BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5083/3/T1_292009060_BAB II.pdf ·...

13
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Matematika Matematika adalah ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak, bahasa simbol yang padat arti dan semacamnya (Karso: 1998, 1.6). hal ini membuat para ahli matematika dapat mengembangkan sebuah system matematika. Dari dunia matematika yang merupakan sebuah sistem yang deduktif telah mampu mengembangkan model-model yang merupakan contoh dari sistem ini. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Bergambar (2008, 524) para penulis menerjemahkan matematika sebagai ilmu tentang bilangan, dan hubungan antar bilangan. Matematika merupakan ilmu yang mengolah bilangan-bilangan dan keterkaitan bilangan-bilangan tersebut. Matematika mempunyai ciri khas tersendiri jika dibandingkan dengan disiplin ilmu lain. Menurut Ali (1987:1), matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur, hubungan-hubunganya yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Sedangkan menurut Bruner (Gatot Muhtesyo, 2007) menyatakan pentingnya tekanan pada kemampuan peserta didik dalam berpikir intuitif dan analitik akan mencerdaskan peserta didik membuat prediksi dan terampil dalam menemukan pola dan keterkaitan. Belajar matematika adalah suatu usaha atau aktifitas mental untuk memahami arti hubungan antara konsep-konsep dan struktur matematika. Melalui pembelajaran matematika siswa diharapkan berkembang mengenai kemampuan membaca (matematika), menggali informasi, menggunakan informasi, menyimpulkan informasi yang lebih mendalam, melakukan eksplorasi eksperiman, berfikir logis, berfikir ketat dan yang terpenting adalah melakukan pemecahan masalah. Pembelajaran matematika harus merupakan proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5083/3/T1_292009060_BAB II.pdf ·...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5083/3/T1_292009060_BAB II.pdf · disiplin ilmu lain. Menurut Ali ... budi pekerti, dan sikap) ... disiplin sekolah, pelajaran

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakekat Matematika

Matematika adalah ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak,

bahasa simbol yang padat arti dan semacamnya (Karso: 1998, 1.6). hal ini

membuat para ahli matematika dapat mengembangkan sebuah system

matematika. Dari dunia matematika yang merupakan sebuah sistem yang deduktif

telah mampu mengembangkan model-model yang merupakan contoh dari sistem

ini.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Bergambar (2008, 524) para penulis

menerjemahkan matematika sebagai ilmu tentang bilangan, dan hubungan antar

bilangan. Matematika merupakan ilmu yang mengolah bilangan-bilangan dan

keterkaitan bilangan-bilangan tersebut.

Matematika mempunyai ciri khas tersendiri jika dibandingkan dengan

disiplin ilmu lain. Menurut Ali (1987:1), matematika berkenaan dengan ide-ide,

struktur, hubungan-hubunganya yang diatur secara logis sehingga matematika

berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Sedangkan menurut Bruner (Gatot

Muhtesyo, 2007) menyatakan pentingnya tekanan pada kemampuan peserta didik

dalam berpikir intuitif dan analitik akan mencerdaskan peserta didik membuat

prediksi dan terampil dalam menemukan pola dan keterkaitan.

Belajar matematika adalah suatu usaha atau aktifitas mental untuk

memahami arti hubungan antara konsep-konsep dan struktur matematika. Melalui

pembelajaran matematika siswa diharapkan berkembang mengenai kemampuan

membaca (matematika), menggali informasi, menggunakan informasi,

menyimpulkan informasi yang lebih mendalam, melakukan eksplorasi

eksperiman, berfikir logis, berfikir ketat dan yang terpenting adalah melakukan

pemecahan masalah. Pembelajaran matematika harus merupakan proses

pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5083/3/T1_292009060_BAB II.pdf · disiplin ilmu lain. Menurut Ali ... budi pekerti, dan sikap) ... disiplin sekolah, pelajaran

8

yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan

matematika yang dipelajari.

2.1.2 Pendekatan Kontekstual

Salah satu kecenderungan pemikiran yang berkembang dewasa ini

berkaitan dengan proses belajar anak adalah bahwa anak akan belajar lebih baik

jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Menurut kecenderungan pemikiran ini,

belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya

bukan mengetahuianya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi

terbukti berhasil dalam kompetisi “mengingat” jangka pendek tetapi gagal dalam

membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.

Pendekatan kontekstual (Contextual Teacing and Learning / CTL),

menurut Nurhadi (dalam Mapposoro: 2006, III-I) merupakan suatu konsep belajar

dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Proses pembelajaran akan berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa

bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru. Dengan konsep ini,

hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa untuk memecahkan

persoalan, berfikir kritis, dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan

dalam kehidupan jangka panjangnya. Siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa

manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya.

