BAB II ANALISIS DATAmuncul ing swijining tembung. Pamuncule diftong iku ngemu karep kanggo...
Transcript of BAB II ANALISIS DATAmuncul ing swijining tembung. Pamuncule diftong iku ngemu karep kanggo...
BAB II
ANALISIS DATA
Dalam bab analisis data ini merupakan pembahasan tentang tindak tutur
ekspresif dalam program acara Preman Pawon. Secara lebih rinci akan mengulas
tentang subtindak tutur ekspresif dan pemarkah lingual yang digunakan dalam
subtindak tutur ekspresif tersebut, subtindak tutur ekspresif yang paling dominan
dan mengapa subtindak tutur ekspresif tersebut dominan, serta faktor yang
melatarbelakangi adanya subtindak tutur ekspresif dalam program acara Preman
Pawon.
A. Jenis Subtindak Tutur Ekspresif dan Pemarkah Lingualnya.
1. Subtindak Tutur Ekspresif Memuji
Memuji adalah melahirkan kekaguman dan penghargaan kepada
sesuatu yang dianggap baik, indah, gagah berani, dan sebagainya (KBBI
2007:904). Jadi tindak tutur ekspresif ‘memuji’ adalah tindak tutur yang
dilakukan penutur terhadap mitra tutur dengan tujuan untuk
mengungkapkan kelebihan yang dimiliki oleh mitra tutur. Subtindak tutur
ekspresif memuji dalam program acara Preman Pawon antara lain
sebagai berikut.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi di pinggir jalan ketika Bowo Landa
melihat sebuah sepeda motor yang menurutnya bagus dan cocok untuk
dijadikan sebagai pengganti kendaraanya agar saat mencari lokasi
(tempat makan) yang enak bisa lebih nyaman.
(1) Bowo Landa : Wa...iki pit montore apik tenan iki. Untung kae
wis remuk tak dol kiloan.
Pelajar : Motorku iki Mas, wa..wis. (ND/01-08-15/1)
Bowo Landa : ‘Wa..ini sepeda motornya bagus sekali ini. Untung
itu sudah hancur saya jual kiloan.’
Pelajar : ‘Sepeda motor saya ini Mas, wa..sudah.’
Pada kutipan (9) data di atas Bowo Landa menuturkan
subtindak tutur ekspresif memuji. Subtindak tutur ekspresif memuji
yang dituturkan oleh Bowo Landa tersebut dituturkan kepada pemilik
sepeda motor yakni seorang pelajar SMA. Tuturan bermula ketika
Bowo Landa akan mencari tempat makan yang menjadi target dalam
perjalanan wisata kulinernya, tiba-tiba ia melihat sebuah sepeda motor
yang berada di pinggir jalan, sepeda motor tersebut menarik perhatian
Bowo Landa dan Bowo Landa menyukainya. Melihat sepeda motor
yang bagus tersebut dia tertarik untuk memilikinya. Atas
kekagumannya terhadap hal tersebut maka Bowo Landa menuturkan
subtindak tutur ekspresif memuji.
Pernyataan memuji Bowo Landa dituturkan melalui tuturan
Wa...iki pit montore apik tenan iki. Untung kae wis remuk tak dol
kiloan. ‘Wa..ini sepeda motornya bagus sekali ini. Untung itu sudah
hancur saya jual kiloan.’ Pemarkah lingual subtindak tutur ekspresif
memuji pada tuturan di atas adalah Wa...iki pit montore apik tenan iki.
‘Wa..ini sepeda motornya bagus sekali ini.’ Kalimat tersebut
merupakan pujian yang dituturkan oleh Bowo Landa karena melihat
sepeda motor yang telah membuatnya tertarik untuk memilikinya.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi di pinggir jalan ketika Bowo
Landa melihat sebuah sepeda motor yang menurutnya bagus. Ia
mengatakan bahwa mesin dari sepeda motor tersebut besar dan top serta
cocok untuk dijadikan sebagai pengganti kendaraanya agar nanti saat
mencari lokasi (tempat makan) yang enak bisa lebih nyaman.
(2) Bowo Landa :...Wis ki jan engine top tenan guwedhi ngene ki,
cocok dinggo tumpakanku selanjutnya iki. Oke
badhoger-badhoger ketemu lagi di Preman Pawon.
Saat ini saya sedang mencari penggantinya si
Untung, biar nanti saya kalau keliling-keliling cari
tempat-tempat lokasi yang enak itu, jadi isa luwih
nyaman.Hehe. Syeg...gagah.
Pelajar : Motorku iki Mas, wa..wis. (ND/01-08-15/2)
Bowo Landa :‘...Wah ini mesinnya top sekali besar seperti ini,
cocok untuk kendaraan saya selanjutnya ini. Oke
badhoger-badhoger bertemu lagi di Preman Pawon.
Saat ini saya sedang mencari penggantinya si
Untung, agar nanti saya kalau keliling-keliling
mencari tempat-tempat lokasi yang enak itu, jadi
bisa lebih nyaman. Hehe. Syeg...gagah.’
Pelajar : ‘Sepeda motor saya ini Mas, wa..sudah.’
Pada kutipan (10) data di atas terdapat subtindak tutur
ekspresif memuji yang dituturkan oleh Bowo Landa karena melihat
sepeda motor yang bagus. Subtindak tutur ekspresif memuji dituturkan
melalui tuturan Wis ki jan engine top tenan guwedhi ngene ki, cocok
dinggo tumpakanku selanjutnya iki. ‘Wah ini mesinnnya top sekali
besar seperti ini, cocok untuk kendaraan saya selanjutnya ini.’
Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif memuji di
atas adalah Wis ki jan engine top tenan guwedhi ngene ki. ‘Wah...ini
mesinnya top sekali besar seperti ini.’ Pemarkah lingual tersebut
berbentuk konteks. Dalam konteks tuturan tersebut engine (mesin) yang
dimaksud adalah mesin sepeda motor yang ditemuinya di pinggir jalan.
Bowo Landa memuji mesin sepeda motor tersebut karena mesinnya
besar dan top. Bowo Landa bermaksud untuk mengungkapkan
kelebihan dari sebuah sepeda motor yang dilihatnya, yaitu sepeda
motor milik seorang pelajar SMA yang sedang berhenti di pinggir jalan.
Selain itu, Bowo Landa juga beranggapan bahwa sepeda motor tersebut
cocok untuk dijadikan pengganti kendaraannya (Si Untung) agar nanti
kalau mencari tempat dalam wisata kulinernya akan terasa nyaman.
Data yang mengandung subtindak tutur ekspresif memuji dan
berpemarkah lingual sama dengan data (ND/01-08-15/2) terdapat pada
nomor data (ND/01-08-15/10), (KKN/20-09-15/5), dan (KKN/20-09-
15/11).
Konteks tuturan: Peristiwa terjadi ketika Bowo Landa membaca sebuah
nama restoran dengan nama Njah Djambon.
(3) Bowo Landa : Woh..Njah Djambon. Njah Djambon, wah, spesial
Arabian food, wah... Iki isine bangsane mas encik-
encik ngono kae ya ta, wong Arab-Arab, iki spesial
Arabian food, resto and gedung pernikahan.
(ND/01-08-15/3)
‘Oh..Njah Djambon. Njah Djambon, wah, spesial
makanan Arab, wah..Ini isinya sebangsa mas
encik-encik seperti itu ya kan, orang Arab-Arab,
ini spesial makanan Arab, restoran dan gedung
pernikahan.’
Pada kutipan (11) data di atas terdapat subtindak tutur
ekspresif memuji yang dituturkan Bowo Landa. Subtindak tutur ekspresif
memuji terjadi ketika Bowo Landa melihat dan membaca sebuah nama
restoran Njah Djambon. Pernyataan memuji Bowo Landa dituturkan
melalui tuturan Woh..Njah Djambon. Njah Djambon, wah, spesial
Arabian food, wah... ‘Oh..Njah Djambon. Njah Djambon, wah, spesial
makanan Arab, wah..’. Pemarkah lingual yang menunjukkan subtindak
tutur ekspresif memuji pada data di atas adalah wah... ‘Wah..’. Bowo
Landa menyatakan kekagumannya bahwa di pasar Kliwon terdapat
restoran yang menyajikan menu spesial dengan makanan Arab,
pernyataan lain yang menguatkan pernyataan memuji Bowo Landa
terhadap restoran tersebut adalah bahwa di restoran Njah Djambon juga
terdapat gedung pernikahan dan Bowo Landa juga mengatakan kapan
lagi akan menemukan masakan spesial Arab kalau tidak di pasar Kliwon.
Pasar Kliwon merupakan daerah yang terkenal sebagai tempat
perkampungan warga keturunan Arab-Indonesia di kota Surakarta.
Data yang mengandung subtindak tutur ekspresif memuji dan
berpemarkah lingual sama dengan data (ND/01-08-15/3) terdapat pada
nomor data (ND/01-08-15/8), (ND/01-08-15/12), (ND/01-08-15/14),
(ND/01-08-15/15), (ND/01-08-15/21), (ND/01-08-15/22), (ND/01-08-
15/30), (SMT/02-08-15/3), (SMT/02-08-15/4), (SMT/02-08-15/6),
(SMT/02-08-15/12), dan (KKN/20-09-15/ 1).
Konteks tuturan : Peristiwa terjadi ketika Bowo Landa membaca
sebuah nama restoran dengan nama Njah Djambon.
(4) Bowo Landa : Woh..Njah Djambon. Njah Djambon, wah, spesial
Arabian food, wah.. Iki isine bangsane mas encik-
encik ngono kae ya ta, wong Arab-Arab, iki spesial
Arabian food, resto and gedung pernikahan. Wuah
cocok sekali iki. Arabian, (sambil tertawa dan
menepukkan kedua tangan). Kapan lagi kita bisa
menemukan Arabian kalau nggak di pasar Kliwon.
Pengin ngerti? Jerone Njah, Njah Djambon Solo
punya bestik? Melu aku mlebu neng Preman
Pawon, makan yuk..arg...(ND/01-08-15/4).
‘Oh..Njah Djambon. Njah Djambon, wah, spesial
makanan Arab, wah..Ini isinya sebangsa mas
encik-encik seperti itu ya kan, orang Arab-arab, ini
spesial makanan Arab, restoran dan gedung
pernikahan. Wah... cocok sekali ini. Arabian,
kapan lagi kita bisa menemukan Arabian kalau
tidak di pasar Kliwon. Ingin tahu? Dalamnya Njah,
Njah Djambon Solo punya bestik? Ikut saya masuk
di Preman Pawon, makan yuk..arg... ’
Pada kutipan (12) data di atas terdapat subtindak tutur ekspresif
memuji yang dituturkan Bowo Landa. Subtindak tutur ekspresif memuji
terjadi setelah Bowo Landa melihat dan membaca sebuah nama restoran
Njah Djambon. Pernyataan memuji Bowo Landa dituturkan melalui
tuturan Wuah cocok sekali iki (sambil tertawa dan menepukkan kedua
tangan). Arabian, kapan lagi kita bisa menemukan arabian kalau
nggak di pasar Kliwon. ‘Wah... cocok sekali ini. Arabian, kapan lagi kita
bisa menemukan arabian kalau tidak di pasar Kliwon.’ Pemarkah lingual
yang menunjukkan subtindak tutur ekspresif memuji pada data di atas
adalah Wuah ‘Wah...’. Bowo Landa menyatakan kekagumannya bahwa
cocok bila di pasar Kliwon terdapat restoran yang spesial dengan
makanan Arab, pernyataan lain yang menguatkan pernyataan memuji
Bowo Landa terhadap restoran tersebut adalah bahwa di mana lagi akan
menemukan masakan spesial Arab kalau tidak di pasar Kliwon. Kata
Wuah ‘Wah...’ merupakan varian dari kata Wah ‘Wah’ dan mempunyai
arti yang sama dengan Wah ‘Wah’, hanya saja Wuah ‘Wah...’
mempunyai arti lebih menyangatkan. Ing wewengkon Jawa sisih wetan
(Jawa Timur) ana swara rangkep kang awujud diftong kang kerep
muncul ing swijining tembung. Pamuncule diftong iku ngemu karep
kanggo mbangetake surasane tembung (Sasangka, 1989:9).
