BAB II ani.doc

50
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Karakteristik Ibu Menyusui Karakteristik ibu menyusui yang berhubungan pemberikan ASI eksklusif, diantaranya : 2.1.1 Umur Umur yaitu usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja (Nursalam, 2007:56). Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan persalinan dan menyusui adalah 20-35 tahun oleh sebab itu yang sesuai dengan masa reproduksi sangat baik dan sangat mendukung dalam pemberian ASI ekslusif, sedangkan umur yang kurang dari 20 tahun 11

Transcript of BAB II ani.doc

Page 1: BAB II ani.doc

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Karakteristik Ibu Menyusui

Karakteristik ibu menyusui yang berhubungan pemberikan ASI

eksklusif, diantaranya :

2.1.1 Umur

Umur yaitu usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur maka tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berpikir dan bekerja (Nursalam, 2007:56).

Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman

untuk kehamilan persalinan dan menyusui adalah 20-35 tahun oleh

sebab itu yang sesuai dengan masa reproduksi sangat baik dan sangat

mendukung dalam pemberian ASI ekslusif, sedangkan umur yang

kurang dari 20 tahun dianggap masih belum matang secara fisik

mental dan psikologi dalam menghadapi kehamilan, persalinan serta

pemberian ASI, sedangkan umur lebih dari 35 tahun dianggap juga

berbahaya sebab baik alat reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh

berkurang dan menurun selain itu bisa terjadi resiko bawaan pada

bayinya dan juga dapat meningkatkan penyulit pada kehamilan,

persalinan dan nifas (Martadisoebrata, 2002:78).

11

Page 2: BAB II ani.doc

12

Umur ibu sangat menentukan kesehatan maternal dan berkaitan

dengan kondisi kehamilan, persalinan dan nifas serta cara mengasuh

dan menyusui bayinya. lbu yang berumur kurang dari 20 tahun masih

belum matang dan belum siap dalam hal jasmani dan sosial dalam

menghadapi kehamilan, persalinan serta dalam membina bayi yang

dilahirkan (Depkes RI, 2003). Sedangkan ibu yang berumur 20-35

tahun, menurut Hurlock (2002) disebut sebagai "masa dewasa" dan

disebut juga masa reproduksi, di mana pada masa ini diharapkan

orang telah mampu untuk memecahkan masalah-masalah yang

dihadapi dengan tenang secara emosional, terutama dalam

menghadapi kehamilan, persalinan, nifas dan merawat bayinya nanti.

Pada primipara dengan usia 35 tahun ke atas dimana produksi

hormon relatif berkurang, mengakibatkan proses laktasi menurun,

sedangkan pada usia remaja 12-19 tahun harus dikaji pula secara teliti

karena perkembangan fisik, psikologis maupun sosialnya belum siap

yang dapat mengganggu keseimbangan psikologis dan dapat

mempengaruhi dalam produksi ASI (Martadisoebrata, 2002:78).

Menurut teori Hurlock.B.E (2002), bahwa semakin meningkatnya

umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang dalam berfikir dan

bekerja akan lebih matang.

Umur seseorang sangat mempengaruhi dalam memberikan ASI

karena semakin tua usia seorang ibu, maka sangat mempengaruhi

terhadap pengeluaran hormon prolaktin yang nantinya akan

Page 3: BAB II ani.doc

13

mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif (Soetiningsih,

2008:38).

2.1.2 Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan kelahiran

bayi atau janin. Paritas akan berpengaruh terhadap pengalaman dalam

menyusui dan pemberian ASI eksklusif. Ibu dengan paritas nol belum

mempunyai pengalaman dalam menyusui, tetapi pada ibu dengan

kehamilan kedua atau lebih ada pengalaman dari pemberian ASI

sebelumnya (Hartanto, 2003:46).

2.1.3 Pendidikan

Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat

sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku

pendidik (Notoatmodjo, 2010:10).

Pendidikan sangat dibutuhkan manusia untuk pengembangan diri

dan meningkatkan intelektual seseorang. Kematangan intelektual akan

berpengaruh terhadap wawasan dan cara berpikir seseorang, baik

dalam tindakan yang dapat dilihat maupun dalam cara pengambilan

keputusan dan pembuatan kebijaksanaan dalam menggunakan

pelayanan kesehatan. Pendidikan yang rendah membuat seseorang

acuh tak acuh terhadap program kesehatan sehingga tidak mengenal

bahaya yang mungkin terjadi, tersedianya sarana belum tentu mereka

mau menggunakannya (Martadisoebrata, 2002:80).

Page 4: BAB II ani.doc

14

Menurut Hartanto (2003:42) menyatakan bahwa pendidikan

merupakan salah satu faktor untuk mengetahui pengetahuan

seseorang. Berbagai penelitian membuktikan, bahwa pendidikan

berpengaruh positif dalam perilaku kesehatan seseorang. Tingkat

pendidikan ibu merupakan salah satu aspek sosial, umumnya

berpengaruh pada tingkat pendapatan keluarga. Sebagai faktor

ekonomi, pendidikan juga dapat mempengaruhi sikap dan perilaku ibu

dalam memberikan ASI pada anaknya.

