BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS -...
Transcript of BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS -...
23
BAB II
EKSPLORASI ISU BISNIS
2.1 Conceptual Framework PT Indonusa Telemedia
Gambar 2.1 Conceptual Framework
Untuk mengembangkan program pengembangan produk dan komunikasi
pemasaran untuk produk prabayar dari PT Indonusa Telemedia, dengan
conceptual framework diatas, akan dijabarkan faktor-faktor yang dijadikan
sebagai dasar dalam pengembangan program pemasaran untuk produk tersebut.
Faktor-faktor tersebut adalah Pengevaluasian Bauran Pemasaran dari Produk
prabayar Telkomvision, Menganalisa Porter Five Forces untuk industri televisi
berlangganan, serta Pengidentifikasian Kebutuhan Konsumen dan Calon
Konsumen televisi berbayar. Beberapa analisa mengenai faktor-faktor yang
terdapat di dalam Conceptual Framework didapatkan dari hasil wawancara
dengan narasumber yang berasal dari pihak manajemen PT Indonusa Telemedia,
dan juga studi literatur-literatur yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek
akhir ini.
24
2.2 Analisis Situasi Bisnis
Untuk mengembangkan suatu bisnis menjadi bisnis yang mampu bersaing dan
juga inovatif, sebuah perusahaan harus dapat menganalisa lingkungan industri di
sekitarnya. Dengan menggunakan tools dari Michael Porter, yaitu Porter Five
Forces, perusahaan dapat menganalisa ancaman dan tantangan dari lingkungan
bisnis yang mereka masuki, sehingga perusahaan dapat mengembangkan strategi-
strategi yang diperlukan untuk bertahan atau bahkan memenangkan persaingan.
Berdasarkan Porter Five Forces yang dikembangkan oleh Michael Porter, ada lima
hal yang mempengaruhi perkembangan bisnis perusahaan, yaitu new entrance,
buyers, subsitute products, existing competition, suppliers, dan PEST (Political,
Economy, Sociocultural, Technology) condition. Analisa lengkap mengenai
ancaman dan tantangan dengan menggunakan Porter Five Forces untuk
lingkungan bisnis Telkomvision dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2.2 Analisa Porter Five Forces terhadap lingkungan bisnis Telkomvision
Persaingan di antara
paraoperator TV baik
Free To Air maupun
berlangganan
ProdukdanLayanan
Pengganti
PendatangBaru
DayaTawar
Supplier
DayaTawar
Pembeli/Konsumen
Kebijakan
Pemerintah
PEST
TINGGIBanyaksaranahiburanlain
(Internet, DVD, danlainnya)
TINGGIGlobalisasi memungkinkaninvestor
asingbermodal besar masuk kebisnis
penyiarandiIndonesia
TINGGIBanyakpilihan
operator dengan
tarifyang
bervariasi
RendahBanyakSupplier
untukdecoderdan
parabola
(Perangkat)
Politik
•Ekskalasi Politik
meningkatseiring
mendekatnyaPemilu
2009
Ekonomi
•KondisiEkonomi yang
tidakmenentu
Sosial Budaya
• Terbiasa dengan
stasiunTV Free to Air
Teknologi
•Perkembangan
Teknologi infokomyang
begitucepat
TINGGI
• Indovision
•Astro
•RCTI
•etc
TINGGIInkonsistensi
Pemerintah
dalamhal
regulasibisnis
TinggiJumlahSupplier
untukContentAcara
TV Kabel Terbatas
(Content)
25
Ancaman dari Pendatang Baru
Ancaman yang datang dari para pendatang baru dalam bisnis televisi
berlangganan tinggi dikarenakan globalisasi yang terjadi di seluruh dunia. Dengan
globalisasi, maka investor asing dapat dengan mudah masuk ke industri di suatu
negara tanpa adanya barrier to entry yang berarti untuk melindungi industri dalam
negeri. Masuknya Astro All Asia Network yang menggandeng Directvision dan
beroperasi dengan merek dagang Astro merupakan salah satu contoh efek dari
globalisasi tersebut. Akuisisi ANTV oleh Star-TV juga merupakan salah satu
dampak dari globalisasi. Di masa yang akan datang, tidak tertutup kemungkinan
ada investor asing yang akan masuk ke Indonesia dengan cara akuisisi atau
bekerja sama dengan operator televisi berlangganan lokal, atau mereka melakukan
investasi asing langsung dengan mendirikan anak perusahaan sendiri di Indonesia.
Tentunya masuknya investor ini akan membuat persaingan para operator televisi
baik sesama operator televisi berlangganan maupun dengan operator televisi Free
To Air seperti RCTI, SCTV, dan lainnya akan menjadi semakin ketat.
Ancaman dari Produk Pengganti (Substitute Product)
Fungsi televisi sebagai sarana hiburan informasi mendapatkan tantangan yang
cukup berat dengan adanya internet, yang memiliki kemampuan untuk
memberikan fungsi yang sama. Selain itu, adanya DVD film-film laris (box
office), terutama DVD-DVD bajakan yang berharga sangat terjangkau, juga
merupakan pesaing untuk produk televisi berlangganan.
Ancaman dari Daya Tawar Pembeli/Konsumen
Daya Tawar Pembeli untuk layanan televisi berlangganan tinggi dikarenakan
posisi Telkomvision yang bukan merupakan pemain besar di bisnis ini. Tercatat
terdapat Indovision, Megavision, IM2, dan Astro yang siap bertempur untuk
memperebutkan pangsa pasar yang masih terbuka lebar di bisnis televisi
berlangganan di daerah Bandung. Dan paket-paket yang ditawarkan oleh tiap
penyedia layanan televisi berlangganan pun bervariasi. Tantangan berat untuk
persaingan memperebutkan pelanggan datang terutama dari Indovision sebagai
pemain yang sudah mapan di bisnis ini, dan juga Astro dengan dukungan dana
26
yang besar dari Astro All Asia Network, terutama setelah Astro mendapatkan hak
eksklusif untuk menyiarkan Liga Inggris di wilayah Asia Tenggara. Selain itu,
penawaran paket yang menarik bagi pembeli dengan menyewakan decoder dan
parabola kepada pelanggan secara gratis tampaknya juga lebih menarik bagi
pelanggan dibandingkan harus membeli peralatan baik parabola maupun decoder
seperti yang harus dilakukan oleh pelanggan Telkomvision. Walaupun sebenarnya
biaya penyewaan itu juga dibebankan kepada biaya yang harus dibayar oleh
pelanggan setiap bulannya.
Ancaman dari Daya Tawar Penyuplai (Supplier)
Ancaman dari Daya Tawar Penyuplai disini rendah, karena Telkomvision
menyerahkan impor decoder dan juga parabola kepada importir yang ditunjuk
setelah melalui proses tender yang dilakukan setiap bulan. Dengan proses tender
ini, Telkomvision akan mendapatkan harga yang terbaik bagi para pelanggannya
untuk decoder dan juga parabola.
Selain ancaman dari supplier perangkat, ancaman juga datang dari perusahaan
content provider yang menyediakan acara untuk TV berlangganan seperti HBO,
ESPN, CNN, dan lain-lain. Ancaman dari content provider ini tergolong tinggi
karena jumlahnya terbatas (oligopoli), sehingga mereka mempunyai daya tawar
lebih tinggi terhadap perusahaan penyedia layanan televisi berbayar seperti
Telkomvision, termasuk di dalamnya menentukan harga paket acara.
Persaingan dengan Televisi Free To Air dan Sesama Penyedia Layanan Pay TV
Persaingan yang terjadi di dalam industri penyiaran televisi di Indonesia sangat
ketat, dikarenakan selain para operator televisi berlangganan seperti
Telkomvision, Indovision, dan Astro, juga terdapat pula para operator televisi
gratis (Free To Air) seperti RCTI, Trans TV, Indosiar, SCTV, Global TV, Trans
7, dan lainnya. Belum lagi para operator televisi lokal yang spesifik beroperasi di
satu daerah saja, misalkan O-Channel dan Jak-TV di Jakarta, STV dan Bandung
TV di Bandung, serta stasiun televisi lainnya. Hal ini menyebabkan pemirsa
televisi memiliki sangat banyak pilihan untuk menyaksikan acara-acara yang
27
ditawarkan oleh para operator televisi Free To Air tersebut. Dan ini menjadi
tantangan yang cukup berat bagi Telkomvision untuk bertahan dan memenangkan
persaingan di bisnis penyiaran televisi ini, karena akan sulit bagi konsumen untuk
berpindah ke Telkomvision yang menyediakan tayangan televisi secara berbayar,
sedangkan sebelumnya mereka tidak perlu membayar untuk menyaksikan suatu
acara di televisi. Apalagi mereka juga harus membeli perlengkapan-perlengkapan
seperti antena parabola dan decoder untuk menikmati tayangan tersebut.
