bab II APE

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan anak ditentukan oleh faktor bawaan dan faktor lingkungan. Yang dimaksud dengan faktor bawaan adalah sifat yang diturunkan oleh kedua orangtuanya, misalnya: bentuk wajah, warna kulit, tinggi badan, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor lingkungan adalah pengaruh luar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut, misalnya: kesehatan, gizi, pola asuh, pendidikan, dan lain sebagainya. Para ahli psikoanalisa berkeyakinan bahwa lingkungan memberi peran yang sangat besar dalam pembentukan sikap, kepribadian, dan pengembangan kemampuan anak secara optimal. Anak yang tidak mendapat lingkungan baik untuk merangsang pertumbuhan otak, misalnya jarang disentuh, jarang diajak bermain, jarang diajak berkomunikasi, maka perkembangan otaknya akan lebih kecil 20 % - 30 % dari ukuran normal seusianya. Hasil penelitian mengemukakan bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada anak usia 0-4 tahun mencapai 50 %, hingga usia 8 tahun mencapai 80 %, sehingga para ahli menyebut periode perkembangan masa kanak-kanak 1

description

xc

Transcript of bab II APE

Page 1: bab II APE

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan anak ditentukan oleh faktor bawaan dan

faktor lingkungan. Yang dimaksud dengan faktor bawaan adalah sifat yang

diturunkan oleh kedua orangtuanya, misalnya: bentuk wajah, warna kulit, tinggi

badan, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor lingkungan adalah pengaruh luar

yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut, misalnya:

kesehatan, gizi, pola asuh, pendidikan, dan lain sebagainya.

Para ahli psikoanalisa berkeyakinan bahwa lingkungan memberi peran

yang sangat besar dalam pembentukan sikap, kepribadian, dan pengembangan

kemampuan anak secara optimal. Anak yang tidak mendapat lingkungan baik

untuk merangsang pertumbuhan otak, misalnya jarang disentuh, jarang diajak

bermain, jarang diajak berkomunikasi, maka perkembangan otaknya akan lebih

kecil 20 % - 30 % dari ukuran normal seusianya.

Hasil penelitian mengemukakan bahwa pertumbuhan sel jaringan otak

pada anak usia 0-4 tahun mencapai 50 %, hingga usia 8 tahun mencapai 80 %,

sehingga para ahli menyebut periode perkembangan masa kanak-kanak sebagai

masa emas (golden age) yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangan

kehidupan manusia.

Oleh sebab itu pada usia 3-6 tahun merupakan periode terpenting untuk

merangsang pertumbuhan otak anak melalui penyediaan Alat Permainan Edukatif

(APE).

Salah satu cara merangsang pertumbuhan dan perkemba ngan ini dengan

bermain. Melalui bermain anak akan menggunakan sensorimotorik atau

funsionalnya sehingga anak dapat menyalur kan daya imajinasi, fantasi, harapan,

sampai pada konflik priba dinya. Anak akan betah bermain bila ada alat

permainan edukatif (APE) yang dapat merangsang kecerdasan jamaknya.

Alat Permainan Edukatif (APE) dapat di beli dimana saja, agar upaya

pengembangan alat permainan edukatif (APE) dapat dilaku kan secara baik dan

1

Page 2: bab II APE

optimal maka Orangtua, Pendidik, Pengasuh/ perawat, Lembaga Pendidikan Anak

Usia Dini (PAUD), diberikan pengetahuan tentang cara pembuatan dan

penggunaan alat permainan edukatif (APE) Tradisional dan atau APE sederhana.

Alat Permainan Edukatif Tradisional, dan atau Sederhana yang dapat dibuat

sendiri dari bahan-bahan yang ada di lingkungan rumah, limbah, bahan/alat yang

sudah tidak dipakai lagi, atau bahan-bahan yang mudah didapat dalam

rumahtangga atau sekitarnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berikut rumusan masalah yang dibahas makalah ini.