Menurut Ridwan (2006:1), pendidikan membantu seseorang

untuk menerima informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan

bayi, misalnya dalam memberikan ASI eksklusif. Proses pencarian

dan penerimaan informasi ini akan lebih cepat jika ibu berpendidikan

tinggi. (Nuraliyah, 2008:2). Pengetahuan seseorang dapat diperoleh

dari pendidikan yang ia dapat. Kurangnya pengertian dan pengetahuan

ibu tentang manfaat ASI eksklusif menyebabkan ibu-ibu mudah

terpengaruh dan beralih ke susu formula(Suharti. 2008. Jenjang

Pendidikan. http://www.wordpress.com, diperoleh tanggal 17 Juli

2010).

2.1.4 Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya (Nursalam,

2007:60)

Page 5: BAB II ani.doc

15

Pekerjaan ibu juga diperkirakan dapat mempengaruhi

pengetahuan dan kesempatan ibu dalam memberikan ASI eksklusif.

Pengetahuan responden yang bekerja lebih baik bila dibandingkan

dengan pengetahuan responden yang tidak bekerja. Semua ini

disebabkan karena ibu yang bekerja di luar rumah (sektor formal)

memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi, termasuk

mendapatkan informasi tentang pemberian ASI eksklusif (Depkes RI

2003).

Seorang ibu yang bekerja akan mempunyai tambahan pendapatan

bagi keluarganya yang akhirnya dapat memenuhi kebutuhan

keluarganya, apabila ia tidak bekerja maka tidak dapat memenuhi

kebutuhan pokok keluarganya, bekerja untuk perempuan sering kali

bukan pilihan tetapi karena pendapatan suami tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan rumah tangganya (Novaria, 2000:2).

Menurut Roesli (2009:38), mengatakan bahwa bekerja bukan

alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara ekslusif selama

paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin sampai 6 bulan, meskipun cuti

hamil hanya 3 bulan. Dengan pengetahuan yang benar tentang

menyusui, adanya perlengkapan memerah ASI, dan dukungan

lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja dapat tetap memberikan

ASI secara ekslusif.

Ibu yang bekerja akan lebih sedikit memiliki waktu cukup untuk

menyusui anaknya karena waktunya tersita dengan pekerjaan.

Page 6: BAB II ani.doc

16

Sedangkan pada ibu yang tidak bekerja, mereka akan mempunyai

banyak waktu untuk menyusui anaknya secara eksklusif (Handayani,

2006:2).

Menurut hasil penelitian Andryani (2005:1) diperoleh bahwa

sebanyak 52,5 % ibu yang bekerja mempunyai pengetahuan yang baik

dan 47,5% ibu tidak bekerja memiliki pengetahuan kurang baik

tentang ASI ekslusif.

Banyak ibu bekerja yang beranggapan bahwa dengan menyusui

bayinya setelah melahirkan dapat merusak kecantikannya, mereka

takut terlihat jelek apabila menyusui bayinya. Maka faktor pekerjaan

ibu juga mempengaruhi dalam pemberian ASI eksklusif (Sartono.

Aktifitas dan Pekerjaan Individu. 2008. http://www.balipost.com,

diperoleh tanggal 18 Juli 2010).

2.2. Air Susu Ibu (ASI)

2.2.1 Definisi ASI

Air susu ibu atau ASI adalah susu yang diproduksi oleh manusia

untuk konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang

belum dapat mencerna makanan padat.

ASI juga merupakan suatu jenis makanan yang mencukupi

seluruh unsur kebutuhan bayi, baik fisik, psikologi, sosial maupun

spiritual yang dapat diberikan sedini mungkin setelah lahir sampai

Page 7: BAB II ani.doc

17

bayi berumur 6 bulan tanpa pemberian makanan lain dan dilanjutkan

sampai umur 2 tahun (Purwanti, 2004:6).

2.2.2 ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI tanpa memberikan

makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai bayi

berumur 6 bulan kecuali obat dan vitamin (Depkes, 2003).

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan

sampai sekitar usia 6 bulan. Selama itu bayi tidak diharapkan

mendapatkan tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air

teh, madu, air putih. Pada pemberian ASI eksklusif bayi juga tidak

diberikan makanan tambahan, seperti pisang, biskuit, bubur susu,

bubur nasi, tim dan sebagainya (Perinasia, 2004:3).

2.2.3 Pembentukan ASI

Dalam fisiologi laktasi, laktasi atau menyusui mempunyai dua

pengertian yaitu produksi dan pengeluaran ASI. Payudara mulai

dibentuk sejak embrio berumur 18 - 19 minggu, dan baru selesai

ketika mulai menstruasi, dengan terbentuknya hormon estrogen dan

progesteron yang berfungsi untuk maturasi alveoli. Sedangkan

hormon prolaktin adalah hormon yang berfungsi untuk produksi ASI

disamping hormon lain seperti insulin, tiroksin dan sebagainya.

Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat,

tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar

estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan,

Page 8: BAB II ani.doc

18

kadar estrogen dan progesteron turun drastis sehingga pengaruh

prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI.

Dengan menyusukan lebih dini, terjadi perangsangan puting susu,

terbentuklah prolaktin oleh hipofisis sehingga sekresi ASI makin

lancar. Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi

adalah refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat

perangsangan puting susu oleh hisapan bayi.

1) Refleks prolaktin

Dalam puting susu terdapat banyak ujung saraf sensoris yang

bila terkena rangsangan akan timbul impuls yang menuju

ke hipotalamus, selanjutnya ke kelenjar hipofisis bagian depan

sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon

inilah yang berperan dalam produksi ASI di tingkat alveoli.

