasi
untuk siswa.
- Tindak lanjut.
- Mengajak siswa berdoa.
13
2.1.3 Hasil Belajar
2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar.
Hasil belajar merupakan suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa dalam
usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah. Untuk mengetahui
perkembangan hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar, maka diperlukan
adanya evaluasi. Menurut Winarno Srakhmad menyatakan bahwa hasil belajar
siswa kebanyakan dari ulangan, ujian, dan tes. Hamalik (2008) menyatakan hasil
belajar merupakan perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati
dan diukur dalam bentuk, pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat di
artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari
sebelumnya tidak tahu menjadi tahu.
Mulyasa (2008) menyatakan bahwa hasil belajar adalah prestasi belajar
siswa secara keseluruhan dalam perubahan perilaku, kompetensi yang harus
dikuasai oleh siswa yang dinyatakan dalam wujud hasil belajar. Dimyati dan
Mudjiono (2006) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar
dan tindak mengajar. Tindak belajar dari siswa hasil belajar merupakan
berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar, tindak mengajar dari sisi guru
merupakan tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Menurut
Winkel (dalam Purwanto 2014:85) hasil belajar merupakan perubahan yang
terjadi dalam sikap dan tingkah laku mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik yang diakibatkan dari belajar. Nana Sudjana (2010:22) hasil belajar
merupakan kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat dari belajar dan dapat
diamati melalui tingkah laku siswa setelah menerima pembelajaran.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
suatu hasil yang dicapai siswa baik itu perubahan tingkah laku, tercapainya
kompetensi pembelajaran yang dapat diukur dan diamati baik dalam bentuk
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan
evaluasi yang bertujuan untuk menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang optimal dapat tercapai jika
sesuatu yang diingat diperlukan dalam proses belajar selanjutnya dan menuntun
siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran.
14
2.1.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar.
Menurut Slameto (2010:54), adapun faktor yang mempengaruhi hasil
belajar dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yang meliputi: Faktor yang ada pada
diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu (intern), yang meliputi:
1. Faktor biologis, meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan.
Jika salah satu faktor biologis terganggu akan mempengaruhi hasil
prestasi belajar
2. Faktor Psikologis, meliputi: intelegensi, minat, dan motivasi serta
perhatian ingatan berfikir
3. Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan
jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar, dan haus.
Faktor yang ada pada luar individu yang disebut faktor ekstern, yang meliputi:
1. Faktor keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama.
Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat
menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar
2. Faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum,hubungan guru
dengan siswa, siswa dengan siswa danberdisiplin di sekolah
3. Faktor masyarakat meliputi bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah
lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong
untuk lebih giat belajar.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas dapat
dikaji bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks. Aktivitas
belajar siswa memang tidak selamanya menguntungkan. Kadang-kadang juga
lancar, kadang mudah menangkap apa yang dipelajari, kadang sulit menangkap
mata pelajaran. Dalam keadaan dimana siswa dapat belajar sebagaimana
mestinya, itulah yang disebut belajar.
2.1.3.3 Pengukuran Hasil Belajar
Pengukuruan adalah suatu kegiatan untuk membandingkan objek/hasil
belajar yang diteliti dengan skala ukur yang diterapkan untuk mengetahui adakah
peningkatan dengan hasil belajar yang lalu. Pengukuran adalah kegiatan atau
15
upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu peristiwa atau
benda atau berupa angka (Endang Purwanti, 2008:4).
Pengukuran merupakan proses memperoleh deskripsi numerik dari
karakteristik yang dimiliki siswa dari hasil tes atau bentuk lainnya berdasarkan
prosedur tertentu (Nirko, Miller et al, 2009). Russel dan Airasian (2011)
mendefinisikan pengukuran sebagai proses mengkuantitatif atau menentukan
secara numerik (angka) suatu kinerja atau sifat tertentu dari belajar siswa.
