BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH 2.1. Cara Pandang …eprints.ulm.ac.id/93/2/bab 2 OK.pdf · 11. Limpasu...
Transcript of BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH 2.1. Cara Pandang …eprints.ulm.ac.id/93/2/bab 2 OK.pdf · 11. Limpasu...
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 10
BAB II
GAMBARAN UMUM DAERAH
2.1. Cara Pandang Kemiskinan
Dalam konteks strategi penanggulangan kemiskinan ini, kemiskinan dipandang
sebagai kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan atau
perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Cara pandang kemiskinan ini beranjak
dari pendekatan berbasis hak yang mengakui bahwa masyarakat miskin, baik laki-laki
maupun perempuan, mempunyai hak-hak dasar yang sama dengan anggota masyarakat
lainnya. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi,
tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi
seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, dalam menjalani kehidupan
secara bermartabat.
Hak-hak dasar terdiri dari hak-hak yang dipahami masyarakat miskin sebagai
hak mereka untuk dapat menikmati kehidupan yang bermartabat dan hak yang diakui
dalam peraturan perundang-undangan. Hak-hak dasar yang diakui secara umum antara
lain meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan,
perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman
dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam
kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Hak-hak dasar tidak
berdiri sendiri tetapi saling mempengaruhi satu sama lain sehingga tidak terpenuhinya
satu hak dapat mempengaruhi pemenuhan hak lainnya.
Dengan diakuinya konsep kemiskinan berbasis hak, maka kemiskinan
dipandang sebagai suatu peristiwa penolakan atau pelanggaran hak dan tidak
terpenuhinya hak. Kemiskinan juga dipandang sebagai proses perampasan atas daya
rakyat miskin. Konsep ini memberikan pengakuan bahwa orang miskin terpaksa
menjalani kemiskinan dan seringkali mengalami pelanggaran hak yang dapat
merendahkan martabatnya sebagai manusia. Oleh karena itu, konsep ini memberikan
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 11
penegasan terhadap kewajiban negara atau daerah untuk menghormati, melindungi dan
memenuhi hak-hak dasar masyarakat miskin.
Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa kemiskinan merupakan fenomena
yang kompleks, bersifat multidimensi dan tidak dapat secara mudah dilihat dari suatu
angka absolut. Luasnya wilayah dan relatif beragamnya budaya masyarakat
menyebabkan kondisi dan permasalahan kemiskinan di Indonesia umumnya dan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah khususnya menjadi sangat beragam dengan sifat-sifat
lokal yang kuat dan pengalaman kemiskinan yang berbeda antara perempuan dan laki-
laki. Kondisi dan permasalahan kemiskinan secara tidak langsung tergambar dari fakta
yang diungkapkan menurut persepsi dan pendapat masyarakat miskin itu sendiri,
berdasarkan temuan dari berbagai kajian, dan indikator sosial dan ekonomi yang
dikumpulkan dari kegiatan survai lapangan.
2.2. Gambaran Umum
2.2.1 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH
Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), dengan luas wilayah 1.472 Km² atau
147.200 Ha, atau 3,92 % dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, merupakan
kabupaten terkecil ke-4 dari 13 kabupaten/kota dalam wilayah Provinsi Kalimantan
Selatan.
Letak geografisnya berada pada 2º.27' – 2º.46' Lintang Selatan dan 115º.5' –
115º.31' Bujur Timur. Secara administratif, Kabupaten Hulu Sungai Tengah memiliki
batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara Kab. Balangan
Sebelah Timur Kab. Kotabaru
Sebelah Selatan Kab. Hulu Sungai Selatan
Sebelah Barat Kab. Hulu Sungai Utara
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 12
Secara administratif, Kabupaten Hulu Sungai Tengah terdiri dari 11 kecamatan,
8 kelurahan dan 161 desa. Adapun luas masing-masing kecamatan adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.1
Pembagian Administrasi dan Luas Wilayah Kecamatan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah
No. Kecamatan Luas
(km2)
% Kelurahan
(bh)
Desa (bh)
1. Haruyan 148,63 10,1 - 17
2. Batu Benawa 99,00 6,7 - 14
3. Hantakan 191,98 13,0 - 12
4. Batang Alai Selatan 189,80 12,9 1 18
5. Batang Alai Timur 247,94 16,8 - 11
6. Barabai 54,57 3,7 6 12
7. Labuan Amas Selatan 86,54 5,9 1 17
8. Labuan Amas Utara 161,81 11,0 - 16
9. Pandawan 144,24 9,8 - 21
10. Batang Alai Utara 70,00 4,8 - 14
11. Limpasu 77,49 5,3 - 9
Jumlah 1.472,00 100,0 8 161
Secara topografi, Kabupaten Hulu Sungai Tengah terdiri dari 3 (tiga) yakni :
kawasan rawa, dataran rendah, dan wilayah pegunungan Meratus. Semuanya berada
pada ketinggian antara terendah 0-7 m seluas 17.593 Ha, >7-25m seluas 34.995 ha,
>25-100 m seluas 40.321 ha, >100-500 m seluas 38.958 ha, >500-1.000 m seluas
12.521 ha dan tertinggi > 1.000 m seluas 2.812 ha, berada di Gunung Halau-
Halau/Gunung Besar Pegunungan Meratus ± 1.894 m di atas permukaan laut.
Kemiringan tanah bervariasi yaitu terendah 0-2 % seluas 75.281 ha, >2-15 % seluas
10.268 ha, >15-40 % seluas 49.914 ha dan >40 % seluas 11.737 ha. Jenis tanah terdiri
dari orgonosol gley humus seluas 58.312 ha, podsolik merah kuning dataran tinggi
seluas 31.563 ha, podsolik merah kuning pegunungan 48.448 ha, kompleks podsolik
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 13
merah kuning seluas 8.877 ha. Jumlah curah hujan tahunan rata-rata dari tahun 2006 –
2009 adalah sebanyak 227 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata sebanyak 107
hari/tahun dan intensitas suhu antara 21,19ºC sampai dengan 32,93º C.
Berdasarkan penggunaan lahan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah pada tahun
2009 penggunaan lahannya terbagi atas kampung seluas 2.363 ha, industri 1 ha,
pertambangan 305 ha, sawah 32.368 ha, pertanian tanah kering 743 ha, kebun campuran
8.884 ha, perkebunan 18.315 ha, padang (semak, alang-alang, rumput) 17.107 ha, hutan
63.939 ha, perairan 237 ha, lain-lain 2.938 ha. Luas kawasan budidaya tersebar di
semua kecamatan. Untuk topografi rawa yang tersebar di Kecamatan Batang Alai Utara,
Pandawan, dan Labuan Amas Utara, Labuan Amas Selatan dan Haruyan, budidaya
yang dilaksanakan mayoritas hanya di musim kemarau dengan komoditas padi dan
hortikultura. Kawasan rawa juga dijadikan sebagai lumbung ikan dan tempat budidaya
kerbau rawa di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Pada dataran rendah, budidaya dapat
dilakukan sepanjang tahun, dengan komoditas pertanian secara luas : padi dan
hortikultura, perikanan, dan peternakan. Kawasan dataran rendah lebih potensial
dijadikan sebagai kawasan budidaya, mengingat keunggulan dan kemudahan
penangannya dibandingkan kawasan rawa dan pegunungan. Dari dataran rendah inilah,
dihasilkan komoditas padi, sayur mayur, ternak besar dan kecil, perikanan budidaya
karamba dan kolam, serta perkebunan karet, kelapa, serta tanaman lainnya.
2.2.2 PEREKONOMIAN DAERAH
2.2.2.1 Potensi Unggulan Daerah
Kabupaten Hulu Sungai Tengah dengan luas wilayah 147.200 Ha, terdiri dari
wilayah pegunungan, dataran dan rawa. Sesuai dengan potensi wilayah tersebut, maka
potensi unggulan daerah adalah pertanian baik berupa tanaman pangan, hortikultura,
peternakan maupun perkebunan. Disamping itu Kabupaten Hulu Sungai Tengah juga
mempunyai rawa yang cukup luas, sebagai potensi perikanan. Kabupaten Hulu Sungai
Tengah merupakan salah satu lumbung beras di Kalsel yang sebagiannya
didistribusikan ke luar daerah. Disamping padi Kabupaten Hulu Sungai Tengah juga
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 14
telah berkembang usaha penggemukan sapi, peternakan ayam ras pedaging dan itik.
Pedagang sapi yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah telah memasok sapi sampai
ke Provinsi Kalimantan Tengah.
Potensi unggulan lainnya adalah ketersediaan infrastruktur khususnya jalan.
Jalan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah sudah mencapai kawasan-kawasan terpencil
dengan kondisi jalan cukup baik. Infrastruktur telekomunikasi juga sudah menjangkau
seluruh wilayah Kabupaten hingga ke pelosok desa dengan beroperasinya jaringan
telepon seluler baik dari PT. Indosat, PT. Telkomsel dan lain-lain. Jaringan listrik dari
jumlah desa/kelurahan sebanyak 169 buah, lebih dari 85 % sudah terjangkau listrik.
