BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Assesment Dan Evaluasi Belajar
1. Pengertian Assesmen
Assesmen adalah suatu proses mendokumentasikan dalam hal
terukur, pengetahuan, keterampilan, sikap dan keyakinan. Pembelajaran
dalam masyarakat seperti di dalam kelas, workshop, kelompok yang
terorganisasi, lembaga atau sistem pendidikan secara keseluruhan (James,
2012).
Sebelum mendapatkan hasil yang baik perlu proses pembelajaran
yang baik dimana harus mendapatkan kualitas belajar yang baik, peralatan
yang memadai, sesuai dengan standar yang ada dan norma-norma di
wilayah dan personal yang baik. Diluar Negri proses belajar itu tergantung
dari intruktur yang dapat mengajar dengan optimal, dana yang memadai,
Teknologi medis, informasi, termasuk komunikasi yang memiliki peran
khusus dalam memastikan kualitas Pendidikan Dokter (Izet, 2012).
2. Pengertian Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan
melalui kegiatan assesmen (Kumano, 2001). Evaluasi juga dapat
dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar,
baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes (Nasution., 2001).
Pengertian evaluasi lain adalah sebuah serangkaian kegiatan yang
ditunjukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan. Dalam
konteks yang bertujuan sebagai proses menilai sampai sejauh mana
pendidikan dapat dicapai (Arikunto, 2004).
5
6
3. Tujuan Evaluasi
Secara umum, tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk
mengetahui efektivitas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Indikator efektivitas dapat dilihat dari perubahan tingkah laku yang terjadi
pada peserta didik. Perubahan tingkah laku itu dibandingkan dengan
perubahan tingkah laku yang diharapkan sesuai dengan kompetensi, tujuan
dan isi program pembelajaran (Arifin, 2010).
Tujuan evaluasi: (Depdiknas, 2003).
1. Mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap
kompetensi yang telah ditetapkan.
2. Mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami peserta
didik dalam proses belajar. sehingga dapat dilakukan
diagnosis dan kemungkinan memberikan Remedial
Teaching.
3. Mengetahui efisiensi dan efektifitas strategi
pembelajaran yang digunakan guru, baik yang
menyangkut metode, media maupun sumber-sumber
belajar.
4. Manfaat Evaluasi
Suatu program ditunjukan agar sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan dapat tercapai sesuai harapan. Manfaat atau kegunaan evaluasi
berupa pengambilan keputusan untuk pertanggung jawaban terhadap
kegiatan yang telah dilaksanakan (Subali, 2010).
Pengambilan keputusan didasarkan pada hasil penilaian/assesmen.
Dengan adanya hasil evaluasi yang dapat diambil, apakah suatu program
akan dilaksanakan lagi pada periode berikutnya, ataukah perlu direvisi
terlebih dahulu, atau bahkan perlu digantikan dengan program lain jika
dari hasil penilaian sama sekali tidak berharga. Setiap program yang
diimplementasikan hendaknya dilengkapi dengan kegiatan pengukuran
7
dan penilaian. Dari hasil penilaian dilakukan evaluasi agar dapat diambil
suatu kebijaksanaan untuk menentukan apakah program yang dimaksud
dilaksanakan ulang, direvisi atau diubah (Arifin, 2010).
B. Pengertian Nilai Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dari manusia, yang
sekadar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa
alam, dan sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan,
pengetahuan merupakan respons mental seseorang dalam hubungan
terhadap objek tertentu yang disadari sebagai “ada” atau terjadi.
Pengetahuan dapat salah atau keliru, karena bila suatu pengetahuan
ternyata salah atau keliru, tidak dapat dianggap sebagai pengetahuan.
Sehingga apa yang dianggap pengetahuan tersebut berubah statusnya
menjadi keyakinan saja (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori
yang memungkinkan seseorang dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman
langsung maupun melalui pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2010).
1. Ujian Tulis
Ujian tulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta
didik dengan memberikan jawaban tertulis. Penulisan tes tertulis
merupakan kegiatan yang paling penting dalam menyiapkan bahan ujian.