Data yang mengandung subtindak tutur ekspresif memuji dan
berpemarkah lingual sama dengan data di atas terdapat pada nomor data
(ND/01-08-15/6), (ND/01-08-15/11), (ND/01-08-15/17), (ND/01-08-
15/20), (ND/01-08-15/25), (SMT/02-08-15/7), dan (SMT/02-08-15/8).
Konteks tuturan: Percakapan terjadi di restoran Njah Djambon, antara
Bowo Landa dengan karyawan restoran Njah Djambon. Bowo Landa
memuji restoran Njah Djambon karena adanya tulisan yang ia baca,
yakni spesial Arabian food.
(5) Bowo Landa : Mbak kalau di sini itu kok di situ ada tulisane spesial
Arabian food, wue...
Feri : Iya, itu Lahamugaga, Lahamugaga.
Bowo Landa : Ha?
Feri : Lahamugaga, di sini spesialnya Lahamugaga.
(ND/01-08-15/5)
Bowo Landa : ‘Mbak kalau di sini itu kok ada tulisan spesial
makanan Arab, wah...’
Feri : ‘Ya, itu Lahamugaga, Lahamugaga.’
Bowo Landa : Ha?
Feri : Lahamugaga, di sini spesialnya Lahamugaga.
Pada kutipan (13) data di atas terdapat subtindak tutur
ekspresif memuji yang dituturkan oleh Bowo Landa yakni melalui
tuturan Mbak kalau di sini itu kok di situ ada tulisane spesial
Arabian food, wue... ‘Mbak kalau di sini itu kok di situ ada tulisan
spesial makanan Arab, wah...’. Tuturan tersebut bermula ketika
Bowo Landa bertanya kepada karyawan Njah Djambon yang
menyambut kedatangannya, dia bertanya kenapa di depan ada
tulisan Arabian food ‘makanan Arab’. Pernyataan tersebut
dituturkan atas dasar rasa ingin tahu Bowo Landa mengenai
restoran Njah Djambon di mana sebuah restoran yang menyajikan
sebuah masakan spesial Arab. Bowo Landa ingin mengetahui menu
makanan yang terdapat di restoran Njah Djambon. Pemarkah
lingual yang menunjukkan adanya subtindak tutur ekspresif
memuji pada data di atas adalah Wue.....‘Wah...’. Wue...‘Wah...’
merupakan kata yang mempunyai arti sama dengan Wah ‘Wah’
dan Wuah ‘Wah...’ seperti yang terdapat pada kutipan data 11 dan
data 12, Wue.....‘Wah...’ merupakan varian dari kata Wah ‘Wah’
yang merupakan ekspresi kekaguman.
Data yang mengandung subtindak tutur ekspresif memuji
dan berpemarkah lingual sama dengan data (ND/01-08-15/5)
terdapat pada nomor data (ND/01-08-15/19).
Konteks tuturan : Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Pak
Sholehan selaku manager Njah Djambon. Bowo Landa bertanya
kepada Pak Sholehan sejak kapan bangunan yang saat ini dijadikan
sebagai restoran Njah Djambon berdiri.
(6) Bowo Landa : Nah, Pak ini tempatnya ini udah berapa lama sih
Pak?
Sholehan : Ini sudah...kalau bangunanya sudah lama sekali
ini, sudah dari turun temurun.
Bowo Landa : Wua...
Sholehan : Cuma kalau restorannya baru dua tahun ini.
(ND/01-08-15/7)
Bowo Landa : ‘Nah, Pak ini tempatnya ini sudah berapa lama
Pak?’
Sholehan : Ini sudah...kalau bangunanya sudah lama sekali
ini, sudah dari turun temurun.
Bowo Landa : ‘Wah...’
Sholehan : ‘Hanya saja kalau restorannya baru dua tahun ini.’
Pada kutipan (14) data di atas terdapat subtindak tutur
ekspresif yang dituturkan oleh Bowo Landa atas jawaban yang
diberikan Pak Sholehan mengenai sejak kapan bangunan yang
dijadikan restoran Njah Djambon berdiri. Hal tersebut ditunjukkan
pada tuturan Wua... ‘Wah...’. Tuturan Wua... ‘Wah...’ memiliki arti
sama dengan kata Wah ‘Wah’ dan Wuah ‘Wah...’ seperti yang
terdapat pada kutipan data (11) dan kutipan data (12) serta kata
Wue ‘Wah...’ yang terdapat pada data (13) karena Wua... ‘Wah...’
juga merupakan salah satu varian dari kata Wua... ‘Wah...’ yang
merupakan kata ekspresif untuk memuji. Tuturan tersebut bermula
ketika Bowo Landa bertanya kepada Pak Sholehan selaku manager
Njah Djambon mengenai sudah berapa lama tempat yang dijadikan
restoran Njah Djambon berdiri. Pak Sholehan menjawab bahwa
bangunan yang dijadikan restoran itu sudah lama sekali berdirinya,
sudah dari turun menurun, akan tetapi kalau restoran Njah
Djambonnya sendiri baru berdiri sekitar dua tahun. Tuturan
ekspresif Wua... ‘Wah...’ yang dituturkan oleh Bowo Landa
dilatarbelakangi oleh rasa kagum. Ketika mengetahui bangunan
yang dijadikan tempat restoran Njah Djambon sudah ada sejak
turun temurun dan akhirnya tuturan ekspresif memuji tersebut
terlontarkan.
Konteks tuturan : Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Pak
Sholehan di dapur Njah Djambon. Melihat keadaan sekitar dapur yang
bagus, Bowo Landa mengungkapkan ekspresi kekagumannya.
(7) Bowo Landa : Wuis...cocok sekali ini, hehehei. Wis...dapurnya
ini Pak?
Sholehan : Iya. (ND/01-08-15/9)
Bowo Landa : Wah...cocok sekali ini, hehehei. Wah...dapurnya
ini Pak?
Sholehan : ‘Ya.’
Pada kutipan (15) data di atas terdapat subtindak tutur
ekspresif memuji yang dituturkan Bowo Landa, yakni melalui
tuturan Wuis...cocok sekali ini, hehehei ‘Wah... sangat cocok ini,
hehehei’ Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur
ekspresif memuji pada data di atas adalah Wuis.... ‘Wah...’.
Tuturan Wuis... ‘Wah...’ memiliki arti yang sama dengan kata Wah
‘Wah’ dan Wuah ‘Wah...’ seperti yang terdapat pada kutipan data
(11), kutipan data (12) kata Wue ‘Wah...’ pada kutipan data (13),
kata Wua ‘Wah...’ pada kutipan data (14) yang berarti Wah ‘Wah’
karena Wuis... ‘Wah...’ merupakan salah satu varian dari tuturan
Wah ‘Wah’. Kata Wuis... ‘Wah...’ dalam tuturan tersebut
dituturkan untuk mengungkapkan perasaan kagum atas yang dilihat
Bowo Landa di restoran Njah Djambon. Dalam konteks tuturan
tersebut Bowo Landa sedang berjalan menuju dapur restoran Njah
Djambon. Ketika akan ke dapur, Bowo Landa melewati bagian-
bagian ruangan dari restoran Njah Djambon dan saat sudah sampai
di dapur, Bowo Landa kagum karena melihat keadaan dapur yang
bersih, bagus, tertata rapi, dan terlihat mewah. Karena hal tersebut
Bowo Landa mengekspresikan ekspresi kekagumannya maka
lahirlah tuturan memuji tersebut.
Data yang mengandung subtindak tutur ekspresif memuji
dan berpemarkah lingual sama dengan data (ND/01-08-15/9)
terdapat pada nomor data (KKN/20-09-15/9).
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan 2
orang karyawan Njah Djambon. Ketika proses memasak sudah selesai,
proses selanjutnya adalah plating. Setiap tahapan penyajian menu di
Njah Djambon dikerjakan oleh orang yang berbeda.
(8) Bowo Landa : Woo...beda neh karo kowe?
Ganda : Beda orang..ya.
Bowo Landa : Oalah...neng kene ki orange profesional, dadi
wis nde jobe dhewe-dhewe. Bagian nggangsa
enek, bagian plating enek. Mas sapa ki mau?
Teki : Teki. (ND/01-08-15/13)
Bowo Landa : ‘O...beda lagi dengan kamu?’
Ganda : Beda orang..ya.
Bowo Landa : ‘Oh...di sini itu orangnya profesional, jadi sudah
punya pekerjaannya sendiri-sendiri. Bagian
menumis ada, bagian menata di piring ada. Mas
siapa ini tadi?’
Teki : Teki.
Pada kutipan (16) data di atas terdapat subtindak tutur
ekspresif memuji yang dituturkan oleh Bowo Landa yakni pada
tuturan Oalah...neng kene ki orange profesional, dadi wis nde
jobe dhewe-dhewe. Bagian nggangsa enek, bagian plating enek.
Mas sapa ki mau? ‘Oh...di sini itu orangnya profesional, jadi
sudah punya pekerjaannya sendiri-sendiri. Bagian menumis ada,
bagian menata di piring ada. Mas siapa ini tadi?’. Tuturan tersebut
bermula ketika Bowo Landa terkejut karena tidak bersama
karyawan yang tadi memasak menu Lahamugaga bersamanya, akan
tetapi dengan karyawan yang lain. Lalu Bowo Landa menuturkan
bahwa di Njah Djambon itu orangnya profesional, semua karyawan
sudah mempunyai tugasnya sendiri-sendiri, di bagian masak ada, di
bagian plating ada. Tuturan tersebut dituturkan Bowo Landa untuk
memuji restoran Njah Djambon karena pembagian tugas karyawan
dilakukan secara profesional. Pemarkah lingual yang menandai
subtindak tutur ekspresif memuji pada tuturan di atas adalah
Oalah...neng kene ki orange profesional, dadi wis nde jobe
dhewe-dhewe ‘Oh...di sini itu orangnya profesional, jadi sudah
punya pekerjaannya sendiri-sendiri’.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
Teki di dapur Njah Djambon. Plating sudah selesai dan menu
makanan Lahamugaga sudah siap untuk dihidangkan.
(9) Teki : Sudah siap, ready, Lahamugaga.
Bowo Landa : Lahamugaga..mmm nyam nyam nyam. Mau jare
enek sing jenenge randha kemulan?
Teki : Yak, randha kemulan itu menu baru kita di Njah
Djambon. (ND/01-08-15/16)
Teki : ‘Sudah siap, siap, Lahamugaga.’
Bowo Landa :‘Lahamugaga..mmm nyam nyam nyam. Tadi
katanya ada yang namanya randha kemulan?’
Teki : ‘Yak, randha kemulan itu menu baru kita di Njah
Djambon’
Pada kutipan (17) data di atas terdapat subtindak tutur
ekspresif memuji yang dituturkan oleh Bowo Landa, yakni melalui
tuturan Lahamugaga..mmm nyam nyam nyam.
‘Lahamugaga..mmm nyam nyam nyam’ Bowo Landa merasa
penasaran terhadap menu makanan Lahamugaga yang sudah siap
untuk disantap. Bowo Landa seperti merasa ingin segera menikmati
menu makannan Lahamugaga yang kelihatannya enak. Bowo
Landa mempraktekkan gaya ketika menikmati makanan yang enak
dengan mengucapkan mmm nyam nyam nyam ‘mmm nyam
nyam nyam’. Karena rasa penasaran Bowo Landa terhadap
makanan Lahamugaga yang kelihatannya enak tersebut Bowo
Landa mengucapkan tuturan memuji. Pemarkah lingual yang
menunjukkan tururan ekspresif memuji pada data di atas adalah
mmm nyam nyam nyam ‘mmm nyam nyam nyam’.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
karyawan Njah Djambon di dapur Njah Djambon. Mereka sedang
membuat minuman bocah tukang kawin. Salah satu proses pembuatan
minuman bocah tukang kawin adalah dimasukkan ke dalam gelas.
(10) Bowo Landa : Oh...jadi nanti disiapkan masuk ke gelas ini?
Karyawan I : Iya.
Bowo Landa : Yah bocah tukang kawin dimasukkan di dalam
gelas, biar di dalam situ katanya. Wuih ombak wi
gedhimen apa wi..hehe. (ND/01-08-15/18)
Bowo Landa : Oh...jadi nanti disiapkan masuk ke gelas ini?
Karyawan I : ‘Ya.’
Bowo Landa :‘Yah bocah tukang kawin dimasukkan di dalam
gelas, agar di dalam situ katanya. Wah, ombak itu
besar sekali apa itu..hehe.’
Pada data (18) di atas terdapat tuturan yang mengandung
subtindak tutur ekspresif memuji yang dituturkan oleh Bowo Landa
yakni pada tuturan Wuih ombak wi gedhimen apa wi..hehe ‘Wah..
ombak itu besar sekali apa itu..hehe’. Tuturan memuji tersebut
bermula ketika minuman bocah tukang kawin akan dimasukkan ke
dalam gelas, Bowo Landa melihat minuman tersebut seperti ombak
lalu Bowo Landa mengekspresikan dengan kata Wuih ‘Wah...’.
Wuih ‘Wah...’ merupakan salah satu variasi dari kata Wah ‘Wah’.
Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif memuji
pada tuturan tersebut adalah Wuih ‘Wah...’. Kata Wuih ‘Wah...’
memiliki arti sama dengan kata Wah ‘Wah’ dan Wuah ‘Wah...’
seperti yang terdapat pada kutipan data (11), kutipan data (12) kata
Wue ‘Wah...’ pada kutipan data (13), kata Wua ‘Wah...’ pada
kutipan data (14) yang berarti Wah ‘Wah’ hanya saja kata Wuih
‘Wah...’ memiliki arti yang lebih menyangatkan, jadi memuji yang
terlalu berlebihan.
Data yang berpemarkah lingual sama dengan data (ND/01-
08-15/18) terdapat pada nomor data (SMT/02-08-15/1), (SMT/02-
08-15/2), dan (SMT/02-08-15/9).
Konteks tuturan: Percakapan terjadi di restoran Njah Djambon.
Bowo Landa bertanya kepada Pak Sholehan tentang menu-menu yang
ada di restoran Njah Djambon.
(11) Sholehan : Iya, seperti ada tambahan kayak randha kemulan,
bocah tukang kawin, randha kempling, banyak
macamnya.
Bowo Landa : Walalalalah...macem-macemnya banyak berarti
ya. Randha kempling, banyak macamnya.
Sholehan : Iya. (ND/01-08-15/23)
Sholehan : ‘Ya, seperti ada tambahan kayak randha kemulan,
bocah tukang kawin, kawin. Randha kempling,
banyak macamnya.’
Bowo Landa :‘Walalalalah...macam-macamnya banyak berarti
ya. Randha kempling, banyak macamnya.’
Sholehan : ‘Ya.’
Pada kutipan (19) data di atas terdapat subtindak tutur
ekspresif memuji yang dituturkan oleh Bowo Landa. Subtindak tutur
ekspresif memuji terdapat pada tuturan Walalalalah...macem-
macemnya banyak berarti ya. ‘Walalalalah...macam-macamnya
banyak berarti ya’. Tuturan tersebut bermula ketika Pak Sholehan
menerangkan mengenai menu makanan dan minuman yang ada di
Njah Djambon. Di Njah Djambon terdapat menu-menu yang nama-
namanya unik dan beda dari tempat makan lainnya seperti randha
kemulan dan bocah tukang kawin. Mengetahui hal tersebut Bowo
Landa memberikan pujian kepada Njah Djambon karena menu-menu
yang ada di sana bervariasi dan nama-nama menunya unik dan beda
dari yang lain.
Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif
memuji pada tuturan tersebut adalah Walalalalah... ‘Walalalalah...’.
ekspresi tersebut merupakan ekspresi yang diucapkan Bowo Landa
untuk memuji restoran Njah Djambon.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi di restoran Njah Djambon.
Bowo Landa bertanya kepada Pak Sholehan, sejak kapan restoran
Njah Djambon ada.
(12) Bowo Landa : Bu Yun, sebentar sebentar. Bu Yun. Itu juga udah
lama itu kayaknya.
Sholehan : Udah lama. Udah lama sekali, ini dari Bu Yun ya
kurang lebih sudah 30 tahun lebih.
Bowo Landa : Lha...rak ya tenan ta. Iki berarti wis pathak
warake bangsane kuliner. 30 tahun yang lalu Bu
Yun udah ada. (ND/01-08-15/24)
Bowo Landa : ‘Bu Yun, sebentar sebentar. Bu Yun. Itu juga sudah
lama itu sepertinya.’
Sholehan : ‘Sudah lama. Sudah lama sekali, ini dari Bu Yun
ya kurang lebih sudah 30 tahun lebih.’
Bowo Landa : ‘Nah...benar kan. Ini berarti sudah ahli dalam hal
kuliner. 30 tahun yang lalu Bu Yun sudah ada.’
Pada kutipan (20) data di atas terdapat subtindak tutur
ekspresif memuji yang dituturkan oleh Bowo Landa. Subtindak tutur
ekspresif memuji tersebut terdapat pada tuturan Lha...rak ya tenan ta.
Iki berarti wis pathak warake bangsane kuliner. 30 tahun yang lalu
Bu Yun udah ada. ‘Nah...benar kan. Ini berarti sudah ahli dalam hal
kuliner. 30 tahun yang lalu Bu Yun sudah ada’.
Tuturan memuji tersebut bermula ketika Bowo Landa bertanya
mengenai kapan berdirinya restoran Njah Djambon. Pak Sholehan
menjawab bahwa tempat yang dijadikan restoran Njah Djambon
dahulunya juga merupakan sebuah restoran, yakni restoran yang
pemiliknya bernama Bu Yun. Restoran Bu Yun ada sudah sejak lama
sekitar 30 tahun yang lalu dan sangat terkenal. Bowo Landa
memotong penjelasan Pak Sholehan karena dia merasa tidak asing
dengan nama Bu Yun. Ketika mengetahui hal tersebut Bowo Landa
memujinya karena hal itu berarti memang tempat yang digunakan oleh
Njah Djambon sejak dari dulu juga digunakan sebagai restoran dan
bahkan sudah sangat terkenal yakni restoran milik Bu Yun. Ekspresif
terkejut sekaligus memuji yang dituturkan Bowo Landa yakni pada
tuturan Lha...rak ya tenan ta. Iki berarti wis pathak warake
bangsane kuliner ‘Nah...benar kan. Ini berarti sudah ahli dalam hal
kuliner.’
Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif
memuji pada tuturan tersebut adalah Iki berarti wis pathak warake
bangsane kuliner ‘Ini berarti sudah ahli dalam hal kuliner’.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Pak
Sholehan di restoran Njah Djambon. Bowo Landa akan mencicipi
menu makanan randha kemulan.
(13) Bowo Landa : Emmmm lembut...ada tapenya ya Pak ya?
Sholehan : Iya, dalemnya pakai ada tape.
Bowo Landa : Tapene iki ora tape tape sing modhel-modhel
kaya beras tape itu bukan..itu tape tape tenane.
Ngeces..hehehehe. (ND/01-08-15/26)
Bowo Landa : Emmmm lembut...ada tapenya ya Pak ya?
Sholehan : ‘Ya, dalamnya ada tape.’
Bowo Landa : ‘Tapenya ini bukan tape tape yang model-model
seperti beras tape itu bukan...itu tape tape benar.’
Pada kutipan (21) data di atas terdapat subtindak tutur
ekspresif memuji yang dituturkan oleh Bowo Landa. Subtindak
tutur ekspresif memuji terdapat pada tuturan Tapene iki ora tape
tape sing modhel-modhel kaya beras tape itu bukan..itu tape tape
tenane. ‘Tapenya ini bukan tape tape yang model-model seperti
beras tape itu bukan...itu tape tape benar’.
Tuturan tersebut bermula ketika Bowo Landa mencicipi
makanan randha kemulan, Bowo Landa merasakan bahwa
makanan tersebut enak, karena terasa lembut dan di dalamnya itu
ada tapenya. Tape yang terdapat pada makanan tersebut adalah tape
yang dibuat dengan bahan baku singkong, bukan tape yang berasal
dari beras ketan atau yang lainnya. Subtindak tutur ekspresif
memuji pada tuturan di atas bermula dari rasa kagun Bowo Landa
setelah merasakan makanan randha kemulan. Maka dari itu Bowo
Landa memuji atas makanan randha kemulan yang rasanya enak.
Pemarkah lingual adanya subtindak tutur ekspresif memuji
pada tuturan tersebut adalah Tapene iki ora tape tape sing modhel-
modhel kaya beras tape itu bukan..itu tape tape tenane ‘Tapenya
ini bukan tape tape yang model-model seperti beras tape itu
bukan...itu tape tape benar’.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Pak
Sholehan di restoran Njah Djambon. Bowo Landa mencicipi menu
makanan randha kemulan. Semua komponen dalam menu randha
kemulan seperti tape, strawberry dan coklat sangat terasa pas.
(14) Bowo Landa : Tapene iki ora tape tape sing modhel-modhel
kaya beras tape itu bukan..itu tape tape tenane.
Ngeces..hehehehe. Jadi strowbery karo coklatnya
itu cocok banget, tapene nggenah kenthel banget
wong iki jebule jerone tape kabeh. Bagus,
nendhang, nggajul. (ND/01-08-15/27)
‘Tapenya ini bukan tape tape yang model-model
seperti beras tape itu bukan...itu tape tape benar.
Jadi strawberry sama coklatnya itu cocok sekali.
Tapenya kental sekali, ini ternyata dalamnya
tape semua. Bagus, ‘menendang’, ‘menyepak’.’
Pada kutipan (22) data di atas terdapat subtindak tutur
ekspresif memuji yang dituturkan oleh Bowo Landa. Pernyataan
memuji tersebut terdapat pada tuturan Jadi strowbery karo
coklatnya itu cocok banget, tapene nggenah kenthel banget wong
iki jebule jerone tape kabeh. Bagus, nendhang, nggajul ‘Jadi
strawberry sama coklatnya itu cocok sekali. Tapenya kental sekali,
orang ini ternyata dalamnya tape semua. Bagus, ‘menendang’,
‘menyepak’.
Tuturan tersebut bermula ketika Bowo Landa mencicipi
makanan randha kemulan, saat merasakan makanan tersebut Bowo
Landa merasakan bahwa pada randha kemulan terdapat selai
strowberry dan coklat yang perpaduan antara keduanya sangat
cocok. Tape yang terdapat pada randha kemulan juga terasa kental
dan lembut dan di dalam randha kemulan itu ternyata tape semua.
Maka dari itu, karena rasa enak yang Bowo Landa rasakan ketika
mencicipi makanan randha kemulan, karena perpaduan selai
strowbery dan coklat serta isi dari makanan randha kemulan sendiri
yakni tape yang sangat lembut maka ia menuturkan subtindak tutur
ekspresif memuji.
Pemarkah lingual yang menunjukkan adanya subtindak
tutur ekspresif memuji pada tuturan tersebut adalah nggajul
‘menyepak’. Maksud dari kata nggajul ‘menyepak’ pada tuturan
tersebut adalah sebuah ekspresi atas enaknya rasa masakan yang
telah dicicipi oleh Bowo Landa yaitu menu makanan randha
kemulan. Kata nggajul ‘menyepak’ merupakan ekspresif memuji
yang mempunyai makna konotasi yang digunakan Bowo Landa
dalam memuji makanan randha kemulan.
Data yang berpemarkah lingual sama dengan data (ND/01-
08-15/27) terdapat pada nomor data (SMT/02-08-15/10), (KKN/20-
09-15/12), (KKN/20-09-15/16), (KKN/20-09-15/17), dan
(KKN/20-09-15/19).
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Pak
Sholehan di restoran Njah Djambon. Bowo Landa mencicipi menu
makanan bocah tukang kawin. Bowo Landa bertanya kepada Pak
Sholehan mengenai nama yang umum dari minuman bocah tukang
kawin.
(15) Sholehan : Kalau bahasanya kayak, itu minuman yogurt ya.
Bowo Landa : Oh yogurt.
Sholehan : Iya.
Bowo Landa : Ehm kendel, nggajul. Apa jenenge? Yogurte
krasa banget, nek kene ki mak nyes. Buahe barangi
enak biyanget. Hnah, iki sing modhel dikocok-
kocok. Ehm...hehe. Tadi Mbak sapa ya Pak?
Sholehan : Tadi Mbak Rini. (ND/01-08-15/28)
Sholehan : ‘Kalau bahasanya seperti, itu minuman yogurt ya.’
Bowo Landa : Oh yogurt.
Sholehan : ‘Ya.’
Bowo Landa : ‘Ehm berani, ‘menyepak’. Apa namanya?
Yogurtnya terasa sekali, di sini itu nyes rasanya.
Buahnya juga sangat enak. Nah, ini yang model
dikocok-kocok. Ehm...hehe. Tadi Mbak siapa ya
Pak?’
Sholehan : Tadi Mbak Rini.
Pada kutipan (23) data di atas terdapat subtindak tutur
ekspresif memuji yang dituturkan oleh Bowo Landa. Pernyataan
memuji oleh Bowo Landa terdapat pada tuturan Ehm kendel,
nggajul. Apa jenenge? ‘Ehm berani, ‘menyepak’. Apa namanya?’.
Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo Landa ketika selesai
mencicipi salah satu minuman dari Njah Djambon yang bernama
bocah tukang kawin. Sebenarnya nama umum dari minuman yang di
Njah Djambon diberi nama bocah tukang kawin itu adalah seperti
yogurt, seperti yang dituturkan oleh Pak Sholehan di atas. Ketika
Bowo Landa mencicipi minuman bocah tukang kawin dia
mengekspresikan rasa enak dengan menuturkan kata Ehm kendel.
‘Ehm berani’. Yogurt dalam minuman bocah tukang kawin sangat
terasa dan buahnya sangat enak. Rasa kagum Bowo Landa atas rasa
minuman bocah tukang kawin yang enak tersebut melahirkan tuturan
ekspresif memuji yang dituturkan Bowo Landa. Pemarkah lingual
dari tuturan tersebut yang menandai adanya subtindak tutur ekspresif
memuji adalah Ehm kendel ‘Ehm berani’. Kendel ‘berani’ dalam hal
ini berupa makna konotasi yakni rasa yogurt yang rasanya sangat
enak.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Pak
Sholehan di restoran Njah Djambon. Bowo Landa mencicipi minuman
bocah tukang kawin. Bowo Landa mengatakan kalau minuman bocah
tukang kawin itu sangat enak.
(16) Sholehan : Kalau bahasanya kayak, itu minuman yogurt ya.
Bowo Landa : Oh yugurt.
Sholehan : Iya.
Bowo Landa : Ehm kendel, nggajul. Apa jenenge? Yogurte krasa
banget, nek kene ki mak nyes. Buahe barangi enak
biyanget. Hnah iki sing modhel dikocok-kocok.
Ehm...hehe. Tadi Mbak sapa ya Pak?
Sholehan : Tadi Mbak Rini. (ND/01-08-15/29)
Sholehan : ‘Kalau bahasanya seperti, itu minuman yogurt ya.’
Bowo Landa : ‘Oh yugurt.’
Sholehan : ‘Ya.’
Bowo Landa : ‘Ehm berani, ‘menyepak’. Apa namanya?
Yogurtnya terasa sekali, di sini itu nyes rasanya.
Buahnya juga sangat enak. Nah, ini yang model
dikocok-kocok. Ehm...hehe. Tadi Mbak siapa ya
Pak?’
Sholehan : Tadi Mbak Rini.
Pada kutipan (24) data di atas terdapat subtindak tutur
ekspresif memuji yang dituturkan oleh Bowo Landa. Pernyataan
memuji oleh Bowo Landa terdapat pada tuturan Buahe barangi
enak biyanget. Nah iki sing modhel dikocok-kocok. ‘Buahnya juga
sangat enak. Nah, ini yang model dikocok-kocok.’ Tuturan tersebut
dituturkan oleh Bowo Landa ketika selesai mencicipi salah satu
minuman dari Njah Djambon yang bernama bocah tukang kawin.
Sebenarnya nama umum dari minuman yang dalam Njah Djambon
diberi nama bocah tukang kawin itu adalah seperti Yogurt, seperti
yang dituturkan oleh Pak Sholehan di atas. Tuturan tersebut bermula
ketika Bowo Landa mencicipi buah yang terdapat dalam minuman
bocah tukang kawin, dia mengekspresikan rasa enak dengan kata
enak biyanget ‘sangat enak’ . Kata biyanget ‘sangat’ sama artinya
dengan kata banget ‘sangat’. Dalam bahasa Jawa penggunaan kata
biyanget‘sangat’ sama artinya dengan banget ‘sangat’ yang lebih
menyangatkan dari pada kata banget ‘sangat’. Karena rasa enak
yang dia rasakan, Bowo Landa mengungkapkan kekagumannya
dengan memuji minuman tersebut.
Pemarkah lingual dari tuturan tersebut yang menandai adanya
subtindak tutur ekspresif memuji adalah enak biyanget ‘sangat
enak’.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi di restoran Njah Djambon.
Bowo Landa menginformasikan lokasi restoran Njah Djambon.
(17) Sholehan : Pasar Kliwon.
Bowo Landa : Pasar Kliwon. Wis kowe takok neng pasar
Kliwon, takok Njah Djambon enten?
Woo...langsung dha ngerti kabeh. Ra ngandel
takoka pak polisi, kecrek we ngko hahaha. (ND/01-
08-15/31)
Sholehan : Pasar Kliwon.
Bowo Landa : ‘Pasar Kliwon. Sudah kamu tanya di pasar Kliwon,
tanya Njah Djambon ada? O...langsung pada tahu
semua. Tidak percaya? Tanya pak polisi, dihajar
kamu nanti hahaha.’
Pada kutipan (25) data di atas terdapat subtindak tutur
ekspresif memuji yang dituturkan oleh Bowo Landa. Tuturan yang
mengandung subtindak tutur ekspresif memuji di atas terdapat pada
tuturan Pasar Kliwon. Wis kowe takok neng pasar Kliwon, takok
Njah Djambon enten? Woo...langsung dha ngerti kabeh. Ra
ngandel takoka pak polisi, kecrek we ngko hahaha. ‘Pasar Kliwon.
Sudah kamu tanya di pasar Kliwon, tanya Njah Djambon ada?
O...langsung pada tahu semua. Tidak percaya? Tanya pak polisi,
dihajar kamu nanti hahaha.’
Tuturan tersebut bermula ketika Bowo Landa
menginformasikan tentang lokasi restoran Njah Djambon, Bowo
Landa memiliki keyakinan bahwa ketika kita sampai di pasar Kliwon
dan bertanya di mana lokasi Njah Djambon maka orang-orang di
sekitar pasar Kliwon akan mengetahuinya, akan tetapi Bowo Landa
malah berhumor yakni mengatakan bahwa kalau tidak percaya akan
hal tersebut disarankan untuk bertanya kepada pak polisi yang nanti
pasti akan dihajar. Penuturan humor tersebut disertai dengan tertawa
Bowo Landa yang terbahak-bahak.
Pemarkah lingual yang menunjukkan adanya subtindak tutur
ekspresif memuji pada tuturan di atas adalah Woo...langsung dha
ngerti kabeh. ‘O...langsung pada tahu semua’.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
Sugeng di dapur warung makan Sambel Mbok Ti. Bowo Landa
memuji pembuatan sambal di warung makan Sambel Mbok Ti.
(18) Bowo Landa : O..ini untuk berapa porsi ki Mas?
Sugeng : Empat cukup.
Bowo Landa :Empat porsi cukup? Wa...ya lumayan
yayayayaya..iki nek jenenge sambel Mbok Ti ya
ngene ki? Ya...dadi badhoger-badhoger ini sambel
Mbok Ti kaya gini kita bikin sesuai porsinya ya.
Kalau empat orang ya kita bikin empat, kalau
lima orang ya kita bikin lima, sesuai porsinya.
Dan yang pasti lombok neng kene, sambel neng
kene ki digawe seger. (SMT/02-08-15/5)
Bowo Landa : ‘O..ini untuk berapa porsi ini Mas?’
Sugeng : Empat cukup.
Bowo Landa :‘Empat porsi cukup? Wa...ya lumayan
yayayayaya.. ini kalau namanya sambal Mbok Ti
ya seperti ini? Ya...jadi badhoger-badhoger ini
sambal Mbok Ti seperti ini kita buat sesuai
porsinya ya. Kalau empat orang ya kita buat empat,
kalau lima orang ya kita buat lima, sesuai porsinya.
Dan yang pasti lombok di sini, sambal di sini itu
dibuat segar.’
Pada kutipan (26) data di atas terdapat subtindak tutur
ekspresif memuji yang dituturkan oleh Bowo Landa. Pernyataan
memuji yang dituturkan oleh Bowo Landa terdapat pada tuturan
Ya...dadi badhoger-badhoger ini sambel Mbok Ti kaya gini kita
bikin sesuai porsinya ya. Kalau empat orang ya kita bikin empat,
kalau lima orang ya kita bikin lima, sesuai porsinya. Dan yang
pasti lombok neng kene, sambel neng kene ki digawe seger.
‘Ya...jadi badhoger-badhoger ini sambel Mbok Ti seperti ini kita
buat sesuai porsinya ya. Kalau empat orang ya kita buat empat, kalau
lima orang ya kita buat lima, sesuai porsinya. Dan yang pasti lombok
di sini, sambal di sini itu dibuat segar.’
Tuturan tersebut bermula ketika Bowo Landa dan Sugeng
membuat sambal. Bowo Landa bertanya kalau sambal yang mereka
buat itu untuk berapa porsi. Karyawan Sambel Mbok Ti menjawab
bahwa sambal yang saat itu dibuatnya adalah cukup untuk empat
porsi. Lalu Bowo Landa memujinya bahwa di Sambel Mbok Ti itu
pembuatan sambal disesuaikan dengan porsi kebutuhannya dan yang
pasti di Sambel Mbok Ti itu sambalnya dibuat segar karena sambal
akan dibuat saat ada yang pesan.
Pemarkah lingual yang menandai adanya subtindak tutur
ekspresif memuji pada tuturan tersebut adalah sambel Mbok Ti
kaya gini kita bikin sesuai porsinya ya. Kalau empat orang ya kita
bikin empat, kalau lima orang ya kita bikin lima, sesuai porsinya.
Dan yang pasti lombok neng kene, sambel neng kene ki digawe
seger. ‘sambal Mbok Ti seperti ini kita buat sesuai porsinya ya.
Kalau empat orang ya kita buat empat, kalau lima orang ya kita buat
lima, sesuai porsinya. Dan yang pasti lombok di sini, sambal di sini
itu dibuat segar.’ Di mana konteks pada saat Bowo Landa
menuturkan tuturan tersebut Bowo Landa dan Sugeng sedang
membuat sambal.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Pak
Bardo di warung makan Sambel Mbok Ti. Bowo Landa mencicipi
makanan dengan sambel yang telah dibuatnya bersama seorang
karyawan warung Sambel Mbok Ti, Bowo Landa memuji sambal di
Sambel Mbok Ti enak.
(19) Bowo Landa : Salah sithik. Wahahahaha....sing nggoreng sapa
mau asin tenane. Berarti ngekume kurang suwe
wau nggih.
Pak Bardo : Iya betul.
Bowo Landa : Tapi pedhese nggajul. Sambele isa rata. Isa nang
kene ki isa mak nendhang-nendhang, nggajul-
nggajul, top. (SMT/02-08-15/11)
Bowo Landa :‘Salah sedikit. Wahahahaha....yang menggoreng
siapa tadi asin sekali. Berarti merendamnya kurang
lama tadi ya.’
Pak Bardo : ‘Ya benar.’
Bowo Landa : ‘Tapi pedasnya ‘menyepak’. Sambalnya bisa rata.
Bisa di sini itu bisa ‘menendang-nendang’,
‘menyepak-nyepak’, top.’
Pada kutipan (27) data di atas terdapat subtindak tutur
ekspresif memuji yang dituturkan oleh Bowo Landa. Pernyataan
subtindak tutur ekspresif memuji yang dituturkan oleh Bowo Landa
dituturkan melalui tuturan Tapi pedhese nggajul. Sambele isa rata.
Isa nang kene ki isa mak nendhang-nendhang nggajul-nggajul, top.
‘Tapi pedasnya ‘menyepak’. Sambalnya bisa rata. Bisa di sini itu bisa
‘menendang-nendang’, ‘menyepak-nyepak’ top.’
