bab II APE
-
Upload
vera-rizki-febriana -
Category
Documents
-
view
214 -
download
1
description
Transcript of bab II APE
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan anak ditentukan oleh faktor bawaan dan
faktor lingkungan. Yang dimaksud dengan faktor bawaan adalah sifat yang
diturunkan oleh kedua orangtuanya, misalnya: bentuk wajah, warna kulit, tinggi
badan, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor lingkungan adalah pengaruh luar
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut, misalnya:
kesehatan, gizi, pola asuh, pendidikan, dan lain sebagainya.
Para ahli psikoanalisa berkeyakinan bahwa lingkungan memberi peran
yang sangat besar dalam pembentukan sikap, kepribadian, dan pengembangan
kemampuan anak secara optimal. Anak yang tidak mendapat lingkungan baik
untuk merangsang pertumbuhan otak, misalnya jarang disentuh, jarang diajak
bermain, jarang diajak berkomunikasi, maka perkembangan otaknya akan lebih
kecil 20 % - 30 % dari ukuran normal seusianya.
Hasil penelitian mengemukakan bahwa pertumbuhan sel jaringan otak
pada anak usia 0-4 tahun mencapai 50 %, hingga usia 8 tahun mencapai 80 %,
sehingga para ahli menyebut periode perkembangan masa kanak-kanak sebagai
masa emas (golden age) yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangan
kehidupan manusia.
Oleh sebab itu pada usia 3-6 tahun merupakan periode terpenting untuk
merangsang pertumbuhan otak anak melalui penyediaan Alat Permainan Edukatif
(APE).
Salah satu cara merangsang pertumbuhan dan perkemba ngan ini dengan
bermain. Melalui bermain anak akan menggunakan sensorimotorik atau
funsionalnya sehingga anak dapat menyalur kan daya imajinasi, fantasi, harapan,
sampai pada konflik priba dinya. Anak akan betah bermain bila ada alat
permainan edukatif (APE) yang dapat merangsang kecerdasan jamaknya.
Alat Permainan Edukatif (APE) dapat di beli dimana saja, agar upaya
pengembangan alat permainan edukatif (APE) dapat dilaku kan secara baik dan
1
optimal maka Orangtua, Pendidik, Pengasuh/ perawat, Lembaga Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD), diberikan pengetahuan tentang cara pembuatan dan
penggunaan alat permainan edukatif (APE) Tradisional dan atau APE sederhana.
Alat Permainan Edukatif Tradisional, dan atau Sederhana yang dapat dibuat
sendiri dari bahan-bahan yang ada di lingkungan rumah, limbah, bahan/alat yang
sudah tidak dipakai lagi, atau bahan-bahan yang mudah didapat dalam
rumahtangga atau sekitarnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berikut rumusan masalah yang dibahas makalah ini.
1. Bagaimana tumbuh kembang anak usia sekolah ?
2. Apa yang dimaksud dengan Alat Permainan Edukatif (APE) ?
3. Bagaimana Alat Permainan Edukatif (APE) sebagai sarana bermain ?
4. Apa manfaat bermain bagi anak?
5. Bagaimana kemampuan atau potensi pada anak ?
6. Apa saja macam – macam permainan Edukatif pada anak ?
7. Apa saja karakteristik bermain anak usia Sekolah?
8. Apa saja Jenis Permainan Anak Usia Sekolah ?
9. Bagaimana Sikap Orang Tua atau Pendidik dalam Aktivitas Bermain
Anak?
10. Berikan contoh Satuan Acara Bermain (SAB) pada usia sekolah !
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan masalah yang dibahas makalah ini.
1. Mengetahui / membahas tumbuh kembang anak usia sekolah
2. Mengetahui / membahas yang dimaksud dengan Alat Permainan
Edukatif (APE)
3. Mengetahui / membahas Edukatif (APE) sebagai sarana bermain
4. Mengetahui / membahas manfaat bermain bagi anak
5. Mengetahui / membahas kemampuan atau potensi pada anak
6. Mengetahui / membahas macam – macam permainan Edukatif
pada anak
2
7. Mengetahui / membahas karakteristik bermain anak usia Sekolah
8. Mengetahui / membahas Jenis Permainan Anak Usia Sekolah
9. Mengetahui / membahas Sikap Orang Tua atau Pendidik dalam
Aktivitas Bermain Anak
10. Mengetahui / membahas Satuan Acara Bermain (SAB) pada usia
sekolah
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah
Fase perkembangan yang berlangsung sejak kira-kira umur 6 sampai 12
tahun, sama dengan masa usia Sekolah Dasar. Anak-anak menguasai
keterampilan-keterampilan dasar membaca, menulis dan berhitung.Secara formal
mereka mulai memastiki dunia yang lebih luas dengan budayanya.Pencapaian
prestasi menjadi arah perhatian pada dunia anak, dan pengendalian diri sendiri
bertambah pula.
