BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI...
Transcript of BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI...
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-1
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI
2.1.1. Karakteristik lokasi dan wilayah
1) Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Luas wilayah Kota Tanjungbalai sebesar 6.052 Ha atau 60,52 km2 dan menjadi
wilayah terkecil di Sumatera Utara selain Kota Sibolga dan Kota Tebing Tinggi.
Wilayah admisnistrasi Kota Tanjungbalai terbagi ke dalam 6 kecamatan dan 31
kelurahan. Kecamatan Datuk Bandar menjadi wilayah terluas dengan luas wilayah
mencapai 2.249 Ha atau sekitar 37,16 persen dari seluruh luas Kota Tanjungbalai,
sedangkan Kecamatan Tanjungbalai Utara menjadi wilayah terkecil dengan luas 84 ha
atau hanya sekitar 1,39 persen dari seluruh luas Kota Tanjungbalai.
Gambar 2.1. Luas Kota Tanjungbalai Berdasarkan Kecamatan (ha)
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
Secara administratif, semua bagian wilayah Kota Tanjungbalai berbatasan langsung
dengan Kabupaten Asahan. Batas wilayah Kota Tanjungbalai secara rinci adalah
sebagai berikut:
Sebelah utara : Kecamatan Tanjungbalai Kabupaten Asahan
Sebelah selatan : Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan
Sebelah barat : Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan
Sebelah timur : Kecamatan Sei Kepayang Kabupaten Asahan
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-2
Gambar 2.2.
Peta Administrasi Wilayah Kota Tanjungbalai
Sumber: RTRW Kota Tanjungbalai Tahun 2013-2033
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-3
2) Letak dan Kondisi Geografis
a. Posisi Astronomis
Kota Tanjungbalai terletak di antara 2˚58’15”- 3˚01’32” Lintang Utara dan 99˚48’00”-
99˚50’16” Bujur Timur dan berada pada pertemuan 2 (dua) sungai besar yaitu Sungai
Asahan dan Sungai Silau yang bermuara ke Selat Malaka, memiliki akses yang sangat
mudah menuju tempat wisata internasional yakni kawasan Danau Toba. Oleh
karenanya kini Kota Tanjungbalai memiliki sebutan baru yakni ”Mutiara Selat Malaka
di Hilir Danau Toba”.
b. Posisi Geostrategis
Kota Tanjungbalai berada sekitar 184 km dari Medan sebagai ibukota Sumatera Utara.
Meskipun relatif tidak terlalu dekat dengan ibukota provinsi, Kota Tanjungbalai
diuntungkan karena terletak pada pertemuan dua sungai besar yaitu Sungai Asahan
dan Sungai Silau yang bermuara ke Selat Malaka. Kondisi tersebut menjadikan Kota
Tanjungbalai sebagai jalur perdagangan internasional dan menjadi tempat lalu lintas
barang dan jasa yang relatif ramai di pesisir Timur Pulau Sumatera.
c. Kondisi/Kawasan
Kota Tanjungbalai berada di wilayah pesisir pantai Timur Sumatera Utara tepatnya
berada di tepi Sungai Asahan yang merupakan sungai terpanjang di Sumatera Utara.
3) Topografi
a. Ketinggian Lahan
Secara umum, wilayah Kota Tanjungbalai terletak pada 0-3 m dari atas permukaan
laut atau berupa dataran rendah dengan dominasi jenis tanah alluvial, latosol, dan
pasir. Kecamatan Datuk Bandar menjadi daerah tertinggi dengan tinggi wilayah sekitar
3 meter di atas permukaan laut. Sedangkan Kecamatan Teluk Nibung menjadi daerah
terendah dengan tinggi wilayah hanya sekitar 0-1 meter di atas permukaan laut.
Posisi Kota Tanjungbalai yang dilalui dua sungai besar menyebabkan tingkat
kesuburan tanahnya dipengaruhi oleh pasang surut air, sehingga tidak jarang wilayah
Kota Tanjungbalai digenangi oleh air dan menjadi kawasan rawa-rawa.
Tabel 2.1. Tinggi Wilayah di Atas Permukaan Laut (DPL) Menurut
Kecamatan di Kota Tanjungbalai, 2015
No Kecamatan Tinggi (m)
1 Datuk Bandar 3
2 Datuk Bandar Timur 2
3 Tanjungbalai Selatan 2
4 Tanjungbalai Utara 2
5 Sei Tualang Raso 1,5
6 Teluk Nibung 0-1
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-4
b. Kemiringan Lahan
Data kemiringan suatu wilayah berkaitan dengan bentuk bentang alam dan
kemiringannya, antara lain: data morfologi dan kemiringan lereng. Ditinjau dari
kondisinya, Kota Tanjungbalai memiliki kemiringan lahan 0-2% menjadikan permukaan
tanah di seluruh wilayah merupakan dataran yang hampir rata.
4) Geologi
a. Struktur dan Karakteristik
Berdasarkan data Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Direktorat Jenderal
Pertambangan Umum, jenis batuan yang terdapat di Kota Tanjungbalai, meliputi
alluvium muda yang terdapat di seluruh kecamatan yang terdapat di Kota
Tanjungbalai, alluvium tua (kerikil, pasir, lempung) yang tersebar di Kecamatan Datuk
Bandar, dan aneka terobosan yang menyebar di sebagian Kecamatan Datuk Bandar
dan Kecamatan Sei Tualang Raso.
b. Potensi
Potensi sumber daya alam bila ditinjau dari sisi geologi adalah Galian golongan C
berupa pasir yang tersebar di sepanjang Sungai Silau dan sebagian Sungai Asahan.
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-5
Gambar 2.3.
Peta Wilayah Kota Tanjungbalai berdasarkan Geologi
Sumber: RTRW Kota Tanjungbalai Tahun 2013-2033
5) Hidrologi
a. Sungai
Selain Sungai Asahan dan Sungai Silau yang bermuara ke Selat Malaka, Kota
Tanjungbalai juga dialiri beberapa sungai kecil. Sungai-sungai kecil tersebut di
antaranya adalah Sungai Pematang, Sungai Merbau, Sungai Kapias, dan Sungai Raja
yang bermuara ke Sungai Asahan dan Sungai Silau.
Kondisi air sungai saat ini telah mengalami pencemaran. Hal tersebut disebabkan oleh
limbah perkotaan dan pembuangan sampah ke sungai. Selain itu, penurunan kualitas
air sungai juga disebabkan oleh pencucian pasir-pasir maupun akibat dari lahan yang
telah menjadi terbuka karena tidak ada vegetasi penutup, sehingga air dapat mengalir
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-6
bebas ke badan-badan air. Diketahui bahwa jika vegetasi tidak ada, maka air hujan
langsung jadi overland flow dan biasanya membawa material-material yang dapat
mengurangi kualitas air sungai.
Tabel 2.2.
Panjang dan Lebar Sungai di Kota Tanjungbalai, 2015
Nama Sungai Panjang
(Km) Lebar
(m)
Sungai Bandar Jaksa 8,2 10
Sungai Bandar Jepang 5,1 6,1 s/d 5,6
Sungai Bandar Sipoyong 6 6
Sungai Kanal Sultan 4 10,15
Sungai Giam I 6,5 6
Sungai Aek Noto 1,75 20
Sungai Parit Kangkung 1,5 20
Sungai Sei Giam II 2,35 6
Sungai Pantai Burung 4,25 25
Sungai Kapias 4,2 35
Sungai Tanjung Medan 6 30
Sungai Sarap 2,1 25
Sungai Daun Besar 1,5 25
Sungai Merbau 4,5 25
Sungai Rintis 2 25
Sungai Mata Halasan 1,2 3
Sungai Silau 7 125
Sungai Asahan 7,5 700 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
b. Debit
Debit sungai sangat fluktuatif tergantung curah hujan. Perbedaan antara debit tertinggi
dengan debit yang terendah dalam satu tahun kadang cukup signifikan. Debit air yang
cukup besar di Kota Tanjungbalai adalah Sungai Silau dan Sungai Asahan. Rata debit
air pada Sungai Silau adalah ± 95,47 m3/dt.
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-7
Gambar 2.4.
Debit Rata- Rata Bulanan Sungai Asahan
Sumber: Dinas PSDA Provsu
Gambar 2.5.
Debit Rata- Rata Bulanan Sungai Silau
Sumber: Dinas PSDA Provsu
6) Klimatologi
a. Suhu dan Kelembaban
Suhu udara rata-rata Kota Tanjungbalai sekitar 250C-32
0C. Kota Tanjungbalai beriklim
tropis serta mengalami musim hujan dan musim kemarau, relatif sama dengan wilayah
lainnya yang berada di Sumatera Utara. Iklim Kota Tanjungbalai diklasifikasikan
sebagai Af (iklim hutan hujan tropis) berdasarkan sistem Koppen-Geiger dengan
kelembaban suhu udara rata-rata Kota Tanjungbalai sekitar 27,90C dan memiliki
Presipitasi rata-rata 18,63 mm dengan kelembaban udara rata-rata 77% -98%.
Lokasi yang berada dekat dengan laut membuat Kota Tanjungbalai tergolong daerah
yang panas. Selama Tahun 2015 tercatat bahwa temperatur Kota Tanjungbalai
mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Suhu
maksimum mencapai 370C yang terjadi pada bulan Juni, sedangkan suhu minimum
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-8
mencapai 190C yang terjadi pada bulan Februari. Peningkatan suhu di Kota
Tanjungbalai, salah satunya disebabkan peningkatan polusi udara akibat peningkatan
debu dari kendaraan truk yang mengangkut pasir serta tiupan angin di lokasi tambang
yang tidak memiliki vegetasi yang cukup.
Tabel 2.3. Temperatur Rata-rata di Kota Tanjungbalai, 2011-2015
Tahun Rata-rata Temperatur (0C)
Minimum Maksimum
2011 27,93 23,54 32,32
2012 28,10 23,63 32,57
2013 27,91 23,95 31,86
2014
2015
27,61
28,21
23,56
23,75
31,66
32,68
Sumber: www.freemeteo.co.id, 2016
b. Curah hujan
Musim kemarau dan musim hujan biasanya ditandai dengan banyaknya hari hujan dan
volume curah hujan pada bulan terjadinya musim. Pada periode 2015, musim hujan
terjadi di Kota Tanjungbalai pada Bulan Juli-Agustus dan Bulan Nopember. Sementara
musim kemarau terjadi pada Bulan Juni dan Bulan September-Oktober. Sesuai data
yang dimuat di Kota Tanjungbalai dalam angka 2015, berdasarkan data Balai
Informasi Penyuluhan Pertanian (BIPP) pada periode 2015 di wilayah Kota
Tanjungbalai terdapat 109 hari hujan dengan volume curah hujan sebanyak 1.601 mm.
Curah hujan terbesar terjadi pada Bulan Juli-Agustus yaitu 258 mm dengan hari hujan
sebanyak 14 hari. Sedangkan curah hujan terkecil terjadi selama Oktober dengan
curah hujan sebesar 53 mm dengan hari hujan 5 hari. Jika dilihat dari banyaknya
curah hujan yang turun, puncaknya terjadi pada Bulan Nopember, sedangkan musim
kemarau puncaknya terjadi pada bulan Oktober.
Gambar 2.6.
Rata-rata Jumlah Hujan dan Curah Hujan Setiap Bulan
di Kota Tanjungbalai, 2015
Sumber: Balai Informasi Penyuluhan Pertanian(BIPP) Kota Tanjungbalai, 2016
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-9
7) Penggunaan lahan
a. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam. Jenis kawasan
budidaya yang terdapat di Kota Tanjungbalai meliputi:
1. Kawasan perumahan;
2. Kawasan perdagangan dan jasa;
3. Kawasan perkantoran;
4. Kawasan peruntukan industri
5. Kawasan peruntukan pariwisata
6. Kawasan ruang terbuka non hijau kota
7. Kawasan pelabuhan
8. Kawasan perikanan
b. Kawasan Lindung
Penetapan kawasan ini didasarkan pada kondisi fisik dasarnya yang rentan/rawan
bencana genangan/banjir serta kekhasan daerah Kota Tanjungbalai yang dikelilingi
aliran sungai besar seperti Sungai Silau dan Sungai Asahan. Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kota Tanjungbalai Tahun 2013-2033, meliputi:
1. Kawasan perlindungan setempat
2. Kawasan suaka alam dan cagar budaya
3. Kawasan rawan bencana alam
4. Kawasan ruang terbuka hijau
Berdasarkan hasil perhitungan daya dukung dengan menggunakan konsep
perhitungan sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2009, Kota
Tanjungbalai mempunyai status daya dukung lahan yang defisit terhadap penduduk
yang tinggal di Kota Tanjungbalai. Artinya, kebutuhan akan lahan lebih besar dari
ketersediaan lahan. Penurunan daya dukung lahan dipengaruhi oleh jumlah penduduk
yang terus meningkat, luas lahan yang semakin berkurang, persentase jumlah petani
dan luas lahan yang diperlukan untuk hidup layak, dan jenis komoditas yang ada di
wilayah setempat.
Berdasarkan hasil survei lapangan penggunaan lahan (terakhir dilakukan pada Tahun
2008) yang terdata di Kota Tanjungbalai terdiri dari penggunaan lahan terbangun
sebesar 57,31 persen dan lahan yang belum terbangun sebanyak 42,69 persen. Jenis
lahan terbangun yang terdapat di Kota Tanjungbalai terdiri dari bangunan perumahan,
perkantoran, fasilitas umum dan sosial, industri dan lain-lain. Sedangkan jenis lahan
non terbangunnya, antara lain persawahan, perkebunan rakyat, kebun campuran dan
lain-lain.
Survei lapangan terhadap penggunaan lahan di Kota Tanjungbalai. Jumlah
penggunaan lahan tertinggi di Kota Tanjungbalai adalah untuk lahan perkebunan
(pertanian) yaitu seluas 2.507,429 Ha atau sekitar 73,38 persen dari keseluruhan
lahan yang tersedia.
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-10
Gambar 2.7.
Penggunaan Lahan di Kota Tanjungbalai, 2008
Sumber: RTRW Kota Tanjungbalai Tahun 2013-2033
2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah
Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan wilayah yang memiliki potensi untuk
dikembangkan sebagai kawasan budidaya.
Tabel 2.4. Rencana Pola Ruang kawasan Budidaya Kota Tanjungbalai
No Rencana Pola Ruang Kawasan
Uraian
1. Kawasan Peruntukan Perumahan
Permukiman Kepadatan Tinggi (>150 bangunan/ha) - Direncanakan 91 ha - Kecamatan Tanjungbalai Utara dan
Tanjungbalai Selatan (Pusat Pelayanan Kota)
- Kecamatan Teluk Nibung (SPPK 4) - Kecamatan Sei Tualang Raso (SPPK 3) - Kecamatan Datuk Bandar Timur (SPPK 2) Permukiman Kepadatan Sedang (51-150 bangunan/ha) - Direncanakan 163 ha - tersebar di Kecamatan Datuk Bandar, Datuk
Bandar Timur, Sei Tualang Raso, dan Teluk Nibung
Pemukiman Kepadatan Rendah (0-50 bangunan/ha) - tersebar pada hampir seluruh kelurahan
pada tiap kecamatan.
2. Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa
Kawasan pasar tradisional - seluas ± 3,5 ha - dikembangkan pada Kelurahan Sirantau,
Indra Sakti, Karya, Perjuangan dan Sei Raja
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-11
Kawasan pusat perbelanjaan - seluas ± 5 ha - dikembangkan pada Kelurahan Mata
Halasan, Tanjungbalai Kota II dan Tanjungbalai Kota III
Kawasan Toko Modern - seluas ± 3 ha - dikembangkan pada Kelurahan Indra Sakti,
Karya dan Perwira
3. Kawasan Perkantoran - seluas 69 ha - Kawasan perkantoran pemerintahan
dipertahankan pada kondisi existing - Kawasan perkantoran swasta di
Kelurahan Bunga Tanjung
4. Kawasan Peruntukan Industri Kawasan industri kecil dan mikro - seluas ± 6,15 ha - dikembangkan untuk mendukung sektor
industri, terdapat di Kelurahan Sijambi dan Keramat Kubah
Kawasan industri menengah - seluas ± 342,08 ha - diperuntukkan industri menengah bidang
pengolahan hasil perikanan dan perkebunan di Kecamatan Sei Tualang Raso dan Kecamatan Teluk Nibung
5. Kawasan Pariwisata seluas ± 157 ha - Wisata budaya diarahkan di kawasan
bangunan bersejarah - Wisata buatan diarahkan pada
pengembangan Kawasan Perdagangan Terpadu dan dermaga penyebrangan/Water Front City di Kelurahan Indra Sakti (Kecamatan Tanjungbalai Selatan) dan Pulau Simardan
- Wisata alam diarahkan pada pengembangan pulau-pulau di Sungai Asahan.
6. Ruang Terbuka Non Hijau - seluas ± 7,25 ha - pelataran parkir, perkantoran,
perdagangan dan jasa di Kel. Sijambi, Indra Sakti dan Tanjungbalai Kota IV
- lapangan upacara dan olah raga mempertahankan kondisi existing
- pembatas/median jalan dan koridor antar bangunan di Kelurahan Sijambi
7. Ruang Evakuasi Bencana - merupakan ruang evakuasi darurat untuk tempat berlindung dan penyaluran bantuan sosial di Lapangan Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah, gedung serbaguna dan lapangan bola di Teluk Nibung
8. Kawasan Pertanian - seluas ± 1.591 ha - diarahkan pada tanaman pangan di
Kecamatan Datuk Bandar - kawasan hortikultura dengan komoditas
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-12
kelapa, kelapa sawit dan palawija
9. Kawasan Sektor Informal - seluas ± 0,23 ha - Kegiatan pedagang kaki lima menempati
lokasi Tanjungbalai Food Court, kegiatan perdagangan dan jasa di Water Front City, pasar tradisional dan jalan-jalan utama
10. Kawasan Peruntukan Perikanan
- seluas ± 3 ha - Pengelolaan perikanan darat diarahkan di
Kelurahan Selat Tanjung Medan, Sijambi, Pantai Johor, Pahang dan Pasar Baru
- Pembibitan benih ikan (lele, nila, gurame, mas dan udang galah) di Kelurahan Sijambi dan Kapias Pulau Buaya
Sumber: RTRW Kota Tanjungbalai Tahun 2013-2033
Kota Tanjungbalai memiliki kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan strategis.
Penetapannya karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkungan kota
terhadap ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup dan pertahanan keamanan.
Tabel 2.5. Rencana Pola Ruang kawasan Strategis Kota Tanjungbalai
No Rencana Pola Ruang Kawasan
Uraian
1. Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Ekonomi
Meliputi: - Kawasan pelabuhan Teluk Nibung di Kel.
Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung - Kawasan industri di Kel. Sei Raja Kec. Sei
Tualang Raso - Kawasan pergudangan di Kel. Perjuangan,
Beting Kuala Kapias, Kapias Pulau Buaya, Pematang Pasir dan Sungai Merbau Kec Teluk Nibung
- Kawasan pusat perdagangan dan jasa di Kel. Indra Sakti Kec. Tanjungbalai Selatan
- Kawasan perdagangan campuran serta hasil perikanan di kawasan di Kel. Indra Sakti Kec. Tanjungbalai Selatan
- Kawasan pariwisata di Kel. Selat Tanjung Medan Kec. Datuk Bandar Timur
2. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Sosial dan Budaya
Meliputi: - Diarahkan berupa kawasan cagar budaya
di sepanjang Jalan Mesjid, Jalan Asahan, Jalan Gereja dan Jalan Veteran ± 2,72 Ha di Kel. Indra Sakti dan Karya Kec. Tanjungbalai Selatan
- Kawasan Pertokoan Lama (Pecinan) dan Vihara di Kecamatan Tanjungbalai Utara dan Tanjungbalai Selatan
3. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Pertahanan dan Keamanan
Meliputi: - Kawasan TNI-AL seluas ± 0,49 ha di Kel.
Indra Sakti dan Karya Kec. Tanjungbalai Selatan
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-13
2.1.3. Wilayah Rawan Bencana
Identifikasi wilayah rawan bencana di Kota Tanjungbalai dilakukan sebagai bentuk
kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi berbagai bencana yang
berpotensi terjadi. Area Kota Tanjungbalai yang relatif berada di dataran rendah
dengan kemiringan wilayah hanya sekitar 0-3 meter di atas permukaan laut, membuat
Kota Tanjungbalai cenderung rawan terhadap genangan-genangan air baik yang
disebabkan oleh air hujan maupun dari pengaruh pasang surut air sungai. Potensi
banjir kiriman juga bisa saja terjadi karena posisi Kota Tanjungbalai yang berada di
antara pertemuan 2 (dua) sungai besar yakni Sungai Asahan dan Sungai Silau.
Wilayah yang relatif rawan terdampak banjir pada umumnya adalah wilayah yang
berada di sekitar aliran sungai yaitu di Kelurahan Pahang dan Kelurahan Gading
(Kecamatan Datuk Bandar), Kelurahan Bunga Tanjung, Selat Lancang, Selat Tanjung
Medan, Semula Jadi dan Kelurahan Pulau Simardan (Kecamatan Datuk Bandar
Timur).
Tabel 2.6.
Daerah Rawan Bencana Banjir di Kota Tanjungbalai, 2015
No Kecamatan Kelurahan
1. Datuk Bandar Kelurahan Pahang
Kelurahan Gading
2. Datuk Bandar Timur Kelurahan Bunga Tanjung
Selat Lancang
Selat Tanjung Medan
Semula Jadi
Pulau Simardan
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-14
Gambar 2.8.
Peta Wilayah Kota Tanjungbalai berdasarkan Rawan Banjir
Sumber: RTRW Kota Tanjungbalai Tahun 2013-2033
Selanjutnya beberapa kejadian bencana yang terjadi di Kota Tanjungbalai dalam kurun
waktu 2011-2015 diuraikan pada Tabel berikut:
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-15
Tabel 2.7.
Kejadian Bencana di Kota Tanjungbalai, 2011-2015
Tahun Kejadian Bencana Lokasi Kejadian Keterangan
2011 N/A N/A N/A
2012 Kebakaran Keramat Kubah, Tanjungbalai Kota IV, Tanjungbalai Kota III, Kuala Silau Bestari, Sejahtera,Tanjungbalai Kota I,Perwira, Karya, Indra Sakti, Pantai Burung, Kapias Pulau Buaya, Perjuangan, Pematang Pasir, Seluruh Kelurahan terrdapat pada Kecamatan Datuk Bandar, Selat Tanjung Medan, Semula Jadi, Pulau Simardan
31 kasus
2013 Banjir Sijambi, Gading, Pantai Johor, Sirantau, Pahang, Selat Lancang, Selat Tanjung Medan, Bunga Tanjung
Banjir tersebut merugikan penduduk sebanyak 5.747 kk dan korban meninggal 1 orang
Kebakaran Tanjungbalai Kota III, Sejahtera, Indrasakti, Sijambi, Pahang
5 kasus
2014 Kebakaran Tanjungbalai Kota I, Kapias Pulau Buaya, Perjuangan, Beting Kuala Kapias, Keramat Kubah
7 kasus
Angin Kencang Tanjungbalai Kota II, Perwira, Sijambi, Pantai Johor
6 kasus
2015 Kebakaran Tanjungbalai Kota IV, Kuala Silau Bestari, Kapias Pulau Buaya, Sei Merbau, Beting Kuala Kapias, Sijambi, Gading, Sirantau, Pahang, Keramat Kubah
28 kasus
Angin Kencang Sejahtera 1 kasus
Sumber: BPBD, 2016
2.1.4. Demografi
Dalam pelaksanaan pembangunan di suatu daerah, pengintegrasian penduduk
menjadi suatu hal yang teramat penting mengingat penduduk tidak hanya diperlakukan
sebagai obyek pembangunan, namun juga sebagai subyek pembangunan. Ketika
peran sebagai “subyek” pembangunan maka diperlukan upaya pemberdayaan untuk
menyadarkan hak penduduk dan meningkatkan kapasitas penduduk dalam
pembangunan. Hal ini menyangkut pembangunan sumber daya manusia yang
berkualitas. Selanjutnya Konsep people centered development merupakan konsep
yang mewadahi prinsip pembangunan yang berwawasan kependudukan yang meliputi
beberapa komponen yakni: pengendalian kuantitas penduduk; Peningkatan kualitas
penduduk; Penataan persebaran dan mobilitas penduduk; Pembangunan Keluarga
Sejahtera serta Manajemen database & informasi kependudukan. Untuk itu sasaran
serta program prioritas pembangunan jangka menengah ke depan untuk urusan
pengendalian penduduk harus mengacu pada prinsip dan konsep tersebut.
