BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1. - Perpustakaan … · Rabu (7/5). Terganggunya produksi minyak...
Transcript of BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1. - Perpustakaan … · Rabu (7/5). Terganggunya produksi minyak...
13
BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS
2.1.
Kompetensi menurut spencer & spencer (1993) adalah karakteristik
dasar individu yang dimiliki seseorang yang berpengaruh sebagai penentu
dalam memenuhi kriteria-kriteria yang diperlukan sebagai individu sukses
dalam bekerja atau dalam menghadapi situasi. Kompetensi dapat
menghasilkan atau meramalkan perilaku dan kinerja seseorang. Spencer &
Spencer (1993) membagi kompetensi ke dalam 5 karakteristik, yaitu:
1. Motif
Sesuatu yang secara konsisten seseorang pikirkan, inginkan sehingga
menyebabkan munculnya suatu tindakan. Motif juga menggerakan,
mengarahkan dan memilih sikap menjadi suatu tindakan dan tujuan
tertentu sehingga berbeda dari yang lainnya.
2. Ciri atau Karakter
Watak yang membuat orang untuk berperilaku atau bagaimana
seseorang merespon dengan cara tertentu
3. Konsep Diri
Berhubungan dengan perilaku, nilai-nilai, dan konsep diri seseorang.
Perilaku dan nilai diukur melalui tes kepada responden untuk
mengetahui bagaimana value (nilai) yang dimiliki seseorang, apa yang
menarik bagi seseorang untuk melakukan sesuatu.
4. Pengetahuan
Informasi – informasi yang didapatkan seseorang pada suatu bidang
disiplin tertentu. Pengetahuan dapat memprediksi apa yang mampu
dilakukan seseorang dan bukan apa yang akan dilakukan. Tes
pengetahuan mengukur kemampuan dalam memilih jawaban yang
benar, tetapi tidak bisa melihat apakah seseorang dapat melakukan
pekerjaan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.
14
5. Keterampilan
Kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas fisik dan
mental.
Pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill) adalah kompetensi
yang dapat terlihat dan dapat dibentuk melalui pelatihan dan pendidikan. Tiga
karakter lainnya, motif, karakter, dan konsep diri merupakan kompetensi yang
tidak dapat terlihat dan merupakan pribadi dari seseorang. Kompetensi –
kompetensi tersebut dapat terlihat pada gambar dibawah ini seperti pada buku
Competence At Work sebagai berikut (Spencer & Spencer, 1993:11) :
Gambar 2.1 Karakteristik Kompetensi
Kompetensi pengetahuan dan keterampilan merupakan kompetensi
yang mudah untuk dikembangkan, yaitu dengan cara melakukan program
pelatihan yang dapat dijadikan jaminan dalam meningkatkan kemampuan
SDM. Karyawan yang dinilai lemah dari segi kompetensinya dapat
ditingkatkan dengan cara melakukan pengembangan kompetensi tertentu
sehingga dapat memperbaiki kinerjanya. Kompetensi dapat dikategorikan
dalam 2 tipe. Tipe kompetensi tersebut seperti dalam buku Competency based
HRM (Ganesh Shermon, 2004:40) adalah :
1. Teknikal
Kompetensi yang berhubungan dengan keahlian khusus dalam suatu
industri, proses, teknologi atau fungsional sebagai suatu pengetahuan.
15
Kompetensi ini biasanya dibutuhkan melalui bentuk – bentuk
pelatihan. Seringkali kompetensi ini disebut Hard Competence.
2. Non-Teknikal
Kompetensi ini lebih sering disebut sebagai Soft Competence. Di dalam
bidang ini berisi kemampuan dan atribut personal seperti fleksibel,
komitmen, kesabaran, leadership.
Berikut adalah gambar dari “iceberg model” :
Gambar 2.2 Model “Gunung Es”
Sumber : Spencer & Spencer, 1993
Seperti yang terlihat pada gambar di atas, dalam “Iceberg model” dapat
dijelaskan bahwa pengetahuan dan keterampilan (skill & knowledge) adalah
kompetensi yang berada di atas permukaan, kompetensi yang dapat terlihat
wujudnya, dan sebaliknya, kompetensi yang lainnya yang berada di bawah
permukaan adalah kompetensi yang tidak dapat dilihat (self-concept, traits, &
motives).