1) Motorik kasar
Perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh seperti berlari,
berjinjit, melompat, bergantung, melempar, dan menangkap, serta menjaga
keseimbangan.Kegiatan ini diperlukan dalam meninkatkan keterampilan
koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4tahun, anak sangat mnyenangi
kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi.
Pada usia 5 atau 6 th keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya bertambah,
anak pada masa ini menyukai kegiatan lomba seperti balapan sepeda, atau
kegiatan lain yng mengandung bahaya
2) Motorik halus
Perkembangan motorik halus pada masa usia 6-7 tahun, koordinasi
gerakan berkembang secara pesat, pada masa ini anak sudah mampu
mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerkan
mata dengan tangan, lengan dan tubuh secara bersamaan, antara lain dapat dilihat
saat anak menulis dan menggambar.
3) Bahasa
tidak begitu egosentrik, dalam orientasi dapat mempertimbangkan
pandangan orang lain, mengerti semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat,
keterangan, penghubung, dan kata depan.
4
4) Kognitif
mulai berfikir logis, dan terarah, mempertimbangkan ssejumlah alternatif dan
menemukan pemecahan terbaik, memahami konsep dulu, sekarang dan yang akan
datang, memahami konsep fungsi berat dan volume.
5) Personal Sosial
Moral dan konvensional :
ditentukan oleh aturan anak mengembangkan rasa kejujuran dan keadilan
yang tinggi.Anak belajar mengembangkan kemampuan dan kompetisi untuk
belajar interaksi sosial dan berhasil sekolah.
Kepercayaan :
anak belajar membedakan natural dan supernatural, anak belajar
membentuk pribadi tentang Tuhan.
Psikososial :
Fase laten (7-12 tahun) selama periode ini anak menggunakan energi fisik
dan psikologis yang merupakan media untuk mengeksplorasi pengetahuan dan
pengalamannya melalui aktivitas fisik maupun sosialnya, pada awal fase laten
anak perempuan lebih menyukai teman dengan jenis perempuan dan anak laki-
laki dengan jenis laki-laki, pertanyaan anak tentang sex semmakin banyak
mengarah pada sistem reproduksi, dalam hal ini orangtua harus bijaksana dalam
merespon yaitu menjawabnya dengan jujur dan hangat, peran ibu dan ayah sangat
penting dalam melakukan pendekatan dengan anak, pelajari apa yang sedang
difikirkan anak berkaitan dengan sex. Perkembangan Psikososial anak usia
sekolah (7-12 th) menurut Erickson adalah “Industri versus inferiority/ tahap rajin
vs rendah diri”. anak akan belajar untuk bekerja sama dan bersaing dengan anak
lainnya melalui kegiatan yang dilakukan baik dalam kegiatan akademik maupun
dalam pergaulan melalui perrmainan yang dilakukannya bersama. Perasaan sukses
dicapai anak dengan dilandasi adanya motivasi internal untuk berinteraksi sosial
lebih luas dengan teman di lingkungannya dapat memfasilitas perkembangan
perasaan sukses tersebut. Perasaan tidak adekuat dan rasa inferior atau rendah diri
akan berkembang apabila anak terlalu mendapat tuntutan dari lingkungannya dan
anak tidak berhasil memenuhinya secara utuh. Harga diri yang kurang akan
5
menjadi dasar yang kurang untuk penguasaan tugas-tugas di fase remaja dan
dewasa. Pujian dan penguatan dari orang tua atau orang dewasa lainnya terhadap
prestasi yang dicapainya menjadi begitu penting untuk menguatkan perasaan
berhasil dalam melakukan sesuatu.
2.2 Pengertian Alat Permainan Edukatif (APE)
APE adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai sarana atau
peralatan untuk bermain yang mengandung nilai pendidikan (edukatif) dan dapat
merangsang pertumbuhan otak pengembangan seluruh aspek kemampuan
(potensi) anak. APE dapat berupa apa saja yang ada di sekeliling kita, misalnya:
sapu, piling, gelas, sendok plastik, tutup panci, bangku kecil, dan lain-lain.