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-16
Kondisi penduduk Kota Tanjungbalai mengalami berbagai dinamika yang relatif
menantang untuk diatasi. Sebelum berpisah dari Kabupaten Asahan melalui Undang-
Undang Darurat No.9 tahun 1956, dengan luas hanya 199 ha Tanjungbalai pernah
menjadi kota terpadat di Asia Tenggara dengan kepadatan sekitar 20.000 jiwa/km2.
Hingga periode 2014, Kota Tanjungbalai dihuni oleh beragam suku di antaranya; Suku
Batak (Simalungun, Toba, Mandailing, Pakpak, dan Karo) 42,56 persen, Jawa 17,06
persen, Melayu 15,41 persen, Minang 3,58 persen, Aceh 1,11 persen, dan suku
lainnya sebanyak 20,28 persen. Sedangkan dari sisi agama yang dianut, sebagian
besar penduduk Kota Tanjungbalai beragama Islam dengan persentase 81,99 dari
seluruh populasi.
Gambar 2.9.
Persentase Penduduk Berdasarkan Suku dan Agama di Kota Tanjungbalai, 2015
Sumber: Kota Tanjungbalai dalam angka 2015
Penduduk yang dijadikan sebagai modal utama pembangunan daerah di Kota
Tanjungbalai mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Sampai dengan 2015, jumlah
penduduk Kota Tanjungbalai telah mencapai 167.012 jiwa, meningkat dibanding
periode 2013 yang sebesar 164.675 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduknya
sebesar 1,41 persen.
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-17
Gambar 2.10.
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Tanjungbalai, 2011-2015
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
Sampai dengan periode 2015, jumlah penduduk laki-laki masih mendominasi populasi
Kota Tanjungbalai dengan jumlah 84.197 jiwa, sedangkan jumlah penduduk
perempuan berjumlah 82.815 jiwa. Secara usia, penduduk usia 0-4 tahun merupakan
penduduk dengan jumlah terbanyak dibanding usia penduduk Kota Tanjungbalai
lainnya. Sampai dengan periode 2015, jumlah penduduk usia 0-4 tahun (balita)
mencapai 19.535 jiwa dengan jumlah balita laki-laki sebanyak 9.930 jiwa dan balita
perempuan sebanyak 9.605 jiwa.
Gambar 2.11. Piramida Penduduk Kota Tanjungbalai, 2015
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
Sementara itu jika dilihat dari persebaran penduduk menurut kecamatan, setiap
tahunnya selama 2011-2015 Kecamatan Teluk Nibung menjadi daerah dengan jumlah
penduduk terbanyak. Pada 2015, jumlah penduduk Kecamatan Teluk Nibung telah
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-18
mencapai 38.714 jiwa, atau mengalami penambahan sebanyak 2.635 jiwa
dibandingkan periode 2011.
Kecamatan Tanjungbalai Utara menjadi kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil.
Sampai dengan 2015, jumlah penduduk Kecamatan Tanjungbalai Utara sebanyak
17.153 jiwa. Meskipun demikian, Kecamatan Tanjungbalai Utara menjadi daerah
terpadat dibanding kecamatan lainnya di Kota Tanjungbalai. Sampai dengan 2015,
Kecamatan Tanjungbalai Utara memiliki kepadatan 20.420 jiwa/ha, sedangkan
Kecamatan Datuk Bandar menjadi daerah dengan kepadatan terkecil dengan
kepadatan 1.625 jiwa/ha.
Gambar 2.12.
Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Tanjungbalai menurut Kecamatan, 2011-
2015
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
Gambar 2.13.
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Tanjungbalai Menurut Kecamatan, 2015
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-19
Bila dilihat berdasarkan laju pertumbuhan penduduk menurut Kecamatan selama
Tahun 2011-2015, laju pertumbuhan setiap kecamatan tidak jauh berbeda. Kecamatan
Datuk Bandar Timur memiliki laju pertumbuhan terbesar dengan angka rata-rata
sebesar 1,1552 persen per tahun, sedangkan Tanjungbalai Utara dengan jumlah
penduduk terkecil juga memiliki laju pertumbuhan penduduk terkecil dibandingkan
kecamatan lainnya, yakni rata-rata sebesar 1,1535 setiap tahunnya.
Tabel 2.8.
Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2011-2015 Menurut Kecamatan
Kecamatan 2011 2015 Laju Pertumbuhan
Penduduk 2011-2015 (%)
Datuk Bandar 34.509 36.547 1,1542
Datuk Bandar Timur 27.509 29.135 1,1552
Tanjungbalai Selatan 19.737 20.903 1,1546
Tanjungbalai Utara 16.197 17.153 1,1535
Sei Tualang Raso 23.190 24.560 1,1546
Teluk Nibung 36.556 38.714 1,1537
Tanjungbalai 157.698 167.012 1,1543 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
2.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
1. Pertumbuhan PDRB
Salah satu indikator utama untuk mengukur kinerja pembangunan ekonomi daerah
adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Manfaat yang dapat diperoleh dari
data PDRB adalah: (1) Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi; (2) Untuk
mengetahui struktur perekonomian; (3) Untuk mengetahui besarnya PDRB per kapita
penduduk dan (4) Untuk mengetahui tingkat inflasi.
a. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya pendapatan per kapita riil bersumber dari
dalam suatu daerah yang berlangsung terus-menerus. Untuk kepentingan analisis
ekonomi, dapat digunakan pertumbuhan PDRB riil sebagai indikator pertumbuhan
ekonomi dan dilihat melalui laju pertumbuhan ekonomi dengan data series dari tahun
ke tahun.
Selama lima tahun terakhir, PDRB Kota Tanjungbalai mengalami tren meningkat
setiap tahunnya. Nilai PDRB Kota Tanjungbalai atas dasar harga konstan pada
periode 2015 telah menembus sekitar Rp 4,637 triliun, atau mengalami peningkatan
signifikan sebesar 18,3 persen dibanding periode 2012 yang hanya sebesar Rp 3,919
triliun.
Dilihat dari sisi pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan, Kota Tanjungbalai
relatif mengalami fluktuasi selama lima tahun terakhir. Pada 2011, pertumbuhan PDRB
Kota Tanjungbalai sebesar 6,02 persen. Angka pertumbuhan PDRB mencapai puncak
tertinggi pada periode 2012 dengan nilai pertumbuhan sebesar 6,22 persen. Namun
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-20
pada periode 2015 pertumbuhan PDRB Kota Tanjungbalai kembali turun dengan
pertumbuhan hanya sebesar 5,58 persen.
Gambar 2.14. Perkembangan Nilai PDRB dan pertumbuhan PDRB Kota Tanjungbalai,
2011-2015
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016 *)Angka Sementara
Jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara, pertumbuhan
ekonomi Kota Tanjungbalai mengalami perubahan pola pertumbuhan yang hampir
sama dengan Sumatera Utara yaitu mengalami perlambatan pertumbuhan sejak tahun
2013 sampai dengan tahun 2015. Meskipun mengalami perlambatan pertumbuhan,
posisi pertumbuhan ekonomi Kota Tanjungbalai pada tahun 2014 berada diatas
pertumbuhan Sumatera Utara yaitu sebesar 5,78 persen, sedangkan Sumatera Utara
tumbuh sebesar 5,24 persen pada tahun 2014.
Gambar 2.15.
Pertumbuhan PDRB KotaTanjungbalai dan Perbandingannya dengan Provinsi
dan Nasional, 2011-2015
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
Laju pertumbuhan PDRB Tahun 2015 sebesar 4,6 persen, angka tersebut mengami
penurunan bila dibandingkan Tahun 2014 yang mencapai 5,78 persen. Bila dilihat
berdasarkan lapangan usaha selama tahun 2014-2015, maka yang mengalami
pertumbuhan adalah kategori pertanian, kehutanan dan perikanan; kategori industri
pengolahan; kategori pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang;
kategori konstruksi; kategori penyediaan akomodasi dan makan minum; kategori Jasa
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-21
keuangan dan asuransi; dan kategori jasa pendidikan sedangkan lapangan usaha
lainnya mengalami penurunan laju PDRB.
Tabel 2.9.
Laju Pertumbuhan PDRB Seri 2010 Atas Dasar Harga Konstan Menurut lapangan
Usaha di Kota Tanjungbalai, 2011-2015
No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,26 3,29 3,30 5,14 5,42
B Pertambangan dan Penggalian 7,66 7,65 7,68 7,42 5,81
C Industri Pengolahan 4,76 6,71 5,13 5,53 6,01
D Pengadaan Listrik dan Gas 10,87 3,15 -0,89 4,11 2,73
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
5,27 5,63 3,02 3,21 3,42
F Konstruksi 8,06 6,35 7,29 6,46 6,96
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
6,71 7,77 7,07 6,97 5,24
H Transportasi dan Pergudangan 7,88 6,22 6,88 2,88 2,62
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
7,97 6,51 7,72 6,47 6,95
J Informasi dan Komunikasi 8,08 7,13 6,57 6,11 6,01
K Jasa Keuangan dan Asuransi 7,52 10,32 9,10 2,65 2,92 L Real Estat 5,27 4,97 4,96 4,71 4,65
M,N
Jasa Perusahaan 5,90 4,79 3,29 3,34 2,89
O Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
7,32 7,64 6,72 6,74 6,63
P Jasa Pendidikan 3,80 2,99 6,27 5,20 5,31
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,74 6,80 7,40 7,40 7,32
R,S,T,U
Jasa lainnya 8,00 7,83 7,45 7,04 6,69
JUMLAH 6,02 6,22 5,94 5,78 5,58 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
b. Struktur Ekonomi
Struktur ekonomi yang dinyatakan dalam persentase, menunjukkan besarnya peran
masing-masing sektor ekonomi dalam kemampuan menciptakan nilai tambah. Hal
tersebut menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan produksi dari
masing-masing sektor ekonominya. Untuk membaca PDRB berdasarkan struktur
ekonomi maka digunakan PDRB atas dasar harga berlaku.
Selama lima tahun terakhir (2011-2015), secara struktural perekonomian Tanjungbalai
cenderung tidak mengalami perubahan. Jika ditelaah kontribusi tiap kategori terhadap
PDRB tahun 2011-2015 atas dasar harga berlaku maka diketahui bahwa sektor
penyumbang terbesar pertama terhadap PDRB adalah kategori perdagangan besar
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-22
dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, kemudian diikuti oleh kategori industri
pengolahan dan penyumbang ketiga terbesar adalah kategori pertanian, kehutanan,
dan perikanan, dengan sumbangan masing-masing di atas 15 persen.
Tabel 2.10.
Nilai (Miliar) dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2011-2015 Atas dasar Harga
Berlaku Tahun 2010 Kota Tanjungbalai
No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015*)
(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %
A Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan
701.416 17,98 754.106 17,43 841.349,5 17,33 982.647,3 18,11 1.029.878,6 17,09
B Pertambangan dan Penggalian
77.003,7 1,97 87.070,1 2,01 98.069,1 2,02 107.984,9 1,99 123.473,6 2,05
C Industri Pengolahan 733.828,1 18,81 806.989,0 18,65 890.863,7 18,35 991.121,9 18,27 1.103.564,6 18,31
D Pengadaan Listrik dan Gas
34.114,9 0,87 39.851,4 0,92 39.876,8 0,82 39.992,8 0,74 42.070,4 0,70
E Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
7.649,80 0,20 8.359,70 0,19 8.910,3 0,18 9.536,9 0,18 10.246,9 0,17
F Konstruksi 558.020,7 14,31 645.511,6 14,92 731.650,1 15,07 817.470,6 15,07 929.370,1 15,42
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
824.328,5 21,13 908.173,1 20,99 1.020.769,2 21,02 1.173.584,4 21,63 1.296.099,0 21,50
H Transportasi dan Pergudangan
254.407,2 6,52 282.048,6 6,52 324.318,7 17,33 350.011,5 6,45 378.636,8 6,28
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
85.972,0 2,20 95.561,0 2,21 109.262,3 2,02 124.099,7 2,29 137.447,7 2,28
J Informasi dan Komunikasi
40.700,0 1,04 44.449,4 1,03 46.737,5 18,35 48.920,4 0,90 52.442,8 0,87
K Jasa Keuangan dan Asuransi
75.479,8 1,94 87.992,3 2,03 101.007,6 0,82 108.969,9 2,01 117.306,8 1,95
L Real Estat 133.001,2 3,41 146.553,5 3,39 167.593,8 0,18 185.591,7 3,42 200,871,5 3,33
M,N
Jasa Perusahaan 13.562,6 0,35 14.795,7 0,34 15.854,5 15,07 17.040,4 0,31 18.201,2 0,30
O Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
231.909,9 5,95 264.263,4 6,11 301.384,6 21,02 343.964,3 6,34 388.021,6 6,44
P Jasa Pendidikan 62.234,70 1,60 66.250,60 1,53 72.441,1 1,49 80.397,4 1,48 86.970,2 1,44
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
28.947,30 0,74 32.317,40 0,75 35.777,0 0,74 41.129,3 0,76 47.775,1 0,79
R,S,T,U
Jasa lainnya 37.901,00 0,97 42.083,30 0,97 49.972,7 1,03 57.621,8 1,06 64.941,2 1,08
JUMLAH 3.900.477
4.326.376,
2 4.855.838,8 5.426.084,7 6.027.318,2
Sumber: BPS KotaTanjungbalai, 2016 *) Angka Sementara
Bila dilihat berdasarkan pertumbuhan kontribusi setiap kategori berdasarkan harga
berlaku maka terdapat 8 (delapan) sektor yang mengalami peningkatan pertumbuhan
atau pertumbuhan positif, yaitu Pertambangan dan penggalian, Konstruksi,
Perdagangan besar dan eceran, reperasi mobil dan sepeda motor, Penyediaan
akomodasi dan makan minum, Jasa keuangan dan asuransi, Administrasi
pemerintahan pertahanan dan jaminan sosial wajib, Jasa kesehatan dan kegiatan
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-23
sosial dan Jasa lainnya. Kategori yang mengalami pertumbuhan kontribusi terbesar
adalah sektor Jasa laninya yaitu sebesar 2,09 persen.
Untuk sektor yang tidak disebutkan di atas mengalami penurunan. Kategori yang
mengalami penurunan terbesar dalam memberikan kontribusi terhadap PDRB adalah
Pengadaan listrik dan gas.
Tabel 2.11.
Pertumbuhan Kontribusi Kategori Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2015 Kota
Tanjungbalai
No Lapangan Usaha
Pertumbuhan
Hb Hk
% % A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan -1,02 -1,21 B Pertambangan dan Penggalian 0,74 0,95
C Industri Pengolahan -0,54 -0,03
D Pengadaan Listrik dan Gas -4,41 -2,75
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
-2,82 -1,56
F Konstruksi 1,51 0,67
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
0,35 0,66
H Transportasi dan Pergudangan -0,75 -0,94
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,68 0,78
J Informasi dan Komunikasi -3,57 0,43
K Jasa Keuangan dan Asuransi 0,11 0,23
L Real Estat -0,46 -0,80
M,N Jasa Perusahaan -2,78 -1,75
O Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
1,60 0,79
P Jasa Pendidikan -1,99 0,31
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,33 1,02
R,S,T,U Jasa lainnya 2,09 1,04 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
2. Laju Inflasi
Sesuai dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tanjungbalai, pendataan
terhadap inflasi tidak dilakukan di Kota Tanjungbalai. Ukuran inflasi Kota Tanjungbalai
mengacu pada perkembangan inflasi Kota Pematangsiantar. Sehingga gambaran
inflasi Kota Pematangsiantar dianggap dapat mewakili inflasi di Kota Tanjungbalai.
Selama lima tahun terakhir, perkembangan inflasi Kota Pematangsiantar mengalami
perubahan yang dinamis. Pada periode 2013, inflasi Kota Pematangsiantar mencapai
nilai tertinggi sebesar 12,02 persen. Angka inflasi tersebut bahkan lebih tinggi dari
inflasi Provinsi Sumatera Utara dan inflasi nasional. Namun pada 2015, nilai inflasi
mengalami penurunan menjadi sebesar 3,36 persen.
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-24
Gambar 2.16. Perkembangan Inflasi Beberapa Daerah Di Sumatera Utara Dan Nasional,
2011-2015
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, 2016
3. PDRB Per kapita
PDRB per kapita Kota Tanjungbalai mengalami kenaikan setiap tahunnya, baik atas
dasar harga konstan maupun atas harga berlaku. Pada 2012, PDRB perkapita atas
dasar harga konstan 2010 hanya sebesar Rp 24,497 juta. Angka tersebut tumbuh
sebesar 13,3 persen pada periode 2015, sehingga PDRB perkapita atas dasar harga
konstan 2010 Kota Tanjungbalai telah mencapai Rp 27,767 juta.
Sementara itu jika dilihat berdasarkan harga berlaku, PDRB per kapita Kota
Tanjungbalai pada 2012 sebesar Rp 27,045 juta. Tiga tahun kemudian angka tersebut
mengalami pertumbuhan sebesar 33,4 persen. Sehingga pada periode 2015 PDRB
per kapita Kota Tanjungbalai atas harga berlaku mencapai Rp 36,089 juta.
Gambar 2.17. Perkembangan PDRB Per Kapita Kota Tanjungbalai, 2011-2015
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai 2016, (diolah) *) Angka Sementara 4. Tingkat Kemiskinan
Kemiskinan menjadi salah satu permasalahan utama yang dihadapi Kota
Tanjungbalai. Jumlah penduduk miskin di Kota Tanjungbalai mengalami tren
penurunan selama Tahun 2011-2014. Pada periode 2015, jumlah penduduk miskin
di Kota Tanjungbalai meningkat menjadi sebanyak 25.090 jiwa dengan persentase
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-25
15,08 persen dibanding jumlah seluruh penduduk atau meningkat sebesar 7,56
persen. Berdasarkan hal tersebut, tugas pemerintah kota dalam menanggulangi
kemiskinan semakin berat. Untuk itu kemiskinan perlu dijadikan sebagai isu strategis
yang membutuhkan arah kebijakan yang tepat.
Gambar 2.18.
Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kota Tanjungbalai,
2011-2015
Sumber: BPS KotaTanjungbalai, 2016
Menurut BPS, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) adalah ukuran kesenjangan
pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas kemiskinan. Pada
Tahun 2012-2014 terjadi peningkatan pada indeks kedalaman kemiskinan, hal
tersebut menunjukkan kehidupan ekonomi penduduk miskin di Kota Tanjungbalai
semakin terpuruk.
Indeks Keparahan Kemiskinan memberikan gambaran mengenai penyebaran
pengeluaran diantara penduduk miskin. Berdasarkan kondisi Tahun 2014, indeks
keparahan kemiskinan mengalami penurunan, hal ini mengindikasikan berkurangnya
ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.
Tabel 2.12.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
di Kota Tanjungbalai, 2010─2014
Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) 2,65 2,21 1,85 2,63 2,62
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) 0,72 0,48 0,39 0,64 0,63
Sumber: BPS KotaTanjungbalai, 2016
5. Gini Rasio
Gini rasio adalah angka yang digunakan untuk menunjukkan tingkat ketimpangan
distribusi pendapatan. Besar gini rasio dimulai dari 0 sampai dengan 1. Jika gini rasio
sama dengan 0, berarti distribusi pendapatan sudah merata dengan sempurna
(dengan kata lain tidak terjadi ketimpangan distribusi pendapatan). Sebaliknya, jika
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-26
gini rasio sama dengan 1, berarti distribusi pendapatan tidak merata secara sempurna.
Untuk lebih jelasnya, standar penilaian gini rasio dapat ditentukan dengan
menggunakan kriteria (Heri Susanti dkk, Indikator-Indikator Makro Ekonomi, LPEM-
FEUI, 1995) sebagai berikut:
- GR < 4 : ketimpangan rendah
- 0,4 < GR < 0,5 : ketimpangan sedang
- GR > 0,5 : ketimpangan tinggi
Perkembangan gini rasio Kota Tanjungbalai selama Tahun 2011-2015 mengalami
fluktuasi. Pada Tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, tetapi
kembali meningkat tajam pada Tahun 2015 dari 0,2900 menjadi 0,3647. Berdasarkan
penilaian kriteria gini rasio dapat disimpulkan bahwa Kota Tanjungbalai memiliki
tingkat ketimpangan pendapatan yang rendah.
Gambar 2.19.
Perkembangan Gini rasio Kota Tanjungbalai, 2011-2015
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, 2016
6. Indeks Williamson
Model lain yang digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan
antardaerah adalah Indeks Williamson yang dikemukakan oleh Williamson (1965).
Indeks Williamson yang diperoleh terletak antara 0 sampai dengan 1. Jika Indeks
Williamson mendekati 0, maka ketimpangan distribusi pendapatan antardaerah
rendah, sebaliknya jika Indeks Williamson mendekati 1, maka ketimpangan distribusi
pendapatan antardaerah tinggi. Dengan kriteria hasil uji indeks 0 s/d 1 (Mudrajad
Kuncoro, Otonomi dan Pembangunan Daerah, Reformasi, Perencanaan, Strategi dan
Peluang, Penerbit Erlangga, 2004) sebagai berikut :
- 0 s/d 0,5 indeks disparitasnya rendah
- 0,5 s/d 1 indeks disparitasnya tinggi
Pada Tahun 2014 Kota Tanjungbalai memiliki Indeks Williamson sebesar 0,29, maka
berdasarkan kriteria hasil uji dapat disimpulkan bahwa terjadi ketimpangan distribusi
yang rendah antarkecamatan di Kota Tanjungbalai.
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-27
Gambar 2.20.
Perkembangan Indeks Williamson Kota Tanjungbalai, 2011-2015
Sumber: Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, 2016
7. ICOR (Incremental Capital Output Ratio)
Menurut BPS, ICOR merupakan suatu besaran yang menunjukkan besarnya
tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk menaikkan/menambah satu
unit output. Besaran ICOR diperoleh dengan membandingkan besarnya tambahan
kapital dengan tambahan output.
Selama Tahun 2011-2014 nilai ICOR mengalami peningkatan. Nilai ICOR yang tinggi
pada sektor tersebut disebabkan oleh modal besar yang dibutuhkan untuk
menghasilkan setiap output yang diinginkan. Semakin tinggi nilai ICOR
mengindikasikan bahwa produksi di daerah tersebut semakin tidak efisien, karena
dibutuhkan semakin banyak investasi untuk bisa menghasilkan satu unit tambahan
output
Tabel 2.13.
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kota Tanjungbalai, 2010─2014
2011 2012 2013 2014 2015
ICOR 0,35 0,24 2,61 12,97 -0,97 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai
2.2.2. Fokus Kesejahteraan Masyarakat
A. Aspek Pendidikan
Pendidikan menjadi salah satu isu strategis dalam fokus peningkatan kesejahteraan
masyarakat Kota Tanjungbalai. Berikut ini diuraikan mengenai gambaran umum
tentang pendidikan di Kota Tanjungbalai dalam kurun waktu lima tahun.
1. Angka Melek Huruf
Angka Melek Huruf merupakan proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang
mempunyai kemampuan membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya, tanpa
harus mengerti apa yang di baca/ditulisnya. Angka melek huruf untuk Kota
Tanjungbalai selama lima tahun menunjukkan peningkatan, bahkan jenis kelamin laki-
laki sudah mencapai 100 persen.
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-28
Tabel 2.14.