Kondisi Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, dan Teknologi (PEST)
- Politik
Kondisi politik di Indonesia untuk tahun 2008 hingga 2009 akan sedikit
memanas, utamanya dikarenakan akan terjadi banyak pemilihan kepala daerah
di banyak wilayah di Indonesia, dan juga Pemilu Legislatif dan Pemilu
Presiden 2009 semakin dekat. Kekisruhan yang terjadi, yang diakibatkan oleh
kondisi politik yang memanas dan tidak menentu akan menimbulkan
ketidakpastian pula di dunia usaha.
- Ekonomi
Harga minyak dunia yang telah menembus 100 dolar AS per barrel telah
mengancam perekonomian dunia. Pemerintah sendiri melalui pemaparan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah merevisi proyeksi pertumbuhan
ekonomi tahun 2008 menjadi 6,4% dari perkiraan sebelumnya sebesar 6,8%
dikarenakan melesunya perekonomian Amerika Serikat dan kenaikan harga
minyak mentah dunia1.
- Sosial Budaya
Masyarakat tampaknya akan sulit untuk berpindah ke layanan televisi berbayar
dikarenakan banyaknya saluran televisi Free To Air nasional yang beroperasi
di Indonesia, belum lagi saluran televisi Free To Air regional yang ada di
masing-masing daerah. Karena terbiasa mendapatkan siaran televisi gratis,
1 Muhammad Ma’ruf et al., “Target Pertumbuhan diturunkan jadi 6,4%”, Seputar Indonesia, 16 Februari 2008, http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/berita-utama/target-pertumbuhan-diturunkan-jadi-6-4.html, diakses pada 5 April 2008.
28
mungkin ada sebagian kelompok masyarakat yang enggan berpindah untuk
menggunakan saluran televisi berlangganan. Dan juga kebanyakan masyarakat
Indonesia, yang kebanyakan masih memegang adat dan budaya ketimuran,
mungkin akan sulit menerima hal-hal di budaya barat yang masuk melalui
tayangan-tayangan televisi berbayar ini. Peran lembaga sensor sangat besar
untuk menyaring tayangan-tayangan yang tidak sesuai dengan budaya timur
pada tayangan saluran televisi berlangganan.
- Teknologi
Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat, membuat Telkomvision
harus selalu berupaya untuk menjadi yang terdepan dalam hal inovasi produk-
produk mereka. Salah satu dampak dari perkembangan teknologi informasi
dalam televisi berbayar ini salah satunya adalah teknologi IP-TV, yang
merupakan produk serupa TV Kabel namun menggunakan IP (Internet
Protocol).
Kemunculan layanan IP TV ini nantinya diperkirakan akan menggantikan
produk TV Kabel dan TV Satelit karena akan ditumpangkan melalui kabel
telepon ke rumah-rumah pelanggan. Pelanggan cukup mengganti roset pada
sambungan telepon di rumah, sehingga nantinya layanan TV kabel seperti
HBO, ESPN, CNN dapat dinikmati langsung tanpa harus menggunakan antena
parabola seperti saat ini2.
2.3 Customer
Dalam penelitian proyek akhir ini, responden yang dijadikan objek
penelitian adalah adalah masyarakat yang menjadi target market Telkomvision
yang bertempat tinggal atau berdomisili di kotamadya Bandung, dan juga
termasuk ke dalam anggota kelompok masyarakat di segmen A-D berdasarkan
segmentasi Socio Economic Status dari AGB Nielsen. Karakteristik lain yang
harus dipenuhi responden dalam objek penelitian ini adalah responden tersebut
memiliki pesawat televisi.
2 Doni P. Sukma, wawancara dengan penulis, Topas Galleria Hotel, Bandung, 3 Maret 2008.
29
2.4 STP produk Direct To Home Prabayar Telkomvision
2.4.1 Segmentasi
Suatu segmen pasar terdiri atas sekelompok pembeli yang memiliki sekumpulan
kebutuhan yang serupa. Para pemasar tidak menciptakan segmen, tugas dari
pemasar adalah mengidentifikasi segmen-segmen yang ada di lapangan dan
memutuskan satu atau lebih segmen yang akan dijadikan sasaran. Pemasaran
dengan melakukan segmentasi (segment marketing) memberikan beberapa
keuntungan bila dibandingkan dengan pemasaran massal (mass marketing).
Perusahaan dapat menciptakan penawaran produk atau jasa yang sesuai dengan
segmen tersebut dan memberikan harga yang sesuai bagi segmen sasaran. Selain
itu perusahaan akan lebih mudah memilih saluran komunikasi dan distribusi yang
terbaik, serta mengetahui dengan lebih jelas tentang persaingan yang terjadi
dengan kompetitor yang menyasar segmen yang sama (Kotler et al. 2003).
Di Indonesia sendiri, berdasarkan survei yang dilakukan oleh AGB Nielsen,
pengelompokkan segmen dilakukan berdasarkan Social Economy Status (SES).
Dari hasil tersebut, didapatlah segmentasi berupa kelas A, B, C, D, dan E.
Penjelasan dari karakteristik tiap kelas tersebut dapat dilihat dari gambar berikut:
Gambar 2.3 Pengklasifikasian kelas di Indonesia berdasarkan Social Economy Status
Sumber: AGB Nielsen
30
Segmentasi yang dilakukan oleh AGB Nielsen membagi kelompok masyarakat
berdasarkan pengeluaran perbulan. Segmentasi ini merupakan salah satu dasar
yang digunakan perusahaan untuk menentukan kelompok konsumen yang menjadi
target untuk produk Direct to Home Prepaid.
Untuk penelitian proyek akhir ini, penulis memilih produk Direct To Home
Prabayar Telkomvision (DTH Prepaid), sebagai produk yang dijadikan objek
analisa untuk perumusan strategi pemasaran Telkomvision. Hal yang melatari
keputusan penulis untuk memilih produk prabayar dari Telkomvision ini adalah
karena produk prabayar merupakan primadona dari penjualan produk-produk
Telkomvision untuk segmen residensial, dan juga penulis berpendapat bahwa
produk DTH ini merupakan produk yang menjanjikan untuk menjaring
pelanggan-pelanggan baru bagi Telkomvision.
2.4.2 Targetting
Berdasarkan pembagian kelas masyarakat Indonesia yang dilakukan oleh AGB
Nielsen ini, produk DTH Prabayar Telkomvision mencoba menyasar segmen
pasar A hingga D, yaitu golongan masyarakat yang memiliki pengeluaran mulai
dari Rp 500.000.-, hingga lebih dari Rp 3.000.000.- per bulannya, terutama
mereka yang memiliki parabola namun belum memiliki decoder.
2.4.3 Positioning
Positioning dari produk DTH prabayar dari Telkomvision adalah TV
berlangganan prabayar pertama di Indonesia, yang memberikan layanan hiburan
lokal & internasional kepada hampir seluruh lapisan masyarakat Indonesia3.
Penentuan STP (Segmenting-Targetting-Positioning) dari produk DTH prabayar
Telkomvision ini nantinya akan menjadi salah satu hal yang dianalisa penulis
untuk memberikan solusi dan rekomendasi mengenai perumusan strategi promosi
untuk produk Direct To Home prabayar Telkomvision.
3 Haikal, wawancara dengan Gesit Hanastiti Hutami, Corporate Office PT Indonusa Telemedia,
Jakarta, 3 Maret 2008.
31
2.5 Bauran Pemasaran Produk Direct To Home Prabayar Telkomvision
2.5.1 Product
Produk Direct To Home dari Telkomvision juga dikenal dengan nama TV SatelitTM.
Pengertian dari TV SatelitTM adalah pengiriman sinyal video dan audio digital langsung
diterima di rumah melalui transmisi satelit, diacak dan berbayar. TV Satelit
TELKOMVision akan menjadi satu-satunya layanan pay TV di Indonesia yang
menggunakan frekuensi transmisi satelit C-Band yang akan menjamin kualitas
penerimaan prima dalam segala cuaca.
