BAB II KAJIAN TEORIeprints.mercubuana-yogya.ac.id/419/2/BAB 2.pdf · bahan ajar. Menurut Hamalik...

22
8 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika SMP 1. Belajar Belajar pada dasarnya merupakan proses yang diarahkan pada suatu tujuan. Tujuan belajar matematika dapat dilihat dari kemampuan seseorang memfungsionalkan materi matematika yang dipelajari, baik secara konseptual maupun secara praktis. Secara konseptual dimaksudkan dapat mempelajari matematika lebih lanjut, sedangkan secara praktis dimaksudkan untuk menerapkan matematika pada bidang-bidang lain. Menurut Budiningsih (2004: 34) belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak. Menurut Sagala (2003: 12) belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan ketrampilan dengan cara mengolah bahan ajar. Menurut Hamalik (2001: 27) belajar merupakan suatu proses atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan latihan, melainkan perubahan kelakuan.

Transcript of BAB II KAJIAN TEORIeprints.mercubuana-yogya.ac.id/419/2/BAB 2.pdf · bahan ajar. Menurut Hamalik...

Page 1: BAB II KAJIAN TEORIeprints.mercubuana-yogya.ac.id/419/2/BAB 2.pdf · bahan ajar. Menurut Hamalik (2001: 27) belajar merupakan suatu proses atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Matematika SMP

1. Belajar

Belajar pada dasarnya merupakan proses yang diarahkan pada suatu

tujuan. Tujuan belajar matematika dapat dilihat dari kemampuan seseorang

memfungsionalkan materi matematika yang dipelajari, baik secara konseptual

maupun secara praktis. Secara konseptual dimaksudkan dapat mempelajari

matematika lebih lanjut, sedangkan secara praktis dimaksudkan untuk

menerapkan matematika pada bidang-bidang lain.

Menurut Budiningsih (2004: 34) belajar merupakan perubahan persepsi

dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang

nampak. Menurut Sagala (2003: 12) belajar adalah kegiatan individu

memperoleh pengetahuan, perilaku dan ketrampilan dengan cara mengolah

bahan ajar. Menurut Hamalik (2001: 27) belajar merupakan suatu proses atau

kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat,

akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu

penguasaan latihan, melainkan perubahan kelakuan.

Page 2: BAB II KAJIAN TEORIeprints.mercubuana-yogya.ac.id/419/2/BAB 2.pdf · bahan ajar. Menurut Hamalik (2001: 27) belajar merupakan suatu proses atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau

9

Bower & Hilgart (1981: 11) yang mendefinisikan belajar sebagai berikut:

Learning is the process by which an activity originates or is

chargedthrought training procedures (whether in the laboratory or in

thenatural environment) as distinguished from changes by factor

notattributable to training. It refers to the change in a subject'sbehavior or

behavior potential to a given situation brought about bythe subject's

repeated experiences in that situation, provided thebehavior change

cannot be explained on the basis of the subject'snative response

tendencies, maturation, or temporary states.

Dapat diartikan bahwa belajar merupakan proses aktivitas yang didasarkan

dari prosedur pelatihan (baik di dalam laboratorium ataupun di lingkungan

alami) yang hasilnya diperlihatkan oleh faktor yang tidak terkait langsung

dengan pelatihan. Hal ini mengacu pada perubahan perilaku dari subjek atau

potensi perilaku yang akan ditunjukkan oleh subjek pada suatu situasi yang

subjek munculkan kembali dari pengalaman subjek pada situasi semacam itu,

perubahan perilaku tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon

alami dari subjek, kematangan atau keadaan sementara.

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam

kompetensi, keterampilan dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir

sampai akhir hayat. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan

karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup

lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun bagi

masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara terus-menerus

akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya.

Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam

mentransmisikan budaya dana pengetahuan dari generasi ke generasi (Dimyati

& Mudjiono, 2006: 42). Perubahan itu dapat berupa sesuatu yang baru, baik

Page 3: BAB II KAJIAN TEORIeprints.mercubuana-yogya.ac.id/419/2/BAB 2.pdf · bahan ajar. Menurut Hamalik (2001: 27) belajar merupakan suatu proses atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau

10

yang segera kelihatan dalam perilaku nyata atau pun yang masih tersembunyi.

Perubahan itu juga dapat terjadi hanya pada penyempurnaan terhadap hal yang

sudah pernah dipelajarinya.

Dari pendapat-pendapat di atas disimpulkan bahwa belajar adalah proses

atau kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan ketrampilan

dengan cara mengolah bahan ajar dan bukan suatu hasil atau tujuan. Hasil

belajar bukan suatu penguasaan latihan, melainkan perubahan kelakuan.

Perubahan itu dapat berupa sesuatu yang baru, baik yang segera kelihatan

dalam perilaku nyata atau pun yang masih tersembunyi. Perubahan itu juga

dapat terjadi hanya pada penyempurnaan terhadap hal yang sudah pernah

dipelajarinya.

2. Pembelajaran

Konsep dasar pembelajaran sebenarnya telah dirumuskan dalam pasal

1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

yaitu pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Menurut Hamalik (2001: 44) mengajar ialah menyampaikan

pengetahuan kepada peserta didik atau murid di sekolah, sebagai suatu proses

interaksi antara guru dan siswa, guru mengharapkan siswa dapat menguasai

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang benar-benar dipilih oleh guru.

Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dipilih oleh guru hendaknya

relevan dengan tujuan pelajaran yang akan diberikan dan disesuaikan dengan

struktur kognitif siswa. Dengan demikian mengajar dapat digunakan untuk

Page 4: BAB II KAJIAN TEORIeprints.mercubuana-yogya.ac.id/419/2/BAB 2.pdf · bahan ajar. Menurut Hamalik (2001: 27) belajar merupakan suatu proses atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau

11

melihat bagaimana proses belajar berjalan. Tidak hanya menyatakan dan

memerintahkan atau tidak hanya membiarkan siswa belajar sendiri, tetapi

mengajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari, bertanya,

menebak, menalar, dan mendebat.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru, guru menyampaikan

pengetahuan kepada siswa dan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

mencari, bertanya, menebak, menalar, dan mendebat.

3. Matematika SMP

Matematika adalah pengetahuan yang sangat terstruktur, satu bagian

tidak terlepas dari bagian lainnya. Selanjutnya menurut Runtukahu & Kandou

(2014: 42) sebuah topik matematika yang telah dipelajari anak tidak berdiri

sendiri, tetapi terkait dengan topik matematika yang mendahuluinya.

Seandainya anak tidak mengetahui topik pertama, ia akan mengalami

kesulitan belajar topik yang kedua dan seterusnya.

Lebih lanjut menurut Resnick & Ford (Hamzah & Muhlisrarini, 2014:

42) menyatakan bahwa “a hierarchy is generated by considering the target

task and asking, what would (this child) have to know and how to do in order

to perfprm this task?”. Hirarki belajar matematika harus didusun dari atas ke

bawah dimulai dengan menempatkan kemampuan, pengetahuan, prasyarat

yang harus mereka kuasai lebih dahulu agar mereka berhasil mempelajari

kemampuan dan keterampilan yang di atasnya. Prasyarat yang berbeda untuk

kemampuan yang berbeda pula, misalkan dalam problem solving

Page 5: BAB II KAJIAN TEORIeprints.mercubuana-yogya.ac.id/419/2/BAB 2.pdf · bahan ajar. Menurut Hamalik (2001: 27) belajar merupakan suatu proses atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau

12

membutuhkan konsep konkret sebagai prasyarat berikutnya, yang masih

membutuhkan kemampuan membedakan sebagai prasyarat berikutnya lagi.

Chambers (2008: 7) memberikan definisi matematika sebagai berikut:

Mathematic is objective fact a study of reason and logic, a system of

rigour, purity and beauty; free from societal influences; self contained;

and interconnected structure. “Mathematic is study of petterns,

relationship, and rich interconnectedideas (the puris view). It also tool for

solving problem in a wide range of contexis.

