BAB II KAJIAN PROGRAM - repository.bsi.ac.id · Berdasarkan pengertian dan kutipan diatas, dapat...
Transcript of BAB II KAJIAN PROGRAM - repository.bsi.ac.id · Berdasarkan pengertian dan kutipan diatas, dapat...
-
8
8
BAB II
KAJIAN PROGRAM
2.1. Kategori Program
Kategori program atau jenis program merupakan pembagian program siaran
berdasarkan jenis isinya. Secara umum kategori program dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu program hiburan
(entertainment) dan program berita (news).
Pembagian jenis program televisi tersebut menurut Latief dan Yustiatie
Utud (2017:12), sebagai berikut:
1. Program informasi (news). Program news terbagi lagi menjadi dua bagian,
yaitu hard news (straigh news, on the spot reporting dan on air interview)
dan soft news (current affair, documenter, feature, infotainment, sport dan
talkshow).
2. Program hiburan (entertainment). Program hiburan terbagi menjadi dua yaitu
drama (film, sinetron dan cartoon) dan nondrama (musik, permainan, reality
show, variety show, pertunjukan, lawak, repackaging dan juga talkshow).
Dalam kutipan di atas dijelaskan bahwa, program informasi (news) atau
disebut program karya jurnalistik yang bersumber dari masalah. Dalam proses
produksinya mengutamakan kecepatan dan kebenaran. Sedangkan program
hiburan (entertainment) atau disebut program karya arsistik yang bersumber dari
ide gagasan, baik perorangan maupun tim kreatif. Dalam proses produksinya
mengutamakan keindahan dan kesempurnaan sesuai perencanaan.
-
9
Dengan demikian, kategori program drama televisi dengan judul “TIRIS”
adalah program hiburan (entertainment). Adapun alasan dalam pemilihan kategori
program hiburan, karena kebutuhan dasar lainnya pada manusia adalah hiburan.
Tidak hanya dengan tujuan menghibur, tapi diharapkan program hiburan yang
mengandung sebuah cerita atau kisah hidup manusia dalam masyarakat ini juga
memberikan informasi serta bisa mengedukasi khayalak umum agar cara pandang
individu akan membentuk karakter dan mempengaruhi tatanan sosial
kemasyarakatan berbangsa dan bernegara yang positif.
2.2. Format Program
Format program televisi disebut juga programming program yang
merupakan acuan program siaran sebuah stasiun televisi untuk membentuk
kepribadian sebuah stasiun penyiaran televisi yang terwujud dalam isi, materi,
bentuk penyajian dan gaya penyampaian para penyiarnya. Dalam menentukan ide
dan konsep untuk format program yang akan diproduksi dalam suatu tayangan
siaran, pemilihan format program acara drama televisi harus sesuai dengan
kategori program hiburan yang didalamnya terdapat program drama.
Menurut Naratama (2013:68) menjelaskan bahwa, “format acara televisi
adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan
menjadi landasan kretivitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam bebagai
kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target permirsa acara tersebut”.
Pembagian format program dapat digambarkan pada bagan format acara
televisi, sebagai berikut:
-
10
Gambar II.1. Bagan Pembagian Format Acara Televisi
Sumber: Naratama (2013:70)
Berdasarkan pengertian dan bagan pembagian format acara televisi di atas,
dapat disimpulkan bahwa program-program tersebut dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu: drama, nondrama dan berita olahraga. Bisa juga dikategorikan menjadi
fiksi, nonfiksi dan news-sport.
Menurut Naratama (2013:70) menjelaskan bahwa:
Fiksi (drama) adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan
dicipta melalu proses imajenasi kreatif dan kisah-kisah drama atau fiksi
yang direkayasa dan dikreasi ulang. Format yang digunakan merupakan
interpretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu runtutan cerita
dalam sejumlah adegan.
Dengan demikian format program drama televisi dengan judul “TIRIS”
termasuk ke dalam drama (fiction). Adapun alasannya karena drama merupakan
bagian dari kehidupan manusia dan dianggap sebagai gambaran nyata dari sebuah
kehidupan. Selain pembagian format program terdapat juga klasifikasi drama atau
genre.
