BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

38
1 BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A. Konsep Tentang Living Quran Menurut Sahiron Syamsuddin mengemukakan bahwasanya Studi Alquran sebagai sebuah upaya sistematis terhadap hal-hal yang berkaitan langsung dengan Alquran pada dasarnya sudah dimulai sejak zaman Rasul. Hanya saja pada tahap awalnya semua cabang „Ulum Alquran. dimulai dari praktek yang dilakukan generasi awal terhadap dan demi Alquran, sebagai wujud penghargaan dan ketaatan pengabdian. Ilmu Qira‟at, Rasm Alquran, Tafsir Alquran, Asbab Al - Nuzul dan sebagainya dimulai dari praktek generasi pertama Alquran (Islam). Baru pada era takwin atau formasi ilmu-ilmu keIslaman pada abad berikutnya, praktek-praktek terkait dengan Alquran ini disistematiskan dan dikodifikasikan, kemudian lahirlah cabang-cabang Ilmu Alquran. 1 Living Quran sebenarnya bermula dari fenomena Quran in Everyday Life yang berarti makna dan fungsi Alquran yang secara pasti dapat dipahami, dimengerti dan dialami oleh masyarakat muslim. Sehingga menurut bahasa, Living Quran diambil dari kata Living dan Alquran. Kata Living dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai hidup atau menghidupkan, dan Alquran berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang dalam bentuk mushaf. Sedangkan menurut istilah kata Living Quran berarti segala bentuk fenomena yang terjadi di 1 Sahiron Syamsuddin, Metodologi Penelitian Living Qur’an & Hadis, (Yogyakarta: TH Press, 2007), p. 5.

Transcript of BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

Page 1: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

1

BAB II

GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH

A. Konsep Tentang Living Quran

Menurut Sahiron Syamsuddin mengemukakan bahwasanya Studi Alquran

sebagai sebuah upaya sistematis terhadap hal-hal yang berkaitan langsung dengan

Alquran pada dasarnya sudah dimulai sejak zaman Rasul. Hanya saja pada tahap

awalnya semua cabang „Ulum Alquran. dimulai dari praktek yang dilakukan

generasi awal terhadap dan demi Alquran, sebagai wujud penghargaan dan

ketaatan pengabdian. Ilmu Qira‟at, Rasm Alquran, Tafsir Alquran, Asbab Al-

Nuzul dan sebagainya dimulai dari praktek generasi pertama Alquran (Islam).

Baru pada era takwin atau formasi ilmu-ilmu keIslaman pada abad berikutnya,

praktek-praktek terkait dengan Alquran ini disistematiskan dan dikodifikasikan,

kemudian lahirlah cabang-cabang Ilmu Alquran.1

Living Quran sebenarnya bermula dari fenomena Quran in Everyday Life

yang berarti makna dan fungsi Alquran yang secara pasti dapat dipahami,

dimengerti dan dialami oleh masyarakat muslim. Sehingga menurut bahasa,

Living Quran diambil dari kata Living dan Alquran. Kata Living dalam bahasa

Indonesia diartikan sebagai hidup atau menghidupkan, dan Alquran berarti bacaan

atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang dalam bentuk mushaf. Sedangkan

menurut istilah kata Living Quran berarti segala bentuk fenomena yang terjadi di

1 Sahiron Syamsuddin, Metodologi Penelitian Living Qur’an & Hadis, (Yogyakarta: TH

Press, 2007), p. 5.

Page 2: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

2

masyarakat dalam menghidupkan ayat Alquran, baik secara lisan, tulisan, maupun

budaya.2

Adapun sebab-sebab yang melatarbelakangi kenyataan bahwa „Ulum

Alquran lebih tertarik pada dimensi tekstual Quran, diantaranya terkait dengan

penyebaran paradigma ilmiah kedalam wilayah kajian agama pada umumnya.

Sebelum paradigma ilmiah dengan orientasi obyektifnya merambah dunia studi

agama (Islam), maka kajian atau studi Islam termasuk studi Alquran lebih

berorientasi pada keberpihakan keagamaan. Artinya, ilmu-ilmu Alquran sengaja

dilahirkan dalam rangka menciptakan satu kerangka acuan normatif bagi lahirnya

penafsiran Alquran yang memadai untuk mem-backup kepentingan agama. Itulah

mengapa berbagai dimensi tekstual Quran lebih diunggulkan sebagai obyek

kajian. Itulah pula mengapa dahulu ilmu ini merupakan spesialsasi bagi para

ulama dalam usaha pengembangan ilmu-ilmu keagamaan murni.3

Sementara itu, Islah Gusmian melihat living quran dari sisi sosial-budaya

dan mengajukan beberapa wilayah kajiannya, pertama, visual teks Alquran

(kaligrafi) yang diposisikan sebagai suatu subjek yang menghasilkan potensi seni

yang sangat berharga. Kedua, aspek wujud material Alquran yang dijadikan

medan arsitektural dengan menuliskannya dalam ukuran yang besar. Ketiga,

aspek aksentuasi grafis pada susunan teks Alquran yang ditampilkan dalam

bentuk puitis. Keempat, perajutan seni suara yang ditampilkan dalam keutamaan

2 Iyan Robiansyah, “Living Qur‟an dalam Tradisi Perayaan Maulid di Masyarakat Banten

(Studi terhadap Pelaksanaan Tradisi Panjang Mulud di Kota Serang)” (Skripsi, Program Sarjana,

UIN “Sultan Maulana Hasanuddin,” Banten, 2016), p. 5. 3 Syamsuddin, Metodologi Living Qur’an..., p. 6.

Page 3: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

3

menbaca Alquran. Kelima, pelestarian orisinalitas teks Alquran dalam tradisi

taḥfīẓ. Keenam, teks Alquran sebagai mantra, ḥizb, wirid yang diyakini bisa

menjadi sarana mengobati penyakit atau membentuk kekuatan magis.4

Berinteraksi dengan Alquran merupakan salah satu pengalaman beragam

yang berharga bagi seorang Muslim. Pengalaman berinteraksi dengan Alquran

dapat merungkap atau diungkapkan melalui lisan, tulisan, maupun perbuatan, baik

berupa pemikiran, pengalaman emosional maupun spiritual.5

Setiap Muslim berkeyakinan bahwa Alquran adalah wahyu Allah Swt.

yang diturunkan kepada Nabi Muhamad Saw., secara periodik (berkala) sesuai

dengan kejadian dan peristiwa tertentu dan tidak di turunkan secara keseluruhan

satu kali (sekaligus), sebagai mana kitabTaurat yang di turunkan kepada Nabi

Musa As dan kitab injil yang di turunkan kepada Nabi Isa As, tetapi Alquran di

turunkan sesuai dengan keadaan dan menjelaskan hukum tentang peristiwa, atau

menjawab persoalan tertentu. Terkadang ayat Alquran turun terlebih dahulu

sebelum adanya peristiwa atau kejadian yang membutuhkan fatwa, tetapi kadang

juga turun bersamaan dengan menjawab suatu pertanyaan atau hukum peristiwa

yang memiliki hubungan erat dengan hukum awal.6 Dan Alquran di turunkan

untuk semua umat manusia sebagai petunjuk dan bimbingan hidup. Alquran

diturunkan tidak di kelompok-kelompokan atau di khsuskan seperti untuk petani

4 Putri Septiani, “Pembacan Surat-surat Pilihan Dalam Alquran (Studi Living Quran di

Pengajian Ikhlasuniyah Kampung Legok Widara Desa Drangong Kecamatan Taktakan Kota

Serang)” (Skripsi, Program Sarjana, UIN “Sultan Maulana Hasanuddin,” Banten, 2018), p. 27. 5 Syamsuddin, Metodologi Living Qur’an..., p. 11.

6 Ahmad Muhammad Al-Hushari, “Tafsir Ayat Ahkam” Terj: Abdurrahman Kasdi, Tafsir

Ayat-ayat Ahkam, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014), p. 8.

Page 4: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

4

sederhana maupun ahli metafisika, karna Alquran mengandung berbagai tingkat

pengertian bagi semua jenis pembacaannya.