Potensi pariwisata berupa pariwisata alam, seperti wisata alam Pagat, Lok Laga,
Pemandian Kolam Air Panas, Goa Liang Hadangan, Goa Kukup, kerbau rawa, wisata
petualangan di pegunungan Meratus yang merupakan yang dipenuhi dengan beragam
flora dan fauna (biodiversity) diantaranya banyak terdapat pohon meranti yang
berdiameter lebih dari 100 cm serta adat budaya suku Dayak. Potensi pariwisata
lainnya berupa wisata religius seperti Mesjid Karamat Palajau, Panji-panji Mesjid Jatuh,
makam wali dan lain-lain.
Potensi industri di Kabupaten Hulu Sungai Tengah telah berkembang industri
kecil, menengah dan rumah tangga seperti las dan deco, industri kopiah haji, dan batu
bata. Potensi lokasi yang strategis, sangat cocok untuk usaha perdagangan dan jasa,
sehingga banyak perusahaan perdagangan, keuangan maupun jasa yang mendirikan
cabangnya di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Sementara potensi tambang yang ada
adalah batu bara, marmer, andesit, batu gamping, dan granit.
2.2.2.2 PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat merepresentasikan
pertumbuhan perekonomian daerah. Angka Produk Daerah Regional Bruto (PDRB)
Kabupaten Hulu Sungai Tengah dalam 5 tahun terakhir terus menunjukkan peningkatan
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 PDRB-ADHB mencapai Rp
1.097.133.340.000,- dan PDRB-ADHK sebesar Rp 813.845.370.000,-. Maka pada
tahun 2009 (angka sementara) PDRB-ADHB sudah mencapai Rp 1.820.776.490.000,-
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 15
dan PDRB-ADHK sebesar Rp 1.057.006.190.000,-. Berarti selama 5 tahun PDRB-
ADHB meningkat sebesar Rp 723.642.150..000,- atau meningkat sebesar naik 65,96,
% dengan rata-rata pertumbuhan per tahunnya sebesar 13,50 %.
Struktur perekonomian Kabupaten Hulu Sungai Tengah masih didominasi oleh
sektor Pertanian, diikuti oleh sektor Jasa, Perdagangan, Hotel dan Restauran.
Perkembangan PDRB menurut lapangan usaha dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2
Perkembangan PDRB-ADHB Menurut Lapangan Usaha
Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2005 – 2009
Lapangan Usaha PDRB-ADHB (Jutaan Rupiah)
2005 2006 2007 2008 2009*)
Pertanian 388.896,84 490.683,94 554.259,69 641.657,35 733.815,12
Pertambangan
dan Penggalian
4.272,80 5.359,27 7.029,12 9.028,67 11.719,43
Industri
Pengolahan
98.066,57 103.050,08 108.417,57 124.698,34 137.308,69
Listrik dan Air
Minum
2.913,82 3.336,81 3.723,38 4.204,51 4.719,70
Bangunan 46.095,23 46.279,78 48.824,60 56.017,84 61.684,50
Perdagangan,
Restoran dan
Perhotelan
156.309,65 178.803,86 205.878,48 233.020,38 266.022,51
Pengangkutan
dan Komunikasi
74.362,91 81.400,68 86.831,91 95.467,20 103.399,12
Bank dan
Lembaga
keuangan
lainnya
74.539,36 82.008,30 92.553,27 106.128,71 120.735,27
Jasa-jasa 251.676,16 265.886,11 298.413.37 338.848,33 382.531,83
PDRB Tanpa
Minyak Bumi
1.097.133,34 1.256.808.82 1.405.931,39 1.609.071,33 1.820.776,49
PDRB dengan
Minyak Bumi
1.097.133,34 1.256.808.82 1.405.931,39 1.609.071,33 1.820.776,49
Sumber : BPS Kab. HST
*) Angka Sementara
Sedang PDRB-ADHK selama 5 tahun meningkat sebesar Rp 243.160.820.000,-
atau dalam 5 tahun naik 29,88 %, terjadi peningkatan rata-rata 6,60 % per tahun seperti
terlihat pada tabel berikut :
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 16
Tabel 2.3
Perkembangan PDRB-ADHK Menurut Lapangan Usaha
Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2005 – 2009
Lapangan
Usaha
PDRB-ADHK Th. 2000 (Jutaan Rupiah)
2005 2006 2007 2008 2009*)
Pertanian 306.556,27 335.249,09 354.629,40 386.856,74 415.619,54
Pertambangan
dan Penggalian
3.706,25 3.517,96 3.893,40 4.329,70 4.803,37
Industri
Pengolahan
70.322,74 77.785,38 81.836,94 85.811,13 90.131,72
Listrik dan Air
Minum
2.104,73 2.282,21 2.533,50 2.738,02 2.999,22
Bangunan 31.295,52 35.516,89 37.444,78 41.053,21 44.146,57
Perdagangan,
Restoran dan
Perhotelan
119.975,49 124.858,07 129.402,15 140.872,86 149.677,41
Pengangkutan
dan Komunikasi
54.231,33 61.370,62 65.428,67 71.424,25 77.056,05
Bank dan
Lembaga
keuangan
lainnya
56.753,84 49.892,59 56.053,56 59.739,38 65.095,02
Jasa-jasa 168.899,19 172.366,05 186.010,61 195.030,97 207.483,70
PDRB Tanpa
Minyak Bumi
813.845,37 862.838,86 917.233,00 987.856,25 1.057.006,19
PDRB dengan
Minyak Bumi
813.845,37 862.838,86 917.233,00 987.856,25 1.057.006,19
Sumber : BPS Kab. HST
*) Angka Sementara
Berdasarkan persentase distribusi PDRB-ADHK, dalam 5 tahun terakhir
persentase terbesar disumbangkan oleh sektor pertanian dengan rata-rata mencapai
38,73 % yang diikuti oleh sektor jasa rata-rata sebesar 20,08 %, dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran rata-rata sebesar 14,35 %. Persentase terkecil distribusi
PDRB-ADHK dalam 5 tahun terakhir adalah pada sektor listrik dan air minum yaitu
rata-rata hanya 0,27 % dan sektor pertambangan dan penggalian dengan rata-rata
sebesar 0,44 % . Persentase distribusi PDRB-ADHK menurut semua lapangan usaha
dapat dilihat pada tabel berikut.
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 17
Tabel 2.4
Distribusi Persentase PDRB-ADHK Menurut Lapangan Usaha
Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2005 – 2009
Lapangan Usaha PDRB-ADHK Tahun 2000 ( % )
2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata
Pertanian 37,67 38,85 38,66 39,16 39,32 38,73
Pertambangan
dan Penggalian
0,46 0,41 0,42 0,44 0,45 0,44
Industri
Pengolahan
8,64 9,02 8,92 8,69 8,53 8,76
Listrik dan Air
Minum
0,26 0,26 0,28 0,28 0,28 0,27
Bangunan 3,85 4,12 4,08 4,16 4,18 4,08
Perdagangan,
Restoran dan
Perhotelan
14,74 14,47 14,11 14,26 14,16 14,35
Pengangkutan
dan Komunikasi
6,66 7,11 7,13 7,23 7,29 7,09
Bank dan
Lembaga
keuangan
lainnya
6,97 5,78 6,11 6,05 6,16 6,21
Jasa-jasa 20,75 19,98 20,28 19,74 19,63 20,08
PDRB Tanpa
Minyak Bumi
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
PDRB dengan
Minyak Bumi
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Kab. HST
*) Angka Sementara
Seiring dengan terjadinya peningkatan PDRB, PDRB per kapita juga mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Selama periode 2005 – 2009, PDRB per kapita
menurut harga berlaku mengalami kenaikan sebesar Rp 2.766.558.075,- atau
mengalami pertumbuhan sebesar 59,73 %. Sedang PDRB menurut harga konstan juga
mengalami kenaikan sebesar Rp 859.157.298,- atau tumbuh sebesar 25,01 %.