-
11
Menurut Pratista (2017:39-40) menjelaskan bahwa:
Istilah genre berasal dari bahasa Perancis yang bermakna “bentuk” atau
“tipe”. Dalam film, genre dapat didefinisikan sebagai jenis atau klasifikasi
dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola sama (khas), seperti
setting, isi dan subyek cerita, tema, struktur cerita, aksi atau peristiwa,
periode, gaya, situasi, ikon, mood, serta tokoh. Klasifikasi tersebut
menghasilkan genre-genre populer, seperti aksi, petualangan, drama,
komedi, horor, western, thriller, film noir, roman, dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian dan kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa
klasifikasi drama atau genre merupakan alat untuk memahami drama televisi atau
film sebagai bentuk spesifik suatu komoditas. Namun, pada kenyataannya bisa
dikatakan hampir tidak ada sebuah drama televisi atau film yang diciptakan secara
ketat pada genre tertentu. Selalu ada kemungkinan untuk menggabungkan lebih
dari satu genre.
Selain itu menurut Pratista (2017:47-48), “film fiksi ilmiah berhubungan
dengan masa depan, perjalanan angkasa luar, percobaan ilmiah, penjelajahan
waktu, invasi atau kehancuran bumi. Fiksi ilmiah sering kali berhubungan dengan
teknologi canggih yang berada diluar jangkauan teknologi masa kini.”
Dalam program drama televisi “TIRIS” ini mengusung genre fiksi ilmiah
(science fiction). Alasan penulis memilih genre fiksi ilmiah karena tidak ada
batasan dalam pengembangan cerita. Sehingga penulis dapat mengedepankan
khayalan imajinasi dalam membuat cerita dan mengajak audien untuk berpikir
atau kontemplasi (renungan) terhadap berbagai permasalahan yang melibatkan
pengaruh sains dan teknologi, walaupun ilmu pengetahuan tersebut belum teruji
secara ilmiah.
-
12
2.3. Judul Program
Dalam pembuatan sebuah program atau karya tulis judul program
merupakan nama yang dipakai sebagai identitas atau cermin, yang bersifat
menjelaskan diri, manarik perhatian dan adakalanya menentukan wilayah.
Menurut Latief dan Yustiatie Utud (2017: 118) menyebutkan bahwa, “ide
adalah konsep yang dituangkan dalam bentuk cerita, naskah, synopsis, rundown,
script yang menjadi pijakan dalam memproduksi siaran televisi”.
Judul atau ide cerita yang ingin disampaikan bisa datang dari peristiwa apa
saja yang dialami. Melalui konsep ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi), melakukan
penyesuaian dan penyempurnaan konsep baru yang diinginkan. Hal ini merupakan
sebuah kreatifitas.
Pada program drama televisi ini penulis memilih “TIRIS” sebagai judul.
Secara etimologi judul ini satu suku kata saja, yaitu: “Tiris”. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “Tiris” memiliki makna “bocor, merembes dan
bertitik-titik”. Oleh karena itu, penulis memberi judul “TIRIS” pada program
drama televisi ini yang berarti kebocoran pada akses internet yang gagal ditutup
atau ditiadakan. Selain itu “TIRIS” merupakan sebuah anonim yang dibuat sendiri
oleh penulis, yaitu “Titik Retas Internet Akses” yang mana digunakan sebagai
nama program atau sistem peretas dalam cerita drama televisi ini.
2.4. Target Audien
Target audience (target audien) tidak lepas dari penentuan sasaran khalayak
pemirsa siaran televisi yang terpilih yang mempunyai karakeristik tertentu,
diantaranya segementasi demografi khalayak sasaran melalui survei lapangan.
-
13
Dari hasil survei itu kemudian dapat dirancang program televisi yang tepat sasaran
dan tepat slot waktu.
Menurut Morissan (2013:193) mejelaskan bahwa, “target audien adalah
memilih satu atau beberapa segmen audien yang akan menjadi fokus kegiatan-
kegiatan pemasaran program dan promosi. Kadang-kadang targeting disebut juga
dengan selecting karena audien harus diseleksi”.