Persyaratan Alat Permainan Edukatif (APE) adalah :
1. Mengandung nilai pendidikan
2. Aman atau tidak berbahaya bagi anak
3. Menarik dilihat dari warna dan bentuknya
4. Sesuai dengan minat dan taraf perkembangan anak
5. Sederhana, murah, dan mudah diperoleh.
6. Awet tidak mudah rusak dan mudah pemeliharaannya
7. Ukuran dan bentuknya sesuai dengan usia anak
8. Berfungsi mengembangkan kreatifitas dan kecerdasan anak
2.3 Alat Permainan Edukatif (APE) sebagai Sarana Bermain
Paradigma proses pembelajaran yang terjadi pada saat ini yaitu belajar
sambil bermain. Para pakar sepakat bahwa pendidikan anak usia dini berlangsung
sejalan dengan bermain, karena bermain adalah realisasi dari perkembangan diri
dari kehidupan anak. Anak dapat tumbuh dan berkembang melalui berbagai
kegiatan yang dilakukan anak pada waktu bermain dan melalui pengalaman dari
panca indera anak. Anak dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya
melalui bermain. Secara tidak sadar bayi telah dapat mengabsorsi stimulus
lingkungannya. Selanjutnya dengan bertambahnya usia anak dapat dengan sadar
menyerap stimulus lingkungan dan mulai dapat mengorganisasikan serta
melakukan generalisasi terhadap pengalaman yang diperoleh.
6
2.4 Manfaat Bermain Bagi Anak
1. Bermain adalah:
a. Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai positif bagi anak.
b. Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, namun motivasinya lebih bersifat
intrinsik.
c. Bersifat spontan dan sukarela
d. Melibatkan peran serta aktif anak
e. Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan kreati fitas,
kemampuan memecahkan masalah, belajar bahasa, perkembangan
sosial, disiplin, mengendalikan emosi dan sebagainya.
2. Bermain merupakan kegiatan utama yang dilakukan anak dalam melakukan
interaksi dengan lingkungannya.
3. Bermain untuk anak merupakan dasar untuk belajar. Dalam bermain anak
dapat merasakan/mencicipi rasa, menyentuh segala macam obyek yang
ditemukan.
4. Anak bermain dengan menggunakan seluruh panca inderanya
5. Disaat bermain semua aspek fisik, sosial, emosional, kognitif, dan bahasa anak
digunakan secara aktif.
6. Disaat bermain anak membangun konsep dirinya.
7. Disaat bermain anak membangun ketrampilan hidupnya (Life Skill).
8. Bermain yang baik apabila dilakukan atas inisiatif dan kepu-tusan anak sendiri
yang didukung oleh Pendidik atau orang dewasa.
9. Bermain akan bermakna bagi anak apabila terencana, tertata lingkungannya dan
diberikan pijakan oleh Pendidik atau orang dewasa sehingga dapat mengembangkan
semua kemampuan anak.
10. Perkembangan sosial anak dalam bermain meliputi perilaku tidak peduli,
perilaku menonton, bermain sendiri, bermain berdampingan, bermain bersama
dan bekerjasama (Vygotsky).
11. Fungsi bermain bagi tumbuh kembang anak adalah :
a. Mempertahankan keseimbangan fisik, intelegensia, sosial-emosional,
bahasa dan komunikasi.
7
b. Menghayati berbagai pengalaman yang diperoleh melalui kehidupan
sehari-hari.
c. Mengantisipasi peran yang akan dijalankan anak dimasa yang akan datang.
d. Menyempurnakan berbagai kemampuan melalui berbagai ketrampilan
fisik, intelegensia, sosial-emosional, bahasa dan komunikasi secara
holistik, dan
e. Pembentukan perilaku positif dalam hal pembiasaan.
2.5 Kemampuan potensi pada anak
Ada 8 macam kemampuan atau potensi yang terdapat dalam diri anak
ketika anak sedang belajar tentang dunianya. Setiap kemampuan dapat distimulasi
dengan cara yang berbeda. Kedelapan kemampuan tersebut adalah:
1. Kemampuan Verbal (linguistic intelligence): dapat berkembang bila
distimulasi melalui membaca, menulis, berdiskusi, bercerita. Mereka
bermain dengan kata-kata.
2. Kemampuan Logika-matematik (togico-mathematical intelligence): dapat
distimulasi melalui menghitung, membedakan bentuk, analisa data.
Mereka bermain dengan benda-benda.