Gambar 2.1

Reflek Prolaktin

Page 9: BAB II ani.doc

19

2) Refleks aliran (let down reflex)

Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai

ke kelenjar hipofisis depan, tetapi juga ke kelenjar hipofisis bagian

belakang, yang mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini

berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding

alveolus dan dinding saluran sehingga ASI dipompa keluar. Makin

sering menyusui, pengosongan alveolus dan saluran makin baik

sehingga kemungkinan terjadinya bendungan susu makin kecil, dan

menyusui akan semakin lancar. Saluran ASI yang mengalami

bendungan tidak hanya mengganggu penyusuan, tetapi juga

berakibat mudah terkena infeksi.

Oksitosin juga memacu kontraksi otot rahim sehingga

involusi rahim makin cepat dan baik. Tidak jarang perut ibu terasa

mulas yang sangat pada hari-hari pertama menyusui dan ini adalah

mekanisme alamiah untuk kembalinya rahim ke bentuk semula

(Soetjiningsih, 2008:7)

Gambar 2.2

Reflek Oksitosin

Page 10: BAB II ani.doc

20

2.2.4 Pembagian ASI

ASI dibedakan menjadi 3 kelompok dan tahap secara terpisah,

yaitu:

1) Colostrum

Adalah cairan tahap pertama ASI yang dihasilkan selama

masa kehamilan dan berakhir beberapa hari setelah kelahiran bayi

(2-4 hari). Berwarna kuning keemasan atau krem (creamy),

disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup.

Lebih kental dibandingkan dengan cairan susu tahap berikutnya.

Colostrum merupakan pencahar usus bayi yang membersihkan

meconium sehingga mukosa usus bayi baru lahir bersih dan siap

menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi yang mendapat ASI

pada minggu pertama sering defekasi dan fesesnya berwarna hitam.

Kandungan tertinggi colostrum adalah antibodi yang siap

melindungi bayi ketika kondisi bayi masih sangat lemah.

Kandungan protein dalam colostrum lebih tinggi dibandingkan

dengan susu matur. Kekebalan bayi bertambah dengan volume

colostrum yang meningkat, akibat hisapan bayi secara terus-

menerus. Hal ini yang mengharuskan bayi setelah lahir segera

diberikan kepada ibu agar dapat segera menyusu (Purwanti,

2004:43).

Page 11: BAB II ani.doc

21

2) Transitional milk atau ASI peralihan

Dihasilkan setelah kolostrum dan berakhir sekitar 2 minggu

kemudian (diproduksi pada hari ke- 4 sampai ke- 10). Kandungan

ASI peralihan ini termasuk tinggi lemak, laktosa, vitamin terlarut

dalam air dan mengandung lebih banyak kalori daripada kolostrum.

Hal ini merupakan pemenuhan terhadap aktivitas bayi yang mulai

aktif karena bayi sudah beradaptasi terhadap lingkungan. Pada

masa ini pengeluaran ASI sudah mulai stabil begitu juga dengan

kondisi ibu. Oleh karena itu, yang perlu ditingkatkan adalah

kandungan protein dan kalsium dalam makanan ibu.

3) Mature milk/ ASI matur

Adalah cairan terakhir yang diproduksi, dari hari ke- 10

sampai seterusnya. Kandungan dari ASI matur ini 90 % adalah air

yang diperlukan untuk memelihara hidrasi bayi. Sedangkan 10 %

kandungannya adalah karbohidrat, protein dan lemak yang

diperlukan untuk kebutuhan hidup dan perkembangan bayi. ASI

matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan

dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi

mulai diperkenalkan dengan makanan lain selain ASI.

Ada 2 tipe mature milk/ASI matur:

a) Foremilk: Jenis ini dihasilkan selama awal menyusui dan

mengandung air, vitamin-vitamin dan protein.

Page 12: BAB II ani.doc

22

b) Hind-milk: Jenis ini dihasilkan setelah pemberian awal saat

menyusui dan mengandung lemak tingkat tinggi dan sangat

diperlukan untuk pertambahan berat bayi (Roesli, 2009:25).

2.2.5 Keunggulan ASI

Kadar ASI bisa berubah sesuai dengan fase-fase pertumbuhan

bayi. Perbedaan komposisi ASI ini tidak dipengaruhi oleh makanan

dan perbedaan etnik, tetapi dipengaruhi oleh kemampuan usus bayi

untuk menyerap makanan. Jumlah kalori dan zat gizi berubah

berdasarkan keadaan bayi saat lahir, apakah ia lahir prematur ataukah

tepat waktu. Bila bayi lahir prematur, kadar lemak dan protein ASI

lebih tinggi daripada kebutuhan bayi umumnya, karena bayi prematur

membutuhkan kalori lebih banyak (Hartono. Asi dan

keunggulannya.2007.http://www.baitjannati.wordpress.com, diperoleh

tanggal 15 Juli 2010).

2.2.6 Manfaat ASI

ASI bermanfaat bukan hanya untuk bayi saja, tetapi juga

bermanfaat untuk ibu, keluarga dan negara.

Manfaat ASI antara lain:

1) Manfaat ASI untuk bayi:

a) ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi

anda. Dengan komposisi nutrisi yang sesuai untuk

perkembangan bayi sehat.

b) ASI mudah dicerna oleh bayi.