1. Bagaimana tumbuh kembang anak usia sekolah ?

2. Apa yang dimaksud dengan Alat Permainan Edukatif (APE) ?

3. Bagaimana Alat Permainan Edukatif (APE) sebagai sarana bermain ?

4. Apa manfaat bermain bagi anak?

5. Bagaimana kemampuan atau potensi pada anak ?

6. Apa saja macam – macam permainan Edukatif pada anak ?

7. Apa saja karakteristik bermain anak usia Sekolah?

8. Apa saja Jenis Permainan Anak Usia Sekolah ?

9. Bagaimana Sikap Orang Tua atau Pendidik dalam Aktivitas Bermain

Anak?

10. Berikan contoh Satuan Acara Bermain (SAB) pada usia sekolah !

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan masalah yang dibahas makalah ini.

1. Mengetahui / membahas tumbuh kembang anak usia sekolah

2. Mengetahui / membahas yang dimaksud dengan Alat Permainan

Edukatif (APE)

3. Mengetahui / membahas Edukatif (APE) sebagai sarana bermain

4. Mengetahui / membahas manfaat bermain bagi anak

5. Mengetahui / membahas kemampuan atau potensi pada anak

6. Mengetahui / membahas macam – macam permainan Edukatif

pada anak

2

Page 3: bab II APE

7. Mengetahui / membahas karakteristik bermain anak usia Sekolah

8. Mengetahui / membahas Jenis Permainan Anak Usia Sekolah

9. Mengetahui / membahas Sikap Orang Tua atau Pendidik dalam

Aktivitas Bermain Anak

10. Mengetahui / membahas Satuan Acara Bermain (SAB) pada usia

sekolah

3

Page 4: bab II APE

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Proses Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah

Fase perkembangan yang berlangsung sejak kira-kira umur 6 sampai 12

tahun, sama dengan masa usia Sekolah Dasar. Anak-anak menguasai

keterampilan-keterampilan dasar membaca, menulis dan berhitung.Secara formal

mereka mulai memastiki dunia yang lebih luas dengan budayanya.Pencapaian

prestasi menjadi arah perhatian pada dunia anak, dan pengendalian diri sendiri

bertambah pula.

1) Motorik kasar

Perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh seperti berlari,

berjinjit, melompat, bergantung, melempar, dan menangkap, serta menjaga

keseimbangan.Kegiatan ini diperlukan dalam meninkatkan keterampilan

koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4tahun, anak sangat mnyenangi

kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi.

Pada usia 5 atau 6 th keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya bertambah,

anak pada masa ini menyukai kegiatan lomba seperti balapan sepeda, atau

kegiatan lain yng mengandung bahaya

2) Motorik halus

Perkembangan motorik halus pada masa usia 6-7 tahun, koordinasi

gerakan berkembang secara pesat, pada masa ini anak sudah mampu

mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerkan

mata dengan tangan, lengan dan tubuh secara bersamaan, antara lain dapat dilihat

saat anak menulis dan menggambar.

3) Bahasa

tidak begitu egosentrik, dalam orientasi dapat mempertimbangkan

pandangan orang lain, mengerti semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat,

keterangan, penghubung, dan kata depan.

4

Page 5: bab II APE

4) Kognitif

mulai berfikir logis, dan terarah, mempertimbangkan ssejumlah alternatif dan

menemukan pemecahan terbaik, memahami konsep dulu, sekarang dan yang akan

datang, memahami konsep fungsi berat dan volume.

5) Personal Sosial

Moral dan konvensional :

ditentukan oleh aturan anak mengembangkan rasa kejujuran dan keadilan

yang tinggi.Anak belajar mengembangkan kemampuan dan kompetisi untuk

belajar interaksi sosial dan berhasil sekolah.

Kepercayaan :

anak belajar membedakan natural dan supernatural, anak belajar

membentuk pribadi tentang Tuhan.