Produk layanan TV Satelit (DTH) TELKOMVision memberikan kemudahan
kepada pelanggan dalam menikmati produk layanannya melalui sistem prabayar
berupa “voucher” isi ulang yang merupakan produk pertama di Indonesia untuk
bisnis pay TV.
PT Telkom Indonesia melalui TELKOMVision akan serius dalam
mengembangkan produk layanan TV Satelit (DTH), sebagai bagian dari
Corporate Action TELKOM dalam mengembangkan TELKOMGroup di bisnis
Multimedia. Berikut adalah konsep dasar dari siaran televisi berlangganan Direct
To Home:
Panamsat
AsiasatDTH Satellite (TELKOM-1)
Palapa C2
Video ServerTV Terestrial (aerial, Cable)Studio
Other applications (radio,e-shopping,game)Receiver Antenna Farm
DigitalHeadend Uplink
Facility
Terminal DTH Pelanggan
Down link
Content Satellites
Up link
CAS
Gambar 2.4 Konsep dasar Direct to Home Sumber: PT Indonusa Telemedia
32
Sedangkan untuk konfigurasi sistem layanan TVSatelitTM milik Telkomvision dalam hal
Headend dan Customer Premises Equipment (CPE) dapat dilihat pada gambar 1.4.
Perangkat-perangkat yang diperlukan pelanggan untuk bisa mendapatkan layanan
TVSatelitTM dari Telkomvision adalah Decoder, Kartu Tayang (Smart Card), Low Noise
Block (LNB), antena, dan coax cable. Penjelasan mengenai masing-masing alat tersebut
adalah sebagai berikut:
1. DECODER
Perangkat di sisi pelanggan yang berfungsi untuk menerima dan mengolah sinyal
yang dibantu dengan kartu tayang (smart card). Decoder harus menggunakan sistem
yang sama dengan sistem headend, misal IRDETO.
Headend DTH
TELKOMVisionUplink Site
TELKOM-I
Video Player
Server
AV Switcher
TV Monitor
Receivefrom
Content Provider
Content fromothers
Distributor
Headend
Pelanggan
LNB
Decoder
TELKOM 1
Gambar 2.5 Konfigurasi Layanan TVSatelitTM (DTH) HEADEND and CPE Sumber: PT Indonusa Telemedia
2. Kartu Tayang (smart card)
Alat berbentuk kartu (ISO 1900) dengan embedded chip yang berfungsi untuk
membuka kode pengacak gambar dan kontrol pelanggan.
3. LNB (Low Noise Block)
Alat untuk menerima frekuensi down link dan mengubahnya ke frekuensi
intermediate sebelum masuk ke kabel coaxial.
4. Antenna
Reflector berbentuk parabola, bisa jenis solid atau mesh (berlubang). Catatan: 1,2
meter antena hanya untuk yang solid.
5. Coax Cable
Kabel yang berfungsi menghubungkan decoder dan LNB. Seri Model RG11 (jarak:
50-100 m) atau RG6 (< 50 m).
33
2.5.2 Price
Di dalam paket DTH prabayar ini, pelanggan bisa memilih salah satu atau
beberapa jenis paket yang tersedia, dengan membeli voucher paket-paket tersebut.
Paket-paket dasar voucher prabayar TV Satelit Telkomvision yang tersedia untuk
para pelanggan adalah Dunia Anak, Film Laris, Berita, Metropolitan, Film
Pelangi, Musik, Olahraga, Pendidikan, dan Paket Laga.
Tabel 2.1 Klasifikasi dan Tarif Layanan Paket Dasar TVSatelitTM Prabayar (DTH Pre-Paid) Paket Channel Harga Keterangan
Nickelodeon
Disney Channel
Cartoon Network
HBO
HBO Signature
Cinemax
CNN
BBC World
CNBC
News World
Star World
Music Television (MTV)
Discovery Travel and Living
Asian Food Channnel
Hallmark
Star Movies
KBS World
Celestial Movies
Music Television (MTV)
Channel V
ESPN
Star Sports
Ten Sports
National Geographic
Discovery Channel
Animal Planet
AXN
Animax
Discovery Real Time
E! Entertainment
Fashion TV
Rp40,000
Rp60,000
Dunia Anak
Film Laris
Berita
Metropolitan
Film Pelangi
Musik
Olahraga
Pendidikan
Paket Laga
Rp65,000
Rp60,000
Rp50,000Populer
Pelanggan
Membayar Per
Paket
Rp50,000
Rp65,000
Rp30,000
Rp50,000
Rp65,000
Sumber: http://www.telkomvision.com/dth.php
Selain itu, Telkomvision juga memiliki paket prabayar kombinasi, yaitu paket
Combo seharga Rp. 300.000.-(belum termasuk pajak), yang berisikan kombinasi-
kombinasi dari seluruh saluran televisi yang ada di dalam paket–paket dasar.
Paket Combo ini berisikan 29 channel saluran televisi berlangganan kelas dunia.
34
Di samping Paket Combo prabayar, Telkomvision juga memiliki paket prabayar
kombinasi Keluarga Harmonis dan Keluarga Sportif, masing-masing berharga Rp.
150.000.-(belum termasuk pajak) yang berisikan 15 saluran televisi untuk paket
prabayar Keluarga Harmonis, dan 13 saluran televisi untuk paket prabayar
Keluarga Sportif.
Telkomvision juga masih memiliki paket yang lain, yaitu paket Prabayar Spesial
Riang, Spesial Hiburan, dan Spesial Seru yang tiap paket berharga Rp. 99.000.-
(belum termasuk pajak) dan berisikan 10 saluran televisi untuk paket Spesial
Riang, dan 9 saluran televisi untuk paket Spesial Hiburan dan Spesial Seru.
Tabel 2.2 Klasifikasi dan Tarif Layanan Paket Combo DTH Pre-Paid Telkomvision
Paket Channel Harga Keterangan
HBO
HBO Signature
Cinemax
ESPN
Star Sports
Ten Sports
Star Movies
KBS World
CNN
Celestial Movies
BBC World
CNBC
Star World
Music Television
Discovery Travel and Living
Asian Food Channel
Hallmark
Discovery Channel
National Geographic
Animal Planet
Disney Channel
Cartoon Network
Nickelodeon
AXN
Animax
Discovery Real Time
Fashion TV
Telkomvision Ch 2
Pelanggan
Membayar
Per Paket
Combo Rp300,000
Sumber: http://www.telkomvision.com/dth.php
35
Tabel 2.3 Klasifikasi dan Tarif Layanan Paket Keluarga DTH Pre-Paid Telkomvision Paket Channel Harga Keterangan
HBO
HBO Signature
Cinemax
Star World
Music Television
Discovery Travel & Living
Asian Food Channel
Hallmark
Discovery Channel
National Geographic
Animal Planet
Disney Channel
Cartoon Network
Nickelodeon
Telkomvision Ch 2
ESPN
Star Sports
Ten Sports
Star Movies
KBS World
Celestial Movies
Discovery Channel
National Geographic
Animal Planet
AXN
Animax
Discovery Real Time
Telkomvision Ch 2
Pelanggan
Membayar
Per Paket
Keluarga
HarmonisRp150,000
Keluarga
SportifRp150,000
Sumber: http://www.telkomvision.com/dth.php
Tabel 2.4 Klasifikasi dan Tarif Layanan Paket Spesial DTH Pre-Paid Telkomvision Paket Channel Harga Keterangan
Star Sports
KBS World
Celestial Movies
Disney Channel
Cartoon Network
Nickelodeon
AXN
Animax
Discovery Real Time
Telkomvision Ch 2
HBO
HBO Signature
Cinemax
Star World
Music Television
Discovery Travel & Living
Asian Food Channel
Hallmark
Telkomvision Ch 2
ESPN
Star Sports
Ten Sports
Discovery Channel
National Geographic
Animal Planet
E! Entertainment
Fashion TV
Telkomvision Ch 2
Rp99,000
Spesial Seru Rp99,000
Pelanggan
Membayar
Per Paket
Spesial Riang Rp99,000
Spesial
Hiburan
Sumber: http://www.telkomvision.com/dth.php
36
2.5.3 Place
Pemasaran untuk produk-produk Telkomvision sendiri, termasuk di dalamnya
DTH Prabayar dilakukan ke seluruh wilayah Indonesia selama sinyal satelit masih
bisa menjangkau daerah tersebut. Untuk menjamin ketersediaan perangkat baik itu
decoder, maupun voucher, Telkomvision memiliki AD (Authorized Distributor)
sebanyak 18 (Delapan Belas) buah AD diseluruh Indonesia, dimana masing-
masing dari AD tersebut membawahi antara 10-12 dealer.