Terdapat tiga tahap dalam proses perkembangan model kompetensi,
seperti dalam buku Competency based HRM (Ganesh Shermon, 2004:46) yaitu :
1. Pengumpulan Data dan Persiapan (Gathering Data and Preparation)
Pada tahap ini, beberapa proses yang dilakukan adalah mengidentifikasi
beberapa pekerjaan, keahlian utama, dan kompetensi beserta
pengembangan modul yang sudah ada.
16
2. Analisis Data (Analysis Data)
Tahap kedua yaitu membuat daftar - daftar kompetensi yang kemudian
dijadikan dimensi baru kompetensi yang mengacu pada kompetensi
suatu jabatan dan menentukan nama program pelatihan dan materi
pelatihan seperti apa yang cocok dengan jabatan tersebut.
3. Validasi (Validation)
Proses validasi pada tahapan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara
seperti wawancara dengan manajemen dalam suatu perusahaan.
Aliran kerja atau workflow dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 2.3 Tahapan Pengembangan Kompetensi
Sumber : buku Competency based HRM, 2004
2.2. Analisis Situasi Bisnis
Pertumbuhan kelistrikan di daerah Jawa barat di masa yang akan datang
diperkirakan akan memperlihatkan pergerakan angka konsumsi listrik yang
Gathering data
and Preparation
Data Analysis Validation and
Solution
Pengumpulan data
dari perusahaan
Wawancara dan
penyelesaiaan
laporan
Mendefinisikan
kompetensi dan
pelatihan
Analisis
pengelompokan
kompetensi
menjadi dimensi
baru
17
semakin meningkat. Terdapat beberapa indikasi yang diperkirakan dapat
memberikan kontribusi dalam pertumbuhan konsumsi energi listrik,
diantaranya:
a. Geliat perekonomian Provinsi Jawa Barat dan Banten cenderung
memperlihatkan angka pertumbuhan yang menggembirakan.
“Terjaganya stabilitas nasional tersebut berimplikasi positif bagi kelanjutan pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat. Secara umum, perekonomian Jawa Barat pada triwulan III-2007 masih berada dalam kondisi ekspansif yang berkelanjutan, dan diperkirakan tumbuh 6,35%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional. …”.(www.bi.go.id ,2008)
Kondisi yang demikian diperkirakan akan berdampak linier pada
pertumbuhan konsumsi listrik.
b. Secara geografis, beberapa wilayah di Jawa Barat dan Banten memiliki
potensi untuk dikembangkan menjadi daerah wisata.
“Setali tiga uang adalah Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. Melihat pencapaian tahun 2007 sebanyak 360.000 wisman melenceng dari target awal sebesar 500.000 wisman, Jawa Barat hanya menargetkan wisman sebanyak 375.000 orang.Menurut Herman Rukmanadi, Ketua Asita Jawa Barat, target ini termasuk ideal, “Menurut saya mending target rendah tapi hasil lebih tinggi,” tuturnya kalem”.(www.wordpress.com ,2008)
c. Rasio Elektrifikasi untuk Provinsi Jawa Barat dan Banten hingga saat ini
masih berkisar di angka 60%, seperti terlihat pada kutipan berikut ini
“Telah dilakukan perhitungan prakiraan kebutuhan listrik Propinsi Jawa Barat dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2014. Hasil perhitungan prakiraan menunjukkan bahwa ……terjadi peningkatan Rasio Elektrifikasi pada tahun 2014
sebesar 1,13 kali dibanding Rasio Elektrifikasi tahun 2003”. (www.distamben-jabar.go.id ,2008)
Dengan semakin berkembangnya pertumbuhan listrik di masa yang
akan datang, maka tantangan yang harus dihadapi PT PLN (persero) Distribusi
Jawa Barat dan Banten juga semakin sarat dengan dinamika. Tantangan ini
dapat kita jabarkan ke dalam 2 bagian, internal dan eksternal perusahaan.