Setiap butir soal yag ditulis harus berdasarkan rumusan indikator yang
sudah disusun dalam kisi-kisi. Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam
tes tertulis, sangat tergantung pada perilaku/kompetensi yang akan diukur.
Ada kompetensi yang lebih tepat diukur/ditanyakan dengan menggunakan
tes tertulis dengan bentuk soal uraian, ada pula kompetensi yang lebih
tepat diukur dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal objektif.
Bentuk tes tertulis pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan dan
kelemahan satu dengan yang lain (Depdinkas, 2008).
8
2. Tutorial
Tutorial (Tutoring) adalah bantuan atau bimbingan belajar yang
bersifat akademik oleh tutor kepada mahasiswa untuk membantu
kelancaran proses belajar mandiri mahasiswa secara perorangan atau
kelompok yang berkaitan dengan materi. Tutorial dilaksanakan secara
tatap muka atau jarak jauh berdasarkan konsep belajar mandiri. Konsep
belajar mandiri dalam tutorial mengandung pengertian, bahwa tutorial
merupakan bantuan belajar dalam upaya memicu dan memacu
kemandirian, disiplin, dan inisiatif diri mahasiswa dalam belajar dengan
minimalisasi intervensi dari pihak pembelajar/tutor. Prinsip pokok tutorial
adalah “kemandirian mahasiswa” (Student’s Independency). Tutorial tidak
ada, jika kemandirian tidak ada. Jika mahasiswa tidak belajar di rumah,
dan datang ke tutorial dengan ‘kepala kosong’, maka yang terjadi adalah
“perkuliahan” biasa, bukan tutorial. Dengan demikian, secara konseptual
tutorial perlu dibedakan secara tegas dengan “kuliah” (Lecturing) yang
umum berlaku di perguruan tinggi tatap muka, di mana peran dosen sangat
besar.Peran utama tutor dalam tutorial adalah: (1) “pemicu” dan “pemacu”
kemandirian belajar mahasiswa, berpikir dan berdiskusi; dan (2)
“pembimbing, fasilitator, dan mediator” mahasiswa dalam membangun
pengetahuan, nilai, sikap, keterampilan akademik dan profesional secara
mandiri dalam menghadapi atau memecahkan masalah-masalah dalam
belajar mandiri (FIP-UPI, 2007).
3. Journal Reading
Journal yang dibahas disini adalah Journal Ilmiah yang diartikan
sebagai majalah publikasi yang memuat karya tulis ilmiah yang secara
nyata mengandung data dan informasi yang mengajukan iptek yang di tulis
sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan ilmiah serta diterbitkan secara
berkala. Sedangkan Reading diartikan dalam bahasa Indonesia adalah
membaca, demikian Journal Reading adalah suatu metode pembelajaran
9
agar mahasiswa membaca karya tulis ilmiah yang di dalamnya berisi data
dan informasi (Hakim, 2012).
C. Konsep Dasar Keterampilan
1. Pengertian Keterampilan
keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat syaraf
dan otot-otot yang tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis,
mengetik dan olahraga. Meskipun sifatnya motorik, keterampilan
memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi (Syah,
2003).
Pada dasarnya ketrampilan dapat dikategorikan menjadi empat,
yaitu : (Robbins, 2000).
1. Basic Literacy Skill
Keahlian dasar merupakan keahlian seseorang yang pasti
dan wajib dimiliki oleh kebanyakan orang, seperti membaca,
menulis dan mendengar.
2. Technical Skill
Keahlian teknik merupakan keahlian seseorang dalam
pengembangan teknik yang dimiliki, seperti menghitung secara
tepat, mengoperasikan komputer.
3. Interpersonal Skill
Keahlian interpersonal merupakan kemampuan seseorang
secara efektif untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan
rekan kerja, seperti pendengar yang baik, menyampaikan pendapat
secara jelas dan bekerja dalam satu tim.