Matematika adalah fakta objektif, belajar dari penalaran dan logika,

sebuah sistem ketelitian, kemurnian dan keindahan, bebas dari pengaruh

sosial, mandiri dan struktur yang saling berkaitan. Matematika merupakan

belajar tentang pola, hubungan, dan ide-ide yang saling berkaitan. Hal ini juga

digunakan untuk memecahkan masalah pada cakupan yang lebih luas terhadap

beberapa konteks.

Secara estimologis matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh

dengan bernalar. Hal ini berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran,

akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio

(penalaran), sedangkan ilmu yang lain lebih menekankan hasil observasi atau

eksperimen disamping penalaran. Matematika terbentuk sebagai hasil

pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Pada

tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya

secara empiris, karena matematika sebagai aktivitas manusia kemudian

pengalaman itu diproses dalam dunia rasio, diolah secara analisis dan sintetis

dengan penalaran didalam struktur kognitif. Sehingga sampailah pada suatu

kesimpulan berupa konsep-konsep matematika. James (Suherman, 2003: 16)

Page 6: BAB II KAJIAN TEORIeprints.mercubuana-yogya.ac.id/419/2/BAB 2.pdf · bahan ajar. Menurut Hamalik (2001: 27) belajar merupakan suatu proses atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau

13

mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk,

susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan atau dengan yang

lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu

aljabar, anailisis, dan geometri.

Penelitian ini rencananya ditujukan untuk kelas VIII MTs Al Falaah

pada pembelajaran matematika yang menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Pada KTSP terdapat SK (Standar Kompetensi) dan KD

(Kompetensi Dasar) yang harus di capai. Berikut ini adalah SK dan KD yang

digunakan dalam penellitian ini.

Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD)

5. Memahami sifat-sifat kubus, balok,

prisma, limas, dan bagian-

bagiannya, serta menentukan

ukurannya

5.3 Menghitung luas permukaan

dan volume kubus,balok,

prisma dan limas

Dari pendapat-pendapat di atas disimpulkan bahwa matematika adalah

ilmu yang terstruktur dan saling berkaitan dengan topik-topiknya. Tentang

logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang

berhubungan atau dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang

terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljbar, anailisis, dan geometri. Pada

penelitian ini bidang yang akan digunakan yaitu geometri pada materi bangun

ruang.

4. Keefektifan

Keefektifan berasal dari kata dasar efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2007: 284) kata efektif mempunyai arti ada efek, pengaruh atau

Page 7: BAB II KAJIAN TEORIeprints.mercubuana-yogya.ac.id/419/2/BAB 2.pdf · bahan ajar. Menurut Hamalik (2001: 27) belajar merupakan suatu proses atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau

14

akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan dengan membawa hasil atau

berhasil guna. Keefektifan bisa diartikan tingkat keberhasilan yang dapat

dicapai dari suatu cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang akan

dicapai. Menurut Sadiman (Triyanto, 2009: 20) keefektifan pembelajaran

adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar. Untuk mengetahui keefektifan mengajar dapat dilakukan dengan

memberikan tes, karena dengan hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi

berbagai aspek proses pengajaran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan dalam pembelajaran yaitu

kemampuan guru dalam menggunakan model pembelajaran. dimana model

pembelajaran dipengaruhi oleh faktor tujuan, siswa, situasi, fasilitas dan

pengajar itu sendiri. Menurut Seomosasmito (Triyanto 2009:20) menyatakan

bahwa suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila memenuhi beberapa

syarat utama keefektifan pembelajaran, yaitu:

a. Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM

b. Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa.

c. Ketetapan antara kandungan materi ajar dengan kemampuan siswa

(orientasi keberhasilan belajar) diutamakan

d. Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, mengembangkan

struktur kelas yang mendukung butir (b), tanpa mengabaikan butir (d).