Tingkat Melek Huruf 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin, 2011─2015
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Laki-laki 99,28 99,60 99,82 98,96 100
Perempuan 96,84 98,76 97,60 97,69 99,50
Laki-laki + Perempuan
98,05 99,18 98,71 99,32 99,75
Sumber: Susenas,2011-2016
2. Angka rata-rata lama sekolah
Selama beberapa tahun terakhir, angka rata-rata lama sekolah Kota Tanjungbalai
mengalami fluktuasi meskipun tidak terlalu besar. Pada 2011, angka rata-rata lama
sekolah sebesar 8,66 tahun. Pada periode 2015, angka rata-rata lama sekolah
meningkat sebesar 0,41 menjadi 9,07 tahun. Artinya bahwa penduduk Kota
Tanjungbalai rata-rata telah berpendidikan SLTP.
Gambar 2.21.
Angka Rata-rata Lama Sekolah Kota Tanjungbalai, 2011-2015
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
3. Angka Partisipasi Kasar
APK merupakan proporsi anak sekolah pada suatu jenjang tertentu terhadap
penduduk pada kelompok usia tertentu. Berikut ini diuraikan perkembangan APK Kota
Tanjungbalai selama tahun 2011-2015.
Tabel 2.15.
Perkembangan APK Kota Tanjungbalai (%), 2011─2015
No Jenjang
Pendidikan 2011 2012 2013 2014 2015
1. PAUD 8,04 8,84 12,75 8,48 7,44
2. SD/MI 98,81 104,59 105,05 106,75 108,15
3. SMP/MTs 88,50 85,47 81,43 81,21 85,73
4. SMA/MA 89,57 93,53 70,06 79,17 83,31
5. PT N/A N/A N/A N/A 20,24
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-29
4. Angka Partisipasi Murni
Keikutsertaan penduduk Kota Tanjungbalai dalam program pendidikan sesuai dengan
usia sekolah menunjukan perkembangan yang menggembirakan. Menurut data BPS
Kota Tanjungbalai, pada tahun 2015 Angka Partisipasi Murni (APM) pada jenjang
pendidikan dasar (SD/MI) dan jenjang pendidikan menengah (SMA/MA) relatif tinggi.
Seperti terlihat pada tabel 2.16, APM untuk jenjang SD/MI sebesar 95,27 persen dan
APM untuk jenjang SMA/MA sebesar 71,09 persen. Sedangkan APM untuk jenjang
SMP/MTs sebesar 69,43 persen.
Tabel 2.16.
Perkembangan APM Kota Tanjungbalai, 2011─2015
No Jenjang
Pendidikan 2011 2012 2013 2014 2015
1 SD/MI 89,46 92,86 94,05 95,05 95,27
2 SMP/MTs 65,85 65,18 65,33 67,30 69,43
3 SMA/MA 59,92 72,53 56,82 59,51 71,09
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
5. Angka Pendidikan Yang Ditamatkan
Persentase penduduk Kota Tanjungbalai yang memiliki ijazah/STTB menurut seluruh
tingkat pendidikan masih sangat rendah. Selama Tahun 2013-2015 belum
menunjukkan peningkatan secara signifikan, hal tersebut menandakan tingginya
angka putus sekolah, bahkan pada tingkan pendidikan dasar.
Tabel 2.17.
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah/STTB
Tertinggi yang Dimiliki
TINGKAT TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015
SD/MI N/A N/A 27,56 27,64 23,55
SMP/MTs N/A N/A 23,03 21,14 21,82
SMA/MA N/A N/A 25,29 26,43 25,18
Perguruan Tertinggi (D IV/S1) N/A N/A 3,96 3,16 4,92 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
6. Sarana dan Prasarana Sekolah
Sampai dengan periode 2015, jumlah sekolah sebagai prasarana pendidikan di Kota
Tanjungbalai sebanyak 158 sekolah. Angka tersebut terbagi sesuai dengan tingkat
pendidikan dengan rincian Taman Kanak-kanak (TK) 18 sekolah, Raudatul Atfal (RA)
3 sekolah, Sekolah Dasar (SD) 76 sekolah, Madrasah Ibtidaiyah (MI) 25 sekolah,
Sekolah Menengah Pertama (SMP) 19 sekolah, Madrasah Tsanawiyah (MTs) 12
sekolah, Sekolah Menengah Atas (SMA) 11 sekolah, Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) 8 sekolah, dan Madrasah Aliyah (MA) 7 sekolah.
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-30
Gambar 2.22.
Banyaknya Sekolah negeri dan swasta menurut jenisnya Kota
Tanjungbalai, 2015
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
7. Harapan lama sekolah
Sesuai dengan publikasi terbaru BPS Kota Tanjungbalai, angka melek huruf (AMH)
yang biasanya digunakan sebagai salah satu komponen dalam menghitung Koefisien
Pembangunan Manusia (IPM) dianggap sudah tidak relevan. Sehingga indikator untuk
menghitung dimensi pendidikan penduduk salah satunya menggunakan angka
harapan lama Sekolah (HLS). HLS merupakan lamanya sekolah (dalam tahun) yang
diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang, dengan
asumsi kemungkinan anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya
sama dengan rasio penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang
sama saat ini. Tujuan penghitungan HLS adalah untuk mengetahui kondisi
pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk
lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak.
Angka HLS Kota Tanjungbalai selama periode 2011-2013 menunjukan tren meningkat.
Pada 2011, angka HLS Kota Tanjungbalai hanya sebesar 12,75 tahun meningkat
menjadi 13,76 tahun pada 2013. Angka tersebut mengalami penurunan yang cukup
signifikan pada tahun 2014 menjadi 12,25 tahun tetapi meningkat kembali menjadi
12,40 tahun pada tahun 2015.
Gambar 2.23 .Perkembangan Angka Harapan Lama Sekolah Kota Tanjungbalai, 2011-2015
Sumber: Koefisien Pembangunan Manusia Kota Tanjungbalai, 2012-2015
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-31
B. Aspek Kesehatan
Aspek kesehatan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan
kesejahteraan masyarakat. Pemenuhan pelayanan dasar kesehatan kepada
masyarakat harus dikedepankan seiring pembangunan aspek lainnya.
Berikut ini diuraikan gambaran umum pembangunan kesehatan selama lima tahun
terakhir.
1. Jumlah Kematian Bayi dan Balita
Jumlah kematian bayi pada tahun 2015 mengalami penurunan signifikan sebesar 114
orang menjadi 38 orang, sedangkan jumlah kematian balita mengalami peningkatan
sebesar 31 orang menjadi 83 orang. Hal ini menunjukkan bahwa cakupan pelayanan
kesehatan balita menjadi fokus perhatian yang harus lebih ditingkatkan ke depan.
Tabel 2.18. Jumlah Kematian Bayi dan Balita Kota Tanjungbalai, 2011─2015
No Tahun Jumlah Kematian Bayi Jumlah Kematian Balita
1 2011 114 31
2 2012 25 128
3 2013 35 14
4 2014 77 52
5 2015 38 83 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
2. Jumlah Kematian Ibu
Angka jumlah kematian ibu yang tertinggi diperoleh pada tahun 2011 yaitu sebanyak
13 orang. Selanjutnya jumlah kematian ibu pada tahun 2015 relatif sama dengan
tahun sebelumnya yakni sebanyak 4 orang. Hal ini menunjukkan bahwa cakupan
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan menyusui semakin membaik.
Gambar 2.24.
Jumlah Kematian Ibu Kota Tanjungbalai, 2011─2015
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2015
3. Persentase Penolong Kelahiran
Salah satu indikator yang bisa digunakan untuk melihat tingkat kelangsungan hidup
bayi adalah persentase penolong kelahiran. Di Kota Tanjungbalai, persentase
penolong kelahiran mengalami fluktuasi pada berbagai jenis penolong.
Dari kedua jenis penolong yang diklasifikasikan, tenaga kesehatan menjadi penolong
kelahiran dengan nilai persentase yang lebih tinggi dari penolong kelahiran lainnya.
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-32
Pada tahun 2011, persentase kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan sudah
mencapai angka 100 persen tetapi angka tersebut menurun menjadi 88,27 persen
pada periode 2015.
Tabel 2.19. Persentase Penolong Kelahiran di Kota Tanjungbalai, 2011-2015
No Penolong Kelahiran
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1 Tenaga Kesehatan 100 75,89 92,45 88,08 88,27
2 Non Tenaga Kesehatan 0 24,11 7,55 11,92 11,73
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
4. Angka Harapan Hidup
Perkembangan angka harapan hidup penduduk Kota Tanjungbalai mengalami
berfluktiasi setiap tahunnya. Pada tahun 2013-2014 angka harapan hidup mengalami
penurunan signifikan dari 64,42 tahun menjadi 61,40 tahun. Pada periode 2015 angka
harapan hidup Kota Tanjungbalai sedikit meningkat menjadi 61,90 tahun.
Dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Sumatera Utara, Kota Tanjungbalai
peringkat kedua terendah menurut Angka Harapan Hidup. Hal ini tentunya menjadi
evaluasi bagi pemerintah daerah untuk melakukan peningkatan dalam pemeliharaan
kesehatan rakyatnya dengan penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai, menjaga
kecukupan gizi dan kesehatan lingkungan.
Gambar 2.25. Perkembangan Angka Usia Harapan Hidup Kota Tanjungbalai, 2011-2015
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
5. Bayi Gizi Buruk
Selama beberapa tahun terakhir, angka kelahiran bayi di Kota Tanjungbalai
mengalami kenaikan. Sampai dengan 2015, jumlah bayi yang lahir di Kota
Tanjungbalai tercatat sebanyak 3.459 jiwa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 22 bayi
mengalami berat badan yang rendah saat dilahirkan.
Di sisi lain, bayi dengan gizi buruk di Kota Tanjungbalai mengalami fluktuasi setiap
tahunnya. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, ada 3 (tiga) faktor penyebabnya,
yaitu: kemiskinan, kurangnya pengetahuan orang tua tentang pemberian gizi yang baik
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-33
serta faktor penyakit bawaan pada anak seperti jantung, TBC, HIV,AIDS dan diare.
Pada tahun 2011, terdapat 17 bayi gizi buruk. Setahun berikutnya, jumlah bayi gizi
buruk menurun menjadi 8 jiwa. Namun pada 2015 angka bayi gizi buruk meningkat
tajam menjadi 31 jiwa.
Tabel 2.20. Jumlah Bayi Lahir, Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), BBLR Dirujuk, dan
Bergizi Buruk di Kota Tanjungbalai, 2011-2015
No Kategori
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1 Bayi lahir 3.182 2.828 3.627 3.648 3.459
2 Jumlah BBLR 46 12 166 38 22
3 BBLR yang dirujuk 0 12 166 9 3
4 Gizi Buruk 17 8 37 26 31
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
Selanjutnya beberapa indikator utama yang menunjukkan keberhasilan pembangunan
kesehatan di Kota Tanjungbalai selama Tahun 2011-2015 diuraikan pada tabel
berikut.
Tabel 2.21. Perkembangan Indikator Kesehatan di Kota Tanjungbalai, 2011-2015
No Indikator Satuan Capaian Kinerja Outcome
2011 2012 2013 2014 2015
1 Cakupan kelurahan Siaga Aktif % 13 13 18 18 18
2 Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan
% 21 13 43 37 39
3 Persentase Balita ditimbang berat badannya (D/S)
% 39,44 38,23 70,18 70 80,07
4 Pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan
% 43 137 0 0 3
5 Persentase Bayi 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif
% 65,07 35,27 8,56 8,6 11,5
6 Persentase Bayi mendapat kapsul vitamin A
% 0 80,48 34,82 80,14 73,18
7 Cakupan rumah sehat % 70 64,2 27,84 38,2 45,99
8 Persentase Hotel yang memenuhi syarat kesehatan
% 100 n.a 100 100 100
9 Persentase Restoran yang memenuhi syarat kesehatan
% 79,63 58,33 n.a n.a 74,8
10 Persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),(%)
% 56,45 12,18 32,45 n.a 27
11 Cakupan Desa/ kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
% 100 100 100 100 100
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-34
12 Tingkat kematian karena tuberkulosis (per 100,000 penduduk)
/100,000 Pddk
2,06 2,54 2,5 1,21 4,79
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016
C. Pertanahan
Secara umum, kepemilikan tanah di Kota Tanjungbalai berstatus hak milik. Tanah
dengan status hak milik terbanyak berada di Kecamatan Datuk Bandar dengan jumlah
180, sedangkan kepemilikan tanah dengan status hak milik terkecil berada di
Kecamatan Tanjungbalai Utara dengan jumlah 28.
Tabel 2.22. Status Kepemilikan Tanah Menurut Jenis Hak dan Kecamatan Kota
Tanjungbalai, 2015
Kecamatan Hak Milik
Hak Guna Bangunan
Hak Pakai
Hak Pengelolaan
Hak Guna Usaha
Datuk Bandar 24 0 0 0 0
Datuk Bandar Timur 7 0 0 0 0
Tanjungbalai Selatan
18 0 0 0 0
Tanjungbalai Utara 8 0 0 0 0
Sei Tualang Raso 2 0 4 0 0
Teluk Nibung 10 1 0 0 0
Tanjungbalai 69 1 4 0 0 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
D. Ketenagakerjaan
1. Kesempatan Kerja (Rasio Penduduk yang Bekerja)
Kesempatan kerja merupakan perbandingan jumlah penduduk yang bekerja terhadap
jumlah angkatan kerja. Pada tahun 2011 dan 2015 rasio kesempatan kerja Kota
Tanjungbalai berada pada angka yang tidak jauh berbeda yaitu 0,891 dan 0,899.
Dengan kata lain, pada tahun 2011 dan tahun 2015 jumlah angkatan kerja yang telah
mendapatkan pekerjaan sebanyak 89 persen, sedangkan sisanya sebesar 11 persen
masih mencari pekerjaan atau menganggur.
Gambar 2.26.
Rasio Kesempatan Kerja Kota Tanjungbalai, 2011-2015
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai 2016, (diolah)
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-35
2. Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja di Kota Tanjungbalai dalam beberapa tahun terakhir mengalami
peningkatan yang relatif besar. Pada Tahun 2011, jumlah tenaga kerja di Kota
Tanjungbalai hanya sebanyak 97.954 orang. Angka tersebut mengalami pertumbuhan
sebesar 2,5 persen pada 2015 sehingga jumlah tenaga kerja di Kota Tanjungbalai
menjadi 110.888 orang. Menariknya, Penambahan jumlah tenaga kerja di Kota
Tanjungbalai pada periode 2015 didapatkan dari pertumbuhan jumlah penduduk
bukan berasal dari angkatan kerja sebesar 25 persen dibanding pada 2011.
Tabel 2.23. Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama
Kota Tanjungbalai, 2011-2015
No Jenis Kegiatan
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
A Angkatan Kerja 66.772 65.055 62.261 68.469 71.893
1. Bekerja 59.509 55.457 56.671 62.958 64.659
2. Mencari Pekerjaan 7.263 9.598 5.590 5.511 7.234
B Bukan Angkatan Kerja
31.182 32.472 41.712 40.619 38.995
Tanaga Kerja (A+B) 97.954 97.527 103.973 109.088 110.888
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
Jumlah angkatan kerja menurut jenis pendidikan yang ditamatkan pada Tahun 2015
masih didominasi tingkat pendidikan sekolah dasar (SD) yakni mencapai angka 23.210
orang. Hal ini menandakan masih rendahnya kualitas/mutu yang dimiliki tenaga kerja
di Kota Tanjungbalai.
Tabel 2.24.
Penduduk 15 Tahun ke Atas Termasuk Angkatan Kerja Menurut Jenis
Pendidikan yang Ditamatkan Kota Tanjungbalai, 2011-2015
Tahun
Angkatan Kerja
SD SLTP SLTA PT Total
2011 25.347 14.788 26.637 N/A 66.772
2012 23.878 15.230 25.947 N/A 65.055
2013 22.216 14.173 25.872 N/A 62.261
2014 24.710 14.471 29.288 N/A 68.469
2015 23.210 13.200 22.046 13.437 71.893
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
2.2.3 Fokus Seni Budaya Dan Olahraga
A. Seni Budaya
Kota Tanjungbalai merupakan sebuah kota yang sudah berusia lama dan memiliki
kekayaan alam dan kekayaan budaya yang cukup besar dengan potensi budaya dan
nilai-nilai tradisi yang telah mengakar. Kebijakan pembangunan seni dan kebudayaan
selama ini diarahkan dalam rangka memperkuat, mengembangkan dan melestarikan
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-36
potensi budaya lokal dalam rangka membentuk karakteristik masyarakat daerah,
mencegah masuknya budaya lain yang negatif atau tidak sesuai dengan budaya lokal.
Beberapa kebijakan pengembangan nilai seni dan budaya yang selama ini telah
dilaksanakan di Kota Tanjungbalai antara lain pembangunan gedung sejarah yang
bertujuan untuk penyediaan informasi tentang sejarah dan kebudayaan Kota
Tanjungbalai dan sebuah balai di tepi sungai Asahan yang diberi nama Balai di Ujung
Tanjung. Wisata budaya juga dilakukan dengan mengadakan ”Pesta Kerang” setiap
tahun yang sekaligus untuk memperingati hari jadi Kota Tanjungbalai yang diisi
dengan berbagai kegiatan seperti pagelaran dan festival budaya, pemilihan parano
dan daro, wisata kuliner dan memperkenalkan makanan dan kerajinan khas Kota
Tanjungbalai. Berikut ini merupakan tabel yang dapat menunjukkan potensi budaya
Kota Tanjungbalai.
Tabel 2.25.
Rekapitulasi Potensi Seni Budaya di Kota Tanjungbalai, 2015
No Gedung Seni dan Budaya Jumlah
1 Jumlah Grup Kesenian 33
2 Gedung Pertunjukan 2
3 Gedung Bersejarah 2
4 Bangunan Lama 5 Sumber: Dispora Budpar Kota Tanjungbalai, 2016
Tabel 2.26.
Jenis Sanggar Seni di Kota Tanjungbalai, 2015
No Gedung Seni dan Budaya
1 Teater
2 Pencat Silat
3 Gondang Sembilan
4 Tari Melayu Sumber: Dispora Budpar Kota Tanjungbalai, 2016
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa potensi seni budaya di Kota
Tanjungbalai masih sangat minim, hal tersebut dapat dilihat dari jumlah sarana dan
prasarana seni budaya yang ada, maupun apresiasi penduduk Kota Tanjungbalai
terhadap seni budaya tersebut.
B. Olahraga
Kebijakan pembangunan pada urusan pemuda dan olahraga diarahkan pada upaya
mewujudkan peningkatan sarana dan prasarana olahraga di lingkungan masyarakat,
melakukan pembinaan atlet-atlet prestasi di tingkat daerah, pembinaan organisasi
kepemudaan serta peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepemudaan dan fasilitasi
aksi bhakti sosial kepemudaan melalui pelaksanaan jambore pemuda antar daerah,
dengan harapan terwujudnya pemuda yang sehat, agamis dan berbudaya.
Dalam mendukung kegiatan pemuda dan olahraga di Kota Tanjungbalai saat ini telah
tersedia Jumlah sarana dan prasarana olah raga yang cukup memadai. Terdapat 1
buah gedung olahraga yang merupakan gedung olahraga serba guna atau multi fungsi
dan 1 buah stadion. Kemudian, penyelenggaraan kegiatan olahraga dan kepemudaan
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-37
selain difasilitasi oleh Pemerintah Kota juga bekerjasama dengan KONI dan organisasi
pemuda lainnya. Berdasarkan data tahun 2016, terdapat 33 cabang olahraga dengan
70 atlet, selain itu terdapat 16 pelatih olahraga yang berada di Kota Tanjungbalai.
Jumlah organisasi kepemudaan yang ada menyebar di beberapa kecamatan
diantaranya merupakan organisasi pemuda yang sudah cukup terkenal di masyarakat
seperti: AMPI, KNPI, Karang Taruna, OKP dan Kelompok Pemuda Produktif yang
telah terdaftar dan dibina oleh Pemerintah Kota. Pada tahun 2011 jumlah organisasi
pemuda yang terdaftar sebanyak 85 buah dengan jumlah organiasi pemuda yang aktif
lebih kurang sebanyak 44 buah dan organisasi karang taruna sebanyak 7 buah.
Tabel 2.27.
Prasarana Olahraga Kota Tanjungbalai, 2015
No Bangunan Jumlah
1 Gelanggang/Balai Remaja 3
2 Lapangan Olahraga 15 Sumber: Dispora Budpar Kota Tanjungbalai, 2016
Penyelenggaraan kegiatan olah raga, yang dilaksanakan/diprogramkan oleh
Pemerintah Daerah meliputi: Pekan Olahraga Daerah (PORDA), Pekan Olahraga
Pelajar Daerah (POPDA), kompetisi, festival, Kejurda, Kejurnas dan turnamen
turnamen lainnya dan kegiatan-kegiatan olahraga yang dilaksanakan oleh
masyarakat/swasta/sponsor/pihak ketiga. Kegiatan olah raga yang rutin dilaksanakan
oleh Pemerintah Kota Tanjungbalai adalah PORDA dan POPDA dan beberapa
kegiatan atau even-even dalam rangka menyambut hari-hari besar seperti hari
kemerdekaan, maupun event-event oleh masyarakat/swasta/ sponsor/pihak ketiga.
2.3. ASPEK PELAYANAN UMUM
2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib
Aspek pelayanan umum fokus pada layanan bidang wajib terdiri dari urusan:
pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, perumahan, penataan ruang, perencanaan
pembangunan, perhubungan, lingkungan hidup, pertanahan, kependudukan dan
pencatatan sipil, pemberdayaan perempuan & perlindungan anak, sosial,
ketenagakerjaan, koperasi dan usaha kecil menengah, penanaman modal,
kebudayaan, kepemudaan dan olah raga, kesatuan bangsa dan politik dalam negeri,
otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat
daereh, kepegawaian, ketahanan pangan, pemberdayaan masyarakat dan desa,
statistik, kearsipan, komunikasi dan informatika serta perpustakaan.
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan capaian indikator yang mencakup fokus
layanan bidang wajib.
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-38
Tabel 2.28.