Psikososial :

Fase laten (7-12 tahun) selama periode ini anak menggunakan energi fisik

dan psikologis yang merupakan media untuk mengeksplorasi pengetahuan dan

pengalamannya melalui aktivitas fisik maupun sosialnya, pada awal fase laten

anak perempuan lebih menyukai teman dengan jenis perempuan dan anak laki-

laki dengan jenis laki-laki, pertanyaan anak tentang sex semmakin banyak

mengarah pada sistem reproduksi, dalam hal ini orangtua harus bijaksana dalam

merespon yaitu menjawabnya dengan jujur dan hangat, peran ibu dan ayah sangat

penting dalam melakukan pendekatan dengan anak, pelajari apa yang sedang

difikirkan anak berkaitan dengan sex. Perkembangan Psikososial anak usia

sekolah (7-12 th) menurut Erickson adalah “Industri versus inferiority/ tahap rajin

vs rendah diri”. anak akan belajar untuk bekerja sama dan bersaing dengan anak

lainnya melalui kegiatan yang dilakukan baik dalam kegiatan akademik maupun

dalam pergaulan melalui perrmainan yang dilakukannya bersama. Perasaan sukses

dicapai anak dengan dilandasi adanya motivasi internal untuk berinteraksi sosial

lebih luas dengan teman di lingkungannya dapat memfasilitas perkembangan

perasaan sukses tersebut. Perasaan tidak adekuat dan rasa inferior atau rendah diri

akan berkembang apabila anak terlalu mendapat tuntutan dari lingkungannya dan

anak tidak berhasil memenuhinya secara utuh. Harga diri yang kurang akan

5

Page 6: bab II APE

menjadi dasar yang kurang untuk penguasaan tugas-tugas di fase remaja dan

dewasa. Pujian dan penguatan dari orang tua atau orang dewasa lainnya terhadap

prestasi yang dicapainya menjadi begitu penting untuk menguatkan perasaan

berhasil dalam melakukan sesuatu.

2.2 Pengertian Alat Permainan Edukatif (APE)

APE adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai sarana atau

peralatan untuk bermain yang mengandung nilai pendidikan (edukatif) dan dapat

merangsang pertumbuhan otak pengembangan seluruh aspek kemampuan

(potensi) anak. APE dapat berupa apa saja yang ada di sekeliling kita, misalnya:

sapu, piling, gelas, sendok plastik, tutup panci, bangku kecil, dan lain-lain.

Persyaratan Alat Permainan Edukatif (APE) adalah :

1. Mengandung nilai pendidikan

2. Aman atau tidak berbahaya bagi anak

3. Menarik dilihat dari warna dan bentuknya

4. Sesuai dengan minat dan taraf perkembangan anak

5. Sederhana, murah, dan mudah diperoleh.

6. Awet tidak mudah rusak dan mudah pemeliharaannya

7. Ukuran dan bentuknya sesuai dengan usia anak

8. Berfungsi mengembangkan kreatifitas dan kecerdasan anak

2.3 Alat Permainan Edukatif (APE) sebagai Sarana Bermain

Paradigma proses pembelajaran yang terjadi pada saat ini yaitu belajar

sambil bermain. Para pakar sepakat bahwa pendidikan anak usia dini berlangsung

sejalan dengan bermain, karena bermain adalah realisasi dari perkembangan diri

dari kehidupan anak. Anak dapat tumbuh dan berkembang melalui berbagai

kegiatan yang dilakukan anak pada waktu bermain dan melalui pengalaman dari

panca indera anak. Anak dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya

melalui bermain. Secara tidak sadar bayi telah dapat mengabsorsi stimulus

lingkungannya. Selanjutnya dengan bertambahnya usia anak dapat dengan sadar

menyerap stimulus lingkungan dan mulai dapat mengorganisasikan serta

melakukan generalisasi terhadap pengalaman yang diperoleh.

6

Page 7: bab II APE

2.4 Manfaat Bermain Bagi Anak

1. Bermain adalah:

a. Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai positif bagi anak.

b. Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, namun motivasinya lebih bersifat

intrinsik.

c. Bersifat spontan dan sukarela

d. Melibatkan peran serta aktif anak

e. Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan kreati fitas,

kemampuan memecahkan masalah, belajar bahasa, perkembangan

sosial, disiplin, mengendalikan emosi dan sebagainya.

2. Bermain merupakan kegiatan utama yang dilakukan anak dalam melakukan

interaksi dengan lingkungannya.