Dari pendapat-pendapat di atas disimpulkan bahwa keefektifan belajar

adalah keberhasilan yang dapat diperoleh setelah pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Untuk mengetahui

Page 8: BAB II KAJIAN TEORIeprints.mercubuana-yogya.ac.id/419/2/BAB 2.pdf · bahan ajar. Menurut Hamalik (2001: 27) belajar merupakan suatu proses atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau

15

keefektifan mengajar dapat dilakukan dengan memberikan tes, karena dengan

hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran.

B. Model Pembelajaran Matematika

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajarn di kelas atau

pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum,

dan lain-lain Joyce (Triyanto, 2009: 22). Selanjutnya Joyce menyatakan

bahwa setiap model pembelajaran untukmembantu peserta didik sedemikian

rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Menurut Arends (Triyanto, 2009: 22) menyatakan, ”The term teaching

model refers to a particular approach to instruction that includes its goals,

syntax, environment, and management system”. Istilah model pengajaran

mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya,

sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengolahannya

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada

strategi, model, atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri

khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, model atau prosedur. Ciri-ciri

tersebut ialah:

a. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau

pengembangnya.

b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan

pembelajaran yang akan dicapai).

Page 9: BAB II KAJIAN TEORIeprints.mercubuana-yogya.ac.id/419/2/BAB 2.pdf · bahan ajar. Menurut Hamalik (2001: 27) belajar merupakan suatu proses atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau

16

c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil.

d. Lingkungan belajar yang di perlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat

tercapai.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagi pedoman

dalam merencanakan pembelajaran di dalam kelas untuk membantu tujuan

tercapainya tujuan pembelajaran.

2. Model Group Investigation

Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif.

Model ini dikembangkan pertamakali oleh Thelan. Dalam perkembangannya

model ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv.

Berbeda dengan STAD dan Jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan topik

yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyedikan mereka. Pendekatan ini

memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada yang berpusat

pada guru. Pedekatan ini juga memerlukan mengajar siswa ketrampilan

komunikasi dan proses kelompok yang baik.

Dalam implementasi tipe investigasi kelompok guru membagi kelas

menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen.

Kelompok disini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban

persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa

memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang dalam atas

Page 10: BAB II KAJIAN TEORIeprints.mercubuana-yogya.ac.id/419/2/BAB 2.pdf · bahan ajar. Menurut Hamalik (2001: 27) belajar merupakan suatu proses atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau

17

topik yang dipilih. Selanjutnya ia menyampaikan dan mempresentasikan

laporan kepada seluruh kelas.

Sahran (Triyanto, 2009: 80) membagi langkah-langkah pelaksanaan

model investigasi kelompok meliputi enam fase, yaitu:

a. Memilih Topik

Siswa memilih subtopik khusus di dalam suatu daerah masalah umum

yang biasanya diterapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan

menjadi dua sampai enam angota tiap kelompok menjadi kelompok-

kelompok yang berorientasi tugas. Kelompok-kelompok hendaknya

heterogen secara akademis maupun etnis.

b. Perencanaan Kooperatif

Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan

khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap

pertama.

c. Implementasi

Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di tahap

kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan

keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-

jenis sumber belajar yang berbeda baik di dalam atau di luar sekolah. Guru

secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan

bila diperlukan.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORIeprints.mercubuana-yogya.ac.id/419/2/BAB 2.pdf · bahan ajar. Menurut Hamalik (2001: 27) belajar merupakan suatu proses atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau

18

d. Analisis dan Sintesis

Siswa menganalisais dan menyintesis informasi yang di peroleh pada

tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas

dan disajikan dengan cara menarik sebagai bahan untuk di presentasikan

kepada seluruh kelas.

e. Presentasi Hasil Final

Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan

cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang

lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan

memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasi dikoordinasikan

oleh guru.

f. Evaluasi

Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik

yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok

terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan

dapat berupa penilaian individual dan kelompok.