3. Kemampuan Visual-spasial (visual-spatial intelligence): dapat distimulasi
melalui kertas warna-warni, balok-balok, puzzle, menggambar, melukis,
menonton film. Mereka bermain dengan imajinasi.
4. Kemampuan Musikal (musical/rhythmic intelligence): dapat distimulasi
melalui bunyi-bunyian, nada, memainkan instrumen musik, tepuk tangan.
Mereka bermain dengan musikdanbunyi.
5. Kemampuan kinestetik (bodily/kinesthetic intelligence): dapat distimulasi
melalui menari, atletik, bergerak, pantomim. Mereka bermain dengan
gerakan tubuh.
6. Kemampuan Mencintai keindahan alam (naturalist intelligence), dapat
distimulasi melalui observasi lingkungan, bercocok tanam, memelihara
binatang. Mereka bermain dengan tumbuhan, hewan, dan fenomena alam.
8
7. Kemampuan Berkawan (interpersonal intelligence): dapat disti mulasi
melalui teman-teman, kerjasama peran, stimulasi konflik. Mereka bermain
dengan manusia lain.
8. Kemampuan Berpikir (intrapersonal intelligence): dapat di stimu lasi
melalui bekerja sendiri, membaca dalam hati. Mereka bermain dengan
pikiran dan perasaan sendiri.
2.6 Macam – macam Permainan Edukatif
Macam-macam permainan Edukatif antara lain :
1. Permainan Aktif
Bermain bebas dan spontan atau eksplorasi Dalam permainan ini anak dapat
melakukan segala hal yang diinginkannya, tidak ada aturan-aturan dalam
permainan tersebut. Anak akan terus bermain dengan permainan tersebut selama
permainan tersebut menimbulkan kesenangan dan anak akan berhenti apabila
permainan tersebut sudah tidak menyenangkannya. Dalam permainan ini anak
melakukan eksperimen atau menyelidiki, mencoba, dan mengenal hal-hal baru.
2. Drama
Dalam permainan ini, anak memerankan suatu peranan, menirukan karakter yang
dikagumi dalam kehidupan yang nyata, atau dalam mass media.
3. Bermain musik
Bermain musik dapat mendorong anak untuk mengembangkan tingkah laku
sosialnya, yaitu dengan bekerja sama dengan teman-teman sebayanya dalam
memproduksi musik, menyanyi, berdansa, atau memainkan alat musik.
4. Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatu
Kegiatan ini sering menimbulkan rasa bangga, karena anak mempunyai koleksi
lebih banyak daripada teman-temannya. Di samping itu, mengumpulkan benda-
benda dapat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Anak terdorong
untuk bersikap jujur, bekerja sama, dan bersaing.
5. Permainan olah raga
Dalam permainan olah raga, anak banyak menggunakan energi fisiknya, sehingga
sangat membantu perkembangan fisiknya. Di samping itu, kegiatan ini
mendorong sosialisasi anak dengan belajar bergaul, bekerja sama, memainkan
9
peran pemimpin, serta menilai diri dan kemampuannya secara realistik dan
sportif.
6. Permainan Pasif
a. Membaca
Membaca merupakan kegiatan yang sehat. Membaca akan memperluas
wawasan dan pengetahuan anak, sehingga anakpun akan berkembang
kreativitas dan kecerdasannya.
b. Mendengarkan radio
Mendengarkan radio dapat mempengaruhi anak baik secara positif
maupun negatif. Pengaruh positifnya adalah anak akan bertambah
pengetahuannya, sedangkan pengaruh negatifnya yaitu apabila anak
meniru hal-hal yang disiarkan di radio seperti kekerasan, kriminalitas,
atau hal-hal negatif lainnya.
c. Menonton televise
Pengaruh televisi sama seperti mendengarkan radio, baik pengaruh
positif maupun negatifnya.
2.7 Karakteristik Bermain Anak Usia Sekolah
1. Bermain menjadi lebih terorganisir
2. Bekerja sama dan berkompetisi
3. Anak senang dengan permainan fisik dan keterampilan intelektual
4. Terdapat aturan dalam permainan dan mempunyai kesadaran terhadap
aturan.