Nantinya pendistribusian voucher tidak hanya dilakukan melalui dealer akan
tetapi voucher nantinya juga akan dapat diperoleh dari Plasa Telkom propinsi
yang berjumlah 52 buah, dan juga Kopegtel. Telkomvision juga memiliki rencana
untuk menambah jumlah AD menjadi 33 buah AD, dimana satu buah propinsi
akan diwakili oleh satu AD.
2.5.4 Promotion
Kegiatan promosi Telkomvision di tahun 2008 dilakukan baik secara above the
line, maupun below the line. Untuk kegiatan promosi Above The Line,
Telkomvision melakukan kegiatan promosi dengan beriklan di stasiun televisi
SCTV dan Trans TV. Selain itu Telkomvision juga melakukan promosi secara
lokal dengan beriklan di media-media cetak di daerah yang memiliki AD di
daerah tersebut, serta di radio-radio lokal daerah yang ada AD Telkomvision di
daerah tersebut.
Sedangkan untuk kegiatan promosi Below The Line terbagi menjadi dua, yaitu
kegiatan promosi untuk produk Direct To Home (DTH), dan untuk Cable TV.
Kegiatan promosi Below The Line untuk produk DTH dilakukan dengan
melakukan penjualan melalui AD, penjualan langsung, melakukan exhibition di
10 kota yang bertemakan Imlek dan Valentine, memberikan rewards program
untuk para AD, baik untuk pemasaran di Indonesia bagian timur maupun barat
sebagai bagian untuk mempertahankan loyalty dari AD.
37
Kegiatan Promosi Below The Line untuk produk Cable TV dilakukan dengan
melakukan penjualan kepada corporate seperti hotel, loyalty program untuk
corporate, melakukan kerjasama dengan kafe-kafe dan restoran, mensponsori
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh apartemen-apartemen.
Reward untuk pelanggan juga dilakukan dengan mengadakan acara nonton
bareng. Acara ini diselenggarakan oleh Telkomvision yang bekerja sama dengan
programmer acara. Dan juga memberikan hadiah eksklusif kepada para pelanggan
yang melakukan isi ulang.
Selain itu sinergi pemasaran dengan Telkom Group juga dilakukan dengan ikut
berpartisipasi dalam acara-acara yang diselenggarakan oleh salah satu anak
perusahaan yang juga bernaung di bawah payung Telkom Group.
Hal-hal lain yang dilakukan oleh Telkomvision dalam rangka sinergi pemasaran
produk layanan TV Satelit (DTH) TELKOMVision dengan Telkom Group,
diantaranya:
• Pemasaran melalui Datel-Datel TELKOM merupakan salah satu sinergi nyata
TELKOMGroup.
• Pemasaran TELKOMVision via Datel TELKOM akan dilaksanakan dengan
cara memanfaatkan fasilitas dan kapasitas yang ada di Plasa TELKOM dan
PUSYANTEL maupun aktif mengikuti Pameran dan Road Show Produk
TELKOM.
• Dari sudut pandang TELKOMVision, maka setiap titik pemasaran disebut
dengan Point Of Sales (POS).
• Posisi Datel TELKOM, murni hanya melakukan pemasaran (sales dan
menerima pembayaran awal), sedangkan fungsi lainnya dilaksanakan oleh
TELKOMVision.
Namun, strategi-strategi pemasaran yang telah dilakukan oleh Telkomvision juga
masih memiliki beberapa kelemahan, kelemahan yang masih ada pada strategi
38
pemasaran eksisting produk layanan TV Satelit (DTH) TELKOMVision,
diantaranya:
• Promosi belum terlalu gencar, akibatnya konsumen kurang familiar dan
image TV Satelit (DTH) TELKOMVision di benak konsumen belum terlalu
melekat.
• Adanya keterbatasan jaringan, hingga kini yang masih dalam tahap
pengembangan sehingga belum bisa mengoptimalkan coverage areanya.
Dalam hal kelengkapan eksisting Marketing Tools produk layanan TV Satelit
(DTH) TELKOMVision dilakukan di berbagai tempat, yang dapat dilihat dalam
tabel berikut ini :
Tabel 2.5 Kelengkapan Marketing Tools Layanan TV Satelit (DTH) TELKOMVision
Kelengkapan tiap POS
Lokasi / Gerai Khusus
Premises TELKOM
Group
Mall / Pusat Perbelanjaan
Lobby Mall
Poster
Yes Yes
Yes Yes
Standing Banner
Yes Yes Yes Yes
Spanduk & Umbul-umbul
Yes Yes/No
No / Yes
No / Yes
TV/DTH Promotion Kit
Yes Yes
No / Yes
No / Yes
Sales Promotion Kit
Yes Yes/No Yes Yes
Brosur
Yes Yes Yes Yes
Formulir Langganan
Yes Yes Yes
VCD Promotion Kit Yes/No Yes/No Yes Yes Yes Sumber: PT Indonusa Telemedia
Penjelasan Marketing Tools produk layanan TV Satelit (DTH)
TELKOMVision :
� Poster: menginformasikan produk dan channel yang ada. Poster ini
dimaksudkan sebagai “pengganti” Standing Banner, bila ruang yang tersedia
tidak mencukupi.
39
� Standing Banner, Standing Poster : menginformasikan produk dan channel
serta dapat ditempatkan di space yang terbatas.
� Spanduk: menginformasikan produk dan channel yang ditempatkan di open
space yang dimaksudkan sebagai eye catch bagi pengunjung.
� TV/DTH promotion kit (Decoder, Antenna, LNB, TV set):
menginformasikan kepada pengunjung kondisi riil perangkat yang dapat
menyalurkan tayangannya.
� Sales Promotion kit (set meja promosi dengan rak/meja dan kursi):
sebagai alat bantu bagi pemasar/sales force untuk menjelaskan dan
melaksanakan deal dengan calon pelanggan.
� Brosur: media yang akan dipergunakan untuk menjelaskan produk dan harga
serta lokasi dimana produk tersebut bisa diperoleh.
� Form berlangganan: suatu formulir isian yang harus diisi dengan data calon
pelanggan untuk kemudian dipergunakan sebagai rujukan dalam proses
selanjutnya (instalasi, billing, dsb).
� VCD promotion Kit (Program tayangan dari beberapa channel
unggulan): dimaksudkan sebagai tools yang dapat menjelaskan beberapa
channel yang dapat dinikmati oleh pemirsa.
Selanjutnya untuk prosedur berlangganan produk layanan TV Satelit
(DTH) TELKOMVision, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Officer Front Liner menjelaskan harga dan paket layanan TV Satelit
(DTH) TELKOMVision.
2. Officer Front Liner menjelaskan merk-merk decoder/modem, harga dan
distributor/vendor.
3. Officer Front Liner menjelaskan bagaimana prosedur :
• Pembayaran
• Instalasi perangkat, siapa yang akan install (sesuai dengan merk
perangkat)
• Aktivasi layanan TELKOMVision dan waktunya
• Pelayanan purna jual layanan TELKOMVision dengan menghubungi
customer service sesuai kantor TELKOMVision terdekat.
40
4. Officer Front Liner menanyakan kepada calon pelanggan pilihan
perangkat (decoder / cable modem).
5. Mengisi form berlangganan secara teliti, lengkap dan benar, termasuk
meminta syarat yang harus diberikan calon pelanggan.
6. Menerima pembayaran berlangganan bulanan (pasca bayar/pra bayar) dan
harga promo.
7. Officer Front Liner mencatat pembayaran tersebut kedalam bukti
pembayaran (kwitansi) dan mencatat ke dalam database atau log book.
8. Meneruskan form langganan dan bukti pembayaran kepada Duty
Manager.
9. Duty Manager mengirimkan form berlangganan dan bukti pembayaran
melalui Service Center segera (max 15 menit) untuk dilakukan verifikasi
data dan juga aktivasi.