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 18
Tabel 2.5
PDRB Per Kapita Menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2005 – 2009
2005 4.631.423.746,- - 3.435.555.766,-
2006 5.301.201.366,- 14,46 3.639.441.791,- 5,93
2007 5.805.100.107,- 9,51 3.787.261.188,- 4,06
2008 6.589.369.553,- 13,51 4.045.407.916,- 6,82
2009*) 7.397.981.821,- 12,27 4.294.713.064,- 6,16
Sumber : BPS Kab. HST
*) Angka Sementara
Laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah selama lima
tahun terakhir (2005 – 2009) selalu mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2009
sedikit mengalami penurunan dari tahun 2008 akibat dampak krisis dunia, tetapi masih
lebih tinggi dari tahun 2005 – 2007. Secara terinci dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.6
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Tahun 2005 – 2009
Tahun ADHB (%) ADHK Th. 2000 (%)
2005 12,99 5,95
2006 14,55 6,02
2007 11,87 6,30
2008 14,45 7,70
2009*) 13,16 7,00
Sumber : BPS Kab. HST
*) Angka Sementara
Dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008, pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten HST mengalami pertumbuhan yang selalu meningkat. Pada tahun 2008
pertumbuhan ekonomi HST mencapai 7,70 %, tertinggi dalam 5 tahun terakhir. Kalau
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 19
dilihat secara sektoral, rata-rata laju pertumbuhan ekonomi semua tumbuh positif
dengan besaran bervariasi antara 5 – 9 % seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.7
Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Atas Dasar Harga Konstan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2005– 2009
Sektor / Lapangan
Usaha
2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata
Pertanian 5,42 9,36 5,78 9,09 7,44 7,42
Pertambangan dan
Penggalian
2,16 -5,08 10,67 11,21 10,94 5,98
Industri Pengolahan 6,71 10,61 5,21 4,86 5,04 6,49
Listrik dan Air Minum 9,03 8,43 11,01 8,07 9,54 9,22
Bangunan 2,38 13,49 5,43 9,64 7,54 7,69
Perdagangan, Restoran
dan Perhotelan
4,77 4,07 3,64 8,86 6,25 5,52
Pengangkutan dan
Komunikasi
7,87 13,16 6,61 9,16 7,89 8,94
Bank dan Lembaga
keuangan lainnya
13,93 -12,09 12,35 6,58 8,97 5,95
Jasa-jasa 5,11 2,05 7,92 4,85 6,39 5,26
Total PDRB 5,95 6,02 6,30 7.70 7,00 6,60
Sumber : BPS Kab. HST
*) Angka Sementara
Secara sektoral, rata-rata pertumbuhan terbesar terjadi pada sektor listrik dan air
minum yang mencapai 9,22 % yang diikuti oleh sektor pengangkutan rata-rata sebesar
8,94 %, bangunan 7,69 % dan pertanian 7,42 %. Untuk mengetahui tingkat
ketimpangan pembagian pendapatan, salah satu ukuran yang paling sering digunakan
adalah gini ratio. Hal ini penting untuk melihat apakah pertumbuhan ekonomi yang
terjadi dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat atau hanya dinikmati oleh segelintir
orang yang akhirnya menimbulkan ketimpangan distribusi pendapatan. Angka gini
ratio sekitar 0,3 menunjukkan bahwa distribusi pendapatan cukup merata, sedangkan
angka gini ratio sebesar 0,5 atau lebih, berarti tingkat ketimpangan pendapatan
dikatakan cukup serius. Dari data dalam 3 tahun terakhir, angka gini ratio Kab.HST
masih berada di bawah 0,3 dan cenderung semakin kecil, yang berarti tingkat
ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat HST tidak besar dan cenderung makin
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 20
merata. Dibandingkan dengan Prov.Kalimantan Selatan angka gini ratio Kab. HST
masih lebih rendah.
Tabel 2.8
Angka Gini Ratio Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2005 – 2009
Wilayah 2005 2006 2007 2008 2009
Hulu Sungai Tangah 0,26 0,22 0,19 0,28 0,28
Kalimantan Selatan 0,32 0,31 0,29 0,45 0,47
Pertanian secara umum merupakan penyumbang terbesar pembentukan PDRB.
Padi sebagai komoditas utama tanaman pangan yang diusahakan, produksinya pada
tahun 2009 mencapai 208.957 Ton, sementara pada tahun 2005 sebesar 154.295 Ton
atau pertumbuhannya mencapai 35,43 %. Seiring meningkatnya produksi padi juga
terjadi peningkatan produktivitas dari 4,23 ton/ha pada tahun 2005 menjadi 4,75 ton/ha
pada tahun 2009 atau terjadi pertumbuhan 12,29 %. Peningkatan produktivitas padi
tersebut seiring dengan terjadinya peningkatan penggunaan benih unggul bermutu dari
14.755 ha pada tahun 2005 menjadi 29.100 ha pada tahun 2009 atau mengalami
kenaikan 97,22 %.
Dengan produksi Gabah Kering Panen (GKP) selama tahun 2009 sebanyak
208.957 Ton sehingga produksi Beras (63% dari Total Produksi GKP) adalah sebesar
131.642,91 Ton. Sementara jumlah penduduk Kabupaten Hulu Sungai Tengah tahun
2009 sebanyak 246.118 jiwa dengan kebutuhan beras 124 kg/kapita/tahun, maka
kebutuhan konsumsi beras selama tahun 2009 sebesar 30.518,632 Ton, dan buffer stock
(cadangan pangan/beras) yaitu 20% dari Total Produksi beras (131.642,91 Ton) yaitu
26.328,582 Ton sehingga Kabupaten Hulu Sungai Tengah mengalami surplus sebesar
74.795,696 Ton, cukup untuk konsumsi penduduk Kabupaten Hulu Sungai Tengah
selama hampir 2,5 tahun.
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 21
Selain tanaman pangan, prioritas hortikultura adalah sayur-sayuran dan jeruk,
dimana Kabupaten Hulu Sungai Tengah dikenal sebagai daerah penghasil sayur-
sayuran dan jeruk, karena didukung oleh lahan dan iklimnya yang sangat sesuai bagi
pengembangan komoditi tersebut. Produksi sayur-sayuran tahun 2009 mencapai 6.623
Ton meningkat dibanding tahun 2005 yang mencapai 6.201 Ton, sedangkan jeruk
dengan jumlah produksi mencapai 1.406 Ton, mengalami penurunan dibanding tahun
2005 yang produksinya sebesar 2.499 ton, karena banyaknya tanaman jeruk yang sudah
tua, sehingga selama 5 tahun terakhir terus dilakukan peremajaan tanaman jeruk yang
sudah tidak produktif lagi.
Pada bidang peternakan, dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 semua
populasi ternak besar (sapi dan kerbau) mengalami peningkatan sebesar 23,12 %, pada
tahun 2005 populasi baru mencapai 12.615 ekor, pada tahun 2009 sudah menjadi
15.531 ekor. Dari populasi ternak besar didominasi oleh populasi sapi, pada tahun 2009
mencapai 13.289 ekor (85,56 %). Peningkatan juga terjadi pada ternak kecil (kambing,
domba dan babi) yaitu sebesar 17,63 %, pada tahun 2005 populasi ternak kecil
sebanyak 25.904 ekor, dan pada tahun 2009 menjadi 30.471 ekor. Populasi sapi pada
tahun 2009 sebesar 15.531 ekor, Kerbau 2.242 ekor, kambing 25.883 ekor, domba
2.350 ekor, dan babi 2.238 ekor.
Selain itu populasi unggas juga mengalami peningkatan, populasi itik naik dari
tahun 2005 sebanyak 632.510 ekor, pada tahun 2009 menjadi 905.671 ekor atau naik
43,19 %. Jumlah Ayam Buras pada tahun 2005 sebesar 529.932 ekor menjadi 1.320.075
ekor pada tahun 2009 atau naik 149,10 %. Jumlah ayam ras pedaging pada tahun 2005
sebanyak 1.423.523 ekor, pada tahun 2009 meningkat menjadi 1.699.650 ekor atau
19,40 %. Seiring dengan peningkatan populasi, juga terjadi peningkatan produksi
peternakan. Produksi daging tahun 2005 2.028 ton, maka pada tahun 2009 meningkat
menjadi 2.597 ton atau naik 28,06 %. Begitu pula dengan produksi telur, pada tahun
2005 sebanyak 4.417 ton, pada tahun 2009 naik menjadi 5.792 ton atau naik 31,13 %.
Sebagai daerah dengan populasi ternak sapi yang cukup besar, maka di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah telah berkembang teknologi Inseminasi Buatan baik
untuk sapi maupun kerbau. Dari tahun ke tahun bibit sapi unggul yang lahir dari hasil
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 22
IB selalu meningkat. Pada tahun 2005 bibit sapi yang lahir hasil IB adalah sebanyak
1.512 ekor per tahun, maka pada tahun 2009 sudah naik menjadi 2.175 ekor / tahun.
Selama 5 tahun ini bibit sapi unggul yang lahir dari hasil IB mencapai 7.427 ekor.
Komoditas karet juga merupakan tanaman unggulan perkebunan yang
dikembangkan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Luas tanaman karet pada tahun
2009 sudah mencapai 20.695 ha dari 14.273 ha pada tahun 2005, terjadi peningkatan
44,99 %. Seiring peningkatan luas tanaman, produksi karet juga meningkat. Pada
tahun 2009 produksi karet sudah menapai 10.289 ton dari tahun 2005 yang baru
mencapai 6.021 ton atau terjadi kenaikan 70,89 %. Begitu pula dari sisi produktivitas,
telah terjadi kenaikan 10,29 % dari 680 ku/ha/th pada tahun 2005 menjadi 750 ku/ha/th.
Hal tersebut menandakan bahwa telah terjadi perbaikan dalam budidaya tanaman karet
selain keberhasilan daerah dalam mengembangkan karet unggul.
Produksi perikanan pada tahun 2009 adalah sudah mencapai 9.045 Ton yang
terdiri atas perikanan tangkap sebesar 7.551 Ton dan produksi perikanan budidaya
sebesar 1.494 Ton. Secara keseluruhan terdapat kenaikan produksi total jika
dibandingkan dengan tahun 2005 masih sebesar 7.445 ton atau naik sebesar 21,49 %.