Pengalaman berinteraksi dengan Alquran menghasilkan pemahaman dan

penghayatan individual yang diungkapkan dan dikomunikasikan pemahaman dan

penghayatan terhadap ayat-ayat Alquran tertentu secara atomistik. Pemahaman

dan penghayatan individual yang diungkapkan dan dikomunikasikan secara verbal

maupun dalam bentuk tindakan tersebut dapat mempengaruhi individu lain

sehingga bersama, dan pada taraf tertentu melahirkan tindakan-tindakan kolektif

dan terorganisasi. Pengalaman bergaul dengan Alquran itu meliputi bermacam-

macam bentuk kegiatan, misalnya membaca Alquran, memahami dan menafsirkan

Alquran, menghafal Alquran, berobat dengan Alquran, memohon berbagai hal

dengan Alquran, mengusir makhluk halus dengan Alquran, menerapkan ayat-ayat

Alquran tertentu dalam kehidupan individual maupun dalam kehidupan sosial, dan

menuliskan ayat-ayat Alquran untuk menangkal gangguan maupun untuk hiasan.7

Abdurrahman as-Sa‟adi berkata, Alquran mengandung obat (penawar) dan

rahmat. Dan, ini tidak berlaku untuk semua orang, namun hanya berlaku bagi

orang beriman yang membenarkan ayat-ayat Nya dan berilmu denganya. Adapun

bagi orang yang zhalim yang tidak membenarkan dan tidak mengamalkan

Alquran, maka ayat-ayat tersebut tidak lah menambah bagi mereka, kecuali

kerugian semata.8

7 Syamsuddin, Metodologi Living Qur’an..., p. 12.

8 Rizem Aizid, Tartil Alquran Untuk Kecerdasan dan Kesehatanmu, (Yogyakarta: Diva

Press, 2016), p. 7.

Page 5: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

5

Sebenarnya gambaran secara umum bagaimana kaum muslimin merespon

terhadap kitab sucinya (Alquran) tergambar dengan jelas sejak zaman Rasulullah

dan para sahabatnya. Tradisi yang muncul adalah Alquran dijadikan obyek

hafalan (tahfiz), listening (sima`i), dan kajian tafsir di samping objek

pembelajaran (sosialisasi) ke berbagai daerah dalam bentuk “majlis Alquran”

sehingga Alquran telah tersimpan di “dada” (sudur) para sahabat. Karna membaca

Alquran merupakan pekerjaan yang utama, yang mempunyai berbagai

keistimewahan dan kelebihan di bandingkan dengan membaca bacaan yang lain.9

Menurut pengamatan penulis, masyarakat Indonesia khususnya umat Islam

sangat respek dan perhatian terhadap kitab sucinya, dan berusaha untuk

menghidupkan kitab sucinya (Alquran) di tengah-tengah masyarakat dengan

budaya-budaya lokal dan selalu di terima oleh masyarakat dan di lanjutkan oleh

generasi-generasi kita dan berbagai kalangan kelompok keagamaan di semua

tingkatan usia dan etnis.10

Fenomena yang terlihat jelas, bisa kita ambil beberapa kegiatan yang

mencerminkan everyday life of the Quran, sebagai berikut:

1. Alquran dibaca secara rutin dan diajarkan di tempat-tempat ibadah

(Masjid dan Surau/Langgar/Mushalla), bahkan di rumah-rumah, sehingga

menjadi acara rutin everyday, apalagi di pesantren-pesantren menjadi

bacaan wajib, terutama selepas shalat maghrib. Khusus malam Jum`at

yang dibaca adalah surat Yasin dan kadang ditambah surah al-Waqi`ah.

9 Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at, (Jakarta: Amzah, 2013), p. 55.

10 Syamsuddin, Metodologi Living Qur’an..., p. 43.

Page 6: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

6

2. Alquran senantiasa dihafalkan, baik secara utuh ataupun sebagiannya (1

juz hingga 30 juz), meski ada juga yang hanya menghafal ayat-ayat dan

surah tertentu dalam juz „Amma untuk kepentingan bacaan dalam shalat

dan acara-acara tertentu.

3. Menjadikan potongan-potongan ayat satu ayat ataupun beberapa ayat

tertentu dikutip dan dijadikan hiasan dinding rumah, masjid, makam

bahkan kain kisywah ka‟bah (biasanya ayat Kursy, al-Ikhlas, al-Fatihah

dsb.) dalam bentuk kaligrafi dan sekarang tertulis dalam ukiran-ukiran

kayu, kulit binatang, logam (kuningan, perak dan tembaga) sampai pada

mozaik keramik, masing-masing memiliki karakteristik estetika masing-

masing.11

4. Ayat-ayat Alquran dibaca oleh para qari‟ (pembaca professional) dalam

acara-acara khusus yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa tertentu,

khususnya dalam acara hajatan (pesta perkawinan, khitan, dan aqiqah) atau

peringantan hari-hari besar Islam (tahun baru 1 Muharram, Maulid Nabi,

Isra‟ Mi‟raj dan lain-lain).

5. Potongan ayat-ayat Alquran dikutip dan dicetak sebagai aksesoris dalam

bentuk stiker, kartu ucapan, gantungan kunci, undangan resepsi

pernikahan sesuai tema konteks masing-masing.

11

Syamsuddin, Metodologi Living Qur’an..., p. 43.

Page 7: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

7

6. Alquran senantiasa juga dibaca dalam acara-acara kematian seseorang,

bahkan pasca kematian dalam tradisi “Yasinan” dan “Tahlil” selama 7 hari

dan peringatan 40 hari, 100 hari, 1000 hari dan lain-lain.

7. Alquran dilombakan dalam bentuk Tilawah dan Tahfidz Alquran dalam

even-even insidental maupun rutin berskala lokal, nasional bahkan

international.

8. Sebagian umat Islam menjadikan Alquran sebagai jampi-jampi”, terapi

jiwa sebagai pelipur duka dan lara, untuk mendoakan pasien yang sakit

bahkan untuk mengobati penyakit-penyakit tertentu dengan cara

membakar dan abunya diminum.12

9. Potongan ayat-ayat tertentu dijadikan “jimat” yang dibawa kemana saja

pergi oleh pemiliknya sebagi perisai/tameng, “tolak bala” atau menangkis

serangan musuh dan unsur jahat lainnya.

10. Bagi para muballigh/da`i, ayat-ayat Alquran dijadikan dalil dan hujjah

(argumentasi) dalam rangka memantapkan isi kuliah tujuh menit (kultum),

atau dalam khutbah jum`at dan pengajiannya di tengah-tengah masyarakat.

11. Terlihat juga fenomena dalam dunia politik, menjadikan ayat-ayat

Alquran sebagai “bahasa agama” dijadikan media justifikasi, slogan untuk

agar memiliki daya tarik politis, terutama bagi parpol-parpol yang berbau

dan berasaskan keIslaman.

12

Syamsuddin, Metodologi Living Qur’an..., p. 44.

Page 8: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

8

12. Bagi orang yang punya bakat di bidang sastra, Alquran dibaca dengan

model puisi dan diterjemahkannya sesuai degan karakter pembacanya.

13. Sementara bagi seniman dan artis, Alquran terkadang dijadikan bagi

dari sinetron dan film di samping sebagai bait lagu agar beraroma religius

dan berdaya estetitis, agar memiliki muatan spiritualitas yang bersifat

dakwah/tabligh (seruan, ajakan, himbauan) bagi pendengarnya.

14. Fenomena mutakhir adalah munculnya tokoh-tokoh agamawan

(ruhaiawan) dalam cerita-cerita fiksi maupun non fiksi dalam tayangan

televisi, yang menjadikan ayat-ayat Alquran sebagai wirid dan dzikir

“pengusir jin”, “makhluk jahat”, “ruh gentayangan”, atau fenomena

keghaiban lainnya (uji nyali, pemburu hantu, penyembuhan “ruqyah”, dan

lain-lain).13

15. Fenomena lain adalah ayat-ayat tertentu dijadikan wirid dalam

bilangan tertentu untuk memperoleh “kemuliaan” atau “keberuntungan”

dengan jalan “nglakoni” (riyadhah), meskipun terkadang terkontaminasi

dengan unsur-unsur mistis dan magis.

16. Terlihat juga fenomena adanya ayat-ayat Alquran dijadikan bacaan

dalam menempuh latihan bela diri yang berbasis perguruan bela diri Islam

–Tauhidik- (misalnya: Tapak Suci, Sinar Putih, dsb.) agar memperoleh

kekuatan tertentu setelah mendapat ma`unah (pertolongan) dari Allah Swt.

13

Syamsuddin, Metodologi Living Qur’an..., p. 45.

Page 9: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

9

17. Dalam dunia entertainment, Alquran didokumentasikan dalam bentuk

kaset, CD, LCD, DVD, harddisk sampai di HP, baik itu secara cisual

maupun audio-visual yang sarat dengan muatan hiburan dan seni.

18. Belakangan marak ayat-ayat Alquran dijadikan bacaan para

praktisi/terapis untuk menghilangkan gangguan psikologis dan pengaruh

buruk lainnya (setan dan jin) dalam praktik ruqyah dan penyembuhan

alternatif lainnya.