2.5.5 People
Peran people atau Sumber Daya Manusia baik di perusahaan yang menjual
produk, ataupun perusahaan yang menjual jasa sangat penting. Dibutuhkan
sumber daya manusia yang berkualitas dan terlatih untuk memberikan layanan
yang terdiferensiasi dengan pesaing.
Dalam perusahaan jasa terdapat empat karakteristik jasa yaitu intangibility (tidak
berwujud), inseparability (tidak terpisahkan), variability (beragam), dan
perishability (tidak dapat disimpan). Jasa banyak dilayani oleh people, karena itu
perusahaan harus memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik untuk
melayani pelanggannya.
Pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas dengan pelatihan,
pembentukan budaya melayani dan selalu memotivasi petugas untuk melayani
pelanggan dengan baik. Beberapa karakter yang dibutuhkan untuk melayani
pelanggan adalah caring behavior, responsiveness, initiative, problem solving
ability, dan goodwill (Kotler et al. 2006 : 461). Pembentukan budaya melayani
pada petugas akan menciptakan perilaku yang melayani.
41
Sebagai anak perusahaan dari PT Telekomunikasi Indonesia, PT Indonusa
Telemedia memiliki keuntungan dari sinergi antara perusahaan dengan anak-anak
perusahaan lain yang berada di bawah Telkom Group. Digabungkannya pelayanan
untuk pelanggan Telkomvision dengan pelanggan Telkom melalui Plasa Telkom
akan menjadi keuntungan tersendiri bagi perusahaan, karena Telkomvision tidak
perlu kesulitan dalam melakukan pelatihan khusus kepada para customer service
mereka, dikarenakan pelayanan akan dilakukan oleh para customer service di
Plasa Telkom, yang telah terlatih dengan baik dalam menghadapi para pelanggan.
Di samping itu, dengan penempatan para pegawai PT Telkom di dalam
manajemen Telkomvision, akan memungkinkan terjadinya transfer pengetahuan
dan kemampuan dari perusahaan induk kepada PT Indonusa Telemedia.
Pengalaman dan kemampuan mereka akan membantu Telkomvision bergerak ke
arah yang lebih baik.
2.5.6 Process dan Physical Evidence
Proses dan fasilitas fisik ini merupakan bagian dari rutinitas layanan yang menjadi
perhatian penting dari pelanggan. Pelanggan Asia selain memperhatikan masalah
layanan kepada people, juga memperhatikan rutinitas layanan ini yang tergambar
dalam pergerakan, bahasa tubuh, respon, penampilan, tata bahasa petugas dan
juga fasilitas fisik (gedung, interior ruangan, peralatan, perabot) sebagai media
pendukung layanan. Untuk proses layanan yang diberikan tergambar dari dimensi
assurance dan tangible (Kotler et al. 2006 : 462).
Dari pemaparan diatas terlihat bahwa pemasaran untuk perusahaan jasa tidak
hanya tergantung dari pemasaran eksternal yang dilakukan melalui pembentukan
image melalui promosi dan kegiatan pengabdian masyarakat, tetapi juga melalui
pelatihan kerja, dan kegiatan memberikan motivasi kepada para pegawai sebagai
usaha pemasaran internal demi terjaminnya kualitas layanan yang baik kepada
pelanggan. Selain metode internal marketing ini, terdapat pula pemasaran secara
interaktif yang harus dibangun dalam budaya kerja pegawai, yang bertujuan untuk
membangun image pegawai yang tidak hanya bisa memecahkan permasalahan
42
pelanggan secara teknis, tetapi juga secara fungsional memiliki empati dan
kedekatan untuk memahami pelanggan.
Dan kembali sinergi antara PT Indonusa Telemedia dengan PT Telkom Indonesia
membawa keuntungan yang besar. Budaya kerja, sumber daya manusia yang telah
terlatih dengan baik, gedung, peralatan, dan perangkat yang dimiliki PT Telkom,
akan menjamin terciptanya aspek process dan physical evidence yang baik untuk
memberikan kepuasan kepada pelanggan atas pelayanan yang diberikan
Telkomvision.
2.6 Cakupan Proyek
Batasan obyek-obyek yang akan diukur dalam proyek akhir ini adalah sebagai
berikut:
1. Obyek yang akan diukur adalah,
- Minat responden terhadap produk dan layanan Telkomvision.
- Gap yang terjadi antara tingkat kepentingan dengan tingkat persepsi
responden terhadap variabel produk Telkomvision.
2. Alat yang digunakan untuk mengukur obyek ini adalah dengan menggunakan
kuesioner.
3. Memberikan rekomendasi pengembangan produk TV Satelit Prabayar
Telkomvision disertai rekomendasi strategi komunikasi pemasaran untuk
produk TV Satelit Prabayar Telkomvision ini.
2.7 Tujuan Proyek
Tujuan dari pelaksanaan proyek akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui minat responden penelitian akan produk televisi berbayar
Telkomvision.
2. Untuk mengetahui gap yang terjadi antara tingkat kepentingan dengan tingkat
persepsi responden akan variabel-variabel produk Telkomvision.
3. Untuk memberikan masukan mengenai pengembangan produk TV Satelit
Prabayar Telkomvision, dan juga program komunikasi pemasaran untuk
produk TV Satelit Prabayar Telkomvision.
43
2.8 Teknik Pengumpulan Data
Data adalah salah satu komponen riset, artinya tanpa data tidak akan ada riset.
Data yang akan dipakai dalam riset haruslah data yang benar, karena data yang
salah akan menghasilkan informasi yang salah. Pengumpulan data adalah proses
atau kegiatan pengadaan data-data untuk kepentingan proyek dengan prosedur
yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Di dalam
penelitian ilmiah, ada beberapa teknik pengumpulan data beserta perangkat
pengumpul datanya masing-masing.
Beberapa cara pengumpulan data menurut Umar (2005: 167) :
1. Angket (Kuesioner)
Teknik yang menggunakan angket (kuesioner) adalah suatu cara pengumpulan
data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada
responden, dengan harapan mereka akan memberikan respon atas daftar
pertanyaan tersebut. Daftar pertanyaan dapat bersifat terbuka, jika jawabannya
tidak ditentukan sebelumnya, sedangkan bersifat tertutup jika alternatif-
alternatif jawaban telah disediakan.
2. Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data. Pelaksanaannya dapat
dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang diwawancarai, dapat juga
secara tidak langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab
pada kesempatan lain.
3. Observasi
Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari si peneliti baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap obyek penelitiannya.
4. Tes
Untuk mengumpulkan data yang sifatnya mengevaluasi hasil proses atau untuk
mendapatkan kondisi awal sebelum proses (pre-test dan post-test) teknik ini
dapat dipakai.
44
Keempat teknik pengumpulan data tersebut dimaksudkan untuk mengumpulkan
data primer, sedangkan untuk mengumpulkan data sekunder, caranya akan
berbeda. Pada data sekunder, bentuk penyajian biasanya telah disusun sedemikian
rupa oleh pihak pertama.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pelaksanaan proyek akhir ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui brand awareness dan minat responden terhadap produk-
produk Telkomvision akan digunakan kuesioner.
2. Untuk mengetahui aktivitas komunikasi pemasaran akan dilakukan
pengamatan langsung atau observasi langsung dan wawancara dengan pihak
manajemen PT Indonusa Telemedia di Jakarta (corporate) maupun Bandung.
3. Untuk menunjang kesimpulan variabel dan penyimpulan dari semua
informasi yang diterima baik itu informasi dari perusahaan maupun dari luar
perusahaan, akan dilakukan survey pada literatur, antara lain : buku, data-data
sekunder, internet, koran, jurnal, majalah, dsb.
2.9 Identifikasi Variabel Penelitian
Identifikasi variabel penelitian dilakukan untuk menentukan indikator-indikator
yang mempunyai relevansi dengan masalah yang akan diteliti. Indikator tersebut
dijabarkan dalam elemen-elemen variabel yang digunakan untuk analisa
selanjutnya.