5. Terdapat pemimpin
6. Keterampilan berpikir
7. Pada anak laki – laki senang alat mekanik
8. Anak perempuan senang dengan peran ibu
2.8 Jenis Permainan Anak Usia Sekolah
1. Usia 6 – 8 tahun
Puzzle
10
Kartu
Menggambar
Buku
Alat untuk mencatat/menulis
Sepeda
Perminan tebak-tebakan
2. Usia 8 – 12 tahun
Buku
Pengumpulan perangko
Mainan kartu
Pekerjaan tangan
permainan fisik
Video game
Olahraga
Peran aktivitas seksual (memasak dan lainnya)
2.9 Sikap Orang Tua atau Pendidik dalam Aktivitas Bermain Anak
1. Tidak menggangu anak bila mereka sedang bermain
2. Memberikan kesempatan bermain yang cukup
3. Memberikan ruangan yang cukup untuk bermain
4. Memberikan kesempatan bermain yang kreatif, untuk mencegah anak
bermain yang sifatnya merusak ataupun kriminal.
5. Memberi prmainan yang ideal bagi anak anak adalah permainan yang
mudah dibentuk untuk berbagai tujuan
6. Memberikn jenis permainan sesuai dengan usia anak
11
BAB III
SAB (Satuan Acara Bermain)
Pokok Bahasan : Terapi bermain pada anak Usia Sekolah
Sub Pokok Bahasan : Terapi bermain dengan Ular tangga
Tempat : Ruang anak Poltekkes Kemenkes Malang
Hari/tanggal : Senin, 8 Desember 2014
Waktu : jam 10.00 – selesei
Sasaran : Anak usia sekolah (6-12 tahun)
Jenis permainan : Ular tangga
Penyaji : Kelompok 9 Poltekkes Kemenkes Malang prodi
DIII Keperawatan Malang
1. Tujuan
1. Umum :
Setelah dilakukan tindakan program bermain pada anak usia sekolah
(6 -12 tahun) selama kurang lebih 30 menit diharapkan anak dapat bermain
sambil belajar mengenal tanda umum anak bergizi baik.
2. Khusus :
Bagi anak :
Dapat mengatur strategi dan kecermatan.
Dapat mengenal tanda – tanda anak bergizi baik
Dapat mengembangkan imajinasi dan mengingat peraturan permainan
Dapat berlatih bersosialisasi
Dapat berlatih bersikap sportif
Dapat mengurangi kecemasan dan ketegangan pada anak
Dapat belajar pramatematika yaitu saat menghitung langkah pada
permainan ular tangga dan menghitung titik – titik yang terdapat pada
dadu.
Bagi perawat:
Membangun trust antara pasien anak dan perawat
12
Mampu mengaplikasikan teori terapi bermain pada anak usia 6-12
tahun
Mampu mengenal karakter tiap anak usia 6-12 tahun
2. Sasaran
Kriteria Klien
1. Anak yang berumur usia sekolah ( 6-12 tahun )
2. Anak kooperatif
3. Anak dengan komunikasi verbal baik
4. Anak yang tidak ada kontra indikasi untuk bermain
3. Uraian Tugas Kelompok
1. Leader : Anastasya Intan
Bertugas untuk menjelaskan aturan permainan
Memulai dan memimpin permainan
Mengatur jalannya permainan
2. Fasilitator: Fitria Anwarawati dan Ika Yesika Sari
Bertugas mendampingi anak selama permainan
Membantu anak apabila mengalami kesulitan saat bermain
Membantu leader dalam penyediaan fasilitas permainan
3. Obsever: Olivia Maulina
Bertugas untuk mengamati jalannya dan respon anak selama
permainan berlangsung.
Melakukan evaluasi proses dan hasil permainan
4. Perilaku Anak yang diharapkan
1. Anak dapat mengatur strategi dan kecermatan.
2. Anak dapat mengenal tanda – tanda anak bergizi baik
3. Anak dapat mengembangkan imajinasi dan mengingat peraturan
permainan
4. Anak dapat berlatih bersosialisasi dengan teman – temannya
5. Anak dapat berlatih bersikap sportif
13
6. Anak dapat mengurangi kecemasan dan ketegangan
7. Anak dapat belajar pramatematika yaitu saat menghitung langkah pada
permainan ular tangga dan menghitung titik – titik yang terdapat pada
dadu.
5. Analisa Kondisi Anak
1. Anak sehat
2. Anak sekolah berusia 6-12 tahun
3. Anak kooperatif
4. Anak antusias
6. Analisa Situasi
1. Tempat
Menyesuaikan dengan jadwal laboratorium.
2. Waktu
Program terapi ini dilakukan sesuai jadwal laboratorium.
3. Jumlah peserta
Jumlah peserta terapi bermain ini direncanakan sejumlah 3 anak.