Upaya untuk meningkatkan produksi perikanan budidaya maka telah dibangun Balai
Benih Ikan (BBI) yang lebih refresentatif, sehingga mampu mendukung supply
kebutuhan benih ikan untuk budidaya. Sampai dengan 2009 luas budidaya ikan di
karamba sudah mencapai 4.069 m2 dan untuk kolam serta minapadi seluas 155 Ha.
Untuk menunjang pemasaran hasil perikanan, maka pemerintah dalam beberapa
tahun terakhir telah membangun pasar ikan higinies dalam rangka memberikan
pelayanan kemudahan dan kenyamanan baik kepada pedagang ikan maupun
pembeli/konsumen. Disamping itu upaya lain yang dilakukan dalam pembangunan
perikanan adalah penaburan benih ikan di perairan umum, pemeliharaan reservart,
pengawasan sumberdaya perikanan melalui sosialisasi peraturan perundangan bidang
perikanan, razia dan pembentukan Pokwasmas.
Sampai dengan tahun 2009 total luas kawasan hutan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
adalah sebesar 49.279 Ha, yang diantaranya seluas 46.270 Ha merupakan hutan
lindung. Dari luas kawasan hutan tersebut hampir 55,59 % atau 27.394 Ha sudah
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 23
mengalami kerusakan dan 10.277 Ha berupa hutan dan lahan kritis. Dari tahun ke
tahun terus kita upayakan melakukan rehabilitasi hutan dan lahan kritis tersebut dan
sampai dengan tahun 2009 kita telah melakukan rehabilitasi seluas 3.353 Ha.
Pariwisata merupakan salah satu pendorong berkembangnya perekonomian
Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Selama periode 2005-2009 pengunjung obyek wisata
berjumlah 239.793 orang atau rata-rata 47.958 orang per tahun. Dibanding periode
2000-2004, pengunjung obyek wisata berjumlah 123.178 orang, berarti terjadi
peningkatan 94,76 %. Kontribusi pariwisata terhadap PDRB mencapai 3,30 %.
Urusan perindustrian, tingkat pertumbuhan dalam kurun waktu lima tahun
terakhir ini sebesar 30,13 %. Terjadi pertambahan 614 unit usaha formal dan formal
industri baru, sehingga pada tahun 2009 jumlah industri mencapai 2.017 unit.
Berkembangnya industri di Kabupaten Hulu Sungai Tengah selama tahun 2005-2009
dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja, pertambahan nilai investasi dan nilai
produksi. Selama kurun tersebut, pertambahan tenaga kerja yang terserap mencapai
8.332 orang, pertambahan nilai investasi sebesar Rp 2.755.404.000.000,- serta
pertambahan nilai produksi sebesar Rp 9.190.005.000.000,-. Kontribusi perindustrian
terhadap PDRB selama lima tahun rata-rata mencapai 8,76 % dengan rata-rata
pertumbuhan ekonomi sektor industri mencapai 6,49 % per tahun.
2.2.3 SOSIAL BUDAYA DAERAH
2.2.3.1 Kependudukan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah terdiri dari 11 kecamatan, 161 desa dan 8
kelurahan. Jumlah rumah tangga yang tercatat pada akhir tahun 2009 berdasarkan data
registrasi mencapai 68.405 RT, dengan jumlah penduduk 246.643 orang yang terdiri
dari 119.715 orang laki-laki dan 126.928 orang perempuan. Rata – rata jumlah
penduduk setiap desa adalah 1.459 orang, setiap 1 KM2 adalah 163 orang dan setiap
rumah tangga 3 - 4 orang. Jumlah penduduk terbanyak berada di kecamatan Barabai
(51.087 orang) sebaliknya jumlah penduduk yang terkecil berada di kecamatan Batang
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 24
Alai Timur (6.999 orang). Penduduk terbanyak berada antara usia 15-19 tahun yaitu
sebanyak 25.192 orang.
Tabel 2. 9
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan
di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2005 – 2009
No. Kecamatan Tahun
2006
Tahun
2007
T ahun
2008
Tahun
2009
Rata2
Kepadatan /
km2
1. Haruyan 20.485 21.064 20.959 21.466 140
2. Batu Benawa 18.856 18.903 18.628 19.637 189
3. Hantakan 11.559 11.656 11.635 12.012 61
4. Batang Alai Selatan 21.714 21.692 22.325 22.644 115
5. Batang Alai Timur 6.710 7.121 7.143 6.999 29
6. Barabai 49.278 49.213 49.896 51.087 905
7. Labuan Amas Selatan 26.753 26.768 26.951 27.770 311
8. Labuan Amas Utara 25.914 26.324 28.396 27.518 165
9. Pandawan 29.870 30.123 30.122 31.062 209
10. Batang Alai Utara 16.110 17.336 17.306 16.276 243
11. Limpasu 9.831 10.182 10.176 10.170 129
Jumlah 237.080 240.382 243.537 246.643 163
Sumber : BPS Kab. HST
Struktur umur penduduk Kabupaten Hulu Sungai Tengah dari tahun 2005-2009
yang mengalami peningkatan jumlah adalah pada usia antara 0-14 tahun dan usia antara
20-34 sedangkan struktur umur 34-65+ juga mengalami kenaikan. Struktur ini
memberikan gambaran bahwa masyarakat produktif di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
cukup berkembang namun melihat perkembangannya masih bersumber dari
pertumbuhan alami karena peningkatan tidak mengalami pertumbuhan yang drastis dan
fluktuatif.
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 25
Tabel 2.10
Struktur Penduduk Menurut Usia di Kabupaten HST Tahun 2005-2009
No. Kelompok
Umur
(Tahun)
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
0 – 4
5 – 9
10 – 14
15 – 19
20 – 24
25 – 29
30 – 34
35 – 39
40 – 44
45 – 49
50 – 54
55 – 59
60 – 64
65 +
18.524
24.850
24.839
20.511
17.483
18.931
19.411
20.531
18.903
14.679
13.318
7.365
7.565
9.979
18.080
23.805
20.718
23.114
18.692
20.363
18.912
19.806
16.718
13.806
13.355
7.256
10.426
12.029
18.916
22.525
24.856
24.868
16.796
17.357
18.798
20.434
19.785
13.806
13.544
9.065
7.206
14.233
19.072
22.711
25.062
25.074
16.935
17.501
18.953
20.603
19.949
13.920
13.656
9.140
7.266
14.351
19.131
22.727
23.095
25.192
16.665
17.135
18.881
21.057
20.449
14.519
14.869
9.971
7.797
14.630
Jumlah 236.889 237.080 240.382 243.573 246.643
Sumber : BPS Kab. HST
Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin 2005-2009 semuanya
menunjukkan seks ratio di bawah 100 yang berarti lebih banyak penduduk perempuan
dibandingkan laki-laki. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa penduduk laki-laki
banyak yang migrasi ke luar daerah, terlihat pada usia sekolah/kuliah yang mengalami
penurunan yang berarti kontribusi penduduk ini dalam migrasi keluar cukup tinggi dan
migrasi juga didorong oleh penduduk yang pada usia ini banyak yang mencari
pekerjaan diluar Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 26
Tabel 2.11
Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2005-2009
di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
No. Jenis Kelamin Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
2.
Laki-laki
Perempuan
Sex Ratio (%)
114.981
121.908
94
114.891
122.189
94
118.604
121.778
97
120.097
123.483
97
119.715
126.928
94
Jumlah 236.889 237.080 240.382 243.573 246.643
Sumber : BPS Kab. HST
2.2.3.2 Kesehatan
Derajat kesehatan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dapat dilihat dari beberapa
indikator antara lain Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), rata-
rata usia harapan hidup penduduk, status gizi dan lain-lain. Angka Kematian Ibu (AKI)
pencapaiannya sudah bisa ditekan menjadi menjadi 124 orang per 100.000 ibu
melahirkan, sudah berada di bawah target nasional yaitu 226 orang per 100.000 ibu
melahirkan, seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.12
Perkembangan Angka Kematian Ibu di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Tahun 2005-2009
Uraian 2005 2006 2007 2008 2009
Jumlah Ibu
Melahirkan
4.405 4.363 3.860 4.931 4.829
Angka Kematian Ibu
(AKI) Melahirkan
4
9
7
8
6
Perkiraan AKI Kab.
HST
91/100.000
melahirkan
206/100.000
melahirkan
181/100.000
melahirkan
162/100.000
melahirkan
124/100.000
melahirkan
Target AKI Nasional 225/100.000
melahirkan
307/100.000
melahirkan
226/100.000
melahirkan
226/100.000
melahirkan
226/100.000
melahirkan
Sedang Angka Kematian Bayi (AKB) kinerjanya juga menunjukkan hal yang
menggembirakan. AKB sudah berada pada kisaran 11 orang per 1.000 kelahiran bayi,
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 27
sementara target nasional adalah 26 orang per 1.000 kelahiran bayi, walaupun dari
tahun ke tahun pencapaiannya masih berfluktuasi, tapi sudah jauh di bawah target
nasional.
