BAB II baru

25
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Assesment Dan Evaluasi Belajar 1. Pengertian Assesmen Assesmen adalah suatu proses mendokumentasikan dalam hal terukur, pengetahuan, keterampilan, sikap dan keyakinan. Pembelajaran dalam masyarakat seperti di dalam kelas, workshop, kelompok yang terorganisasi, lembaga atau sistem pendidikan secara keseluruhan (James, 2012). Sebelum mendapatkan hasil yang baik perlu proses pembelajaran yang baik dimana harus mendapatkan kualitas belajar yang baik, peralatan yang memadai, sesuai dengan standar yang ada dan norma-norma di wilayah dan personal yang baik. Diluar Negri proses belajar itu tergantung dari intruktur yang dapat mengajar dengan optimal, dana yang memadai, Teknologi medis, informasi, termasuk komunikasi yang memiliki peran khusus dalam memastikan kualitas Pendidikan Dokter (Izet, 2012). 2. Pengertian Evaluasi 5

description

assesment

Transcript of BAB II baru

Page 1: BAB II baru

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Assesment Dan Evaluasi Belajar

1. Pengertian Assesmen

Assesmen adalah suatu proses mendokumentasikan dalam hal

terukur, pengetahuan, keterampilan, sikap dan keyakinan. Pembelajaran

dalam masyarakat seperti di dalam kelas, workshop, kelompok yang

terorganisasi, lembaga atau sistem pendidikan secara keseluruhan (James,

2012).

Sebelum mendapatkan hasil yang baik perlu proses pembelajaran

yang baik dimana harus mendapatkan kualitas belajar yang baik, peralatan

yang memadai, sesuai dengan standar yang ada dan norma-norma di

wilayah dan personal yang baik. Diluar Negri proses belajar itu tergantung

dari intruktur yang dapat mengajar dengan optimal, dana yang memadai,

Teknologi medis, informasi, termasuk komunikasi yang memiliki peran

khusus dalam memastikan kualitas Pendidikan Dokter (Izet, 2012).

2. Pengertian Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan

melalui kegiatan assesmen (Kumano, 2001). Evaluasi juga dapat

dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan

menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar,

baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes (Nasution., 2001).

Pengertian evaluasi lain adalah sebuah serangkaian kegiatan yang

ditunjukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan. Dalam

konteks yang bertujuan sebagai proses menilai sampai sejauh mana

pendidikan dapat dicapai (Arikunto, 2004).

5

Page 2: BAB II baru

6

3. Tujuan Evaluasi

Secara umum, tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk

mengetahui efektivitas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Indikator efektivitas dapat dilihat dari perubahan tingkah laku yang terjadi

pada peserta didik. Perubahan tingkah laku itu dibandingkan dengan

perubahan tingkah laku yang diharapkan sesuai dengan kompetensi, tujuan

dan isi program pembelajaran (Arifin, 2010).

Tujuan evaluasi: (Depdiknas, 2003).

1. Mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap

kompetensi yang telah ditetapkan.

2. Mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami peserta

didik dalam proses belajar. sehingga dapat dilakukan

diagnosis dan kemungkinan memberikan Remedial

Teaching.

3. Mengetahui efisiensi dan efektifitas strategi

pembelajaran yang digunakan guru, baik yang

menyangkut metode, media maupun sumber-sumber

belajar.

4. Manfaat Evaluasi

Suatu program ditunjukan agar sasaran-sasaran yang telah

ditetapkan dapat tercapai sesuai harapan. Manfaat atau kegunaan evaluasi

berupa pengambilan keputusan untuk pertanggung jawaban terhadap

kegiatan yang telah dilaksanakan (Subali, 2010).

Pengambilan keputusan didasarkan pada hasil penilaian/assesmen.

Dengan adanya hasil evaluasi yang dapat diambil, apakah suatu program

akan dilaksanakan lagi pada periode berikutnya, ataukah perlu direvisi

terlebih dahulu, atau bahkan perlu digantikan dengan program lain jika

dari hasil penilaian sama sekali tidak berharga. Setiap program yang

diimplementasikan hendaknya dilengkapi dengan kegiatan pengukuran

Page 3: BAB II baru

7

dan penilaian. Dari hasil penilaian dilakukan evaluasi agar dapat diambil

suatu kebijaksanaan untuk menentukan apakah program yang dimaksud

dilaksanakan ulang, direvisi atau diubah (Arifin, 2010).