Dapat dijelaskan bahwa, menyeleksi audien sasaran sesuai dengan kriteria-
kriteria tertentu dan menjangkau audien sasaran tersebut. Khalayak audien umum
memiliki sifat yang heterogen, maka akan sulit bagi media penyiaran untuk
melayani semuanya. Bagian atau segmen yang dipilih itu adalah bagian yang
homogen yang memiliki ciri-ciri yang sama dan cocok dengan kemampuan
stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Target audien dalam program drama televisi dengan “TIRIS” mencakup
beberapa segmentasi, yaitu sebagai berikut:
1. Segmentasi Demografis, segementasi berdasarkan demografi dikelompokkan
berdasarkan variabel-variabel pendapatan, jenis kelamin, pendidikan, jumlah
penduduk, usia, ukuran keluarga, pekerjaan, agama, ras, generasi,
kewarganegaraan dan kelas sosial.
2. Segmentasi Geografis, segmentasi pasar audien dibagi ke dalam beberapa
unit geografis yang berbeda, mencakup suatu wilayah negara, provinsi,
kabupaten, kota dan desa.
3. Segmentasi Geodemografis, gabungan dari segmentasi geografis dan
segmentasi demografis. Dalam artian audien yang tinggal di suatu wilayah
geografis tertentu diyakini memiliki karakter demografi yang sejenis, namun
-
14
wilayah geografis harus sesempit mungkin.
4. Segmentasi Psikografis, segmentasi berdasarkan gaya hidup dan kepribadian
manusia yang mengelompokkan audien secara lebih tajam dari pada sekedar
variabel demografi.
Dengan adanya target audien yang telah dipaparkan di atas maka penulis
membuat deskripsi program drama televisi “TIRIS” sebagai berikut:
Kategori Program : Hiburan
Media : Televisi
Format Program : Drama Televisi
Genre : Fiksi Ilmiah
Judul Program : TIRIS
Durasi Program : 15-20 menit
Target Audience :
a. Umur : Remaja (13-17 tahun), Dewasa (18-35) dan
Orang tua (36 tahun ke atas)
b. Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan
c. Pendapatan (SES) : B (menengah atas) dan C (menengah bawah)
d. Pekerjaan : Semua Profesi
Karakteristik Produksi : Record (single cam)
Jam tayang dan Alasan : 20.00 WIB
Ditayangkan pada jam tersebut karena pada dasarnya audien televisi dapat
diperkirakan pada setiap bagian harinya. Audien terbanyak terdapat pada saat jam
tayang utama (prime time) dan audien paling sedikit adalah pada dini hari.
-
15
2.5. Karakteristik Produksi
Pemilihan teknik perekaman dapat dilakukan oleh produser dan kru inti
lainnya dengan menyesuaikan kondisi lokasi produksi dan kemampuan biaya
yang tersedia. Dalam pelaksanaan produksi drama televisi “TIRIS” ini penulis
menggunakan lokasi di luar ruangan (outdoor) maupun di dalam ruangan
(indoor).
Menurut Latief dan Yustiatie Utud (2017:260) menyebutkan bahwa, “single
camera adalah rekaman dengan satu kamera. Hasil gambarnya diedit dan disusun
untuk menjelaskan makna dan informasi sesuai kebutuhan program”.
Berdasarkan kutipan di atas penulis menyimpulkan bahwa penerapan single
camera (kamera tunggal) pada umumnya digunakan dalam gambar yang sifat
penayangannya tunda atau tapping. Teknik ini dalam implementasinya merekam
adegan-adegan yang telah tersusun dalam deretan adegan per adegan, hasil
pembedahan rancangan skenario. Satu per satu adegan dalam rancangan skenario
tersebut direkam melalui kamera tunggal yang menjadi pilihan eksekusinya.
Pada program drama televisi “TIRIS”, karakteristik produksi yang dimulai
dari tahap pra produksi adalah mempersiapkan sinematografi berupa single
camera (kamera tunggal). Saat proses pengambilan gambar akan dilakukan satu
per satu adegan dalam rancangan skenario dan director treatment yang sesuai
dengan konsep sutradara. Dalam pengambilan gambarnya harus ada jeda untuk
mengatur letak kamera disetiap pergantian adegan, agar memiliki shot dengan
ukuran yang berbeda, serta tetap memperhatikan kontinuitas. Selain itu,
penggunaan kamera tunggal ini bertujuan untuk meminimalisir biaya produksi
secara keseluruhan.