Tabel 2.13
Perkembangan Angka Kematian Bayi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Tahun 2005-2009
RINCIAN 2005 2006 2007 2008 2009
Jumlah Bayi Dilahirkan 4.897 4.395 3.990 4.933 4.829
Angka Kematian Bayi (AKB)
Dilahirkan
19 32 47 67 53
Perkiraan AKB Kab. HST 4/1.000 KH 7/1.000 KH 12/1.000 KH 14/1.000 KH 11/1.000 KH
Target AKI Nasional s.d 2010 25/1000 KH 35/1.000 KH 26/1.000 KH 26/1.000 KH 26/1.000 KH
KH : KELAHIRAN HIDUP
Pencapaian AKI dan AKB yang sudah baik ini karena angka cakupan
komplikasi kebidanan yang ditangani sudah dapat mencapai 100 % dan pertolongan
persalinan oleh tenaga yang mempunyai kompetensi kebidanan sudah mencapai 96,13
%. Indikator lainnya adalah pelayanan darurat penanganan kasus epidemi atau penyakit
kronis seperti malaria, DBD dan TB Paru. Pada kasus DBD sampai dengan tahun 2009
sudah dapat ditangani 100 %, sedang TB Paru yang tertangani baru 130 orang dari 504
penderita yang ditemukan atau 25,79 %. Begitu pula Cakupan Desa UCI (Universal
Child Immunization) pada tahun 2009 sudah mencakup 135 desa atau 79,88 %. Sedang
balita gizi buruk sudah dapat tertangani 100 % dengan rata-rata penderita gizi buruk
yang ditemukan sebanyak 8 – 10 orang per tahun.
Sarana prasarana kesehatan yang ada di Kabupaten sesuai dengan data tahun
2009 adalah sebanyak 1 buah RSUD, 19 unit Puskesmas, 1 unit diantaranya berstatus
Puskesmas Perawatan, 45 unit Puskesmas Pembantu, 101 Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes), 355 Posyandu, 1 buah Balai Pengobatan, 2 buah laboratorium klinik
swasta, dan 3 buah Apotek. Jumlah tenaga dokter umum di Kabupaten Hulu Sungai
Tengah sebanyak 31 orang dengan rasio 13 dokter umum per 100.000 penduduk. Angka
ini masih jauh dari rasio target Indonesia Sehat 2010 yakni 30 dokter umum per
100.000 penduduk. Selain dokter umum, terdapat 7 dokter spesialis, 6 dokter gigi, 3
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 28
orang apoteker, 201 bidan (84 / 100.000 penduduk) dan 211 orang perawat (88 /
100.000 penduduk) dan 137 orang dukun bayi/bidan kampung.
Berkaitan dengan pembiayaan kesehatan, sampai dengan tahun 2010,
pembiayaan urusan kesehatan masih berkisar antara 9 – 10 % terhadap APBD
Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Sementara biaya pengadaan obat baru sebesar Rp
8.312,- per kapita, masih jauh dari standart WHO $ 2 / kapita. Dalam pelaksanaan
tekad dan komitmen Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah terhadap program
pelayanan kesehatan gratis yang mulai dicanangkan pada tahun 2008, maka sejak tahun
2010, pemerintah daerah mengalokasikan anggaran untuk JAMKESDA sebesar Rp.
782.330.000,- untuk pelayanan kepada 12.678 orang dan JAMKESMAS sebanyak
67.339 orang, sehingga total warga yang sudah terlayani pelayanan kesehatan gratis
berjumlah 80.017 orang.
Dari semua upaya pembangunan urusan kesehatan yang dilakukan berdampak
pada semakin meningkatnya angka usia harapan hidup penduduk di Kabupaten Hulu
Sungai Tengah dari tahun ke tahun. Sampai saat ini angka usia harapan hidup
penduduk Kabupaten Hulu Sungai Tengah sudah mencapai 65 tahun, meningkat dari
tahun 2005 yang baru mencapai 63,2 tahun.
2.2.3.3 Pendidikan
Sampai pada tahun 2009 Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah telah
mempunyai sebanyak 177 unit TK dengan 397 ruang kelas, 271 buah SD dengan 1.686
ruang kelas, 35 unit SMP dengan 222 ruang kelas SMP dan 14 unit SMA/SMK dengan
174 ruang kelas. Jumlah guru TK sebanyak 175 orang, Guru SD sebanyak 2.353 orang,
Guru SMP sebanyak 503 dan Guru SMA/SMK sebanyak 252 orang. Jumlah murid TK
adalah sebanyak 6.877 orang, SD 27.868 orang, SMP 5.291 orang dan SMA/SMK
5.062 orang. Dengan demikian rasio ruang kelas terhadap murid untuk TK adalah 1 :
17, SD 1 : 17, SMP 1 : 24, dan SMA/SMK 1 : 29. Rasio guru terhadap murid untuk
TK adalah 1 : 39, SD 1 : 12, SMP 1 : 11 dan SMA/SMK 1 : 20. Perguruan tinggi
di Kabupaten Hulu Sungai Tengah ada 3 buah
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 29
Indikator utama dalam pembangunan pendidikan adalah pencapaian Angka
Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) pada semua jenjang
sekolah yang menjadi kewenangan kabupaten. Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI
mencapai 113,51 %, SMP/MTS 96,21 % dan SMA/MA/SMK 88,01 %, meningkat
dibanding tahun 2005 dimana pada tingkat SD/MI baru 102,96 %, SMP/MTS 89,78 %
dan SMA/MA/SMK 44,00 %. Jadi untuk tingkat SD/MI terjadi peningkatan 10,25 %,
pada tingkat SMP/MTS meningkat 7,16 % dan pada tingkat SMA/MA/SMK sebesar
100,02 %. Sementara itu indikator Angka Partisipasi Murni (APM) pada jenjang
SD/MI meningkat menjadi 98,23 % dari tahun 2005 sebesar 92,06 %. Pada tingkat
SMP/MTS APM sudah mencapai 76,90 % dari tahun 2005 sebesar 69,11 % dan pada
tingkat SMA/MA/SMK sudah mencapai 79,87 % dari tahun 2005 sebesar 34,00 %.
Tabel 2.14
Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM)
Pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs/ dan SMA/MA/SMK di Kab. HST. Tahun 2005-2009
No. Tahun SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK
APK APM APK APM APK APM
1. 2005 102,06 92,06 89,78 69,11 44,00 34,00
2. 2006 102,06 92,21 84,62 77,05 82,00 67,00
3. 2007 110,05 95,90 91,16 74,88 86,00 74,00
4. 2008 112,38 97,08 95,67 77,00 87,09 75,00
5. 2009 113,51 98,23 96,21 76,90 88,01 79,87
Disamping APK dan APM, pencapaian indikator pembangunan pendidikan
adalah pencapaian angka melek huruf. Sampai dengan tahun 2009 angka melek huruf
sudah mencapai 97,40 %, nomor urut ke-3 di Provinsi Kalimantan Selatan setelah Kota
Banjarmasin dan Banjarbaru. Sedang angka rata-rata lama sekolah sudah mencapai
7,39 tahun. Pada aspek peningkatan mutu pendidikan, selama periode 2006-2009 terus
dilakukan upaya peningkatan kualitas, kompetensi dan kualifikasi tenaga kependidikan.
Sampai dengan tahun 2009 guru yang memenuhi kualifikasi S1/DIV baru mencapai
29,32 % dari 2.838 orang guru SD sampai dengan SMA/SMK, baru 802 orang yang
berkualifikasi S1/DIV. Berkaitan dengan mutu pendidikan, maka pada tahun 2009,
tingkat kelulusan siswa dalam menempuh Ujian Nasional, pada tingkat SMP mencapai
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 30
98,29 % dan pada tingkat SMA/SMK mencapai 96,88 %. Pada sisi pembiayaan
urusan pendidikan, Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah telah mengalokasikan
anggaran untuk urusan pendidikan pada tahun anggaran 2010 sebesar Rp.
236.165.548.462,- atau 40,30% dari total belanja APBD.
2.2.3.4 Pembangunan Manusia
Dalam upaya peningkatan kualitas Sumberdaya Manusia, indikator yng
digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas SDM adalah dengan menggunakan
tolok ukur physical quality life index (pqli) atau yang lebih dikenal dengan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI). Ada 4 indikator
yang digunakan untuk mengukur yaitu Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf,
rata-rata lama sekolah dan konsumsi riil per kapita. Dari komposit 4 indikator tersebut
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Hulu Sungai Tengah pada tahun 2009
sudah mencapai angka 70,46 termasuk kategori menengah atas, dan berada di atas IPM
Prov. Kalsel yang baru mencapai 68,72. IPM Kabupaten Hulu Sungai Tengah tersebut
dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2002 masih
berada pada angka 64,70.
Tabel 2.15
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2002-2009
Tahun Umur
Harapan
Hidup (Th)
Angka
Melek
Huruf (%)
Rata-rata
Lama
Sekolah
(Th)
Pengeluaran
Riil Per
Kapita (Rp)
IPM
2002 62,20 94,90 7,00 590,20 64,70
2003 62,20 96,70 7,30 590,66 66,14
2004 62,90 96,70 7,30 618,30 67,90
2005 63,20 97,40 7,30 622,30 68,50
2006 63,80 97,40 7,30 623,40 68,90
2007 64,15 97,40 7,30 625,95 69,25
2008 64,54 97,41 7,39 631,50 70,00
2009 64,91 97,41 7,43 634,39 70,46
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 31
2.2.3.5 Kesejahteraan Sosial
Salah satu indikator kesejahteraan sosial adalah jumlah penduduk miskin.