Dari segi internal perusahaan, terdapat beberapa tantangan yang dihadapi:
a. Produktifitas, efisiensi, dan efektivitas dari seluruh divisi yang ada di
tubuh perusahaan.
18
b. Menciptakan suasana kerja yang nyaman dan kondusif di perusahaan.
c. Menciptakan sistem kepegawaian berbasis kompetensi yang dapat
membuat seluruh pegawai mempunyai kemampuan, pengetahuan, dan
sikap yang sesuai dengan harapan perusahaan.
d. Membuat analisa kebutuhan pelatihan berbasis kompetensi jabatan
sehingga para pegawai yang hendak menempati suatu jabatan
mempunyai kualifikasi kompetensi yang sesuai dengan jabatan dan
kompetensi yang telah ditentukan oleh perusahaan.
Lalu, bila dilihat dari segi eksternal perusahaan, tantangan yang akan
dihadapi perusahaan yaitu :
a. PT PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten yang sebelumnya
dapat memonopoli dalam hal perusahaan sebagai jasa penyedia listrik
satu–satunya untuk sekarang ini, namun tidak menutup kemungkinan
di kemudian hari hal ini akan berubah. Perusahaan tidak akan monopoli
lagi dengan munculnya perusahaan jasa penyedia listrik swasta.
Persaingan yang semakin ketat membuat perusahaan harus dapat
meningkatkan keunggulan bersaingnya terutama di bidang sumber daya
manusia.
b. Dengan mahalnya harga BBM karena dipengaruhi melambungnya harga
minyak dunia yang sekarang ini telah menembus level di atas $123 per
barel menyebabkan perusahaan harus berpikir keras agar dapat tetap
dapat menjalankan produksi listrik.
“Harga minyak dunia kembali menyentuh level tertinggi hingga mencapai US$ 123 per barel dalam sesi perdagangan di New York, Amerika Serikat, Rabu (7/5). Terganggunya produksi minyak milik Royal Dutch Shell PLC di Nigeria ditengarai sebagai penyebab kembali naiknya harga minyak dunia... Kenaikan harga minyak juga dipengaruhi prediksi Goldman Sachs tentang harga minyak yang akan menyentuh harga US$ 200 per barel dalam waktu dua tahun. Hal ini pun sepertinya ditanggapi serius oleh para investor”. (www.Liputan6.com , 2008)
Mungkin dengan diferensiasi energi dari minyak bumi menjadi
pembangkit listrik tenaga air (PLTA) atau nuklir (PLTN) seperti yang
sekarang telah dilakukan.
19
c. Seiring dengan bertumbuhnya jumlah penduduk khususnya di daerah
Jawa Barat dan Banten yang membutuhkan pasokan listrik, maka
perusahaan dituntut untuk dapat bekerja lebih keras lagi untuk
memenuhi permintaan di kemudian hari. Seperti terlihat pada kutipan
tentang jumlah penduduk daerah Jawa Barat pada tahun 2005 yaitu
sebesar 39.960.899 juta penduduk (www.jabar.bps.go.id , 2008)
Namun demikian, dengan komitmen yang teguh untuk senantiasa
memberikan yang terbaik bagi masyarakat serta berbekal kompetensi pada
bidang tugasnya, maka dengan izin Allah SWT, perusahaan berkeyakinan di
masa yang akan datang akan mampu menjawab dinamika tantangan
pertumbuhan kelistrikan di Jawa Barat dan Banten. Tugas dan tanggung jawab
perusahaan untuk menjamin kelangsungan pasokan listrik dan menghadirkan
kualitas layanan yang terbaik tercipta dari seluruh dukungan sumber daya
perusahaan yaitu salah satunya dengan menciptakan sumber daya manusia
yang berkompeten pada bidangnya masing-masing. Untuk membentuknya,
dilakukan pelatihan secara berkelanjutan sesuai dengan kompetensi yang
perusahaan harapkan dengan kompetensi yang dimiliki pegawai sehingga
akan tercapai dengan hasil yang memuaskan.