Tuturan tersebut bermula ketika Bowo Landa merasakan
sambal yang ada di Sambel Mbok Ti, setelah Bowo Landa mencicipi
sambal tersebut Bowo Landa merasakan rasa enak karena sambalnya
itu di lidah terasa rata dan dia memujinya dengan diekspresikan
menggunakan kata nendhang-nendhang, nggajul-nggajul, top
‘mendang-nendang’, ‘menyepak-nyepak’, top’. Pemarkah lingual yang
menandai adanya subtindak tutur ekspresif memuji pada tuturan di
atas adalah nendhang-nendhang nggajul-nggajul, top ‘mendang-
nendang, ‘menyepak-nyepak’, top’. Kata nendhang-nendhang
nggajul-nggajul ‘menendang-nendang’, ‘menyepak-nyepak’ dalam
hal tersebut juga merupakan kata bermakna konotasi. Kata tersebut
digunakan untuk menggambarkan sebuah rasa pedas ketika mencicipi
sambal di warung makan Sambel Mbok Ti.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
seorang penjual gorengan di tempat mangkal penjual gorengan itu
berjualan. Saat akan mencari tempat makan yang menjadi target dalam
perjalanan wisata kulinernya Bowo Landa mampir di sebuah warung
yang menjual berbagai macam gorengan.
(20) Penjual : Gembukan.
Bowo Landa : Oh Gembukan. Niku enak niku?
Penjual : Enak.
Bowo Landa : Hehe angsal nggih? Etuk Gembukan
nde...manyan hehehe....enak, mmm...Gembukane
ya enak tenan iki, tibake daerah Keprabon iki
enek sing dodol Gembukan enak. Bukake nganti
bengi Mas? Bukake jam pinten ta?
Penjual : Bukake jam empat sampe dalu. (KKN/20-09-
15/3)
Penjual : Gembukan.
Bowo Landa : ‘Oh Gembukan. Itu enak?’
Penjual : Enak.
Bowo Landa :‘Hehe boleh ya? Dapat Gembukan...lumayan
hehehe...enak, mmm...Gembukanya enak sekali ini,
ternyata daerah Keprabon ini ada yang menjual
Gembukan enak. Bukanya sampai malam Mas?’
Penjual :‘Bukanya jam empat sampai malam.’
Pada tuturan (28) data di atas terdapat subtindak tutur
ekspresif memuji yang dituturkan oleh Bowo Landa. Tuturan
yang mengandung subtindak tutur ekspresif memuji terdapat pada
tuturan Mmmm...enak, mmm... Gembukane ya enak tenan iki,
tibake daerah Keprabon iki enek sing dodol Gembukan enak.
Bukake nganti bengi Mas? Bukake jam pinten ta?
‘Mmmm...enak, mmm...Gembukanya enak sekali ini, ternyata
daerah Keprabon ini ada yang menjual Gembukan enak. Bukanya
sampai malam Mas?’. Tuturan tersebut bermula ketika Bowo
Landa bertanya kepada penjual gorengan mengenai jenis
gorengan yang dijualnya. Salah satu jenisnya adalah gembukan.
Bowo Landa lalu diberi gembukan oleh penjual tersebut. Setelah
memakannya ia memuji gembukan tersebut karena rasanya enak.
Bowo Landa juga terkejut karena bahwa ternyata di daerah
Keprabon juga ada yang menjual gembukan yang rasanya enak.
Pemarkah lingual yang menandai adanya subtindak tutur
ekspresif memuji pada tuturan tersebut adalah
mmm...Gembukane ya enak tenan iki ‘mmm...Gembukanya enak
sekali ini’.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
seorang penjual gorengan di daerah Keprabon. Ketika Bowo Landa
merasa tenggorokannya tidak enak, seperti ada yang mengganjal
setelah memakan gembukan dia meminta uang saku kepada penjual
gorengan untuk membeli minuman.
(21) Bowo Landa : Bukake jam empat sampe dalu. Hmmm nek
pengin golek-golek gorengan nang kene. Karo
Mas?
Penjual : Candra.
Bowo Landa : Salam preman pawon dulu. Mas, aku nek mung
ngemil-ngemil ngene ki kok ... Jaluk sangune.
Hehehe. Ra nduwe dhuwit ok. Wah lumayan, Mas
Candra apikan tenan. Wis etuk gembukan, ge
jajan neng kana sangoni. (KKN/20-09-15/4)
Bowo Landa : ‘Bukanya jam empat sampai malam. Hmmm
kalau ingin cari-cari gorengan di sini. Dengan
Mas?’
Penjual : Candra.
Bowo Landa :‘Salam preman pawon dulu. Mas, saya kalau
hanya ngemil seperti ini kok.. Minta uang sakunya.
Hehehe. Tidak punya uang. Wah lumayan, Mas
Candra baik sekali. Sudah dapat Gembukan, untuk
jajan di sana dikasih uang saku.’
Pada kutipan (29) data di atas terdapat subtindak tutur
ekspresif memuji yang dituturkan oleh Bowo Landa. Bowo Landa
melalui tuturan Jaluk sangune. Hehehe. Ra nduwe dhuwit ok. Wah
lumayan, Mas Candra apikan tenan. Wis etuk Gembukan, ge jajan
neng kana sangoni. ‘Minta uang sakunya. Hehehe. Tidak punya
uang. Wah lumayan, mas Candra baik sekali. Sudah dapat
Gembukan, untuk jajan disana dikasih uang saku’ bermaksud
memuji penjual gorengan yakni Candra yang sudah mau berbaik hati
memberikan uang saku kepada Bowo Landa padahal mereka baru
bertemu dan baru kenal. Pemarkah lingual dari tuturan Bowo Landa
yang menunjukkan adanya subtindak tutur ekspresif memuji adalah
kalimat Mas Candra apikan tenan. ‘Mas Candra baik sekali’. Pada
kalimat tersebut berarti Bowo Landa memberikan pujiannya atas
sikap baik hati yang ditunjukkan oleh Candra.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Boy
di dapur Kedai Kopi Ndomblong. Saat akan memasak kopi, Bowo
Landa memainkan panci yang akan digunakan untuk memasak kopi,
dia bercanda dengan menganalogikan panci untuk memasak tersebut
adalah raket, lalu Boy menanggapi humor Bowo Landa tersebut.
(22) Boy : Dimasak. Iya.
Bowo Landa : Pertama kita siapkan raket ya.
Boy : Raket. Mas koke Mas.
Bowo Landa : Ini a..ya.. ini namanya net pingpong. Ya..ini mase
ya lucu tenana. (KKN/20-09-15/6)
Boy : ‘Dimasak. Ya.’
Bowo Landa : Pertama kita siapkan raket ya.
Boy : ‘Raket. Mas koknya Mas.’
Bowo Landa : ‘Ini a...ya.. ini namanya net pingpong. Ya..ini
masnya lucu sekali’
Pada kutipan (30) data di atas terdapat subtindak tutur
ekspresif memuji yang dituturkan oleh Bowo Landa. Bowo Landa
melalui tuturan Ini a..ya.. ini namanya net pingpong. Ya..ini mase ya
lucu tenana ‘Ini a...ya.. ini namanya net pingpong. Ya..ini masnya
lucu sekali’ bermaksud memuji Boy yang telah memberikan
tanggapan atas humor yang dilontarkan Bowo Landa. Saat akan
memasak kopi Bowo Landa memainkan tempat untuk memasak
kopinya, dia bercanda dengan menganalogikan dan memainkan
tempat untuk memasak tersebut adalah raket, lalu Boy menanggapi
humor Bowo Landa tersebut dengan menawarkan koknya agar seperti
permainan badminton. Pemarkah lingual sebagai penanda adanya
subtindak tutur ekspresif pada tutruan tersebut adalah Ya..ini mase ya
lucu tenana ‘Ya..ini masnya lucu sekali’.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Boy
di dapur Kedai Kopi Ndomblong. Ketika Bowo Landa akan
menuangkan kopi untuk dimasak, dia menyatakan baru mengetahui
jika kopi itu dimasak, yakni dimasak dengan dipanaskan di atas api
kompor sedangkan sepengetahuannya adalah kopi itu hanya diseduh
dengan air panas saja.
(23) Bowo Landa : Satu sendok segini aja ya. Oh dimasak..terus ini?
Boy : Ini boleh dua setengah.
Bowo Landa : Dua setengah. Spesial lho iki. Lagi iki aku ngerti
masak kopi. Biasane mung dicar-cor ngono kae ok.
Wah dingonok-ngonokne barang?
Boy : Ha’a.. (KKN/20-09-15/7)
Bowo Landa : ‘Satu sendok segini saja ya. Oh dimasak...lalu ini?’
Boy : Ini boleh dua setengah.
Bowo Landa : ‘Dua setengah. Spesial ini. Baru kali ini saya tahu
memasak kopi. Biasanya hanya dituang-tuangkan
seperti itu. Wah dibegitu-begitukan juga.’
Boy : ‘Ya’
Pada kutipan (31) data di atas terdapat subtindak tutur
ekspresif memuji yang dituturkan oleh Bowo Landa. Tuturan yang
mengandung subtindak tutur ekspresif memuji terdapat pada tuturan
Dua setengah. Spesial lho iki. Lagi iki aku ngerti masak kopi.
Biasane mung dicar-cor ngono kae og. Wah dingonok-ngonokne
barang? ‘Dua setengah. Spesial ini. Baru kali ini saya tahu memasak
kopi. Biasanya hanya dituang-tuangkan seperti itu. Wah dibegitu-
begitukan juga’. Pemarkah lingual yang menandai adanya subtindak
tutur ekspresif memuji pada tuturan tersebut adalah Spesial lho iki
‘Spesial ini’. Tuturan tersebut bermula Ketika Bowo Landa akan
menuangkan kopi untuk dimasak dia menyatakan baru mengetahui
jika kopi itu dimasak, yakni dimasak dengan dipanaskan di atas api
kompor sedangkan sepengetahuannya adalah kopi itu hanya diseduh
dengan air panas saja. Lalu Bowo Landa mengatakan bahwa kopi di
Kedai Kopi Ndomblong ini adalah spesial karena kopinya dimasak
dan gulanya sudah ada takarannya sendiri.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Boy
di dapur Kedai Kopi Ndomblong. Saat kopi yang dimasak dengan
panas 900 telah matang, kopi didiamkan agar ampas kopinya turun.
(24) Bowo Landa : Oh oke luar biasa sekali. Ini 90 derajat.
Boy : Terus kita diamkan sejenak biar ampas yang kasar
turun, karena kalau lelet itu biasanya buat ada
beberapa yang pecinta sigaret. Sehingga dia
ampas yang kasar ditinggalin di sini.
Bowo Landa: Iki jenenge..oh iki ampase sing kasar mulai ketok.
Takarane bener-bener pas neng keneki. Oke nah
bisa dilihat ini ampas kasarnya, jadi di sini wis
enek ampas aluse. Ya..iki Ndomblong Spesial Lelet.
Kita istirahatkan dulu di sini. Menu selanjutnya
apakah?
Boy : Kopi Walik. (KKN/20-09-15/8)
Bowo Landa : Oh oke luar biasa sekali. Ini 90 derajat.
Boy :‘Lalu kita diamkan sejenak agar sisa ampas yang
kasar turun, karena kalau lelet itu biasanya untuk
ada beberapa yang pecinta sigaret. Sehingga ampas
yang kasar ditinggalkan di sini.’
Bowo Landa :‘Ini namanya...oh ini sisa ampasnya yang kasar
mulai terlihat. Takarannya benar-benar pas di sini.
Oke nah bisa dilihat ini ampas kasarnya, jadi di sini
sudah ada ampas yang halus. Ya..ini Ndomblong
Spesial Lelet. Kita istirahatkan dulu di sini. Menu
selanjutnta apakah?’
Boy : Kopi Walik.
Pada kutipan (32) data di atas terdapat subtindak tutur
ekspresif memuji yang dituturkan oleh Bowo Landa. Tuturan yang
mengandung subtindak tutur ekspresif memuji terdapat pada tuturan
Iki jenenge..oh iki ampase sing kasar mulai ketok. Takarane
bener-bener pas neng keneki. ‘Ini namanya...oh ini sisa ampasnya
yang kasar mulai terlihat. Takarannya benar-benar pas di sini.’