Penduduk miskin di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dalam 10 tahun terakhir terus
menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1999 penduduk miskin
berjumlah 46.800 orang, maka pada tahun 2009 menurun menjadi 13.924 orang atau
mengalami penurunan sebanyak 32.876 orang atau 70,24 %. Sementara itu dalam lima
tahun terakhir yaitu dari tahun 2005 - 2009, terjadi penurunan sebanyak 7.376 orang
atau 34,63 %. Penduduk miskin di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dari tahun 1999 –
2009 dapat terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.16
Perkembangan Penduduk Miskin di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Tahun 1999 – 2009
Tahun Penduduk Miskin %
1999 46.800 20,08
2000 49.100 22,01
2001 34.632 15,49
2002 27.300 12,19
2003 28.200 12,19
2004 23.100 9,94
2005 21.300 9,09
2006 24.881 10,39
2007 19,275 8,14
2008 17.151 7,12
2009 13.924 5,73
Sumber : BPS Kab. HST, 2010
Apabila dilihat dari tingkat kesejahteraan pada tahun 2009, maka Keluarga Pra
Sejahtera sebanyak 4.407 KK, Sejahtera I sebanyak 20.331 KK, Sejahtera II sebanyak
31.123 KK, Sejahtera III sebanyak 15.764 KK dan Sejahtera Plus sebanyak 381 KK.
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 32
Jumlah panti asuhan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah sebanyak 13
buah dan 1 buah Loka Bina Karya (LBK) dengan jumlah anak yatim piatu yang diasuh
sebanyak 468 orang. Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) pada
tahun 2009 mencapai 1.850 orang dan yang tertangani mencapai 1.791 orang.
2.2.3.7 Ketenagakerjaan
Penduduk Kabupaten Hulu Sungai Tengah berusia 15 tahun ke atas pada tahun
2008 tercatat sebanyak 187.959 orang yang terdiri dari 92.813 orang laki-laki dan
95.146 orang perempuan. Dari jumlah tersebut yang bekerja sebanyak 126.349 orang,
pengangguran 8.530 orang, sekolah 10.336 orang, mengurus rumah tangga 31.260
orang dan lain-lain 11.484 orang. Berarti Angka Partisipasi Angkatan Kerja (APAK)
adalah sebesar 71,76 % atau mencapai 134.879 orang dan bukan angkatan kerja
sebanyak 53.080 orang. APAK laki-laki sebesar 86,33 % dan APAK perempuan 57,55
%. Tingkat pengangguran sebesar 6,32 % yang terdiri dari tingkat pengangguran laki-
laki sebesar 7,02 % dan perempuan 5,30 %. Dibanding dengan tahun 2007, maka
angkatan kerja Tahun 2008 meningkat sebanyak 2.053 orang. Tingkat pengangguran
juga menunjukkan penurunan, dimana pada tahun 2007 tingkat pengangguran mencapai
7,43 % yang terdiri dari tingkat pengangguran laki-laki 8,15 % dan perempuan 6,47 %.
2.2.3.8 Pariwisata, Seni dan Budaya
Pariwisata merupakan salah satu pendorong berkembangnya perekonomian
Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Untuk mengembangkan pariwisata setiap tahun terus
diupayakan untuk mengembangkan obyek wisata dengan meningkatkan dan melengkapi
sarana dan prasarananya. Hal tersebut berdampak pada terjadinya peningkatan jumlah
pengunjung obyek wisata. Selama periode 2005-2009 pengunjung obyek wisata
berjumlah 239.793 orang atau rata-rata 47.958 orang per tahun. Dibanding periode
2000-2004, pengunjung obyek wisata berjumlah 123.178 orang, berarti terjadi
peningkatan 94,76 %. Kontribusi pariwisata terhadap PDRB mencapai 3,30 %. Ada 3
buah obyek wisata yang dominan dikunjungi yaitu Obyek Wisata Pagat di Kec. Batu
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 33
Benawa, Lok Laga di Kec. Haruyan dan Obyek Wisata Pemandian Air Panas di Kec.
Hantakan.
Jumlah Hotel/Penginapan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah pada tahun 2009
sebanyak 13 buah dengan jumlah kamar sebanyak 175 buah dan jumlah tempat tidur
397 buah. Jumlah tamu yang menginap selama tahun 2009 adalah sebanyak 15.361
orang. Jumlah cagar budaya yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah
sebanyak 10 buah. Seni Budaya yang berkembang adalah seni budaya yang bernuansa
religius seperti pembacaan syair maulid Nabi Muhammad SAW.
2.2.4 SARANA DAN PRASARAN DAERAH
Panjang jalan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah pada tahun 2009 sudah
mencapai 767 km atau bertambah 17 km dibandingkan dengan tahun 2005. Kondisi
jalan yang baik sudah mencapai 499 km, dimana pada tahun 2005 baru 342 km dari 750
km. Selama 5 tahun jalan yang ditingkatkan sepanjang 323,18 km dan jalan yang
dipelihara sepanjang 274,51 km. Rasio kondisi jalan yang baik pada tahun 2009 sudah
mencapai 65,09 %, meningkat dari tahun 2005 dengan rasio baru mencapai 45,65 %.
Dalam rangka mendukung pertanian, maka selama 5 tahun telah dilakukan
pembangunan jalan di perdesaan berupa jalan usaha tani sepanjang 177 km,
membangun dan merehabilitasi tabat beton sebanyak 145 buah, merehabilitasi daerah
irigasi 82 km, dan pembersihan serta pengerukan sungai 132,78 km, dan lain-lain. Dari
upaya tersebut maka luas irigasi kabupaten dalam kondisi baik sudah mencapai 100 %.
Dalam mewujudkan lingkungan perumahan dan pemukiman yang sehat, pada tahun
2007 telah tersusun perencanaan masterplan prasarana lingkungan permukiman
kawasan Barabai, pemeliharaan drainase sepanjang 47 meter, dan
pembangunan/rehabilitasi jalan setapak sepanjang 11.406 m. Sementara itu untuk
cakupan pelayanan air bersih / air minum yang dilakukan oleh PDAM pada tahun 2009
pada skala perkotaan sudah mencapai 57 %, naik dari tahun 2005 yang baru mencapai
49 %. Sedang cakupan layanan PDAM untuk skala Kabupaten baru mencapai 36 %,
juga mengalami kenaikan dibanding tahun 2005 yang baru mencapai 26 %. Jumlah
pelanggan air minum adalah sebanyak 10.487 orang, dengan produksi air minum
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 34
sebanyak 2.888.625 M3 dan volume terjual sebesar 2.500.109 M3. Pelanggan dan
produksi PDAM dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2005,
pelanggan PDAM baru mencapai 7.951 orang dengan produksi air mencapai 2.452.880
M3 dan yang terjual 1.769.764 M3. Berkaitan dengan infrastruktur air bersih di
perdesaan, maka dalam 5 tahun terakhir telah dibangun PMA dan jaringan distribusinya
sebanyak 22 buah, IPA sebanyak 4 unit dan hidran umum sebanyak 205 buah.
Dalam urusan perumahan telah dilakukan pembangunan dan rehabilitasi jalan
setapak sepanjang 16.917,07 meter. Peningkatan dan rehabilitasi jalan lingkungan
sepanjang 14.603,33 meter, serta peningkatan dan rehabilitasi drainase lingkungan
sepanjang 3.035 meter dan rehabilitasi trotoar sepanjang 8.791,59 meter.
Prasarana ekonomi yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah berupa sarana
perdagangan dan perbankan. Pasar di Kabupaten Hulu Sungai Tengah berjumlah 20
buah, perbankan yang membuka cabang sebanyak 9 perusahaan yaitu BRI, BNI, Bank
Kalsel, Bank Mandiri, Bank Mandiri Syariah, Bank Mega, BTPN, Bank Panin, dan
Bank Danamon. Sedang prasarana kelistrikan, tingkat pelayanan listrik oleh PT. PLN
sudah mencapai 88,76 % yaitu 150 desa dari 169 jumlah desa/kelurahan di Kabupaten
Hulu Sungai Tengah. Jumlah pelanggan PT. PLN sebanyak 47.204 Rumah Tangga.
Dalam rangka pelayanan di bidang ketenagalistrikan, Pemerintah Kabupaten Hulu
Sungai Tengah khususnya kepada masyarakat yang belum menikmati listrik, sampai
sekarang telah disalurkan lebih dari 1.025 unit PLTS khususnya pada daerah terpencil
di pegunungan dan rawa.
Jangkauan layanan komunikasi dan informatika di Kabupaten Hulu Sungai
Tengah sudah mencakup hampir seluruh wilayah, baik melalui jaringan kabel maupun
nirkabel (seluler). Dari 169 jumlah desa/kelurahan, hanya tinggal 19 desa yang tidak
terjangkau layanan telepon seluler. Jumlah wartel ada sebanyak 1 buah dan warnet
sebanyak 62 buah. Jumlah kantor pos sebanyak 1 buah, 7 buah kantor pos pembantu
dan 3 buah rumah pos dengan jumlah surat pos dan pos paket yang dikirim sebanyak
15.138 buah dan yang diterima 15.652 buah.
