BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Modul erluan belajar ...repository.ump.ac.id/6449/3/Siti Ngaisah...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Modul erluan belajar ...repository.ump.ac.id/6449/3/Siti Ngaisah...
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Modul
1. Pengertian Modul
Istilah modul dipinjam dari dunia teknologi, yaitu alat ukur yang lengkap dan
merupakan satu kesatuan program yang dapat mengukur tujuan. Modul menurut Cece
Wijaya (1992), dapat dipandang sebagai paket program yang disusun dalam bentuk satuan
tertentu guna keperluan belajar. Menurut Russel (1990) modul adalah suatu unit (satuan)
paket pembelajaran yang berkenaan dengan satu satuan konsep tunggal bahan pelajaran.
Pengertian modul menurut Associational Communication and Technlogy adalah kumpulan
pengalaman belajar yang dirancang untuk mencapai sekelompok tujuan khusus yang saling
berkaitan, biasanya terdiri dari beberapa pertemuan.
Menurut Mulyasa (2006) modul merupakan paket belajar mandiri yang meliputi
serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk
membantu peserta didik mencapai tujuan belajar. Tujuan utama sistem modul adalah untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana, fasilitas,
maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal.
2. Karakteristik Modul
Karakteristik yang diperlukan oleh sebuah modul menurut (Dikmenjur, 2008) antara lain:
1) Self Instruction
Pengembangan Bahan Ajar..., Siti Ngaisah, FKIP UMP, 2014
Karakter modul yang self instruction memungkinkan seseorang belajar secara mandiri
dan tidak tergantung pada pihak lain.
2) Self Contained
Modul dikatakan self contained bila seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan
termuat dalam modul tersebut. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan
peserta didik mempelajari materi pembelajaran secara tuntas karena materi belajar
dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh.
3) Stand Alone
Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak tergantung
pada bahan ajar/media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan
ajar/media lain.
4) Adaptive
Modul dikatakan adaptive jika modul tersebut dapat menyesuaikan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel/luwes digunakan di berbagai
perangkat keras (hardware).
5) User Friendly
Modul hendaknya juga memenuhi kaidah user friendly atau bersahabat akrab dengan
pemakainya.
3. Fungsi Modul
Selain modul mempunyai karakteristik, modul juga memiliki fungsi sebagai berikut :
1) Menyiasati kelemahan pembelajaran konvensional
Melalui modul ini siswa diharapkan dapat berupaya untuk mencari dan menggali
sendiri informasi secara lebih aktif dan mengoptimalkan seluruh kemampuan dan
Pengembangan Bahan Ajar..., Siti Ngaisah, FKIP UMP, 2014
potensi belajar yang dimilikinya. Modul ini dapat diandalkan untuk membantu
mengatasi kelemahan sistem pembelajaran konvensional.
2) Meningkatkan motivasi belajar
Melalui modul siswa diharapkan dapat lebih meningkatkan motivasi belajar
karena system pembelajarannya dapat disesuaikan dengan kesempatan masing –
masing. Penggunaan modul menuntut adanya peningkatan motivasi dalam belajar dan
mengkondisikan siswa untuk dapat mencerna secara tuntas isi dari paparan materi
yang disampaikan guru.
3) Meningkatkan kreativitas
Melalui penggunaan modul, siswa dituntut untuk lebih kreatif di dalam
mempersiapkan rencana pembelajaran. Seorang siswa harus mampu berfikir secara
kreatif untuk mendapatkan pengalaman belajar apa yang tepat yang harus dimiliki
setelah mempelajari modul.
4) Mewujudkan prinsip maju berkelanjutan
Melalui penggunaan modul, siswa yang lebih menguasai materi pada kegiatan
belajar mengajar (KD) pertama, secara individual dapat melanjutkan pada KD
berikutnya. Prinsip maju berkelanjutan ini menjadi acuan yang sangat penting dalam
pengembangan modul. Dengan prinsip ini siswa yang satu dengan yang lainnya akan
memiliki perbedaan waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan satu mata pelajaran.
Guru perlu membuat kriteria kelulusan pada setiap KD yang dapat menunjukkan
bahwa siswa tersebut dapat melanjutkan belajarnya ataukah harus kembali ke KD
sebelumnya.