Depdiknas (2003) merumuskan pengertian Contekstual Learning Teacing

sebagai berikut:“ Pembelajaran pendekatan kontekstual merupakan suatu proses

pendidikan yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna

materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan

konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, social, dan cultural),

sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara fleksibel

dapat diterapkan (ditransfer) dari suatu permasalahan / konteks ke permasalahan /

konteks lainnya”

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5083/3/T1_292009060_BAB II.pdf · disiplin ilmu lain. Menurut Ali ... budi pekerti, dan sikap) ... disiplin sekolah, pelajaran

9

Sanjaya (2006: 270) mengemukakan beberapa pengertian CTL

(pendekatan kontekstual) yaitu sebagai berikut:

“(1) CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa

secara penuh, baik fisik maupun mental. (2) CTL memandang bahwa belajar

bukan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata. (3)

Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh

informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji dat hasil temuan mereka di

lapangan. (4) Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil

pemberian dari orang lain.”

Dengan menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran, maka

akan membantu mengatasi masalah-masalah dalam dunia pendidikan. Masalah-

masalah dalam dunia pendidikan tersebut antara lain:

a. Bagaimana menemukan cara terbaik untuk menyampaikan berbagai

konsep mata pelajaran, sehingga siswa dapat menggunakan dan mengingat

lebih lama konsep tersebut?

b. Bagaimana setiap individual mata pelajaran dipahami sebagai bagian yang

saling berhubungan dan membentuk satu pemahaman yang utuh?

c. Bagaimana seorang guru dapat berkomunikasi secara efektif dengan

siswanya yang selalu bertanya-tanya tentang alasan dari sesuatu, dan

hubungan dari apa yang mereka pelajari?

d. Bagaimana guru dapat membuka wawasan berfikir yang beragam dari

siswa, sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan mampu

mengaitkannya dengan kehidupan nyata, sehingga dapat membuka pintu

kesempatan dalam kehidupan?

Kesemua permasalahan itu dapat terjawab dengan pendekatan kontekstual

apabila tersebut dapat diterapkan dengan baik. Karakteristik pendekatan

kontekstual

(Mappasoro, 2008: III-2) yaitu

a. Kerjasama

b. Saling menunjang

c. Menyenangkan (tidak membosankan)

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5083/3/T1_292009060_BAB II.pdf · disiplin ilmu lain. Menurut Ali ... budi pekerti, dan sikap) ... disiplin sekolah, pelajaran

10

d. Belajar dengan bergairah

e. Pembelajaran terintegrasi

f. Menggunakan berbagai sumber

g. Siswa aktif dan sharing dengan teman.”

Keefektifan suatu pembelajaran pendekatan kontekstual dapat dilihat dari

7 tujuh komponen yang ada dalam pendekatan kontekstual. Ketujuh komponen itu

adalah:

a. Kontruktivisme (contructivisme)

Membangun pemahaman siswa dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan

awal.

b. Menemukan (inquiry)

Siswa harus mampu meramu setiap materi dan terampil dalam setiap kegiatan.

c. Bertanya (questioning)

Kegiatan pembelajaran untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan

berfikir pebelajar.

d. Masyarakat belajar

Para siswa terikat dalam kegiatan belajar. Mereka bekerja sama dengan orang lain,

saling tukar pengalaman, dan berbagi ide.

e. Pemodelan (modeling)

Proses penampilan suatu contoh agar siswa dapat mengikuti model tersebut.

f. Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)

Kemajuan belajar yang dinilai baik itu menggunakan penilaian produk (kinerja)

maupun proses.

g. Refleksi (reflection)

Mengukur pengetahuan dan keterampilan pembelajar. Melihat kembali hasil yang

diperoleh untuk dijadikan bahan acuan untuk langkah selanjutnya. (Mappasoro,

2008: III-3).

Untuk dapat menjalankan (menerapkan) pembelajaran kontekstual dengan

baik, seorang guru dapat menggunakan 5 strategi dalam mengajar. Seperti yang

dikemukakan oleh Harera (dalam Sanjaya, 2006) bahwa 5 strategi dalam mengajar

yaitu:

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5083/3/T1_292009060_BAB II.pdf · disiplin ilmu lain. Menurut Ali ... budi pekerti, dan sikap) ... disiplin sekolah, pelajaran

11

a. Relating: belajar yang dikaitkan dengan konteks keadaan sebenarnya.

b. Experiencing: belajar yang ditekankan pada pangalaman materi, dan

penemuan.

c. Appliying: belajar jika pengetahuan yang diperoleh dipersentasikan dalam

bidangnya sendiri.

d. Cooperating: belajar dalam konteks komunikasi dengan sesama anggota

kelompok dan menggunakannya secara bersama-sama.

e. Transferring: belajar melalui pemanfaatan pengetahuan dalam konteks baru.