Aspek, Fokus dan Indikator Kinerja Layanan Urusan Wajib Pemerintahan Daerah
Kota Tanjungbalai, 2011-2015
No Bidang Urusan /Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
I PENDIDIKAN
1 Rasio ketersediaan sekolah terhadap murid PAUD 1:35 1:36 1:36 1:33 1:35
2 Rasio ketersediaan sekolah terhadap murid SD/MI 1:241 1:231 1:238 1:242 1:208
3 Rasio ketersediaan sekolah terhadap murid SMP/MTs
1:356 1:235 1:372 1:379 1:348
4 Rasio ketersediaan sekolah terhadap
murid SMA/MA
1:360 1:320 1:385 1:388 1:376
5 Rasio guru terhadap murid PAUD 1:11 1:11 1:11 1:9 1:10
6 Rasio guru terhadap murid SD/MI 1:21 1:16 1:21 1:21 1:18
7 Rasio guru terhadap murid SMP/MTs 1:13 1:8 1:14 1:14 1:15
8 Rasio guru terhadap murid SMA/MA/MK 1:14 1:12 1:15 1:15 1:15
9 Penduduk yang berusia >15 tahun melek huruf tidak buta aksara
98,05 99,18 98,71 99,32 99,75
10 Sekolah pendidikan SD/MI kondisi bangunan baik
100% 100% 100% 100% 100%
11 Sekolah pendidikan SMP/MTS dan SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik
100% 100% 100% 100% 100%
12 Angka kelulusan (AL) SD/MI 100% 100% 99,97% N/A 100%
13 Angka kelulusan (AL) SMP/MTs 99,27% 100% 99,26% N/A 100%
14 Angka kelulusan (AL) SMA/SMK/MA 99,46% 100% 99,82% N/A 99,74%
15 Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV 63,63% 66,70% 78,27% 79,79% 81,60%
II KESEHATAN
1 Jumlah posyandu 119 119 119 119 117
2 Rasio puskesmas per satuan penduduk 0,051 0,05 0,049 0,049 0,048
3 Rasio rumah sakit per satuan penduduk 0,0127 0,0125 0,0123 0,0121 0,0120
4 Rasio dokter per satuan penduduk 0,399 0,375 0,351 0,395 0,299
5 Rasio tenaga medis per satuan penduduk
0,020 0,019 0,017 0,019 0,014
6
Cakupan komplikasi kebidanan yang
ditangani
94% 91,81% 99,40% 91% 84,83%
7
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan
100% 75,89% 92,05% 88,08% 88,27%
8
Cakupan Desa/kelurahan Universal
Child Immunization (UCI)
100% 100% 100% 100% 100%
9 Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan
100% 100% 100% 100% 100%
10 Cakupan penemuan dan penananganan penderita penyakit TBC BTA
25,97% 76,83% 77,14% 92,65% 91,79%
11 Cakupan penemuan dan penanganan penderita DBD
100% 100% 100% 100% 100%
12
Cakupan pelayanan kesehatan rujukan
pasien masyarakat miskin
26,03 26,32 N/A 27,01 22,17
13 Cakupan kunjungan bayi 81,43% N/A 82,41% 71,74% 91,09%
14 Cakupan puskesmas 133,33% 133,33% 133,33% 133,33% 133,33%
15 Cakupan pembantu puskesmas 216,67% 216,67% 216,67% 216,67% 216,67%
III PEKERJAAN UMUM
1 Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik
61,61 64,1 64,26 66,44 69,49
2 Rasio jaringan irigasi N/A N/A 14,43 14,42 14,42
8 Panjang jalan dilalui roda 4 N/A N/A N/A N/A 346,12
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-39
9 Panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik (>40 KM/jam)
N/A N/A N/A N/A 264 km
10 Drainase dalam kondisi
baik/pembuangan aliran air tidak tersumbat
N/A N/A N/A 50% 60%
11
Luas irigasi kabupaten dalam kondisi
baik
N/A N/A N/A N/A 166 ha
12 Lingkungan permukiman 28,62% N/A N/A N/A N/A
IV PERUMAHAN
1 Rumah tangga pengguna air bersih 67,67% 50,82% 60,91% 51,58% 50,31%
2 Rumah tangga pengguna listrik 98,54% 96,73% 99,66% 98,22% 98,46%
3 Rumah tangga bersanitasi layak 78,18% 77,03% 77,81% 79,03% 83,06%
4 Lingkungan permukiman kumuh N/A N/A N/A N/A 428,01 ha
5 Rumah layak huni N/A N/A N/A N/A 87,21%
V PENATAAN RUANG
1 Luas ruang terbuka hijau N/A N/A N/A N/A 63,857 ha
2 Ruang publik yang berubah peruntukannya
0 0 0 0 0
VI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
1 Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yang telah ditetapkan dengan PERDA
ADA ADA ADA ADA ADA
2 Tersedianya dokumen perencanaan RPJMD yang telah ditetapkan dengan PERDA/PERKADA
ADA ADA ADA ADA ADA
3 Tersedianya dokumen perencanaan RKPD yang telah ditetapkan dengan PERKADA
ADA ADA ADA ADA ADA
4 Penjabaran program RPJMD ke dalam RKPD
90% 90% 90% 90% 90%
VII PERHUBUNGAN
1 Jumlah arus penumpang angkutan umum
120.450 130.086 139.722 144.540 163.812
2 Rasio ijin Trayek 100% 100% 100% 100% 100%
3 Jumlah ijin trayek 7 trayek 7 trayek 7 trayek 7 trayek 7 trayek
4 Jumlah uji KIR angkutan umum 890 unit 823 unit 812 unit 798 unit 790 unit
5 Jumlah pelabuhan laut 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah
7 Kepemilikan KIR angkutan umum 30% 36% 36% 33% 32%
8 Lama pengujian kelayakan angkutan umum
1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari
9 Biaya pengujian kelayakan angkutan umum
40 rb/6 bln 40 rb/6 bln 40 rb/6 bln 40 rb/6 bln 40 rb/6 bln
10 Pemasangan rambu-rambu 60% 60% 62% 65,00% 70,00%
VIII Lingkungan Hidup
1 Persentase penanganan sampah 50% 53% 54% 58% 61%
2 Pencemaran status mutu air indeks-
5,55
indeks-5,55 indeks -
5,611
indeks -
5,68
indeks -
5,68
3 Pencemaran status mutu udara 1 1 1 1 1
4 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 52 53 53 52 52
5 Rasio petugas kebersihan terhadap jlh pduduk
N/A N/A N/A N/A 0,0009
6 Cakupan penghijauan wilayah rawan longsor
4% 4% 4% 5% 5%
7 Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan amdal
100% 100% 100% 100% 100%
8 Tempat pembuangan sampah (TPS) per
satuan penduduk
1,5 L 1,5 L 1,7 L 1,8 L 2 L
9 Penegakan hukum lingkungan 100% 100% 100% 100% 100%
IX PERTANAHAN
1 Persentase luas lahan bersertifikasi 244.643 m² 65.170 m² 198.935 m² 413.850 m² 176.450 m²
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-40
2 Penyelesaian kasus tanah negara 25% N/A 50% N/A 0%
X KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL
1 Rasio penduduk ber KTP per satuan penduduk
63,40% 63,91% 64,36% 83,86% 83,77%
2 Rasio bayi berakte kelahiran 31,54% 32,08% 35,54% 38,91% 43,37%
3 Rasio pasangan berakte nikah
4 Kepemilikan KK 33,08% 41,54% 50,67% 88,33% 89,01%
5
Ketersediaan database kependudukan
skal propinsi
Ada Ada Ada Ada Ada
6 Penerapan KTP Nasional berbasis NIK Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah
XI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN &
PERLINDUNGAN ANAK
1 Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah
N/A N/A N/A N/A 0,46%
2 Partisipasi perempuan di lembaga swasta
N/A N/A N/A N/A 0,86%
3 Rasio KDRT 0,11% 0,16% 0,08% 0,12% 0,16%
4 Partisipasi angkatan kerja perempuan 3,08% 3,03% 3,03% 2,94% 1,32%
5 Penyelesaian pengaduan perlindungan
perempuan dan anak dari tindakan kekerasan
100% 100% 100% 100% 100%
6 Rata-rata jumlah per keluarga 4,2 4,15 4,14 4,14 3,02
7 Rasio akseptor KB 63,67 65,33 65,79 65,84 65,62
8 Cakupan peserta KB aktif 62,67% 65,33% 65,33% 65,84% 65,63%
9 Keluarga pra sejahtera dan keluarga
sejahtera
38,31% 38,46% 38,46% 41,15% 41,15%
XII SOSIAL
1 Sarana sosial seperti panti asuhan,panti
jompo dan panti rehabilitasi
0 0 0 0 0
2 PMKS yang memperoleh bantuan sosial 6.337 org 6.359 org 8.333 org 48.296 org 48.296 org
XIII Ketenagakerjaan
1 Angka partisipasi angkatan kerja 66.772 65.055 62.261 68.469 71.893
2 Angka sengketa pengusaha pekerja per tahun
0 0 0 0 0
3 Tingkat partisipasi angkatan kerja 68,17% 66,70% 59,88% 62,76% 65%
4 Pencari kerja yang ditempatkan 14% 16,50% 23%
5 Tingkat pengangguran terbuka 10,88% 14,75% 8,98% 8,05% 10,06%
6 Perselisihan buruh dan pengusaha terhadap kebijakan pemerintah daerah
0 0 0 0 0
XIV Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
1 Persentase koperasi aktif 36,32% 43,44% 43,67% 43,67% 43,67%
2 Jumlah UKM non BPR/LKM UKM N/A N/A N/A 5626 5626
3 Jumlah BPR/LKM 0 0 0 0 0
4 Usaha mikro dan kecil N/A N/A N/A 5626 5626
XV PENANAMAN MODAL
1 Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA)
0 0 0 0 0
2 Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA)
0 0 0 0 0
XVI KEBUDAYAAN
1 Penyelenggaraan festival seni dan budaya
5 keg 5 keg 6 keg 9 keg 9 keg
2 sarana dan penyelenggaraan seni dan
budaya
3 buah 3 buah 3 buah 3 buah 3 buah
3 Benda,situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan
0 0 0 0 0
XVII Kepemudaan dan Olah Raga
1 Jumlah organisasi pemuda 35 38 41 43 44
2 Jumlah organisasi olahraga N/A N/A 28 29 31
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-41
3 Jumlah kegiatan kepemudaan 3 keg 3keg 3 keg 5 keg 3 keg
4 Jumlah kegiatan olahraga 9 keg 10 keg 9 keg 14 keg 17 keg
5
Gelanggang/balai remaja (selain milik
swasta)
3 buah 3 buah 3 buah 3 buah 3 buah
6 Lapangan olah raga 10 buah 12 buah 14 buah 15 buah 15 buah
XVIII Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
1 Kegiatan pembinaan terhadap LSM,Ormas dan OKP
3 keg 3 keg 3 keg 3 keg 3 keg
2 Kegiatan pembinaan politik daerah 3 keg 3 keg 3 keg 3 keg 3 keg
XIX Otonomi Daerah,Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah,
Kepegawaian
1 Rasio jumlah polisi pamong praja per 10.000 penduduk
5,20 5,25 7,20 6,74 7,84
2 Pertumbuhan Ekonomi 6,02% 6,22% 5,94% 5,78% 5,58%
3 Kemiskinan 15,52% 14,86% 14,85% 14,02% 13,48%
4 Sistem informasi pelayanan perizinan dan administrasi pemerintah
Ada Ada Ada Ada Ada
5 Penegakan PERDA N/A N/A N/A N/A 66,67%
6 Cakupan patroli petugas satpol PP 42,68% 41,67% 29,91% 31,53% 30,53%
7 Tingkat penyelesaian pelanggaran K3
(ketertiban,ketentraman,keindahan) di kabupaten
100% 100% 100% 100% 88,89%
8 Cakupan pelayanan bencana kebakaran
kabupaten
0,4439% 0,4375% 0,4309% 0,4251% 0,4191%
9 Tingkat waktu tanggap (response time rate) daerah layanan wilayah
manajemen kebakaran (WMK)
100% 100% 100% 100% 100%
10 Cakupan sarana prasarana perkantoran
pemerintahan desa yang baik
100% 100% 100% 100% 100%
11 Sistem informasi manajemen pemda N/A N/A Ada Ada Ada
12 Indeks kepuasaan layanan masyarakat Ada Ada Ada Ada Ada
XX KETAHANAN PANGAN
1 Regulasi ketahanan pangan Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
XI Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
1 Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat
(LPM)
63 63 63 63 63
2 Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK 62 62 62 62 62
3 Jumlah LSM 42 42 42 42 42
4 LPM berprestasi 0 0 0 0 0
5 PKK aktif 37 37 37 37 37
6 Posyandu aktif 118 118 118 118 118
7 Swadaya masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat
5% 5% 5% 5% 20%
XXII STATISTIK
1 Buku Kabupaten dalam angka Ada Ada Ada Ada Ada
2 Buku PDRB kabupaten Ada Ada Ada Ada Ada
XXIII KEARSIPAN
1 Pengelolaan arsip secara baku N/A N/A N/A 1.039
Arsip
1.340
Arsip
2 Ketersediaan aparatur bidang kearsipan 3 org 3 org 3 org 3 org 3 org
XXIV Komunikasi dan informatika
1 Jumlah jaringan komunikasi 49 unit 49 unit 49 unit 49 unit 49 unit
2 Rasio wartel/warnet terhadap penduduk 1 unit/180 org
1 unit/180 org
1 unit/180 org
1 unit/180 org
1 unit/180 org
3 Jumlah surat kabar nasional/lokal 70 harian 70 harian 70 harian 70 harian 70 harian
4 Jumlah penyiaran radio/TV lokal 3 unit radio
3 unit radio 3 unit radio
3 unit radio
3 unit radio
5 Web site milik pemerintah daerah 1 1 1 1 1
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-42
6 Pameran/expo 0 0 0 0 0
XXV Perpustakaan
1 Jumlah perpustakaan 139 unit 157 unit 187 unit 187 unit 187 unit
2 Jumlah pengunjung perpustakaan per
tahun
44.306 org 67.530 org 115.041
org
114.812
org
166.429
org
3 koleksi buku yang tersedia di perpustakaan
8.572 judul/
35.354 eks
8.839 judul/ 36.625 eks
9.079 judul/
37.564 eks
9.656 judul/
40.095 eks
9.950 judul/
42.170 eks
2.3.1.1 Pendidikan
A. Angka partisipasi sekolah
Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Kota Tanjungbalai selama beberapa tahun terakhir
masih didominasi oleh usia 7-12 tahun. Pada periode 2011, sebanyak 98,09 persen
penduduk usia tersebut telah berpartisipasi dalam berbagai sekolah yang tersedia di
Kota Tanjungbalai.
Sementara itu usia 16-18 tahun menjadi usia dengan angka partisipasi terkecil selama
beberapa tahun terakhir. Pada 2011, APS usia 16-18 tahun sebesar 66,82 persen.
Angka tersebut mengalami peningkatan pada 2015 menjadi 69,60 persen.
Gambar 2.27.
Angka Partisipasi Sekolah di Kota Tanjungbalai, 2011-2015
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2012-2016
B. Angka Putus Sekolah
Perkembangan Angka Putus Sekolah SD/MI selama rentang waktu lima tahun yaitu
2010-2014 mengalami penurunan. Jika pada tahun 2010 sebanyak 1 persen, maka
pada tahun 2014 menjadi 0,21 persen. Angka putus sekolah paling rendah terdapat
pada tingkat SD/MI dibandingkan tingkat pendidikan lain.
Angka Putus Sekolah SMP/MTS selama tiga tahun terakhir juga mengalami
penurunan dari angka 13,33 persen menjadi 12,72 persen, walaupun pada tahun 2010
sempat mencapai angka 10,20 persen. Pada tingkat SMA/MA, Angka Putus Sekolah
selama periode 2010-2014 mengalami tren naik turun. Pada tahun 2014 mencapai
angka 31,55 persen. Angka tersebut merupakan tertinggi dibandingkan jenjang
pendidikan yang lain.
Faktor penyebab tingginya angka putus sekolah di Kota Tanjungbalai, diantaranya
disebabkan oleh kemiskinan serta rendahnya tingkat pendidikan orang tua
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-43
mengakibatkan keterlantaran pemenuhan hak anak untuk mendapatkan pendidikan
formal. Selain itu disebabkan oeh anak itu sendiri, karena merasa malas untuk belajar
dan lebih memilih bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Gambar 2.28.
Perkembangan Angka Putus Sekolah SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA Kota
Tanjungbalai, 2010-2014
Ket: Data Tahun 2015 belum tersedia
Sumber: TNP2K, 2015
C. Angka Kelulusan
Tingkat kelulusan siswa pada jenjang SD-SMA di Kota Tanjungbalai relatif tinggi. Pada
2015, dari 2.950 siswa yang terdaftar pada jenjang SD, semua siswa dinyatakan lulus.
Pada jenjang SMP, dari 2.694 siswa yang terdaftar, semua siswa juga dinyatakan
lulus. Sementara pada jenjang SMA, dari 1.895 siswa yang terdaftar terdapat 1.890
siswa yang lulus, dengan kata lain terdapat 5 siswa yang tidak lulus.
Tabel 2.29. Hasil Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional SD-SMA Kota Tanjungbalai, 2015
No Kecamatan SD SMP SMA
Terdaftar Lulus Terdaftar Lulus Terdaftar Lulus
1 Datuk Bandar 276 276 236 236 505 503
2 Datuk Bandar Timur 282 282 579 579 198 197
3 Tanjungbalai
Selatan
1.213 1.213 850 850 527 526
4 Tanjungbalai Utara 251 251 105 105 226 225
5 Sei Tualang Raso 320 320 486 486 252 252
6 Teluk Nibung 608 608 438 438 187 187
Tanjungbalai 2.950 2.950 2.694 2.694 1.895 1.890
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
D. Kualifikasi Guru
Kualifikasi guru cenderung dilihat berdasarkan pendidikan yang ditamatkannya.
Kualifikasi guru SD/MI dan SMP/MTs yang memiliki pendidikan D-IV/S1 selama
periode 2011-2015 cenderung mengalami peningkatan. Pada tingkat SMA/SMK/MA
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-44
justru mengalami penurunan, dari angka 96,8 persen pada tahun 2011 menjadi 91,9
persen pada tahun 2015. Penurunan tersebut disebabkan sejumlah guru yang memiliki
pendidikan D-IV/S1 telah pensiun, pindah ke daerah lain bahkan mutasi dari
fungsional guru ke struktural untuk mengambil jabatan.
Gambar 2.29.
Guru yang Memenuhi Kualifikasi D-IV/S1 Kota Tanjungbalai, 2011-2015
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
2.3.1.2. Kesehatan
A. Fasilitas kesehatan
Selama lima tahun terakhir, pertumbuhan jumlah fasilitas kesehatan di Kota
Tanjungbalai relatif tidak banyak mengalami perubahan. Sampai dengan 2015 Kota
Tanjungbalai tidak memiliki rumah bersalin. Sedangkan Posyandu menjadi fasilitas
kesehatan terbanyak di Kota Tanjungbalai dengan jumlah 118 posyandu. Tujuan
mengadakan posyandu untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu, bayi dan balita,
serta diharapkan dapat meningkatkan angka harapan hidup rata-rata. Jumlah
posyandu di Kota Tanjungbalai mencapai 118 unit menurun dari tahun sebelumnya.
Posyandu yang ideal adalah jika 1 (satu) posyandu dapat melayani 100 balita/700
kepala keluarga, maka dilihat dari kondisi tersebut Kota Tanjungbalai sudah memenuhi
syarat
Tabel 2.30.
Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Kota Tanjungbalai, 2011–2015
No Jenis Fasilitas Kesehatan 2011 2012 2013 2014 2015
1 Rumah sakit 2 2 2 2 2
2 Rumah bersalin 0 0 0 0 0
3 Puskesmas 8 8 8 8 8
4 Posyandu 119 119 119 119 118
5 Balai Pengobatan 2 6 5 5 5
6 Polindes 0 13 0 0 0
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016
B. Tenaga Kesehatan
Menurut UU Nomor 36 Tahun 2014 yang dimaksud tenaga kesehatan adalah setiap
orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-45
dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Ketersediaan
tenaga kesehatan di Kota Tanjungbalai masuk kategori cukup. Sampai dengan 2015,
perawat menjadi tenaga kesehatan terbanyak di Kota Tanjungbalai dengan jumlah 223
orang. Berikutnya bidan dan dokter dengan jumlah 72 orang dan 43 orang. Tenaga
kesehatan masyarakat menjadi tenaga kesehatan non medis yang paling sedikit di
Kota Tanjungbalai dengan jumlah 5 orang.
Tabel 2.31. Banyaknya Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja dan Sarana Pelayanan
Kota Tanjungbalai, 2015
No Unit Kerja
Tenaga Medis Tenaga Non Medis D
okte
r
Pe
raw
at
Bid
an
Fa
rma
si
Ah
li G
izi
Sa
nita
si
Ke
sm
as
1 Datuk Bandar 0 25 13 1 2 1 0
2 Semula Jadi 2 12 3 1 1 0 0
3 MU Damanik 0 12 6 0 1 0 0
4 Kp. Baru 1 10 4 1 2 1 0
5 Kp. Persatuan
1 13 2 1 1 1 0
6 ST Raso 3 27 6 2 0 0 0
7 Teluk Nibung 1 19 4 2 1 1 0
8 Sipori-pori 3 12 2 1 1 2 1
9 Sub jumlah 11 130 40 9 9 6 1
10 Instalasi Farmasi
0 0 0 4 0 0 0
11 Dinkes 0 0 0 0 0 0 0
12 Rumah Sakit 32 93 32 4 3 1 4
Jumlah 43 223 72 17 11 7 5
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
Jumlah tenaga dokter pada setiap kecamatan di Kota Tanjungbalai tidak merata. Masih terdapat kecamatan yang tidak memiliki dokter umum, antara lain Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Tanjungbalai Selatan. Dilihat dari keberadaan dokter ahli juga sangat tidak merata karena hanya terdapat pada Kecamatan Tanjungbalai Selatan. Meski demikian, hal tersebut tidak menghambat masyarakat memperoleh layanan kesehatan karena jarak antarkecamatan yang relatif dekat. Sementara kebutuhan tenaga dokter di RSUD Tengku Mansyur sebanyak 36 orang sudah tercukupi.
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-46
Tabel 2.32. Banyaknya Tenaga Dokter Menurut Kecamatan Kota Tanjungbalai, 2015
No Kecamatan Dokter Umum Dokter
Gigi Dokter
Ahli
1 Datuk Bandar 0 1 0
2 Datuk Bandar Timur 2 0 0
3 Tanjungbalai Selatan 0 1 9
4 Tanjungbalai Utara 2 1 0
5 Sei Tualang Raso 3 0 0
6 Teluk Nibung 4 0 0
Tanjungbalai 11 3 9
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
C. Temuan penyakit
Penyakit infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas menjadi penyakit
terbanyak yang diderita oleh penduduk Kota Tanjungbalai. Kebakaran lahan yang
banyak terjadi di wilayah Sumatera diduga menjadi penyebab utama banyaknya
penderita penyakit tersebut. Sampai dengan 2015, sebanyak 7.939 penduduk terkena
penyakit Infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas.
Sementara itu infeksi penyakit usus yang lain, hipertensi dan penyakit pada sistem otot
dan penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat menjadi penyakit terbanyak
berikutnya. Masing-masing jumlah kasus yang penyakit tersebut adalah 4.093, 3.999,
dan 3.271. Berikut ini jumlah temuan penyakit terbanyak di Kota Tanjungbalai:
Tabel 2.33.
Jumlah Kasus 10 Penyakit Terbanyak Di Kota Tanjungbalai, 2015
No Jenis Penyakit Banyaknya
1 Penyakit lain pada ISPA 7.939
2 Infeksi Penyakit Usus yang lain 4.093
3 Hipertensi 3.999
4 Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat 3.271
5 Penyakit lainnya 2.951
6 Diare 2.920
7 Infeksi akut lain pada saluran pernapasan bagian atas
2.821
8 Penyakit kulit infeksi 2.381
9 Gangguan gigi dan gangguan lainnya 1.854
10 Penyakit kulit alergi 1.201
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-47
Jumlah kasus HIV/AIDS pada tahun 2015 meningkat tajam menjadi 9 kasus dibandingkan tahun 2014 yang hanya terdapat 2 kasus. Setiap tahunnya jumlah kasus terbanyak terdapat pada jenis penyakit diare. Angka tersebut juga mengalami peningkatan yang tajam pada tahun 2015 menjadi 9.811 dibandingkan tahun 2014 terdapat 1.893 kasus.
Tabel 2.34. Jumlah Kasus HIV/AIDS, IMS, DBD, Diare, TB dan Malaria
Kota Tanjungbalai, 2011-2015
No Jenis Penyakit
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1 HIV/AIDS 1 2 0 2 9
2 IMS 23 5 2 0 0
3 DBD 61 37 36 88 46
4 DIARE 4723 2.332 2.835 1.893 9.811
5 TB 181 189 243 199 220
6 MALARIA 9 0 1 0
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
2.3.1.3. Pekerjaan Umum
A. Kondisi jalan
Keadaan jalan dalam kondisi baik di Kota Tanjungbalai selama lima tahun terakhir
mengalami peningkatan. Pada 2011 sebanyak 61,61 persen jalan dalam kondisi baik,
sedangkan pada 2015 persentase jalan dalam kondisi baik meningkat signifikan
menjadi 69,49 persen. Sementara itu, kondisi jalan yang rusak berat pada 2015
sebanyak 5,18 persen meningkat dari Tahun 2011 yang hanya sebesar 1,91 persen.
Tabel 2.35.