Sarana dan prasarana kebersihan kota yang dimiliki Kabupaten Hulu Sungai
Tengah sampai dengan tahun 2009 adalah 13 buah truck, 2 buah mobil pick-up,
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 35
exavator 1 buah, gerobak bermesin 3 buah, gerobak 36 buah dan kontainer 11 buah.
Tempat Pembuangan Sampah (TPS) ada 622 buah dan TPA seluas 9 ha dengan
peralatan komposter 17 buah, mesin prajang sampah 1 buah, mesin pencacah sampah
organik, sampah plastik dan perajang sampah masing-masing 1 buah.
2.3. Permasalahan Kemiskinan
Dalam rangka mendiagnosis permasalahan kemiskinan yang ada di Kabupaten
Hulu Sungai Tengah dan menentukan apa faktor penyebabnya secara berurutan,
dilakukan dengan FGD dan dianalisis metode AHP. Selain itu; penentuan
permasalahan kemiskinan ini diperkuat pula dengan data hasil survei lapangan dengan
melakukan wawancara dengan sejumlah sampel penduduk yang tergolong miskin pada
tiga wilayah yaitu tipologi perdesaan, perkotaan dan pegunungan. Faktor penyebab
kemiskinan secara makro di Kabupaten Hulu Sungai Tengah berdasarkan analisis AHP
adalah :
Ranking atau urutan penyebab secara makro berdasarkan AHP :
Secara lebih rinci, penyebab dari berbagai faktor tersebut dapat dilihat pada Tabel
2.17 berikut.
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 36
Tabel 2.17.
Faktor Penyebab Kemiskinan di Hulu Sungai Tengah
(Diagnosis melalui AHP dan survei lapangan) Faktor ekonomi
Terbatas / kurangnya lapangan kerja shg menganggur atau
setengah menganggur yg disebabkan :
- Modal usaha terbatas dan tidak ada akses untuk
mendapatkan modal karena tidak ada agunan
- Lahan sempit sehingga tidak ekonomis serta masih
sulitnya mendapatkan sarana produksi
- Produk sifatnya musiman
- Peralatan melaut tidak memadai
Harga kebutuhan pokok tinggi sehingga tidak tertutupi dengan
pendapatanyang diperoleh
Upah hasil kerja sektor informal sangat rendah
Faktor Pendidikan Pendidikan keluarga rendah karena :
- Biaya sekolah relatif mahal
- Pola pikir yang menganggap bahwa pendidikan tidak
penting bagi kehidupan
Tidak adanya / kurangnya kesempatan pendidikan non formal
Tidak mampu akses terhadap teknologi praktis
Tidak mendapatkan pendidikan kecakapan hidup sesuai kebutuhan
Bias gender
Faktor Kesehatan dan KB Biaya pengobatan mahal yang lebih disebabkan ketidaktahuan
terhadap hak masyarakat miskin untuk mendapatkan biaya yang
murah
Sanitasi dan lingkungan yang buruk
Pola pikir (mindset) masyarakat tentang pentingnya kesehatan
masih kurang
Gizi Kurang (kurang kalori protein) terutama anak-anak
Akses KB gratis masih sulit
Faktor Sosial Budaya Pola Pikir
- Sikap mental dan motivasi untuk keluar dari kemiskinan
- Tidak mampu berinteraksi sosial
- Motivasi rendah dan cenderung malas
Belum optimalnya partisipasi pihak perempuan dlm keluarga
Kurangnya penguatan peran serta masyarakat
Prasarana Wilayah Kurang lancarnya / rusaknya prasarana perhubungan
Tempat tinggal terisolasi
Tidak adanya air bersih
Degradasi SDA dan
Lingkungan Hidup Banjir dan bencana lainnya
Rusaknya lahan akibat eksploitasi SDA
Tercemarnya sungai dan danau
Penangkapan ikan dengan alat setrum
Berdasarkan hasil diatas dapat diuraikan sebagai berikut :
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 37
2.4.1. Pemenuhan Hak Dasar
Permasalahan dan faktor penyebab kemiskinan di Kabupaten Hulu Sungai
Tengah yang meliputi faktor ekonomi; pendidikan dan pelayanan kesehatan dapat kita
kelompokkan lagi menjadi masalah pemenuhan hak dasar. Pemenuhan hak dasar ini
meliputi :
2.4.1.2. Terbatasnya Kesempatan Kerja dan Berusaha
Masyarakat miskin di Hulu Sungai Tengah menghadapi permasalahan di bidang
ekonomi terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha sehingga ada yang menganggur
penuh atau yang setengah menganggur. Bila ditelusuri lebih jauh faktor penyebabnya
adalah :
a. Terbatasnya peluang mengembangkan usaha karena aset yang dimiliki atau modal
usaha sangat terbatas. Di bidang peternakan sapi, misalnya; kepemilikan sapi
yang hanya 1 atau 2 ekor sangatlah tidak ekonomis untuk memenuhi keperluan
rumah tangganya. Untuk bisa menambah modal mereka tidak memiliki akses yang
cukup baik pengetahuan prosedur untuk memperolehnya maupun syarat yang
harus dipenuhi untuk memperolehnya. Masyarakat miskin juga mempunyai akses
yang terbatas untuk memulai dan mengembangkan koperasi dan usaha, mikro dan
kecil (KUMK). Permasalahan yang dihadapi antara lain sulitnya mengakses modal
dengan suku bunga rendah, hambatan untuk memperoleh ijin usaha, kurangnya
perlindungan dari kegiatan usaha, rendahnya kapasitas kewirausahaan dan
terbatasnya akses terhadap informasi, pasar, bahan baku, serta sulitnya
memanfaatkan bantuan-tekn is dan teknologi. Ketersediaan modal dengan tingkat
suku bunga pasar, masih sulit diakses oleh pengusaha kecil dan mikro yang
sebagian besar masih lemah dalam kapasitas SDM.
Selain kesulitan mengakses modal tersebut, tidak adanya lembaga resmi yang
dapat memberi modal dengan persyaratan yang dapat dipenuhi kapasitas
masyarakat miskin. Kenyataan ini tidak memberi pilihan lain untuk memperoleh
modal dengan cara meminjam dari rentenir dengan tingkat bunga yang sangat
tinggi.
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 38
b. Bagi petani atau yang bergerak disektor pertanian di perdesaan; lahan garapan
yang relatif sempit juga menjadi penyebab kemiskinan. Lahan yang sempit
ternyata sangat tidak ekonomis untuk diusahakan dan hasilnya hanya cukup
digunakan untuk memenuhi konsumsi saja. Bahkan juga diperoleh data bahwa
ada masyarakat yang tidak mempunyai lahan atau hanya menjadi buruh tani saja.
(c) Di sektor pertanian dan perikanan; dimana sebagian besar (sekitar 60%)
penduduk Hulu Sungai Tengah menjadikannya sebagai sumber penghidupan;
faktor harga musiman sangatlah berpengaruh. Pada saat panen atau pada saat
musim tangkapan ikan maka produk yang ditawarkan menjadi berlebih sehingga
harga turun. Selama ini hanya produksi padi yang harganya dijamin oleh
pemerintah dalam bentuk harga pembelian oleh pemerintah (HPP).
c. Khusus pada sektor perikanan; peralatan yang dpunyai tidak memadai
mengakibatkan kelompok nelayan tidak bisa mecari ikan pada lokasi yang lebih
jauh. Akibatnya hasil tangkapan terbatas baik dari segi jumlah maupun
keanekaragaman hasil tangkapannya. Faktor lain yang menjadi penyebab
kemiskinan dari segi kesempatan berusaha ini adalah harga yang kebutuhan pokok
yang tidak mampu ditutupi oleh kenaikan pendapatan. Khusus di perkotaan; pada
sektor informal upah yang diperoleh dari bekerja di sektor informal juga sangat
rendah.
d. Keterbatasan akses terhadap faktor produksi ini berdampak pada rendahnya
kemampuan mengakses kesempatan usaha yang ada. Keterbatasan ini disebabkan
oleh rendahnya tingkat kewirausahaan dan rendahnya motivasi untuk
pengembangan diri, disamping keterbatasan ini juga disebabkan lemahnya
sumberdaya modal usaha dan rendahnya kemampuan masyarakat untuk dapat
akses terhadap lembaga keuangan yang ada, karena kerumitan prosedur atau
lembaga keuangan yang ada belum perpihak kepada masyarakat miskin,
Terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia saat ini seringkali menyebabkan
mereka terpaksa melakukan pekerjaan yang beresiko tinggi dengan imbalan yang
kurang memadai dan tidak ada kepastian akan keberlanjutannya.