Suatu kegiatan yang berlangsung pada akhirnya kita ingin mengetahui

hasilnya. Dalam kegiatan pembelajaran pun kita juga memerlukan hal tersebut

kemudian kita melakukan pengukuran dan penilaian. Hasil belajar merupakan

suatu perubahan yang tidak hanya mengarah pada satu tujuan tetapi mengarah ke

beberapa aspek yang mendukung perubahan tingkah laku, motivasi, pemahaman,

dan kemampuan.

1.1.3 Hasil belajar

a. Pengertian Hasil belajar

Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah

laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak

mengerti menjadi mengerti. “Hasil belajar akan tampak pada perubahan pada

setiap aspek (pengetahuan, pengertian, apresiasi, emosional, hubungan sosial,

jasmani, budi pekerti, dan sikap).” (dalam Hamalik, 2001: 30). Apabila seseorang

telah melakukan perbuatan belajar maka akan terlihat terjadinya perubahan dalam

salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut.

Menurut Johnson dan Myklebust (abdurrahman, 2003: 252) “Matematika

adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-

hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk

memudahkan berpikir”.

Menurut De Cecco dan Crowford (dalam Ali, 1987 : 14) menyatakan

bahwa hasil belajar dapat diidentifikasi melalui penampilan. Namun, individu

dapat dikatakan telah menjalani proses belajar meskipun pada dirinya hanya ada

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5083/3/T1_292009060_BAB II.pdf · disiplin ilmu lain. Menurut Ali ... budi pekerti, dan sikap) ... disiplin sekolah, pelajaran

12

perubahan dalam kecenderungan perilaku. Hasil belajar dapat diidentifikasi dari

adanya kemampuan melakukan sesuatu secara permanen, dapat diulang-ulang

dengan hasil yang sama. Itulah yang membedakan antara perubahan perilaku hasil

belajar dengan yang terjadi secara kebetulan.

Slameto (2003: 28) mengemukakan syarat keberhasilan belajar yaitu:“ (1)

Belajar memerlukan sarana yang cukup sehingga siswa dapat belajar dengan

tenang; (2) Repetisi Dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar

penelitian/ keterampilan/ sikap itu mendalam pada siswa.”

Jadi secara umum dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan

tingkatan penguasaan bahan pelajaran setelah mendapatkan atau memperoleh

pengalaman belajar dalam kurun waktu tertantu. Hasil belajar diterima oleh murid

apabila memberi kepuasan pada kebutuhannya dan berguna serta bermakna

baginya.

b. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2008: 54-72) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua. Dua faktor tersebut akan

dijelaskan dengan penjelasan sebagai berikut:

a) Faktor-faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor intern ini

terbagi menjadi tiga faktor yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor

kelelahan.

1) Faktor jasmaniah

Pertama adalah faktor kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik

segenap badan beseta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan

seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Proses belajar akan

terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu ia akan cepat lelah,

kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika badannya lemah, kurang

darah ataupun ada gangguan fungsi alat indera serta tubuhnya.

Kedua adalah cacat tubuh. Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan

kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh. Cacat ini dapat berupa : buta,

tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Jika ini terjadi maka belajar

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5083/3/T1_292009060_BAB II.pdf · disiplin ilmu lain. Menurut Ali ... budi pekerti, dan sikap) ... disiplin sekolah, pelajaran

13

akan terganggu, hendaknya apabila cacat ia disekolahkan di sekolah khusus atau

diusahakan alat bantu agar dapat mengurangi pengaruh kecatatan itu.

2) Faktor psikologis

Sekurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis

yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: pertama inteligensi yaitu

kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru

dengan cepat dan efektif, menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara

efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Kedua perhatian

yaitu keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada

suatu objek atau sekumpulan objek. Ketiga minat adalah kecenderungan yang

tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. keempat bakat

yaitu kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini akan baru terealisasi menjadi

kecakapan nyata sesudah belajar atau berlatih. Kelima motif harus diperhatikan

agar dapat belajar dengan baik harus memiliki motif atau dorongan untuk berfikir

dan memusatkan perhatian saat belajar. Keenam kematangan adalah suatu tingkat

pertumbuhan seseorang. Ketujuh kesiapan adalah kesediaan untuk memberi

renspon atau bereaksi. Dari faktor-faktor tersebut sangat jelas mempengaruhi

belajar, dan apabila belajar terganggu maka hasil belajar tidak akan baik.

b) Faktor kelelahan

Kelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat

dibedakan menjadi dua macam yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani

(bersifat praktis).