Page 13: BAB II ani.doc

23

c) Jarang menyebabkan konstipasi.

d) Nutrisi yang terkandung pada ASI sangat mudah diserap

oleh bayi.

e) ASI kaya akan antibody (zat kekebalan tubuh) yang

membantu tubuh bayi untuk melawan infeksi dan

penyakit lainnya.

f) ASI dapat mencegah karies karena mengandung mineral

selenium.

g) Dari suatu penelitian di Denmark menemukan bahwa

bayi yang diberikan ASI sampai lebih dari 9 bulan akan

menjadi dewasa yang lebih cerdas. Hal ini diduga karena

ASI mengandung DHA/AA.

h) Bayi yang diberikan ASI eksklusif sampai 4 bulan akan

menurunkan resiko sakit jantung bila mereka dewasa.

i) ASI juga menurunkan resiko diare, infeksi saluran nafas

bagian bawah, infeksi saluran kencing, dan juga

menurunkan resiko kematian bayi mendadak.

j) Memberikan ASI juga membina ikatan kasih sayang

antara ibu dan bayi.

2) Manfaat ASI untuk ibu :

a) Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan

meningkatkan kontraksi rahim, yang berarti mengurangi

resiko perdarahan.

Page 14: BAB II ani.doc

24

b) Memberikan ASI juga membantu memperkecil ukuran

rahim ke ukuran sebelum hamil.

c) Menyusui (ASI) membakar kalori sehingga membantu

penurunan berat badan lebih cepat.

d) Mengurangi risiko diabetes maternal

e) Beberapa ahli menyatakan bahwa terjadinya kanker

payudara pada wanita menyusui sangat rendah.

f) Mengurangi risiko kanker indung telur (ca ovarium) dan

kanker rahim (ca endometrium).

g) Mengurangi risiko osteoporosis

h) Mengurangi risiko rhematoid artritis

i) Metode KB paling aman

j) Mengurangi stres dan gelisah

3) Manfaat ASI untuk keluarga

a) ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya

digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk

keperluan lain. Bayi yang diberi ASI juga jarang sakit sehingga

mengurangi biaya berobat

b) Aspek psikologis

Kebahagiaan keluarga bertambah karena kelahiran lebih

jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan mendekatkan

hubungan bayi dengan keluarga.

Page 15: BAB II ani.doc

25

c) Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis karena dapat diberikan dimana

saja dan kapan saja, tidak perlu repot menyiapkan air masak,

botol dan dot yang harus selalu dibersihkan. Tidak perlu minta

pertolongan orang lain.

4) Manfaat ASI untuk Negara

a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak

b) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit (mengurangi biaya

untuk berobat, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi

nasokomial)

c) Mengurangi devisa untuk membeli susu formula, perlengkapan

menyusui dan biaya menyiapkan susu

d) Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa yang tangguh

dan berkualitas (Perinasia, 2004:3)

2.2.7 Zat Gizi yang Terkandung dalam ASI

Nutrien / zat gizi yang terkandung dalan ASI:

a. Kolostrum

Cairan kental berwarna kekuning-kuningan yang dihasilkan

pada sel alveoli payudara ibu. Sesuai untuk kapasitas pencernaan

bayi dan kemampuan ginjal baru lahir yang belum mampu

menerima makanan dalam volume besar.

Page 16: BAB II ani.doc

26

b. Protein

Protein dalam ASI terdiri dari casein ( protein yang sulit

dicerna ) dan whey (protein yang mudah dicerna ). ASI lebih

banyak mengandung whey daripada casein sehingga protein ASI

mudah dicerna. Sedangkan pada susu sapi kebalikannya.

c. Lemak

Lemak ASI adalah penghasil kalori (energi) utama dan

merupakan komponen zat gizi yang sangat bervariasi. Lebih mudah

dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi.

Penelitian OSBORN membuktikan, bayi yang tidak

mendapatkan ASI lebih banyak menderita penyakit jantung koroner

di usia muda.

d. Laktosa

Merupakan karbohidrat utama pada ASI. Fungsinya sebagai

sumber energi. Fungsi lainnya meningkatkan absorbs kalsium dan

merangsang pertumbuhan lactobacillus bifidus.

e. Vitamin. A

Ada dengan konsentrasi berkisar pada 200 IU/dl

f. Zat Besi

Meskipun ASI mengandung sedikit zat besi (0,5 – 1,0 mg /

liter), bayi yang menyusui jarang kekurangan zat besi ( anemia ).

Hal ini dikarenakan zat besi pada ASI yang lebih mudah diserap.

Page 17: BAB II ani.doc

27

g. Taurin

Berupa asam amino dan berfungsi sebagai neurotransmitter,

berperan penting dalam maturasi otak bayi.

h. Lactobasillus

Berfungsi menghambat pertumbuhan  mikroorganisme

seperti bakteri E.Coli yang sering menyebabkan diare pada bayi.

i. Lactoferin

Bermanfaat menghambat bakteri staphylococcus dan jamur

candida.

j. Lisozim

Dapat memecah dinding bakteri sekaligus mengurangi

insidens caries dentis dan maloklusi (kebiasaan lidah yang

mendorong ke depan akibat menyusu dengan botol dan dot)

(Hartono. 2008. Segala Keunggulan ASI. http://www.klinik

sehat.files wordpress.com, diperoleh tanggal 15 Juli 2010).