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 39
2.4.1.3. Terbatasnya Akses Pendidikan
Masyarakat miskin mempunyai akses yang rendah terhadap pendidikan formal
dan non formal. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah prasarana dan sarana pendidikan
terutama pada daerah terpencil. Sebagian penduduk miskin hanya berpendidikan
keluarga rendah karena mereka masih menganggap biaya sekolah relatif mahal dan
sarana pendidikan jauh. Tidak adanya / kurangnya kesempatan pendidikan non formal
serta tidak mampu akses terhadap teknologi praktis. Pendidikan kecakapan hidup (life
skills) yang sesuai kebutuhan juga masih sulit didapat. Kemudian sebagian dari rumah
tangga miskin masih berpandangan bias gender dalam hal pendidikan dimana anak laki-
laki lebih diutamakan dalam menempuh pendidikan. Pola pikir masyarakat masih lebih
menomorsatukan ekonomi dan ketersediaan infrastruktur sehingga masih ada yang
menganggap pendidikan kurang penting.
2.4.1.4. Terbatasnya Akses Layanan Kesehatan
Masyarakat miskin menghadapi masalah keterbatasan akses layanan kesehatan
dan rendahnya status kesehatan yang berdampak pada rendahnya daya tahan mereka
untuk bekerja dan mencari nafkah, terbatasnya kemampuan anak dari keluarga untuk
tumbuh dan berkembang, dan rendahnya derajat kesehatan ibu. Penyebab utama dari
rendahnya derajat kesehatan masyarakat miskin selain kecukupan pangan adalah
keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan dasar, rendahnya mutu layanan
kesehatan dasar, kurangnya pemahaman terhadap perilaku hidup sehat, dan kurangnya
layanan kesehatan reproduksi.
Pada kelompok termiskin, hanya sebagian yang memiliki kartu Jemkesmas dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh pemegang jamkesmas masih rendah. Penyebab
utama rendahnya pemanfaatan tersebut adalah ketidaktahuan tentang proses pembuatan
jamkesmas.
Biaya pengobatan mahal karena kurang mengetahui mekanisme jaminan
kesehatan (Jamkesmas); Sanitasi dan lingkungan yang buruk; Kurang terjangkau oleh
pelayanan kesehatan dasar terutama yang gratis Gizi Kurang (kurang kalori protein)
terutama anak-anak serta akses KB gratis masih sulit.
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 40
2.4.1.5 Terbatasnya Kecukupan dan Mutu Pangan
Pemenuhan kebutuhan pangan yang layak dan memenuhi persyaratan gizi
masih menjadi masalah bagi masyarakat miskin. Terbatasnya kecukupan dan kelayakan
mutu pangan berkaitan dengan rendahnya daya beli, ketersediaan pangan yang tidak
merata, ketergantungan tinggi terhadap beras dan terbatasnya diversifikasi pangan. Di
sisi lain, masalah yang dihadapi oleh petani penghasil pangan adalah terbatasnya lahan
yang dipunyai; dukungan produksi pangan, tata niaga yang tidak efisien, serta
rendahnya penerimaan usaha tani pangan
2.4.2. Faktor sosial Budaya
Penyebab ketidakberdayaan dan keterdiaman si miskin terutama ada tiga, yaitu
Pola Pikir berupa Sikap mental dan motivasi untuk keluar dari kemiskinan; Tidak
mampu berinteraksi sosial; Motivasi rendah dan cenderung malas dan Belum
optimalnya partisipasi pihak perempuan dalam keluarga ; Kurangnya penguatan peran
serta masyarakat. Masalah ini ditambah lagi dengan (a) Terhambatnya mobilitas sosial
ke atas, (b) Rendahnya keterlibatan dalam kegiatan ekonomi, dan (c ) Rendahnya
partisipasi dalam penentuan kebijakan publik. Terhambatnya mobilitas sosial ke atas
terutama disebabkan oleh kemalasan, rendahnya motivasi pengembangan diri serta
pendidikan yang rendah dari masyarakat yang masih miskin, dibandingkan, sebab
tertekannya hak – hak dasar. Karena di Kabupaten Hulu Sungai Tengah masih banyak
peluang usaha yang dapat diusahakan oleh masyarakat, jika masyarakat mau bekerja,
karena daerah ini dikaruniai potensi alam yang masih melimpah.
Faktor kedua adalah faktor perilaku atau budaya masyarakat, Selama ini pola
masyarakat dalam mencari nafkah adalah dengan cara eksploitasi sumberdaya alam
dengan pola ini masyarakat tinggal mengambil apa yang ada di alam tanpa pernah
memeliharanya, ketika sumberdaya mengalami degradasi, masyarakat belum siap untuk
berubah menjadi pembudidaya.
2.4.3. Prasarana Wilayah
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 41
Kurang lancarnya / rusaknya prasarana perhubungan; Tempat tinggal terisolasi
dan Tidak adanya air bersih.
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok untuk memenuhi standar
kehidupan manusia secara sehat. Air bersih didefinisikan sebagai air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum
apabila telah dimasak. Masyarakat miskin seringkali menghadapi kesulitan untuk
mendapatkan air bersih dan aman. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya penguasaan
sumber air, belum terjangkau oleh jaringan distribusi, menurunnya mutu sumber air,
serta kurangnya kesadaran akan pentingnya air bersih dan sanitasi untuk kesehatan.
2.4.4. Degradasi Sumberdaya alam dan Lingkungan Hidup
Banjir dan bencana lainnya; Rusaknya lahan akibat eksploitasi SDA;
Tercemarnya sungai dan pantai dan Penangkapan ikan dgn alat setrum
Selain belum efektif menolong kelompok miskin keluar dari belenggu
kemiskinan, berbagai dampak negatif dari governance yang kurang baik telah
mengakibatkan ketidakberdayaan dan pemiskinan. Kegiatan ini antara lain.
a. Penguasaan sumberdaya alam oleh negara dan pemberian konsesi kepada
pengusaha besar dalam rangka PMA dan PMDN yang menggusur hak-hak
rakyat.
b. Pembatasan ruang publik demi stabilitas telah mempersempit kesempatan
masyarakat untuk berpartisipasi dalam penetapan kebijakan publik yang
menyangkut hidup kelompok miskin
c. Proses perencanaan dan penganggaran yang belum pro-miskin dan pro
pemberdayaan sangat menghambat kesempatan mobilitas sosial ke atas
kelompok miskin
d. Berbagai kebijakan tidak didahului dengan peningkatan kapabilitas serta
kelembagaan kelompok ekonomi lemah, sehingga semakin memarginalkan
petani, nelayan, buruh, dan usaha mikro dan kecil
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 42
2.5. Isu Strategis
Berbagai masalah yang dialami oleh masyarakat miskin menunjukkan bahwa
kemiskinan bersumber dari ketidakberdayaan dan ketidakmampuan masyarakat dalam
memenuhi hak-hak dasar; kerentanan masyarakat menghadapi persaingan, konflik dan
tindak kekerasan; lemahnya penanganan masalah kependudukan; ketidaksetaraan dan
ketidakadilan gender; dan kesenjangan pembangunan yang menyebabkan masih
banyaknya wilayah yang dikategorikan tertinggal dan terisolasi. Masalah kemiskinan
juga memiliki spesifikasi yang berbeda antarwilayah perdesaan, perkotaan, serta
permasalahan khusus di kawasan pegunungan dan kawasan tertinggal.
Ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi hak-hak dasar secara umum
berkaitan dengan kegagalan kepemilikan aset terutama tanah dan modal; terbatasnya
jangkauan layanan dasar terutama kesehatan dan pendidikan; terbatasnya ketersediaan
sarana dan prasarana pendukung; rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan
modal masyarakat; lemahnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan
publik; pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan, tidak berwawasan lingkungan
dan kurang melibatkan masyarakat; kebijakan pembangunan yang bersifat sektoral,
berjangka pendek dan parsial; serta lemahnya koordinasi antarinstansi dalam menjamin
penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar.
Secara makro eksternal, isu strategis lainnya adalah gejolak finansial dunia yang
menyebabkan resesi di beberapa negara yang merupakan pasar bagi produk ekspor
Indonesia termasuk komoditas ekspor yang berasal dari Kabupaten Hulu Sungai
Tengah. Melemahnya perekonomian Amerika Serikat; Negara-negara Eropa; Jepang;
India; dan China; mengakibatkan berdampak terhadap harga beberapa produk pertanian
utama khususnya karet dan kelapa sawit. Namun bila pemulihan berjalan baik maka
diperkirakan pada awal tahun 2010, harga-harga akan membaik kembali. Hanya saja,
apakah selama menunggu perbaikan harga tersebut para petani kita masih mampu untuk
memelihara kebun mereka sambil menunggu harga membaik.
Diagnosis kemiskinan juga menunjukkan faktor utama penyebab kemiskinan
yang bersifat struktural, yaitu pelaksanaan kebijakan, pengelolaan anggaran dan
penataan kelembagaan yang kurang mendukung penghormatan, perlindungan dan
Laporan Penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten HST 43
pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin. Oleh sebab itu, penanggulangan
kemiskinan perlu didukung dengan reorientasi kebijakan yang menekankan perubahan
dalam perumusan kebijakan, pengelolaan anggaran dan penataan kelembagaan yang
mengutamakan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat.