BAB II DASAR TEORI 2.1 SISTEM KOMUNIKASI SELULER
Transcript of BAB II DASAR TEORI 2.1 SISTEM KOMUNIKASI SELULER
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
8
BAB II
DASAR TEORI
2.1 SISTEM KOMUNIKASI SELULER
Sistem komunikasi seluler didefinisikan sebagai sebuah sistem komunikasi yang
digunakan untuk memberikan layanan jasa telekomunikasi bagi pelanggan bergerak.
Disebut sistem komunikasi seluler karena daerah layanannya yang dibagi-bagi
menjadi daerah yang kecil-kecil dan disebut Cell. Karakteristik utama dari sistem
komunikasi seluler ini ialah pelanggan mampu bergerak secara bebas didalam area
layanan sambil berkomunikasi tanpa terjadi pemutusan hubungan.[1]
GSM (Global System for Mobile Communication) adalah suatu teknologi yang
digunakan dalam komunikasi mobile dengan teknik digital. Sebagai teknologi yang
dapat dikatakan cukup revolusioner karena berhasil menggeser teknologi sistem
telekomunikasi bergerak analog yang populer pada dekade 80-an, GSM telah
memberikan alernatif berkomunikasi baru bagi dunia telekomunikasi yang lebih baik.
Dengan menggunakan sistem sinyal digital dalam transmisi datanya, membuat kualitas
data maupun bit rate yang dihasilkan menjadi lebih baik dibanding sistem analog.
Teknologi GSM saat ini lebih banyak digunakan untuk komunikasi seluler dengan
berbagai macam layanannya.
Dalam kehidupan sehari-hari mengenal Handphone sebagai aplikasi teknologi
GSM yang paling populer. Sejak pertama pengimplementasiannya sampai sekarang
GSM telah dikembangkan dalam tiga kelompok yaitu GSM 900, 1800 dan 1900.
Perbedaan ketiga kelompok tersebut adalah pada lokasi band frekuensi yang
digunakan. GSM 900 menggunakan frekuensi 900 MHz sebagai kanal transmisinya.
GSM 1800 dan 1900 masing-masing menggunakan frekuensi 1800 dan 1900 MHz.
9
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
Gambar 2.1 Arsitektur Jaringan GSM[1]
1. Mobile Station (MS)
Merupakan terminal yang digunakan oleh user atau pelanggan untuk
melakukan proses komunikasi. Terdiri dari mobile equipment (ME) dan subscriber
identification module (SIM).
2. Base Station Sub-system (BSS)
Base Station Sub-system terdiri dari dua buah perangkat, yaitu:
Base Transceiver Station (BTS), merupakan transceiver yang mendefinisikan
sebuah sel dan menangani hubungan link radio dengan MS.
Base Station Controller (BSC), akan mengatur sumber radio untuk sebuah
BTS atau lebih. BSC menangani radio-channel setup, frequency hopping,
dan handover intern BSC.
3. Network Sub-system (NSS) [1]
Network Sub-system terdiri dari beberapa unit, diantaranya:
10
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
Mobile Switching Center (MSC), melakukan fungsi switching dasar, dan
sebagai penghubung antara satu jaringan GSM dengan jaringan lainnya
melalui Internetworking Function (IWF).
Home Location Register (HLR), berisi rekaman database permanen dari
pelanggan, juga berisi rekaman lengkap lokasi terkini dari user.
Visitor Location Register (VLR), berisi database sementara dari pelanggan.
VLR digunakan untuk pelanggan lokal dan yang sedang melakukan roaming.
Authentication Center (AuC), berisi parameter authentikasi pelanggan untuk
mengakses jaringan GSM.
Equipment Icvdentity Register (EIR), merupakan register penyimpan data
seluruh mobile stations. EIR berisi IMEIs (International Mobile Equipment
Identities), yang merupakan nomor seri perangkat + tipe kode tertentu.
4. Operating Sub-system (OSS)
Operating Sub-system (OSS) digunakan untuk operation and maintenance
jaringan.
2.2 PERANGKAT KERAS (HADRWARE)
2.2.1 Mikrokontroller ATMEGA8[11]
AVR merupakan salah satu jenis Mikrokontroler yang di dalamnya terdapat
berbagai macam fungsi. Perbedaannya pada Mikrokontoller yang lain seperti
MCS51 adalah pada AVR tidak perlu menggunakan oscillator eksternal karena
di dalamnya sudah terdapat internal oscillator. Selain itu kelebihan dari AVR
adalah memiliki Power-On Reset, yaitu tidak perlu ada tombol reset dari luar
karena cukup hanya dengan mematikan supply, maka secara otomatis AVR akan
melakukan reset. Untuk beberapa jenis AVR terdapat beberapa fungsi khusus
seperti C, EEPROM ser 128 byte sampai dengan 512 byte. AVR ATmega8
adalah mikrokontroler CMOS 8-bit berarsitektur AVR RISC yang memiliki 8K
byte in-System Programmable Flash. Mikrokontroler dengan konsumsi daya
11
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
rendah ini mampu mengeksekusi instruksi dengan kecepatan maksimum
16MIPS pada frekuensi 16MHz. Jika dibandingkan dengan ATMega8L
perbedaannya hanya terletak pada besarnya tegangan yang diperlukan untuk
bekerja. Untuk ATmega8 tipe L, mikrokontroler ini dapat bekerja dengan
tegangan antara 2,7 - 5,5 V sedangkan untuk ATMega8 hanya dapat bekerja pada
tegangan antara 4,5 – 5,5 V. [11]
a. Konfigurasi Pin ATMega8
ATmega8 memiliki 28 Pin, yang masing-masing pin nya memiliki
fungsi yang berbeda-beda baik sebagai port maupun fungsi yang lainnya.
Gambar 2.2 Konfigurasi Pin ATMega8 [11]
Berikut akan dijelaskan fungsi dari masing-masing kaki ATMega8
seperti Gambar 2.2 diatas.
VCC
Merupakan supply tegangan digital.
12
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
GND
Merupakan ground untuk semua komponen yang membutuhkan
grounding.
Port B (PB7...PB0)
Didalam Port B terdapat XTAL1, XTAL2, TOSC1, TOSC2.
Jumlah Port B adalah 8 buah pin, mulai dari pin B.0 sampai
dengan B.7. Tiap pin dapat digunakan sebagai input maupun
output. Port B merupakan sebuah 8-bit bi-directional I/O dengan
internal pull-up resistor. Sebagai input, pin-pin yang terdapat
pada port B yang secara eksternal diturunkan, maka akan
mengeluarkan arus jika pull-up resistor diaktifkan. Khusus PB6
dapat digunakan sebagai input Kristal (inverting oscillator
amplifier) dan input ke rangkaian clock internal, bergantung pada
pengaturan Fuse bit yang digunakan untuk memilih sumber clock.
Sedangkan untuk PB7 dapat digunakan sebagai output Kristal
(output oscillator amplifier) bergantung pada pengaturan Fuse bit
yang digunakan untuk memilih sumber clock. Jika sumber clock
yang dipilih dari oscillator internal, PB7 dan PB6 dapat
digunakan sebagai I/O atau jika menggunakan Asyncronous
Timer/Counter2 maka PB6 dan PB7 (TOSC2 dan TOSC1)
digunakan untuk saluran input timer.
Port C (PC5…PC0)
Port C merupakan sebuah 7-bit bi-directional I/O port yang di
dalam masing - masing pin terdapat pull-up resistor. Jumlah pin
nya hanya 7 buah mulai dari pin C.0 sampai dengan pin C.6.
Sebagai keluaran/output port C memiliki karakteristik yang sama
dalam hal menyerap arus (sink) ataupun mengeluarkan arus
(source).
RESET/PC6
Jika RSTDISBL Fuse diprogram, maka PC6 akan berfungsi
sebagai pin I/O. Pin ini memiliki karakteristik yang berbeda
dengan pin-pin yang terdapat pada port C lainnya. Namun jika
13
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
RSTDISBL Fuse tidak diprogram, maka pin ini akan berfungsi
sebagai input reset. Dan jika level tegangan yang masuk ke pin ini
rendah dan pulsa yang ada lebih pendek dari pulsa minimum,
maka akan menghasilkan suatu kondisi reset meskipun clock-nya
tidak bekerja.