2.2.8 Jumlah ASI yang Diberikan

Seringkali ibu yang menyusui bertanya tentang berapa seringkah

menyusui atau berapa banyak ASI yang harus diberikan pada bayi,

sesuai dengan umur bayi. Secara umum dikatakan bahwa pada usia 3

bulan bayi menjadi lebih cepat dalam menghabiskan ASI sehingga

proses menyusui menjadi lebih cepat dan lebih jarang setelah usia ini.

Namun demikian, seringkali pola minum ASI pada bayi akan

berfluktuasi dalam 6 bulan pertama kehidupan.

Page 18: BAB II ani.doc

28

Beberapa membagi frekuensi minum ASI dengan umur sebagai

berikut :

1) Usia awal lahir hingga 2 bulan

Di usia ini, bayi biasanya frekuensi menyusui cukup sering

dengan rata-rata setiap 1-3 jam sekali.

2) bulan hingga 6 bulan

Di rentang usia ini bayi mulai mampu menghabiskan ASI

dengan lebih cepat, sehingga menyusui menjadi lebih singkat

durasinya dan lebih jarang dengan rata-rata setiap 3-5 jam.

3) 6 bulan hingga 1 tahun

Di usia ini bayi sudah semakin kuat dalam menyusui dan

durasi menyusui menjadi lebih jarang lagi. Hal penting yang perlu

diperhatikan adalah setelah usia 6 bulan ini bayi sudah

membutuhkan makanan tambahan selain ASI.

4) Setelah satu tahun

Saat ini bayi mungkin banyak menyusui sebanyak 2 kali

perhari. Keuntungan dari menyusui tidak dibatasi oleh waktu, jika

ingin melanjutkan pemberian ASI. Hal ini dapat dilakukan, hanya

biasanya produksi ASI ibu di usia satu tahun ini sudah menurun,

sehingga untuk mencukupi kebutuhan tumbuh kembang bayi

diperlukan makanan yang lebih bervariasi.

Page 19: BAB II ani.doc

29

2.2.9 Tanda ASI yang Cukup

Banyak ibu yang kurang memperhatikan apakah bayinya sudah

cukup mendapatkan ASI, atau bahkan banyak juga ibu yang bingung

dengan berapa banyak atau berapa sering pemberian ASI yang baik

itu.

Oleh karena itu, berbagai tanda dibawah ini dapat dijadikan

pedoman untuk mengevaluasi kecukupan pemberian ASI, yaitu

1) Bayi menunjukan keinginan dan gairah yang kuat untuk bangun

secara teratur untuk menyusui.

2) Irama hisapan yang ritmis dan teratur, bagian depan telinga bayi

akan terlihat sedikit bergerak dan ibu bisa mendengar bayinya

menghisap dan menelan ASI yang diberikan.

3) Berikan ASI selama rata-rata 15-20 menit pada masing-masing

payudara setiap menyusui.

4) Berikan ASI setidaknya setiap 1-3 jam selama dua bulan pertama.

Disarankan juga untuk membangunkan bayi setiap 2-3 jam untuk

memberikan ASI selama beberapa minggu awal. Setelah lebih dari

dua bulan bayi akan mampu menghabiskan ASI lebih cepat, maka

pemberian ASI dilakukan lebih jarang hingga setiap 3-5 jam dan

durasi menyusui menjadi lebih singkat.

5) Bayi ngompol hingga 6-8 kali menandakan masukan cairan yang

cukup.

Page 20: BAB II ani.doc

30

6) Bayi tubuh dengan kecepatan pertumbuhan yang normal,

mengalami peningkatan berat, tinggi badan, dan ukuran lingkar

kepala.

7) Memiliki tonus otot yang baik, kulit yang sehat dan warna kulit

yang sehat pula.

2.2.10 Membina dan Mempertahankan Persediaan ASI

Suatu upaya harus diarahkan kepembinaan awal ibu dalam

mempertahankan ASI secara normal, rajin menyusui dengan

membiarkan bayi untuk sering mengosongkan susu selama terutama

fase awal menyusui saat pembentukan kolostrum masih berlangsung.

Bayi harus diijinkan menyusu bila lapar, tampak atau tidak tampak

ada ASI yang keluar. Perlu diingat bahwa menyusui wajib dimulai

sesegera sesudah persalinan ketika keadaan bayi telah memungkinkan,

lebih baik dalam beberapa jam.

Lakukan pula perawatan yang pantas pada puting susu baik

dalam keadaan sakit maupun yang terasa perih atau sakit, harus

dilakukan sebelum nyeri berat terjadi akibat luka lecet atau pecah.

Kadang-kadang melindungi puting juga dapat membantu. Apabila

keperihan menyebabkan ibu ketakutan, maka reflek ejeksi-susu dapat

tertunda yang menyebabkan bayi frustasi dan selanjutnya menghisap

semakin bertambah kuat.

Page 21: BAB II ani.doc

31

Adapun beberapa tips tambahan dalam menunjang upaya

membina dan mempertahankan persediaan ASI yang sehat adalah

sebagai berikut :

1) Hindarilah faktor-faktor psikologis yang sifatnya negatif (misalnya

ketakutan, marah, sedih) pada ibu. Tidak ada faktor yang lebih

penting daripada kebahagiaan ibu dan pikiran yang rileks.

Kekuatiran dan ketidakbahagiaan adalah contoh hal-hal yang

efektif untuk mengurangi dan bahkan meniadakan sekresi ASI.

2) Menghindari kelelahan adalah penting, tetapi disamping itu ibu

juga harus cukup melakukan latihan fisik untuk menaikkan

kesehatan fisiknya.