B. Pengertian Nilai Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dari manusia, yang

sekadar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa

alam, dan sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan,

pengetahuan merupakan respons mental seseorang dalam hubungan

terhadap objek tertentu yang disadari sebagai “ada” atau terjadi.

Pengetahuan dapat salah atau keliru, karena bila suatu pengetahuan

ternyata salah atau keliru, tidak dapat dianggap sebagai pengetahuan.

Sehingga apa yang dianggap pengetahuan tersebut berubah statusnya

menjadi keyakinan saja (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori

yang memungkinkan seseorang dapat memecahkan masalah yang

dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman

langsung maupun melalui pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2010).

1. Ujian Tulis

Ujian tulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta

didik dengan memberikan jawaban tertulis. Penulisan tes tertulis

merupakan kegiatan yang paling penting dalam menyiapkan bahan ujian.

Setiap butir soal yag ditulis harus berdasarkan rumusan indikator yang

sudah disusun dalam kisi-kisi. Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam

tes tertulis, sangat tergantung pada perilaku/kompetensi yang akan diukur.

Ada kompetensi yang lebih tepat diukur/ditanyakan dengan menggunakan

tes tertulis dengan bentuk soal uraian, ada pula kompetensi yang lebih

tepat diukur dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal objektif.

Bentuk tes tertulis pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan dan

kelemahan satu dengan yang lain (Depdinkas, 2008).

Page 4: BAB II baru

8

2. Tutorial

Tutorial (Tutoring) adalah bantuan atau bimbingan belajar yang

bersifat akademik oleh tutor kepada mahasiswa untuk membantu

kelancaran proses belajar mandiri mahasiswa secara perorangan atau

kelompok yang berkaitan dengan materi. Tutorial dilaksanakan secara

tatap muka atau jarak jauh berdasarkan konsep belajar mandiri. Konsep

belajar mandiri dalam tutorial mengandung pengertian, bahwa tutorial

merupakan bantuan belajar dalam upaya memicu dan memacu

kemandirian, disiplin, dan inisiatif diri mahasiswa dalam belajar dengan

minimalisasi intervensi dari pihak pembelajar/tutor. Prinsip pokok tutorial

adalah “kemandirian mahasiswa” (Student’s Independency). Tutorial tidak

ada, jika kemandirian tidak ada. Jika mahasiswa tidak belajar di rumah,

dan datang ke tutorial dengan ‘kepala kosong’, maka yang terjadi adalah

“perkuliahan” biasa, bukan tutorial. Dengan demikian, secara konseptual

tutorial perlu dibedakan secara tegas dengan “kuliah” (Lecturing) yang

umum berlaku di perguruan tinggi tatap muka, di mana peran dosen sangat

besar.Peran utama tutor dalam tutorial adalah: (1) “pemicu” dan “pemacu”

kemandirian belajar mahasiswa, berpikir dan berdiskusi; dan (2)

“pembimbing, fasilitator, dan mediator” mahasiswa dalam membangun

pengetahuan, nilai, sikap, keterampilan akademik dan profesional secara

mandiri dalam menghadapi atau memecahkan masalah-masalah dalam

belajar mandiri (FIP-UPI, 2007).

3. Journal Reading

Journal yang dibahas disini adalah Journal Ilmiah yang diartikan

sebagai majalah publikasi yang memuat karya tulis ilmiah yang secara

nyata mengandung data dan informasi yang mengajukan iptek yang di tulis

sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan ilmiah serta diterbitkan secara

berkala. Sedangkan Reading diartikan dalam bahasa Indonesia adalah

membaca, demikian Journal Reading adalah suatu metode pembelajaran

Page 5: BAB II baru

9

agar mahasiswa membaca karya tulis ilmiah yang di dalamnya berisi data

dan informasi (Hakim, 2012).

C. Konsep Dasar Keterampilan

1. Pengertian Keterampilan

keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat syaraf

dan otot-otot yang tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis,

mengetik dan olahraga. Meskipun sifatnya motorik, keterampilan

memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi (Syah,

2003).