2.9.1 Identifikasi Variabel Karakteristik Responden
Variabel-variabel yang digunakan dalam deskripsi karakteristik responden
ditentukan berdasarkan demografi, ekonomi dan perilaku, sebagai berikut :
Variabel demografi :
a. Jenis Kelamin
b. Usia responden
c. Pekerjaan
45
Variabel ekonomi :
a. Rata-rata Pengeluaran perbulan
b. Pengeluaran untuk hiburan perbulan
Variabel perilaku terhadap acara-acara televisi :
a. Lama waktu luang yang dimiliki.
b. Aktivitas di waktu luang.
c. Jumlah pesawat televisi yang dimiliki.
d. Lama menonton televisi.
e. Status sebagai pelanggan suatu operator televisi berbayar atau bukan.
f. Alasan responden apabila yang bersangkutan tidak menjadi pelanggan
layanan televisi berbayar.
g. Operator yang menjadi langganan responden apabila yang bersangkutan
berlangganan layanan televisi berbayar.
h. Opini Responden mengenai variabel suatu layanan televisi berbayar
i. Awareness responden terhadap produk Telkomvision
2.9.2 Identifikasi Variabel Iklan DTH Prabayar Telkomvision
a. Pengetahuan terhadap iklan Telkomvision sebelumnya
b. Media yang menjadi sumber informasi tentang iklan Telkomvision
c. Pemahaman terhadap pesan yang disampaikan oleh iklan produk DTH
Prabayar Telkomvision
d. Tingkat kesukaan terhadap iklan DTH Prabayar Telkomvision
e. Minat untuk menggunakan produk tersebut setelah melihat iklan DTH
Prabayar Telkomvision
f. Kesan yang paling diingat responden dari suatu iklan
2.9.3 Identifikasi Variabel Pasar Tersedia dan Pasar Potensial
Dalam identifikasi variabel Pasar Tersedia dan Pasar Potensial Produk Direct to
Home (DTH) Prabayar Telkomvision ini, akan diketahui minat responden untuk
berlangganan produk televisi berbayar Telkomvision.
46
2.10 Populasi dan Sampel
Populasi adalah generalisasi atau keseluruhan wilayah yang merupakan unit
analisa yang mempunyai jumlah dan karakteristik tertentu. Populasi tidak hanya
orang tapi juga dapat berupa benda atau alam. Populasi yang menjadi sasaran dari
proyek akhir ini adalah warga masyarakat kota Bandung dan sekitarnya yang
masuk ke dalam kategori target pasar dari produk DTH prabayar Telkomvision.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Sampel dipilih menggunakan metode tertentu. Teknik pengumpulan sampel
adalah dengan menggunakan non probablity sampling, dengan menggunakan
metode pengambilan sampel berupa convenience sampling.
Proyek akhir ini menggunakan metode Slovin untuk menentukan jumlah sampel
yang akan dijadikan responden untuk mengisi kuesioner (Umar, 2005 : 146).
Persamaan dari metode Slovin untuk mencari jumlah sampel yang diperlukan
adalah sebagai berikut:
n = N / (1+N(e)²)
Dimana n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = tingkat error
Populasi yang dijadikan responden untuk penelitian proyek akhir ini adalah
penduduk Bandung yang berusia 20 tahun ke atas. Berdasarkan hasil sensus
penduduk 2005, jumlah penduduk Bandung yang berada dalam rentang usia
tersebut adalah sebanyak 1.538.228 orang4.
4 Data Statistik Indonesia, “Jumlah Penduduk Bandung Berdasarkan Umur”, Data Statistik Indonesia, http://www.datastatistik-indonesia.com/component/option,com_tabel/task,/Itemid,165/, diakses pada 3 April 2008.
47
Dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,75% per tahunnya5,
menggunakan rumus pertumbuhan geometrik, angka pertumbuhan penduduk (
rate of growth atau r ) sama untuk setiap tahun, yaitu:
Pt = P0 (1+r)t
Dimana
P0 adalah jumlah penduduk awal
Pt adalah jumlah penduduk t tahun kemudian
r adalah tingkat pertumbuhan penduduk
t adalah jumlah tahun dari 0 ke t.
Maka perhitungan untuk memperkirakan jumlah penduduk Bandung yang berada
dalam rentang usia tersebut pada tahun 2008 adalah sebagai berikut:
Pt = P0 (1+r)t
= 1.538.228 (1 + 1,75%)3
= 1.538.228 (1.053424109375)
= 1620406.46 ~ 1.620.407 Jiwa
Kemudian setelah mendapatkan perkiraan jumlah penduduk pada rentang usia
tersebut di tahun 2008, kemudian dilakukan perhitungan jumlah sampel yang
diperlukan dengan menggunakan rumus Slovin. Dengan menggunakan estimasi
tingkat error 10%, maka jumlah sampel yang diperlukan adalah:
n = N / (1+N(e)²)
= (1.620.407) / (1 + 1.620.407 (0.1)2)
= 99.99 responden ~ 100 orang responden
5 Data Statistik Indonesia, “Laju Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan Propinsi”, Data Statistik Indonesia, http://www.datastatistik-indonesia.com/component/option,com_tabel/task,/Itemid,164/, diakses pada 3 April 2008.
48
Sehingga untuk penelitian proyek akhir ini, menurut metode Slovin dibutuhkan
paling sedikit sampel yang berjumlah 100 responden untuk terwakilinya suara
pelanggan.
2.11 Analisa Hasil Kuesioner
Mayoritas responden yang mengisi kuesioner tentang produk TV Satelit Prabayar
ini adalah pria, dengan presentase sebesar 68%. Sedangkan 32% sisanya berjenis
kelamin wanita. Presentase tersebut dapat dilihat pada grafik berikut:
68%
32%
Jenis Kelamin
Pria
Wanita
Gambar 2.6 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
37%
51%
7%5%
Usia Responden
18 - 25 Tahun
26 - 35 Tahun
36 - 45 Tahun
46 - 55 Tahun
Gambar 2.7 Komposisi Responden Berdasarkan Usia
49
Dari segi usia, mayoritas responden yang berpartisipasi di dalam pengisian
kuesioner ini berada pada rentang usia 26-35 tahun, dengan presentase sebesar
51%. Responden yang berada di dalam rentang usia ini sedang berada pada usia
produktif untuk bekerja. Sedangkan di nomor dua terbesar adalah para responden
yang berada di rentang usia 18-25 tahun. Batas bawah usia responden untuk
kuesioner ini adalah minimal berusia 20 tahun. Presentase responden yang berada
di dalam rentang usia ini adalah sebesar 37%.
7%
41%
6%7%
39%
Pekerjaan Responden
Pegawai Negeri
Pegawai Swasta
Wiraswasta
Profesional
Lainnya
Gambar 2.8 Komposisi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Para responden yang berpartisipasi di dalam kuesioner memiliki pekerjaan sebagai
Pegawai Swasta sebesar 41%, Pegawai Negeri sebesar 7%, Wiraswasta sebesar
6%, Profesional sebesar 7%, dan 39% sisanya berprofesi diluar keempat macam
pekerjaan tersebut, misalkan Pegawai BUMN, Pegawai BHMN, dosen, dan
lainnya.
4%
11%
30%
23%
19%
13%
Pengeluaran Responden dalam Sebulan
< 500.000.-
500.000 <= X <= 700.000
700.000 < X <= 1.500.000
1.500.000 < X <= 2.000.000
2.000.000 < X <= 3.000.000
> 3.000.000
Gambar 2.9 Komposisi Responden Berdasarkan Pengeluaran dalam Sebulan
50
Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini, mayoritas memiliki
pengeluaran di dalam rentang Rp 700.000.- hingga Rp 1.500.000.-, dengan
presentase sebesar 30%, disusul kemudian reponden berpengeluaran di dalam
rentang Rp 1.500.000.- hingga Rp 2.000.000.- dengan presentase sebesar 23%
dari keseluruhan responden. Di urutan ketiga, sebanyak 19%, adalah responden
dengan pengeluaran per bulan berkisar antara Rp 2.000.000.- hingga Rp
3.000.000.-. Sedangkan 28% sisanya terdiri atas responden yang memiliki
pengeluaran per bulan di atas Rp 3.000.000.- sebesar 13%, responden dengan
pengeluaran berkisar antara Rp 500.000.- hingga Rp 700.000.- sebesar 11%, dan
responden dengan pengeluaran per bulan di bawah Rp 500.000.- sebesar 4%.