5) Meningkatkan konsentrasi belajar
Pengembangan Bahan Ajar..., Siti Ngaisah, FKIP UMP, 2014
Modul dapat mewujudkan kegiatan belajar dengan konsentrasi yang lebih
meningkat. Konsentrasi belajar ini sangat penting agar siswa tidak mengalami
kesulitan pada saat harus menyelesaikan tugas – tugas atau latihan yang disarankan di
dalam modul tersebut.
4. Tujuan Penulisan Modul
Modul mempunyai banyak arti berkenaan dengan kegiatan belajar mandiri. Siswa
dapat belajar kapan saja dan dimana saja secara mandiri, karena konsep belajarnya
bercirikan demikian, maka kegiatan belajar itu sendiri juga tidak terbatas pada masalah
tempat, dan bahkan orang yang berdiam di tempat yang jauh dari pusat penyelenggara
pun bisa mengikuti pola belajar. Terkait dengan hal tersebut, maka penulisan modul
untuk siswa memiliki tujuan sebagai berikut :
1) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal.
2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik peserta belajar maupun
guru.
3) Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi.
4) Memungkinkan peserta didik dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil
belajarnya.
5) Untuk mengurangi keragaman kecepatan belajar peseta didik melalui kegiatan belajar
mandiri.
5. Syarat Modul Yang Baik
Modul yang baik harus memiliki syarat tertentu, syaratnya adalah sebagai berikut :
1) Kecermatannya
Pengembangan Bahan Ajar..., Siti Ngaisah, FKIP UMP, 2014
Maksudnya kecermatan isinya harus valid, benar dari sudut disiplin ilmu, tidak
mengandung konsep yang salah.
2) Kesesuaian materi dengan pengalaman belajar
Maksudnya membelajarkan, sesuai dengan kompetensi yang dituntut.
3) Ketepatan cakupan
Maksudnya disesuaikan dengan sasaran pengguna modul dan kompetensi yang akan/
hendak dicapai.
4) Kemutakhiran
Maksudnya substansi sesuai dengan perkembangan zaman, up to date.
5) Ketercernaan (keterpahaman isi)
Maksudnya mudah dipahami, cermati istilah – istilah teknis, istilah asing,
penumpukan ide dalam satu kalimat, komunikatif.
6) Ketertiban berbahasa
Maksudnya jenis, kalimat sederhana, tidak menumpukkan ide dalam sebuah kalimat
kompleks yang panjang, tertib ejaan dan tanda baca, tertib struktur kebahsaan, tertib
dalam sistem pengorganisasian tulisan.
6. Keunggulan Dan Keterbatasan Modul
Keunggulan modul
1) Berfokus pada kemampuan individual siswa, karena pada hakekatnya siswa memiliki
kemampuan untuk bekerja sendiri dan lebih bertanggung jawab atas tindakan –
tindakan apa yang telah siswa lakukan.
Pengembangan Bahan Ajar..., Siti Ngaisah, FKIP UMP, 2014
2) Adanya control terhadap hasil belajar melalui penggunaan standar kompetensi dalam
setiap modul yang harus dicapai oleh siswa.
3) Relevansi kurikulum yang ditunjukkan dengan adanya tinjauan dan cara
pencapaiannya, sehingga siswa dapat mengetahui keterkaitan antara pembelajaran dan
hasil yang akan diperolehnya.
Keterbatasan modul
1) Penyusunan modul yang baik membutuhkan keahlian tertentu. Sukses atau gagalnya
suatu modul bergantung pada penyusunannya. Modul mungkin saja memuat tujuan
dan alat ukur, akan tetapi pengalaman belajar yang termuat di dalamnya tidak ditulis
dengan baik atau tidak lengkap. Modul yang demikian kemungkinan besar akan
ditolak siswa.
2) Sulit menentukan proses penjadwalan dan kelulusan, serta membutuhkan manajemen
pendidikan yang sangat berbeda dari pembelajaran konvensional, karena setiap siswa
menyelesaikan waktu yang berbeda - beda, bergantung pada kecepatan dan
kemampuan masing – maisng siswa.
Dukungan pembelajaran berupa sumber belajar, pada umumnya cukup mahal,
karena setiap siswa harus mencarinya sendiri. Berbeda halnya dengan pembelajaran
konvensional, sumber belajar seperti alat peraga dapat digunakan bersama - sama di
dalam pembelajaran
( Mulyasa, 2006).
