BAB II DASAR TEORI.docx
Transcript of BAB II DASAR TEORI.docx
BAB II
DASAR TEORI
II.1 Pengertian Casting
Casting atau pengecoran adalah suatu proses manufaktur yang dilakukan
dengan menuangkan material cair seperti logam ke dalam suatu cetakan kemudian
dibiarkan membeku di dalam cetakan sehingga diperoleh produk yang bentuknya
sesuai dengan cetakan tersebut. Proses casting diklasifikasikan menjadi dua yaitu
expendable mold casting dan multiple-use casting. Keduanya memiliki perbedaan
pada penggunaan cetakannya.
Expendable mold casting adalah proses pengecoran, dimana cetakan
digunakan hanya sekali dalam membuat produk dan dalam pemrosesan cetakan
harus dihancurkan untuk mengeluarkan produk jadi. Expendable mold casting
dibedakan menjadi empat yaitu sand casting, shell casting, investment casting dan
lost foam casting.
Multiple-use casting adalah proses pengecoran, dimana cetakan yang
digunakan permanen sehingga dapat digunakan berulang kali dalam membuat
produk. Multiple-use casting dibedakan menjadi dua yaitu die casting dan permanent
mold casting.
Proses casting memiliki kecacatan yang biasa terjadi yang disebabkan oleh
berbagai hal, diantaranya:
1. Misrun, terjadi karena ada pemadatan logam cair sebelum logam cair
tersebut benar-benar mengisi ruang cetakan. Hal ini terjadi karena fluiditas
material yang kurang, temperatur cetakan yang rendah, serta kecepatan
tuang yang lamban.
2. Cold Shut, terjadi karena adanya pertemuan dua arus logam cair, namun
keduanya tidak bersatu akibat adanya pendinginan yang prematur.
3. Hot cracking, yaitu retaknya logam pada titik yang mengalami tegangan
yang tinggi akibat dari ketidakmampuan logam untuk menyusut secara
natural.
II-5
II DASAR TEORI
4. Gas porosity, terjadi karena terperangkapnya gas pada logam cair saat
dituang dan tidak bisa keluar. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor,
contohnya proses penuangan yang terlalu cepat. Akibatnya terdapat
gelembung-gelembung pada permukaan benda saat material membeku.
5. Mold shift, terjadi apabila peletakan cope dan drag pada master die tidak
presisi, menyebabkan benda hasil pengecoran tidak sesuai dengan pola
yang telah ada.
II.2 Six Basic Requirements Casting
Secara umum proses casting memiliki enam hal dasar (six basic
requirements) yang dapat mempengaruhi proses ini. Keenam dasar ini sangat
penting dan perlu diperhatikan dalam melakukan casting. Six basics requirements
meliputi:
1. Mold Cavity
Rongga cetakan memiliki bentuk dan ukuran yang diinginkan, harus
diproduksi dengan memperhatikan penyusutan dari logam pemadat. Setiap
kompleksitas bentuk yang diinginkan dalam pengecoran harus ada dalam
rongga. Maka, bahan cetakan harus mampu mereproduksi rincian yang
diinginkan dan juga harus memiliki karakter tahan api sehingga tidak akan
terpengaruh oleh logam cair yang harus berisi. Cetakan baru harus siap
untuk setiap casting (cetakan dibuang), atau cetakan harus terbuat dari
bahan yang dapat menahan digunakan untuk coran berulang. Jenis lainnya
dikenal sebagai cetakan permanen. Cetakan permanen terbuat dari logam
atau grafit dan cukup mahal, penggunaannya pada umumnya dibatasi untuk
produksi besar. Cetakan dibuang lebih ekonomis dan lebih disukai untuk
produksi jumlah yang lebih kecil.
2. Melting Process
Melting process harus mampu memberikan bahan cair yang baik. Bahan
cair tidak hanya harus pada suhu yang tepat, tetapi juga harus dalam
jumlah yang diinginkan, dengan kualitas yang dapat diterima, serta dalam
biaya yang wajar.
II-6
II DASAR TEORI
3. Pouring Techniques
Pouring techniques harus dirancang untuk memperkenalkan logam cair ke
dalam cetakan. Ketentuan harus dibuat supaya selama penuangan
memungkinkan udara atau gas dapat melarikan diri dari cetakan sebelum
menuangkan. Logam cair harus dapat benar-benar mengisi rongga agar
menghasilkan pengecoran yang berkualitas yang sepenuhnya padat dan
bebas dari kecacatan.