13%
38%20%
13%
11%
5%
Pengeluaran untuk Hiburan dalam
Sebulan
< 100.000
100.000 <= X <= 300.000
300.000 < X <= 500.000
500.000 < X <= 700.000
700.000 < X <= 1.000.000
> 1.000.000
Gambar 2.10 Komposisi Responden Berdasarkan Pengeluaran Hiburan Per Bulan
Dari grafik pada gambar 2.10, tampak bahwa mayoritas responden mengeluarkan
dana untuk hiburan di atas Rp 100.000.- per bulannya, dengan jumlah terbesar
terdapat pada responden yang menyisihkan anggaran untuk hiburan berkisar
antara Rp 100.000.- hingga Rp. 300.000.- sebesar 38%, kemudian disusul dengan
responden yang memiliki anggaran hiburan per bulan antara Rp 300.000.- hingga
Rp 500.000.- sebesar 20%. Sedangkan presentase responden yang memiliki
pengeluaran untuk hiburan per bulan berkisar antara Rp 500.000.- hingga Rp
700.000.- adalah sebesar 13% dan responden yang memiliki pengeluaran untuk
hiburan per bulan berkisar antara Rp 700.000.- dan Rp 1.000.000.- memiliki
komposisi sebesar 11% dari jumlah keseluruhan responden.
51
Sementara sisa 18% terdiri atas komposisi responden yang memiliki pengeluaran
untuk hiburan dibawah Rp 100.000.- sebesar 13%, dan responden yang memiliki
pengeluaran untuk hiburan per bulan diatas Rp 3.000.000.- sebesar 5% dari total
responden.
2%
22%
29%25%
22%
Lama Waktu Luang yang Dimiliki
Responden dalam Sehari
< 1 Jam
1 - 2 Jam
2 - 3 Jam
3 - 4 Jam
> 4 Jam
Gambar 2.11 Komposisi Responden Berdasarkan Waktu Luang dalam Sehari
Dari Gambar 2.11, terlihat bahwa mayoritas responden memiliki waktu luang di
atas satu jam setiap harinya. Dengan presentase terbesar terdapat pada responden
yang memiliki waktu luang berkisar antara 2-3 jam setiap harinya dengan
komposisi 29% dari total responden. Sedangkan sisanya memiliki waktu luang
selama 3-4 jam (25%), 1-2 jam (22%), lebih dari 4 jam (22%). Hanya sebagian
kecil dari responden (2%), yang memiliki waktu luang kurang dari 1 jam.
35%
35%
15%
15%
Jumlah Pesawat Televisi yang Dimiliki
Responden
1 Buah
2 Buah
3 Buah
> 3 Buah
Gambar 2.12 Komposisi Responden Berdasarkan Jumlah Pesawat Televisi
52
Jumlah pesawat televisi yang dimiliki oleh responden mayoritas berjumlah satu
dan dua buah, dengan komposisi masing-masing sebesar 35% responden memiliki
satu buah televisi, dan 35% dari keseluruhan responden memiliki 2 buah pesawat
televisi. Sedangkan sisanya memiliki 3 buah pesawat televisi atau lebih. Grafik
selengkapnya dapat dilihat pada gambar 2.12.
10%
37%
30%
17%
6%
Lama Responden Menonton Televisi
Dalam Sehari
< 1 Jam
1 - 2 Jam
2 - 3 Jam
3 - 4 Jam
> 4 Jam
Gambar 2.13 Komposisi Responden Berdasarkan Lama Menonton Televisi
Terlihat dari grafik di gambar 2.13, mayoritas responden penelitian ini menonton
televisi selama 1-2 jam dan 2-3 jam setiap harinya, dengan komposisi sebesar
37% untuk responden yang mengaku menonton televisi selama 1-2 jam setiap
harinya, dan 30% responden mengaku menonton televisi 2-3 jam setiap harinya.
28%
72%
Pelanggan Televisi Berlangganan
Ya
Tidak
Gambar 2.14 Komposisi Responden Berdasarkan Status Berlangganan TV Berbayar
53
Dari keseluruhan responden yang diteliti, sebagian besar (72%) mengaku bukan
atau belum menjadi pelanggan salah satu operator televisi berlangganan.
Sedangkan 28% sisanya telah menjadi pelanggan salah satu televisi berbayar, baik
itu Astro, Indovision, Megavision, dan lain-lain.
51%
49%
Mengetahui Produk Telkomvision
Ya
Tidak
Gambar 2.15 Komposisi Responden yang Aware terhadap Produk Telkomvision
Dari grafik 2.15 di atas, berdasarkan informasi yang berhasil digali dari
responden, sekitar setengah dari jumlah responden (51%) mengaku mengetahui
produk Telkomvision, sedangkan 49% sisanya mengaku tidak mengetahui produk
Telkomvision.
23%
77%
Berminat Berlangganan Telkomvision
Ya
Tidak
Gambar 2.16 Komposisi Responden yang Berminat berlangganan Telkomvision
54
Untuk tingkat keminatan responden terhadap produk Telkomvision, tercatat 77%
dari responden menyatakan tidak berminat berlangganan Telkomvision, dan hanya
23% yang menyatakan berminat berlangganan Telkomvision.
Dari gambar 2.15 dan 2.16, terlihat bahwa lebih setengah responden yang diteliti
mengetahui atau aware akan adanya produk Telkomvision, menandakan bahwa
upaya pemasaran yang lebih gencar perlu dilakukan oleh Telkomvision agar
produk mereka lebih dikenal oleh masyarakat.
Akan tetapi, terlihat juga bahwa kurang dari seperempat dari jumlah responden
yang diteliti mengaku tidak berminat untuk berlangganan Telkomvision.Dengan
melihat keminatan yang rendah dari responden untuk berlangganan Telkomvision
ini, penelusuran yang lebih mendalam perlu dilakukan untuk mengetahui
permasalahan yang terjadi dengan produk TV Satelit Prabayar Telkomvision.
Langkah awal untuk mengetahui permasalahan yang sesungguhnya terdapat pada
produk TV Satelit Prabayar ini, perlu diketahui kecenderungan yang terjadi dalam
hal keengganan responden untuk berlangganan produk TV Satelit Telkomvision.
Untuk mendapatkan data tersebut, dilakukanlah analisa tabulasi silang atau
Crosstab pada informasi yang didapat dari responden.
Hal yang akan dianalisa adalah kecenderungan yang terjadi antara Pengeluaran
Responden per Bulan dengan Minat Responden untuk Berlangganan produk TV
Satelit Prabayar Telkomvision, dan juga Pengeluaran Responden per Bulan untuk
Hiburan dengan Minat Responden untuk Berlangganan Produk TV Satelit
Prabayar Telkomvision.
Dengan melakukan analisa tabulasi silang menurut Pengeluaran per Bulan dan
Pengeluaran untuk Hiburan, maka akan terlihat bagaimana kecenderungan yang
terjadi pada tiap-tiap segmen responden terhadap produk TV Satelit Prabayar
Telkomvision ini.
55
Gambar 2.17 Grafik Crosstab Pengeluaran Responden dengan Minat Berlangganan
Gambar 2.18 Grafik Crosstab Pengeluaran untuk Hiburan dengan Minat Berlangganan
56
Dari hasil analisa tabulasi silang, terlihat bahwa hampir sebagian besar responden
tidak berminat untuk berlangganan produk Telkomvision baik dalam variabel
Pengeluaran per Bulan maupun untuk variabel Pengeluaran untuk Hiburan per
Bulan. Mayoritas Responden di tiap-tiap segmentasi di dalam variabel tersebut
tidak berminat berlangganan untuk berlangganan produk TV Satelit Prabayar
Telkomvision. Kecuali untuk variabel Pengeluaran untuk Hiburan per Bulan di
segmen responden yang berpengeluaran Rp 700.000 – Rp 1.000.000.- per bulan
untuk hiburan, jumlah responden yang menjawab berminat dan tidak berminat
memiliki jumlah yang sama besar.
Selain berusaha menggali informasi tentang segmentasi demografis dan perilaku
responden dalam menonton televisi, kuesioner yang disebarkan juga berusaha
menggali informasi mengenai tingkat kepentingan dari masing-masing variabel di
dalam produk TV Satelit Prabayar Telkomvision, yaitu Harga Perangkat,
Ketersediaan Paket Prabayar, Harga Paket Prabayar, Variasi Paket Prabayar,
Jumlah Saluran Televisi di dalam Paket Prabayar, Kualitas Layanan, Jaminan
Kontinuitas Layanan, serta Image Perusahaan penyedia layanan.