Takarane bener-bener pas neng keneki ‘Takarannya benar-benar
pas di sini’ merupakan pemarkah lingual yang menandai subtindak
tutur ekspresif memuji pada tuturan Bowo Landa tersebut. Tuturan
bermula Saat kopi yang dimasak dengan panas 900
telah matang,
kopi selanjutnya didiamkan agar ampas kopinya turun. Kopi yang
dimasak ketika dituangkan ke dalam gelas pas dan tidak sisa.
Melihat hal tersebut Bowo Landa memuji dengan menuturkan bahwa
takaran kopi di Kedai Kopi Ndomblong ini adalah benar-benar pas.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Boy
di Kedai Kopi Ndomblong. Bowo Landa bertanya mengenai menu
makanan dan minuman yang khas selain kopi yang ada di Kedai Kopi
Ndomblong.
(25) Bowo Landa : Kopi Spesial Lelet. Tapi juga ada mendoan, ada
roti bakar spesial kaya kiek. Woo...terus juga ada
menu-menu lainnya. Enek bakmi apa mau?
Boy : Mie Tulung-tulung.
Bowo Landa : Mie Tulung-tulung. Mie pedhese ra umum jarene.
Jarene enek mie tulung-tulung, enek Mie Gobyos-
gobyos, gojak-gajek, enek sing ora pedhes babar
blas ya enek.
Boy : Mie Tulung-tulung. Ngatek, woy tulung tulung....
Hahaha.
Bowo Landa : Hehehe jjian tenan og Mas Boy iki. Nah Mas
Boy, ngomong-ngomong ini, tentang sing jenenge
Kopi Ndomblong, kapan sih Kopi Ndomblong iki
berdirinya?
Boy : Kopi Ndomblong sendiri baru sekitar 3 bulan ini
ya. (KKN/20-09-15/10)
Bowo Landa :‘Kopi Spesial Lelet. Akan tetapi juga ada
mendoan, ada roti bakar spesial seperti ini.
O...terus juga ada menu-menu lainnya. Ada bakmi
apa tadi?’
Boy : Mie Tulung-tulung.
Bowo Landa :‘Mie Tulung-tulung. Mie pedasnya tidak karuan
katanya. Katanya ada Mie Tulung-tulung, ada Mie
Gobyos-gobyos, gojak-gajek, ada yang tidak pedas
sama sekali juga ada. ’
Boy : ‘Mie Tulung-tulung. Sampai, woy tolong tolong...
Hahaha.’
Bowo Landa :‘Hehehe Mas Boy ini. Nah Mas Boy, ngomong-
ngomong ini, tentang yang namanya Kopi
Ndomblong, kapan sih Kopi Ndomblong ini
berdirinya?’
Boy : Kopi Ndomblong sendiri baru sekitar 3 bulan ini
ya.
Pada kutipan (33) data di atas terdapat subtindak tutur
ekspresif memuji yang dituturkan oleh Bowo Landa. Tuturan yang
mengandung subtindak tutur ekspresif memuji terdapat pada tuturan
Hehehe jjian tenan og Mas Boy iki. Nah Mas Boy, ngomong-
ngomong ini, tentang sing jenenge Kopi Ndomblong, kapan sih
Kopi Ndomblong iki berdirinya? ‘Hehehe Mas Boy ini. Nah Mas
Boy, ngomong-ngomong ini, tentang yang namanya Kopi
Ndomblong, kapan sih Kopi Ndomblong ini berdirinya?’.
Tuturan bermula ketika Bowo Landa bertanya mengenai
menu makanan dan minuman yang khas selain kopi di Kedai Kopi
Ndomblong. Boy menjawab bahwa selain ada kopi sebagai minuman
khas juga terdapat makanan-makanan lainnya seperti mie tulung-
tulung. Saat menerangkan mie tulung-tulung yang sangat pedas Boy
sambil berhumor dengan memperagakan orang yang makan mie
tulung-tulung akan merasakan pedas yang luar biasa. Bowo Landa
sambil tertawa dan memuji Boy karena saat memperagakan itu Boy
terlihat sangat lucu. Hehehe jjian tenan og Mas Boy iki ‘Hehehe
mas Boy ini’ merupakan kalimat sebagai pemarkah lingual yang
menunjukkan subtindak tutur ekspresif memuji.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Boy dan Bowo Landa di
Kedai Kopi Ndomblong. Ketika Bowo Landa akan mencicipi Kopi
Walik Bowo Landa merasa bingung bagaimana cara meminumnya.
(26) Boy : Jenengan kidhal pa tengen?
Bowo Landa : Mbuh aku kidhal apa lor ya bingung og.
Boy : Bar dicekel buka sithik-sithik..nah ngono kuwi.
Kesithiken mbukake.
Bowo Landa : Mimike piye? ya ngene? Oh iya bener-bener kopi
jawa, ampas-ampasei jek enek rasane neng kene.
Nggajul. Jawane entuk banget. Rasane kopi krasa
banget soale wis enek ampase ketut. Enak..ya ta.
(KKN/20-09-15/13)
Boy : ‘Anda kiri atau kanan?’
Bowo Landa :‘Tidak tahu saya kiri apa utara saya juga
bingung.’
Boy :‘Setelah dipegang dibuka sedikit-sedikit..nah
seperti itu. Terlalu sedikit membukanya.’
Bowo Landa :‘Minumnya bagaimana? Ya seperti ini? Oh ya
benar-benar kopi jawa, ampas-ampasnya itu masih
terasa di sini. ‘menyepak’. Jawanya sangat dapat.
Rasanya kopi terasa sekali karena sudah ada
ampasnya. Enak..ya kan.’
Pada kutipan (34) data di atas terdapat subtindak tutur
ekspresif memuji yang dituturkan oleh Bowo Landa. Tuturan
subtindak tutur ekspresif memuji terdapat pada tuturan Mimike piye?
ya ngene? Oh iya bener-bener kopi jawa, ampas-ampase i jek enek
rasane neng kene. Nggajul. Jawane entuk banget. ‘Minumnya
bagaimana? Ya seperti ini? Oh ya benar-benar kopi jawa, ampas-
ampasnya itu masih terasa di sini. ‘menyepak’. Rasa jawanya dapat.’
Tuturan tersebut bermula ketika Bowo Landa mencicipi Kopi Walik.
Bowo Landa sempat kesusahan dalam meminum Kopi Walik karena
cara meminumnya berbeda dari kopi yang biasanya. Setelah dia
meminum Kopi Walik dia memuji Kopi Walik buatan Kedai Kopi
Ndomblong, karena rasa kopi yang ampasnya masih ada membuat
rasa kopi lebih enak dan rasa jawanya dapat. Jawane entuk banget
‘Rasa jawanya sangat dapat’ pada tuturan tersebut merupakan
penanda lingual dari subtindak tutur ekspresif memuji.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Boy dan Bowo Landa di
Kedai Kopi Ndomblong. Bowo Landa akan menikmati salah satu
macam Kopi yang ada di Kedai kopi Ndomblong.
(27) Boy : Ampasnya halus. Gulane sithik kuwi mau. Nek
kurang legi tambah gula meneh.
Bowo Landa : Sithik we wis cocok. (KKN/20-09-15/14)
Boy : ‘Ampasnya halus. Gulanya sedikit itu tadi. Kalau
kurang manis tambah gula lagi’
Bowo Landa : ‘Sedikit saja sudah cocok.’
Pada kutipan (35) data di atas terdapat tuturan subtindak
tutur ekspresif memuji yang dituturkan oleh Bowo Landa. Tuturan
subtindak tutur ekspresif memuji terdapat pada tuturan Sithik we wis
cocok ‘Sedikit saja sudah cocok’. Tuturan bermula ketika Boy
menerangkan bahwa kopi yang sudah dimasak tadi ampasnya halus
dan gulanya sedikit akan tetapi apabila masih kurang manis bisa
ditambahkan gula. Setelah mencicipi kopi tersebut Bowo Landa
memuji kopinya karena dengan sedikit gula saja kopinya sudah enak,
terasa cocok. Kata Cocok ‘cocok’ pada tuturan Sithik we wis cocok
‘Sedikit saja sudah cocok’ merupakan pemarkah lingual subtindak
tutur ekspresif memuji yang terdapat pada tuturan tersebut.
Data yang mengandung subtindak tutur ekspresif memuji
dan berpemarkah lingual sama dengan data (KKN/20-09-15/14)
terdapat pada nomor data (KKN/20-09-15/15), dan (KKN/20-09-
15/18).
Tabel 1. Subtindak Tutur Ekspresif Memuji dalam Program Acara Preman Pawon
di TATV
No Acara
Preman
Pawon
Episode
Nomor Data Pemarkah Lingual Bentuk dan
Jenis
1. Njah
Djambon
(ND/01-08-15/1)
Wa...iki pit montore apik
tenan iki. ‘Wah..ini sepeda
motornya bagus sekali ini’
Klausa
adjektival
2. (ND/01-08-15/2)
Wis ki jan engine top tenan
guwedhi ngene ki. ‘Wah...ini
mesinnya top sekali besar
seperti ini’
Klausa
adjektival
3. (ND/01-08-15/10) Wis...dapurnya ini Pak?
‘Wah...dapurnya ini Pak?’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
4. (ND/01-08-15/3) Wah... ‘Wah...’ Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
5. (ND/01-08-15/8) Wah...kaya hotel ya Pak ya?
‘Wah...seperti hotel ya Pak
ya?’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
6. (ND/01-08-15/12) Wah...wuih. ‘Wah...wuih’ Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
7. (ND/01-08-15/14) Wah...waw... Nah...kalau di
sini, spesial tu nggak pakai
nasi. ‘Wah..waw..Nah...kalau
di sini, spesialnya itu tidak
memakai nasi.’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
8. (ND/01-08-15/15) Wah... Ini dia sudah siap?
‘Wah... Ini dia sudah siap?’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
9. (ND/01-08-15/21) Wah...ini jenenge apa Mbak
mau? ‘Wah...ini namanya apa
Mbak tadi?’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
10. (ND/01-08-15/22) Wah...pas banget takerane.
‘Wah...sangat pas takarannya.’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
11. (ND/01-08-15/30) Wah...nggajul. ‘Wah...
‘menyepak’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
12. (ND/01-08-15/4) Wuah cocok sekali iki. ‘Wah...
cocok sekali ini’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
13. (ND/01-08-15/6) Wuah ngeri.
‘Wah...menakutkan’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
14. (ND/01-08-15/11) Wuah Ganda Satria. Kowe
sapa Mas? ‘Wah... Ganda
Satria. Kamu siapa Mas?’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
15. (ND/01-08-15/17) Wuah..coklat dan juga
jambon, eh strobery rupane
jambon ya? Oke. ‘Wah..coklat
dan juga pink, eh strobery
warnanya pink ya? Oke’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
16. (ND/01-08-15/20) Wuah gayane nyekele beda.
‘Wah... gaya memegangnya
berbeda’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
17. (ND/01-08-15/25) Wuah, nggajul .‘Wah...,
‘menyepak’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
18. (ND/01-08-15/5)
Mbak kalau di sini itu kok di
situ ada tulisane spesial
Arabian food, wue...‘Mbak
kalau di sini itu kok ada
tulisan spesial Arabian food,
wah...’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
19. (ND/01-08-15/19) Wue...wedyan..kita kocok bang
dikocok bang..wuaa..wedang
kocok wedang kocok.
‘Wah...gila..kita kocok bang
dikocok bang..wuaa..wedang
kocok wedang kocok ’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
20. (ND/01-08-15/7) Wua... ‘Wah...’ Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
21. (ND/01-08-15/9)
Wuis...cocok sekali ini.
Hehehei. ‘Wuis...cocok sekali
ini. Hehehei.’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
22. (ND/01-08-15/13) Oalah...neng kene ki orange
profesional, dadi wis nde jobe
Konteks fisik
dhewe-dhewe. Bagian
nggangsa enek, bagian plating
enek. Mas sapa ki mau?
‘Oh...di sini itu orangnya
profesional, jadi sudah punya
pekerjaan sendiri-sendiri.
Bagian menumis ada, bagian
menata di piring ada. Mas
siapa ini tadi?’
23. (ND/01-08-15/16)
Lahamugaga..mmm
nyamnyamnyam.
‘Lahamugaga..mmm
nyamnyamnyam.’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
24. (ND/01-08-15/18)
Wuih ombak wi gedhimen apa
wi..hehe. ‘Wah... ombak itu
besar sekali apa itu..hehe’.
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
25. (ND/01-08-15/23)
Walalalalah...macem-
macemnya banyak berarti ya.
‘Walalalalah...macam-
macamnya banyak berarti ya.’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
26. (ND/01-08-15/24)
Iki berarti wis pathak warake
bangsane kuliner .‘Ini berarti
sudah ahli dalam hal kuliner’
Konteks fisik
27. (ND/01-08-15/26)
Tapene iki ora tape tape sing
modhel-modhel kaya beras
tape itu bukan..itu tape tape
tenane. ‘Tapenya ini bukan
tape tape yang model-model
seperti beras tape itu
bukan...itu tape tape benar’
Konteks fisik
28. (ND/01-08-15/27) Jadi strowbery karo coklatnya
itu cocok banget, tapene
nggenah kenthel banget wong
iki jebule jerone tape kabeh.
Bagus, nendhang, nggajul.
‘Jadi strowbery sama coklatnya
itu cocok sekali. Tapenya
kental sekali orang ini ternyata
dalamnya tape semua. Bagus,
‘menendang’, ‘menyepak’.’
Konteks fisik
29. (ND/01-08-15/28) Ehm kendhel, nggajul. ‘Ehm
berani, ‘menyepak’’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
30. (ND/01-08-15/29) Enak biyanget. ‘Sangat enak’ Frasa
adjektival
31. (ND/01-08-15/31) Woo...langsung dha ngerti Interjeksi
kabeh! ‘O...langsung pada tahu
semua’
keheranan
atau
kekaguman
32. Sambel
Mbok Ti
(SMT/02-08-15/3) Wah cocok iki. ‘Wah cocok
ini’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
33. (SMT/02-08-15/4) Wah edyan...walah alah..wah
cethar tenan iki. ‘Wah
gila...walah alah...wah cethar
sekali ini’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
34. (SMT/02-08-15/6) Wah... ‘Wah...’ Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
35. (SMT/02-08-15/12) Wah..wah..ini dia sudah siap.
‘Wah..wah..ini dia sudah siap.’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
36. (SMT/02-08-15/7) Wuah... ‘Wah...’ Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
37. (SMT/02-08-15/8) Wuah..sekarang? Interjeksi
‘Wah....sekarang?’ keheranan
atau
kekaguman
38. (SMT/02-08-15/1) Wuih, sambel paling cethar di
Solo. ‘Wah, sambal paling
cethar di Solo’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
39. (SMT/02-08-15/2) Wuih iki perlu sing cethar–
cethar ben lambe rada momor
sithik tapi tetep wareg neng
weteng. ‘Wah...ini perlu yang
cethar-cethar agar bibir agak
momor sedikit tapi tetap
kenyang di perut.’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
40. (SMT/02-08-15/9) Wuih luar biasa sak batalion
nda... ‘Wah luar biasa
sebatalion nda...’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
41. (SMT/02-08-15/10) Tapi pedhese nggajul. ‘Tapi
pedasnya ‘menyepak’.’
Frasa
adjektival
42. (SMT/02-08-15/5)
Ya...dadi badhoger-badhoger
ini Sambel Mbok Ti kaya gini
kita bikin sesuai porsinya ya.
Kalau empat orang ya kita
Konteks fisik
bikin empat, kalau lima orang
ya kita bikin lima, sesuai
porsinya. Dan yang pasti
lombok neng kene, sambel
neng kene ki digawe seger.
‘Ya...jadi badhoger-badhoger
ini Sambel Mbok Ti seperti ini
kita buat sesuai porsinya ya.
Kalau empat orang ya kita buat
empat, kalau lima orang ya kita
buat lima, sesuai porsinya. Dan
yang pasti lombok di sini,
sambal di sini itu dibuat segar’
43. (SMT/02-08-15/11)
Tapi pedhese nggajul.
Sambele isa rata. Isa nang
kene ki isa mak nendhang-
nendhang nggajul-nggajul,
top. ‘Tapi pedasnya
‘menyepak’. Sambalnya bisa
rata. Bisa di sini itu bisa
‘menendang’-
nendang,’menyepak-nyepak’
top.’
Konteks fisik
44. Kedai Kopi (KKN/20-09-15/5) Wis...ketok wong Jawa sing Interjeksi
Ndomblong njawani ya ngene ki.
‘Wah...terlihat orang Jawa
yang mengerti Jawa ya seperti
ini’
keheranan
atau
kekaguman
45. (KKN/20-09-
15/11)
Wis....cah nom sing njawani
tenani kaya ngene ki.
‘Wah....anak muda yang
paham tentang Jawa ya seperti
ini’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
46. (KKN/20-09-15/ 1)
Wah pintermen, benjing enjing
medal ujian lho nggih. Niki?
‘Wah pintar sekali, besok pagi
keluar di ujian lho ya. Ini?’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
47. (KKN/20-09-15/9) Wuis..inilah yang namanya
Kopi Walik. ‘Wah..inilah yang
namanya Kopi Walik’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
48. (KKN/20-09-
15/12)
Nggajul. Jawane entuk banget.
‘‘menyepak’. Jawanya dapat
sekali.’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
49. (KKN/20-09-
15/16)
Ilat wong Jawa-jawai ngene ki.
Nggajul..dadi nek kowe wong
Jawa patut dolan neng Kopi
Interjeksi
keheranan
atau
Ndomblong. ‘Lidah orang-
orang Jawa ya seperti ini.
‘menyepak’..jadi kalau anda
orang jawa pantas main ke
Kopi Ndomblong.’
kekaguman
50. (KKN/20-09-
15/17)
Emmm enak, sambele
nggajul. ‘Emmm enak,
sambalnya ‘menyepak’’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
51. (KKN/20-09-
15/19)
Nggajul ok. ‘‘menyepak’’ Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
52. (KKN/20-09-15/ 2)
Pinter bangeti sekolah ngendi
ya, hehe ‘Pintar sekali, sekolah
di mana ya, hehe’
Frasa
adjektival
53. (KKN/20-09-15/3)
Mmm ...Gembukane ya enak
tenan iki.
‘Mmm...Gembukanya enak
sekali ini’
Interjeksi
keheranan
atau
kekaguman
54. (KKN/20-09-15/4)
Mas Candra apikan tenan.
‘Mas Candra baik sekali’
Klausa
adjektival
55. (KKN/20-09-15/6)
Ya..ini mase ya lucu tenana.
‘Ya..ini masnya lucu sekali’
Klausa
adjektival
56. (KKN/20-09-15/7) Spesial lho iki. ‘Spesial ini’ Frasa
adjektival
57. (KKN/20-09-15/8)
Takarane bener-bener pas
neng keneki. ‘Takarannya
benar-benar pas di sini’
Frasa
adjektival
58. (KKN/20-09-
15/10)
Hehehe jjian tenan og Mas
Boy iki. ‘Hehehe Mas Boy ini’
Klausa non-
verbal
59. (KKN/20-09-
15/13)
Jawane entuk banget. ‘Rasa
jawanya sangat dapat’
Klausa non-
verbal
60. (KKN/20-09-
15/14)
Sithik we wis cocok. ‘Sedikit
saja sudah cocok’
Interjeksi
kekaguman
61. (KKN/20-09-
15/15)
Iki kaya ngene ki wis pas.
Cocok. ‘Ini seperti ini sudah
pas. Cocok’
Interjeksi
kekaguman
62. (KKN/20-09-
15/18)
Ehm..ndomblong tenan. Cocok
‘Ehm..ndomblong benar.
Cocok’
Interjeksi
kekaguman
2. Subtindak Tutur Ekspresif Mengritik
Mengritik adalah mengemukakan kritik terhadap suatu hal
(berupa kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan
pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dsb)
(KBBI, 2007:601). Tindak tutur mengritik adalah tindak tutur yang
disampaikan oleh penutur untuk mengemukakan kritiknya terhadap suatu
hal yang telah dilakukan oleh mitra tutur. Subtindak tutur ekspresif
mengritik dalam program acara Preman Pawon adalah sebagai berikut.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
seorang pelajar SMA di pinggir jalan. Ketika Bowo Landa melihat
sebuah sepeda motor yang bagus, Bowo Landa ingin membelinya
akan tetapi pemilik sepeda motor tersebut (seorang pelajar SMA)
tidak ingin menjualnya, lalu Bowo Landa mengritiknya agar mau
menjual sepeda motornya.
(28) Bowo Landa : Lha mbok didol!! Aku nde rongewu.
Pelajar : Wadhuh rongewui ngge apa? (ND/01-08-15/32)
Bowo Landa : ‘Dijual saja!! Saya punya dua ribu.’
Pelajar : ‘Aduh dua ribu itu untuk apa?’
Subtindak tutur mengritik pada kutipan (36) data di atas
terdapat pada tuturan Bowo Landa yang mengatakan Lha mbok
didol!! Aku nde rongewu ‘Dijual saja!! Saya punya dua ribu’.
Subtindak tutur ekspresif mengritik tersebut dituturkan oleh Bowo
Landa kepada seorang pelajar. Tuturan tersebut bermula ketika Bowo
Landa melihat sebuah sepeda motor yang menurutnya sangat bagus
dan Bowo Landa mempunyai niat memiliki sepeda motor tersebut.
Bowo Landa ingin membeli sepeda motor milik seorang pelajar SMA
namun pelajar tersebut tidak ingin menjualnya, lalu Bowo Landa
mengritik pelajar tersebut dengan tetap menyuruh seorang pelajar agar
mau menjualnya karena ia mempunyai uang dua ribu, akan tetapi
pelajar tersebut menolaknya karena Bowo Landa hanya mempunyai
uang dua ribu, karena jika hanya dengan uang dua ribu masih kurang.
Pemarkah lingual yang menunjukkan subtindak tutur ekspresif
mengritik pada tuturan tersebut adalah Lha mbok didol!! ‘Dijual
saja!!’ Tuturan tersebut merupakan kritikan Bowo Landa atas
pernyataan seorang pelajar yang tidak mau menjual sepeda motornya
kepada Bowo Landa.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
seorang pelajar SMA di pinggir jalan. Saat mengetahui si pelajar tidak
mengizinkan untuk membeli sepeda motornya, Bowo Landa mengatai
pelajar tersebut.
(29) Pelajar : Wadhuh rongewui ngge apa.
Bowo Landa : Wah cethil eram. Lha we arep nandi?
Pelajar : Wangsul. (ND/01-08-15/33)
Pelajar : ‘Aduh dua ribu itu buat apa?’
Bowo Landa : ‘Wah pelit sekali. Lha kamu mau kemana?’
Pelajar : ‘Pulang.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (37) data di
atas terdapat tuturan Bowo Landa yang mengatakan Wah cethil eram.
Lha we arep nandi? ‘Wah pelit sekali. Lha kamu mau kemana?’.
Tuturan Bowo Landa tersebut merupakan kritikan atas pernyataan
seorang pelajar yang mengejeknya, yaitu menolak untuk menjual
sepeda motornya karena Bowo Landa hanya mempunyai uang dua
ribu. Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur tersebut adalah
frasa Wah cethil eram ‘Wah pelit sekali’.
konteks tuturan: Tuturan terjadi antara karyawan Njah Djambon
yang bernama Feri dengan Bowo Landa di restoran Njah Djambon.
Bowo Landa terkejut ketika mengetahui menu makanan yang
namanya aneh dan baru ia dengar ketika itu.
(30) Feri : Sama itu snacknya randha kemulan.
Bowo Landa : Randha kemulan? Weh
Feri : Iya. (ND/01-08-15/34)
Feri : ‘Sama itu snacknya randha kemulan.’
Bowo Landa : ‘Janda berselimut? Eh ’
Feri : ‘Ya.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (38) data di
atas terdapat pada tuturan Randha kemulan? Weh. ‘Janda berselimut?
Eh’. Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo Landa untuk mengritik
Feri ketika menginformasikan salah satu menu yang ada di Njah
Djambon yaitu randha kemulan karena Bowo Landa merasa aneh
terhadap nama makanan tersebut. Pemarkah lingual subtindak tutur
ekspresif mengritik pada tuturan tersebut adalah kata Weh ‘Eh’ yang
dia ucapkan dengan nada pendek dan ekspresi wajah yang terkejut.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara karyawan Njah Djambon
yang bernama Feri dengan Bowo Landa di restoran Njah Djambon.