Dari pendapat-pendapat di atas disimpulkan bahwa model Group

Investigation adalah pembelajaran yang menempatkan siswa ke dalam

kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik untuk diselidiki

dan mempresentasikan kepada seluruh kelas. Dengan melaksanakan enam

langkah (1) memilih topik, (2) Perencanaan kooperatif, (3) implementasi, (4)

analisis dan sintesis, (5) resentasi hasil final, (6) evaluasi.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORIeprints.mercubuana-yogya.ac.id/419/2/BAB 2.pdf · bahan ajar. Menurut Hamalik (2001: 27) belajar merupakan suatu proses atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau

19

3. Model Konvensional

Model konvensional merupakan model pembelajaran tradisional atau

disebut juga model ceramah, karena sejak dulu model ini telah diperguanakan

sebagai alat komunikasi antara guru dengan anak didik dalam proses

pembelajaran. Hudojo (1998: 126) menyatakan model ceramah merupakan

suatu model penyampaian informasi, dimana guru berbicara memberi materi

ajar secara aktif dan peserta didik mendengarkan atau menerimanya. Hal yang

sama juga diungkapkan oleh Newby, Stepich, Lehman, et al (2000 :6) yaitu

bahwa “…the tradisional view of teaching and learning is one which the

teacher stands and delivers the coment, while students sit and receive.”

Artinya bahwa pandangan tradisional tentang pengajaran dan pembelajaran

adalah guru berdiri dan menyampaikan materi, sementara siswa duduk dan

menerima.

Proses pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.

Pembelajaran biasanya didominasi oleh guru. Pembelajaran konvensional

pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan

hafalan daripada pengertian, menekankan kepada keterampilan berhitung,

mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran berpusat pada guru

(teacher centre learning). Sanjaya (2006: 233) mengungkapkan bahwa dalam

pembelajaran konvensional peserta didik ditempatkan sebagai obyek belajar

yang berperan sebagai penerima informasi: secara pasif, pembelajaran bersifat

teoritis dan abstrak, perilaku dibangun atas proses kebiasan, kemampuan

diperoleh melalui latihan-latihan, tujuan akhir adalah penguasaan materi.

Page 13: BAB II KAJIAN TEORIeprints.mercubuana-yogya.ac.id/419/2/BAB 2.pdf · bahan ajar. Menurut Hamalik (2001: 27) belajar merupakan suatu proses atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau

20

Jacobsen, Eggen, & Kauchak (2009: 215) mengungkapkan beberapa

kelebihan dari model ceramah antara lain:

a. Membantu siswa memperoleh informasi yang tidak mudah diperoleh oleh

cara-cara yang lain: ceramah bisa menjadi efektif jika tujuannya adalah

untuk member siswa informasi yang jika mereka mencoba menemukannya

sendiri akan memakan waktu berjam-jam.

b. Membantu siswa dalam memadukan informasi dari sumber-sumber yang

berbeda.

c. Menyingkapkan siswa pada cara pandang yang berbeda.

d. Ketika periode perencanaan terbatas untuk menyusaun konten, ceramah

justru sangat menghemat waktu tenaga.

e. Fleksibel ceramah bisa digunakan untuk hampir semua bidang konten.

f. Relatif sederhana jika dibandingkan dengan strategi-strategi pengajaran

yang lain. Guru cukup “hanya” berkonsentrasi pada penyusunan dan

penyajian konten. Bahkan, guru pemula pun dapat belajar untuk

menampaikan ceramah-ceramah yang dapat diterima.

Jacobsen, Eggen, & Kauchak (2009: 215) mengungkapkan beberapa

kelemahan dari model ceramah antara lain:

1) Tidak efektif untuk menarik dan mempertahankan perhatian siswa.

Kita semua duduk mendengarkan ceramah-ceramah yang hanya

membuat otak pening dengan tujuan hanya untuk melewati waktu

cepat berlalu.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORIeprints.mercubuana-yogya.ac.id/419/2/BAB 2.pdf · bahan ajar. Menurut Hamalik (2001: 27) belajar merupakan suatu proses atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau

21

2) Ceramah tidak memungkinkan guru untuk memeriksa presepsi dan

pemahaman siswa yang tengah berkembang. Guru tidak dapat

menentukan apakah siswa sudah menerjemahkan informasi dengan

tepat atau tidak.