Persentase Kondisi Jalan di Kota Tanjungbalai, 2011-2015
No Kondisi Jalan 2011 2012 2013 2014 2015
1 Baik 61,61 64,10 64,26 66,44 69,49
2 Sedang 23,73 27,81 24,69 21,10 19,18
3 Rusak 12,76 6,28 7,02 7,95 6,13
4 Rusak Berat 1,91 1,81 4,02 4,51 5,18
Sumber: Dinas PU Kota Tanjungbalai, 2016
Dalam rangka penggunaan dan pemenuhan kebutuhan angkutan, jalan dibagi dalam
beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan transportasi, perkembangan
teknologi kendaraan bermotor, muatan sumbu terberat kendaraan bermotor serta
konstruksi jalan, oleh karenanya jalan dikelompokkan ke dalam kelas jalan.
Kelas jalan terpanjang di Kota Tanjungbalai tergolong dalam Kelas III C mencapai
94,16 km pada Tahun 2015. Kelas III C bermakna
jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 9.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-48
Tabel 2.36.
Panjang Jalan Menurut Kelas di Kota Tanjungbalai (km), 2011-2015
No Kondisi Jalan 2011 2012 2013 2014 2015
1 Kelas I 0 0 0 0 0
2 Kelas II 0 0 0 0 0
3 Kelas III 20,48 15,24 15,24 15,23 15,24
4 Kelas III A 68,26 63,05 67,17 67,17 68,23
5 Kelas III B 46,08 52,97 54,77 58,84 58,87
6 Kelas III C 69,16 86,74 88,40 93,32 94,16
7 Kelas tidak dirinci
104,84 108,27 109,93 111,54 112,08
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
Dalam rangka mewujudkan kepastian hukum penyelenggaraan jalan sesuai dengan
kewenangan Pemerintah dan pemerintah daerah maka jalan umum menurut statusnya
dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan
jalan desa. Dari tabel dilihat bahwa status jalan kota mendominasi keseluruhan
panjang jalan yang ada di Kota Tanjungbalai.
Tabel 2.37.
Panjang Jalan Menurut Administrasi Pemerintahan
Kota Tanjungbalai (km), 2015
No Kondisi Jalan Panjang (km)
1 Jalan Nasional 6,54
2 Jalan Provinsi 8,7
3 Jalan Kota 330,880
Sumber: Dinas PU Kota Tanjungbalai, 2016
B. Tempat ibadah
Sebagai daerah dengan mayoritas penduduk beragama islam, tempat ibadah bagi
penduduk muslim menjadi yang terbanyak di Kota Tanjungbalai. Pada Tahun 2015,
jumlah masjid sebanyak 54 buah dan mushola sebanyak 98 buah.
Tabel 2.38. Banyaknya Tempat Ibadah Menurut Kecamatan di Kota Tanjungbalai, 2015
No Kecamatan Masjid Mushola Gereja Kuil/Wihara Jumlah
1 Datuk Bandar 13 29 19 0 61
2 Datuk Bandar Timur
9 17 2 1 29
3 Tanjungbalai Selatan
5 8 4 7 24
4 Tanjungbalai Utara 7 8 1 1 17
5 Sei Tualang Raso 8 15 0 0 23
6 Teluk Nibung 12 21 0 0 33
Kota Tanjungbalai 54 98 26 9 187
Sumber: BPS Kota.Tanjungbalai, 2016
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-49
C. Irigasi
Kota Tanjungbalai hanya memiliki irigasi jenis setengah teknis sebagai media
pengairan irigasi pada sawahnya. Sampai dengan Tahun 2014, jumlah irigasi
setengah teknis di Kota Tanjungbalai telah mengairi 164 ha lahan sawah yang
semuanya berada di Kecamatan Datuk Bandar.
Tabel 2.39.
Luas Lahan Sawah Menurut Jenis Pengairan dan Kecamatan
Kota Tanjungbalai, 2015 (ha)
No Kecamatan Irigasi
Teknis Setengah Teknis Sederhana
1 Datuk Bandar 0 164 0
2 Datuk Bandar Timur 0 0 0
3 Tanjungbalai Selatan 0 0 0
4 Tanjungbalai Utara 0 0 0
5 Sei Tualang Raso 0 0 0
6 Teluk Nibung 0 0 0
Tanjungbalai 0 164 0
Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Tanjungbalai, 2016
2.3.1.4. Perumahan
A. Pengguna Listrik
Pemakai listrik pada jenis rumah tangga menjadi jumlah terbesar di Kota Tanjungbalai
pada Tahun 2015 dengan jumlah 73.087 pelanggan. Daya yang tersambung pada
jenis pemakai rumah tangga sebanyak 59.685.300 VA dan jumlah KWH terjual
10.492.045 KWH.
Tabel 2.40. Banyaknya Pelanggan, Daya Tersambung, KWH Terjual dan Nilai Listrik yang
disalurkan menurut Jenis Pemakai di Kota Tanjungbalai, 2015
No Jenis Pemakai Pelanggan Daya
Tersambung (VA)
KWH Terjual (KWH)
Nilai (Juta Rp)
1 Rumah Tangga 73.087 59.685.300 10.492.045 7.209.942.564
2 Bisnis 2.380 11.076.800 1.587.873 2.062.188.372
3 Industri 53 14.020.900 3.026.335 3.521.584.426
4 Sosial 1.530 2.287.600 348.743 216.732.719
5 Instansi
Pemerintah
343 3.536.126 905.557 1.336.548.573
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai,2016
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-50
Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik PLN sebagai sumber penerangan
mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh kenaikan jumlah
pelanggan setiap tahunnya, sedangkan daya listrik yang tersambung masih terbatas
tergantung pada gardu induk yang terdapat di Kota Rantau Parapat.
Tabel 2.41. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan Utama, 2011-2015
Tahun Listrik PLN Listrik Non PLN Bukan Listrik
2011 98,54 0,31 1,14
2012 96,73 0,93 2,34
2013 99,66 0,12 0,23
2014 98,22 0,69 1,10
2015 98,46 0,44 1,11
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai,2016
B. Pengguna Air Minum
Terhitung sampai 2015, jumlah pelanggan air minum di Kota Tanjungbalai didominasi
oleh rumah tempat tinggal dengan jumlah pelanggan sebanyak 5,8 juta pelanggan
dan nilai Rp 1.088.479.375. Nilai tersebut berada di bawah pemakai Hotel/Objek
Wisata/Pertokoan dan Industri dengan nilai Rp 4.168.651.930, dengan jumlah
pelanggan sebanyak 848 ribu pelanggan.
Tabel 2.42. Banyaknya Pelanggan, Air Minum yang Disalurkan, dan Nilai Air Minum Menurut
Jenis Pemakai di Kota Tanjungbalai, 2015
No Jenis Pemakai Pelanggan Banyaknya (m3) Nilai(Rp)
1 Rumah Tempat Tinggal 5.879.417 17.181 1.088.479.375
2 Hotel/Objek Wisata/Pertokoan dan Industri
848.476 2.016 4.168.651.930
3 Sosial 259.102 299 369.362.985
4 Umum 35.704 68 36.404.290
5 Instansi Pemerintah 103.493 125 322.131.065
Jumlah 7.126.192 546.190 5.985.029.695
Sumber: PDAM Kota Tanjungbalai, 2016
Selama lima tahun terakhir, rumah tangga pengguna air minum layak mengalami penurunan. Pada Tahun 2015 terdapat sekitar 50,31 persen rumah tangga yang mendapatkan air minum layak. Angka tersebut tersebut masih tergolong rendah karena hanya setengah dari seluruh RT yang ada di Kota Tanjungbalai yang menikmati air bersih, hal tersebut disebabkan peralatan Water Treatment Plant (WTP) atau instalasi pengolahan air yang masih kurang memadai, saat ini masih berjumlah 4 buah, sedangkan kebutuhan seharusnya 5 buah, selain itu daya yang dibutuhan untuk menggerakan WTP tersebut belum maksimal karena daya listrik yang terbatas.
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-51
Tabel 2.43. Persentase Rumah Tangga Menurut Kondisi Air Minum, 2011-2015
Tahun Layak Tidak Layak
2011 67,67 32,33
2012 50,82 49,18
2013 60,91 39,09
2014 51,58 48,42
2015 50,31 49,69
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
2.3.1.5. Penataan Ruang
Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan area yang penggunaannya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam. Jika dilihat berdasarkan perbandingan antara luas wilayah dengan
luas RTH maka Tanjungbalai Selatan memiliki RTH terluas dibandingkan kecamatan
lain. Berdasarkan data pada tabel dapat disimpulkan bahwa luas RTH Kota
Tanjungbalai sampai dengan 2015 baru mencapai 0,15 persen. Berdasarkan angka
tersebut maka disimpulkan bahwa Kota Tanjungbalai belum memenuhi ketentuan
yang mensyaratkan setiap daerah menyediakan 30 % lahan dari seluruh luas wilayah.
Tabel 2.44. Luas Ruang Terbuka Hijau Kota Tanjungbalai, 2015
Kecamatan Luas
Wilayah Luas RTH
Jumlah Penduduk
Perbandingan RTH terhadap Luas Wilayah
(%)
Datuk Bandar 2.249 5,339 36.547 0,237
Datuk Bandar Timur 1.457 0,826 29.135 0,057
Tanjungbalai Selatan 198 0,911 20.903 0,460
Tanjungbalai Utara 83 - 17.153 -
Sei Tualang Raso 810 0,814 24.560 0,100
Teluk Nibung 1.255 1,356 38.714 0,108
Tanjungbalai 6.052 9,246 167.012 0,153
Sumber: RTRW Kota Tanjungbalai BPS Kota Tanjungbalai (2016)
2.3.1.6. Perencanaan Pembangunan
Perencanan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan
kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya guna
pemanfaatan dan pengalokasian sumberdaya yang tersedia dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu.
Selanjutnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional mengamanatkan kepada pemerintah daerah untuk menyusun
sejumlah dokumen perencanaan pembangunan daerah. Dokumen perencanaan
pembangunan daerah tersebut meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-52
Daerah (RPJP Daerah) yang merupakan rencana pembangunan dengan jangka waktu
20 tahun; Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah) untuk
jangka waktu 5 tahun dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) untuk jangka
waktu 1 tahun.
Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Tanjungbalai
ditetapkan sebagai Peraturan Daerah Kota Tanjungbalai Nomor 05 Tahun 2009
tentang Rencana pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Tanjungbalai
Tahun 2005-2025. Dokumen tersebut merupakan acuan bagi pemerintah Kota
Tanjungbalai dalam melaksanakan pembangunan selama 20 (dua puluh) tahun ke
depan,dimulai tahun 2005 hingga tahun 2025.
Pelaksanaan RPJP Kota Tanjungbalai Tahun 2005-2020 terbagi dalam tahap-tahap
perencanaan pembangunan jangka menengah (RPJM) Kota Tanjungbalai.
Pelaksanaan yang terakhir adalah RPJM Kota Tanjungbalai II Tahun 2011-2016 yang
ditetapkan sebagai Peraturan daerah Kota Tanjungbalai Nomor 5 Tahun 2012 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Tanjungbalai Tahun 2011-2016.
Kemudian dilanjutkan dengan penyusunan RPJM Kota Tanjungbalai III Tahun 2016-
2021.
Pelaksanaan RPJMD Kota Tanjungbalai Tahun 2016-2021 setiap tahunnya akan
dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), sebagai suatu
dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Kota Tanjungbalai yang memuat prioritas
program dan kegiatan dari Rencana Kerja SKPD. Selama Tahun 2011-2015 RKPD
telah memuat RPJMD secara optimal.
2.3.1.7. Perhubungan
Kota Tanjungbalai memiliki 6 (enam) buah terminal bis, tetapi tidak satupun yang
banyak dimasuki angkutan umum. Selain itu, terdapat satu stasiun kereta api yang
terletak di Kecamatan Tanjungbalai Utara yang menyediakan rute perjalanan
Tanjungbalai-Medan. Kota Tanjungbalai terletak di pinggir Sungai Silau dan Sungai
Asahan yang menyebabkan banyak usaha masyarakat terkait trasportasi di kedua
sungai ini. Hal ini didukung oleh ketersediaan tangkahan boat yakni sebanyak
sehingga terdapat 10 (sepuluh) buah baik yang dimiliki pemerintah maupun milik
masyarakat.
Tabel 2.45. Banyaknya Sarana Transportasi Menurut Jenisnya dan Kecamatan di Kota
Tanjungbalai, 2015
Kecamatan Terminal Bis Stasiun Kereta Api
Tangkahan Boat
Datuk Bandar 1 0 0
Datuk Bandar Timur 1 0 1
Tanjungbalai Selatan 1 0 2
Tanjungbalai Utara 1 1 1
Sei Tualang Raso 1 0 1
Teluk Nibung 1 0 5
Tanjungbalai 6 1 10
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-53
Secara geografis Kota Tanjungbalai memiliki posisi strategis yag dekat dengan negara
tetangga Malaysia, Singapura dan Thailand. Posisi ini memudahkan akses orang baik
dalam maupun luar negeri yang ingin berkunjung ke negara-negara tersebut dengan
didukung adanya pelabuhan Teluk Nibung. Dalam sehari terdapat 6 unit ferry yang
melayani transportasi rute Tanjungbalai-Port Klang Malaysia yang bisa ditempuh
hanya dengan waktu lebih kurang selama 4 (empat) jam. Selama kurun waktu Tahun
2011-2015 terjadi peningkatan jumlah penumpang ke luar negeri sebesar 14 persen
setiap tahunnya. Selain itu terdapat pula kapal ferry yang melayani jurusan
antardaerah, yakni melayani jurusan Tanjungbalai-Ledong, Tanjungbalai-Sei
Berombang, Tanjungbalai-Panipahan dan dan Tanjungbalai-Bagan Siapi-api.
Tabel 2.46. Banyaknya Penumpang dan Barang yang Berangkat tiap Bulan di Pelabuhan
Tanjungbalai-Asahan, 2011-2015
Tahun
Penumpang Muatan
Ke LN DN Ekspor Antar Pulau
2011 103945 109259 41719 75623
2012 100603 59136 16927 70315
2013 34376 39851 35845 65761
2014 197991 47479 23110 43339
2015 178247 41215 18153 84776
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
2.3.1.8. Lingkungan Hidup
Penanganan Sampah
Pemerintah daerah melakukan pengelolaan sampah melalui pembuangan sampah ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA), yang berjumlah 2 lokasi. Pada tahun 2015 Kota
Tanjungbalai memiliki 422 unit tempat pembuangan sampah dengan kapasitas daya
tampung (TPS) sebanyak 3.225.000 ton. Volume sampah yang dapat ditangani adalah
sebanyak 790.385 ton dari volume produksi sampah sebanyak 4.757.970 atau
sebesar 16,61 persen.
2.3.1.9. Pertanahan
Perbedaan antara Hak Guna Bangunan (HGB) dengan Hak Milik (HM) adalah jika hak
guna bangunan memiliki hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan di atas
tanah bukan miliknya sendiri dengan jangka waktu 30 tahun ,dan jangka waktunya
dapat diperpanjang sampai 20 tahun. Sedangkan jika hak milik hanya bisa dipunyai
oleh WNI yaitu hak yang sifatnya turun temurun, terkuat, dan terpenuhi oleh WNI.
Pada Tahun 2015 luas lahan yang bersertifikat hak guna bangunan sebesar 14.810m2,
sedangkan lahan bersertifikat hak milik seluas 161.640 m2.
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-54
Tabel 2.47. Luas Lahan (m
2) Bersertifikat Menurut Kecamatan, 2011-2015
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
HGB HM HGB HM HGB HM HGB HM HGB HM
Datuk Bandar 112.900 24.890 98.300 178.900 78.240
Tanjungbalai Selatan
74.520 11.800 25.890 35.980 2.920 24.800
Tanjungbalai Utara
471 15.860 6.353 5.750 15.200 10.590 58.600 18.800 5.820
Sei Tualang Raso
5.120 2.997 4.210 18.400 1.935
Teluk Nibung 8.972 3.880 19.945 21.750 35.820 11.890 14.895
Datuk Bandar Timur
26.800 9.500 24.800 45.600 35.950
Tanjungbalai 471 244.172 6.353 58.817 15.200 183.735 80.350 333.500 14.810 161.640
Sumber: BPN Kota Tanjungbalai, 2016
Tabel 2.48. Persentase Penduduk Memiliki Tanah, 2011-2015
Kecamatan Luas Tanah Jumlah Penduduk
Memiliki Tanah
Datuk Bandar 78.240 147
Tanjungbalai Selatan 27.720 45
Tanjungbalai Utara 5.820 12
Sei Tualang Raso 1.935 33
Teluk Nibung 26.785 39
Datuk Bandar Timur 35.950 199
Tanjungbalai 176.450 475
Sumber: BPN Kota Tanjungbalai, 2016
2.3.1.10. Kependudukan dan Catatan Sipil
Aktivitas penduduk Kota Tanjungbalai yang berkaitan dengan urusan kependudukan
dan catatan sipil, salah satunya didominasi dengan mengurus dokumen kelahiran.
Pada Tahun 2015, kegiatan pengurusan dokumen kelahiran sebanyak 3.716
kegiatan, menurun dari tahun sebelumnya yang sebanyak 5.131 kegiatan. Sementara
kegiatan pengurusan perceraian pada Tahun 2015 sebanyak 8 kegiatan yang juga
menurun dari tahun sebelumnya yang berjumlah 10 kegiatan.
Tabel 2.49. Banyaknya Kegiatan Pengurusan di Kantor Catatan Sipil
Kota Tanjungbalai, 2011-2015
NO Pengurusan
Kegiatan 2011 2012 2013 2014 2015
1 Kelahiran 6.703 4.476 6.639 5.131 3.716
2 Kematian 38 46 58 112 70
3 Perkawinan 81 83 119 169 219
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-55
4 Perceraian 2 3 4 10 8
5 Pengesahan Anak 4 0 5 46 0
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
Jika dilihat lebih detail, dokumen akta kelahiran yang dikeluarkan di Kota Tanjungbalai
paling banyak dikeluarkan di Kecamatan Datuk Bandar. Sampai dengan Tahun 2015
total dokumen dikeluarkan di Kecamatan Datuk Bandar sebanyak 16.549 dokumen.
Sementara kecamatan dengan jumlah dokumen akta kelahiran terkecil adalah
Kecamatan Sei Tualang Raso yakni hanya sebanyak 9.111 dokumen.
Tabel 2.50. Banyaknya Akta Kelahiran yang Dikeluarkan di Kota Tanjungbalai, 2011-2015
No Kecamatan
Jumlah Akta kelahiran
2011 2012 2013 2014 2015 Total
1 Datuk Bandar 13067 430 1230 956 866 16.549
2 Datuk Bandar Timur 9267 522 1157 826 580 12.352
3 Sei Tualang Raso 6900 642 1113 104 352 9.111
4 Tanjungbalai Selatan 7044 1127 544 483 396 9.594
5 Tanjungbalai Utara 11627 990 757 551 648 14.573
6 Teluk Nibung 10292 762 1727 1211 839 14.831
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
2.3.1.11. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencapai kesetaraan gender tanpa
membedakan laki-laki dan perempuan dengan membangun sumber daya manusia
terutama dalam rangka meningkatkan kualitas hidup dan peran perempuan agar
setara dengan kaum laki-laki dalam pembangungan di berbagai bidang.
Dalam bidang pendidikan pada tahun 2015, rasio Angka Partisipasi Murni (APM)
perempuan terhadap laki-laki pada tingkat SD sebesar 96,01 persen, SMP sebesar
92,04 persen dan SMA sebesar 150,68 persen. Angka ini menunjukkan bahwa pada
tahun 2015 target MDGs sudah hampir tercapai (on track) terkait kesetaraan gender
dalam bidang pendidikan. Rasio Angka Partisipasi Murni untuk jenjang pendidikan SD,
SMP dan SMA dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.51. Rasio APM perempuan terhadap laki-laki di Kota Tanjungbalai, 2015
No Jenjang
Pendidikan
APM
Perempuan APM Laki-laki Rasio APM
1 SD 95,27 99,23 96,01
2 SMP 69,43 75,43 92,04
3 SMA 71,09 47,18 150,68
Sumber : Susenas 2015
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-56
Di bidang ketenagakerjaan, menurut data BPS dari tahun 2011 sampai 2015 Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan lebih rendah dibandingkan TPAK laki-
laki. Perkembangan TPAK laki-laki dan perempuan dalam kurun lima tahun terakhir
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.52. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menurut jenis kelamin
Kota Tanjungbalai, 2011-2015
Jenis Kelamin 2011 2012 2013 2014 2015
Laki-laki 79,51 89,49 78,88 81,95 85,41
Perempuan 56,92 43,99 40,92 43,54 44,53
Jumlah 68,17 66,70 59,88 62,76 65,00
Sumber : Sakernas 2015
Kemajuan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dalam bidang politik
diukur berdasarkan proporsi perempuan di lembaga-lembaga publik. Anggota DPRD
Kota Tanjungbalai hasil pemilu 2009 berjumlah 25 orang, yang terdiri dari 19 orang (76
persen) laki-laki dan 6 (enam) orang (24 persen) perempuan. Selanjutnya hasil pemilu
tahun 2014 partisipasi perempuan yang duduk di DPRD menurun menjadi 3 orang (12
persen) dan laki-laki sebanyak 22 orang (88 persen).
Namun seiring ketentuan dan mekanisme partai, telah terjadi pergantian antar waktu
pada partai Golkar yang menempatkan 1 (satu) orang perempuan di Lembaga DPRD.
Sehingga jumlah perempuan di DPRD sebanyak 4 orang (16%), seperti digambarkan
pada grafik berikut.
19
22
64
0
5
10
15
20
25
Pemilu 2009 Pemilu 2014
Laki-laki
Perempuan
Gambar 2.30.
Proporsi kursi yang diduduki di DPRD Kota Tanjungbalai Berdasarkan hasil
Pemilu
Sumber : KPU Kota Tanjungbalai
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-57
Masalah perlindungan anak dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) telah
menjadi isu nasional yang memerlukan penanganan serius dari semua pihak. Hal ini
dikarenakan masih tingginya bentuk-bentuk pelanggaran terhadap perempuan dan
anak. Sebanyak 19 kementerian dan lembaga telah meluncurkan empat dokumen
terkait perlindungan perempuan dan anak. Dokumen tersebut adalah Strategi Nasional
Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak, Rencana Aksi Nasional (RAN) Perlindungan
Anak, RAN Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO), serta Peta
Jalan Pemulangan dan Pemberdayaan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah (TKIB).
Keberadaan empat dokumen tersebut diharapkan dapat memperkuat perlindungan
dan pemberdayaan perempuan serta anak dengan metode konkret yang bisa
langsung diterapkan di lapangan.
Menurut data yang diperoleh dari Polresta Tanjungbalai, jumlah perkara perlindungan
perempuan dan anak pada tahun 2011-2015 mengalami penurunan. Perkembangan
perkara perlindungan perempuan dan anak di Kota Tanjungbalai dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 2.53. Jumlah Perkara Perlindungan Perempuan dan Anak
Kota Tanjungbalai, 2011-2015
No Perkara Perlindungan
Perempuan dan Anak
2011 2012 2013 2014 2015
1. Perkara Terselesaikan 12 5 19 37 21
2. Perkara Tidak
Terselesaikan
20 18 2 18 5
Jumlah Perkara 32 23 21 55 26
Sumber : Polres Tanjungbalai, 2016
2.3.1.12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
A. Akseptor KB
Sampai dengan 2015, realisasi jumlah akseptor aktif maupun akseptor baru di Kota
Tanjungbalai kurang dari sasaran yang ditargetkan. Untuk jenis akseptor aktif,
Kecamatan Tanjungbalai Selatan dan Kecamatan Teluk Nibung menjadi daerah
dengan realisasi yang lebih besar daripada sasaran yang ditargetkan. Realisasi
akseptor aktif di Kecamatan Tanjungbalai Selatan sebanyak 1.896 atau sebesar 92,89
persen dari target sasaran sebanyak 2.041 akseptor, sedangkan Kecamatan Teluk
Nibung sebanyak 3.893 atau sebesar 98,15 persen dari dari yang ditargetkan
sebanyak 3.966 akseptor.