B. Orientasi
Pengembangan Bahan Ajar..., Siti Ngaisah, FKIP UMP, 2014
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia orientasi berarti menentukan sikap (arah, tempat,
dsb) yang tepat dan benar, pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan.
C. Pendekatan Induktif
1. Pengertian Pendekatan
Pendekatan dalam pembelajaran menurut Sanjaya (2007) memiliki kemiripan dengan
strategi. Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan strategi maupun metode. Pendekatan
dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.
Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses yang sifatnya masih
sangat umum. Oleh karenanya, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat
bersumber dari pendekatan tertentu. Pendekatan adalah cara menyajikan bahan pelajaran
kepada siswa, metode mengajar adalah cara menyampaikan bahan ajar kepada siswa yang
berlaku untuk setiap pelajaran.
Pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan
pembelajaran, apakah guru akan menjelaskan suatu pengajaran dengan materi bidang studi
yang sudah tersusun dalam urutan tertentu, ataukah dengan menggunakan materi yang terkait
satu dengan yang lainnya dalam tingkat kedalaman yang berbeda, atau bahkan merupakan
materi yang integrasi dalam suatu kesatuan multi disiplin ilmu. Sistem dan pendekatan
pembelajaran dibuat karena adanya kebutuhan akan sistem dan pendekatan tersebut untuk
menyakinkan (1) ada alasan untuk belajar, (2) siswa belum mengetahui apa yang akan
diajarkan, oleh karena itu guru menetapkan hasil – hasil belajar atau tujuan apa yang
diharapkan akan dicapai.
2. Pengertian Pendekatan Induktif
Pengembangan Bahan Ajar..., Siti Ngaisah, FKIP UMP, 2014
Pendekatan induktif pada awalnya dikemukakan oleh filosof Inggris Prancis
Bacon (1561) yang menghendaki agar penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta – fakta
yang konkrit sebanyak mungkin, sistem ini dipandang sebagai sistem berfikir yang paling
baik pada abad pertengahan yaitu cara induktif disebut juga sebagai dogmatif artinya
bersifat mempercayai begitu saja tanpa diteliti secara rasional. Berfikir induktif ialah
suatu proses dalam berfikir yang berlangsung dari khusus menuju ke yang umum.
Tepat atau tidaknya kesimpulan atau cara berfikir yang diambil secara induktif
menurut Purwanto (2002) bergantung pada representatif atau tidaknya sample yang
diambil mewakili fenomena keseluruhan. Makin besar jumlah sample yang diambil
berarti makin representatif dan makin besar pula taraf dapt dipercaya dari kesimpulan itu,
dan sebaliknya. Dalam konteks pembelajaran pendekatan induktif adalah pendekatan
pengajaran yang bermula dengan menyajikan sejumlah keadaan khusus kemudian dapat
disimpulkan suatu fakta,prinsip, atau aturan.
Pendekatan induktif menggunakan penalaran induktif yakni menarik kesimpulan
dari hal – hal khusus menjadi hal – hal yang umum dan biasanya disebut juga dengan
generalisasi. Pada pendekatan ini, contoh – contoh diberikan terlebih dahulu oleh guru
dan kemudian dirumuskan atau didefinisikan. (Suherman,1986).
3. Langkah – Langkah Pendekatan Induktif
Langkah – langkah yang digunakan dalam pendekatan induktif adalah sebagai berikut :
1) Memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan induktif
2) Menyajikan contoh – contoh khusus konsep, prinsip atau aturan itu yang memungkinkan
siswa memperkirakan (hipotesis) sifat umum yang terkandung dalam contoh – contoh
tersebut
Pengembangan Bahan Ajar..., Siti Ngaisah, FKIP UMP, 2014
3) Disajikan bukti – bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau
menyangkal perkiraaan tersebut
4) Disusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan langkah –
langkah yang terdahulu.
4. Kebaikan Dan Kelemahan Pendekatan Induktif
Menurut Suminarsih (2005). Dalam pelaksanaan dengan pendekatan induktif, ada
kebaikan dan kelemahannya, antara lain :
Kebaikan menggunakan pendekatan induktif adalah :
1) Siswa dapat dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.
2) Pembelajaran berpusat pada siswa.
3) Siswa diharapkan berfikir kritis.
Kelemahan menggunakan pendekatan induktif adalah :
1) Siswa sulit bekerja sama.