3. Bermain untuk anak merupakan dasar untuk belajar. Dalam bermain anak

dapat merasakan/mencicipi rasa, menyentuh segala macam obyek yang

ditemukan.

4. Anak bermain dengan menggunakan seluruh panca inderanya

5. Disaat bermain semua aspek fisik, sosial, emosional, kognitif, dan bahasa anak

digunakan secara aktif.

6. Disaat bermain anak membangun konsep dirinya.

7. Disaat bermain anak membangun ketrampilan hidupnya (Life Skill).

8. Bermain yang baik apabila dilakukan atas inisiatif dan kepu-tusan anak sendiri

yang didukung oleh Pendidik atau orang dewasa.

9. Bermain akan bermakna bagi anak apabila terencana, tertata lingkungannya dan

diberikan pijakan oleh Pendidik atau orang dewasa sehingga dapat mengembangkan

semua kemampuan anak.

10. Perkembangan sosial anak dalam bermain meliputi perilaku tidak peduli,

perilaku menonton, bermain sendiri, bermain berdampingan, bermain bersama

dan bekerjasama (Vygotsky).

11. Fungsi bermain bagi tumbuh kembang anak adalah :

a. Mempertahankan keseimbangan fisik, intelegensia, sosial-emosional,

bahasa dan komunikasi.

7

Page 8: bab II APE

b. Menghayati berbagai pengalaman yang diperoleh melalui kehidupan

sehari-hari.

c. Mengantisipasi peran yang akan dijalankan anak dimasa yang akan datang.

d. Menyempurnakan berbagai kemampuan melalui berbagai ketrampilan

fisik, intelegensia, sosial-emosional, bahasa dan komunikasi secara

holistik, dan

e. Pembentukan perilaku positif dalam hal pembiasaan.

2.5 Kemampuan potensi pada anak

Ada 8 macam kemampuan atau potensi yang terdapat dalam diri anak

ketika anak sedang belajar tentang dunianya. Setiap kemampuan dapat distimulasi

dengan cara yang berbeda. Kedelapan kemampuan tersebut adalah:

1. Kemampuan Verbal (linguistic intelligence): dapat berkembang bila

distimulasi melalui membaca, menulis, berdiskusi, bercerita. Mereka

bermain dengan kata-kata.

2. Kemampuan Logika-matematik (togico-mathematical intelligence): dapat

distimulasi melalui menghitung, membedakan bentuk, analisa data.

Mereka bermain dengan benda-benda.

3. Kemampuan Visual-spasial (visual-spatial intelligence): dapat distimulasi

melalui kertas warna-warni, balok-balok, puzzle, menggambar, melukis,

menonton film. Mereka bermain dengan imajinasi.

4. Kemampuan Musikal (musical/rhythmic intelligence): dapat distimulasi

melalui bunyi-bunyian, nada, memainkan instrumen musik, tepuk tangan.

Mereka bermain dengan musikdanbunyi.

5. Kemampuan kinestetik (bodily/kinesthetic intelligence): dapat distimulasi

melalui menari, atletik, bergerak, pantomim. Mereka bermain dengan

gerakan tubuh.

6. Kemampuan Mencintai keindahan alam (naturalist intelligence), dapat

distimulasi melalui observasi lingkungan, bercocok tanam, memelihara

binatang. Mereka bermain dengan tumbuhan, hewan, dan fenomena alam.

8

Page 9: bab II APE

7. Kemampuan Berkawan (interpersonal intelligence): dapat disti mulasi

melalui teman-teman, kerjasama peran, stimulasi konflik. Mereka bermain

dengan manusia lain.

8. Kemampuan Berpikir (intrapersonal intelligence): dapat di stimu lasi

melalui bekerja sendiri, membaca dalam hati. Mereka bermain dengan

pikiran dan perasaan sendiri.