Sementara itu untuk jenis akseptor baru, semua kecamatan di Kota Tanjungbalai
mencapai angka sasaran yang ditargetkan. Secara keseluruhan, pada tahun 2015
realisasi jumlah akseptor baru sebanyak 4.725 orang dari yang ditargetkan sebanyak
4.593 orang.
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-58
Tabel 2.54. Sasaran dan Realisasi Akseptor Aktif, PUS, dan Akseptor Baru Menurut
Kecamatan di Kota Tanjungbalai, 2015
No Kecamatan
Akseptor Aktif PUS Akseptor Baru
Sasaran Realisasi Sasaran Realisasi Sasaran Realisasi
1 Datuk Bandar 3.563 3.554 5.460 5.406 1.039 1.308
2 Datuk Bandar Timur
2.887 2.824 4.318 4.266 625 614
3 Tanjungbalai Selatan
2.041 1.896 2.997 2.931 662 739
4 Tanjungbalai Utara
1.328 1.280 2.119 2.063 392 402
5 Sei Tualang Raso
2.402 2.312 3.660 3.571 686 785
6 Teluk Nibung 3.966 3.893 5.834 5.777 1189 877
Kota Tanjungbalai 16.187 15.759 24.388 24.014 4.593 4.725
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
B. Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera
Kecamatan Teluk Nibung menjadi daerah dengan jumlah keluarga pra sejahtera
terbanyak di Kota Tanjungbalai. Sampai dengan 2015, jumlah keluarga pra sejahtera
di Kecamatan Teluk Nibung sebanyak 2.008 keluarga. Sedangkan Kecamatan Datuk
Bandar menjadi daerah dengan jumlah keluarga pra sejahtera terkecil dengan jumlah
452 keluarga.
Di sisi lain, Kecamatan Datuk Bandar menjadi daerah dengan jumlah keluarga
sejahtera terbanyak di Kota Tanjungbalai. Sampai dengan 2015, terdapat 7.147
keluarga sejahtera di Kecamatan Datuk Bandar.
Gambar 2.31. Banyaknya Keluarga Prasejahtera dan Sejahtera di Kota Tanjungbalai, 2015
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
2.3.1.13. Sosial
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah seseorang atau keluarga
yang karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan tidak dapat melaksanakan
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-59
fungsi sosialnya dan karenanya tidak dapat menjalin hubungan yang serasi dan kreatif
dengan lingkungannya sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani,
rohani dan sosial) secara memadai dan wajar.
Menurut Kementerian Sosial RI, saat ini tercatat ada 26 jenis PMKS. Berikut ini hanya
disajikan 25 jenis PMKS, karena data Komunitas Adat Terpencil (KAT) tidak tersedia
disebabkan Kota Tanjungbalai tidak memiliki daerah pedalaman. Pada Tahun 2015,
jumlah jenis PMKS yang terbanyak adalah fakir miskin sebanyak 15.037 keluarga.
Tabel 2.55. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Kota Tanjungbalai, 2011-2015
No Jenis PMKS 2011 2012 2013 2014 2015
1 Anak Balita Terlantar 204 136 36 55 196
2 Anak Terlantar 264 253 116 193 196
3 Anak Berhadapan dengan Hukum n.a n.a 19 10 8
4 Anak Jalanan 168 68 56 34 58
5 Anak dengan Kedisbilitasan 168 24 90 115 151
6 Anak Korban Tindak Kekerasan 7 4 13 17 11
7 Anak Memerlukan Perlindungan Khusus n.a n,a 47 14 31
8 Lanjut Usia Terlantar 365 413 892 477 1.783
9 Penyandang Disabilitas 359 204 204 250 274
10 Tuna Susila 162 47 32 17 26
11 Gelandangan 27 20 18 13 5
12 Pengemis 130 30 12 17 16
13 Pemulung 27 20 89 89 56
14 Kelompok Minoritas n.a n,a 9 4 3
15 Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan
n.a n.a 114 149 157
16 Orang dengan HIV AIDS (ODH) n.a n.a 14 2 -
17 Korban Penyalahgunaan n.a n.a 98 176 258
18 Korban Trafficking n.a n.a 3 1 -
19 Korban Tindak Kekerasan 50 9 22 9 7
20 Pekerja Migran bermasalah sosial n.a n.a 18 44 293
21 Korban Bencana Alam n.a n.a 54 62 33
22 Korban Bencana Sosial n.a n.a 5 2 -
23 Perempuan Rawan Sosial Ekonomi 931 779 1.133 1.714 2.634
24 Fakir Miskin n.a n.a 1.685 3.165 15.037
25 Keluarga Bermasalah Sosial Psikologis 66 69 64 100 67
Sumber: Dinas Sosial Kota Tanjungbalai, 2016
2.3.1.14. Ketenagakerjaan
Jumlah tenaga kerja laki-laki di Kota Tanjungbalai pada 2015 sebanyak 64.659 orang
yang terdiri dari angkatan kerja laki-laki sebanyak 43.068 orang dan bukan angkatan
kerja sebanyak 21.591 orang.
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-60
Dilihat dari jenis lapangan pekerjaan utama, penduduk Kota Tanjungbalai dominan
bekerja pada sektor jasa yang terdiri dari sektor perdagangan, transportasi, keuangan
jasa kemasyarakatan. Jumlah tenaga kerja terbanyak terdapat pada sektor jasa yakni
sebanyak 45.392 orang atau sekitar 70 persen, kemudian diikuti oleh sektor pertanian
sebanyak 12.711 orang atau sebesar 20 persen dan selanjutnya manufaktur sebanyak
6.556 orang sebesar 10 persen.
Tabel 2.56. Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
dan Jenis Kelamin di Kota Tanjungbalai, 2015
No Lapangan
Pekerjaan Utama Laki-Laki Persentase Perempuan Persentase
1. Pertanian 12152 0,29 559 0,03
2. Manufaktur 5391 0,13 1165 0,05
3. Jasa 25525 0,59 19867 0,92
Jumlah 43068 21591
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan sangat mempengaruhi banyaknya
tenaga kerja yang diserap. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin
besar kemungkinan orang tersebut memperoleh pekerjaan. Pada tahun 2015 tingkat
pendidikan pekerja Kota Tanjungbalai yang dominan adalah lulusan SD yaitu
sebanyak 13.089 orang atau sebesar 39,24 persen. Selanjutnya adalah penduduk
yang bekerja dengan pendidikan SMA sebanyak 9.428 atau sebesar 28,26 persen dan
yang berpendiidkan SLTP sebanyak 7.715 orang atau sebesar 23,12 persen.
A. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah suatu indikator ketenagakerjaan yang
memberikan gambaran tentang penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan
sehari-hari merujuk pada suatu waktu dalam periode survei. Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja di Kota Tanjungbalai selama beberapa tahun terakhir mengalami
fluktuasi. Pada tahun 2011 sebanyak 68,17 persen dan pada tahun 2015 sebanyak 65
persen, setelah mengalami peningkatan dari tahun 2014 yang memiliki persentase
62,76 persen.
Gambar 2.32. Persentase Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Kota Tanjungbalai, 2011-2015
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2015
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-61
B. Tingkat Pengangguran Terbuka
Tingkat pengangguran Kota Tanjungbalai untuk kurun waktu 2011-2015 cukup
fluktuatif. Pada Tahun 2011 sebesar 10,88 persen, meningkat tajam pada Tahun 2012
yakni sebesar 14,75 persen dan kembali menurun di Tahun 2013 dan 2014 masing-
masing sebesar 8,98 persen dan 8,05 persen. Selanjutnya untuk Tahun 2015 kembali
meningkat menjadi sebesar 10,06 persen.
Gambar 2.33.
Tingkat Pengangguran di Kota Tanjungbalai, 2011-2015
Sumber: Kota Tanjungbalai dalam angka 2015
2.3.1.15. Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
Koperasi memiliki kontribusi terhadap peningkatan perekonomian suatu daerah karena
dapat menyerap tenaga kerja. Cakupan koperasi aktif selama periode 2011-2015
meningkat. Pada tahun 2011 terdapat 36 persen koperasi aktif, selanjutnya meningkat
menjadi 44 persen pada tahun 2015 dari total jumlah koperasi yang ada.
Pada tahun 2015 terdapat 18.561 orang yang menjadi anggota koperasi dengan
jumlah koperasi sebanyak 245. Jenis koperasi yang paling banyak di Kota
Tanjungbalai adalah jasa-jasa.
Tabel 2.57.
Kondisi Koperasi di Kota Tanjungbalai, 2011-2015
Usaha Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Koperasi Aktif 81 106 107 107 107
Koperasi Tidak Aktif 142 138 138 138 138
Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Kota Tanjungbalai, 2016
Tabel 2.58. Banyaknya Koperasi dan Anggota Koperasi Kota Tanjungbalai, 2011-2015
Jenis Koperasi Banyak Koperasi Banyak Anggota
KUD 5 1047
Fungsional 31 2435
Jasa-jasa 188 8649
Lainnya 21 6610
Jumlah 245 18561
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-62
2.3.1.16. Penanaman Modal
Jumlah investasi (non PMDN/PMA) selama Tahun 2011-2015 mengalami fluktuasi,
investasi tersebut berasal dari industri kecil dan jasa. Pada Tahun 2013 investasi
mencapai 704 miliar, tetapi mengalami penurunan secara signifikan menjadi 18 miliar
pada Tahun 2015.
Gambar 2.34.
Nilai Investasi di Kota Tanjungbalai, 2011-2015
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
2.3.1.17. Kebudayaan
Setiap tahun diadakan pagelaran seni dan kebudayaan serta pameran yang
dilaksanakan dalam rangka menyemarakkan Hari Jadi Kota Tanjungbalai yang jatuh
pada Tanggal 27 Desember, serta menyongsong penyambutan Tahun Baru. Kegiatan
tersebut dipusatkan di lapangan Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah.
Kegiatan seni yang dilaksanakan adalah parade budaya berupa parade keliling “Kota
Kerang” yang diikuti oleh berbagai etnis, antara lain: Melayu, Karo, Aceh, Simalungun,
Tionghoa. Kemudian acara prosesi Kesultanan Asahan yang merupakan gambaran
kilas balik tentang perjalanan sejarah berdirinya Kota Tanjungbalai, acara tersebut
juga diisi dengan pemilihan “perano dan daro”. Kegiatan pameran diisi dengan
penyampaian informasi tentang pembangunan daerah dan ajang mempromosikan
hasil industri kerajinan.
2.3.1.18. Kepemudaan dan Olahraga
Berbagai upaya pembinaan bidang kepemudaan & olahraga kerap dilakukan oleh
Pemerintah Kota Tanjungbalai baik pembinaan terhadap atlet, pemuda dan anak-anak
sekolah, yang salah satu diantaranya adalah membina pemuda dengan kegiatan
olahraga. Selanjutnya pmbinaan kepada anak sekolah selain pembinaan pendidikan
formal dalam kelas, masih terdapat kegiatan ekstrakurikuler sebagai bentuk
pembinaan yang dapat melatih keterampilan siswa/pemuda di bidang tertentu.
misalnya pramuka, olah raga, kegiatan keagamaan dan musik. Sementara itu melalui
Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata telah dilakukan pembinaan
terhadap atlit yang masih bersekolah untuk berbagai cabang olahraga sebagaimana
tercantum pada tabel berikut:
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-63
Tabel 2.59. Pembinaan Atlet di Kota Tanjungbalai, 2015
No Nama Cabang Olahraga Keterangan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Cabang olahraga Gulat Cabang Olahraga Pencaksilat Cabang Olahraga Bola Vooley Cabang Olahraga Atletik Cabang Olahraga Tenis Meja Cabang Olahraga Badminton Cabang Olahraga Renang Cabang Olahraga Sepakbola
Klub olahraga Gulat Datuk bandar. Jl. Anwar Idris Kel. Gading Kec. Datuk Bandar Pencak Silat Bapopsi Olahraga Bola volley Bapopsi
Sumber: Dispora & Budpar Kota Tanjungbalai, 2016
Olahraga unggulan seperti pencak silat, gulat, atletik dan futsal Kota Tanjungbalai
pernah diunggulkan. Tetapi sayang fasilitas berupa sarana dan prasarana olahraga
belum mendukung peningkatan di cabang olah raga tersebut. Semenjak berdirinya
Dinas pemuda olahraga kebudayaan dan pariwisata kota Tanjungbalai pada tahun
2009, pengembangan keolahragaan akan terus dilaksanakan.
Tabel 2.60. Banyaknya Sarana dan Prasarana Olah Raga di Kota Tanjungbalai, 2015
No Jenis Olah Raga Keterangan
1 Sepak Bola - Lapangan Sepak Bola Stadion Asahan Sakti
- Lapangan Sepak Bola Teluk Nibung
- Lapangan Sepak Bola Sei Tualang Raso
2 Bola Volley - Lapangan Bola Volley Gedung Serbaguna
- Lapangan Bola Volley lapangan Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah
- Lapangan Bola Volley Taman Stadion Asahan Sakti
3 Badminton Sebanyak 4 (empat) gelanggang di gedung serbaguna
4 Sepaktakraw Sebanyak 2 (dua) lapangan di gedung serbaguna
5 Olah Raga Tembak Lapangan tembak perbakin di Gedung serbaguna
6 Bola Basket Lapangan Bola Basket di Gedungserbaguna
7 Tennis Sarana Tenis Lapangan di Jl. Pengadilan Kota Tanjungbalai
Sumber: Dispora & Budpar Kota Tanjungbalai, 2016
2.3.1.19. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Dalam rangka pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP maka dilakukan 3 (tiga)
kegiatan setiap tahunnya. Secara umum tujuan kegiatan tersebut adalah untuk
menjaga keamanan di Kota Tanjungbalai agar tetap kondusif. Selanjutnya untuk tujuan
penguatan kelembagaan serta peningkatan peran partai politik, Badan Kesbangpol &
Linmas juga melakukan kegiatan pembinaan politik daerah sebanyak 3 (tiga) kegiatan
setiap tahunnya.
Kota Tanjungbalai tidak memiliki petugas linmas tetap atau yang mempunyai SK
pengangkatan dari kepala daerah. Petugas linmas dipilih hanya pada saat
pelaksanaan pilkada atau pemilu. Pada saat tersebut, akan dipilih 270 personil linmas
untuk ditempatkan disetiap lingkungan dalam kelurahan.
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-64
2.3.1.20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum
Jumlah petugas satpol PP selaku penegak perda selama tahun 2011-2015 mengalami
peningkatan, walaupun hal tersebut tidak berbanding lurus dengan tingkat
penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman, keindahan) karena pada
Tahun 2015 cakupan penyelesainya justru menurun dari tahun sebelumnya 100
persen menjadi 88,89 persen.
Untuk menangani kejadian kebakaran yang terjadi di Kota Tanjungbalai, Pemerintah
Pusat menyediakan 7(tujuh) mobil pemadam kebakaran. Pada Tahun 2015 terjadi 28
kejadian kebakaran dan pada setiap kejadian tingkat waktu tanggap (response time
rate) sekitar 15 menit.
2.3.1.21. Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan merupakan pemenuhan kebutuhan pangan, artinya diupayakan
agar pangan selalu tersedia setiap saat dan harganya terjangkau oleh masyarakat.
Kebutuhan beras Kota Tanjungbalai setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada
Tahun 2015 kebutuhan akan beras sebesar 23.130 ton, padahal masyarakat hanya
mampu memproduksi sebesar 762 ton. Artinya produksi beras lokal hanya mampu
memenuhi 3,29% dari seluruh kebutuhan beras di Kota Tanjungbalai.
Tabel 2.61. Perkembangan Produksi dan Kebutuhan Beras Kota Tanjungbalai, 2011-2015
Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
Kebutuhan beras (ton) 18341,25 20563,8 21002 23427 23130
Produksi beras (ton) 1755 669,7 736,4 419 762
Perimbangan beras (ton) (16586,25) (19894,1) (20265,6) (23008) (22368)
Swasembada 9,57% 3,26% 3,51% 1,78% 3,29%
Konsumsi (kg/kpt/tahun) 108,8 108,8 108,8 128,3 126,32
Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Tanjungbalai, 2016
2.3.1.22. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) merupakan wahana partisipasi dan
aspirasi masyarakat dalam melaksanakan pembangunan di tingkat kelurahan. Jumlah
kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat setiap tahunnya tidak
mengalami peningkatan yakni sebanyak 63, dan sampai Tahun 2015 belum ada LPM
yang memperoleh prestasi.
Selain LPM, lembaga yang diharapkan memiliki peran aktif dalam di dalam
pemberdayaan masyarakat adalah Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
Jumlah PKK selama Tahun 2011-2015 juga tidak mengalami peningkatan yaitu
berjumlah 37. PKK Kota Tanjungbalai beranggotakan PNS dan masyarakat dengan
ketua TP PKK adalah istri kepala daerah.
2.3.1.23. Statistik
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tanjungbalai setiap tahunnya selalu menerbitkan
buku Tanjungbalai Dalam Angka. Dalam buku tersebut dimuat data-data mengenai
Kota Tanjungbalai yang berhubungan dengan keadaaan geografi, pemerintahan,
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-65
penduduk dan ketenagakerjaan, sosial, pertanian, perindustrian, perdagangan,
transportasi, keuangan, pengeluaran penduduk, pendapatan regional dan kemiskinan.
Untuk buku PDRB Kota Tanjungbalai, selama Tahun 2011-2015 selalu diterbitkan oleh
BPS Kota Tanjungbalai. Data-data yang diterbitkan oleh BPS menjadi rujukan bagi
penyusun kebijakan di masa yang akan datang.
2.3.1.24. Kearsipan
Pengelolaan arsip secara baku sangat penting agar file-file, arsip dan dokumen tidak
hilang ataupun rusak karena alasan tertentu. Kota Tanjungbalai telah melakukan
pengelolaan yang baku terhadap 1340 arsip yang tersedia. Hal yang dilakukan antara
lain penataan, penilaian dan penyusutan untuk menentukan apakah arsip tersebut
dimusnahkan atau diserahkan ke Kantor Perpustakaan dan Arsip. Untuk
melaksanakan kegiatan tersebut, disediakan 3 (tiga) aparatur bidang kearsipan.
2.3.1.25. Komunikasi dan Informatika
Pada saat ini informasi komunikasi berbasis teknologi sangat diperlukan. Dalam
rangka pemenuhan hal tersebut, pemerintah Kota Tanjungbalai telah membuat sebuah
website resmi yang dapat diakses oleh semua pengguna internet, yaitu:
http://www.tanjungbalaikota.go.id.
Pemerintah Kota Tanjungbalai juga berlangganan koran harian. Ada 70 jenis surat
kabar yang diterima setiap harinya, 26 jenis untuk koran nasional dan 44 jenis untuk
koran harian.
Pada tahun 2015 persentase penduduk yang mengakses internet ada sebanyak 25,17
persen. Lokasi mengakses internet terbanyak adalah di rumah sendiri yaitu sebesar
63,86 persen, dengan pengakses terbanyak adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu
sebesar 25,99 persen, sedangkan perempuan yang mengakses internet ada sebanyak
24,34 persen.
2.3.1.26. Perpustakaan
Jumlah perpustakaan yang ada di Kota Tanjungbalai mencakup 187 unit yang terdapat
di setiap kantor kecamatan dan kelurahan, sekolah, serta milik pemerintah daerah.
Jumlah pengunjung perpustakaan setiap tahunnya mengalami peningkatan signifikan.
Pada Tahun 2015 sudah mencapai 166.429 orang dibandingkan Tahun 2011 yang
hanya mencapai 44.306 orang atau mengalami peningkatan rata-rata sebesar 39,22
persen setiap tahunnya. Jumlah buku yang tersedia juga mengalami peningkatan,
pada Tahun 2015 terdapat 9.950 judul dengan jumlah sebanyak 42.170 eksemplar.
2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan
Analisis kinerja atas layanan bidang pilihan dilakukan terhadap indikator-indikator
kinerja penyelenggaraan bidang pilihan pemerintahan Kota Tanjungbalai yang
meliputi: bidang pertanian, perikanan dan kelautan dan bidang perdagangan.
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-66
2.3.2.1. Pertanian
Sektor pertanian masih merupakan sektor penting dalam perekonomian Kota
Tanjungbalai karena sebagian besar penduduk Kota Tanjungbalai masih
menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian setelah sektor perdagangan
dan sektor jasa kemasyarakatan. Berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku,
kontribusi sektor pertanian selama tahun 2011-2015 mengalami penurunan. Pada
Tahun 2011 kontribusi sektor pertanian sebesar 17,98 persen, kemudian menurun
menjadi 17,09 persen pada Tahun 2015 atau menurun rata-rata sebesar 1,27 persen
setiap tahunnya.
Gambar 2.35.
Peranan Kategori Pertanian dan Perikanan terhadap PDRB Kota Tanjungbalai Atas Dasar Harga Berlaku, 2011-2015
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
a. Pertanian Tanaman Pangan
Tanaman pangan yang di tanam yaitu padi sawah dengan irigasi setengah teknis.
Lahan sawah yang ada di Kota Tanjungbalai terdapat pada Kecamatan Datuk Bandar,
Datuk Bandar Timur, dan Sei Tualang Raso. Berdasarkan hasil Sensus Pertanian
2013 (ST2013) ditemukan bahwa jumlah usaha pertanian di Kota Tanjungbalai
didominasi oleh kegiatan usaha pertanian rumah tangga. Hal ini tercermin dari
besarnya jumlah rumah tangga usaha pertanian, jika dibandingkan dengan
perusahaan pertanian berbadan hukum atau usaha pertanian lainnya, yaitu selain
rumah tangga dan perusahaan pertanian berbadan hukum. Jumlah rumah tangga
usaha pertanian di Kota Tanjungbalai tercatat sebanyak 3.164 rumah tangga,
menurun sebesar 14,95 persen dari hasil Sensus Pertanian 2003 (ST2003) yang
tercatat sebanyak 3.720 rumah tangga. Jumlah perusahaan pertanian berbadan
hukum tidak ada dan usaha pertanian lainnya sebanyak 3 unit. Kecamatan Datuk
Bandar tercatat sebagai Kecamatan dengan jumlah rumah tangga usaha pertanian
terbanyak, yaitu sebanyak 1.285 rumah tangga. Sedangkan jumlah perusahaan
pertanian berbadan hukum di masing-masing kecamatan tidak ada dan Kecamatan
Datuk Bandar tercatat sebagai kecamatan dengan jumlah usaha pertanian lainnya
terbanyak.
Usaha subsektor tanaman pangan meliputi usaha tanaman padi dan palawija.
Berdasarkan hasil ST2013 diketahui bahwa rumah tangga tanaman pangan di Kota
Tanjungbalai didominasi oleh rumah tangga yang mengelola Ubi Kayu. Dari
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-67
keseluruhan rumah tangga yang mengelola tanaman pangan sebanyak 515 rumah
tangga, 46,60 persen (240) diantaranya mengelola tanaman ubi kayu, sedangkan
rumah tangga yang mengelola tanaman padi adalah sebanyak 46,40 persen (239) dari
seluruh rumah tangga tanaman pangan. Selain itu, terdapat 9,12 persen (47) dari
seluruh rumah tangga tanaman pangan di Kota Tanjungbalai yang mengelola
komoditas padi dan palawija sekaligus.
Luas tanam padi mengalami penurunan selama periode 2011-2015, yaitu sebelumnya
seluas 268 ha menjadi 256 ha. Hal tersebut berdampak pada penurunan hasil
produksi beras, pada Tahun 2011 menghasilkan sebanyak 1.496 ton menjadi 1.067
ton pada Tahun 2015. Panen padi di Kota Tanjungbalai terjadi pada bulan Januari
sampai Maret dan Agustus sampai Oktober.
Hal yang sama dialami pada tanaman jagung dan ubi kayu. Tanaman jagung terjadi
penurunan luas tanam sebesar 32,25 persen. Pada tahun 2011 mencapai 31 ha
kemudian menurun menjadi 21 ha pada Tahun 2015, mengakibatkan penurunan pada
produksi jagung sebesar 12,72 persen. Untuk tanaman ubi mengalami penurunan luas
tanam sebesar 28,57 persen sehingga penurunan produksi ubi kayu menjadi sebesar
35,86 persen.