Pada dasarnya ketrampilan dapat dikategorikan menjadi empat,

yaitu : (Robbins, 2000).

1. Basic Literacy Skill

Keahlian dasar merupakan keahlian seseorang yang pasti

dan wajib dimiliki oleh kebanyakan orang, seperti membaca,

menulis dan mendengar.

2. Technical Skill

Keahlian teknik merupakan keahlian seseorang dalam

pengembangan teknik yang dimiliki, seperti menghitung secara

tepat, mengoperasikan komputer.

3. Interpersonal Skill

Keahlian interpersonal merupakan kemampuan seseorang

secara efektif untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan

rekan kerja, seperti pendengar yang baik, menyampaikan pendapat

secara jelas dan bekerja dalam satu tim.

4. Problem Solving

Menyelesaikan masalah adalah proses aktivitas untuk

menajamkan logika, beragumentasi dan penyelesaian masalah serta

Page 6: BAB II baru

10

kemampuan untuk mengetahui penyebab, mengembangkan

alternatif dan menganalisa serta memilih penyelesaian yang baik.

2. Praktikum Laboratorium

Kegiatan kerja di labolatorium (Laboratory Work) dilakukan untuk

melatih mahasiwa dalam penguasaan kompetensi (Skills) dalam bidang

studi. Dalam konteks Laboratory Work, kompentensi lebih ditekankan

pada apa yang dapat dilakukan oleh mahasisa dan bukan hanya sekedar

mengetahui (Compentence Is Concerned With People Can Do Rather

Than They Know). Pada buku panduan penjaminan mutu, menyatakan

bahwa praktikum adalah kegiatan belajar mengajar dengan cara tatap

muka antara dosen dan mahasiswa dan disebut juga sebagai bagian dari

kegiatan pemberian tugas kepada mahasiswa, yang menekankan pada

aspek psikomotorik, kognitif, dan afektif (FIP-UPI, 2007).

3. CSL (Clinical Skill Lab)

Keterampilan Klinik, menurut Konsil Kedokteran Indonesia,

adalah kegiatan mental dan atau fisik yang terorganisasi serta memiliki

bagian-bagian kegiatan yang saling bergantung dari awal hingga akhir.

Dalam melaksanakan praktik Dokter, lulusan Dokter harus menguasai

keterampilan klinik yang akan digunakan dalam membangun diagnosis

maupun menyelesaikan suatu masalah kesehatan. Keterampilan klinik

perlu dilatih sejak awal Pendidikan Dokter secara berkesinambungan

hingga akhir Pendidikan Dokter. Keterampilan Klinik (Clinical Skill)

merupakan bagian dari kompetensi Dokter dalam keterampilan ilmu

kedokteran terhadap seorang pasien berdasarkan prosedur dalam praktik

klinik (Clinical Procedure). (SKDI, 2012)

Dalam praktik klinik sehari-hari, seorang dokter mengaplikasikan

macam keterampilan klinik secara sistimatik, yaitu: (SKDI, 2012).

a. “History Taking“ dan Keterampilan Berkomunikasi

Page 7: BAB II baru

11

(Anamnesis)

b. Pemeriksaan Fisik

c. Pemeriksaan Penunjang

d. Membuat Diagnosis

e. Merancang Terapi Farmakoterapi dan Non Farmakoterapi

dan atau Tindakan Medis

f. Membuat Laporan Medik

D. Pengertian Nilai Perilaku

Perilaku merupakan sinonim dari aktivitas, aksi, kinerja, respons,

atau reaksi. Perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dikatakan

oleh manusia. Secara teknis, perilaku adalah aktivitas glandular, muscular,

atau elektrikal seseorang. Termasuk perilaku adalah tindakan-tindakan

sederhana (Simple Actions), seperti mengedipkan mata, menggerakkan jari

tangan, melirik, dan sebagainya. Terdapat dua kelompok besar perilaku ,

yaitu perilaku yang tampak atau dapat diobservasi (Overt Observable) dan

yang tidak tampak, tersembunyi, atau tidak dapat diobservasi (Covert, Not

Directly Observable). Perilaku yang nampak, adalah perilaku yang dapat

diamati oleh orang lain, misalnya berbicara, berjalan, lari, menangis,

melempar bola dan berteriak. Sedangkan perilaku yang tidak dapat diamati

secara langsung oleh orang lain, misalnya berfikir dan merasakan (FIP-

UPI, 2007).