4. Problem Solving
Menyelesaikan masalah adalah proses aktivitas untuk
menajamkan logika, beragumentasi dan penyelesaian masalah serta
10
kemampuan untuk mengetahui penyebab, mengembangkan
alternatif dan menganalisa serta memilih penyelesaian yang baik.
2. Praktikum Laboratorium
Kegiatan kerja di labolatorium (Laboratory Work) dilakukan untuk
melatih mahasiwa dalam penguasaan kompetensi (Skills) dalam bidang
studi. Dalam konteks Laboratory Work, kompentensi lebih ditekankan
pada apa yang dapat dilakukan oleh mahasisa dan bukan hanya sekedar
mengetahui (Compentence Is Concerned With People Can Do Rather
Than They Know). Pada buku panduan penjaminan mutu, menyatakan
bahwa praktikum adalah kegiatan belajar mengajar dengan cara tatap
muka antara dosen dan mahasiswa dan disebut juga sebagai bagian dari
kegiatan pemberian tugas kepada mahasiswa, yang menekankan pada
aspek psikomotorik, kognitif, dan afektif (FIP-UPI, 2007).
3. CSL (Clinical Skill Lab)
Keterampilan Klinik, menurut Konsil Kedokteran Indonesia,
adalah kegiatan mental dan atau fisik yang terorganisasi serta memiliki
bagian-bagian kegiatan yang saling bergantung dari awal hingga akhir.
Dalam melaksanakan praktik Dokter, lulusan Dokter harus menguasai
keterampilan klinik yang akan digunakan dalam membangun diagnosis
maupun menyelesaikan suatu masalah kesehatan. Keterampilan klinik
perlu dilatih sejak awal Pendidikan Dokter secara berkesinambungan
hingga akhir Pendidikan Dokter. Keterampilan Klinik (Clinical Skill)
merupakan bagian dari kompetensi Dokter dalam keterampilan ilmu
kedokteran terhadap seorang pasien berdasarkan prosedur dalam praktik
klinik (Clinical Procedure). (SKDI, 2012)
Dalam praktik klinik sehari-hari, seorang dokter mengaplikasikan
macam keterampilan klinik secara sistimatik, yaitu: (SKDI, 2012).
a. “History Taking“ dan Keterampilan Berkomunikasi
11
(Anamnesis)
b. Pemeriksaan Fisik
c. Pemeriksaan Penunjang
d. Membuat Diagnosis
e. Merancang Terapi Farmakoterapi dan Non Farmakoterapi
dan atau Tindakan Medis
f. Membuat Laporan Medik
D. Pengertian Nilai Perilaku
Perilaku merupakan sinonim dari aktivitas, aksi, kinerja, respons,
atau reaksi. Perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dikatakan
oleh manusia. Secara teknis, perilaku adalah aktivitas glandular, muscular,
atau elektrikal seseorang. Termasuk perilaku adalah tindakan-tindakan
sederhana (Simple Actions), seperti mengedipkan mata, menggerakkan jari
tangan, melirik, dan sebagainya. Terdapat dua kelompok besar perilaku ,
yaitu perilaku yang tampak atau dapat diobservasi (Overt Observable) dan
yang tidak tampak, tersembunyi, atau tidak dapat diobservasi (Covert, Not
Directly Observable). Perilaku yang nampak, adalah perilaku yang dapat
diamati oleh orang lain, misalnya berbicara, berjalan, lari, menangis,
melempar bola dan berteriak. Sedangkan perilaku yang tidak dapat diamati
secara langsung oleh orang lain, misalnya berfikir dan merasakan (FIP-
UPI, 2007).