19. Bisa kita lihat juga potongan ayat-ayat Alquran dijadikan media

pembelajaran Alquran (TPA, TPQ, dsb.) sekaligus belajar bahasa Arab.

Bahkan madrasah Alquran yang concern dalam bidang tahfizh pun banyak

berdiri secara formal.14

Selanjutnya, cara mewujudkan Alquran dalam kehidupan sehari-

hari ini juga sangat beraneka ragam, tergantung pada pemaknaan yang

diberikan terhadap Alquran itu sendiri sebagai kumpulan Firman Allah

Swt. sabda Tuhan, yang juga tidak dapat lepas dari pemaknaan manusia

tentang Tuhan itu sendiri tentang Allah Swt. dalam pengertian seperti ini,

Alquran dapat mewujud ditengah-tengah masyarakat yang tidak semua

warganya beragam Islam, semetara perwujudannya dalam kehidupan

orang Islam juga sangat bervariasi. Dalam hal ini mencoba untuk

memaparkan berbagai pemaknaan orang Islam di Indonesia terhadap

Alquran sebagai sebuah kitab yang berisi sabda-sabda Allah Swt.

14

Syamsuddin, Metodologi Living Qur’an..., p. 46.

Page 10: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

10

berkaitan dengan hal tersebut, Alquran pada dasarnya sebagai alat

komunikasi antara makhluk dan Tuhannya, baik secara lisan maupun

tulisan.15

Sampai di sini dapat dinyatakan bahwa sebetulnya yang dimaksud dengan

living Quran dalam konteks ini adalah kajian atau penelitian ilmiah tentang

berbagai peristiwa sosial terkait dengan kehadiran Quran di sebuah komunitas

Muslim tertentu. Penelitian ilmiah disini perlu dikemukakan untuk menghindari

dimasukkannya tendesi keagamaan yang tentu dengan tentdensi ini berbagai

peristiwa tersebut akan dilihat dengan kacamata ortodoksi yang ujung-ujungnya

berupa vonis hitam putih sunnah bid‟ah, syar‟iyah ghairu syar‟iyah atau

meminjam istilah yang agak berimbang dengan istilah living Quran maka

peristiwa tersebut sebetulnya lebih tepat disebut dead Quran. Artinya, jika dilihat

dengan kacamata keislaman (sebagai agama), tentu peristiwa sosial di maksud

berarti telah membuat teks-teks Quran tidak berfungsi, karena “hidayah” Quran

terkandung di dalam tekstualitasnya dan hanya dapat diaktualisasikan secara benar

jika bertolak dari pemahaman yang benar (secara agama) atas kandungan teks

Quran.16

Dari sudut pandang Islam tentu praktek ini berarti menunjukkan the dead

Quran, tetapi sebagai fakta sosial, praktek semacam ini tetap berkaitan dengan

Quran dan betul-betul terjadi di tengah komunitas Muslim tertentu. Itulah yang

15 Iyan Robiansyah, “Living Qur‟an dalam Tradisi Perayaan Maulid di Masyarakat

Banten (Studi terhadap Pelaksanaan Tradisi Panjang Mulud di Kota Serang)” (Skripsi, Program

Sarjana, UIN “Sultan Maulana Hasanuddin,” Banten, 2016), p. 25-26. 16

Syamsuddin, Metodologi Living Qur’an..., p. 8.

Page 11: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

11

kemudian perlu dijadikan obyek studi baru bagi para pemerhati studi Quran dan

untuk menyederhanakan ungkapan, maka digunakan istilah Living Quran.

Praktek-praktek semacam ini dalam bentuk yang paling sederhana pada

dasarnya sudah sama tuanya dengan usia Quran itu sendiri. Namun pada periode

yang cukup panjang praktek-praktek di atas belum menjadi obyek kajian

penelitian Quran. Baru pada tanggal terakhir sejarah studi Quran kajian tentang

praktek-praktek ini diinisiasikan ke dalam wilayah studi Quran kontemporer.17

B. Living Quran dalam Tilawah

Banyak ayat dan hadits yang menekankan keutamaan membaca dan

mempelajari Alquran antara lain:

1. Allah Swt. berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu

membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan

sebagain dari rezeki yang kami anugrahkan kepada mereka dengan

diam-diam dan terang-terangan, meraka itu mengharapkan perniagaan

yang tidak akan merugi.”

17

Syamsuddin, Metodologi Living Qur’an..., p. 9.

Page 12: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

12

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan

mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge-

rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu

mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”. (Q.S. Fathir [35]: 29)”.

2. Dari Utsman ra. Dari Nabi Saw., beliau bersabda:

شكى خ تعهىي انمشآ عه

“Sebaik-baik kamu adalah yang mempelajari Alquran dan

mengamalkannya.” (HR. Bukhari).

3. Dari Umar bin Khattab ra., bahwa Nabi Saw., bersabda:

شع ع انخطابت سضالل للم:لمع سص

الل صهىعه : االل

ايا انكتابتزفعش ضعأل ت آخش .

“Sesungguhnya Allah mengangkat derajat orang-orang dengan Alquran

dan merendahkan derajat orang lain juga dengan Alquran.” (HR. Muslim).

4. Dari Aisyah ra. Dia berkata: Rasulullah Saw., bersabda:

سصللاللانتعااللسضعائشحع ش»-صهىعهاللصه-الل ا ان

فشجيعتانمشآ انزانثشسجانكشاوانض مشأ تتعتعانمشآ ف نشاق عه

« أجشا

“Orang yang pandai membaca Alquran akan bersama dengan para

malaikat yang mulia dan baik hati, dan orang yang membaca Alquran dengan

terbata-bata dan merasa sulit akan mendapatkan dua pahala.” (HR. Bukhari dan

Muslim).

Page 13: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

13

5. Dari Abdullah bin Masud ra., dia berkata: Rasulullah Saw., telah

bersabda:

حشف الشأي كتابي فهالل انحضححضح،ت ألللأيثانا،تعشش

حشف،انى نك لوحشفأنف يىحشف حشف

“Barang siapa yang membaca satu huruf dari Alquran maka ia akan

memperoleh satu kebaikan, dan satu kebaikan akan dibalas dengan satu huruf,

tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR. Tirmizi).

6. Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata: Rasulullah Saw., bersabda:

ع عثاس ات سض االل سصللال:لالع اللصهالل صهى:عه

شانزإ فن ف ءج ش ي تانمشآ انخشبكانث

“Sesungguhnya orang yang hatinya tidak terdapat Alquran adalah seperti

rumah yang runtuh.” (HR. Tirmizi).

7. Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah Saw., telah bersabda:

ال تكىتجعه يماتش،ت إ طا فشانش تي تمشأانزانث سجف ص

انثمشج

“Janganlah kamu menjadikan rumah-rumahmu kuburan, sesungguhnya

setan akan lari dari rumah yang (dibaca di dalamnya) Surah al-Baqarah.” (HR.

Muslim).”18

Studi Alquran (dan tafsir) selalu mengalami perkembangan seiring dengan

perkembangan ilmu yang dipandang sebagai ilmu bantu bagi „Ulum Alquran,

seperti linguistik, hermeneutika, sosiologi, antropologi dan ilmu komunikasi. Hal

ini terkait dengan obyek penelitian dalam Alquran itu sendiri. Secara garis besar,

18

Ibrahim Elbeeb, Be A Living Quran: Petunjuk Praktis Penerapan Ayat-Ayat Al-Qur’an

dalam Kehidupan Sehari-hari (Tangerang: Lentera Hati, 2009), p. 118-121.

Page 14: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

14

genre dan obyek penelitian Quran dapat dibagi dalam tiga bagian. Pertama,

penelitian yang menempatkan teks Alquran sebagai obyek kajian.19

Dalam hal ini, teks Alquran diteliti dan dianalisis dengan metode dan

pendekatan tertentu, sehingga peneliti dapat menemukan „sesuatu‟ yang

diharapkan dari penelitiannya. „Sesuatu‟ yang dimaksud di sini bisa saja berupa

konsep-konsep tertentu yang bersumber dari teks Alquran, dan bisa juga berupa

„gambaran-gambaran‟ (features) tertentu tentang (dan dari) teks itu sendiri. Amin

al-Khuli menyebut penelitian yang menjadikan teks Alquran sebagai obyek kajian

dengan istilah dirasat ma‟fin-nass. Tujuan kajian semacam ini bisa saja beragam,

tergantung pada kepentingan dan keahlian masing-masing pengkaji. Sebagian

penelitian, misalnya, menguak pandangan dunia/wawasan (Weltanschauung;

worldview) Alquran tentang konsep tertentu, yang pada akhirnya konsep Qurani

yang dipahami melalui penelitian tersebut diharapkan dapat diaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari dalam upaya mengatasi problem kehidupan tertentu atau

bahkan dengan tujuan mendapatkan keridhoan ilahi dan kebahagiaan baik di dunia

maupun di akhirat.20

Kajian ini biasanya dilakukan oleh sarjana-sarjana Muslim dan disebut

dengan istilah tafisr mawdu’i (tafsir tematik), atau bisa juga disebut dengan

dirasah qur’aniyah maudu’iyah (kajian Quran tematik). Sebagian peneliti lain

melakukan kajian terhadap teks Alquran dengan bertujuan secara prinsipil untuk

mengeksplorasi aspek-aspek „metodis-susastra‟ (literally metodical aspects),

19

Syamsuddin, Metodologi Living Qur’an..., p. Xi. 20

Syamsuddin, Metodologi Living Qur’an..., p. Xii.