2.6 Macam – macam Permainan Edukatif

Macam-macam permainan Edukatif antara lain :

1. Permainan Aktif

Bermain bebas dan spontan atau eksplorasi Dalam permainan ini anak dapat

melakukan segala hal yang diinginkannya, tidak ada aturan-aturan dalam

permainan tersebut. Anak akan terus bermain dengan permainan tersebut selama

permainan tersebut menimbulkan kesenangan dan anak akan berhenti apabila

permainan tersebut sudah tidak menyenangkannya. Dalam permainan ini anak

melakukan eksperimen atau menyelidiki, mencoba, dan mengenal hal-hal baru.

2. Drama

Dalam permainan ini, anak memerankan suatu peranan, menirukan karakter yang

dikagumi dalam kehidupan yang nyata, atau dalam mass media.

3. Bermain musik

Bermain musik dapat mendorong anak untuk mengembangkan tingkah laku

sosialnya, yaitu dengan bekerja sama dengan teman-teman sebayanya dalam

memproduksi musik, menyanyi, berdansa, atau memainkan alat musik.

4. Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatu

Kegiatan ini sering menimbulkan rasa bangga, karena anak mempunyai koleksi

lebih banyak daripada teman-temannya. Di samping itu, mengumpulkan benda-

benda dapat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Anak terdorong

untuk bersikap jujur, bekerja sama, dan bersaing.

5. Permainan olah raga

Dalam permainan olah raga, anak banyak menggunakan energi fisiknya, sehingga

sangat membantu perkembangan fisiknya. Di samping itu, kegiatan ini

mendorong sosialisasi anak dengan belajar bergaul, bekerja sama, memainkan

9

Page 10: bab II APE

peran pemimpin, serta menilai diri dan kemampuannya secara realistik dan

sportif.

6. Permainan Pasif

a. Membaca

Membaca merupakan kegiatan yang sehat. Membaca akan memperluas

wawasan dan pengetahuan anak, sehingga anakpun akan berkembang

kreativitas dan kecerdasannya.

b. Mendengarkan radio

Mendengarkan radio dapat mempengaruhi anak baik secara positif

maupun negatif. Pengaruh positifnya adalah anak akan bertambah

pengetahuannya, sedangkan pengaruh negatifnya yaitu apabila anak

meniru hal-hal yang disiarkan di radio seperti kekerasan, kriminalitas,

atau hal-hal negatif lainnya.

c. Menonton televise

Pengaruh televisi sama seperti mendengarkan radio, baik pengaruh

positif maupun negatifnya.

2.7 Karakteristik Bermain Anak Usia Sekolah

1. Bermain menjadi lebih terorganisir

2. Bekerja sama dan berkompetisi

3. Anak senang dengan permainan fisik dan keterampilan intelektual

4. Terdapat aturan dalam permainan dan mempunyai kesadaran terhadap

aturan.

5. Terdapat pemimpin

6. Keterampilan berpikir

7. Pada anak laki – laki senang alat mekanik

8. Anak perempuan senang dengan peran ibu

2.8  Jenis Permainan Anak Usia Sekolah

1. Usia 6 – 8 tahun

Puzzle

10

Page 11: bab II APE

Kartu

Menggambar

Buku

Alat untuk mencatat/menulis

Sepeda

Perminan tebak-tebakan

2. Usia 8 – 12 tahun

Buku

Pengumpulan perangko

Mainan kartu

Pekerjaan tangan

permainan fisik

Video game

Olahraga

Peran aktivitas seksual (memasak dan lainnya)

2.9 Sikap Orang Tua atau Pendidik dalam Aktivitas Bermain Anak

1. Tidak menggangu anak bila mereka sedang bermain

2. Memberikan kesempatan bermain yang cukup

3. Memberikan ruangan yang cukup untuk bermain

4. Memberikan kesempatan bermain yang kreatif, untuk mencegah anak

bermain yang sifatnya merusak ataupun kriminal.