1. Sikap Profesional Dokter
Sikap professional dalam dokter menurut (SKDI, 2012)
a. Menunjukkan sikap yang sesuai dengan Kode Etik Dokter
Indonesia
b. Menjaga kerahasiaan dan kepercayaan pasien
c. Menunjukkan kepercayaan dan saling menghormati dalam
hubungan dokter pasien
d. Menunjukkan rasa empati dengan pendekatan yang menyeluruh
12
e. Mempertimbangkan masalah pembiayaan dan hambatan lain
dalam memberikan pelayanan kesehatan serta dampaknya
f. Mempertimbangkan aspek etis dalam penanganan pasien sesuai
standar profesi
g. Mengenal alternatif dalam menghadapi pilihan etik yang sulit
h. Menganalisis secara sistematik dan mempertahankan pilihan
etik dalam pengobatan setiap individu pasien
E. Piramida Miller
Piramida Miller adalah suatu pendekatan kualitas pada sisi
Kedokteran. Pendidikan Kedokteran untuk mencapai kompetensi
sebagaimana yang telah diatur pada SKDI (Standar Kompetensi Dokter
Indonesia) membutuhkan tahapan mulai dari mengetahui (knows),
mengetahui bagaimana melakukan (knows how), menunjukan bagaimana
melakukan (show how) dan melakukan secara komprehensif (does) dalam
setiap tahapan tersebut. (Roger, 2001)
Gambar 2.1
Pengertian knows, knows how, show, dan does. (DIKTI, 2013)
1. Mengetahui dan menjelaskan (Knows), Lulusan dokter
mampu menguasai pengetahuan teoritis termasuk aspek
biomedik dan psikososial, sehingga dapat menjelaskan
kepada pasien/klien dan keluarganya, teman sejawat, serta
profesi lainnya tentang prinsip, indikasi, dan komplikasi
13
yang mungkin timbul. Keterampilan dapat dicapai
mahasiswa melalui perkuliahan, diskusi, penugasan, belajar
mandiri dan penilaiannya dapat menggunakan ujian tulis.
2. Pernah melihat atau pernah mendemonstrasikan (Knows
How), Lulusan dokter menguasai pengetahuan teoritis dari
keterampilan dengan penekanan pada clinical reasoning
dan problem solving serta berkesempatan untuk melihat dan
mengamati keterampilan dalam bentuk demonstrasi atau
pelaksanaan langsung pada pasien/masyarakat. Pengujian
keterampilan tingkat kemampuan 2 dengan menggunakan
ujian tulis pilihan berganda atau penyelesaian kasus secara
tertulis dan/atau lisan (oral test).
3. Pernah melakukan atau pernah menerapkan dibawah
supervisi (Show). Lulusan dokter menguasai pengetahuan
teori keterampilan termasuk latar belakang biomedik dan
dampak psikososial, berkesempatan untuk melihat dan
mengamati keterampilan dalam bentuk demonstrasi atau
pelaksanaan langsung pada pasien/masyarakat, serta
berlatih keterampilan pada alat peraga atau standardized
patient. Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 3
dengan menggunakan Objective Structured Clinical
Examination (OSCE) atau Objective Structured Assessment
of Technical Skills (OSATS).
4. Mampu melakukan secara mandiri (Does). Lulusan dokter
dapat memperlihatkan keterampilannya dengan menguasai
seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara
melakukan, komplikasi, dan pengendalian komplikasi.
Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian
keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan
Workbased Assessment misalnya mini-CEX, portfolio,
logbook, dan sebagainya.
14
F. OSCE
1. Pengertian OSCE
OSCE adalah suatu metode untuk menguji kompetensi klinik
secara obyektif dan terstruktur dalam bentuk putaran station dengan waktu
tertentu. Selama ujian peserta berkeliling melalui beberapa station yang
berurutan. Pada masing-masing station ada suatu tugas atau soal yang
harus dilakukan/demonstrasikan atau pertanyaan yang harus dijawab.
Peserta akan diobservasi oleh penguji. Pada beberapa station peserta juga
dapat diuji mengenai kemampuan menginterpretasi data atau materi klinik
serta menjawab pertanyaan lisan. Setiap station dibuat seperti kondisi
klinik yang mendekati senyata mungkin. Dalam OSCE penilaian
berdasarkan pada keputusan yang sifatnya menyeluruh dari berbagai
komponen kompetensi. Setiap stasiun mempunyai materi uji yang spesifik.