Page 15: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

15

yakni cara dan strategi serta genre sastrawi yang digunakan dalam (atau oleh)

Alquran dalam menyampaikan „pesan‟ tertentu, seperti bagaimana Alquran

„menerangkan dirinya sendiri‟ (self-referentiality), dan bagaimana Alquran

memaparkan kisah-kisah Nabi dan umat terdahulu. Kajian semacam ini biasanya

dilakukan oleh para pakar sastra Arab (dan atau pakar sastra pada umumnya), baik

dari kalangan Islam maupun orientalis. Sementara itu, pengkaji-pengkaji dari

kalangan ahli-ahli bahasa menitik beratkan penelitian mereka tentang teks-teks

Alquran pada aspek-aspek linguistik semata. Masih banyak lagi ketertarikan dan

tujuan penelitian tentang teks Alquran, seperti sejarah turunnya wahyu Allah, cara

membaca teks dengan benar (tajwid), perbedaan bacaan (qira‟at). Yang jelas,

tujuan-tujuan penelitian tersebut merupakan di antara hal-hal yang menjadi dasar

bagi penentuan metode dan pendekatan yang cocok diterapkan padanya.21

Di masa sekarang metode dan pendekatan linguistik modern, seperti

semantik, semiotik dan ilmu komunikasi, juga turut mewarnai kajian Quran.

kedua, penelitian yang menempatkan hal-hal di luar teks Alquran, namun

berkaitan erat dengan „kemunculannya‟, sebagai obyek kajian. Penelitian ini

disebut al-Khufi dengan dirasat ma hawla‟i-Quran (studi tentang apa yang ada

disekitar teks Alquran). Kajian tentang asbab an-nuzul, sejarah penulisan dan

pengkodifikasian teks termasuk dalam kategori penelitian ini dan sangat

membantu dalam melakukan kajian teks Alquran. Kajian ini, sebagaimana kajian

teks konvensional, telah mendapatkan perhatian dari ulama-ulama Islam periode

klasik. Ketiga, penelitian yang menjadikan pemahaman terhadap teks Alquran

21

Syamsuddin, Metodologi Living Qur’an..., p. Xiii.

Page 16: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

16

sebagai obyek penelitian. Sejak masa Nabi hingga sekarang Alquran dipahami

dan ditafsirkan oleh umat Islam, baik secara keseluruhan maupun hanya bagian-

bagian tertentu dari Alquran, dan baik secara mushhafi maupun secara tematik.22

Bagi umat Islam, Alquran merupakan kitab suci yang menjadi manhaj al-

hayat. Mereka disuruh untuk membaca dan mengamalkan agar memperoleh

kebahagiaan dunia akhirat. Dalam realitanya, fenomena „pembacaan Alquran‟

sebagai sebuah apresiasi dan resons umat Islam ternyta sangat beragam. Ada

berbagai model pembacaan Alquran, mulai yang berorientasi pada pemahaman

dan pendalaman maknanya, sampai yang sekedar membaca Alquran sebagai

ibadah ritual atau untuk memperoleh ketenangan jiwa. Bahkan ada pula model

pembacaan Alquran, mulai yang berorientasi pada pemahaman dan pendalaman

maknanya, sampai yang sekedar membaca Alquran sebagai ibadah ritual atau

untuk memperoleh ketenangan jiwa. Bahkan ada pula model pembacaan Alquran

yang bertujuan untuk mendatangkan kekuatan magis (supranatural) atau terapi

pengobatan dan sebagainya.23

Adapun model pembacaannya, yang jelas kehadiran Alquran telah

melahirkan berbagai bentuk respons dan peradaban yang sangat kaya. Dalam

istilah Nashr Hamid, Alquran kemudian menjadi muntij as-saqafah (produsen

peradaban). Sejak kahadirannya, Alquran telah diapresiasikan dan direspon

sedemikian rupa, mulai dari bagaimana umat Islam mengapresiasikan Alquran,

mulai dari bagaimana umat Islam mengapresiasikan Alquran, mulai dari

22

Syamsuddin, Metodologi Living Qur’an..., p. Xiii. 23

Syamsuddin, Metodologi Living Qur’an..., p. 65.

Page 17: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

17

bagaimana umat Islam mengapresiasi Alquran, mulai dari bagaimana cara dan

ragam membacanya, sehingga lahirlah ilmu tajwid dan ilmu qira‟at, bagaimana

menulisnya, sehingga lahirlah ilmu tajwid dan ilmu qira‟at, sebagaimana

menulisnya, sehingga lahirlah ilmu rasm Alquran dan seni-seni kaligrafi,

bagaimana pula cara melagukannya, sehingga lahir seni tilawah Alquran,

sebagaimana memahaminya, sehingga lahirlah disiplin ilmu tafsir dan sebagainya.

Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa tidak ada sebuah kitab suci yang

mendapat apresiasi dari penganutnya, sebanyak apresiasi yang diberikan terhadap

Alquran, memang bagi kaum muslimin, Alquran di samping dianggap sebagai

kitab suci (scripture), juga merupakan kitab petunjuk.

Allah Swt. berfirman: (Q.S. Al-Baqarah: [2]: 2)

. “Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang

bertaqwa”

Itulah sebabnya ia selalu dijadikan rujukan dan mitra dialog dalam

menyelesaikan problem kehidupan yang mereka hadapi. Dari sini dapat

dimengerti jika kemudian kajian terhadap Alquran lebih sering ditekankan pada

bagaimana menyingkapkan dan menjelaskan ayat-ayat Alquran (baca:tafsir)

daripada yang lain. Kalaupun ada kajian-kajian selain tafsir, biasanya dilakukan

dalam rangka menunjang pengembangan kajian tafsir ini, seperti kajian tentang

Page 18: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

18

ilmu qira‟at, naskh-mansukh, munasabah, asbab al-nuzul, sejarah kodifikasi

Alquran dan lain sebagainya.24

Qiraat adalah jamak dari qira‟ah, yang berarti „bacaan‟, dan ia adalah

masdar (verbal noun) dari qara‟a. Menurut istilah ilmiah, qiraat adalah salah satu

mazhab (aliran) pengucapan Quran yang dipilih oleh salah seorang imam qurra‟

sebagai suatu mazhab yang berbeda dengan mazhab lainnya.

Qiraat ini ditetapkan berdasarkan sanad-sanadnya sampai kepada

Rasulullah Saw. Periode qurra‟ (ahli atau imam qiraat) yang mengajarkan bacaan

Quran kepada orang-orang yang menurut cara mereka masing-masing adalah

dengan berpedoman kepada masa para sahabat. Diantara para sahabat yang

terkenal mengajarkan qiraat ialah Ubai, Ali, Zait bin Sabit, Ibn Mas‟ud, Abu

Musa al-Asy‟ari dan lain-lain. Dari mereka itulah sebagian besar sahabat dan

tabiin di berbagai negeri belajar qiraat. Mereka itu semuanya bersandar kepada

Rasulullah Saw.

Az-Zahabi menyebutkan di dalam tabaqatul Qurra‟, bahwa sahabat yang

terkenal sebagai guru dan ahli qiraat Quran ada tujuh orang, yaitu: Utsman, Ali,

Ubai, Zaid bin Sabit, Abu Darda‟ dan Abu Musa al-Asy‟ari. Lebih lanjut ia

menjelaskan, segolongan besar sahabat mempelajari qiraat dari Ubai, di antaranya

Abu Hurairah, Ibn Abbas dan Abdullah bin Sa‟ib. Ibn Abbas belajar pula kepada

Zaid.25

24

Syamsuddin, Metodologi Living Qur’an..., p. 65-66. 25

Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Quran, Terj. Mudzakir AS, (Bogor: Litera

Antar Nusa, 2016), p. 245.

Page 19: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

19

Kemudian kepada para sahabat itulah sejumlah besar tabiin di setiap

negeri mempelajari qiraat.