3) Sekali sehari, payudara haruslah dicuci, dibersihkan guna menjaga

higiene ASI. Pastikan daerah puting susu harus selalu kering dan

hindari penggunaan sabun yang dapat membasahi. Perawatan harus

dilakukan untuk mencegah iritasi dan infeksi pada puting susu yang

disebabkan penyusuan yang lama, maserasi karena puting yang

basah dan lembab atau tergosok pakaian.

4) Diet ibu harus mengandung kalori yang cukup untuk mengimbangi

diet bayi yang diekskresikan dalam ASI serta untuk bahan yang

diperlukan untuk menghasilkannya. Ibu yang menyusui

memerlukan diet lauk-pauk, tinggi cairan, vitamin dan mineral

yang bervariasi agar cukup untuk mempertahankan berat badannya.

Page 22: BAB II ani.doc

32

Selama menyusui, ibu haruslah menghindari terjadinya penurunan

berat badannya.

2.2.11 Pengeluaran ASI

Apabila ASI berlebihan, sampai keluar memancar maka

sebelum menyusui sebaiknya ASI dikeluarkan terlebih dahulu untuk

menghindari bayi tersedak atau enggan menyusu. Pengeluaran ASI

juga berguna pada ibu bekerja yang akan meninggalkan ASI bagi

bayinya di rumah, ASI yang merembes karena payudara penuh, pada

bayi yang mempunyai masalah mengisap (misalnya BBLR),

menghilangkan bendungan atau memacu produksi ASI saat ibu sakit

dan tidak dapat langsung menyusui bayinya.

Keluarkan ASI sebanyak mungkin dan tampung ke cangkir atau

tempat/teko yang bersih. Ada ibu yang dapat mengeluarkan ASI

sampai 2 cangkir (400-500 ml) atau lebih, walaupun setelah bayi

selesai menyusu. Tetapi meskipun hanya 1 cangkir (200 ml) sudah

bisa untuk pemberian 2 kali @ 100 ml (Perinasia, 2004:11).

2.2.12 Penyimpanan ASI

ASI yang dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat. Ada

perbedaan lamanya simpan, dikaitkan dengan tempat penyimpanan:

1) Di udara terbuka/bebas: 6-8 jam (temperatur ruangan 19-25⁰C),

bila masih colostrum bisa sampai 12 jam.

2) Dilemari lemari es (suhu 4⁰C): 1-2 hari

3) Di freezer (-4⁰C): 2 minggu - 4 bulan

Page 23: BAB II ani.doc

33

4) Deep freezer (-18⁰C): bertahun-tahun

ASI beku perlu dicairkan dahulu dalam lemari es 4⁰C. ASI

kemudian tidak boleh dimasak/ dipanaskan, hanya dihangatkan

dengan merendam cangkir dalam air hangat.

Yang perlu diperhatikan pada pemberian ASI yang telah

dikeluarkan adalah cara pemberiannya pada bayi. Jangan diberikan

dengan mengunakan botol/dot, karena hal ini akan menyebabkan bayi

‘bingung puting’. Berikan pada bayi dengan menggunakan cangkir

atau sendok, sehingga bila saatnya ibu menyusui langsung, bayi tidak

menolak menyusu (Perinasia, 2004:13).

2.3 Menyusui

Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak

kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan

refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu.

(id.wikipedia.org/wiki/Menyusui - Cached - Similar).

Pemerintah dan organisasi internasional sepakat untuk

mempromosikan menyusui sebagai metode terbaik untuk pemberian gizi

bayi setidaknya tahun pertama dan bahkan lebih lama lagi, antara lain

WHO, Akademi Dokter Anak Amerika (American Academy of

Pediatrics}, dan Departemen Kesehatan. (id.wikipedia.org/wiki/Menyusui -

Cached - Similar).

Page 24: BAB II ani.doc

34

2.3.1 Mekanisme Menyusui

Menyusui bayi yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan bayi

(on demand), karena secara alamiah bayi akan mengatur

kebutuhannya sendiri. Semakin sering bayi menyusu, payudara akan

memproduksi ASI lebih banyak.

Dalam proses laktasi ada beberapa refleks yang berpengaruh

terhadap kelancaran laktasi, diantaranya adalah :

1) Refleks menangkap (rooting refleks)

Refleks ini timbul bila bayi baru lahir tersentuh pipinya, bayi

akan menoleh kearah sentuhan. Bila bibirnya dirangsang dengan

papila mammae, maka bayi akan membuka mulutnya dan berusaha

untuk menangkap puting susu.

2) Refleks menghisap

Refleks ini akan timbul apabila langit-langit mulut bayi

tersentuh, biasanya oleh puting susu. Sebagian besar areola

mammae harus tertangkap mulut bayi sehingga puting dapat

mencapai bagian belakang palatum. Dengan demikian, sinis

laktiferus yang berada di bawah areola akan tertekan antara gusi,

lidah dan palatum, sehingga ASI terperas keluar.

3) Refleks menelan

Refleks ini timbul apabila air susu sudah penuh dalam mulut

bayi, kemudian akan ditelan sebagai pernyataan refleks menelan

(Soetjiningsih, 2008:7).

Page 25: BAB II ani.doc

35

2.3.2 Keterampilan Menyusui

Banyak permasalahan dalam menyusui, seperti nyeri pada

puting susu, susu yang jumlahnya sedikit, atau ibu tidak nyaman

dalam menyusui, bisa dipecahkan dengan meningkatkan teknik dasar

dalam menyusui, khususnya dalam memposisikan ibu dan bayi

dengan benar.