Tabel 2.62. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan
di Kota Tanjungbalai, 2011-2015
No. URAIAN
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1 Padi
Luas Tanam (ha) 268 251 266 126 256
Luas Panen (ha) 347 46 276 139 226
Produktivitas (kw/ha) 46,33 1154,6 46 47,24 1063
Produksi (ton) 1496 1154,6 1269,64 657 1067
2 Jagung
Luas Tanam (ha) 31 23 41 39 21
Luas Panen (ha) 24 39 27 35 16
Produktivitas (kw/ha) 44,33 89,7 31 39,71 60
Produksi (ton) 110 n.a 89,7 139 96
3 Kedelai
Luas Tanam (ha) - - - - n.a
Luas Panen (ha) - - - - 1
Produktivitas (kw/ha) - - - - 1
Produksi (ton) - - - - 10
4 Ubi Kayu
Luas Tanam (ha) 28 36 34 29 20
Luas Panen (ha) 34 168 32 28 22
Produktivitas (kw/ha) 260,28 604,8 170 176,07 235
Produksi (ton) 806 n.a 544 493 517
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-68
4 Hortikultura
Luas Panen (ha) 188 n.a 220 203 96
Produktivitas (kw/ha) 71,3 n.a 93,17
102,36 85,1
Produksi (ton) 1718 n.a 2049,7 2078 817
Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Tanjungbalai, 2016
Luas lahan yang ditanami padi setiap tahun mengalami penurunan rata-rata sebesar
13,2 persen setiap tahunnya. Luas lahan pada Tahun 2011 seluas 601 ha menjadi 294
ha pada Tahun 2015. Penurunan ini disebabkan karena terjadinya alih fungsi lahan,
dari lahan pertanian menjadi pemukiman penduduk.
Tabel 2.63. Luas Lahan Pertanian (ha) yang Diusahakan di Kota Tanjungbalai, 2011-2015
No Lahan Pertanian (Ha) Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1 Lahan Sawah 601 621 319 314 294
2 Lahan Pertanian bukan Sawah
2.211 1.790 2.077 2.081 2.101
Jumlah 2.812 2.411 2.396 2.395 2.395
Sumber: Indikator Pertanian Sumatera Utara, 2014
Berdasarkan jenis penggunaannya maka lahan bukan pertanian merupakan lahan
terbesar dengan luas 3.657 ha atau sekitar 0,604 persen dari luas Kota Tanjungbalai.
Penggunaan lahan terluas selanjutnya adalah untuk perkebunan yaitu sekitar 0,276
persen dari luas Kota Tanjungbalai. Jenis tanaman yang banyak ditanami untuk
perkebunan adalah pohon kelapa.
Gambar 2.36.
Luas Lahan (ha) Menurut Jenis Penggunaannya di Kota Tanjungbalai (ha), 2015
Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Tanjungbalai, 2016
Luas lahan sawah biasanya ditanami satu, dua, tiga kali tanam dalam setahun
tergantung dengan kondisi lahan, pola tanam dan jenis benih padi yang ditanam. Kota
Tanjungbalai berada pada lingkungan dengan kurang ketersediaan air maka kegiatan
tanam dan panen tidak pernah mencapai tiga kali dalam setahun.
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-69
Tabel 2.64. Luas Lahan Sawah Menurut Jenis Sawah di Kota Tanjungbalai, 2014
Jenis Irigasi Tadah Hujan Pasang Surut Jumlah
Satu Kali Penanaman 97 - - 97
Dua Kali Penanaman - 12 10 22
Sumber: Indikator Pertanian Sumatera Utara, 2014
b. Pertanian Tanaman Holtikultura
Menurut BPS, tanaman hortikultura adalah hasil menurut bentuk produk dari setiap
tanaman sayuran, biofarmaka dan tanaman hias yang diambil berdasarkan luas
dipanen/tanaman yang menghasilkan pada bulan/triwulan laporan. Selanjutnya untuk
sub sektor tanaman sayur-sayuran di kota Tanjungbalai mencakup komoditas kacang
panjang, terong, bayam, cabai, sawi, kangkung, dan ketimun.
Luas panen pada Tahun 2015 untuk seluruh tanaman sayur mengalami penurunan.
Dibandingkan Tahun 2011, tanaman kangkung merupakan jenis sayur yang
mengalami penurunan paling besar pada tahun 2015 yaitu sebesar 65 persen,
kemudian disusul tanaman bayam sebesar 58 persen.
Berdasarkan produkstivitas maka terlihat peningkatan pada semua jenis tanaman.
Dibandingkan Tahun 2011, tanaman yang mengalami peningkatan produktivitas
terbesar adalah cabai sebesar 201,5 persen pada Tahun 2015, kemudian diikuti oleh
tanaman terong sebesar 74,44 persen.
Tabel 2.65. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Sayur
di Kota Tanjungbalai, 2011-2015
No. URAIAN
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1 Kacang Panjang
Luas Panen (ha) 41 52 49 43 24
Produksi (ton) 285 1.105,8 426,3 533 175
Produktivitas (kw/ha) 70 203 87 12,4 72,92
2 Terong
Luas Panen (ha) 15 24 23 25 14
Produksi (ton) 78,5 346,4 200,1 315 127
Produktivitas (kw/ha) 52 127 87 126 90,71
3 Bayam
Luas Panen (ha) 24 37 27 22 10
Produksi (ton) 117,6 675,9 236,9 290 62
Produktivitas (kw/ha) 49 173 87 132,8 62
4 Cabai
Luas Panen (ha) 26 26 25 27 12
Produksi (ton) 143 251,5 195,7 225 199
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-70
Produktivitas (kw/ha) 55 76 78 83,33 165,83
5 Sawi
Luas Panen (ha) 17 17 22 21 10
Produksi (ton) 261,8 166,6 209,8 152 199
Produktivitas (kw/ha) 154 102 95 72,38 165,83
6 Kangkung
Luas Panen (ha) 40 42 41 33 14
Produksi (ton) 212 826,9 396,1 231 76
Produktivitas (kw/ha) 53 188 97 70 54,29
7 Ketimun
Luas Panen (ha) 25 27 33 32 17
Produksi (ton) 187,5 558,1 384,8 332 209
Produktivitas (kw/ha) 75 154 117 103,75 112,99
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
Sub sektor tanaman buah-buahan di Kota Tanjungbalai mencakup komoditi mangga,
pisang, pepaya, sawo, jambu biji, jambu air, semangka, nenas, dan nangka. Pada
tahun 2015, produksi tanaman buah-buahan yang merupakan tiga terbesar di Kota
Tanjungbalai masing-masing adalah pisang sebesar 307 ton, mangga sebesar 168
ton, dan nangka sebesar 74 ton, sedangkan pada tahun yang sama produksi tanaman
buah-buahan yang merupakan tiga terendah adalah semangka sebesar 1 ton, jambu
air sebesar 6 ton, dan nanas sebesar 8 ton. Untuk tanaman jeruk, rambutan, dan salak
sudah tidak berproduksi lagi selama 5 tahun terakhir.
Tabel 2.66. Produksi Buah-Buahan Menurut Jenis Tanaman di Kota Tanjungbalai,
2011-2015
Jenis Buah Produksi (Ton)
2011 2012 2013 2014 2015
Mangga 22,8 27,5 29,1 187,1 168
Pisang 258,3 81,9 101,2 179,3 307
Pepaya 34,2 11,3 24,6 40,3 22
Sawo 73 12,7 10,1 28,2 41
Jambu Biji 5,4 6,3 7,4 47,1 15
Jambu Air 1,6 5,2 86 30,5 6
Semangka 25,1 0 4,9 64,7 1
Nenas 1,3 1,8 1,4 14,8 8
Nangka 28,3 20,6 228 232,8 74
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
c. Peternakan
Pada tahun 2015 populasi jenis ternak besar di Kota Tanjungbalai lebih kecil jika
dibandingkan tahun 2014 yakni dari sebanyak 646 ekor menjadi 633 ekor, sedangkan
jumlah ternak kecil Tahun 2015 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari
4.674 ekor menjadi 5.012 ekor atau meningkat sebesar 7,23 persen. Pada tabel,
populasi jenis ternak unggas tahun 2015 menurun dibandingkan Tahun 2014.
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-71
Tabel 2.67. Banyaknya Ternak/Unggas Menurut Jenis Ternak Di Kota Tanjungbalai,
2011 – 2015
No Ternak/Unggas 2011 2012 2013 2014 2015
1. Ternak Besar
Sapi 202 466 636 639 628
Kerbau 17 69 7 7 5
Kuda - - - - -
2. Ternak Kecil
Kambing 960 1.149 1.175 1.241 1.397
Domba 210 721 682 740 766
Babi 1.048 2.613 2.704 2.693 2.849
3. Ayam Kampung 34.331 56.368 55.741 55.457 55.328
4. Ayam Ras n.a 6612 5016 4.000 n.a
5. Itik Manila 8.187 13.029 10.530 11.617 11.456
6. Burung Puyuh 600 4.796 3.657 3.750 2.000
Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Tanjungbalai, 2016
Produksi daging terbesar berasal dari Kecamatan Datuk Bandar. Kecamatan tersebut
menghasilkan daging berasal dari ternak sebanyak 52.559 kg. Menurut jenis ternak,
maka sapi merupakan penyumpang terbesar terhadap produksi daging yakni sebesar
62.800 kg, kemudian produksi daging kambing sebesar 13.970 kg.
Tabel 2.68. Produksi Daging Menurut Jenis Ternak dan Kecamatan
di Kota Tanjungbalai (kg), 2015
No Kecamatan Jenis Ternak (Kg)
Sapi Kerbau Kambing Domba Babi
1 Datuk Bandar 33.900 750 9.960 5.670 2.279
2 Datuk Bandar Timur 4.700 0 1.990 450 0
3 Tanjungbalai Selatan
0 0 0 0 0
4 Tanjungbalai Utara 0 0 0 0 0
5 Sei Tualang Raso 11.900 0 1.070 700 0
6 Teluk Nibung 12.300 0 950 840 0
Jumlah 62.800 750 13.970 7.660 2.279
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
Bila dilihat berdasarkan produksi daging menurut jenis unggas maka penghasil
terbesar adalah Kecamatan Datuk Bandar Timur. Jenis unggas penghasil daging
terbesar adalah ayam kampung dengan produksi sebanyak 33.196 kg.
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-72
Tabel 2.69.
Produksi Daging Menurut Jenis Unggas (kg) dan Kecamatan
di Kota Tanjungbalai, 2015
No Kecamatan Ayam
Kampung Ayam
Petelur Ayam
Pedaging Itik Manila
1 Datuk Bandar 9.384,6 0 0 3.367,44
2 Datuk Bandar Timur 12.590,4 0 0 1.432,08
3 Tanjungbalai Selatan 511,8 0 0 254,88
4 Tanjungbalai Utara 351,6 0 0 254,16
5 Sei Tualang Raso 1.855,2 0 0 1.745,28
6 Teluk Nibung 8.503,2 0 0 1.194,48
Jumlah 33.196,8 0 0 8.248,32
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
2.3.2.2. Perikanan dan Kelautan
Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku
Tahun 2015, kontribusi sub sektor pertanian dan perikanan sebesar 17,09 persen,
merupakan penyumbang ketiga setelah sektor perdagangan dan industri pengolahan
dalam perekonomian Kota Tanjungbalai.
Perkembangan produksi ikan menurut asal tangkapan di Kota Tanjungbalai sepanjang
tahun 2011 s/d 2015 secara keseluruhan mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Meningkatnya produksi perikanan tangkap dan budidaya tak lepas dari
bantuan pembinaan yang diberikan oleh Pemerintah Kota Tanjugbalai, baik dalam
bentuk pembinaan kelompok masyarakat pesisir, pemberian bantuan sarana dan
prasarana perikanan serta bantuan alat tangkap kepada nelayan.
Selain penanganan aspek produktivitas perikanan, kebijakan lain yang juga menjadi
prioritas adalah pengawasan sumberdaya laut terdiri dari penanganan dan penindakan
terhadap kasus-kasus pelanggaran, seperti kasus penangkapan ikan tanpa
menggunakan izin penangkapan, penangkapan ikan di luar areal penangkapan ikan
dan kasus penangkapan ikan dengan menggunakan bahan beracun dan aliran listrik
(strum).
Tabel 2.70. Banyaknya Produksi Ikan menurut Asal Tangkapan (Ton) di Kota Tanjungbalai,
2011– 2015
No Tahun Laut Perairan Umum
Budidaya Produksi
1 2011 35.381,00 34,86 54,10 35.469,96
2 2012 36.629,00 35,38 43,94 36.708,32
3 2013 31.106,00 33,28 34,30 31.173,58
4 2014 32.849,14 17,57 31,29 32.897,86
5 2015 42.647,99 21,25 243,56 42.912,80
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Tanjungbalai, 2016
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-73
Konsumsi ikan darat dan laut di Kota Tanjungbalai selama Tahun 2011-2015
mengalami peningkatan. Pada Tahun 2011 konsumsi ikan sebesar 2,50 persen,
menjadi 4,50 persen pada Tahun 2015 atau meningkat rata-rata sebesar 12,47 persen
setiap tahunnya. Konsumsi ikan laut pada Tahun 2011 sebesar 22,50 persen menjadi
37,20 persen atau meningkat rata-rata sebesar 10,58 persen setiap tahunnya.
Tabel 2.71. Konsumsi Ikan Perkapita (kg/kapita/thn), 2011-2015
Tahun Konsumsi Ikan
Darat Laut
2011 2,50 22,50
2012 2,75 24,60
2013 2,90 25,80
2014 3,12 27,23
2015 4,50 37,20
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Tanjungbalai, 2016
Gambar 2.37.
Jumlah Bina Kelompok Nelayan Kota Tanjungbalai, 2011-2015
Sumber: Dinas Perkanan dan Kelautan Kota Tanjungbalai, 2016
2.3.2.3. Perdagangan
1. Peranan Kategori Perdagangan Besar dan Eceran terhadap PDRB
Perdagangan besar dan eceran mempunyai kontribusi cukup signifikan terhadap
perolehan nilai PDRB Kota Tanjungbalai, yang mencapai kisaran 20 persen pertahun
dan kategori tersebut merupakan kontributor utama pembentukan PDRB agregat Kota
Tanjungbalai. Kontribusi kategori tersebut pada Tahun 2015 sebesar 20,47 persen,
menurun dibandingkan Tahun 2014 sebesar 20,56 persen
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-74
Gambar 2.38.
Peranan Kategori Perdagangan Besar dan Eceran Terhadap PDRB Kota Tanjungbalai, 2011-2015
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
2. Nilai Ekspor Impor Kota Tanjungbalai
Kegiatan perdagangan ekspor impor di Kota Tanjungbalai terjadi melalui pelabuhan
Teluk Nibung, tempat perantaraan barang dari luar negeri terutama Malaysia. Berikut
secara lengkap disajikan data mengenai ekspor bersih perdagangan di Kota
Tanjungbalai selama kurun waktu tahun 2011-2015.
Tabel 2.72. Bobot dan Nilai Ekspor/ Impor dari Pelabuhan Tanjungbalai – Asahan,
2011 – 2015
No Tahun Volume Nilai (US$ 000000)
Ekspor Impor Ekspor Impor
1 2011 24.336,97 54.153,26 24,75 33,65
2 2012 38.542,69 40.497,71 12,13 21,45
3 2013 18.803,78 35.482,36 13,99 17,43
4 2014 14.623,76 27.469,3 13,26 11,76
5 2015 15.950,58 20.135,2 11,44 7,68
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
3. Sarana dan Prasarana Perdagangan
Demikian juga dengan ketersediaan sarana dan prasarana perdagangan di Kota
Tanjungbalai, pada Tahun 2015 terdapat 20 pasar umum, 59 toko, dan 1.071 kios
dengan total sarana perdagangan sebesar 1154. Selama Tahun 2011-2015 jumlah
sarana perdangan tersebut tidak mengalami perubahan yang signifikan.
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-75
Tabel 2.73.
Banyaknya Sarana Perdagangan Menurut Jenisnya di Kota Tanjungbalai,
2011-2015
Jenis Sarana Perdagangan
2011 2012 2013 2014 2015
Pasar Umum 20 20 20 20 20
Toko 59 59 59 59 59
Kios 1012 1036 1047 1049 1071
Warung 0 0 0 0 0
Rumah Makan 0 0 0 0 0
Total 1095 1115 1130 1132 1154
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
Pasar tradisional memegang peranan penting dalam kegiatan perdagangan di Kota
Tanjungbalai. Pasar tradisional biasanya dikelola oleh pedagang menengah dan
pedagang kecil. Adapun pasar tradisional yang banyak melakukan aktivitas ekonomi
di Kota Tanjungbalai adalah Pasar Bahagia dan Pasar Bengawan di Kecamatan
Tanjungbalai Selatan dan Pasar Suprapto di Kecamatan Tanjungbalai Utara. Selain itu
terdapat juga beberapa pasar modern yaitu Hypermart, Indomaret, Alfamidi. Menurut
jenisnya maka jumlah pedagang terbesar di Kota Tanjungbalai adalah pedagang kecil
sebanyak 1983 pedagang.
Tabel 2.74.
Banyaknya Pedagang di Kota Tanjungbalai, 2015
Kecamatan Pedagang
Besar Pedagang Menengah
Pedagang Kecil
Datuk Bandar 0 0 0
Datuk Bandar Timur 0 0 1
Tanjungbalai Selatan 0 37 809
Tanjungbalai Utara 0 22 1169
Sei Tualang Raso 0 0 3
Teluk Nibung 0 0 1
Tanjungbalai 0 59 1983
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
Tanda Daftar Perusahaan (TDP) merupakan suatu bukti bahwa badan usaha atau
yang berbentuk perusahaan telah terdaftar berdasarkan Undang-undang No. 3 Th.
1982. Pada prinsipnya TDP bertujuan untuk mencatat keterangan dari suatu
perusahaan, dan merupakan sumber informasi resmi untuk pihak-pihak yang
berkepentingan. Keterangan itu dapat meliputi identitas dan keterangan lainnya
tentang perusahaan. Setiap tahun badan hukum yang terbanyak memiliki TDP di Kota
Tanjungbalai adalah untuk perorangan. Meskipun suatu kewajiban, masih banyak
usaha perorangan yang tidak memilik TDP karena umumnya usaha tersebut
mengurus TDP pada saat akan meminjam dari perbankan, disebabkan TDP
merupakan salah satu syarat bagi setiap usaha untuk mendapatkan pinjaman.
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-76
Tabel 2.75.
Jumlah Usaha Terdaftar yang Memiliki TDP Menurut Bentuk Usaha,
2011-2015
Badan Hukum 2011 2012 2013 2014 2015
PT. Incorporated Company
21 28 14 12 11
CV/Firma 63 73 38 44 37
Koperasi 0 14 2 1 2
Perorangan 205 147 179 131 151
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tanjungbalai, 2016
2.3.2.4. Perindustrian
Perindustrian di Kota Tanjungbalai menjadi sektor ekonomi yang menopang kehidupan
masyarakat. Pada Tahun 2015 kategori industri pengolahan memberi kontribusi
sebesar 18,31 persen terhadap pembentukan PDRB Kota Tanjungbalai. Kategori ini
merupakan kontributor kedua terbesar setelah sektor perdagangan. Pada kategori
industri pengolahan, lapangan usaha yang menyumbang peranan terbesar adalah
industri makanan dan minuman sebesar 17,34 persen pada Tahun 2014.
Gambar 2.39.
Peranan Kategori Industri Pengolahan Terhadap PDRB Kota Tanjungbalai, 2011-2015
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
Kategori Industri pengolahan adalah perubahan bahan menjadi produk baru dengan
menggunakan tangan atau kegiatan penjualan produk yang dibuat di tempat sama
dimana produk tersebut dijual. Pada kategori Industri pengolahan, lapangan usaha
yang menyumbang peranan terbesar adalah Industri Makanan dan Minuman yaitu
sebesar 94,92 persen pada Tahun 2015. Industri makanan mencakup pengolahan
produk pertanian, perkebunan dan perikanan menjadi makanan. Industri minuman
mencakup pembuatan minuman baik minuman beralkohol maupun tidak beralkohol.
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-77
Tabel 2.76.
Peranan Kategori Industri Pengolahan Menurut Sub Kategori Terhadap
Kategori Industri Pengolahan, 2011-2015
No Sub Kategori 2011 2012 2013 2014 2015
1 Industri Makanan dan Minuman 94,20 94,28 94,51 94,70 94,92
2 Pengolahan Tembakau 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
3 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi
0,39 0,38 0,37 0,35 0,32
4 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya
2,38 2,35 2,21 2,12 2,05
5 Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman
0,16 0,15 0,15 0,14 0,13
6 Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional
0,07 0,06 0,06 0,06 0,05
7 Industri Barang Galian bukan Logam
0,02 0,02 0,02 0,02 0,01
8 Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik
0,90 0,85 0,80 0,76 0,71
9 Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL
1,11 1,10 1,08 1,05 1,01
10 Industri Alat Angkutan 0,48 0,49 0,50 0,50 0,48
11 Industri Furnitur 0,24 0,24 0,25 0,24 0,23
12 Industri Pengolahan lainnya, Jasa Reperasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan
0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
Selama periode tahun 2010-2014 jumlah perusahaan yang beroperasi di Kota
Tanjungbalai mengalami penurunan yang cukup signifikan, Pada Tahun 2013 terdapat
531 perusahaan menjadi hanya 151 perusahaan pada Tahun 2014, tetapi tidak sama
dengan yang dialami jumlah tenaga kerja, karena terjadi peningkatan pada Tahun
2015 menjadi sebesar 1285 dari tahun sebelumnya yang hanya sebanyak 962 tenaga
kerja.
Tabel 2.77. Perkembangan Industri Kecil dan Jasa di Kota Tanjungbalai, 2010-2014
No Tahun Jumlah
Perusahaan
Jumlah Tenaga Kerja
Nilai Investasi
Nilai Produksi
1 2010 449 2050 2.911.051 6.809.505
2 2011 444 2036 2.823.719 6.605.220
3 2012 585 2380 357.345.085 51.762.770
4 2013 531 962 704.021.000 5.406.503.000
5 2014* 151 1285 17.967.380 203.532.657
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-78
Selama Tahun 2011-2015 Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tanjungbalai selalu bermitra dengan Dewan Kerajianan Nasional Daerah (Dekranasda) melaksanaan pembinaan dan pemberian peralatan kepada kelompok pengrajin batok kelapa, pengrajin kulit kerang, pengrajin eceng gondok dan pengrajin lidi.
Gambar 2.40.
Cakupan Bina Kelompok Pengrajin Kota Tanjungbalai, 2011-2015
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tanjungbalai, 2016
2.3.2.5 Parawisata
Pemerintah Kota Tanjungbalai kini terus bekerja keras membenahi kawasan
pelabuhan Teluk Nibung setelah ditetapkan sebagai pintu gerbang potensi pariwisata
Danau Toba dengan berupaya mengundang para investor, tetapi kendala klasik masih
belum teratasi yaitu kondisi infrastruktur yang belum memadai. Menurut data Kantor
Imigrasi Tanjungbalai Tahun 2015, terdapat 91.215 WNI yang datang dari luar negeri
ke Kota Tanjungbalai.
Adapun potensi pariwisata yang dimiliki dan sedang dikembangkan di Kota
Tanjungbalai adalah Pusat Pasar Ikan yang merupakan tempat penjualan ikan segar
termasuk ikan asin yang jarang ditemukan di pasar lain, Sungai Asahan, Water Boom
Tanjungbalai, Vihara Tri Ratna yang memiliki keindahan arsitektur, Jembatan
Tabayang yang merupakan jembatan terpanjang di Sumatera Utara, menghubungkan
Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Asahan, Teluk Nibung yang merupakan lokasi
transit dan perdagangan komoditas pertanian dan perikanan, Pulau Besusen yang
menurut penduduk setempat terdapat patung sigale-gale. Selain itu pengembangan
wisata kuliner menjadi salah satu alternatif untuk menjadi bagian dari pengembangan
pariwisata ke depan.