Di antara para tabiin tersebut ada yang tinggal di Madinah yaitu Ibnul

Musayyab, „Urwah, Salim, Umar bin Abdul Aziz, Sulaiman dan „Ata‟-keduanya

putra Yasar-,Mu‟az bin Haris yang terkenal dengan Mu‟az al-Qari‟, Abdurrahman

bin Hurmuz al-A‟raj, Ibn Syihab az-Zuhri, Muslim bin Jundab dan Zaid bin

Aslam. Yang tinggal di Kufah ialah „Alqamah, al-Aswad, Masruq, „Ubaidah,

„Amr bin Syurahbil, al-Haris bin Qais, „Amr bin Maimun, Abu Abdurrahman as-

Sulami, Sa‟id bin Jabir, an-Nakha‟i daan asy-Sya‟bi.

Yang tinggal di Basrah ialah Abu „Aliyah, Abu Raja‟, Nasr bin „Asim,

Yahya bin Ya‟mar, al-Hasan, Ibn Abu Malikah.

Tabiin yang tinggal di Kufah ialah „Alqamah, al-Aswad, Masruq,

„Ubaidah, „Amr bin Maimun, Abu Abdurrahman as-Sulami, Sa‟id bin Jabir, an-

Nakha‟i dan asy-Sya‟bi.

Yang tinggal di Basrah ialah Abu „Aliyah, Abu Raja‟, Nasr bin „Asim,

Yahya bin Ya‟mar, al-Hasan, Ibn Sirin dan Qatadah.

Sedang yang tinggal di Syam ialah al-Mugirah bin Abu Syihab al-

Makhzumi,-murid Ustman, dan Khalifah bin Sa‟d-sahabat Abu Darda‟.

Pada permulaan abad pertama Hijrah di masa batiin, tampillah sejumlah

ulama yang membulatkan tenaga dan perhatiannya terhadap masalah qiraat secara

sempurna karena keadaan menuntut demikian, dan menjadikannya sebagai suatu

Page 20: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

20

disiplin ilmu yang berdiri sendiri sebagaimana mereka lakukan terhadap ilmu-

ilmu syariat lainnya, sehingga mereka menjadi imam dan ahli qiraat yang diikuti

dan dipercaya. Bahkan dari generasi ini generasi sesudahnya terdapat tujuh orang

terkenal sebagai imam yang kepada mereka dihubungkan (dinisbahkanlah) qiraat

hingga sekarang ini. Para ahli qiraat tersebut di madinah ialah: Abu Ja‟far Yazid

bin Qa‟qa‟, kemudian Nafi‟ bin Abdurrahman. Ahli qiraat di Mekkah ialah:

Abdullah bin Kasir dan Humaid bin Qais al-A‟raj. Di Kufah ialah: „Asim bin

Abun Najud, Sulaiman al-A‟masy, kemudian hamzah dan kemudian al-Kisa‟i. Di

Basrah ialah: Abdullah bin Abu Ishaq, Isa Ibn „Amr, Abu „Amr „Ala‟, Asim al-

Jahdari dan Ya‟qub al-Hadrami, dan di Syam ialah Abdullah bin „Amr, Isma‟il

bin Abdullah bin Muhajir, kemudian Yahya bin Haris dan kemudian Syuraih bin

Yazid al-Hadrami.26

Ketujuh orang imam yang terkenal sebagai ahli qiraat di seluruh dunia di

antara nama-nama tersebut ialah Abu „Amr, Nafi‟, Asim, Hamzah, al-Kisa‟i, Ibn

„Amir dan Ibn Kasir.

Qiraat-qiraat itu bukanlah tujuh huruf-sebagaimana yang dimaksudkan

dalam hadits pada bab di atas- menurut pendapat yang paling kuat, meskipun

kesamaan bilangan di antara keduanya mengesankan demikian. Sebab qiraat-

qiraat hanya merupakan mazhab bacaan Quran pada imam, yang secara ijma‟

masih tetap eksis dan digunakan umat hingga kini, dan sumbernya adalah

perbedaan langgam, cara pengucapan dan sifatnya, seperti tafkhim, tarqiq, imalah,

26

Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Quran..., p. 246.

Page 21: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

21

idgham, izhar, isyba, madd, qasr, tasbydid, takhfif dan lain sebagianya. Namun

semuanya itu hanya berkisar dalam satu huruf, yaitu huruf Quraisy.

Sedangkan maksud tujuh huruf adalah berbeda dengan qiraat, seperti yang

telah kita jelaskan. Dan persoalannya sudah berakhir sampai pada pembahasan

terakhir (al-Urdah al-Akhirah), yaitu ketika wilayah ekspansi bertambah luas dan

ikhtilaf tentang huruf-huruf itu menjadi kekhawatiran bagi timbulnya fitnah dan

kerusakan, sehingga para sahabat pada masa Utsman terdorong untuk

mempersatukan umat Islam pada satu huruf, yaitu huruf Quraisy, dan menuliskan

Mushaf-mushaf dengan huruf tersebut sebagaimana telah kita jelaskan.27

Keutamaan tilawah Alquran dan pengembangannya, sebagaimana firman

Allah Swt. dalam surat Faathir ayat 29-30 yang berbunyi:

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan

mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge-

rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu

mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan

27

Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Quran..., p. 247.

Page 22: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

22

kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya.

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri”. (QS. Faathir

[35]: 29-30).

Diriwayatkan dari Utsman bin Affan ra, bahwa Rasulullah Saw, bersabda:

شكى خ تعهىي انمشآ عه

“Sebaik-baik kalian adalah orang mempelajari Alquran dan

mengajarkannya.” (HR. Abu Abdillah bin Muhammad bin Isma‟il bin Ibrahim al-

Bukhari dalam kitab Shahihnya yang merupakan rujukan tershahih setelah

Alquran).

Diriwayatkan dari Aisyah ra, bahwa Rasulullah Saw, bersabda:

مشأانز انمشآ ش يا فشجيعت انزانثشسج،انكشاوانض مشأ

تتعتعانمشآ ف نشاق عه أجشا

“Orang yang membaca Alquran dan menguasainya, maka dia bersama-

sama dengan Malaikat (pencatat amal) yang mulia dan taat. Sedangkan yang

membaca Alquran dengan terbata-bata dan merasakan kesulitan maka baginya dua

pahala.” (HR. Al-Bukhari dan Abul Husain bin al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi

an-Naisaburi, dalam kitab Shahih mereka).28

Abu Musa al-Asy‟ari ra, berkata, Rasulullah Saw, bersabda:

يثم ؤي مشأانزان حيثمانمشآ اطةسحاالأتشج طع طة

يثم ؤي مشألانزان شجيثمانمشآ اناسحلانت طع يثمحه

افك ثممشأانزان حاحانمشآ اطةسحاانش طع يثميش افك انزان

مشأل ثمانمشآ شانحظهحك سحنان طع يش ا

28 Imam an-Nawawi, Bersanding Dengan Alquran, Terj. Abdul Aziz, (Bukit Asri Ciomas,

2007), p. 10.

Page 23: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

23

“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Alquran itu bagai buah

utrujah baunya harum dan rasa enak. Perumpamaan orang mukmin yang tidak

membaca Alquran itu seperti buah kurma, tak ada baunya dan tak ada rasanya pun

manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Alquran bagaikan buah

raihanah, berbau harum (namun) rasanya pahit. Perumpaman orang munafik yang

tidak membaca Alquran bagaikan buah hanzhalah, tidak berbau dan rasanya

pahit.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Umar bin Khaththab ra, berkata bahwa Nabi Muhammad Saw, bersabda:

شع ع انخطابت سضالل للم:لمع سص

الل صهىعه : افعشالل

ايا انكتابتز ضعأل ت آخش

“Sesungguhnya Allah Swt, mengangkat derajat beberapa kaum dengan

kitab (Alquran) ini dan merendahkan (kaum) yang lain.” (HR. Muslim).

Abu Umamah al-Bahili ra, berkata,” Aku mendengar Rasulullah Saw,

bersabda:

” .يصذقياحميشفع،شافعانمشآ اجعهف انجح،إنلادإياي ي جعه

اناسإنصالخهف ”

“Bacalah oleh kalian Alquran! Karena Alquran akan datang memberikan

syafa‟at bagi tuannya (pembacanya) pada hari Kiamat.” (HR. Muslim).

Abdullah bin Umar ra, meriwayatkan sabda Nabi Muhammad Saw,:

فإلحضذل سجم:اثت عه ،الل انمشآ م،آاءتهف آاءانه اس، ان

ع ت:فمالن،جاسفض يايثمأتتن ،أت هتفلا م،يايثمفع ع

سجم آتا الل يال هكف ،ف ت:سجمفمالانحك يايثمأتتن أت

، هتفلا ميايثمفع ع

Page 24: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

24

“Tidak ada hasad (iri), kecuali terhadap dua orang: yaitu, orang yang

diberi Allah (kepandaian berupa) Alquran, dia mengamalkannya siang-malam.