1. Sikap Profesional Dokter

Sikap professional dalam dokter menurut (SKDI, 2012)

a. Menunjukkan sikap yang sesuai dengan Kode Etik Dokter

Indonesia

b. Menjaga kerahasiaan dan kepercayaan pasien

c. Menunjukkan kepercayaan dan saling menghormati dalam

hubungan dokter pasien

d. Menunjukkan rasa empati dengan pendekatan yang menyeluruh

Page 8: BAB II baru

12

e. Mempertimbangkan masalah pembiayaan dan hambatan lain

dalam memberikan pelayanan kesehatan serta dampaknya

f. Mempertimbangkan aspek etis dalam penanganan pasien sesuai

standar profesi

g. Mengenal alternatif dalam menghadapi pilihan etik yang sulit

h. Menganalisis secara sistematik dan mempertahankan pilihan

etik dalam pengobatan setiap individu pasien

E. Piramida Miller

Piramida Miller adalah suatu pendekatan kualitas pada sisi

Kedokteran. Pendidikan Kedokteran untuk mencapai kompetensi

sebagaimana yang telah diatur pada SKDI (Standar Kompetensi Dokter

Indonesia) membutuhkan tahapan mulai dari mengetahui (knows),

mengetahui bagaimana melakukan (knows how), menunjukan bagaimana

melakukan (show how) dan melakukan secara komprehensif (does) dalam

setiap tahapan tersebut. (Roger, 2001)

Gambar 2.1

Pengertian knows, knows how, show, dan does. (DIKTI, 2013)

1. Mengetahui dan menjelaskan (Knows), Lulusan dokter

mampu menguasai pengetahuan teoritis termasuk aspek

biomedik dan psikososial, sehingga dapat menjelaskan

kepada pasien/klien dan keluarganya, teman sejawat, serta

profesi lainnya tentang prinsip, indikasi, dan komplikasi

Page 9: BAB II baru

13

yang mungkin timbul. Keterampilan dapat dicapai

mahasiswa melalui perkuliahan, diskusi, penugasan, belajar

mandiri dan penilaiannya dapat menggunakan ujian tulis.

2. Pernah melihat atau pernah mendemonstrasikan (Knows

How), Lulusan dokter menguasai pengetahuan teoritis dari

keterampilan dengan penekanan pada clinical reasoning

dan problem solving serta berkesempatan untuk melihat dan

mengamati keterampilan dalam bentuk demonstrasi atau

pelaksanaan langsung pada pasien/masyarakat. Pengujian

keterampilan tingkat kemampuan 2 dengan menggunakan

ujian tulis pilihan berganda atau penyelesaian kasus secara

tertulis dan/atau lisan (oral test).

3. Pernah melakukan atau pernah menerapkan dibawah

supervisi (Show). Lulusan dokter menguasai pengetahuan

teori keterampilan termasuk latar belakang biomedik dan

dampak psikososial, berkesempatan untuk melihat dan

mengamati keterampilan dalam bentuk demonstrasi atau

pelaksanaan langsung pada pasien/masyarakat, serta

berlatih keterampilan pada alat peraga atau standardized

patient. Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 3

dengan menggunakan Objective Structured Clinical

Examination (OSCE) atau Objective Structured Assessment

of Technical Skills (OSATS).

4. Mampu melakukan secara mandiri (Does). Lulusan dokter

dapat memperlihatkan keterampilannya dengan menguasai

seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara

melakukan, komplikasi, dan pengendalian komplikasi.

Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian

keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan

Workbased Assessment misalnya mini-CEX, portfolio,

logbook, dan sebagainya.

Page 10: BAB II baru

14

F. OSCE

1. Pengertian OSCE

OSCE adalah suatu metode untuk menguji kompetensi klinik

secara obyektif dan terstruktur dalam bentuk putaran station dengan waktu

tertentu. Selama ujian peserta berkeliling melalui beberapa station yang

berurutan. Pada masing-masing station ada suatu tugas atau soal yang

harus dilakukan/demonstrasikan atau pertanyaan yang harus dijawab.