Port D (PD7…PD0)
Port D merupakan 8-bit bi-directional I/O dengan internal pull-
up resistor. Fungsi dari port ini sama dengan port-port yang lain.
Hanya saja pada port ini tidak terdapat kegunaan-kegunaan yang
lain. Pada port ini hanya berfungsi sebagai masukan dan keluaran
saja atau biasa disebut dengan I/O.
Avcc
Pin ini berfungsi sebagai supply tegangan untuk ADC. Untuk pin
ini harus dihubungkan secara terpisah dengan VCC karena pin ini
digunakan untuk analog saja. Bahkan jika ADC pada AVR tidak
digunakan tetap saja disarankan untuk menghubungkannya
secara terpisah dengan VCC. Jika ADC digunakan, maka AVcc
harus dihubungkan ke VCC melalui low pass filter.
AREF
Merupakan pin referensi jika menggunakan ADC.
Pada AVR status register mengandung beberapa informasi mengenai
hasil dari kebanyakan hasil eksekusi instruksi aritmatik. Informasi ini
digunakan untuk altering arus program sebagai kegunaan untuk
meningkatkan performa pengoperasian. Register ini di-update setelah
operasi ALU (Arithmetic Logic Unit) hal tersebut seperti yang tertulis dalam
datasheet khususnya pada bagian Instruction Set Reference. Dalam hal ini
untuk beberapa kasus dapat membuang penggunaan kebutuhan instrukasi
perbandingan yang telah didedikasikan serta dapat menghasilkan
peningkatan dalam hal kecepatan dan kode yang lebih sederhana dan
singkat. Register ini tidak secara otomatis tersimpan ketika memasuki
sebuah rutin interupsi dan juga ketika menjalankan sebuah perintah setelah
14
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
kembali dari interupsi. Namun hal tersebut harus dilakukan melalui
software.[11]
Berikut adalah Gambar 2.3 status register :
Gambar 2.3 Status Register Atmega8[11]
Bit 7(I)
Merupakan bit Global Interrupt Enable. Bit ini harus di-set agar
semua perintah interupsi dapat dijalankan. Untuk perintah
interupsi individual akan di jelaskan pada bagian yang lain. Jika
bit ini di-reset, maka semua perintah interupsi baik yang
individual maupun yang secara umum akan di abaikan. Bit ini
akan dibersihkan atau cleared oleh hardware setelah sebuah
interupsi di jalankan dan akan di-set kembali oleh perintah RETI.
Bit ini juga dapat diset dan di-reset melalui aplikasi dan intruksi
SEI dan CLL.
Bit 6(T)
Merupakan bit Copy Storage. Instruksi bit Copy Instructions
BLD (Bit Load) and BST (Bit Store) menggunakan bit ini sebagai
asal atau tujuan untuk bit yang telah dioperasikan. Sebuah bit dari
sebuah register dalam Register File dapat disalin ke dalam bit ini
dengan menggunakan instruksi BST, dan sebuah bit di dalam bit
ini dapat disalin ke dalam bit di dalam register pada Register File
dengan menggunakan perintah BLD.
15
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
Bit 5(H)
Merupakan bit Half Carry Flag. Bit ini menandakan sebuah Half
Carry dalam beberapa operasi aritmatika. Bit ini berfungsi dalam
aritmatika BCD.
Bit 4(S)
Merupakan Sign bit. Bit ini selalu merupakan sebuah ekslusif di
antara Negative Flag (N) dan two’s Complement Overflow Flag
(V).
Bit 3(V)
Merupakan bit Two’s Complement Overflow Flag. Bit ini
menyediakan fungsi aritmatika dua komplemen.
Bit 2(N)
Merupakan bit Negative Flag. Bit ini mengindikasikan sebuah
hasil negativedi dalam sebuah fungsi logika aritmatika.
Bit 1(Z)
Merupakan bit Zero Flag. Bit ini mengindikasikan sebuah jasil
nol “0” dalan sebuah fungsi aritmatika atau logika.
Bit 0(C)
Merupakan bit Carry Flag. Bit ini mengindikasikan sebuah carry
atau sisa dalam sebuah aritmatika atau logika.
b. Memori AVR ATMega8
Memori ATMega8 terbagi menjadi tiga seperti Gambar 2.4 berikut :
Gambar 2.4 Peta memori ATMega8 [11]
16
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
Memori Flash
Memori flash adalah memori ROM tempat kode-kode program
berada. Kata flash menunjukan jenis ROM yng dapat ditulis dan
dihapus secara elektrik. Memori flash terbagi menjadi dua bagian
yaitu bagian aplikasi dan bagian boot. Bagian aplikasi adalah
bagian kode-kode program apikasi berada. Bagian boot adalah
bagian yang digunakan khusus untuk booting awal yang dapat
diprogram untuk menulis bagian aplikasi tanpa melalui
programmer/downloader, misalnya melalui USART.
Memori Data
Memori data adalah memori RAM yang digunakan untuk
keperluan program. Memori data terbagi menjadi empat bagian
yaitu : 32 GPR (General Purphose Register) adalah register
khusus yang bertugas untuk membantu eksekusi program oleh
ALU (Arithmatich Logic Unit), dalam instruksi assembler setiap
instruksi harus melibatkan GPR. Dalam bahasa C biasanya
digunakan untuk variabel global atau nilai balik fungsi dan
nilainilai yang dapat memperingan kerja ALU. Dalam istilah
processor komputer sahari-hari GPR dikenal sebagai “chace
memory”. I/O register dan Aditional I/O register adalah register
yang difungsikan khusus untuk mengendalikan berbagai
pheripheral dalam mikrokontroler seperti pin port, timer/counter,
usart dan lain-lain. Register ini dalam keluarga mikrokontrol
MCS51 dikenal sebagi SFR (Special Function Register).
EEPROM
EEPROM adalah memori data yang dapat mengendap ketika chip
mati (off), digunakan untuk keperluan penyimpanan data yang
tahan terhadap gangguan catu daya.
c. Timer/Counter 0
Timer/counter 0 adalah sebuah timer/counter yang dapat mencacah
sumber pulsa/clock baik dari dalam chip (timer) ataupun dari luar chip
17
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
(counter) dengan kapasitas 8-bit atau 256 cacahan. Timer/counter dapat
digunakan untuk[11] :
Timer/counter biasa
Clear Timer on Compare Match (selain Atmega 8)
Generator frekuensi (selain Atmega 8)
Counter pulsa eksternal
d. Komunikasi Serial Pada ATMega8
Mikrokontroler AVR ATMega 8 memiliki Port USART pada Pin 2 dan
Pin 3 untuk melakukan komunikasi data antara Mikrokontroler dengan
Mikrokontroler ataupun Mikrokontroler dengan Komputer. USART dapat
difungsikan sebagai transmisi data sinkron, dan asinkron. Sinkron berarti
clock yang digunakan antara transmiter dan receiver satu sumber clock.
Sedangkan asinkron berarti transmiter dan receiver mempunyai sumber
clock sendiri-sendiri. USART terdiri dalam tiga blok yaitu clock generator,
transmiter, dan receiver seperti Gambar 2.5 dibawah ini :
Gambar 2.5 Blok USART[11]
18
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
e. Clock Generator
Clock Generator Berhubungan dengan kecepatan transfer data (baud
rate), register yang bertugas menentukan baud rate adalah register
pasangan.
f. USART Transmitter
Usart transmiter berhubungan dengan data pada Pin TX. Perangkat
yang sering digunakan seperti register UDR sebagi tempat penampungan
data yang akan ditransmisikan. Flag TXC sebagai akibat dari data yang
ditransmisikan telah sukses (complete), dan flag UDRE sebagai indikator
jika UDR kosong dan siap untuk diisi data yang akan ditransmisikan lagi.
g. USART Receiver
Usart receiver berhubungan dengan penerimaan data dari Pin RX.