Dan orang yang diberi harta kekayaan oleh Allah, dia menginfakkannya siang-

malam.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Kami menukilkan pula riwayat hadits selafazh dari Abdullah bin Mas‟ud

ra.

فإلحضذل آتاسجماثت عهفضهظيال الل سجم،انحكفهكت آتا

حالل ،انحك اتامضف عه

“Tidak (boleh) ada hasad kecuali pada dua orang. Orang yang dikarunia

harta kekayaan oleh Allah dan diberi-Nya kekuasaan menafkahkannya dijalan

yang haq (benar); dan orang yang Allah karunia hikmah (ilmu) lalu dia pun

mengamalkan dan mengajarkannya.”

Abdullah bin Mas‟ud ra, berkata, “Rasulullah Saw bersabda:

حشف األشي كتابي فهالل انحضححضح،ت انىألللأيثانا،تعشش

حشف، نك لوحشفأنف يىحشف حشف

“Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitabullah, maka (pahala)

baginya satu kebaikan yang berlipat sepuluh. Aku tidak mengatakan alif lam mim

itu satu huruf, melainkan alif satu huruf, lam satu huruf, mim satu huruf.” (HR.

Abu „Isa Muhammad bin „Isa at-Tirmidzi. Menurut at-Tirmidzi hadits ini hasan

shahih).29

Diriwayatkan oleh Abu Sa‟id al-Khudri ra, bahwa Nabi Muhammad Saw,

bersabda:

ذ اتع صع انخذس اللسض اللصهاللسصللاللالع

صهىعه ل ب م جمعزانش شغهي ركشانمشأ تيضأنتع أعط

29 an-Nawawi, Bersanding Dengan Alquran..., p. 12.

Page 25: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

25

أعطياافضم ائه فضمانض عهاللكفضمانكلاوئشصاعهاللكلاو خهم

انتشيزسا

“Rabb Swt. berfirman, “Barangsiapa yang disibukan oleh bacaan Alquran

dan dzikir kepada-Ku dari pada meminta kepada-Ku. Niscaya Aku akan

memberinya (sesuatu) yang lebih utama dari yang Kuberikan kepada yang

meminta kepada-Ku‟. Keutamaan kalam Ilahi (bila) dibandingkan dengan

perkataan makhluk adalah seperti keutamaan Allah Swt. atas semua makhlu-

Nya.” (HR. At-Tirmidzi. Menurut beliau hadits ini hasan gharib).

Ibnu „Abbas ra, berkata bahwa Rasulullah Saw, bersabda:

ع عثاس ات سض االل سصللال:لالع اللصهالل صهىعه :

شانزإ فن ف ءج ش ي تانمشآ انخشبكانث

“Sesungguhnya orang yang di dalam hatinya tidak ada sedikit pun

Alquran, maka orang itu bagaikan rumah yang rusak.” (HR. At-Tirmidzi. Kata

beliau hadits ini hasan shahih).30

Berdasarkan pengertian etimologi (bahasa), “qira‟at‟ merupakan kata

jadian (mashdar) dari kata kerja “qara‟a” (membaca). Sedangkan berdasarkan

pengertian terminologi (istilah), maka ada beberapa definisi yang diintrodusir

ulama:

Menurut Az-Zarqani: Suatu madzhab yang dianut seorang imam qira‟at

yang berbeda dengan lainnya dalam pengucapan Alquran serta sepakat riwayat-

riwayat dan jalur-jalurnya, baik perbedaan itu dalam pengucapan huruf-huruf

ataupun dalam pengucapan bentuk-bentuknya.31

30

an-Nawawi, Bersanding Dengan Alquran..., p. 13. 31

Rosihon Anwar, Ulumul Alquran, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), p. 140.

Page 26: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

26

Menurut Ibn Al-Jazari: Ilmu yang menyangkut cara-cara mengucapkan

kata-kata Alquran dan perbedaan-perbedaannya dengan cara menisbatkan kepada

penukilnya.

Menurut Al-Qasthalani: Suatu ilmu yang mempelajari hal-hal yang

disepakati atau diperselisihkan ulama yang menyangkut persoalan lughat, badzaf,

i‟rab, itsbat, fashl, dan washl yang kesemuanya diperoleh secara periwayatan.

Menurut Az-Zarkasyi: Qira‟at adalah perbedaan (cara mengucapkan)

lafadz-lafadz Alquran, baik menyangkut huruf-huruf tersebut, seperti takhfif

(meringankan), tatsqil (memberatkan), dan atau yang lainnya.

Menurut Ash-Shabuni: Qira‟at adalah suatu madzhab cara pelafalan

Alquran yang dianut salah seorang imam berdasarkan sanad-sanad yang

bersambung kepada Rasulullah Saw.32

Perbedaan cara pendefinisian diatas sebenarnya berada pada satu kerangka

yang sama bahwa ada beberapa cara melafalkan Alquran walaupun sama-sama

berasal dari satu sumber, yaitu Muhammad. Adapaun definisi yang dikemukakan

Al-Qastshalani menyangkut ruang lingkup perbedaan diantara beberapa qira‟at

yang ada. Dengan demikian, ada tiga unsur qira‟at yang dapat ditangkap dari

definisi diatas, yaitu:

a) Qira‟at berkaitan dengan cara pelafalan ayat-ayat Alquran yang

dilakukan salah seorang imam dan berbeda dengan cara yang

dilakukan imam-imam yang lainnya.

32

Anwar, Ulumul Alquran..., p. 141.

Page 27: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

27

b) Cara pelafalan ayat-ayat Alquran itu berdasarkan atas riwayat

yang bersambung kepada Nabi. Jadi, bersifat tauqifi, bukan

ijtihadi.

c) Ruang lingkup perbedaan qira‟at itu menyangkup persoalan

lughat, hadzaf, i‟rab, itsbat, fashl, dan washl.

Seorang Qori dan Qori‟ah yang ingin sukses dalam penampilan

bacaannya, maka harus mengetahui sekaligus mempraktekkan hal-hal yang

tersebut di bawah ini, yaitu masalah Nafas dan Suara.33

1) Nafas

Adalah satu bagian yang sangat penting dalam seni baca Alquran Seorang

Qori‟/Qori‟ah yang mempunyai nafas panjang akan membawa kesempurnaan

dalam bacaannya dan akan terhindar dari Waqof (berhenti) yang bukan pada

tempatnya (Tanaffus), sekaligus akan terhindar dari akhiran baca yang kurang

harmonis, karena kehabisan nafas dan juga akan terhindar dari bacaan yang terlalu

cepat (tergesa-gesa) untuk mengejar sampainya nafas.

Oleh karena itulah seorang Qori‟ harus berusaha memelihara dan

meningkatkan masalah nafas ini dengan cara sebagai berikut:

Caranya adalah: Cara Pertama Kedua tangan dirapatkan kemuka sambil

mengatur nafas, cara Kedua Perlahan-lahan kedua tangan dilebarkan ke samping

kiri dan kanan sambil menarik nafas dalam-dalam kemudian ditahan sejenak

33

M. Misbachul Munir, Pedoman lagu-lagu Tilawah Quran (dilengkapi dengan Ilmu

Tajwid & Qasidah), (Surabaya: Apollo Lesti, 1997), p. 16.

Page 28: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

28

(kira-kira 3 detik), dan yang terakhir yang Ketiga kedua tangan kembali

dirapatkan pelan-pelan sambil menahan nafas dan jangan keburu dirapatkan

sebelum nafas betul-betul habis.

Setelah melakukan cara pertama dengan menahan nafas, maka lakukanlah

cara kedua (sebagaimana bentuk gerakan diatas) dengan membunyikan huruf-

huruf: aaa......... iiii......, uuu ....., dari suara rendah, kemudian menengah dan

terakhir suara tinggi.

2) Lari

Melatih nafas bisa juga dengan cara berlari terutama lari pagi adapun

ukuran jauhnya untuk pertama kali sekurang-kurangnya 1 km. Bolak-balik.

Apabila ingin lebih jauh (lebih lama lagi) lebih baik, asal tenaga masih mampu.

Selain itu manfaat manfaat berlari juga untuk menjaga pemeliharaan tubuh agar

tetap prima terutama pada bagian perut yang menjadi sumber kekuatan suara.