Sentuh bibir bayi dengan ujung puting hingga bayi membuka

mulutnya. Biarkan dia membuka selebarnya mulutnya hingga sampai

bagian besar areola (bagian berwarna coklat). Gerakan rahang dan

bunyi tegukan memastikan bayi menyusui dalam posisi yang betul.

Selepas menyusui, masukkan ujung jari kelingking anda di ujung

mulut bayi untuk melepaskan puting susu dari mulut bayi.

1) Refleks ‘let-down’

Refleks ‘let-down’ adalah rasa berdenyut yang menandakan

aliran hangat susu dan bayi berada pada posisi penyusuan yang

betul. Jika anda tidak mengalami rasa ini, mungkin disebabkan

oleh gangguan, tidak ada ruang untuk privacy/pribadi, rasa malu

atau rasa cemas mengenai menyusui bayi, letih atau sakit.

2) Beralih payudara

Jika bisa, berikan bayi menyusui dari kedua payudara setiap

kali menyusui. Alihkan bayi pada satu payudara sehingga dia

berhenti menghisap. Angkat bayi, sendawakannya dan alihkannya

ke payudara sebelah dan teruskan menyusui sehingga dia merasa

Page 26: BAB II ani.doc

36

kenyang. Untuk menyusui yang berikutnya, dimulai dari payudara

yang terasa sarat dengan susu.

3) Sendawakan Bayi

Sendawakan bayi setiap kali selesai menyusui. Bayi

mungkin termuntah susu, jadi pastikan anda menyediakan

kain/handuk. Jika dia tidak sendawa selepas 30 detik, dia

mungkin tidak perlu disendawakan. Letakkan bayi di bahu anda

dan gosok atau tepuk perlahan belakang badannya.

4) Posisi ibu

Dapatkan posisi yang membuat anda dan bayi anda merasa

nyaman. Tubuh bayi haruslah rapat dengan anda dan muka bayi

bertemu dengan payudara anda. Mulutnya harus berhampiran

dengan puting dan kepala, leher dan belakangnya sepatutnya

dalam keadaan lurus. Belakang badan anda juga perlu tegak,

jangan membungkuk. Gunakan bantal untuk bersandar, jika perlu.

Ada berbagai macam posisi menyusui yang bisa ibu

lakukan, diantaranya

a) Posisi dekapan

Posisi klasik dan telah menjadi kegemaran kebanyakan

para ibu. Posisi ini membolehkan perut bayi dan perut anda

bertemu supaya anda tidak perlu memutar kepalanya untuk

menyusu. Kepala bayi berada di dalam dekapan anda, sokong

Page 27: BAB II ani.doc

37

belakang badan dan punggung bayi serta lengan bayi perlu

berada di bagian sisinya.

b) Posisi ‘football hold’

Posisi ini sangat sesuai jika anda baru pulih dari

pembedahan ‘cesarean’, memiliki payudara yang besar,

menyusui bayi premature atau bayi yang kecil ukurannya atau

menyusui anak kembar pada waktu yang bersamaan. Sokong

kepala bayi dengan tangan, gunakan bantal untuk menyokong

belakang badan anda.

c) Posisi berbaring

Coba posisi ini apabila anda dan bayi merasa letih. Jika

anda baru pulih dari pembedahan ‘Cesarean’ ini mungkin satu-

satunya posisi yang bisa anda coba pada beberapa hari

pertama. Sokong kepala anda dengan lengan dan sokong bayi

anda dengan lengan atas.

Page 28: BAB II ani.doc

38

Gambar . 2.1

Posisi Menyusui Yang Baik

(www.f-buzz.com, 2008)

5) Posisi bayi :

Disarankan untuk memulai persiapan pemberian ASI dengan

mengenakan pakaian yang sederhana pada bayi atau bahkan tidak

mengenakan pakaian, untuk meningkatkan kontak dengan ibu.

b) Baringkan bayi dalam dekapan ibu, dengan posisi menghadap

payudara. Posisi leher pada lipatan lengan, badan terbaring

disepanjang lengan dan pantat dipegang oleh tangan.

c) Setelah itu putarlah tubuh bayi sedemikian rupa sehingga posisi

bayi berhadapan dengan badan ibu.

d) Posisi tubuh bayi harus dalam keadaan tegak lurus menghadap

tubuh ibu, jangan memutar leher bayi untuk mencapai puting

susu ibu.

e) Jika posisi bayi kurang tinggi, gunakan bantal untuk menyangga

lengan.

Page 29: BAB II ani.doc

39

f) Posisikan lengan bayi dengan baik, lengan bawah diposisikan di

bawah payudara dan lengan yang atas bila mengganggu bisa

ditahan dengan menggunakan ibu jari lengan yang

menggendong.

6) Posisi payudara:

a) Hal yang pertama perlu dilakukan dalam persiapan payudara

menjelang menyusui. Secara manual pijatlah payudara untuk

mendapatkan beberapa tetes ASI pada puting ibu, hal ini akan

melembabkan payudara ibu.

b) Tahanlah payudara, beban payudara ditahan dengan telapak

tangan dan jari-jemari di bawahnya dan ibu jari di atasnya.

c) Jauhkan jari dari daerah areola, sehingga menjauhi daerah

tempat bayi menghisap susu, hal ini bertujuan untuk

menghindari kontaminasi.