4. Solidification Process
Proses pemadatan harus dirancang dan dikendalikan dengan baik.
Ketentuan harus dibuat sehingga cetakan tidak akan terlalu banyak
menahan diri terhadap penyusutan selama logam dipadatkan. Jika tidak,
casting akan retak ketika masih panas dan kekuatannya rendah. Selain itu,
desain casting harus sedemikian rupa sehingga pemadatan dan pemadatan
penyusutan dapat terjadi tanpa menghasilkan porositas internal.
5. Mold Remover
Penghapusan cetakan harus dapat dilakukan dengan baik. Ketika logam
dituangkan ke dalam cetakan yang rusak dan hancur setelah setiap
pengecoran dibuat akan menimbulkan kesulitan yang serius. Namun
apabila cetakan permanen yang digunakan, penghapusan casting dapat
menimbulkan masalah desain utama.
6. Cleaning, Finishing, dan Inspection
Setelah pengecoran akan dihapus dari cetakan, cleaning, finishing, dan
inspection mungkin perlu dilakukan. Material tambahan yang terpasang di
mana logam memasuki rongga dan bahan cetakan yang menempel pada
permukaan pengecoran semua harus dihapus.
II.3 Investment Casting
Investment casting yang juga dikenal sebagai lost wax process merupakan
salah satu jenis teknik pengecoran presisi yang dapat menghasilkan suatu produk
coran dengan bentuk geometri kompleks. Teknik pengecoran ini mampu digunakan
untuk memproduksi benda cetak yang memiliki ketebalan tipis, kemiringan dan
II-7
II DASAR TEORI
kelengkungan dengan variasi radius yang kecil, serta menghasilkan permukaan
produk yang halus. Teknik ini juga dapat meminimalkan tahapan pengerjaan akhir
karena produknya tidak perlu untuk dikerjakan menggunakan proses permesinan
lagi. Namun teknik investment casting juga memiliki beberapa kelemahan, seperti
biaya prosesnya yang relatif mahal dan tidak sesuai untuk produk yang memiliki
ukuran terlalu kecil.
Investment casting secara umum dapat dilakukan melalui beberapa
tahapan sebagai berikut :
1. Pembuatan pattern
Pattern dibuat dari bahan bertitik lebur rendah, seperti plastik, lilin, dan lain-
lain. Hal itu dimaksudkan agar pattern dapat dilelehkan dan dibentuk
dengan mudah. Selain itu, pattern yang terbuat dari plastik atau lilin juga
dapat digunakan berulang-ulang.
2. Memasangkan pattern pada central sprue
Setelah pattern terbentuk, pattern tersebut dipasangkan pada central sprue
yang berfungsi sebagai jalur masuk dari logam cair. Pada satu central
sprue, dapat digabungkan beberapa pattern sekaligus untuk lebih
meningkatkan laju produksi. Pattern yang telah digabungkan pada central
sprue biasa disebut sebagai pattern tree.
3. Melapisi pattern tree dengan material refractory
Pattern tree dilapisi dengan material refractory yang merupakan material
penyusun utama seperti silika dan alumina. Pelapisan dilakukan berulang
hingga diperoleh ketebalan yang diinginkan. Kemudian biarkan sampai
kering.
4. Mencairkan material pattern
Pattern tree yang sudah terbentuk dan terlapisi kemudian dipanaskan
dengan suhu 90-175 derajat Celcius untuk melelehkan material
pembentuknya. Material tersebut akan mengalir keluar dan menyisakan
rongga cetakan. Setelah cetakan terbentuk, cetakan itu dipanaskan
kembali pada suhu 650-1050 derajat Celcius sekitar 4 jam, lalu cetakan itu
pun siap untuk digunakan.
II-8
II DASAR TEORI
5. Menuangkan logam cair ke dalam cetakan
Logam cair dituangkan ke dalam cetakan yang telah terbentuk. Setelah itu
tunggu hingga logam cair dingin dan siap untuk diambil.
6. Menghancurkan material cetakan
Setelah logam cair memadat dan siap diambil, material cetakan pun
dihancurkan. Dengan begitu, benda cetak yang diinginkan akhirnya sudah
terbentuk.
II-9