3) Renang

Renang bisa juga untuk latihan memperpanjang nafas. Caranya

sebagaimana aturan renang pada umumnya. Boleh juga dengan cara menyelam

kedalam air, sambil memakai alat pengontrol waktu, agar mengetahui sampai

seberapa lama kekuatan nyelamnya.34

34 Munir, Pedoman lagu-lagu Tilawah Quran..., p. 20.

Page 29: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

29

4) Suara

Bagian yang tidak kalah pentingnya lagi dalam seni membaca Alquran

adalah masalah suara, sebagaimana diketahui bahwa suara manusia itu sering

mengalami banyak perubahan, sejalan dengan bertambahnya usia atau karena

masa-masa yang dilaluinya, yaitu dari masa anak-anak, remaja, dewasa sampai tua

renta.

Dalam kaitannya dengan keperluan seni baca Alquran, maka yang paling

banyak perannya adalah pada masa akhir anak-anak, remaja, dan dewasa.

Terjadinya perubahan-perubahan tersebut pada umumnya adalah dari masa anak-

anak ke remaja, disitulah akan terjadi perubahanperubahan yang sangat

mengejutkan, yaitu antara usi 14 sampai 16 tahun.

Suatu contoh, ketika masih anak-anak bisa bersuara lantang, tinggi

melengking serta nyaring dengan hanya memakai suara luar saja. Tetapi setelah

menginjak usia remaja, secara tiba-tiba suara tersebut sudah berubah total menjadi

berat sekali (Nggelogori-Jawa).

Jika suara seperti ini dipakai untuk keperluan seni baca Alquran yang rata-

rata memerlukan suara/nada tinggi, tentu sangat berpengaruh sekali dengan

bacaannya, bahkan kalau dipaksakan bisa menjadi suara yang pecah.

Untuk itulah bagi para Qori/Qori‟ah yang mengalami perubahan suara

seperti itu harus berusaha menggabungkan suara luarnya dengan suara dalam,

yaitu suara menekan (ngeden-Jawa), yang bersumber dari perut. Memang pada

mulanya kurang begitu enak didengar (kaku), dan tentunya memerlukan latihan

Page 30: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

30

secara kontinyu juga kesabaran agar bisa menggabungkan serta

mengkombinasikan kedua macam suara tersebut sehingga menjadi halus dan

merdu. Jika sudah bisa menggabungkan dengan sempurna, maka manfaat lain dari

suara tersebut adalah nafas bisa lebih hemat.35

Perubahan-perubahan secara menyolok tersebut biasanya dialami oleh

kaum laki-laki, sedangkan suara wanita pada umumnya memakai suara luar saja

sudah cukup tinggi, walaupun diantaranya ada juga yang memakai suara dalam.

Untuk memelihara serta menghaluskan suara, memang ada beberapa hal

yang harus dilakukan dan juga harus dijauhi, yaitu tantangan makanan dan

minuman.

Makanan-makanan yang harus dijauhi adalah yang banyak mengandung

lemak (berminyak), terlalu panas, goreng-gorengan. Pedas-pedas, makanan yang

keras, merokok, nanas, pisang, dan lain-lain yang tedapat serat atau getah.

Sedangkan minum-minuman yang harus dihindari adalah seperti: es,

minuman yang banyak santannya, kopi/teh yang terlalu banyak kadar gulanya,

minuman yang terlalu panas dan lain-lain.

Adapun hal-hal yang bisa memberatkan suara adalah seperti: makan yang

terlalu kenyang, ketidak stabilan dalam tidur, yakni, kekurangan atau terlalu

banyak tidur. Faktor lainnya adalah terjadinya perubahan cuaca maupun udara

yang terlalu dingin sehingga berpengaruh sekali pada suara.

35 Munir, Pedoman lagu-lagu Tilawah Quran..., p. 21.

Page 31: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

31

Perlu kita ketahui bahwa jenis-jenis suara yang dimiliki oleh manusia baik

laki-laki maupun wanita, atau suara anak-anak maupun suara orang-orang dewasa

ada perbedaannya. Jenis-jenis suara yang dimiliki oleh manusia itu antara lain.36

Jenis Suara Laki-Laki

a. Tenor; volume ini adalah jenis suara yang tinggi

Tenor adalah suara tinggi pada penyanyi pria, secara umum tenor terletak

diantara nada C3 (nada C satu oktaf diatas nada C natural) sampai nada A4 (nada

A di atas nada C tengah) dalam paduan suara dan sampai C5 untuk penyanyi solo.

Ada beberapa penyanyi tenor yang memiliki rentang suara lebih ekstim yakni dari

B b 2 (dua B b di bawah C natural) sampai ke nada F5 (dua F di atas C tengah).

Kata tenor juga dipakai oleh beberapa jenis alat musik seperti saksofon

untuk mengindikasikan rentang nada yang dihasilkan dari alat musik tersebut. Di

dalamopera, nada terendah tenor bisa sampai ke A2, walaupun hanya sedikit

sekali yang lebih rendah dari C3, dan nada terendah dari C3, dan nada tertinggi

bisa sampai ke C5. Di dalam teater musikal, nada tenor biasanya ditulis dari B b 2

and nada tinggi sampai G5 Kata tenor berasal dari bahasa latin tenere yang berarti

menahan. Dalam polifoni abad pertengahan dan Renaissance antara sekitar 1250

dan 1500 tenor merupakan suara dasar yang dijadikan rujukan untuk menentukan

suara-suara yang lain.

Contohnya: seperti H. Muamar

36 Munir, Pedoman lagu-lagu Tilawah Quran.., p. 24.

Page 32: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

32

b. Bariton; volume ini adalah jenis suara sedang, biasanya volume ini lebih

banyak yang menonjol.

c. Bas; volume ini adalah jenis suara rendah bunyinya dalam dan terang,

orang yang punya suara ini biasanya lebih mudah memainkan lagu.

Bass adalah jenis suara terendah penyanyi pria, biasanya mempunyai

jangkauan dari nada E2 sampai E4. Walaupun demikian, beberapa penyanyi yang

nada rendahnya bisa sangat ekstrim, bisa mencapai nada C2.37

Nada bass bisa dihasilkan baik dari suara manusia ataupun dari alat musik.

Sesuai dengan namanya bass juga berfungsi sebagai root atau paduan suara

sejenis pria male choir.

Beberapa alat musik yang bersuara bas:

1. Gitar Listrik (listrik)

2. Double Bass (akustik).

Jenis Suara Wanita

a. Sopran:

1. Sopran tinggi lebih tinggi lagi, volume-volume ini biasanya tidak benar.

Sopran adalah suara tertinggi dalam klafikasi vokal didalam budaya musik

klasik barat. Istilah spran berasal dari bahasa italia „sopra‟ yang berarti melampaui

dan juga bahasa latin „supra‟ yang berarti super. Dalam masa kini, istilah sopran

37 Munir, Pedoman lagu-lagu Tilawah Quran..., p. 24.

Page 33: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

33

hanya digunakan untuk penyanyi wanita yang memiliki jarak suara sopran. Dalam

paduan suara, standar jarak suara sopran adalah yaitu dari C4 hingga satu

setengah oktaf keatas mencapai G5/A5.

Sejarah Di dalam sejarah musik barat, sopran digunakan pada abad 16

untuk menyebut bagian suara paduan suara paling tinggi yang biasa dinyayikan

oleh anak lelaki. Pada abad 16 dan 17, agama kristen dan di Eropa melarang kaum

wanita untuk bertampil di tempat umum dan khususnya di katedral dan gereja.

Dengan berkembangnya opera, pelan-pelan wanita diperlukan. Dengan

dilarangnya wanita untuk menyanyi di panggung, penyanyi kasastri

digunakan,dan masih terus dipergunakan hingga akhir musik baroque. Dengan

perkembangan agama kristen protestan, doktrin katoli lambat laun memudar dan

penyanyi dalam paduan suara di gereja ataupun di opera. Sejak masa tersebut,

istilah sopran dipergunakan untuk suara wanita dan suara sopran anak-anak

(sopran trebel).38

2. Sopran dramatis, volume ini lebih luas dengan bunyi yang lebih penuh

kearah

bawah.

3. Mezzo Sopran, volume ini antara volume sopran dan volume alto.

b. Alto:

38 Munir, Pedoman lagu-lagu Tilawah Quran..., p. 25.

Page 34: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

34

Volume jenis ini biasanya punya suara khas. Untuk suara ini banyak

memerlukan udara, karena volumenya adalah rendah, tetapi banyak dan kadang-

kadang ada juga orang yang mempunyai suara alto dapat bersuara tinggi, seperti

suara sopran paling tinggi.