5. Memberi prmainan yang ideal bagi anak anak adalah permainan yang

mudah dibentuk untuk berbagai tujuan

6. Memberikn jenis permainan sesuai dengan usia anak

11

Page 12: bab II APE

BAB III

SAB (Satuan Acara Bermain)

Pokok Bahasan : Terapi bermain pada anak Usia Sekolah

Sub Pokok Bahasan : Terapi bermain dengan Ular tangga

Tempat : Ruang anak Poltekkes Kemenkes Malang

Hari/tanggal : Senin, 8 Desember 2014

Waktu : jam 10.00 – selesei

Sasaran : Anak usia sekolah (6-12 tahun)

Jenis permainan : Ular tangga

Penyaji : Kelompok 9 Poltekkes Kemenkes Malang prodi

DIII Keperawatan Malang

1. Tujuan

1.  Umum :

Setelah dilakukan tindakan program bermain pada anak usia sekolah

(6 -12 tahun) selama kurang lebih 30 menit diharapkan anak dapat bermain

sambil belajar mengenal tanda umum anak bergizi baik.

2. Khusus :

Bagi anak :

   Dapat  mengatur strategi dan kecermatan.

   Dapat mengenal tanda – tanda anak bergizi baik

   Dapat  mengembangkan imajinasi dan mengingat peraturan permainan

   Dapat berlatih bersosialisasi

   Dapat berlatih bersikap sportif

   Dapat mengurangi kecemasan dan ketegangan pada anak

   Dapat belajar pramatematika yaitu saat menghitung langkah pada

permainan ular tangga dan menghitung titik – titik yang terdapat pada

dadu.

Bagi perawat:

   Membangun trust antara pasien  anak dan perawat

12

Page 13: bab II APE

   Mampu mengaplikasikan teori terapi bermain pada anak usia 6-12

tahun

   Mampu mengenal karakter tiap anak usia 6-12 tahun

2. Sasaran

Kriteria Klien

1.   Anak yang berumur usia sekolah ( 6-12 tahun )

2.   Anak kooperatif

3.   Anak dengan komunikasi verbal baik

4.   Anak yang tidak ada kontra indikasi untuk bermain

3. Uraian Tugas Kelompok

1.      Leader : Anastasya Intan  

   Bertugas untuk menjelaskan aturan permainan

  Memulai dan memimpin permainan

   Mengatur jalannya permainan

2.      Fasilitator: Fitria Anwarawati dan Ika Yesika Sari

   Bertugas mendampingi anak selama permainan

   Membantu anak apabila mengalami kesulitan saat bermain

   Membantu leader dalam penyediaan fasilitas permainan

3.      Obsever: Olivia Maulina

  Bertugas untuk mengamati jalannya dan respon anak selama

permainan berlangsung.

   Melakukan evaluasi proses dan hasil permainan

4. Perilaku Anak yang diharapkan

1.        Anak dapat  mengatur strategi dan kecermatan.

2.        Anak dapat mengenal tanda – tanda anak bergizi baik

3.        Anak dapat  mengembangkan imajinasi dan mengingat peraturan

permainan

4.        Anak dapat berlatih bersosialisasi dengan teman – temannya

5.        Anak dapat berlatih bersikap sportif

13

Page 14: bab II APE

6.        Anak dapat mengurangi kecemasan dan ketegangan

7.        Anak dapat belajar pramatematika yaitu saat menghitung langkah pada

permainan ular tangga dan menghitung titik – titik yang terdapat pada

dadu.

5. Analisa Kondisi Anak

1.  Anak sehat

2.   Anak sekolah berusia 6-12 tahun

3.   Anak kooperatif

4.   Anak antusias

6. Analisa Situasi

1. Tempat

Menyesuaikan dengan jadwal laboratorium.

2. Waktu

Program terapi ini dilakukan sesuai jadwal laboratorium.

3. Jumlah peserta

Jumlah peserta terapi bermain ini direncanakan sejumlah 3 anak.

4. Jumlah perawat

Jumlah perawat yang memberikan terapi ini adalah 4 orang.    