Perangkat yang sering digunakan seperti register UDR sebagai tempat
penampung data yang telah diterima, dan flag RXC sebagi indikator bahwa
data telah sukses (complete) diterima. [11]
2.2.2 Oscillator
Mikrokontroler ATMega8 ini memiliki oscillator internal on-chip yang
dapat digunakan sebagai sumber clock bagi CPU. Clock adalah sinyal kotak yang
diperlukan untuk menjalankan Mikrokontroler. Sinyal clock adalah sinyal
komando untuk menggerakan seluruh proses didalam suatu sistem
Mikrokontroler. Untuk menggunakan oscillator internal diperlukan sebuah
kristal atau resonator keramik antara pin XTAL1 dan pin XTAL2 seperti terlihat
pada Gambar 2.6 (a) sedangkan untuk pemakaian eksternal oscillator
konfigurasi penyambungan seperti Gambar 2.6 (b) berikut :
19
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
(a) (b)
Gambar 2.6 (a) Rangkaian internal clock
(b) Rangkaian eksternal clock[11]
Besar kapasitor yang digunakan pada rangkaian minimum oscillator
tersebut ditentukan berdasarkan jenis resonator yang digunakan. Dalam
Mikrokontroler dikenal istilah machine cycle (MC) / siklus mesin, dimana
1 𝑀𝐶 = 6 𝑠𝑡𝑎𝑡𝑒 = 12 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑐𝑙𝑜𝑐𝑘.
Machine cycle dapat dicari dengan persamaan [11]:
1 𝑀𝐶 =12
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑐𝑟𝑦𝑡𝑎𝑙 ........................................................ (2.1)
Untuk frekuensi clock semakin besar frekuensi clock, makin cepat pula
MPU (Micro Processsing Unit) bekerja, akan tetapi dalam mengeksekusi
suatu perintah, biasanya MPU memerlukan beberapa siklus clock, yang tiap
MPU berbeda meskipun clocknya sama.
Untuk mengetahui berapa kecepatan Mirokontontoller ATMega8 pada
saat mengeksekusi sebuah instruksi dapat dicari dengan persamaan[11] :
𝑇𝑖𝑛𝑠𝑡 = 𝐶 .12
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐶𝑟𝑠𝑦𝑡𝑎𝑙 ................................................... (2.2)
Dimana :
𝑇𝑖𝑛𝑠𝑡 = Waktu yang dibutuhkan untuk mengeksekusi 1 intruksi(second)
C = Jumlah machine cycle (µS)
20
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
2.2.3 Sensor Ultrasonik
Sensor Ultrasonik adalah sensor yang bekerja berdasarkan prinsip pantulan
gelombang suara dan digunakan untuk mendeteksi keberadaan suatu objek
tertentu di depannya, frekuensi kerjanya pada daerah di atas gelombang suara
dari 40 KHz hingga 400 KHz. Sensor Ultrasonik terdiri dari dari dua unit, yaitu
unit pemancar dan unit penerima. Struktur unit pemancar dan penerima
sangatlah sederhana, sebuah kristal piezoelectric dihubungkan dengan mekanik
jangkar dan hanya dihubungkan dengan diafragma penggetar. Struktur atom dari
kristal piezoelectric akan berkontraksi (mengikat), mengembang atau menyusut
terhadap polaritas tegangan yang diberikan dan ini disebut dengan efek
piezoelectric. Bentuk fisik sensor Ultrasonik dapat dilihat seperti Gambar 2.7
berikut :
Gambar 2.7 Bentuk Fisik Sensor Ultrasonik[12]
Kontraksi yang terjadi diteruskan ke diafragma penggetar sehingga terjadi
gelombang Ultrasonik yang dipancarkan ke udara (tempat sernya). Pantulan
gelombang Ultrasonik akan terjadi bila ada objek tertentu dan pantulan
gelombang Ultrasonik akan diterima kembali oleh unit sensor penerima.
Selanjutnya unit sensor penerima akan menyebabkan diafragma penggetar akan
bergetar dan efek piezoelectric menghasilkan sebuah tegangan bolak-balik
dengan frekuensi yang sama. Untuk lebih jelas tentang prinsip kerja dari sensor
Ultrasonik dapat dilihat pada Gambar 2.8 berikut[12]:
21
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
Gambar 2.8 Prinsip Kerja Sensor Ultrasonik[12]
Besar amplitudo sinyal elektrik yang dihasilkan unit sensor penerima
tergantung dari jauh dekatnya objek yang dideteksi serta kualitas dari sensor
pemancar dan sensor penerima. Proses sensoring yang dilakukan pada sensor ini
menggunakan metode pantulan untuk menghitung jarak antara sensor dengan
obyek sasaran. Jarak antara sensor tersebut dihitung dengan cara mengalikan
setengah waktu yang digunakan oleh sinyal Ultrasonik dalam perjalanannya dari
rangkaian pengirim sampai diterima oleh rangkaian penerima, dengan kecepatan
rambat dari sinyal Ultrasonik tersebut pada media rambat yang digunakannya,
yaitu udara[12].
Sensor jarak Ultrasonik Ping adalah sensor produksi Parallax yang banyak
digunakan. Kelebihan sensor ini adalah hanya membutuhkan 1 sinyal ( SIG )
selain jalur 5 Volt dan ground seperti Gambar 2.9 dibawah ini.
Gambar 2.9 Pin Pada Sensor[12]
22
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
Sensor PING mendeteksi jarak objek dengan cara memancarkan gelombang
Ultrasonik ( 40 KHz ) selama t = 200 µs kemudian mendeteksi pantulannya.
Sensor PING memancarkan gelombang Ultrasonik sesuai dengan kontrol dari
Mikrokontroller pengendali ( pulsa trigger dengan tout min 2 µs )
Spesifikasi sensor Ultrasonik PING[12] :
Kisaran pengukuran 3 Cm – 300 Cm
Trigger masuk – positif TTL pulsa, 2 µs min, 5 µs tipikal
Waktu tunda 750 µs dari pulsa trigger
Menunda 200 µs sebelum melakukan pengukuran berikutnya
Brust indikator LED menampilkan aktivitas sensor
Keterangan :
𝑡𝑜𝑢𝑡 : 2 uS (min), 5 uS (typica)
𝑡𝐻𝑂𝐿𝐷𝑂𝐹𝐹 : 750 uS
𝑡𝐵𝑈𝑅𝑆𝑇 : 200 uS @40kHz
𝑡𝑖𝑛−𝑀𝐼𝑁 : 115 uS
𝑡𝑚𝑎𝑥 : 18,5 mS
Gambar 2.10 Pulsa ping paralax Ultrasonic ping Finder[12]
HOST
PING
23
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D308064
Gelombang ini melalui udara dengan kecepatan 344 m/s (1238 km/jam)
kemudian mengenai obyek dan memantul kembali ke sensor. Ping mengeluarkan
pulsa output high pada pin SIG setelah memancarkan gelombang Ultrasonik dan
setelah gelombang pantulan terdeteksi Ping akan membuat output low pada pin
SIG seperti Gambar 2.10. Lebar pulsa High (tIN) akan sesuai dengan lama waktu
tempuh gelombang Ultrasonik untuk 2 kali jarak ukur dengan obyek. Maka jarak
yang diukur dapat dihitung dengan persamaan[13]:
𝑠 =𝑣.𝑡
2..................................................................................... (2.3)
Dimana : s : jarak yang diukur (m)
v : kecepatan suara ( 344 m/s)
t : waktu tempuh (s)
Sensor Ultrasonik ping akan bekerja jika mendapat supplay tegangan
sebesar 5 Volt DC. dimana tegangan 5 Volt DC dihubungkan dengan konektor
Vcc dan ground pada sensor. Untuk konektor SIG dapat dihubungkan dengan
Mikrokontroler. Konektor SIG adalah sebagai kontrol sensor ini dalam
pendeteksian objek sekaligus pembacaan jarak objek dengan sensor ini.
progamer dapat mengatur sensor ini dengan jarak yang telah ditentukan sesuai
dengan ring deteksi dari sensor Ultrasonik ping ini sesuai dengan kebutuhan
penggunaan dari sensor tersebut. Ketika sensor diatur jaraknya maka dengan
jarak yang telah ditentukanlah sensor akan bekerja dalam pendeteksian objek.
Kisaran jarak yang dapat di baca sensor Ultrasonik ping ini adalah 3 Cm sampai
3 Meter. Selain range jarak antara 3 Cm sampai 3 Meter yang mampu dideteksi
oleh sensor Ultrasonik ping, sudut pancaran dari sensor jarak Ultrasonik ping
adalah dari 0° sampai dengan 30°, dapat di lihat seperti Gambar 2.11 dibawah
ini :
24
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
Gambar 2.11 Sudut Pancar Sensor[12]
2.2.4 Ponsel Siemens MC60[10]
Pada penelitian ini Ponsel Siemens MC60 akan digunakan sebagai alat
komunikasi antara Mikrokontoller dengan Handphone user. Handphone
Siemens MC60 digunakan pada penelitian ini dikarenakan dapat diakses dengan
AT-Command, dan mempunyai modul GSM yang digunakan dalam komunikasi
GSM. Bentuk fisik Handphone Siemens dapat dilihat pada Gambar 2.12 berikut
ini :
Gambar. 2.12 Siemens MC60[10]
2.2.5 AT Command
AT Command adalah perintah untuk Handphone sebagai signalling
interface. AT Command dianggap sebagai jembatan dari hardware menuju
komunikasi serial. AT Command ini dipakai untuk bertukar informasi tentang
25
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
konfigurasi atau operasional status yang sedang berlangsung pada ponsel. AT
Command berbentuk seperti bahasa pemrograman yang akan mengakses
Handphone langsung. Pada komunikasi dengan AT Command, Handphone akan
berfungsi sebagai alat penghubung antara perangkat utama pendeteksi dengan
user[10].
Dalam penelitian ini, AT Command yang gunakan adalah AT Command
untuk Siemens. Command-command yang digunakan antara lain:
ATD : untuk memanggil nomor Handphone Operator
ATH : untuk menutup panggilan yang sedang berlangsung
2.2.6 Power Supply
Power supply atau catu daya pada suatu rangkaian elektronika digunakan
untuk memberi kebutuhan arus dan tegangan pada rangkaian tersebut. Karena
pada alat ini sumber tegangan menggunakan Baterai maka rangkaian catu daya
ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
Gambar 2.13 Blok Diagram Catu Daya
1. Baterai
Baterai berfungsi untuk penyimpan daya listrik sementara. Baterai
mengalirkan arus searah (DC) dan memiliki banyak tipe. Baterai dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu baterai basah dan baterai kering. Pada
catu daya alat ini menggunakan Baterai kering karena melihat kemudahan
dalam penggunaan. Berikut uraian Baterai kering dan Baterai basah
(Akumulator). [6]
Rectifier Filter Regulator Baterai
26
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
a. Baterai Kering
Baterai disebut juga elemen kering. Pada elemen kering, elektroda
positif (kutub positif) berupa batang karbon dan pembungkus terbuat
dari seng yang merupakan elektroda negatif (kutub negatif). Adapun
susunan sebuah Baterai kering ditunjukkan Gambar 2.14 berikut :
Gambar 2.14 Susunan Baterai Kering[6]
Elektrolit larutan yang menghantarkan arus listrik berupa larutan
amonium klorida (NH4CL) dan depolarisasinya zat kimia yang terbuat
dari mangan dioksida (MnO2) bercampur serbuk karbon. Elemen
kering atau baterai disebut juga elemen primer karena elemen ini tidak
dapat dimuati (diisi ulang) kembali jika muatannya habis. Selama
bekerja, seng berubah menjadi seng klorida, hidrogen dibebaskan dan
seng serta amonium klorida berkurang. Cara penggunaan Baterai kering
yaitu dengan menghubungkan kutub positif dan kutub negatif ke beban
seperti pada Gambar 2.15 berikut:
Gambar 2.15 Katub Positif dan Katub Negatif [6]
b. Akumulator[6]
Akumulator (baterai basah) merupakan elemen sekunder yang
merupakan elemen elektro-kimia yang dapat memperbaharui bahan-
27
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
bahan pereaksinya. Jenis akumulator yang sering dipakai adalah
akumulator timbal. Akumulator ini terdiri dari dua kumparan pelat yang
dicelupkan dalam larutan asam-sulfat cair. Kedua kumpulan pelat
dibuat dari timbal, sedangkan lapisan timbal dioksida akan dibentuk
pada pelat positif ketika lemen pertama kali dimuati. Letak pelat positif
dan negatif sangat berdekatan tetapi dicegah tidak langsung menyentuh
oleh pemisah yang terbuat dari bahan penyekat (isolator).
2. Rectifier
Arus dan tegangan listrik yang dihasilkan maupun yang dibangkitkan
oleh baterai pada umumnya adalah arus searah (DC, Direct Current).
Komponen dioda mempunyai sifat akan meneruskan arus pada sisi maju dan
akan memblokir arus pada sisi balik, atas dasar inilah dioda dapat
dimanfaatkan untuk rangkaian penyearah. Rangkaian penyearah pada
rangkaian ini merupakan suatu rangkaian yang akan menstabilkan tegangan
searah (DC). Sumber tegangan searah merupakan catu daya bagi sebagian
besar perangkat elektronika[2].
Ada beberapa jenis rangkaian penyearah yang masing-masing jenis
memberikan hasil yang berbeda terhadap bentuk tegangan DC yang keluar.
Perbandingan antara tegangan DC yang keluar terhadap tegangan AC yang
ikut serta pada hasil output-nya dinamakan factor ripple (riak). Factor
ripple dinotasikan dengan r yang dapat dicari dengan persamaan[2] :
r = komponen AC
komponen DC × 100% .......................................................... (2.4)
atau dengan persamaan pendekatan :
r = √(Vrms
Vdc)
2
− 1 × 100% ....................................................... (2.5)
r = √(Irms
Idc)
2
− 1 × 100% ........................................................ (2.6)
28
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
a. Penyearah Setengah Gelombang[2]
Pada penyearah setengah gelombang, sebuah dioda dipasang
secara seri dengan beban dengan menggunakan sumber tegangan
berbentuk gelombang sinus.
Beban
+
-
VL
Jala – Jala
(AC input)
Gambar 2.16 Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang[2]
Pada rangkaian ini, dioda hanya akan menghantarkan tegangan
yang berpolaritas positif ke beban sehingga hanya setengah dari siklus
gelombang sinus yang akan diteruskan ke beban. Penyearah ini akan
menghasilkan tegangan kerut (ripple voltage) yang besar.
Vin
t
VP(in)
Vout
t
VP(out)
Periode (T)
MASUKAN
KELUARAN
Gambar 2.17 Masukan dan Keluaran pada Penyearah Setengah Gelombang[2]
29
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
b. Penyearah Gelombang Penuh dengan Center Tap
Penyearah gelombang penuh akan meneruskan seluruh siklus
gelombang sinus ke beban., penyearah gelombang penuh juga
didapatkan dengan menyearahkan dua tegangan AC yang berlawanan
fase dengan penyearah setengah gelombang. Dua buah tegangan AC
yang berlawanan fase diperoleh dari trafo yang mempunyai sambungan
di tengah atau CT (Center Tap).[2]
D1
Beban
+
-
Jala – Jala
(AC input)
D2
-
+
Gambar 2.18 Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh dengan CT[2]
Rangkaian penyearah gelombang penuh dengan CT seolah-olah
terdiri dari dua penyearah setengah gelombang untuk kedua tegangan
AC yang berlawanan fase dan keluaran dari penyearah gelombang ini
adalah merupakan gabungan dari kedua rangkaian penyearah setengah
gelombang tersebut. Sifat dari rangkaian penyearah ini adalah seperti
rangkaian penyearah dengan jembatan, tetapi pada rangkaian ini arus
mengalir hanya dalam satu dioda saja sehingga tegangan yang terboros
dalam dioda hanya setengah tetapi resitivitas dalam pada trafo akan
menjadi dua kali lipat.
Keuntungan penyearah gelombang penuh dengan CT dalam
pemborosan daya tergantung pada perbandingan antara tegangan
keluaran dan tegangan pada dioda. Untuk tegangan rendah rangkaian
penyearah dengan CT lebih baik daripada rangkaian penyearah dengan
jembatan dioda, tetapi untuk tegangan tinggi, rangkaian jembatan dioda
lebih efektif daripada rangkaian penyearah dengan CT.
Nilai rata-rata tegangan keluaran DC pada penyearah gelombang
penuh (Vdc(FW)) adalah[2] :
30
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
𝑉𝑑𝑐(𝐹𝑊) =2𝑉𝑝
𝜋 ............................................................................. (2.7)
Karena 2
𝜋≈ 0,636, maka[2] :
𝑉𝑑𝑐(𝐹𝑊) ≈ 0,636𝑉𝑝 ...................................................................... (2.8)
Periode sinyal pada penyearah gelombang penuh adalah setengah
dari periode masukan.
Periode masukan dapat dicari dengan persamaan[2] :
𝑇𝑖𝑛 =1
𝑓𝑖𝑛 ..................................................................................... (2.9)
Sehingga periode sinyal gelombang penuh adalah[2] :
𝑇𝑜𝑢𝑡 =1
2 × 𝑇𝑖𝑛 =
1
2𝑓𝑖𝑛 .............................................................. (2.10)
Oleh karena itu:
𝑓𝑜𝑢𝑡 =1
𝑇𝑜𝑢𝑡= 2𝑓𝑖𝑛 ..................................................................... (2.11)
Jadi, frekuensi keluaran adalah dua kali frekuensi masukan.
c. Penyearah Gelombang Penuh dengan Diode Bridge
Prinsip kerja rangkaian penyearah gelombang dengan
menggunakan diode bridge diilustrasikan dalam gambar 2.21. Pada saat
terminal A positif dan terminal B negatif, dioda- dioda D1 dan D3
berada dalam kondisi menghantar, sedangkan D2 dan D4 tidak
menghantar. Pada saat terminal A negatif dan B positif, diode yang
menghantar adalah D2 dan D4, sedangkan D1 dan D3 tidak
menghantar. Dengan demikian setiap setengah priode tegangan bolak-
balik ada dua diode yang menghantar (conductor) secara bersamaan
dan dua buah diode lainnya tidak menghantar sehingga menghasilkan
31
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
bentuk gelombang penuh. Oleh karena penyearah gelombang penuh
menghasilkan dua kali siklus positif lebih banyak dibandingkan dengan
penyearah setengah gelombang.[2]
+
Masukan Sinyal
AC
D1
D2D3
D4A
B
Gambar 2.19 Rangkaian Catu Daya dengan Penyearah Gelombang Penuh
Diode Bridge[2]
D1 & D3
+D1 & D3
+
D1 & D3
-
D1 & D3
D1 & D3
+
D1 & D3
+
D1 & D3
konduksi
t
D2 & D4
+
D2 & D4
konduksi
t
D2 & D4
-
D2 & D4
D2 & D4
-
D2 & D4
+
D1 & D3
+
D1 & D3
+
D2 & D4
+Sehingga Vout keluaran D1, D2, D3 & D4
Gambar 2.20 Bentuk Gelombang Penyearah Gelombang Penuh dengan
Diode Bridge[2]
Untuk rumus Vdc dan Fin beserta Fout pada diode bridge sama
dengan sistem penyearah menggunakan center tap.
3. Filter
Filter (penyaring) yang terdiri dari dua kapasitor, berfungsi untuk
meminimalkan efek-efek arus AC pada arus DC konstan. Kapasitor akan
sebagai menghaluskan (mem-filter) hasil output tegangan dari rectifier yang
masih dalam bentuk gelombang yang naik turun (ripple) pada tegangan DC.
Pada arus DC kapasitor digunakan sebagai penahan arus (isolator).
Sehingga kapasitor berfungsi untuk mengurangi tegangan yang naik turun
(ripple), semakin besar nilai kapasitor yang digunakan akan semakin baik
32
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
karena akan mengurangi tegangan (ripple) yang semakin kecil. Ada
beberapa jenis filter, yaitu[2]:
a. Filter Choke (induktor)
Sumber AC menghasilkan sebuah arus dalam induktor, kapasitor
dan resistor. Arus AC pada tiap-tiap komponen bergantung pada
reaktansi induktif, reaktansi kapasitif dan resistansi. Induktor memiliki
sebuah reaktansi yang diberikan oleh[2]:
XL = 2πf ..................................................................................... (2.12)
Kapasitor memiliki sebuah reaktansi yang diberikan oleh :
𝑋𝐿 = 1
2𝜋𝑓𝐶 ................................................................................. (2.13)
RLC
L
Vin
Vout
Gambar 2.21 Rangkaian Filter Induktor[2]
Persyaratan pertama desain filter induktor adalah untuk
memperoleh nilai Xc lebih kecil dari RL. Persyaratan kedua desain filter
induktor adalah untuk memperoleh XL lebih besar dari XC, hampir
semua tegangan AC melalui induktor, persamaan tegangan keluaran
AC[2]:
Cout in
L
XV V
X ....................................................................... (2.14)
33
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
Gambar 2.22 Bentuk Gelombang Keluaran Filter Induktor[2]
b. Filter Kapasitor
Filter tipe induktor menghasilkan tegangan keluaran DC yang
sama dengan nilai rata-rata tegangan rectifier. Filter tipe kapasitor
menghasilkan tegangan keluaran DC yang sama dengan nilai puncak
tegangan rectifier. Tipe ini umum dipakai dalam sistem DC power
supply. Prinsip filter kapasitor adalah proses pengisian dan
pengosongan kapasitor. Saat dioda forward, kapasitor terisi dan
tegangannya sama dengan periode ayunan tegangan sumber. Pengisian
berlangsung sampai nilai maksimum, pada saat itu tegangan C sama
dengan Vp. Pada ayunan turun kearah reverse, kapasitor akan
mengosongkan muatannya. Jika tidak ada beban, maka nilainya konstan
dan sama dengan Vp, tetapi jika ada beban maka keluarannya (Vout)
memliki sedikit ripple akibat kondisi pengosongan. Untuk lebih jelas,
terdapat pada Gambar 2.23 berikut:
Vin Vout
Gambar 2.23 Rangkaian Filter Kapasitor[2]
34
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
(a) (b)
Gambar 2.24 (a) Bentuk Gelombang keluar Filter Kapasitor Tanpa Beban
(b) Bentuk Gelombang keluar Filter Kapasitor Dengan Beban.[2]
Pada filter kapasitor perhitungan tegangan ripple[2]:
1 = R
c
Vf
.................................................................................... (2.15)
dimana :
VR : tegangan ripple puncak ke puncak (m)
I : arus beban DC (A)
𝑓𝑐 : frekuensi ripple (Hz)
c. Filter RC[2]
Rangkaian Rangkaian RC filter terdiri dari dua kapasitor C1 dan
C2 dan sebuah resistor. Prinsip kerja filter ini adalah membuat
gelombang yang dihasilkan dari rectifier mendekati gelombang DC
murni. Pada saat rectifier mengeluarkan gelombang tegangan pada nilai
puncak, maka kapasitor C1 akan terisi dengan muatan (charge). Ketika
gelombang tegangan menurun, nilainya menuju titik nol, C1 akan
mengeluarkan muatan (discharge).
35
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
Gambar 2.25 Rangkaian Filter RC[2]
Kondisi C1 yang selalu terisi muatan dan mengeluarkannya
membuat ripple gelombang semakin kecil (b), selanjutnya gelombang
diperhalus oleh C2 hingga gelombang tegangan keluaran menyerupai
gelombang tegangan DC (c). Pada akhirnya, gelombang tegangan
output hampir menyerupai dengan gelombang tegangan DC ( d ) seperti
gambar 2.26 berikut ini :
a
b
c
d
T1
T2
T3 T3
Gambar 2.26 Gelombang Keluaran Filter RC[2]
4. Regulator
Voltage Regulator berfungsi sebagai penstabil yang memberikan
tegangan keluaran yang konstan walaupun terdapat fluktuasi baik arus
beban maupun tegangan input sumber. Regulator terbagi kedalam beberapa
jenis, yaitu:
36
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
a. Regulator dengan Dioda Zener[2]
Dioda zener adalah yang khusus dibuat sebagai penstabil tegangan
pada catu daya DC. Tujuannya agar tegangan searah yang dihasilkan
yaitu tegangan keluarannya (output) tidak berubah jika dibebani dalam
batas-batas tertentu. Penyebab ke tidak stabilan suatu tegangan
biasanya terjadi akibat adanya fluktuasi tegangan pada jala-jala input
dan variasi beban yang berubah-ubah.
RL
IL
RSIz +IL
Iz
VzVin Vout
Gambar 2.27 Rangkaian Dasar Regulator dengan Dioda Zener[2]
Rangkaian regulator yang paling sederhana, zener bekerja pada
daerah breakdown sehingga menghasilkan tegangan output yang sama
dengan tegangan zener atau[2]:
Vout = Vz .................................................................................. (2.16)
b. Regulator Transistor[2]
Regulator ini pada dasarnya adalah regulator zener yang
dikonfigurasikan dengan sebuah transistor NPN untuk menghasilkan
arus yang cukup besar. Vbe adalah tegangan base-emitor dari transistor
Q1 yang besarnya antara 0.2 – 0.7 Volt bergantung pada jenis transistor
yang digunakan.
37
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
Iz
R2
C
B
E
Vce
IL
VRLVs
Vz
R1
Gambar 2.28 Rangkaian Dasar Regulator Transistor[2]
Dengan mengabaikan arus Ib yang mengalir pada base transistor,
dapat dihitung besar tahanan R2 yang diperlukan adalah[2]:
𝑅2 = (𝑉𝑖𝑛−𝑉𝑧)
𝐼𝑠 ........................................................................ (2.17)
Iz adalah arus minimal yang diperlukan oleh diode zener untuk
mencapai tegangan breakdown zener tersebut. Jika diperlukan catu arus
yang lebih besar, tentu perhitungan arus base IB pada rangkaian di atas
tidak bisa diabaikan lagi. Seperti yang diketahui, besar arus IC akan
berbanding lurus terhadap arus IB atau dituangkan ke dalam
persamaan[2]:
Ic = β x Ib ............................................................................. (2.18)
c. IC Regulator[2]
IC Regulator ini berupa IC yang terdiri dari bermacam jenis dan
type. IC Regulator tegangan yang digunakan dalam sistem ini adalah IC
Regulator LM7805 Keunggulan dari regulator ini adalah
kemampuannya dalam mengatur nilai dari Voutnya sebesar +5 volt.
Rangkaian nya dapat dilihat seperti gambar 2.29 diberikut ini :
38
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
78XX
GND
VIN VOUT
Gambar 2.29 Rangkaian Catu Daya dengan IC Regulator[2]
LM-7805 mampunyai tiga kaki yang tiap kakinya mempunyai
fungsi yang berbeda-beda. Pada Gambar 2.30 dapat di lihat kaki satu
mempunyai fungsi sebagai input, kaki dua mempunyai fungsi sebagai
ground dan kaki tiga mempunyai fungsi sebagai output[8].
Gambar. 2.30 LM7805[8]
2.2.7 Transistor
Transistor biasannya lebih banyak dibuat dari bahan silikon yang berjenis P
dan N. Transistor memiliki 3 terminal komponen semikonduktor pada satu
terminal berfungsi sebagai pembuka bagi kedua kaki lainnya. Tiga kaki yang
berlainan membentuk transistor bipolar adalah emitor, basis dan kolektor.
Ketiga kaki ini dapat dikombinasikan menjadi jenis N-P-N dan P-N-P yang
menjadi satu sebagai tiga kaki transistor. Suatu arus listrik yang kecil pada basis
akan menimbulkan arus yang jauh lebih besar diantara kolektor dan emitornya,
maka dari itu transistor digunakan untuk memperkuat arus, bentuk fisik dari
transistor sendiri dapat dilihat seperti Gambar 2.31 berikut :
39
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
Gambar 2.31 Bentuk Fisik Transistor[7]
Pada prinsipnya, suatu transistor terdiri atas dua buah dioda yang disatukan.
Transistor bipolar biasanya digunakan sebagai saklar dan penguat pada sebuah
rangkaian elektronika. Agar transistor dapat bekerja, pada kaki-kakinya harus
diberikan tegangan, tegangan ini dinamakan bias voltage. Basis emitor diberikan
forward voltage, sedangkan basis kolektor diberikan reverse voltage. Sifat
transistor adalah antara kolektor dan emitor akan ada arus bila ada arus basis.
Semakin besar arus basis maka semakin besar penghantarannya.
Terdapat dua jenis transistor ialah jenis NPN dan jenis PNP. Pada transistor
jenis NPN tegangan basis dan kolektornya positif terhadap emitor, sedangkan
pada transistor PNP tegangan basis dan kolektornya negatif terhadap tegangan
emitor. Simbol transistor dapat dilihat seperti Gambar 2.32 berikut :
B
E
C
PNP
B
E
C
NPN
Gambar 2.32 Simbol Transistor[4]
Pada Gambar 2.32 dapat dilihat adanya perbedaan antara transistor jenis
PNP dan NPN yang terletak pada tanda anak panah pada kaki emitornya.
Pada rangkaian elektronik, sinyal input adalah 1 atau 0. Sinyal ini selalu
dipakai pada basis transistor, yang mana kolektor dan emitor sebagai
penghubung untuk pemutus (short) atau sebagai pembuka rangkaian. Aturan
atau prosedur transistor adalah sebagai berikut:[4]
40
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
Pada transistor NPN, memberikan tegangan positif dari basis ke emitor,
menyebabkan hubungan kolektor ke emitor terhubung singkat, yang
menyebabkan transistor aktif (on). Memberikan tegangan negatif atau 0 V
dari basis ke emitor akan menyebabkan hubungan kolektor dan emitor
terbuka, yang menyebabkan transistor mati (off).
Pada transistor PNP, memberikan tegangan negatif dari basis ke emitor
akan menyalakan transistor (on). Dan memberikan tegangan positif atau 0
Volt dari basis ke emitor akan mematikan transistor (off).
1. Hubungan Arus – Arus[2]
Hukum Kirchoff tentang arus menyatakan bahwa jumlah seluruh arus
yang masuk ke dalam suatu titik sama dengan jumlah semua arus keluar dari
titik tersebut. Jika diterapkan pada transistor, hukum Kirchoff tentang arus
dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut[2]:
E C BI I I= + ................................................................................ (2.19)
Jadi arus emitor sama dengan jumlah arus kolektor dan arus basis.
Karena arus basis sangat kecil dibandingkan dengan arus kolektor maka arus
kolektor dapat dianggap sama besar dengan arus emitor, seperti dinyatakan
sebagai berikut :
C EI I» ......................................................................................... (2.20)
Pada analisis sederhana arus searah yang mengalir melalui elektroda-
elektroda transistor, terdapat istilah seperti dc
a (perbandingan antara arus
kolektor terhadap arus emitor) dan dc
b (perbandingan antara arus kolektor
terhadap arus basis) [2].
C
dc
E
I
Ia = .................................................................................... (2.21)
41
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
C
dc
B
I
Ib = ..................................................................................... (2.22)
Nilai dc
a transistor umumnya mendekati 1 (arus kolektor hampir sama
dengan arus emitor). Pada transistor daya rendah (yang mengolah daya
sampai 1 watt) besaran dc
a ser 0,95 sampai 0,99. Nilai dc
b disebut juga sebagai
nilai perolehan arus. Perolehan arus ini adalah salah satu sifat penting
transistor terutama dalam fungsinya sebagai penguat. Pada transistor daya
rendah, nilai dc
b ser antara 100-300, sedangkan pada transistor daya besar (di
atas 1W) nilai dc
b ser antara 20-100.
Dengan kata lain dc
b adalah parameter yang menunjukan kemampuan
penguatan arus (current gain) dari suatu transistor. Parameter ini tertera pada
datasheet tiap transistor agar dapat membantu para perancang rangkaian
elektronika dalam merencanakan rangkaiannya. Dari parameter-parameter
tersebut diperoleh persamaan[2]:
𝐼𝐵 =𝑉𝐵𝐵−𝑉𝐵𝐸
𝑅𝐵 ................................................................................. (2.23)
Kemudian arus dan tegangan kolektor dapat diperoleh dari persamaan[2]:
𝐼𝐶 = 𝛽𝐷𝐶 × 𝐼𝐵 ............................................................................... (2.24)
𝑉𝐶𝐸 = 𝑉𝐶𝐶 − 𝐼𝐶 . 𝑅𝐶 ...................................................................... (2.25)
Rangkaian bias umpan balik emitor merupakan salah satu jenis rangkaian
pembiasan transistor dan merupakan suatu upaya untuk menstabilkan titik
kerja Q terhadap variasi nilai dc
b . Rangkaian ini berguna untuk mengurangi
besarnya arus kolektor dengan mengecilkan arus basis. Meskipun terjadi
penstabilan, variasi posisi titik kerja masih tetap besar.
42
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
2. Garis Beban Rangkaian Transistor
Garis beban adalah garis linear yang menggambarkan titik-titik kerja
yang mungkin bagi suatu transistor dalam rangkaian. Garis ini
menghubungkan titik saturasi (IC = 0) dan titik mati atau titik cutoff (VCE
maksimal dalam rangkaian).[2]
Untuk memeperjelas contoh hitungan dan penggambaran garis beban,
diasumsikan akan dianalisis rangkaian seperti Gambar 2.33 berikut:
(a) (b)
Gambar 2.33 (a) Rangkaian Bias Basis (b) Garis Beban DC[2]
Gambar garis beban dibuat dengan menghubungkan dua titik pada grafik
VCE terhadap IC. Titik pertama adalah titik IC(sat) rangkaian atau arus kolektor
maksimal yang mungkin terjadi berdasarkan rangkaian tersebut. Titik kedua
adalah titik VCE(cut-off) yakni tegangan kolektor-emitor maksimal yang
mungkin terjadi pada rangkaian tersebut. Arus kolektor maksimal atau IC(sat)
terjadi apabila VCE = 0, maka[2]:
𝐼𝐶(𝑆𝐴𝑇) =𝑉𝐶𝐶
𝑅𝐶 ................................................................................... (2.26)
Tegangan VCE(cut-off) terjadi apabila dianggap hubungan kolektor-emitor
terbuka sehingga[2]:
VCE(cut-off) = VCC .............................................................................. (2.27)
43
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
2.2.9 Dioda[5]
Dioda adalah jenis komponen pasif yang berfungsi terutama sebagai
penyearah. Dioda memiliki dua kutub yaitu kutub anoda dan kutub katoda.
Dioda terbuat dari dua bahan atau yang biasa di sebut dengan dioda semi
konduktor yaitu bahan tipe-p menjadi sisi anode sedangkan bahan tipe-n menjadi
katode. Pada sambungan dua jenis berlawanan ini akan muncul daerah deplesi
yang akan membentuk gaya barier. Gaya barier ini dapat ditembus dengan
tegangan sebesar 0.7 Volt yang dinamakan sebagai break down voltage, yaitu
tegangan minimum dimana dioda akan bersifat sebagai konduktor (penghantar)
arus listrik. Bergantung pada polaritas tegangan yang diberikan kepadanya,
pengertian dioda bisa berlaku sebagai sebuah saklar tertutup (apabila bagian
anode mendapatkan tegangan positif sedangkan katodenya mendapatkan
tegangan negatif) dan berlaku sebagi saklar terbuka (apabila bagian anode
mendapatkan tegangan negatif sedangkan katode mendapatkan tegangan
positif). Bentuk fisik dan lambangnya dapat dilihat seperti Gambar 2.34 berikut
:
Gambar 2.34 Dioda dan lambang dioda[5]
2.2.10 Kapasitor[5]
Fungsi Kapasitor adalah sebagai penyimpan arus (tegangan listrik). Untuk
arus DC kapasitor berfungsi sebagai isolator (penahan arus listrik), sedangkan
untuk arus AC Kapasitor berfungsi sebagai konduktor untuk melewatkan arus
listrik. Dalam penerapannya kapasitor digunakan sebagai filter (penyaring),
perata tegangan DC yang di gunakan untuk mengubah tengangan AC ke DC,
pembangkit gelombang AC. Jenis kapasitor sendiri terbagi atas berbagai macam,
di antarannya adalah menurut polaritasnya, bahan pembuatannya dan ketetapan
nilainya, selain memiliki jenis, bentuk kapasitor juga berbagai macam seperti
44
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
kapasitor kertas (besar kapasitas 0,1 F), kapasitor elektrolit (besar kapasitas 105
pF), kapasitor variabel (besar kapasitas bisa di ubah-ubah hingga maksimum 500
pF. Bentuk fisik kapasitor dapat dilihat seperti Gambar 2.35 dibawah ini
Gambar 2.35 Kapasitor[5]
2.2.11 Resistor[6]
Resistor secara umum adalah sebuah komponen elektronika yang
mempunyai fungsi untuk menghambat arus listrik. Resistor terbuat dari bahan
isolator dengan nilai tertentu sesuai dengan nilai hambatan yang diinginkan.
Dimulai dari satuan hanya beberapa Ohm sampai dengan nilai Jutaan Ohm
(mega Ohm).
Gambar 2.36 Bentuk Fisik Resistor[6]
Bentuk fisik resistor sendiri bermacam-macam. Bentuk paling banyak dan
umum adalah berbentuk bulatan panjang dengan beberapa lingkaran pada body
resistor.
Hubungan antara hambatan, tegangan, dan arus, dapat disimpulkan
melalui hukum berikut ini, yang terkenal sebagai hukum Ohm[6]:
𝑅 = 𝑉
𝐼 ...................................................................................... (2.28)
45
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
Dimana :
V : beda potensial antara kedua ujung benda penghambat (V)
I : besar arus yang melalui benda penghambat (A), dan
R : besarnya hambatan benda penghambat tersebut ( Ώ )
Resistor ada 2 jenis, yaitu Resistor biasa (nilai resistansi tetap) dan Resistor
berubah (nilai resistansi yang dapat diubah atau resistor variabel) [6].
Resistor biasa (nilai resistansi tetap) adalah jenis-jenis resistor
yang memiliki nilai resistansi yang tertulis pada badan resistor
menggunakan kode warna dan kode angka. Resistor jenis ini sering
digunakan sebagai penghambat arus listrik secara permanen dalam
rangkaian elektronika. Fungsi resistor ini pada rangkaian elektronika
adalah pada pembatas arus yang mengalir pada LED atau lampu.
Resistor Variabel adalah jenis-jenis resistor yang nilai resistansinya
dapat dirubah secara langsung baik dengan tuas atau menggunakan
obeng.
2.2.12 LED (Light Emitting Dioda)
Pada pembuatan tugas akhir ini komponen LED (Light Emitting Dioda)
adalah dioda yang dapat memancarkan cahaya pada saat mendapatkan arus bias
maju (forward bias), LED dapat memancarkan cahaya karena menggunakan
dopping galium, arsenic dan phosporus. Jenis doping yang berbeda
menghasilkan warna yang berbeda. LED merupakan salah satu dioda, sehingga
hanya akan mengalirkan arus satu arah saja, kemampuan mengalirkan arus pada
LED cukup rendah yaitu maksimal 20 mA apabila LED dialiri arus lebih besar
dari 20 mA maka LED rusak, sehingga pada LED dipasang sebuah resistor
sebagai pembatas arus. Simbol dan bentuk fisik dari LED dpat dilihat pada
Gambar 2.37 berikut :
46
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
Gambar 2.37 Bentuk fisik dan simbol LED[6]
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa LED memiliki 2 buah kaki
seperti dengan dioda yaitu kaki anoda dan kaki katoda. Pada gambar diatas
anaoda memiliki ciri fisik lebih panjang dari pada kaki katoda. Pemasangan LED
agar dapat menyala adalah dengan memberikan tegangan bias maju yaitu dengan
memberikan tegangan positif ke kaki anoda dan tegangan negatif ke kaki katoda.
Konsep pembatas arus pada dioda adalah dengan memasangkan resistor secara
seri pada salah satu kaki LED, rangkaian dasar untuk menyalakan LED
membutuhkan sumber tegangan LED dan resistor sebagai pembatas arus seperti
pada Gambar 2.38 rangkaian berikut[6] :
Gambar 2.38 Rangkaian LED dan Resistor[6]
Besarnya arus maksimum pada LED adalah 20 mA, sehingga nilai resistor
harus ditentukan, dimana besarnya nilai resistor berbanding lurus dengan
besarnya tegangan sumber yang digunakan, secara matematis besarnya nilai
resistor pembatas arus LED dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut[6]
:
𝑅 =𝑉𝐶𝐶−𝑉𝐿𝐸𝐷
𝐼𝑓(𝐿𝐸𝐷) ............................................................................ (2.29)
Dimana :
R = Resistor
47
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
Vcc = Sumber Tegangan (V)
𝑉𝐿𝐸𝐷= Tegangan Kerja LED (V)
𝐼𝑓 (𝐿𝐸𝐷)= Arus Forward (A)
2.2.13 Buzzer
Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk
mengubah getaran listrik menjadi getaran suara. Pada dasarnya prinsip kerja
buzzer hampir sama dengan loudspeaker yang menerima sinyal masukan dan
memberikan respon keluaran berupa frekuensi audio (suara) dengan cara
menggetarkan komponennya yang berbentuk selaput.
Buzzer digunakan untuk mengeluarkan suara atau bunyi seperti dalam hal
ini yaitu suara sirine untuk memberi tanda ketika ketinggian air telah mencapai
batas ketinggian maksimal.[6]
Gambar 2.39 Bentuk fisik Buzzer[6]
2.2.14 Saklar[9]
Saklar adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk memutuskan
jaringan listrik, atau untuk menghubungkannya. Jadi saklar pada dasarnya
adalah alat penyambung atau pemutus aliran listrik. Selain untuk jaringan listrik
arus kuat, saklar berbentuk kecil juga dipakai untuk alat komponen elektronika
arus lemah. Secara sederhana, saklar terdiri dari dua bilah logam yang menempel
pada suatu rangkaian, dan bisa terhubung atau terpisah sesuai dengan keadaan
sambung (on) atau putus (off) dalam rangkaian itu seperti Gambar 2.40. Material
48
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
kontak sambungan umumnya dipilih agar supaya tahan terhadap korosi. Kalau
logam yang dipakai terbuat dari bahan oksida biasa, maka saklar akan sering
tidak bekerja. Untuk mengurangi efek korosi ini, paling tidak logam kontaknya
harus disepuh dengan logam anti korosi dan anti karat. pada dasarnya tombol
bisa diaplikasikan untuk sensor mekanik, karena bisa dijadikan sebagai pedoman
pada Mikrokontroller untuk pengaturan alat dalam pengontrolan.
Gambar 2.40 Saklar Pada Rangkaian
2.3 PERANGKAT LUNAK (SOFTWARE)
2.3.1 Bahasa Assembly
Bahasa mesin (Assembly) adalah bahasa pemograman komputer tingkat
rendah, bahasa mesin adalah pola bit-bit (biner) tertentu yang merupakan kode
operasi mesin. Bahasa mesin dibuat lebih mudah dibaca dan ditulis dengan cara
mengganti pola bit-bit menjadi julukan-julukan yang disebut mnemonics.
Berbeda dengan bahasa pemrograman tingkat tinggi, bahasa ran biasanya
memiliki hubungan 1-1 dengan instruksi bahasa mesin. Misalnya, tiap mnemonic
yang ditulis di program dengan bahasa ran akan diterjemahkan menjadi tepat
satu kode operasi yang dapat dimengerti langsung oleh komputer. Pada bahasa
tingkat tinggi, satu perintah dapat diterjemahkan menjadi beberapa kode operasi
dalam bahasa mesin. Proses pengubahan bahasa ran ke bahasa mesin dilakukan
oleh assembler, dan proses balikannya dilakukan oleh disassembler.
Selain menterjemahkan instruksi assembly mnemonic menjadi opcode,
assembler juga menyediakan kemampuan untuk menggunakan nama simbolik
untuk lokasi memori (menghindari penghitungan rumit dan pembaruan alamat
49
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
secara manual ketika sebuah program diubah sedikit), dan fasilitas makro untuk
melakukan penggantian textual biasanya digunakan untuk menggantikan suatu
urutan instruksi yang pendek untuk dijalankan perbaris dan bukan dalam sebuah
subrutin.[10]
Berikut beberapa sintaksis pengarah dasar Assembly pada AVR
Atmega8[10] :
a. .cseg (code segment); pengarah ini berguna sebagai petunjuk bahwa kode
atau ekpresi dibawahnya diletakkan pada memori program. Pengarah ini
biasanya digunakan setelah pengarah .dseg
b. .db (data byte); pengarah ini memungkinkan meletakan konstanta, seperti
serial number dan look-up table di memori program pada alamat tertentu.
c. .dw (data word); pengarah ini sama seperti data byte, tetapi dalam ukuran
word
d. .org; digunakan untuk mereset program counter pada alamat tertentu.
Digunakan pada awal program .org 0x0000 atau pengarah pada vektor
interupsi, misalnya vektor untuk interupsi external 1, maka alamat vektor
interupsinya .org 0x0002.
e. .byte; digunakan untuk inisialisasi besar byte yang digunakan pada SRAM
untuk label tertentu.
f. .dseg (data segment); pengarah ini berguna sebagai petunjuk bahwa kode
dibawahnya berfungsi untuk melakukan setting SRAM.
g. .def; (define); pengarah ini memungkinkan suatu register dapat
didefinisikan. Contoh : def temp = r16
h. .equ; berguna untuk memberi nama suatu konstanta yang tidak dapat
berubah. Contoh : .equ max = 19200
i. .set; sama seperti .equ, tetapi tetapi konstantanya dapat berubah.
Contoh : .set baud = 2400
.set baud = 9600
j. .endm (end macro); untuk mengakhiri macro.
50
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
k. .include; untuk meng-include-kan sebuah file ke dalam program agar
program lebih dapat dimengerti, atau memisahkan kode dalam dua file
terpisah,
Contoh : .include”C:\Appnotes\m8def.inc”
l. .device; sebagai petunjuk jenis AVR yang diinginkan.
m. .exit; sebagai petunjuk agar berhenti melakukan assembly pada file saat ini.
n. .list; berguna membangkitkan file list.
o. .listmac; berguna agar penambahan macro ditampilkan pada file list yang
dibangkitkan.
p. .nolist; berguna agar suatu runtun intruksi tidak dimasukan dalam file list
yang dibangkitkan.
2.3.2 AVR Studio Versi 4[10]
Software AVR Studio versi 4 adalah sofware buatan Atmel dan berfungsi
sebagai text editor dalam penulisan baris-baris perintah dan juga melakukan
proses assembly yang mengubah program sumber assembly menjadi program
objek maupun bahasa hexa. Software tersebut juga dapat melakukan simulasi
secara lengkap. AVR Studio versi 4 menggunakan file object yang telah
dibangkitkan untuk melakukan eksekusi program pada simulator maupun In
Circuit Emulator. File object tersebut dibangkitkan melalui proses asembling
atau compiling terhadap file sumber (source) seperti file .asm dan file .inc.
AVR studio versi 4 dapat menjalankan program yang dibuat, mengujinya
langkah demi langkah, menjalankan suatu rutinitas, menempatkan kursor pada
suatu statement dan menjalankanya, serta me-reset eksekusi program. AVR
studio versi 4 juga dapat untuk mengamati perubahan pada setiap Port I/O,
memori, dan juga register yang terjadi saat program Mikrokontoller
disimulasikan.
Pada saat keluar dari AVR Studio versi 4, software akan menyimpan setup
environment yang telah dibangun pada suatu proyek sehingga ketika pada suatu
51
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom Purwokerto D308064
saat membuka proyek tersebut, maka setup environment yang menyertainya
akan dapat direkonstruksi.