4. Jumlah perawat
Jumlah perawat yang memberikan terapi ini adalah 4 orang.
5. Peralatan
a. Alas duduk
b. Alat permainan ular tangga
7. Rencana Pelaksanaan
1. Persiapan (5 menit)
- Eksplorasi perasaan perawat
- Mengingat kembali konsep permainan
- Persiapan anak, alat dan tempat oleh fasilitator
2. Pelaksanaan (20 menit)
- Perkenalan anggota terapis dan salam oleh Leader
- Kontrak waktu permainan oleh Leader
14
- Penjelasan permainan oleh Leader
- Fasilitator menyiapkan permainan
- Permainan dimulai oleh Leader
- Observer mengamati jalannya permainan
- Fasilitator mendampingi anak dalam bermain
3. Evaluasi (5 menit)
- Evaluasi proses dan jalannya permainan oleh observer
- Memberikan reinforcement
- Permainan diakhiri dan ditutup oleh Leader
8. Antisipasi Masalah
a. Bertengkar dengan anak yang lain
Lerai anak dari perselisihan. Libatkan fasilitator dalam melerai
perselisihan
Menanyakan alasan mengapa bertengkar dan memberikan pengertian
pada anak bahwa bertengkar itu tidak baik.
Biarkan anak tenang dahulu, jangan memaksa anak untuk melanjutkan
permainan
Jika anak sudah tenang, bujuk anak untuk saling memaafkan dan
melanjutkan permainan
b. Menangis
Tanyakan pada anak alasan ia menangis
Lakukan pendekatan yang baik untuk menenangkan anak
Setelah anak tenang, motivasi untuk melanjutkan permainan
c. Ingin BAK/BAB
Sebelum permainan dimulai, anak dipersilahkan untuk BAK/BAB
Jika saat permainan berlangsung, anak ingin BAK/BAB maka
ditemani oleh fasilitator
d. Anak tiba – tiba tidak mau bermain
Tanyakan pada anak mengapa ia tidak mau bermain
Jika memungkinkan, bujuk anak untuk bermain lagi
15
Jika anak mengatakan capai atau lelah, anjurkan anak untuk istirahat
dan bermain dapat dilakukan lain waktu
e. Bosan
Berikan permainan selingan, seperti ice breaking dan relaksasi ringan
Terapis membuat situasi yang menyenangkan dan meningkatkan
motivasi
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas ,dapat disimpulkan bahwa fase perkembangan yang
berlangsung sejak kira-kira umur 6 sampai 12 tahun, sama dengan masa usia
Sekolah Dasar. Anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan dasar membaca,
menulis dan berhitung. Pencapaian prestasi menjadi arah perhatian pada dunia
anak, dan pengendalian diri sendiri bertambah pula.
APE adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai sarana atau
peralatan untuk bermain yang mengandung nilai pendidikan (edukatif) dan dapat
merangsang pertumbuhan otak pengembangan seluruh aspek kemampuan
(potensi) anak. Macam-macam permainan Edukatif antara lain permainan aktif,
drama, bermain music, permainan olah raga, mengumpulkan atau mengoleksi
sesuatu, permainan pasif (membaca, mendengarkan radio, menonton televise).
Karakteristik bermain anak usia sekolah antara lain bermain menjadi lebih
terorganisir, bekerja sama dan berkompetisi ,anak senang dengan permainan fisik
dan keterampilan intelektual, terdapat aturan dalam permainan dan mempunyai
kesadaran terhadap aturan,terdapat pemimpin, keterampilan berpikir, pada anak
laki – laki senang alat mekanik, anak perempuan senang dengan peran ibu
4.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami konsep
bermain dan Alat permainan edukatif pada anak sekolah usia 6-12 tahun. Dengan
demikian, diharapkan nantinya dapat memilih mainan yang baik untuk anak,
terutama pada anak usia sekolah.
17
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah. 2009. Alat Permainan Edukatif (APE). http://www.facebook.com/hamzah/. Lamongan, 09 Desember 2010. 14.00 WIB (access online)
Ismail, Andang .2007. Education Games: Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan Edukatif. Yogyakarta: Pilar Media.
Musbikin, Imam.2006. mendidik anak kreatif ala einstein. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Sugiantoro, Koko. 2009. APE Mencerdaskan Anak. (Online), (http://www.blogger.com/), diakses 5 Desember 2014.
Sumantri. 2009. APE pada Anak.(Online), (http://www.tbif.wordpress.com/), diakses 5 Desember 2014.
18