5. Peralatan

a.       Alas duduk

b.      Alat permainan ular tangga

7. Rencana Pelaksanaan

1.        Persiapan (5 menit)

-        Eksplorasi perasaan perawat

-        Mengingat kembali konsep permainan

-        Persiapan anak, alat dan tempat oleh fasilitator

2.        Pelaksanaan (20 menit)

-       Perkenalan anggota terapis dan salam oleh Leader

-       Kontrak waktu permainan oleh Leader

14

Page 15: bab II APE

-       Penjelasan permainan oleh Leader

-       Fasilitator menyiapkan permainan

-       Permainan dimulai  oleh Leader

-       Observer mengamati jalannya permainan

-       Fasilitator mendampingi anak dalam bermain

3.        Evaluasi (5 menit)

-       Evaluasi proses dan jalannya permainan oleh observer

-       Memberikan reinforcement

-       Permainan diakhiri dan ditutup oleh Leader

8. Antisipasi Masalah

a.       Bertengkar dengan anak yang lain     

  Lerai anak dari perselisihan. Libatkan fasilitator dalam melerai

perselisihan

  Menanyakan alasan mengapa bertengkar dan memberikan pengertian

pada anak bahwa bertengkar itu tidak baik.

  Biarkan anak tenang dahulu, jangan memaksa anak untuk melanjutkan

permainan

  Jika anak sudah tenang, bujuk anak untuk saling memaafkan dan

melanjutkan permainan

b.      Menangis

Tanyakan pada anak alasan ia menangis

Lakukan pendekatan yang baik untuk menenangkan anak

Setelah anak tenang, motivasi untuk melanjutkan permainan

c.       Ingin BAK/BAB

Sebelum permainan dimulai, anak dipersilahkan untuk BAK/BAB

Jika saat permainan berlangsung, anak ingin BAK/BAB maka

ditemani oleh fasilitator

d.      Anak tiba – tiba tidak mau bermain

Tanyakan pada anak mengapa ia tidak mau bermain

Jika memungkinkan, bujuk anak untuk bermain lagi

15

Page 16: bab II APE

Jika anak mengatakan capai atau lelah, anjurkan anak untuk istirahat

dan bermain dapat dilakukan lain waktu

e.       Bosan

Berikan permainan selingan, seperti ice breaking dan relaksasi ringan

Terapis membuat situasi yang menyenangkan dan meningkatkan

motivasi

16

Page 17: bab II APE

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas ,dapat disimpulkan bahwa fase perkembangan yang

berlangsung sejak kira-kira umur 6 sampai 12 tahun, sama dengan masa usia

Sekolah Dasar. Anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan dasar membaca,

menulis dan berhitung. Pencapaian prestasi menjadi arah perhatian pada dunia

anak, dan pengendalian diri sendiri bertambah pula.

APE adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai sarana atau

peralatan untuk bermain yang mengandung nilai pendidikan (edukatif) dan dapat

merangsang pertumbuhan otak pengembangan seluruh aspek kemampuan

(potensi) anak. Macam-macam permainan Edukatif antara lain permainan aktif,

drama, bermain music, permainan olah raga, mengumpulkan atau mengoleksi

sesuatu, permainan pasif (membaca, mendengarkan radio, menonton televise).

Karakteristik bermain anak usia sekolah antara lain bermain menjadi lebih

terorganisir, bekerja sama dan berkompetisi ,anak senang dengan permainan fisik

dan keterampilan intelektual, terdapat aturan dalam permainan dan mempunyai

kesadaran terhadap aturan,terdapat pemimpin, keterampilan berpikir, pada anak

laki – laki senang alat mekanik, anak perempuan senang dengan peran ibu

4.2 Saran

Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami konsep

bermain dan Alat permainan edukatif pada anak sekolah usia 6-12 tahun.  Dengan

demikian, diharapkan nantinya dapat memilih mainan yang baik untuk anak,

terutama pada anak usia sekolah.

17

Page 18: bab II APE

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah. 2009. Alat Permainan Edukatif (APE). http://www.facebook.com/hamzah/. Lamongan, 09 Desember 2010. 14.00 WIB (access online)

Ismail, Andang .2007. Education Games: Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan Edukatif. Yogyakarta: Pilar Media.

Musbikin, Imam.2006. mendidik anak kreatif ala einstein. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Sugiantoro, Koko. 2009. APE Mencerdaskan Anak. (Online), (http://www.blogger.com/), diakses 5 Desember 2014.

Sumantri. 2009. APE pada Anak.(Online), (http://www.tbif.wordpress.com/), diakses 5 Desember 2014.

18