2.3 Analisis Perusahaan
Bermacam – macam jabatan di tubuh PT PLN (persero) Distribusi Jawa
Barat dan Banten mengharuskan perusahaan untuk merumuskan dan
mengelompokan jabatan tersebut ke dalam beberapa kelompok. Masing-
masing jabatan yang tersedia mempunyai kualifikasi khusus dan mempunyai
kompetensi khusus yang telah ditentukan oleh PT PLN (persero) Distribusi
Jawa Barat dan Banten. Berikut adalah tabel jenis jabatan serta jenjang jabatan
yang ada di PT PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2008.
20
Tabel 2.1 Jenis Jabatan dan Jenjang Jabatan pada PT PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Tahun 2008
�o. Jenis Jabatan Jenjang Jabatan Sebutan Jabatan
pada PL� DJBB
I Manajerial /
Supervisori KA�TOR I�DUK KD
Manajemen Atas GM
Manajemen Menengah Manajer Bidang
Manajemen Dasar Deputi Manager
Supervisor Atas Supervisor
U�IT PELAKSA�A APJ / APD
Manajemen Dasar Manajer Area
Supervisor Atas Asisten Manajer
Supervisor Dasar Supervisor
SUB U�IT
PELAKSA�A UPJ / UJ / UP
Supervisor Atas Manajer
Supervisor Dasar Supervisor
II Kepakaran Jenjang Jabatan I Ahli Utama
Jenjang Jabatan II Ahli
Jenjang Jabatan III Ahli Madya
Jenjang Jabatan IV Ahli Muda
Jenjang Jabatan V Ahli Muda Pratama
III Keteknisan &
Operatif Jenjang Jabatan III Ahli Teknis Madya
Jenjang Jabatan IV Ahli Teknis Muda
Jenjang Jabatan V
Ahli Teknis Muda
Pratama
Jenjang Jabatan VI
Terampil Utama /
Asisten Ahli Muda
Jenjang Jabatan VII Terampil
Sumber : Bidang Pengembangan SDM, PLN
Persaingan ketat yang berjalan dari hari ke hari membuat perusahaan
harus terus melakukan penyesuaian terhadap kondisi yang terjadi. Apabila
tidak diperhatikan, hal ini akan menyebabkan daya saing perusahaan akan
menurun dan pada akhirnya perusahaan akan mengalami kekalahan dalam
bersaing.
Kompetensi dapat diartikan sebagai karakteristik dari seseorang yang
dimana dapat membawa orang tersebut memberikan kinerja yang terbaik
21
untuk suatu pekerjaan yang diberikan, peranan seseorang, dan di dalam suatu
situasi seperti dalam Buku Competency Based HRM (Ganesh Shermon, 2004).
Pada gambar berikut dijabarkan direktori kompetensi yang ada pada PT
PLN (persero) Bistribusi Jawa Barat dan Banten :
Gambar 2.4 Direktori Kompetensi pada PT PLN (persero) Distribusi Jawa Barat
dan Banten Sumber : Buku Direktori Kompetensi PT PLN (persero)
Kompetensi jabatan berisikan persyaratan kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang pemegang jabatan pada level yang paling sesuai dengan
kebutuhan organisasi yang ada di PT PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan
Banten dan mengacu pada Struktur Organisasi PT PLN DJBB yang berlaku saat
ini. Kompetensi inti dan kepemimpinan adalah dapat dikatakan sebagai soft
competency yang tidak dapat terlihat. Kompetensi ini masing-masing harus
dimiliki oleh setiap pegawai sesuai dengan kompetensi jabatan yang
dipegangnya.
KOMPETE�SI
KEPEMIMPI�A�
KOMPETE�SI
TEK�IS
KOMPETE�SI I�TI
Dimiliki oleh setiap
individu pegawai
Diperlukan pada jabatan
tertentu
Dimiliki oleh setiap
individu pegawai
22
2.3.3 /
Pendekatan dalam pengembangan pegawai PT PLN (persero) DJBB
adalah dengan memberikan kemampuan kompetensi yang kurang dari
pegawai tersebut terhadap kompetensi jabatannya.