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul

untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan

substansi sisa pembakaran di dalam tubuh. Sehingga darah tidak lancar pada

bagian-bagian tertentu.

Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,

sehingga minat untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa

pada bagian kepala sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak

kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus-menerus

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5083/3/T1_292009060_BAB II.pdf · disiplin ilmu lain. Menurut Ali ... budi pekerti, dan sikap) ... disiplin sekolah, pelajaran

14

karena memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi

suatu hal yang selalu sama atau tanpa ada variasi dalam mengerjakan sesuatu

karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya.

Menurut Slameto (2008: 60) kelelahan baik jasmani maupun rohani dapat

dihilangkan dengan cara sebagai berikut: tidur, istirahat, mengusahakan variasi

dalam belajar, menggunakan obat-obat yang melancarkan peredaran darah,

rekreasi atau ibadah teratur, olah raga, makan yang memenuhi sarat empat sehat

lima sempurna, apabila kelelahan terus-menerus hubungi seorang ahli.

c) Faktor-faktor ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini

meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat yaitu dengan

penjelasan sebagai berikut:

1) Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara

orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan

keadaan ekonomi keluarga. Sebagian waktu seorang siswa berada di rumah. Oleh

karena itu, keluarga merupakan salah satu yang berperan pada hasil belajar. Oleh

sebab itu orang tua harus mendorong, memberi semangat, membimbing, memberi

teladan yang baik, menjalin hubungan yang baik, memberikan suasana yang

mendukung belajar, dan dukungan material yang cukup.

2) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin

sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode

belajar, dan tugas rumah. Sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar

memberi pengaruh pada hasil belajar siswa. Sekolah harus menciptakan suasana

yang kondusif bagi pembelajaran, hubungan dan komunikasi perorang di sekolah

berjalan baik, kurikulum yang sesuai, kedisiplinan sekolah, gedung yang nyaman,

metode pembelajaran aktif-interaktif, pemberian tugas rumah, dan sarana

penunjang cukup memadai seperti perpustakaan sekolah dan sarana yang lainnya.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5083/3/T1_292009060_BAB II.pdf · disiplin ilmu lain. Menurut Ali ... budi pekerti, dan sikap) ... disiplin sekolah, pelajaran

15

3) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap

hasil belajar siswa. Pengaruh ini karena keberadaan siswa dalam masyarakat.

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ini meliputi: pertama kegiatan

siswa dalam mayarakat yaitu misalnya siswa ikut dalam organisasi masyarakat,

kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajar akan terganggu, lebih-

lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya. Kedua multi media

misalnya: TV, radio, bioskop, surat kabar, buku-buku, komik dan lain-lain. Semua

itu ada dan beredar di masyarakat. Ketiga teman bergaul, teman bergaul siswa

lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang

baik akan memberi pengaruh yang baik terhadap diri siswa begitu sebaliknya.

Contoh teman bergaul yang tidak baik misalnya suka begadang, pecandu rokok,

keluyuran minum-minum, lebih-lebih pemabuk, penjinah, dan lain-lain. Keempat

bentuk kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga

berpengaruh pada hasil belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang

yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri, dan mempunyai kebiasaan yang

tidak baik akan berpengaruh jelek kepada siswa yang tinggal di situ.

Melalui penjelasan faktor intern dan ekstern yang mempengaruhi hasil

belajar. Faktor intern meliputi: faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, dan

faktor ekstern meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

2.1.4 Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan

Kontekstual

Ada 7 komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan

pendekatan kontekstual di kelas. Ketujuh komponen utama itu adalah

konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan

penilaian sebenarnya (Sanjaya, 2006: 262). Dalam kelas dikatakan menggunakan

pendekatan kontekstual jika menerapkan ke tujuh komponen tersebut dalam

pembelajaran. Untuk melaksanakan pendekatan kontekstual dapat diterapkan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5083/3/T1_292009060_BAB II.pdf · disiplin ilmu lain. Menurut Ali ... budi pekerti, dan sikap) ... disiplin sekolah, pelajaran

16

dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja termasuk matematika dan kelas

yang bagaimanapun keadaanya.

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan

rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi

tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswa sehubungan dengan topik

yang akan dipelajari. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk

mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran

yang bersifat kondisional tentang apa yang akan dikerjakan bersama siswa.

