BAB II elly
-
Upload
elly-numa-zahroti -
Category
Documents
-
view
215 -
download
0
Transcript of BAB II elly
-
7/30/2019 BAB II elly
1/4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Penyebab Kanker Serviks
Penyebab utama kanker leher rahim adalah infeksi Human Papilloma
Virus(HPV). Saat ini terdapat 138 jenis HPV yang sudah dapat teridentifikasi
yang 40 di antaranya dapat ditularkan lewat hubungan seksual. Beberapa
tipe HPV virus risiko rendah jarang menimbulkan kanker, sedangkan tipe
yang lain bersifat virus risiko tinggi. Baik tipe risiko tinggi maupun tipe risiko
rendah dapat menyebabkan pertumbuhan abnormal pada sel tetapi pada
umumnya hanya HPV tipe risiko tinggi yang dapat memicu kanker. Virus HPV
risiko tinggi yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual adalah tipe 16,
18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 69, dan mungkin masih terdapat
beberapa tipe yang lain. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa lebih
dari 90% kanker leher rahim disebabkan oleh tipe 16 dan 18. Dari kedua tipe
ini HPV 16 sendiri menyebabkan lebih dari 50% kanker leher rahim.
Seseorang yang sudah terkena infeksi HPV 16 memiliki kemungkinan
terkena kanker leher rahim sebesar 5% (Rasjidi, 2007).
2.1.2. Faktor Risiko Usia Pertama Kali Melakukan Hubungan Seksual
Usia saat pertama kali melakukan hubungan seksual, berkaitan dengan
adanya Zona Transformasi pada saat pubertas, sehingga lebih rentan
terhadap kemungkinan karsinogen seperti HPV.
Sel kolumnar pada SCJ yang berpindah pada ektoserviks mulai hancur di
lingkungan vagina yang asam. Sel skuamosa mulai tumbuh dari bawah epitel
kolumnar dan secara bertahap mengganti epitel tersebut. Penggantian
normal satu jenis sel oleh jenis sel lain ini disebut metaplasia skuamosa dan
tempat terjadinya penggantian tersebut disebut zona transformasi atau zona
transisi.
-
7/30/2019 BAB II elly
2/4
6
SCJ dan zona Transformasi merupakan area yang sering kali menjadi
tempat asal perubahan prakanker (Chomet dan Chomet, 1989) karena area
ini sangat aktif dan rentan.
Menurut Diananda (2007), menikah pada usia < 20 tahun dianggap terlalu
muda untuk melakukan hubungan seksual dan berisiko terkena kanker leher
rahim 10-12 kali lebih besar daripada mereka yang menikah pada usia > 20
tahun. Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-
benar matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari sudah
menstruasi atau belum. Kematangan juga bergantung pada sel-sel mukosa
yang terdapat di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya se-lsel
mukosa baru matang setelah wanita berusia 20 tahun ke atas. Jadi,seorang
wanita yang menjalin hubungan seks pada usia remaja, paling rawan bila
dilakukan di bawah usia 16 tahun. Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-
sel mukosa pada serviks. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks
belum matang. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan sehingga tidak
siap menerima rangsangan dari luar. Termasuk zat-zat kimia yang dibawa
sperma. Karena masih rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi
kanker. Sifat sel kanker selalu berubah setiap saat yaitu mati dan tumbuh
lagi. Dengan adanya rangsangan, sel bisa tumbuh lebih banyak dari sel yang
mati, sehingga perubahannya tidak seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya
bisa berubah sifat menjadi sel kanker. Lain halnya bila hubungan seks
dilakukan pada usia di atas 20 tahun, dimana sel-sel mukosa tidak lagi terlalu
rentan terhadap perubahan.
2.1.3. Patogenesis
Human Papilomavirus ditularkan selama kontak seksual langsung, dan
masa inkubasi 2-3 bulan (Sommers, 1994)
Papillomavirus menyerang epitel gepeng (daerah yang peka infeksi) pada
kulit dan mukosa inokulasi virus pada sel basal diferensiasi sel menjadi
sel keratinosit kepekaan sel berubah memungkinkan virus berkembang
secara vegetatif sehingga infeksi menjadi produktif perubahan morfologi
-
7/30/2019 BAB II elly
3/4
7
dan hiperplasia akibat percepatan proliferasi dan terhambatnya diferensiasi
sel sifat kelainan yang ada tetap jinak dan ditandai oleh batas yang tegas
dengan jaringan normal. Ada pula yang menjadi displastik dan ditandai oleh
atipi inti sel, mitosis tak terkontrol dan perubahan kromosom. Beberapa
diantaranya berlanjut menjadi karsinoma dan ditandai oleh invasi sel ke
jaringan sekitarnya ataupun metastase jauh ke organ lain (Sylvia A, 2006)
Kondom bisa mengurangi resiko penularan HPV seperti kutil kelamin dan
kanker mulut rahim bila dipergunakan secara benar (secara langsung dan
sepanjang waktu). Tetapi kondom tidak dapat melindungi bagian kulit lainnya
yang tidak tertutupi oleh sebuah kondom. Jadi Kondom tidak melindungi
seseorang secara menyeluruh dari virus HPV.
2.1.4. Sisrkumsisi
Smegma ini akan terjadi pada laki-laki yang belum disunat. Sebab, di
kepala penisnya akan menumpuk lemak yang bisa mengundang virus. Serta
mengeluarkan aroma yang tidak sedap. Dengan bertumpuknya virus
tersebut, ketika pasangan tersebut melakukan hubungan badan, maka
perempuan juga akan terkena virus smegma tersebut yang bisa
menyebabkan kanker rahim. Oleh karena itu, laki-laki sangat dianjurkan
untuk disunat untuk menghindari smegma, tutur dokter spesialis kebidanan
dan kandungan dr. M. Zayadi Hoesein, SpOG
2.2. Kerangka Teori
Kejadian Kanker ServiksUsia pertama kali melakukanhubungan seksual kurang
dari 20 tahun.
Penularan HPV
-
7/30/2019 BAB II elly
4/4
8
2.3. Kerangka Konsep
2.4. Hipotesa
H0 : Tidak ada hubungan antara usia pertama kali melakukan hubungan
seksual dengan kejadian kanker serviks
Ha : Ada hubungan antara usia pertama kali melakukan hubungan
seksual dengan kejadian kanker serviks
Usia pertama kali
melakukan hubungan
seksual kurang dari 20
tahun.
Kejadian Kanker
Serviks
Variabel TerikatVariabel Bebas
Sunat dan PemakaianKondom
Variabel Pengganggu