Semua peserta diuji terhadap materi klinik yang sama. Lamanya waktu
untuk masing-masing stasiun terbatas. (Dikti, 2011)
OSCE (Objective Structured Clinical Examination) sekarang telah
banyak diterapkan sebagai kompetensi dokter klinis, pada tahun 1975
OSCE pertama kalinya dilakukan di Universitas Dundee Inggris dan telah
diterima sebagai alat penilaian penilaian penting untuk evaluasi dan
setelah itu pertama kali OSCE lisensi nasional diadopsi oleh dewan medis
kanada pada tahun 1992 dan kemudian oleh banyak Negara lain seperti
Amerika dan Korea. (Lin, 2013)
2. Kekurangan Dan Kelebihan Sistem OSCE
Sekarang ini OSCE sudah bukan lagi diterapkan pada uji
kompetensi dokter saja melainkan pada standar sekolah medis lainnya
seperti dokter gigi, keperawatan dan kebidanan dan sistem OSCE ini
masih dalam tahap pengembangan karena masih banyak sekali kekurangan
yang harus diperbaiki namun juga memiliki kelebihannya pada sistem
OSCE ini (Mossey, 2001)
15
Kelebihan OSCE
1. Valid
2. Reliable
3. Seting klinik yang nyata dan menarik
4. Berbagai keterampilan dengan variasi dapat diujikan
dalam waktu relatif singkat
5. Seting kompetensi standard tertentu dapat ditetapkan
6. Objektif – Variasi pasien dan penguji dapat dikurangi
7. Format OSCE bersifat fleksibel
8. Pengamatan langsung pada setiap mahasiswa
9. Terstruktur
10. Feasibility (Project, 2014)
Kekurangan OSCE
1. Kompertementalisasi
2. High Cost
3. Memerlukan pasien berstandard
4. Penguji yang terlatih
5. SDM perlu banyak
6. Menetapkan kriteria evaluasi dan pelatihan evaluator
atau observer membutuhkan banyak waktu (Project,
2014)
3. Landasan Hukum Uji Kompetensi OSCE
Beberapa aturan yang menjadi dasar pelaksanaan Uji Kompetensi
di Indonesia dalam bentuk OSCE adalah sebagai berikut:
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
3. Undang-undang Republik Indonesia nomor 29 tahun
16
2004 tentang Praktik Kedokteran
4. Perkonsil Nomor 1/2005 tentang Registrasi
5. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor
20/KKI/KEP/IX/2006 tentang Pengesahan Standar
Pendidikan Profesi Dokter
6. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 21
A/KKI/Kep/IX/2006 tentang Standard Kompetensi
Dokter Indonesia (Dikti, 2011)
4. Tujuan OSCE
1. Penapisan dokter/dokter gigi untuk menghasilkan
Dokter/Dokter Gigi yang kompeten
2. Menciptakan sistem ujian yang Obyektif dan terstandar
secara nasional
3. Melengkapi ujian kompetensi dari segi psikomotor dan
perilaku (Dikti, 2011)
5. OSCE Tatalaksana Farmakoterapi menurut SKDI (SKDI, 2012)
Tabel 2.1
Sistem Saraf
1 Terapeutic Spinal Tap 2
Psikiatri
2 Memberikan terapi psikofarmaka (obat-obat Antipsiko- Tik, Anticemas,
Antidepresan, Antikolinergik, Sedatif)
3
Sistem Indra
3 Pemberian obat tetes mata 4A
4 Aplikasi salep mata 4A
Sistem Respirasi
5 Terapi Inhalasi/Nebulisasi 4A
6 Terapi Oksigen 4A
Sistem Urogenital
17
7 Sirkumsisi 4A
Sistem Reproduksi
8 Insisi Abses Bartholini 4A
Sistem Endokrin