7) Memulai menyusui :

a) Dekatkan mulut bayi pada puting yang sudah lembab tadi, lalu

pijatlah bibir bayi dengan lembut untuk merangsang refleks

menghisap pada bayi.

b) Ketika mulut bayi terbuka, segeralah melekatkan mulut bayi di

tengah payudara dan dekatlah bayi dengan erat ke tubuh ibu.

c) Pastikan bayi menghisap hingga areola payudara bukan puting

susu ibu, dengan ini nyeri pada payudara selama menyusui bisa

dihindari.

Page 30: BAB II ani.doc

40

d) Buatlah penyesuaian dengan irama pernafasan bayi.

e) Ketika bayi sudah menghisap ASI dengan baik maka pastikan

kita mengatur posisi payudara dengan baik, tahan berat payudara

dengan tangan sehingga berat payudara tidak seluruhnya

membebani mulut dan bibir bayi.

f) Hal terakhir yang cukup penting adalah, ketika kita akan

menghentikan pemberian ASI, jangan menarik mulut bayi dari

payudara ketika bayi masih menghisap. Maka hentikan dahulu

hisapan bayi lalu jauhkan bayi dari payudara dengan perlahan-

lahan, hal ini bertujuan agar penghentian menyusui ini tidak

melukai payudara, yang bisa berakibat nyeri hingga infeksi

payudara.

2.3.3 Masalah-Masalah dalam Menyusui

1) Masalah menyusui masa antenatal

a) Kurang atau salah informasi

b) Puting susu datar atau terbenam

2) Masalah menyusui pada masa pasca persalinan dini

a) Puting susu lecet

b) Payudara bengkak

c) Mastitis atau abses payudara

3) Masalah menyusui pada masa pasca persalinan lanjut

a) Sindrom ASI kurang

Tanda-tanda ASI benar-benar kurang, antar lain:

Page 31: BAB II ani.doc

41

(1) Kenaikan berat badan bayi kurang dari rata-rata 500

gram per bulan

(2) Berat badan lahir dalam waktu 2 minggu belum

kembali

(3) Ngompol rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam:

cairan urine pekat, bau dan berwarna kuning

Faktor penyebab ASI kurang adalah:

(1) Faktor teknik menyusui (frekuensi, perlekatan,

penggunaan dot/botol)

(2) Faktor psikologis

(3) Faktor fisik ibu (penggunaan alat kontrasepsi, diuretik,

merokok, hamil, kurang gizi)

(4) Faktor kondisi bayi (penyakit, abnormalitas). Jarang

terjadi

b) Ibu yang bekerja

4) Masalah menyusui pada keadaan khusus

a) Ibu melahirkan dengan bedah sesar

b) Ibu sakit, menderita hepatitis (HbsAg +) atau AIDS (HIV +),

TBC paru, Diabetes militus

c) Ibu yang memerlukan pengobatan

d) Ibu hamil

5) Masalah pada bayi

Page 32: BAB II ani.doc

42

a) Bayi sering menangis (bayi merasa tidak aman, sakit,

ngompol, bab, kurang gizi)

b) Bayi bingung puting

c) Bayi prematur dan bayi kecil (berat badan lahir rendah)

d) Bayi kuning (ikterik)

e) Bayi kembar

f) Bayi sakit

g) Bayi sumbing dan celah palatum/langit-langit

h) Bayi dengan lidah pendek (lingual frenulum)

i) Bayi yang memerlukan perawatan

2.3.4 Keberhasilan Menyusui Bagi Ibu yang Bekerja

Salah satu kendala mensukseskan program ASI eksklusif adalah

meningkatnya tenaga kerja wanita, sedangkan cuti melahirkan hanya

12 minggu, itupun 4 minggu harus diambil sebelum melahirkan.

Untuk menanggulangi ini perlu disiapkan hal seperti dibawah ini:

1) Cuti melahirkan diperpanjang menjadi paling kurang 4 bulan untuk

ibu yang menyusui dengan jaminan gaji penuh selama cuti dan

pekerjaan masih tetap terbuka bila cuti selesai.

2) Selama cuti, ibu hanya memberikan ASI, jangan memperkenalkan

susu formula dengan alasan agar terbiasa karena akan ditinggal

kerja.

3) Tempat bekerja disiapkan menjadi ‘mother-friendly working place’

dimana terdapat fasilitas untuk memerah dan menyimpan ASI.

Page 33: BAB II ani.doc

43

4) Bila fasilitas mengijinkan disediakan tempat penitipan bayi.

Ada beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu menyusui

yang bekerja :

1) Susuilah bayi sebelum ibu bekerja

2) ASI dikeluarkan untuk persediaan di rumah sebelum berangkat

bekerja

3) Pengosongan payudara di tempat kerja, setiap 3-4 jam

4) ASI dapat disimpan di lemari pendingin dan dapat diberikan pada

bayi saat ibu bekerja, dengan menggunakan cangkir

5) Pada saat ibu di rumah, sesering mungkin bayi disusui dan ganti

jadwal menyusuinya sehingga banyak menyusui di malam hari

6) Keterampilan mengeluarkan ASI dan merubah jadwal menyusui

sebaiknya telah mulai dipraktekkan sejak satu bulan sebelum

kembali bekerja

7) Minum dan makan makanan yang bergizi dan cukup selama

bekerja dan selama menyusui bayinya