Oosterhof (2003) pengukuran pendidikan berarti proses penentuan kinerja atau
sifat tertentu dari individu atau kelompok yang memiliki relevansi. Misalnya ;
seorang guru melakukan pengukuran dengan menggunakan teknik tes sehingga
mendapatkan skor siswa yang merupakan hasil belajar siswa dari kegiatan
pengukuran yang berupa angka. Pengukuran hasil belajar dilakukan dengan
menggunakan tes yang berupa soal.
2.1.4 Hubungan Model Pembelajaran Mind Mapping dan Hasil Belajar
Dengan menggunakan model Mind Mapping diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar. Mind Mapping merupakan peta pikiran atau peta
konsep yang bertujuan untuk memudahkan siswa dalam memahami mata
pelajaran PKn, sehingga dapat memungkinkan siswa memperoleh peningkatan
dalam hasil belajar. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka perlu adanya
model pembelajaran yang dapat membuat siswa paham dengan materi yang
diajarkan. Hasil belajar adalah suatu hasil yang dicapai siswa dalam pembelajaran
yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Model pembelajaran adalah acuan pembelajaran yang digunakan
sebagai panduan atau pedoman dalam melakukan aktivitas pembelajaran.
Dengan model pembelajaran Mind Mapping dapat membuat siswa lebih
aktif, kreatif, paham, dan mengingat dengan baik materi yang telah dipelajari.
Selain itu, siswa dapat mengemukakan pendapatnya dari peta pemikiran yang
dibuat sesuai dengan pemahaman dan daya ingat siswa.
16
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian tindakan kelas dengan model Mind Mapping pernah dilakukan
oleh Rahayu Syarief, Dadang Kurnia, Nedin Badruzaman dengan judul penelitian
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Mind Mapping untuk Meningkatkan
Hasil Belajar pada Materi Susunan Pemerintahan Desa dan Kecamatan di kelas
IV Sekolah Dasar Negeri Kebonjeruk Kabupaten, Sukabumi semester satu Tahun
Pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil
belajar pada siklus I pertemuan pertama memperoleh nilai 31%, siklus I
pertemuan kedua memperoleh nilai 60%, dan siklus II pertemuan ketiga
memperoleh nilai 81%, artinya terjadi peningkatan/perbaikan hasil belajar siswa.
Begitu pula dengan hasil observasi siswa menunjukkan adanya peningkatan pada
keaktifan, perhatian, kerjasama, dan tanggung jawab dengan memperoleh nilai
pada siklus I pertemuan pertama memperoleh nilai 50, sedangkan siklus I
pertemuan kedua memperoleh nilai 65, dan siklus II pertemuan ketiga
memperoleh nilai 80.
Penelitian kedua Penelitian yang dilakukan oleh Herwulan Irine Purnama
(2013) yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Eksposisi menggunakan
model pembelajaran Mind Mapping pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas
V. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata pada tes menulis pada pembelajaran
Bahas Indonesia kelas V SD Negeri 14 Pontianak Kota tahun ajaran 2011/2012,
dengan standar kompetensi mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan
fakta tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas rata-rata 65,38
sedangkan standar KKM nya adalah 7.00. Vol 2, No 12 (2013) >Purnama
Dari dua penelitian terdahulu, dapat dilihat perbedaan yang cukup jelas,
diantaranya oleh Rahayu Syarief, dengan judul penelitian Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Mind Mapping untuk Meningkatkan Hasil Belajar
pada Materi Susunan Pemerintahan Desa dan Kecamatan di kelas IV Sekolah
Dasar Negeri Kebonjeruk Kabupaten, Sukabumi semester satu Tahun Pelajaran
2012/2013. Penelitian oleh Herwulan Irine Purnama (2013) yang berjudul
Peningkatan Keterampilan Menulis Eksposisi menggunakan model pembelajaran