Kadang-kadang juga terdapat kelainan pada suara, seperti jenis suara laki-

laki selain mempunyai suara tenor, bariton dan bas, juga mempunyai jenis-jenis

suara wanita. Yaitu sopran dan alto terutama laki-laki yang belum dewasa, tetapi

setelah dewasa kadang-kadang berubah, dan ini biasanya karena banyak latihan

dengan suara sopran dan alto atau karena faktor lain. Lain pula halnya dengan

wanita pada umumnya, tidak terdapat suara seperti suara laki-laki, kalaupun ada

ini sesungguhnya mengagumkan dan tentunya jarang sekali sekali ada. Nada-nada

alto dan bas suara keluar dari dada dan perut, tidak seperti nada-nada sopran dan

tenor yang tinggi dan seolah-olah suaranya keluar dari kepala.

Ada beberapa cara yang dianggap lebih cepat berhasil menguasai serta

memahami lagu-lagu Tilawah Quran, sehingga bisa menyusun lagu sendiri

dengan komposisi lagu yang cukup memenuhi syarat, yaitu:

a.) Melalui Tape (Tip) Recorder

Alat ini banyak sekali hasil dan manfaatnya dalam kaitannya mempercepat

menguasai lagu-lagu Tilawah Quran, karena dengan sering mendengarkan,

kemudian mencobanya berulang-ulang, maka lama-kelamaan akan melekatlah

lagu-lagu tersebut kedalam ingatan.

b.) Menghafal Tausyih (patokan) nya

Page 35: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

35

Di dalam bait-bait syair Tausyih yang bisa dijadikan standart (patokan)

untuk lagu-lagu Tilawah Quran itu terdapat cabang-cabang maupun fariasi yang

cukup lengkap, sehingga dengan menghafal/ mengingatnya akan lebih mudah

menerapkan ke dalam ayat-ayat Alquran.

c.) Dengan Menghafal Lagu Basmalah

Maksudnya adalah menghafal Basmalah tiap-tiap lagu awalnya (aslinya)

satu contoh lagu Nahawand misalnya, jika sudah hafal betul lagu Basmalahnya,

maka untuk meneruskan ke nada berikutnya akan lebih mudah. Jadi kuncinya

adalah terletak pada lagu Basmalahnya. Cukup dengan menghafal 8 macam

Basmalah saja.39

Seperti juga lagu-lagu lainnya yang bisa digunakan untuk hal-hal yang

bernada gembira atau yang sedih (melas-Jawa), maka lagu-lagu Tilwah Quran pun

demikian. Misalnya kalau kebetulan ayat-ayat yang dibaca menceritakan tentang

kabar gembira seperti mendapat nikmat, datangnya utusan Allah Swt. padahal

orang-orang beriman, orang dibawakan juga bernadakan gembira. Sebaliknya

bilamana ayat-ayat yang dibaca menerangkan tentang ancaman, siksa, atau azab

neraka, maka lagu-lagu yang dibawakan juga bernadakan sedih.40

Adapun lagu-

lagu yang bernada gembira antara lain:

39 Munir, Pedoman lagu-lagu Tilawah Quran..., p. 32. 40 Munir, Pedoman lagu-lagu Tilawah Quran..., p. 33.

Page 36: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

36

1. Lagu Bayyati adalah lagu yang paling banyak digunakan oleh para qori‟.

Untuk setiap lomba qiroah, biasanya Lagu Bayati tidak pernah dihilangkan

dan sudah menjadi semacam lagu wajib.

2. Rosta alan nawa memeliki variasi tiga lagu. Pertama adalah lagu rost

variasi Usyaq. Kedua adalah lagu Rost variasi Zanjiron. Sedang variasi

lagu Rost ketiga adalah lagu Rost variasi Syabir Alarros. Sedang begitu,

tingkatan nada pada lagu Rost hanya ada dua tingkatan. Tingkatan nada

tersebut adalah nada jawab dan nada jawabul jawab.

3. Nahawand variasi lagu pada lagu Nahawand adalah lagu nahawand variasi

nuqrosy dan lagu Nahawand variasi Murokkab. Lagu Nahawand variasi

Nuqrosy memiliki nada rendah, berbeda dengan lagu Nahawand variasi

Murokkab yang memiliki nada tinggi dalam lagu Nahawand. Tambahan,

tingkatan nada dalam lagu Nahawand hanya ada dua, yaitu jawab dan

jawabul jawab,

Sedangkan lagu-lagu yang bernada sedih (melas) yang ada dalam ilmu

tilawah dan lagu ini terdiri dari empat tingkatan yang harus di pelajari dan di

kuasai oleh qori yaitu :

1. Lagu Sika memiliki empat variasi lagu. Pertama, laguSika Variasi Misri.

Kedua, Lagu Sika Variasi Tuki. Ketiga dan keempat adalah lagu Sika

variasi Roml dan lagu Sika terdiri dari Nada Qoror atau nada rendah, nada

jawab atau disebut juga nada tengah, dan nada jawabul jawab sebagai nada

tinggi.

Page 37: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

37

2. Lagu Jiharka memiliki satu variasi saja, yaitu lagu jiharka variasi Kurd.

Tingkatan nada dalam lagu Jiharka sendiri terdiri dari dua tingkatan nada.

Nada pertama adalah nada jawab. Sedang nada kedua adalah nada jawabul

jawab.

3. Hijaz adalah macam-macam lagu qiroah yang berikunya Lagu Hijaz itu.

Variasi pada lagu hijaj berjumlah 4 macam variasi. Variasi pertama adalah

lagu Hijaz, variasi Kar yang memiliki nada tengah pada barisan lagu

Hijaz. Variasi kedua adalah Lagu Hijaz variasi Karkur yang memliki nada

jawab. Variasi ketiga dan keempat adalahLagu Hijaz variasi Naqrisy dan

lagu variasi Kur.

4. Shoba dalam qiroah memiliki dua tingkat nada. Satu, adalah lagu shoba

tingkatan jawab. Tingkatan kedua adalah lagu shoba tingkatan jawabul

jawab. Lagu jawab merupakan lagu tingkatan nada rendah. Sedang untuk

lagu tingkatan nada tinggi adalah jawabul jawab.

Kegunaan lagu-lagu Tilawah Quran selain bisa diterapkan dengan bacaan

Tahqiq (bacaan lambat/pelan, seperti dalam aturan Musabaqoh Tilawatil Quran),

juga bisa diterapkan pada bacaan Tartil. (yaitu bacaan sedang, tidak terlalu lambat

juga tidak terlalu cepat, seperti yang biasa dibaca dalam Tadarrus Alquran

maupun bacaan ayat-ayat Alquran dalah Shalat), bahkan pada bacaan-bacaan yang

lebih cepat lagi dari keduanya, seperti bacaan Tadwir atau Hadr. Caranya cukup

dengan suara yang sedang saja, tidak perlu memakai nada tinggi, juga mengurangi

fariasi-fariasinya, lagu-lagu dan cabangnya maupun ukuran panjang pendek

bacaannya, tentunya harus sesuai dengan aturan Ilmu Tajwid jelasnya, apabila

Page 38: BAB II GAMBARAN UMUM LIVING QURAN DI BIDANG TILAWAH A ...

38

lagu-lagu tersebut dipakai untuk keperluan bacaan-bacaan yang lebih cepat, maka

gaya lagunya harus disederhanakan.

Perlunya kita terapkan lagu-lagu Tilawah Quran ke dalam bacaan-bacaan

semacam Tartil dan lain-lain. Adalah agar dalam membaca Alquran kita bisa lebih

berfariasi dan tidak cepat jemu dengan hanya memakai satu atau dua lagu saja,

tetapi bisa memakai semua lagu yang ada dengan cara berganti-ganti. Misalnya

hari ini membaca Alquran dengan memakai lagu Bayyati, besok lagu Hijaz, lusa

lagu Sika dan lain-lain.

Lagu-lagu tersebut bisa juga diterapkan pada bacaan yang lain, seperti

Adzan, berdoa atau syair-syair Qasidah. Khususnya untuk keperluan lagu-lagu

Qasidah, maka bisa lebih bebas membawakan fariasi maupun hoya lagu yang

bemacam-macam; dan tidak banyak terikat sebagaimana untuk keperluan baca

Alquran yang harus mengikuti aturan Tajwidnya, sebab perlu diketahui, bahwa

kegunaan/fungsi lagu hanyalah sebagai alat untuk memperindah bacaan Alquran

saja, sedangkan bacaan Alquran itu sendiri mempunyai aturan-aturan yang wajib

diikuti, dan tidak boleh dikalahkan oleh lagu, bahkan sebaliknya lagulah yang

harus mengikuti untuk tunduk pada aturan-aturan bacaan Alquran (bertajwid).41

41 Munir, Pedoman lagu-lagu Tilawah Quran..., p. 34.