Kuesioner menggunakan skala Likert dan memerlukan seorang Assesor
dalam menentukan nilai kompetensi pegawai tersebut berdasarkan jawaban
pegawai terhadap setiap pernyataan dalam tiap dimensi / faktor
kompetensinya. Untuk setiap item nomor kompetensi, Assesor harus
memberikan justifikasi nilai yaitu dalam bentuk level, seperti terlihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 2.2 Level Kompetensi pegawai PT PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten
No. LEVEL KETERANGAN
1 -2 Sangat membutuhkan pelatihan, tidak memenuhi standart minimum perilaku yang di persyaratkan
2 -1 Membutuhkan pelatihan, meskipun mungkin memenuhi sebagianstandart minimum perilaku yang di persyaratkan
3 1 Mampu membina diri sendiri sehingga dapat melaksanakan tugas – tugasnya
4 2 Mampu membina gugus kerja sehingga dapat meningkatkan prestasi kerja
5 3 Mampu membina unit bisnis sehingga dapat meningkatkan prestasi gugus kerja
6 4
Mampu membina organisasi sehingga dapat membina meningkatkan prestasi organisasi
Sumber : Buku Kompetensi PT. PLN (persero)
2.3.4 )
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) dilaksanakan melalui siklus diklat
yang efektif dan berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan perusahaan. Siklus diklat yang berlaku di PT PLN (persero)
Distribusi Jawa Barat dan Banten adalah sebagai berikut:
23
a. Analisa Kebutuhan Diklat (Training need Analysis / TNA) untuk
mengetahui kompetensi apakah yang seharusnya dibutuhkan dan
ditingkatkan sesuai dengan kompetensi suatu jabatan. Dengan analisa
ini, maka kebutuhan pelatihan yang diperlukan dalam mengisi suatu
jabatan akan lebih jelas terlihat. TNA dilaksanakan secara sinergi oleh
para analis dan training provider (jasdik atau lembaga penyelenggara
diklat lainnya) bersama dengan atasan dari calon pegawai tersebut.
b. Penyusunan Materi Diklat (training syllabus) disesuaikan dengan
kebutuhan (needs) sebagai hasil dari training need analysis.
c. Penyelenggaraan Diklat (Training Setting) yang dilaksanakan
berdasarkan materi diklat. Penyelenggaraan materi teori biasanya
dilaksanakan di kelas sedangkan materi praktek dilaksanakan langsung
di tempat kerja dalam kondisi sesungguhnya (on job training).
d. Evaluasi diklat, dilakukan untuk mengukur efektivitas program diklat
yang meliputi;
• Evaluasi awal (pre-evaluation) sebelum kegiatan kelas dimulai
• Evaluasi selama belajar (in-evaluation) dilaksanakan di kelas
• Evaluasi setelah belajar (post-evaluation) dilaksanakan di kelas
• Evaluasi setelah belajar tahap lanjut (post-evaluation) dilaksanakan
di tempat kerja
Siklus Diklat diatas hanya menggambarkan bagaimana suatu pelatihan
direncanakan dan dilaksanakan di PT PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan
Banten. Bila dihubungkan dengan kompetensi jabatan, bagian analisa
kebutuhan pelatihan (TNA) merupakan bagian terpenting karena hal ini dapat
memberikan arah dan tujuan yang jelas bagi perusahaan dalam perencanaan
pengadaan pelatihan dan dapat menjelaskan kebutuhan kompetensi seperti
apakah yang ingin diharapkan dari pegawai terutama bila disesuaikan dengan
kompetensi masing-masing jabatan. Berikut adalah gambar siklus diklat yang
diadakan oleh PT PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten :
24
Gambar 2.5 Siklus diklat PT PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Sumber : Bidang Pengembangan SDM, PLN
2.4 Akar Masalah
Berdasarkan analisa diatas dapat disimpulkan akar masalah dari PT PLN
(persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten adalah :
a. Belum adanya program pelatihan dan materi program pelatihan yang
sesuai dengan profil kompetensi yang dibutuhkan untuk memenuhi suatu
jabatan tertentu.
b. Belum adanya cara penyampaian materi pelatihan yang lebih efektif dan
efisien kepada pegawai.