Mind Mapping pada mata pelajaran Bjjahasa Indonesia kelas V. Hal ini dapat
17
dilihat dari nilai rata-rata pada tes menulis pada pembelajaran Bahas Indonesia
kelas V SD Negeri 14 Pontianak Kota tahun ajaran 2011/2012,. Penelitian
terdahulu membuktikan bahwa model pembelajaran Mind Mapping dapat
membantu proses belajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Mengacu pada
penelitian terdahulu, maka peneliti ingin melakukan penelitian lagi dengan
menggunakan model pembelajaran yang sama. Meskipun demikian, terdapat
beberapa perbedaan antara penelitian yang dilakukan kali ini, dengan penelitian-
penelitian terdahulu. Perbedaan pada penelitian terdahulu subyek penelitiannya
adalah siswa sekolah yang berbeda. Penulis berasumsi bahwa perbedaan subyek
didik, merupakan faktor lain yang akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Situasi
sekolah yang berbeda, fasilitas yang berbeda, tantangan masyarakat yang berbeda,
demikian juga pola asuh dari orang tua yang berbeda karena budaya yang berbeda
tentu berkontribusi terhadap hasil belajar siswa juga. Karena itu, dengan memilih
subyek penelitian yaitu siswa kelas IV di SD Negeri Blotongan 02, Kec. Sidorejo
tahun pelajaran 2016/2017.
2.3 Kerangka Pikir
Dalam proses belajar mengajar guru masih menggunakan pembelajaran yang
konvensional, sehingga siswa merasa jenuh, bosan dan tidak paham dengan
pembelajaran yang sudah diajarkan. Dengan cara mengajar yang seperti itulah
menyebabkan hasil belajar siswa menjadi tidak maksimal, tidak sesuai dengan
harapan, dan tidak mencapai KKM. Oleh karena itu, sebagai seorang guru perlu
adanya perubahan cara dan gaya mengajar untuk meningkatkan minat belajar
siswa, sehingga siswa mendapatkan hasil belajar yang mencapai KKM dan sesuai
dengan yang diharapkan.
Dengan melibatkan siswa dalam kelompok, mereka dapat saling berkerjasama
dalam menemukan dan menjawab soal, dan dengan belajar dengan teman
sekelompok diharapkan siswa paham dengan materi yang diajarkan dan mampu
meningkatkan hasil belajar yang mencapai KKM.
18
Gambar 2.3 Alur Kerangka Pikiran
Hasil belajar siswa
dalam pelajaran PKn
lebih meningkat.
Hasil Belajar siswa
Rendah.
Proses
Belajar
Mengajar.
Pembelajaran
Konvensional:
siswa
cenderung
bosan dan
tidak paham.
Penerapan model
pembelajaran
Mind Mapping.
Hasil belajar
siswa
meningkat
Pembelajaran dengan Mind Mapping:
Guru memberikan kertas kosong dan
meminta siswa membuat Mind
Mapping dengan menggambar dan
menulis gagasan/topik yang diletakkan
ditengah kertas.
Membimbing siswa membuat cabang
utama yang berisi topik/gagasan
utama/kata kunci.
Membuat cabang tingkat 2,3,4,..dst
yang kemudian dihubungkan dengan
cabang utama sebagai pusat.
Dari setiap garis cabang yang dibuat,
siswa menulis kata kunci tunggal
sebagai penjelas.
19
Dengan pembelajaran yang konvensional siswa cenderung bosan tidak
paham, sehingga hasil belajar rendah. Oleh karena itu, pembelajaran dilakukan
dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping, diharapkan dengan
model ini siswa paham dengan materi yang dibahas dan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pikir diatas, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Penerapan langkah-langkah model pembelajaran Mind Mapping sesuai
dengan sintaks, diduga dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas
4 di SD Negeri Blotongan 02, Kec. Sidorejo tahun pelajaran 2016/2017.
2. Penerapan model pembelajaran Mind Mapping diduga dapat meningkatkan
hasil belajar PKn pada siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Kec.
Sidorejo tahun pelajaran 2016/2017.