Mappasoro (2008: III-4) menyusun rambu utama yang perlu diperhatikan

dalam penyusunan rencana pembelajaran kontekstual yaitu sebagai berikut:

a. Nyatakan kegiatan pertama pembelajaran yaitu sebuah pernyataan

kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara: Standar Kompetensi,

Kompotensi Dasar, Materi Pokok, dan Pencapaian Hasil Belajar.

b. Nyatakan tujuan umum pembelajaran.

c. Rincian media untuk mendukung kegiatan.

d. Buat skenario kegiatan siswa tahap demi tahap.

e. Nyatakan authentic assesmentnya.

Trianto (2010: 25) mengemukakan garis besar langkah-langkah penerapan

pendekatan kontekstual dalam kelas yaitu sebagai berikut:

1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan

cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri

pengetahuan dan keterampilan barunya.

2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4. Ciptakan masyarakat belajar.

5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagi cara.

1.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5083/3/T1_292009060_BAB II.pdf · disiplin ilmu lain. Menurut Ali ... budi pekerti, dan sikap) ... disiplin sekolah, pelajaran

17

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suparmin (2012) dengan

Judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 4 SD Negeri 2

Jatiharjo tentang menentukan jaring-jaring balok dan kubus dengan Menggunakan

Pendekatan Contexstual Teaching And Learning Semester II Tahun Pelajaran

2013/2014”, menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar Matematika siswa.

Terbukti dengan hasil belajar matematika pada pra siklus, siklus I dan siklus II

terjadi peningkatan. Pra siklus siswa yang tuntas KKM ada 14 siswa (61%) dan

yang belum tuntas ada 9 siswa (39%). Pada perbaikan pembelajaran siklus I siswa

yang tuntas KKM ada 18 siswa (78%) dan yang belum tuntas ada 5 siswa (22%).

Sedangkan pada perbaikan pembelajaran siklus II siswa yang tuntas KKM ada 23

siswa (100%).

Penelitian yang lain juga dilakukan oleh Wibowo (2013) yang berjudul

“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Penerapan Pendekatan

Kontekstual (Contexstual Teaching And Learning) Komponen Inkuiri Siswa

Kelas 4 SD Negeri Jatiharjo 2 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan”, juga

menunjukkan bahwa dengen menggunakan pendekatan kontekstual hasil belajar

Matematika dapat meningkat. Hal ini nampak pada perbandingan nilai rata-rata

yakni pada kondisi pra siklus sebesar 64 pada siklus 1 naik menjadi 73 dan pada

siklus II naik lagi menjadi 81. Adapun peningkatan persentasi hasil belajar

klasikal pada kondisi pra siklus 35%; siklus I naik menjadi 78% dan pada siklus II

naik menjadi 100%.

2.3 Kerangka pikir

Agar proses belajar mengajar di kelas efektif dan efisien, diperlukan suatu

model pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi siswa dalam belajar,

dapat membuat pembelajaran lebih bermakna. Pendekatan kontekstual membuat

pembelajaran lebih konkrit dan lebih bermakna kerena materi yang dipelajari

dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mendorong siswa melakukan

percobaan mengaitkan pengetahuan yang diperoleh dengan penerapan

pengetahuan tersebut dengan kehidupan sehari–hari siswa. Di samping itu, siswa

akan lebih mudah mengingat pelajaran sehingga hasil belajar dapat meningkat

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5083/3/T1_292009060_BAB II.pdf · disiplin ilmu lain. Menurut Ali ... budi pekerti, dan sikap) ... disiplin sekolah, pelajaran

18

serta siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari baik sekarang

maupun nanti. Hal itu karena mereka sendiri yang mencari tahu dan

mengumpulkan informasi tentang materi tersebut.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

2.3Hipotesis Penelitian

Proses belajar mengajar matematika

KD : Menentukan jaring-jaring balok dan kubus

Pembelajaran konvensional

Metode : Ceramah

Gurunya aktif siswanya

pasif

Hasil belajar matematika

rendah

(KKM ≤ 60)

Pendekatan CTL

1. Kontruktivisme

2. Inkuiri (Menemukan)

3. Bertanya

4. Masyarakat belajar

5. Pemodelan

6. Refleksi

7. Penilaiansebenarnya

Hasil belajar matematika

meningkat

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5083/3/T1_292009060_BAB II.pdf · disiplin ilmu lain. Menurut Ali ... budi pekerti, dan sikap) ... disiplin sekolah, pelajaran

19

Berdasarkan kerangka pikir di atas, hipotesis penelitian ini yaitu melalui

pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa

kelas 4 SD Negeri 2 Jatiharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan.