BAB II curug.doc

17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas 2.1.1 Definisi Puskesmas adalah Unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah (Syafrudin, 2009). Pukesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau sebagian wilayah kecamatan (Kepmenkes RI No.128/Menkes /SK/III/2004). 2.1.2 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Menurut Syafrudin (2009), yaitu: a. Struktur Organisasi Struktur Organisasi Puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas masing-masing Puskesmas. Penyusunan struktur organisasi Puskesmas disatu Kabupaten atau Kota dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota, sedangkan penetapannya dilakukan dengan 5

Transcript of BAB II curug.doc

Page 1: BAB II curug.doc

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

2.1.1 Definisi

Puskesmas adalah Unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/

Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan

disuatu wilayah (Syafrudin, 2009).

Pukesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten

atau Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan disatu atau sebagian wilayah kecamatan (Kepmenkes RI

No.128/Menkes /SK/III/2004).

2.1.2 Struktur Organisasi dan Tata Kerja

Menurut Syafrudin (2009), yaitu:

a. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Puskesmas tergantung dari kegiatan dan

beban tugas masing-masing Puskesmas. Penyusunan struktur

organisasi Puskesmas disatu Kabupaten atau Kota dilakukan oleh

Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota, sedangkan penetapannya

dilakukan dengan peraturan daerah. Sebagai acuan dapat

dipergunakan pola struktur organisasi puskesmas sebagai berikut:

1. Unsur Pimpinan

Kepala puskesmas

2. Unsur Staf Administrasi

Unit Tata Usaha

3. Unsur Staf Teknis

Upaya pelayanan kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perorangan.

5

Page 2: BAB II curug.doc

6

4. Unsur Jaringan Pelayanan

Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan Bidan di desa

atau komunitas.

b. Tata Kerja Puskesmas

1. Dalam melaksanakan tugasnya Puskesmas wajib mengkoordinasi,

integrasi dan sinkronisasi pelayanan kesehatan baik di dalam atau

di luar gedung Puskesmas.

2. Wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bimbingan teknis

yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan.

3. Kepala Puskesmas bertanggung jawab memimpin dan

mengkoordinasikan semua unsur dalam lingkungan Puskesmas

4. Setiap unsur di Puskesmas wajib mengikuti dan mematuhi

petunjuk dan bertanggung jawab kepda Puskesmas.

2.1.3 Wilayah Kerja Puskesmas

Secara Nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu

Kecamatan. Tetapi apabila di suatu Kecamatan terdapat lebih dari satu

Puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah.

Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan meliputi satu Kecamatan yang

terdiri dari beberapa desa dengan sasaran jumlah penduduk 30.000 sampai

dengan 50.000 jiwa. Selain itu cakupan wilayah kerja Puskesmas juga

ditentukan oleh luas daerah, keadaan georafik, kepadatan penduduk dan

infrastruktur lainnya yag ada di Kecamatan tersebut yang digunakan

sebagai bahan pertimbangan. Puskesmas merupakan perangkat pemerintah

daerah tingkat II sehingga pembagian wilayah kerja Puskesmas ditetapkan

bupati dengan mendengar saran teknis dari Dinas Kesehatan Provinsi

(Depkes RI, 2004).

Page 3: BAB II curug.doc

7

2.1.4 Kegiatan Pokok Puskesmas

1. Kesehatan ibu dan anak

2. Keluarga Berencana

3. Gizi

4. Kesehatan lingkungan

5. Pencegahan dan pemberantasan penyakit

6. Balai pengobatan dan UGD

7. Penyuluhan kesehatan masyarakat

8. Kesehatan olahraga

9. Perawatan kesehatan masyarakat

10. Usaha kesehatan sekolah

11. Kesehatan keerja

12. Kesehatan gigi dan mulut

13. Kesehatan jiwa

14. Kesehatan mata

15. Laboratorium sederhana

16. Pencatatan dan pelaporan

17. Kesehatan lansia

18. Pembinaan kesehatan tradisional

19. Kesehatan remaja

20. Dana sehat (JPKM).

2.1.5 Fungsi Puskesmas

Menurut Syafrudin (2009), fungsi Puskesmas, yaitu:

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan Puskesmas

selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan

pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha

di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung

pembangunan kesehatan.

b. Pusat pemberdayaan masyarakat

Page 4: BAB II curug.doc

8

Puskesmas selalu berupaya agar peorangan terutama pemuka

masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki

kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan

masyarakat untuk hidup sehat berperan aktif dalam memperjuangkan

kepentingan kesehatan.

c. Pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama

Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan

tingkat I secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

2.1.6 Proses Dalam Menyelenggarakan Fungsinya

Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilakukan dengan cara:

1. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan

dalam rangka menolong dirinya sendiri.

2. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali

dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.

3. Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan

medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan

bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.

4. Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.

Page 5: BAB II curug.doc

9

2.1.7 Kedudukan Puskesmas

Kedudukan puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan

Sistem Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/ Kota dan Sistem

Pemerintah Daerah (Syafrudin, 2009):

1. Sistem Kesehatan Nasional

Kedudukan Puskesmas dalam sistem Kesehatan Nasional adalah

sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bertanggung

jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya

kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

2. Sistem Kesehatan Kabupaten/ Kota

Kedudukan Puskesmas dalam sistem pemerintahan kesehatan

Kabupaten/ Kota adalah sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas

Kesehatan Kabupaten/ Kota yang bertanggung jawab

menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan Kabupaten

bidang kesehatan di tingkat Kecamatan.

3. Sistem Pemerintah Daerah

Kedudukan Puskesmas dalam sistem pemerintah daerah adalah sebagai

unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan Kbupaten/ Kota yang

merupakan unit struktural pemerintahan Daerah, Kabupaten/Kota

bidang kesehatam di tingkat kecamatan.

4. Antar sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama

Di wilayah kerja Puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan

kesehatan tingkat pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan

swasta, seperti praktik dokter, praktik dokter gigi, praktik bidan,

poliklinik dan balai kesehatan masyarakat. Kedudukan Puskesmas

diantara berbagai saran pelayanan kesehatan tingkat pertama ini adalah

sebagai mitra.

Page 6: BAB II curug.doc

10

2.2 Jenis Pelayanan di Puskesmas

2.2.1 Imunisasi

a. Pengertian

Imunisasi adalah suatu prosese untuk membuat sistem pertahanan tubuh

kebal terhadap infasi mikroorganisme (bakteri dan virus). Yang dapat

menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut memiliki

kesempatan untuk menyerang tubuh kita. Dengan imunisasi tubuh kita

akan terlindungi dari infeksi begitu pula orang lain. Karena tidak tertular

dari kita (Depkes RI, 2001).

b. Tujuan Imunisasi

Tujuan dari imunisasi adalah untuk menguranggi angka penderitaan

suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa

menyebabkan kematian pada penderitanya. Jenis pelayanan imunisasi

yang diberikan Puskesmas, meliputi:

1. Imunisasi dasar, yaitu imunisasi BCG, Polio, Hepatitis B, DPT dan

Campak.

2. Imunisasi TT pada ibu hamil atau WUS saat pranikah.

3. Imunisasi pada anak usia sekolah, yaitu pada acara BIAS.

2.2.2 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

a. Mutu Pelayanan KIA

Agar pelaksanaan program KIA dapat berjalan lancar, aspek

peningkatan mutu pelayanan Program KIA tetap diharapkan menjadi

kegiatan prioritas di tingkat Kabupaten/ Kota. Peningkatan mutu

Program KIA juga dinilai dari besarnya cakupan program di masing-

masing wilayah kerja.Untuk memantau cakupan pelayanan KIA

tersebut dikembangkan Sistem PWS KIA. Dengan diketahuinya lokasi

rawan kesehatan ibu dan anak, maka wilayah kerja tersebut dapat

diperhatikan dan dicarikan pemecahan masalahnya. Untuk memantau

cakupan pelayanan KIA tersebut dekembangkan sistem PWS KIA.

Page 7: BAB II curug.doc

11

b. Prinsip dan Strategi Pengelolaan Program KIA

Pengelolaan program KIA pada prinsipnya bertujuan memantapkan

dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA, secara efektif

dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada

kegiatan pokok sebagai berikut:

1. Peningkatan pelayanan antenatal disemua fasilitas pelayanan

dengan mutu yang baik serta jangkauan yang setinggi-tingginya.

2. Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada

peningkatan pertolongan oleh tenaga professional secara brangsur.

3. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaa

kesehatan maupun dimasyarakat oleh kader dan dukun bayi serta

penanganan dan pengamatannya secara terus-menerus. (Wijoyo,

Djoko, 2008).

c. Indikator KIA

1) Pelayanan Antenatal (ANC)

a) Definisi

Adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga professional untuk ibu

selama masa kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai dengan

standar pelayanan antenatal yang ditetapkan (Wijoyo, Djoko,

2008).

b) Tujuan asuhan kehamilan (antenatal care) adalah:

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan

ibu dan tumbuh kembang bayi.

Page 8: BAB II curug.doc

12

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental

dan sosial ibu dan bayi.

3. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau

komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk

riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal

mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dengan

trauma seminimal mungkin.

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kehamilan bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

(Syafrudin, 2009).

2) Kunjungan KI

Adalah kunjungan ibu hamil pertama kali pada masa kehamilan

(Wijoyo, Djoko, 2008).

3) Kunjungan K4

Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat

atau lebih, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar

yang ditetapkan, dengan syarat:

1. Minimal satu kali kontak pada triwulan I.

2. Minimal satu kali kontak pada triwulan II.

3. Minimal dua kali kontak pada triwulan III. (Wijoyo, Djoko,

2008)

Page 9: BAB II curug.doc

13

4) Kunjungan Neonatal

Adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal dua kali

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan pemeriksaan

kesehatan neonatal, baik di dalam gedung puskesmas maupun diluar

gedung puskesmas (termasuk bidan di desa, polindes dan kunjungan

rumah).

Kunjungan neonatal terdiri dari:

1. KN 1 = kontak neonatal dengan tenaga profesinal pada umur 0-

7 hari.

2. KN 2 = kontak neonatal dengan tenaga professional pada umur

8-28 hari. (Wijoyo, Djoko, 2008)

5) Cakupan Akses

Adalah persentasi ibu hamil disuatu wilayah, dala kurun waktu

tertentu, yang peeernah mendapat pelayanan antenatal sesuai

standar paling sedikit satu kali selam kehamilan (Wijoyo, Djoko,

2008).

6) Sasaran Ibu Hamil

Adalah jumlah semua ibu hamil di suatu wilayah dalam kurun

waktu satu tahun (Wijoyo, Djoko, 2008).

7) Cakupan ibu hamil K4

Adalah presentase ibu hamil disuatu wilayah dalam kurun waktu

tertentu yang pernah mendapat pelayanan antenatal sesuai standart

paling sedikit empat kali (Wijoyo, Djoko, 2008).

8) Ibu Hamil Beresiko

Page 10: BAB II curug.doc

14

Adalah ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan resiko tinggi

kecuali ibu hamil normal (Wijoyo, Djoko, 2008).

9) Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Adalah persentase ibu bersalin disuatu wilayah dalam kurun waktu

tertentu, yang ditolong persalinannya oleh tenaga kesehatan

(Wijoyo, Djoko. 2008).

10) Cakupan Penjaringan Ibu Hamil Beresiko Oleh Masyarakat

Adalah persentase ibu hamil berisiko yang ditemukan oleh kader

dan dukun bayi, dan kemudian dirujuk ke puskesmas atau tenaga

kesehatan dalam kurun waktu tertentu (Syafrudin, 2009).

11) Cakupan Penjaringan Ibu Hamil Berisiko oleh Tenaga Kesehatan

Adalah persentase ibu hamil berisiko yang ditemukan baik oleh

tenaga kesehatan maupun oleh kader atau dukun bayi yang telah

dipastikan oleh tenaga kesehatan, yang kemudian ditinjak lanjuti

(dipantau secara intensif dan ditangani sesuai kewenangan dan/atau

dirujuk ketingkat pelayanan yang lebih tinggi), dalam kurun waktu

tertentu (Syafrudin, 2009).

12) Penjaringan (deteksi) Dini Kehamilan Berisiko

Adalah menemukan ibu hamil berisiko yang dapat dilakukan oleh

kader, dukun bayi, dan tenaga kesehatan (Wijoyo, Djoko, 2008).

2.2.3 Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi pada Masa Nifas

1. Pelayanan control ibu nifas.

2. Pemberian imunisasi bayi.

3. Penyuluhan perawatan ibu nifas.

2.2.4 Pelayanan Keluarga Berencana

a. Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga berencana menurut WHO (2001) adalah tindakan yang

membantu individu atau pasangan suami istri untuk :

1. Mengatahui kelahiran yang tidak diinginkan.

Page 11: BAB II curug.doc

15

2. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.

3. Mengatur interval di antara kehamilan.

4. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur

suami-isteri.

5. Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004).

b. Tujuan Keluarga Berencana

1. Tujuan keluarga berecana menurut BKKBN adalah :

Meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak

serta keluarga dan bangsa pada umumnya.

2. Meningkatkan martabat kehidupan rakyat dengan cara menurunkan

angka kelahiran sehingga pertambahan penduduk tidak melebihi

kemampuan untuk meningkatkan reproduksi.

c. Pelayanan KB:

1. Konseling dan penyuluhan KB.

2. Pelayanan asuhan KB .

2.2.5 Pengobatan Umum

1. Pelayanan penyakit yang diderita

2. Konseling

3. Pemberian pengobatan

2.2.5 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

1. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dan pemberian konseling.

2.3 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Pada data tahunan di Puskesmas Curug terdapat akseptor KB AKDR

sebanyak 13 kasus di tahun 2011. Sedangkan pada bulan Januari sampai

Juni 2012 sudah terdapat 12 kasus BBLR.

2.3.1 Pengertian

AKDR …………??????