3) Meskipun relatif mudah bagi guru, ceramah seringkali memaksakan

sebuah muatan kognitif yang berat pada siswa, sehingga informasi

seringkali diabaikan sebelum siswa sempat mampu memodeling-nya

dalam ingatan jangka panjang mereka.

4) Ceramah menempatkan siswa pada peran yang pasif. Hal ini tidak

sesuai dengan pandangan kognitif tentang pembelajaran dan sering kali

dikritik karena kelemahannya sebagai strategi pengajaran yang

berguna bagi siswa.

Berdasarkan uraian diatas, ada beberapa langkah-langkah untuk

pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut:

a. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa, menyampaikan definisi,

teori dan lain-lain.

b. Guru memberikan contoh soal yang berkaitan dengan materi yang

diajarkan.

c. Siswa mengerjakan latihan soal.

d. Guru mengevaluasi jawaban siswa.

Dari pendapat-pendapat di atas disimpulkan bahwa pembelajaran

konvensional adalah pembelajaran yang didominasi oleh guru. Dimana guru

Page 15: BAB II KAJIAN TEORIeprints.mercubuana-yogya.ac.id/419/2/BAB 2.pdf · bahan ajar. Menurut Hamalik (2001: 27) belajar merupakan suatu proses atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau

22

berbicara memberi materi ajar secara aktif dan peserta didik mendengarkan

dan pembelajaran lebih mengutamakan hafalan dan hasil.

C. Motivasi dan Prestasi Belajar

1. Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti menggerakkan.

Berdasarkan pengrtian ini, maka motivasi menjadi berkembang. Wlodkowski

(Eveline & Hartini, 2014: 51) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi

yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi

arah serta ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Pengertian ini

jelas bernafaskan behaviorisme. Sedangkan Imron (Eveline & Hartini, 2014:

51) menjelaskan bahwa motivasi berasal dari bahasa Inggris motivation, yang

berarti dorongan pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate

yang berarti mendorong, menyebabkan, dan merangsang. Motive sendiri

berarti alasan, sebab dan daya penggerak Imron (Eveline & Hartini, 2014: 51).

Motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut

untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang

diinginkan (Eveline & Hartini, 2014: 51).

a. Jenis Motivasi

Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi

ekstinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri

individu tanpa adanya rangsangan dari luar, sedangkan motivasi ekstrinsik

adalah motivasi yang berasal dari luar misalnya pemberian hadiah dan

faktor-faktor eksternal lainnya yang memiliki daya dorong motivasional.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORIeprints.mercubuana-yogya.ac.id/419/2/BAB 2.pdf · bahan ajar. Menurut Hamalik (2001: 27) belajar merupakan suatu proses atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau

23

b. Peran Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran

Secara umum, terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar.

Pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi

mencapai suatu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam

memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga

siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak

untuk melakukan kegiatan belajar.

c. Upaya-upaya Memotivasi dalam Belajar

Dalam kenyataan, motivasi dalam belajar kadang naik begitu pesat dan

kadang turun secara drastis. Karena itu perlu ada semacam upaya untuk

memotivasi pembelajar. Menurut Imron (dalam Eveline & Hartini, 2014:

55) mengemukakan empat upaya yang dapat dilakukan guru guna

meningkatkan motivasi belajar. Empat cara tersebut adalah sebagai

berikut:

1) Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar.

2) Mengoptimalkan unsur-unsur dinamis pembelajaran.