9 Pemberian Insulin pada diabetes melitus tanpa komplikasi 4A
Sistem Hematologi
10 Skin test sebelum pemberiaan obat injeksi 4ASistem Muskuloskeletal
11 Mengobati ulkus tungkai 4A
Sistem Integumen
12 Pemilihan obat topical 4A
13 Insisi dan drainase abses 4A
14 Eksisi tumor jinak kulit 4A
15 Perawatan luka 4ALain-Lain
16 Tatalaksana BBLR (KMC Incubator) 4A
17 Tatalaksana bayi baru lahir dengan infeksi 3
18 Injeksi (Intrakutan, Intravena, Subkutan, Intramuskular) 4A
19 Menyiapkan pre-operasi lapangan operasi untuk Bedah Minor, Asepsis,
Antisepsis, Anestesi Lokal
4A
20 Anestesi infiltrasi 4A
21 Menggunakan anestesi topikal (tetes, semprot) 4A
22 Pemberian analgesic 4A
G. Terapeutik
1. Pengertian
Istilah Terapeutik berasal dari kata Therapeia (Bahasa Yunani)
atau Therapeuticus yang berarti penyembuhan, ilmu yang di pelajari di
Fakultas Kedokteran mempelajari tentang terapi pengobatan baik
Medikamentosa maupun Non-Medikamentosa dan Terapeutik ini
membahas CSL tentang : (Wibowo, 2007)
18
a. Teknik Penulisan Resep
Tujuan Intruksional Umum (TIU) :
Setelah mengikuti keterampilan teknis penulisan resep
mahasiswa mampu melakukan cara penulisa resep dan perhitungan
dosis dengan baik dan benar.
Tujuan Intruksional Khusus (TIK) :
Seteleh melakukan keterampilan ini, mahasiswa :
1. Dapat menulis resep sesuai prinsip umum penulisan
resep
2. Dapat memberikan penjelasan istilah tulisan dalam
resep
3. Dapat menghitung dengan baik dosis dan cara
pemakaian obat (Rina, 2014)
H. Kerangka Teori
19
Nilai Pembelajaran Nilai OSCE Nasional
Skema 2.1 Kerangka Teori
I. Kerangka Konsep
Nilai Pengetahuan :
Ujian Tulis Tutorial Jurnal Reading Praktikum/Labolatorium
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Melakukan Tes/Prosedur
Klinik Atau Interpretasi Data Untuk Menunjang Diagnosis Banding/Diagnosis
Menentukan Diagnosis Dan Diagnosis Banding
Tatalaksana Nonfarmakoterapi Tatalaksana Farmakoterapi Komunikasi Dan Atau Edukasi
Pasien Perilaku Profesional
Nilai Keterampilan :
CSL
Nilai Perilaku :
Profesional
20
Nilai Pembelajaran Nilai OSCE Nasional
Variabel Yang Tidak Diteliti
Variabel Yang Diteliti
Skema 2.2 Kerangka Konsep
Nilai Pengetahuan :
Ujian Tulis Tutorial Jurnal Reading Praktikum/Labolatorium
Nilai Keterampilan :
CSL
Nilai Perilaku :
Profesional
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Melakukan Tes/Prosedur Klinik Atau Interpretasi Data Untuk Menunjang Diagnosis Banding/Diagnosis
Perilaku Profesional
Tatalaksana Nonfarmakoterapi
Tatalaksana Farmakoterapi
Komunikasi Dan Atau Edukasi Pasien
Menentukan Diagnosis Dan Diagnosis Banding
21
J. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Nol (Ho)
Tidak ada Hubungan Nilai CSL Terapeutik pada tingkat ujian
kelulusan terhadap Nilai Ujian OSCE Nasional di Universitas
Muhammadiyah Jakarta pada Tahun 2014.
2. Hipotesis Alternatif (Ha)
Ada Hubungan Nilai CSL Terapeutik pada tingkat ujian kelulusan
terhadap Nilai Ujian OSCE Nasional di Universitas Muhammadiyah
Jakarta pada Tahun 2014.