2) Siswa membutuhkan banyak waktu untuk membuat contoh ketika diminta oleh guru.
3) Guru mengalami banyak kesulitan atau terbebani karena banyak persiapan yang harus
dilakukan.
Jadi, modul yang berorientasi pendekatan induktif adalah bahan ajar mandiri yang
memiliki kecenderungan penyajian materinya di awali dari contoh – contoh yang khusus
dilanjutkan dengan kesimpulan yang bersifat umum.
D. Pengembangan Perangkat Pembelajaran 4-D
Model pengembangan 4-D (Four D) merupakan model pengembangan perangkat
pembelajaran. Model ini dikembangkan oleh S.Thiagarajan , Dorothy S. Semmel, dan
Pengembangan Bahan Ajar..., Siti Ngaisah, FKIP UMP, 2014
Melvyn I. Semmel. Model pengembangan 4-D ini terdiri atas 4 tahap utama yaitu : Define
(pendefinisian), Design (perancangan), Develop (pengembangan) dan Disseminate
(penyebaran), atau diadaptasi model 4-P, yaitu Pendefinisian, Perancangan, Pengembangan,
dan Penyebaran seperti pada gambar berikut :
Analisis Awal Akhir
Analisis Siswa
Analisis Tugas Akhir
Spesifikasi Tujuan
Analisis Konsep Akhir
P
E
N
D
E
F
I
N
I
S
I
A
N
P
Pengembangan Bahan Ajar..., Siti Ngaisah, FKIP UMP, 2014
Diagram 2.1 : Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran 4-D (Thiagarajan, Semmel, dan
Semmel ) (Trianto, 2010)
Secara garis besar keempat tahap tersebut sebagai berikut :
a. Tahap Pendefinisian (Define)
Pengembangan Bahan Ajar..., Siti Ngaisah, FKIP UMP, 2014
Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat – syarat
pembelajaran yang di awali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan
perangkatnya. Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu : analisis awal akhir, analisis
siswa, analisis tugas, analisis konsep dan perumusan tujuan pembelajaran.
b. Tahap Perancangan (Design)
Tujuan tahap ini adalah menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran. Tahap ini
terdiri dari 4 langkah yaitu : penyusunan tes acuan patokan, merupakan langkah awal yang
menghubungkan antara tahap define dan tahap design. Tes disusun berdasarkan hasil
perumusan tujuan pembelajaran khusus (kompetensi dasar dalam kurikulum KTSP). Tes
ini merupakan suatu alat untuk mengukur terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa setelah kegiatan belajar mengajar, pemilihan media yang sesuai tujuan untuk
menyampaikan materi pelajaran, pemilihan format. Di dalam pemilihan format ini
misalnya dapat dilakukan dengan mengkaji format – format perangkat yang sudah ada dan
yang dikembangkam di Negara - Negara yang lebih maju.
c. Tahap Pengembangan (Develop)
Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah
direvisi berdasarkan masukan dari pakar. Tahap ini meliputi : validasi perangkat oleh
pakar diikuti dengan revisi, simulasi yaitu kegiatan mengoperasionalkan rencana
pengajaran, dan uji coba terbatas dengan siswa yang sesungguhnya. Hasil tahap simulasi
dan uji coba terbatas digunakan sebagai dasar revisi. Langkah berikutnya adalah uji coba
lebih lanjut dengan siswa yang sesuai dengan kelas sesungguhnya.
d. Tahap Penyebaran (Disseminate)
Pengembangan Bahan Ajar..., Siti Ngaisah, FKIP UMP, 2014
Pada tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan
pada skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, di sekolah lain dan oleh guru yang lain.
Tujuan untuk menguji efektifitas penggunaan perangkat di dalam KBM.
E. Materi Bangun Ruang
Standar Kompetensi : memahami sifat – sifat prisma, kubus, balok, limas dan bagian –
bagiannya serta menentukkan ukurannya.
Kompetensi Dasar :
1. Mengidentifikasikan sifat – sifat prisma, kubus, balok dan limas serta bagian –
bagiannya.
2. Membuat jaring – jaring prisma, kubus, balok dan limas.
3. Menghitung luas permukaan dan volume prisma, kubus, balok dan limas.
Pengembangan Bahan Ajar..., Siti Ngaisah, FKIP UMP, 2014