3) Mengoptimalkan pemanfaatan upaya guru dalam membelajarkan

pembelajaran juga adalah faktor yang mempengaruhi motivasi. Jika

guru tidak bergairah dalam proses pembelajaran maka akan cenderung

menjadikan siswa atau pembelajaran tidak memiliki gairah dalam

membelajarkan pembelajaran tidak memiliki motivasi belajar, tetapi

sebaliknya jika guru memiliki gairah dalam membelajarkan

Page 17: BAB II KAJIAN TEORIeprints.mercubuana-yogya.ac.id/419/2/BAB 2.pdf · bahan ajar. Menurut Hamalik (2001: 27) belajar merupakan suatu proses atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau

24

pembelajaran maka motivasi pembelajar akan lebih baik. Hal-hal yang

disajikan secara menarik oleh guru juga menjadi sesuatu yang

mempengaruhi tumbuhnya motivasi pembelajar atau pengalam/

kemampuan yang telah dimiliki.

4) Mengembangkan aspirasi dalam belajar.

d. Indikator Orang Termotivasi

Orang termotivasi dapat dilihat dari cirri-ciri yang ada pada diri orang

tersebut. Uno (2008: 23) mengemukakan bahwa ciri-ciri atau indikator

motivasi antara lain: (1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) Adanya

dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) Adanya harapan dan cita-

citamasa depan; (4) Adanya penghargaan dalam belajar; (5)

Adanyakegiatan yang menarik dalam kegiatan belajar; (6) Adanya

lingkungan belajar yang kondusif.

Dari pendapat-pendapat di atas disimpulkan bahwa motivasi adalah

kondisi dalam diri seseorang menimbulkan atau menyebabkan perilaku

atau tingkah laku untuk melakukan aktifitas guna mencapai tujuan yang

diinginkan oleh individu tersebut.

2. Prestasi Belajar

Prestasi berasal dari kata prestatie dalam bahasa Belanda, kemudian

dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil atau usaha (Arifin,

1991: 1). Arends& Kilcher (2010: 59) mengatakan bahwa “achievement is

satisfied when students strive to learn particular subjects or acquire difficult

skills and are successful in their quest”. Prestasi merupakan kepuasan ketika

Page 18: BAB II KAJIAN TEORIeprints.mercubuana-yogya.ac.id/419/2/BAB 2.pdf · bahan ajar. Menurut Hamalik (2001: 27) belajar merupakan suatu proses atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau

25

siswa berusaha untuk mempelajari mata pelajaran tertentu untuk memperoleh

keterampilan yang sulit dan mencapai keberhasilan dalam upaya mereka.

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa

dalam memperoleh prestasi. Untuk menentukan berhasil tidaknya seseorang

dalam belajar maka dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui

hasil belajar yang diperoleh siswa setelah proses-proses belajar mengajar

berlangsung. Prestasi belajar siswa dapat dilihat dari evaluasi. Tinggi

rendahnya prestasi belajar dapat dilihat dari hasil belajar. Hasil belajar

menurut Sudjana (2009: 22) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah Ia menerima pengalama belajarnya.

Menurut Poerwadarminto (1997: 787) bahwa prestasi belajar adalah

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata

pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai tersebut atau dengan nilai yang

diberikan guru. Sedang menurut Hudoyo (1990: 139) hasil belajar matematika

adalah kemampuan menampilkan pemahaman dan penguasaan setelah

mempelajari matematika.

Menurut Syah (2010: 148) indikator prestasi belajar siswa adalah

sebagai berikut:

Page 19: BAB II KAJIAN TEORIeprints.mercubuana-yogya.ac.id/419/2/BAB 2.pdf · bahan ajar. Menurut Hamalik (2001: 27) belajar merupakan suatu proses atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau

26

Tabel 3. Indikator Prestasi Belajar Siswa

Ranah Cipta Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi

Kognitif 1. Pengamatan 1. Dapat membandingkan 1.Tes Tertulis

2. Ingatan 1. Dapat menyebutkan

2. Dapat menunjukkan kembali

1.Tes Tertulis

2.Tes Tertulis

3. Pemahaman 1. Dapat menjelaskan

2. Dapat mendefinisikan

dengan lisan sendiri

1.Tes Tertulis

2.Tes Tertulis

4. Penerapan 1. Dapat memberikan contoh 1.Tes Tertulis

5. Analisis 1. Dapat menguraikan 1.Tes Tertulis

Dari pendapat-pendapat di atas disimpulkan bahwa prestasi belajar

adalah hasil tingkat penguasaan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya atau

sebagai tingkat penguasaan pengetahuan, keterampilan yang dikembangkan

oleh mata pelajaran.