2.4. ASPEK DAYA SAING DAERAH
2.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
Kemampuan ekonomi daerah dalam kaitannya dengan daya saing daerah adalah
bahwa kapasitas ekonomi daerah harus memiliki daya tarik (attractiveness) bagi
pelaku ekonomi yang telah berada dan akan masuk ke suatu daerah untuk
menciptakan multiflier effect bagi peningkatan daya saing daerah.
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-79
Kondisi Kota Tanjungbalai terkait dengan kemampuan ekonomi daerah dapat dilihat
dari produktivitas total daerah. Produktivitas total daerah dapat menggambarkan
seberapa besar tingkat produktivitas tiap sektor dalam rangka mendorong
perekonomian suatu daerah.
A. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita
Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi
daerah sesuai dengan potensi, kekhasan dan unggulan daerah. Suatu daya saing
(competitiveness) merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan
ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai
tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan.
Kondisi Kota Tanjungbalai terkait aspek daya saing daerah dapat dilihat dari
kemampuan ekonomi daerah,fasilitas wilayah/infrastruktur, iklim berinvestasi dan
sumber daya manusia. Bila dilihat dari segi pengeluaran masyarakat Kota
Tanjungbalai maka dapat dikelompokkan dalam dua bagian yaitu makanan dan non
makanan. Sumbangan dari sisi pengeluaran konsumsi terhadap total PDRB sebesar
2,3 persen. Pengeluaran konsumsi di Kota Tanjungbalai Tahun 2015 sebesar 121
milyar meningkat sebesar 40 persen dibandingkan Tahun 2014.
Tabel 2.78. Perkembangan Industri Kecil dan Jasa di Kota Tanjungbalai, 2010-2014
Pengeluaran 2011 2012 2013 2014 2015
Konsumsi 90.142,10 87.750,70 82.875,70 84.857,50 121.858,80
- Makanan 48.705,3 49.680,9 47.671,1 53.359,3 65.397,2
- Non Makanan
41.436,8 38.069,8 35.204,6 31.498,2 56.461,6
PDRB 3.900.477 4.326.376,20 4.855.838,8 5.426.084,7 6.027.318,2
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
Selama periode 2011-2015 konsumsi makanan memiliki proporsi yang lebih besar dari
non makanan. Pada Tahun 2015 pengeluaran untuk makanan sebesar 53,67 persen,
sedangkan untuk non makanan sebesar 46,33 persen. Terdapat kecenderungan
umum bahwa semakin rendah kelas pengeluaran masyarakat semakin dominan
alokasi belanjanya untuk pangan Sejak 2011 besarnya kelompok pengeluaran untuk
makanan dan non makanan mengalami fluktuasi.
Tabel 2.79.
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Kota Tanjungbalai, 2011-2015
Kelompok Pengeluaran
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Makanan 54,03 56,62 57,52 62,88 53,67
Non Makanan 45,97 43,38 42,48 37,12 46,33 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
B. Persandian
Pelaksanaan persandian di Kota Tanjungbalai berjalan dengan baik. Petugas
persandian selalu melakukan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-80
dan Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) di Jakarta. Setiap triwulan Lemsaneg
membagikan kunci sandi kepada Pemerintah Daerah melalui simulasi dan rapat
koordinasi.
Tabel 2.80. Sarana dan Prasarana Persandian di Kota Tanjungbalai, 2015
No Komponen
1 Radio SSB
2 Buku Sandi OTP
3 layanan telepon bersandi menggunakan CR 7000 i
4 Fax SQP-34 MCT
5 All Fax 3000
6 Criptomactio
7 Laptop bersandi + VPN (Virtual Private Network)
Sumber: Bagian Humas Kota Tanjungbalai, 2016
2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
Ketersediaan fasilitas wilayah atau infrastruktur yang menunjang daya saing daerah
dalam hubungannya dengan ketersediaannya (availability) dalam mendukung aktivitas
ekonomi daerah di berbagai sektor antara lain dapat diketahui dari beberapa indikator
antara lain jumlah orang yang terangkut angkutan umum dan jumlah orang melalui
terminal, penataan wilayah, fasilitas bank dan non bank, ketersediaan air bersih,
fasilitas listrik dan telepon, restoran/rumah makan, dan ketersediaan penginapan.
a. Sarana Perhubungan
Ketersediaan infrastruktur merupakan salah satu fasilitas yang sangat diperlukan
dalam meningkatkan daya saing daerah. Sarana dan prasarana wilayah pada
dasarnya merupakan elemen pendukung bagi berlangsungnya kehidupan suatu
wilayah karena masyarakat yang tinggal di suatu wilayah akan membutuhkan sarana
prasarana untuk melangsungkan kegiatan. Panjang jalan yang ada di Kota
Tanjungbalai adalah 346,12 km, dimana 100,51 km diantaranya sudah berjenis
permukaan hotmix dan 229,95 km sudah berkondisi baik. Hanya 15,62 km jalan di
Kota Tanjungbalai yang rusak berat.
Kendaraan sebagai sarana transportasi yang paling sering digunakan masyarakat
Kota Tanjungbalai adalah becak mesin sehingga pada tahun 2014 tercatat 250 unit
becak mesin melebihi mobil penumpang dan mobil barang. Kemudian sarana
transportasi yang ada di Kota Tanjungbalai yaitu 6 terminal bis, 1 stasiun kereta api,
dan 22 tangkahan boat.
Pemasangan rambu-rambu lalu lintas pada tahun 2014 sudah dilakukan sebanyak 128
rambu. Jumlah tersebut juga bertambah sebanyak 3 rambu pada tahun 2015 menjadi
sebanyak 133 rambu.
Akses aksesibilitas terkait dengan kemudahan suatu wilayah untuk dijangkau melalui
jaringan jalan yang ada. Pada Tahun 2015, kepadatan penduduk di Kota Tanjungbalai
sebesar 2759,617 (Tinggi >1000). Menurut SPM bidang jalan maka indeks
aksesibilitasnya lebih besar dari 1,5 (>1,5). Selanjutnya berdasarkan tabel, rasio
panjang jalan per luas wilayah pada Tahun 2015 sebesar 5,10 (>1,5). Artinya jalan
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-81
yang terbangun sudah efektif memenuhi kebutuhan penduduk atau telah memenuhi
SPM.
Tabel 2.81. Rasio Panjang Jalan per Jumlah Kendaraan di Kota Tanjungbalai, 2011-2015
Thn Panjang Jalan (km)
Jlh Pdduk
Luas wilayah
(km)
Rasio Panjang Jalan per
Luas Wilayah
Jumlah kendaraan
(unit)
Rasio Panjang
Jalan per Jlh Kendaraan
2011 308,82 157698 60,52 5,10 3045 0,10
2012 326,27 160000 60,52 5,39 2849 0,11
2013 335,5 162454 60,52 5,54 861 0,39
2014 346,12 164675 60,52 5,72 544 0,64
2015 348,57 167012 60,52 5,76 795 0,44
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
Kota Tanjungbalai memiliki terminal keberangkatan dan pemberhentian kereta api.
Terminal tersebut hanya memiliki rute perjalanan Tanjungbalai menuju Medan. Pada
tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 jumlah penumpang yang berangkat
mengalami penurunan sebesar 38,45%, sedangkan tahun 2014 jumlah penumpang
meningkat sebesar 17,99%. Tahun 2015 jumlah penumpang tidak mengalami
penurunan dan kenaikan, jumlah penumpang sama dengan pada tahun 2014.
Tabel 2.82. Banyaknya Penumpang Kereta Api di Kota Tanjungbalai,
2011-2015
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
Jumlah penumpang yang tiba dan berangkat di Pelabuhan Teluk Nibung selama Tahun 2011-2015 mengalami penurunan signifikan. Jumlah penumpang tiba mengalami penurunan rata-rata sebesar 72,67 persen setiap tahunnya, sedangkan jumlah penumpang berangkat mengalami penurunan rata-rata sebesar 84,62 persen setiap tahunnya. Hal yang sama juga terjadi pada bongkar muat barang di pelabuhan, selama Tahun 2011-2015 bongkar barang mengalami penurunan rata-rata sebesar 32,37 persen setiap tahunnya, sedangkan muat barang mengalami rata-rata penurunan 26,25 persen setiap tahunnya.
Tahun Penumpang (orang)
2011 267.775
2012 257.070
2013 164.811
2014 194.475
2015 194.475
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-82
Tabel 2.83. Banyaknya Penumpang dan Barang di Pelabuhan Tanjungbalai-Asahan,
2011-2015
Tahun Penumpang (Orang) Barang (ton)
Tiba Berangkat Bongkar Muat
2011 203.261 213.204 118.453 117.342
2012 163.323 159.739 84.776 87.286
2013 135.095 114.227 88.841 101.606
2014 97.743 87.727 57.269 66.449
2015 22.865 18.350 38.584 46.192 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016
b. Fasilitas Jasa Perbankan
Ketersediaan fasilitas bank dan non bank sangat penting dalam rangka menunjang
aspek daya saing daerah. Dengan adanya fasilitas tersebut segala bidang berkaitan
dengan jasa dan lalu lintas keuangan dapat berjalan dengan lancar. Secara
keseluruhan, Kota Tanjungbalai memiliki fasilitas perbankan yang sangat lengkap,
mulai dari Bank BUMN, Bank Swasta dan Bank Sumut.
Tabel 2.84. Jenis dan jumlah Bank serta Perusahaan Asuransi di Kota Tanjungbalai
No Sektor Tahun
2012 2013 2014 2015
1 Bank Umum
a. Konvensional 3 9 8 8
b. Syariah 1 1
2 BPR
a. Konvensional - - - -
b. Syariah - - - -
3 Perusahaan Asuransi Jiwa 1 1 1 1
Sumber: Tanjungbalai Dalam Angka 2015
c. Ketersediaan Hotel dan Penginapan
Ketersediaan penginapan sangat menunjang dalam pelaksanaan pembangunan
perekonomian suatu daerah. Banyaknya penginapan dapat menunjukan
perkembangan kegiatan ekonomi pada suatu daerah dan peluang-peluang yang
ditimbulkannya. Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan ketersediaan
penginapan salah satunya dapat dilihat dari jumlah hotel/penginapan. Selama Tahun
2011-2015 terdapat 20 (dua puluh) restoran/rumah makan dan 10 (sepuluh) hotel yang
ada di Kota Tanjungbalai, diantaranya 1 (satu) hotel berbintang dan 9 (sembilan) hotel
non bintang.
d. Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik
Listrik merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi rumah tangga. Menurut Susenas
2015 persentase rumah tangga yang menggunakan listrik PLN sebagai sumber
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-83
penerangan adalah sebesar 98,46 persen, sedangkan sisanya sebesar 0,44
menggunakan listrik non PLN dan 1,11 bukan listrik.
e. Penduduk yang Menggunakan HP/telepon
Pada saat ini hp merupakan alat komunikasi yang sangat penting, melalui hp setiap
orang dapat berkomunikasi dan mengakses internet. Pada Tahun 2015 persentase
penduduk di atas 5 tahun yang menggunakan hp menurut jenis kelamin adalah lak-laki
sebesar 59,87 persen, perempuan sebesar 50,29 persen maka total keseluruhan Kota
Tanjungbalai sebesar 55,12 persen.
2.4.3. Fokus iklim Berinvestasi.
a. Angka kriminalitas
Kejahatan/pelanggaran yang terjadi di Kota Tanjungbalai relatif bisa ditangani oleh
aparat yang berwenang. Meskipun demikian, angka kriminalitas yang terjadi di Kota
Tanjungbalai tetap harus diwaspadai dan menjadi catatan tersendiri bagi kenyamanan
penduduk Kota Tanjungbalai.
Sampai dengan 2015, jumlah kejahatan/pelanggaran yang terjadi di Kota Tanjungbalai
sebanyak 1.234 kasus. Jika dilihat lebih detail pada jenis kejahatan/pelanggaran yang
terjadi, pencurian biasa menjadi jenis kejahatan/pelanggaran yang mengalami
penurunan setiap tahunnya. Jenis kejahatan/pelanggaran yang perlu diwaspadai
adalah narkotika yang mengalami tren meningkat setiap tahunnya dan kejahatan
dalam jumlah terbesar. Jika pada 2011 terdapat 79 kasus, pada periode 2015 angka
kejahatan/pelanggaran narkotika meningkat signifikan menjadi 200 kasus.
Tabel 2.85. Banyaknya Kejahatan/ Pelanggaran Menurut Jenisnya di Kota Tanjungbalai,
2011 – 2015
No Jenis
Kejahatan/Pelanggaran
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pembakaran 0 0 0 3 0
2 Kebakaran 3 14 5 4 3
3 Pemalsuan Meterai, Merek, dan Surat
5 0 0 0 0
4 Melanggar Kesopanan 0 0 1 0 20
5 Perkosaan 2 0 0 0 0
6 Perjudian 54 47 33 17 28
7 Penganiayaan Berat 0 0 0 0 56
8 Penganiayaan Ringan 85 53 53 76 0
9 Pencurian Biasa 187 124 114 80 4
10 Pencurian dengan kekerasan
2 2 0 3 3
11 Pemerasan 2 0 0 0 3
12 Penggelapan 45 33 26 26 34
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-84
13 Penipuan 17 17 11 11 16
14 Merusak Barang Orang Lain
8 8 5 0 7
15 Penadahan 0 0 2 0 0
16 Pembunuhan 0 0 1 4 1
17 Narkotika 79 95 95 121 200
18 Pencurian Kendaraan Bermotor
83 83 47 57 97
19 Penculikan 0 0 0 0 0
20 Penghinaan 5 4 4 3 7
21 Penyelundupan 0 0 0 0 3
22 Lain-lain 110 0 0 0
24 Kecelakaan Lalu Lintas 71 70 61 58 68
25 Pidana 656 610 493 598 663
26 Perlindungan Perempuan dan Anak
n.a n.a n.a n.a 21
Jumlah 1414 1160 951 1061 1234
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tanjungbalai, 2016
b. Jumlah Demonstrasi
Unjuk rasa atau demonstrasi adalah sebuah gerakan protes yang dilakukan
sekumpulan orang di hadapan umum yang biasanya dilakukan untuk menyatakan
pendapat kelompok tertentu atau penentang kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak
atau dapat pula dilakukan sebagai upaya penekanan politik atau kepentingan
kelompok. Jumlah deminstrasi dihitung berdasarkan jumlah aksi demo selama satu
tahun.
Aksi demo yang terjadi di Tanjungbalai berfluktuasi setiap tahun. Aksi demo yang
terjadi biasanya berkisar pada masalah ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan
Pemerintah Kota Tanjungbalai yang diantaranya tentang politik dan masalah ekonomi.
Tabel 2.86.
Jumlah Demonstrasi di Kota Tanjungbalai, 2011-2015
No Uraian Jenis Demo
TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015
1 Bidang Politik 25 25 30 45 2
2 Ekonomi 4 7 15 10 6
3 Kasus Pemogokan Kerja 0 0 0 0 0
4 Dll 1 3 2 2 75
Jumlah Demonstrasi 30 35 47 57 83
Sumber: Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Tanjungbalai
c. Kemudahan Perijinan
Daya saing suatu daerah tidak terjadi secara serta merta. Ia berlangsung secara terus
menerus dari waktu ke waktu yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Kemudahan
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-85
perijinan yang diberikan oleh suatu pemerintah daerah menjadi salah satu
pertimbangan bagi investor untuk berinvestasi atau menanamkan modalnya di daerah
yang bersangkutan. Kemudahan perijinan meliputi kemudahan kepengbidang, rata-
rata waktu yang dibutuhkan dan rata-rata biaya yang dikeluarkan.
Tabel 2.87. Lama Proses Perijinan di Kota Tanjungbalai
No Uraian Lama
Mengurus (hari)
Jumlah Persayaratan
(dokumen)
Biaya resmi (Rp.)
1 Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)
1 - 3 hari 5-7 -
2 Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 1 - 3 hari 4-6 -
3 Ijin Usaha Industri (IUI) 1 - 3 hari 6 -
4 Tandan Daftar Industri (TDI) 1 - 3 hari 6 -
5 Ijin Mendirikan Bangunan 15 hari 4 Rp.37,5/m –Rp.24.300/m
6 Ijin Gangguan (HO) 7-15 hari 7 Rp.15.000 – Rp.250.000
Sumber: Kantor Pelayanan Perijinan Kota Tanjungbalai
d. Pengenaan Pajak Daerah (Jumlah dan Macama Pajak dan Retrubusi Daerah)
Jumlah dan macam pajak daerah dan retribusi daerah diukur dengan jumlah dan
macam insentif pajak dan retribusi daerah yang mendukung iklim investasi.
Tabel 2.88. Jumlah dan Macam Insentif Pajak dan Retribusi Daerah yang Mendukung iklim
Investasi di Kota Tanjungbalai, 2012-2015
No Uraian Tahun
2012 2013 2014 2015
1 Jumlah pajak yang dikeluarkan 9 9 11 11
2 Jumlah insentif pajak yang mendukung iklim investasi
- -
- -
3 Jumlah retribusi yang dikeluarkan 35 35 35 35
4 Jumlah retribusi yang mendukung iklim investasi
18 18 18 18
Sumber: DPPKA Kota Tanjungbalai.
e. Peraturan Daerah (Perda) yang Mendukung Iklim Investasi
Perda yang mendukung iklim usaha biasanya dibatasi yakni perda yang terkait dengan
perijinan, lalu lintas barang dan jasa serta perda yang tekait dengan ketenagakerjaan.
Sampai tahun 2015 belum ada perda yang diterbitkan oleh Pemerintah Kota
Tanjungbalai yang diperuntukkan untuk mendukung iklim investasi.
2.4.4. Fokus Sumber Daya manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan kunci keberhasilan
pembangunan daerah dan nasional. Manusia merupakan subyek dan obyek dalam
pembangunan. Oleh karenanya pembangunan SDM harus benar-benar diarahkan dan
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-86
ditingkatkan agar mampu dan memiliki etos kerja yang produktif ,terampil, kreatif,
disiplin, profesional dan mampu memanfaatkan, mengembangkan serta menguasai
ilmu dan teknologi yang inovatif dalam rangka memacu pelaksanaan pembangunan
nasional.
Kondisi aspek daya saing daerah Kota Tanjungbalai terkait dengan sumberdaya
manusia salah satunya dapat dilihat dari kualitas tenaga kerja dan tingkat
ketergantungan penduduk.
a. Kualitas Tenaga kerja
Salah satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam kerangka pembangunan
daerah adalah kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM ini berkaitan erat
dengan kualitas tenaga kerja yang tersedia untuk mengisi kesempatan kerja didalam
negeri dan di luar negeri. Kualita stenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh
tingkat pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan
penduduk suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya. Kualitas tenaga
kerja pada suatu daerah dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk yang telah
menyelesaikan berbagai jenjang pendidikan.
Tabel 2.89. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke atas yang Bekerja menurut Tingkat
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kota Tanjungbalai (Persen), 2011-2015
Keterangan 2011 2012 2013 2014 2015
Tidak Berijazah
SD/MIPaket A
25,80 25,76 37,73 37,82 23,21
SLTP 23,35 19,87 21,62 21,82 13,20
SMU 30,30 23,54 22,54 22,39 22,05
SMK 1,70 10,84 10,48 9,46 5,00
Diploma I II dan III 1,74 2,70 2,18 1,50 1,20
DIV, S1, S2, S3 0,00 4,22 5,45 7,01 7,24
Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tanjungbalai, 2012-2016
Pada Tahun 2015 tingkat pendidikan pekerja di Kota Tanjungbalai didominasi oleh
pekerja yang tidak/belum pernah sekolah/ tidak tamat SD/ tamat SD yang mencapai
sebesar 23,21 persen, yang pada umumnya bekerja di sektor perdagangan, jasa
kemasyarakatan, dan pertanian. Sementara itu pekerja yang lulusan SLTP dan SMU
juga cukup besar yang mencapai diatas 40 persen. Pekerja dengan kualifikasi
pendidikan menengah ini umumnya diserap oleh sektor jasa usaha dan industri.
Sedangkan pekerja dengan kualifikasi pendidikan diploma dan sarjana hanya
mencapai dibawah 10 persen yang umumnya bekerja pada sektor pemerintahan.
b. Tingkat Ketergantungan (Rasio Ketergantungan)
Tingkat ketergantungan penduduk digunakan untuk melihat gambaran besarnya beban
yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk
yang tidak produktif. Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap
sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masiht ergantung
pada orangtua atau orang lain yang menanggungnya. Selainitu, penduduk berusia
diatas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun.
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-87
Penduduk usia 15-64 tahun adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah
produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk
yang tergantung pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu akurat, rasio
ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi
demografi.
Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu
negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang.
Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin
tinggi persentase dependency ratio maka semakin tinggi beban yang harus
ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum
produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang
semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk
yangp roduktifu ntuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif
lagi.
Tabel 2.90.
Rasio Beban Ketergantungan Penduduk di Kota Tanjungbalai,
2011-2015
Tahun Rasio Beban Ketergantungan Anak
Rasio Beban Ketergantungan Orang Tua
2011 62.45 6.33
2012 56.57 5.24
2013 54.33 5,12
2014 54.53 5,14
2015 53,74 5,35
Sumber : BPS Kota Tanjungbalai, 2016
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2015 ada sekitar 53 sampai 54 orang
usia anak-anak yang ditangggung oleh 100 orang usia produktif dan ada sekitar 5
sampai 6 orang usia lansia yang ditanggung oleh 100 orang usia produktif. Bila
dibandingkan antara rasio beban ketergantungan anak dengan lansia pada tahun
2011 ada sekitar 62 sampai 63 orang usia anak-anak ditangggung oleh 100 orang usia
produktif dan ada 6 sampai 7 orang usia lansia ditanggung oleh 100 orang usia
produktif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan yang signifikan pada
tahun 2011 dan 2015, namun secara series angka rasio tersebut masih menunjukkan
trend yang menurun dalam kurun waktu dua tahun terakhir.
c. Koefisien Pembangunan Manusia
Koefisien Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator untuk mengukur
pencapaian kemajuan dalam bidang ekonomi dan sosial. Adapun indikator yang
digunakan dalam penentuan IPM adalah: i) indikator kesehatan (Angka harapan
hidup), ii) indikator pendidikan (Angka rata-rata lama sekolah) dan iii) daya beli
masyarakat.
Secara umum IPM Kota Tanjungbalai menunjukkan peningkatan secara signifikan
selama 2011-2015. Pada 2011 IPM Kota Tanjungbalai adalah sebesar 64,13
kemudian meningkat menjadi 66,74 pada tahun 2015. Berdasarkan kriteria UNDP
menunjukkan Kota Tanjungbalai masuk dalam klasifikasi menengah atas.
RRPPJJMMDD KKoottaa TTaannjjuunnggbbaallaaii TTaahhuunn 22001166--22002211 II-88
Gambar 2.41.
Perkembangan IPM di Kota Tanjungbalai, 2011-2015
Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016 *) Data Sementara
Komponen IPM Kota Tanjungbalai yang lebih tinggi dari Provinsi Sumatera Utara
adalah Pengeluaran. Hal ini menunjukkan kemampuan masyarakat dalam
membelanjakan uangnya untuk barang dan jasa lebih besar. Untuk komponen angka
harapan hidup dan rata-rata lama sekolah Kota Tanjungbalai relatif lebih rendah dari
provinsi. Bila dibandingkan dengan kabupaten/kota se Sumatera utara maka IPM Kota
Tanjungbalai berada pada peringkat ke-23.
Tabel 2.91.
Komponen IPM Kota Tanjungbalai, 2015
Indikator Kota Tanjungbalai Provinsi Sumatera Utara
Angka Harapan Hidup 61,9 68,29
Rata-rata Lama Sekolah 9,12 12,82
Pengeluaran 10,326 9,563 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016