Peserta akan diobservasi oleh penguji. Pada beberapa station peserta juga

dapat diuji mengenai kemampuan menginterpretasi data atau materi klinik

serta menjawab pertanyaan lisan. Setiap station dibuat seperti kondisi

klinik yang mendekati senyata mungkin. Dalam OSCE penilaian

berdasarkan pada keputusan yang sifatnya menyeluruh dari berbagai

komponen kompetensi. Setiap stasiun mempunyai materi uji yang spesifik.

Semua peserta diuji terhadap materi klinik yang sama. Lamanya waktu

untuk masing-masing stasiun terbatas. (Dikti, 2011)

OSCE (Objective Structured Clinical Examination) sekarang telah

banyak diterapkan sebagai kompetensi dokter klinis, pada tahun 1975

OSCE pertama kalinya dilakukan di Universitas Dundee Inggris dan telah

diterima sebagai alat penilaian penilaian penting untuk evaluasi dan

setelah itu pertama kali OSCE lisensi nasional diadopsi oleh dewan medis

kanada pada tahun 1992 dan kemudian oleh banyak Negara lain seperti

Amerika dan Korea. (Lin, 2013)

2. Kekurangan Dan Kelebihan Sistem OSCE

Sekarang ini OSCE sudah bukan lagi diterapkan pada uji

kompetensi dokter saja melainkan pada standar sekolah medis lainnya

seperti dokter gigi, keperawatan dan kebidanan dan sistem OSCE ini

masih dalam tahap pengembangan karena masih banyak sekali kekurangan

yang harus diperbaiki namun juga memiliki kelebihannya pada sistem

OSCE ini (Mossey, 2001)

Page 11: BAB II baru

15

Kelebihan OSCE

1. Valid

2. Reliable

3. Seting klinik yang nyata dan menarik

4. Berbagai keterampilan dengan variasi dapat diujikan

dalam waktu relatif singkat

5. Seting kompetensi standard tertentu dapat ditetapkan

6. Objektif – Variasi pasien dan penguji dapat dikurangi

7. Format OSCE bersifat fleksibel

8. Pengamatan langsung pada setiap mahasiswa

9. Terstruktur

10. Feasibility (Project, 2014)

Kekurangan OSCE

1. Kompertementalisasi

2. High Cost

3. Memerlukan pasien berstandard

4. Penguji yang terlatih

5. SDM perlu banyak

6. Menetapkan kriteria evaluasi dan pelatihan evaluator

atau observer membutuhkan banyak waktu (Project,

2014)

3. Landasan Hukum Uji Kompetensi OSCE

Beberapa aturan yang menjadi dasar pelaksanaan Uji Kompetensi

di Indonesia dalam bentuk OSCE adalah sebagai berikut:

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19

tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

3. Undang-undang Republik Indonesia nomor 29 tahun

Page 12: BAB II baru

16

2004 tentang Praktik Kedokteran

4. Perkonsil Nomor 1/2005 tentang Registrasi

5. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor

20/KKI/KEP/IX/2006 tentang Pengesahan Standar

Pendidikan Profesi Dokter

6. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 21

A/KKI/Kep/IX/2006 tentang Standard Kompetensi

Dokter Indonesia (Dikti, 2011)

4. Tujuan OSCE

1. Penapisan dokter/dokter gigi untuk menghasilkan

Dokter/Dokter Gigi yang kompeten

2. Menciptakan sistem ujian yang Obyektif dan terstandar

secara nasional

3. Melengkapi ujian kompetensi dari segi psikomotor dan

perilaku (Dikti, 2011)

5. OSCE Tatalaksana Farmakoterapi menurut SKDI (SKDI, 2012)

Tabel 2.1

Sistem Saraf

1 Terapeutic Spinal Tap 2

Psikiatri

2 Memberikan terapi psikofarmaka (obat-obat Antipsiko- Tik, Anticemas,

Antidepresan, Antikolinergik, Sedatif)

3

Sistem Indra

3 Pemberian obat tetes mata 4A

4 Aplikasi salep mata 4A

Sistem Respirasi

5 Terapi Inhalasi/Nebulisasi 4A

6 Terapi Oksigen 4A

Sistem Urogenital

Page 13: BAB II baru

17

7 Sirkumsisi 4A

Sistem Reproduksi

8 Insisi Abses Bartholini 4A

Sistem Endokrin

9 Pemberian Insulin pada diabetes melitus tanpa komplikasi 4A

Sistem Hematologi

10 Skin test sebelum pemberiaan obat injeksi 4ASistem Muskuloskeletal

11 Mengobati ulkus tungkai 4A

Sistem Integumen

12 Pemilihan obat topical 4A

13 Insisi dan drainase abses 4A

14 Eksisi tumor jinak kulit 4A

15 Perawatan luka 4ALain-Lain

16 Tatalaksana BBLR (KMC Incubator) 4A

17 Tatalaksana bayi baru lahir dengan infeksi 3

18 Injeksi (Intrakutan, Intravena, Subkutan, Intramuskular) 4A

19 Menyiapkan pre-operasi lapangan operasi untuk Bedah Minor, Asepsis,

Antisepsis, Anestesi Lokal

4A

20 Anestesi infiltrasi 4A

21 Menggunakan anestesi topikal (tetes, semprot) 4A

22 Pemberian analgesic 4A

G. Terapeutik

1. Pengertian

Istilah Terapeutik berasal dari kata Therapeia (Bahasa Yunani)

atau Therapeuticus yang berarti penyembuhan, ilmu yang di pelajari di

Fakultas Kedokteran mempelajari tentang terapi pengobatan baik

Medikamentosa maupun Non-Medikamentosa dan Terapeutik ini

membahas CSL tentang : (Wibowo, 2007)

Page 14: BAB II baru

18

a. Teknik Penulisan Resep

Tujuan Intruksional Umum (TIU) :

Setelah mengikuti keterampilan teknis penulisan resep

mahasiswa mampu melakukan cara penulisa resep dan perhitungan

dosis dengan baik dan benar.

Tujuan Intruksional Khusus (TIK) :

Seteleh melakukan keterampilan ini, mahasiswa :

1. Dapat menulis resep sesuai prinsip umum penulisan

resep

2. Dapat memberikan penjelasan istilah tulisan dalam

resep

3. Dapat menghitung dengan baik dosis dan cara

pemakaian obat (Rina, 2014)

H. Kerangka Teori

Page 15: BAB II baru

19

Nilai Pembelajaran Nilai OSCE Nasional

Skema 2.1 Kerangka Teori

I. Kerangka Konsep

Nilai Pengetahuan :

Ujian Tulis Tutorial Jurnal Reading Praktikum/Labolatorium

Anamnesis Pemeriksaan Fisik Melakukan Tes/Prosedur

Klinik Atau Interpretasi Data Untuk Menunjang Diagnosis Banding/Diagnosis

Menentukan Diagnosis Dan Diagnosis Banding

Tatalaksana Nonfarmakoterapi Tatalaksana Farmakoterapi Komunikasi Dan Atau Edukasi

Pasien Perilaku Profesional

Nilai Keterampilan :

CSL

Nilai Perilaku :

Profesional

Page 16: BAB II baru

20

Nilai Pembelajaran Nilai OSCE Nasional

Variabel Yang Tidak Diteliti

Variabel Yang Diteliti

Skema 2.2 Kerangka Konsep

Nilai Pengetahuan :

Ujian Tulis Tutorial Jurnal Reading Praktikum/Labolatorium

Nilai Keterampilan :

CSL

Nilai Perilaku :

Profesional

Anamnesis

Pemeriksaan Fisik

Melakukan Tes/Prosedur Klinik Atau Interpretasi Data Untuk Menunjang Diagnosis Banding/Diagnosis

Perilaku Profesional

Tatalaksana Nonfarmakoterapi

Tatalaksana Farmakoterapi

Komunikasi Dan Atau Edukasi Pasien

Menentukan Diagnosis Dan Diagnosis Banding

Page 17: BAB II baru

21

J. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak ada Hubungan Nilai CSL Terapeutik pada tingkat ujian

kelulusan terhadap Nilai Ujian OSCE Nasional di Universitas

Muhammadiyah Jakarta pada Tahun 2014.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada Hubungan Nilai CSL Terapeutik pada tingkat ujian kelulusan

terhadap Nilai Ujian OSCE Nasional di Universitas Muhammadiyah

Jakarta pada Tahun 2014.