Penggalian persepsi responden mengenai variabel-variabel di dalam produk TV
Satelit Prabayar Telkomvision juga dilakukan di dalam Proyek Akhir ini.Untuk
langkah selanjutnya, metode analisa SERVQUAL dipergunakan untuk mencoba
memahami masalah yang terjadi.
Perusahaan jasa seperti Telkomvision memiliki karakteristik yang berbeda dari
perusahaan penghasil produk. Hal tersebut dilihat dari sifat jasa itu sendiri.
Menurut Kotler (Kotler, 2003:446) jasa memiliki sifat : tidak berwujud
(Intangibility), keanekaragaman (Variability), tidak terpisahkan (Inseparability),
dan tidak tahan lama (Perishability). Karakteristik-karakteristik tersebut
menunjukan bahwa jasa sangat sulit untuk diukur, oleh karena itu dibutuhkan
penghitungan kualitas jasa. Adanya kesenjangan (gap) pada kualitas jasa tersebut
bisa menjadi tolak ukur dalam melakukan kegiatan jasa. Menurut Parasuraman et.
al. (1990:46), Kesenjangan (gap) dapat berupa sebagai berikut:
57
1. Gap between customer expectations and management perception.
Maksudnya bahwa manajemen tidak selalu memahami secara tepat apa
yang diinginkan konsumen.
2. Gap between management perception and service-quality specification.
Maksudnya bahwa manajemen mungkin memahami secara tepat keinginan
konsumen tetapi tidak menetapkan suatu standar kinerja yang spesifik.
3. Gap between service-quality specifications and service delivery.
Maksudnya bahwa para personil mungkin kurang terlatih, tidak mampu,
atau tidak mau memenuhi standar yang telah ditetapkan. Atau mereka
dihadapkan pada standar yang berlawanan, seperti menyediakan waktu
untuk mendengarkan para pelanggan dan melayani mereka dengan cepat.
4. Gap service delivery and external communications.
Maksudnya bahwa harapan konsumen dipengaruhi oleh pernyataan-
pernyataan yang dibuat para wakil perusahaan dan iklan perusahaan.
Namun pada kenyataannya tidak sesuai dengan iklan yang dibuat oleh
perusahaan tersebut.
5. Gap between perceived service and expected service.
Maksudnya bahwa konsumen memiliki persepsi yang keliru tentang
kualitas jasa tersebut.
Adanya kesenjangan antara pelayanan yang diharapkan dan dirasakan oleh
konsumen maka akan membuat konsumen kecewa dan keinginan konsumen tidak
terpuaskan.
Proyek akhir ini melakukan penelitian pada Gap between perceived service and
expected service (Gap 5), dimana pada gap tersebut dilakukan pengukuran antara
persepsi dan ekspektasi konsumen. Dapat dilihat model kualitas jasa pada gambar
3.1, Gap between perceived service and expected service atau Gap 5 merupakan
langkah awal dalam menilai layanan jasa serta sebagai penghubung langsung
antara ekspektasi konsumen dengan persepsi konsumen. Penelitian ini mengenai
kualitas layanan jasa (service quality) dilakukan dengan cara mencari nilai
ekspektasi dan persepsi konsumen terhadap suatu layanan jasa.
58
Tinggi rendahnya suatu layanan jasa ditentukan oleh nilai service quality-nya
(servqual score). Jika persepsi dapat melebihi ekspektasi, dapat dikatakan bahwa
kualitas layanan jasa sudah baik, begitu pula sebaliknya.
Gambar 2.19 Model Kualitas Jasa
Sumber: Parasuraman, Valarie A, Zeithaml dan Leonard L. Berry (1990:46).
Metode analisa SERVQUAL ini dilakukan dengan cara menganalisis data yang
diperoleh melalui kuesioner. Metode ini bertujuan untuk menggambarkan hasil
pengolahan data yang didapat dari jawaban responden. Data tersebut disusun dan
diklasifikasikan dalam bentuk tebel distrubusi frekuensi. Hal itu bertujuan untuk
memudahkan proses analisis dan interpretasi.
Instrumen SERVQUAL digunakan dengan skala yang tetap dengan reliabilitas dan
validitas sehingga suatu perusahaan dapat lebih mengerti jasa pelayanan yang
diharapkan serta persepsi dari pengguna jasa. SERVQUAL ini berupa instrumen
yang telah dirancang penggunaannya dalam ruang lingkup perusahaan yang
bergerak dalam bidang jasa.
59
Instrumen tersebut telah dirancang dan disediakan berdasarkan lima dimensi
kualitas pelayanan yaitu : tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan
empathy. Namun untuk penelitian di dalam proyek akhir ini, analisa SERVQUAL
untuk produk TV Satelit Telkomvision tidak menggunakan kelima aspek yang
biasa digunakan dalam penelitian SERVQUAL tersebut.
Untuk mengetahui kualitas pelayanan jasa dengan mempergunakan metode
SERVQUAL, dilakukan perhitungan perbedaan antara penilaian yang diberikan
konsumen terhadap persepsi dan harapan dari pernyataan-pernyataan yang
diberikan dalam kuesioner. SERVQUAL score untuk masing-masing konsumen
dapat dihitung dengan mempergunakan perhitungan sebagai berikut:
Servqual score (SS) = Perception score (PS)-Expectation score (ES)
dimana jika :
SS = 0, berarti tidak terjadi kesenjangan (pelanggan merasa satisfied).
SS positif, berarti kinerja melebihi harapan (pelanggan merasa delighted).
SS negatif, berarti kinerja tidak memenuhi harapan (pelanggan merasa
dissatisfied).
Persepsi responden untuk masing-masing variabel produk TV Satelit
Telkomvision dapat dilihat berdasarkan penilaian pengguna jasa dengan
menghitung rata-rata SERVQUAL score dari setiap pernyataan berdasarkan
variabelnya. Rata-rata perhitungan SERVQUAL score untuk setiap variabel dapat
melalui langkah-langkah berikut:
1. Untuk setiap responden, jumlahkan SERVQUAL score dari setiap pernyataan
yang telah diberikan dalam tiap-tiap variabelnya kemudian dibagi dengan
banyaknya jumlah pernyataan dalam masing-masing dimensi.
2. Jumlah yang diperoleh dari langkah pertama, tambahkan untuk seluruh
responden dan kemudian total skor dibagi dengan jumlah total responden.
Hasil dari perhitungan gap SERVQUAL untuk aspek-aspek produk dari
Telkomvision adalah sebagai berikut:
60
Harga
Perangkat
Tersedia
Paket
Prabayar
Harga
Paket
Prabayar
Variasi
Paket
Prabayar
Jumlah
Saluran
Televisi
Kualitas
Layanan
Jaminan
Kontinuitas
Image
PerusahaanRata-rata
GAP -0.990 0.533 -0.181 0.238 -0.257 -0.524 -0.238 -0.219
-1.200
-1.000
-0.800
-0.600
-0.400
-0.200
0.000
0.200
0.400
0.600
0.800
Axis Title
GAP Variabel Produk TV Satelit Prabayar Telkomvision
Gambar 2.20 Gap Variabel Produk TV Satelit Prabayar Telkomvision
Dari hasil perhitungan gap, maka variabel-variabel yang perlu untuk dibenahi
(memiliki nilai gap negatif) adalah sebagai berikut:
- Harga Perangkat
- Harga Paket Prabayar
- Jumlah Saluran Televisi
- Kualitas Layanan
- Jaminan Kontinuitas Layanan
- Image Perusahaan
2.12 Akar Masalah
Setelah melakukan eksplorasi secara mendalam terhadap isu bisnis Telkomvision,
maka ditemukan permasalahan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil perhitungan gap menggunakan metode SERVQUAL,
tampak bahwa variabel Harga Perangkat, Harga Paket Prabayar, Jumlah
Saluran Televisi, Kualitas Layanan, Jaminan Kontinuitas Layanan, dan Image
Perusahaan memiliki gap negatif, yang berarti perusahaan harus
meningkatkan performansi pada variabel-variabel produk TV Satelit Prabayar
Telkomvision tersebut.
2. Diperlukan adanya program Komunikasi Pemasaran untuk mendukung solusi
bisnis yang telah dikembangkan.