D. Kajian Penelitian yang Relevan

Kajian penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Mutmaniah yang berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan

Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SDIT Bina Insani Tahun 2013”.

Dimana kesimpulan dari hasil penelitian tersebut adalah model Group

Investigation dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SDIT Bina

Insani. Hal ini berdasarkan hasil yang diperoleh selama penelitian melalui

angket motivasi.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Yunita Haffidianti yang berjudul “Penerapan

Model Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Meningkatkan Hasil

Page 20: BAB II KAJIAN TEORIeprints.mercubuana-yogya.ac.id/419/2/BAB 2.pdf · bahan ajar. Menurut Hamalik (2001: 27) belajar merupakan suatu proses atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau

27

Belajar Peserta Didik Pada Materi Pokok Bangun Ruang Kelas VIII F MTS

NEGERI 1 SEMARANG Tahun Pelajaran 2010/2011”. Dimana kesimpulan

dari hasil penelitian tersebut adalah model Group Investigation dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII F MTS NEGERI 1 SEMARANG

Tahun Pelajaran 2010/2011.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Andhika Ayu Wulandari yang berjudul

“Keefektifan Penggunaan Model Group Investigation dan Brainstorming

Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri

Se-Kecamatan Laweyan Pada Pokok Baasan Sifat-Sifat Bangun Datar

Ditinjau Dari Aktifitas Belajar Siswa”. Dimana kesimpulan dari hasil

penelitian tersebut adalah model group investigation memberikan prestasi

belajar matematika siswa yang lebih baik dibandingkan model Brainstormin.

E. Kerangka Berfikir

Kerangka berpikir ini disusun berdasarkan variabel yang dipakai dalam

penelitian yaitu model pembelajaran Group Investigation, motivasi dan prestasi

belajar. Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar siswa.

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa diantaranya adalah model

pembelajaran yang digunakan guru dan motivasi belajar siswa.

Melalui Group Investigation, dapat dimungkinkan prestasi belajar

matematika siswa akan lebih baik. Hal ini disebabkan keheterogenan dalam

menyusun suatu kelompok dalam pembelajara. Dalam suatu kelompok ini, dapat

digunakan siswa sebagai sarana sosial dalam proses pembelajaran dan terlibat

secara maksimal. Dalam pembelajaran kooperatif ini dapat mendorong siswa

Page 21: BAB II KAJIAN TEORIeprints.mercubuana-yogya.ac.id/419/2/BAB 2.pdf · bahan ajar. Menurut Hamalik (2001: 27) belajar merupakan suatu proses atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau

28

untuk aktif dalam proses pembelajaran dan didapatkan adanya proses

kebersamaan dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam model

pembelajaran ini pula terdapat interaksi antar siswa dalam kelompoknya

maupun interaksi antara siswa dan guru sebagai pengajar sehingga membantu

meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajan pustaka dan kerangka berpikir yang dikemukakan di atas,

dapat disampaikan beberapa hipotesis penelitian, sebagai berikut:

1. Penggunaan model group investigation efektif ditinjau dari motivasi dan

prestasi belajar matematika pada siswa kelas VIII MTs Al Falaah.

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian

Page 22: BAB II KAJIAN TEORIeprints.mercubuana-yogya.ac.id/419/2/BAB 2.pdf · bahan ajar. Menurut Hamalik (2001: 27) belajar merupakan suatu proses atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau

29

2. Penggunaan model konvensional efektif ditinjau dari motivasi dan prestasi

belajar matematika pada siswa VIII MTs Al Falaah.

3. Penggunaan model group investigation lebih efektif daripada model

konvensional ditinjau dari motivasi dan prestasi belajar matematika pada

siswa kelas VIII MTs Al Falaah.