Ketika Feri mengungkapkan bahwa di Njah Djambon ada menu
dengan nama randha kemulan, Bowo Landa mengritiknya dengan
mengungkapkan bahwa kesukaan dia adalah randha kempling bukan
randha kemulan.
(31) Bowo Landa : Randha kemulane, aku senenge randha
kempling oke.
Feri : Sama minumannya bocah tukang kawin. (ND/01-
08-15/35)
Bowo Landa :‘Janda berselimut, saya sukanya janda yang baru.’
Feri : Sama minumannya bocah tukang kawin.
Subtindak tutur mengritik pada kutipan (39) data di atas
terdapat pada tuturan Randha kemulane, aku senenge randha
kempling oke. ‘Janda berselimut, saya sukanya janda yang baru’.
Tuturan tersebut sekaligus sebagai penanda lingual adanya subtindak
tutur ekspresif mengritik. Tuturan tersebut dituturkan Bowo Landa
untuk mengritik pernyataan Feri atas nama randha kemulan yang
merupakan salah satu menu makanan yang ada di Njah Djambon akan
tetapi Bowo Landa mengatakan lebih senang randha kempling ‘janda
yang baru’ daripada randha kemulan ‘janda berselimut’.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara karyawan Njah Djambon
yang bernama Feri dengan Bowo Landa di restoran Njah Djambon.
Ketika Feri mengungkapkan bahwa di Njah Djambon ada menu
minuman dengan nama bocah tukang kawin, Bowo Landa
menyanggahnya karena nama minuman tersebut aneh.
(32) Feri : Sama minumannya bocah tukang kawin.
Bowo Landa : Wo..gah aku gah aku, mosok jenenge ngono
kuwi. Feri : Iya gitu, sini menune spesial. (ND/01-08-15/36)
Feri : Sama minumannya bocah tukang kawin.
Bowo Landa :‘O..tidak mau saya tidak mau saya, masak
namanya seperti itu.’
Feri : ‘Ya begitu, sini menunya spesial.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (40) data di
atas terdapat pada tuturan Wo..gah aku gah aku, mosok jenenge
ngono kuwi. ‘O..tidak mau saya tidak mau saya, masak namanya
seperti itu’. Pemarkah lingual subtindak tutur ekspresif mengritik pada
tuturan tersebut adalah Wo..gah aku gah aku. ‘O..tidak mau saya’.
Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo Landa untuk mengritik
pernyataan Feri atas nama makanan yang menurutnya aneh, Bowo
Landa tidak setuju jika namanya seperti itu. Ketidaksetujuan Bowo
Landa tersebut yang mendasari tuturan mengritik Bowo Landa kepada
Feri.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara karyawan Njah Djambon
yang bernama Feri dengan Bowo Landa di restoran Njah Djambon.
Ketika Feri menyebutkan menu makanan yang namanya tidak biasa
Bowo Landa menyanggah dengan mengeluarkan pertanyaan dengan
berhumor.
(33) Feri : Lahamugaga, randha kemulan, sama bocah
tukang kawin.
Bowo Landa : Wa... iki, bocahe gek cah nakal-nakal pora
kuwi? Gek tukang kawin Mbak kuwi? Tenan?
Feri : Iya. (ND/01-08-15/37)
Feri : ‘Lahamugaga, randha kemulan, dan bocah tukang
kawin.’
Bowo Landa : ‘Wa... ini, anaknya nakal-nakal tidak itu? Tukang
kawin Mbak itu? Benar?’
Feri : ‘Ya.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (41) data di
atas terdapat pada tuturan Wa... iki, bocahe gek cah nakal-nakal pora
kuwi? Gek tukang kawin Mbak kuwi? Tenan? ‘Wa... ini, anaknya
nakal-nakal tidak itu? Tukang kawin Mbak itu? Benar?’. Kalimat
tersebut sekaligus sebagai penanda lingual subtindak tutur ekspresif
pada tuturan tersebut. Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo Landa
untuk mengritik pernyataan Feri atas nama makanan yang namanya
tidak biasa. Bowo Landa menyanggah dengan mengeluarkan
pertanyaan dengan maksud hanya untuk berhumor.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dan Pak
Sholehan di restoran Njah Djambon. Bowo Landa meminta diantar
Pak Sholehan ke dapur untuk mengetahui proses pembuatan menu di
restoran Njah Djambon.
(34) Bowo Landa :Hahaha...kalau saya pengin nyoba bikin,
prosesnya itu gimana Pak?
Sholehan : Boleh boleh, nanti langsung ke kitchen aja.
Bowo Landa : Wuah mbok saya minta dianterin Pak. (ND/01-
08-15/38)
Bowo Landa : ‘Hahaha...kalau saya ingin mencoba membuat,
prosesnya itu bagaimana Pak?’
Sholehan : ‘Boleh boleh, nanti langsung ke dapur saja.’
Bowo Landa : ‘Wah saya minta diantar Pak.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (42) data di
atas terdapat pada tuturan Wuah mbok saya minta dianterin Pak
‘Wah saya minta diantar Pak’. Kalimat tersebut sekaligus sebagai
penanda lingual subtindak tutur ekspresif pada tuturan tersebut.
Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo Landa untuk mengritik Pak
Sholehan yang membolehkan ikut membuat makanan dan
menyarankan agar langsung ke dapur, akan tetapi Bowo Landa
meminta diantar oleh Pak Sholehan.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dan Ganda
di dapur restoran Njah Djambon. Ganda menjelaskan bahan-bahan
yang akan digunakan untuk memasak menu Lahamugaga. Bowo
Landa merasa tidak percaya ketika Ganda memberitahu bahwa salah
satu bahan didatangkan langsung dari Timur Tengah.
(35) Ganda : Serius, malah dua rius Mas.
Bowo Landa : Wo..dua rius lho malahan. Saka Timur Tengaha.
Lha renene ngebis kapan kuwi? Hehe.
Ganda : Wa..ekspor ini Pak. (ND/01-08-15/39)
Ganda : ‘Serius, malah dua rius Mas.’
Bowo Landa : ‘O..dua rius lho malahan. Dari Timur Tengah.
Lha kesininya naik bis kapan itu? Hehe.’
Ganda : ‘Wa..ekspor ini Pak.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (43) data di
atas terdapat pada tuturan Wo..dua rius lho malahan. Saka Timur
Tengaha. Lha renene ngebis kapan kuwi? Hehe. ‘O..dua rius lho
malahan. Dari Timur Tengah. Lha kesininya naik bis kapan itu?
Hehe’. Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo Landa untuk mengritik
pernyataan Ganda yang menyatakan bahwa roti yang digunakan untuk
membuat Lahamugaga didatangkan langsung dari Arab. Bowo Landa
mengritiknya dengan candaan yakni dengan bertanya naik bisnya dari
Timur Tengah kesini kapan. Pemarkah lingual subtindak tutur
ekspresif pada tuturan tersebut adalah Saka Timur Tengaha. Lha
renene ngebis kapan kuwi? ‘Dari Timur Tengah. Lha kesininya naik
bis kapan itu?’.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dan Ganda
di dapur restoran Njah Djambon, saat Bowo Landa merasa kurang
paham terhadap apa yang dituturkan oleh Ganda.
(36) Ganda : Bawang putih dichaugs.
Bowo Landa : Dicapi ngono kuwi?
Ganda : Iya, enggak enggak. Dicincang.
Bowo Landa : O..dicincang. (ND/01-08-15/40)
Ganda : ‘Bawang putih dichaugs.’
Bowo Landa : ‘Dicapi seperti itu?’
Ganda : ‘Iya, tidak tidak. Dicincang’
Bowo Landa : ‘O..dicincang.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (44) data di
atas terdapat pada tuturan Dicapi ngono kuwi? ‘Dicapi seperti itu?’.
Kalimat tersebut sekaligus sebagai penanda lingual subtindak tutur
ekspresif pada tuturan tersebut. Tuturan tersebut dituturkan oleh
Bowo Landa untuk mengritik Ganda karena Bowo Landa merasa
kurang paham terhadap apa yang dikatakan oleh Ganda.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
Ganda di dapur restoran Njah Djambon. Bowo Landa memberikan
kritik berupa penolakan atas yang dilakukan Ganda.
(37) Bowo Landa : Masuk mana?
Ganda : Iya sini.
Bowo Landa : O..dilebokne, o...
Ganda : Iya.
Bowo Landa : Wa...... gojek we, gah aku! (ND/01-08-15/41)
Bowo Landa : Masuk mana?
Ganda : ‘Ya sini’
Bowo Landa : ‘O...dimasukkan, o...’
Ganda : ‘Ya.’
Bowo Landa : ‘Wa.....bercanda kamu, tidak mau saya!’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (45) data di
atas terdapat pada tuturan Wa...... gojek we, gah aku! ‘Wa.....bercanda
kamu, tidak mau saya!’. Kalimat tersebut sekaligus sebagai penanda
lingual subtindak tutur ekspresif pada tuturan tersebut. Tuturan
tersebut dituturkan oleh Bowo Landa untuk mengritik Ganda yang
telah membuat kaget Bowo Landa karena pada saat Bowo Landa
memasukkan bumbu-bumbu ke dalam teflon, tiba-tiba masakannya
mengeluarkan api. Bowo Landa menuturkan agar Ganda tidak
bercanda pada saat memasak.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dan Teki di
dapur restoran Njah Djambon. Ketika Teki menjelaskan bahwa di
Njah Djambon ada menu baru dengan nama randha kemulan Bowo
Landa meminta ditunjukkan makanannya yang seperti apa.
(38) Teki : Yak, randha kemulan itu menu baru kita di Njah
Djambon.
Bowo Landa : Di Njah Djambon ada menu baru namanya
randha kemulan.
Teki : Iya.
Bowo Landa :Randhane kaya ngapa ayo dienteni
sik..randhane ndi?
Teki : Seperti ini isinya lima picis.
Bowo Landa : Hehe sik ta.
Teki : Iya. (ND/01-08-15/42)
Teki : ‘Ya, randha kemulan itu menu baru kita di Njah
Djambon.’
Bowo Landa : Di Njah Djambon ada menu baru namanya
randha kemulan.
Teki : ‘Ya.’
Bowo Landa :‘Jandanya seperti apa mari ditunggu
dulu..jandanya mana?’
Teki : Seperti ini isinya lima picis.
Bowo Landa : ‘Hehe sebentar dulu.’
Teki : ‘Ya.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (46) data
di atas terdapat pada tuturan Randhane kaya ngapa ayo dienteni
sik..randhane ndi? ‘Jandanya seperti apa mari ditunggu
dulu..jandanya mana?’. Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo Landa
untuk mengritik pernyataan Teki agar menunjukkan bentuk makanan
randha kemulan. Ketika Teki menjelaskan bahwa di Njah Djambon
ada menu baru dengan nama randha kemulan, Bowo Landa meminta
ditunjukkan makanannya yang seperti apa. Tuturan tersebut berupa
humor. Jawaban Bowo Landa ketika menuturkan Randhane ndi?
‘Jandanya mana?’ mempunyai maksud menginginkan melihat janda,
bukan randha jenis makanan yang ada di Njah Djambon yakni randha
kemulan. Randhane ndi? ‘Jandanya mana?’ merupakan pemarkah
lingual subtindak tutur ekspresif pada tuturan tersebut.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dan Teki di
dapur restoran Njah Djambon. Bowo Landa mengritik pernyataan
Teki atas makanan yang bernama randha kemulan.
(39) Bowo Landa : Di Njah Djambon ada menu baru namanya
randha kemulan.
Teki : Iya.
Bowo Landa : Randhane kaya ngapa ayo dienteni sik..randhane
ndi? Iya.
Teki :Seperti ini (menunjukkan makanan randha
kemulan) isinya lima picis.
Bowo Landa : Hehe sik ta.
Teki : Iya.
Bowo Landa : Randha kuwi biasane ngene wonge..iki kok dawa,
kok mung dawa-dawa ngene? (ND/01-08-15/43)
Bowo Landa : Di Njah Djambon ada menu baru namanya randha
kemulan.
Teki : ‘Ya.’
Bowo Landa :‘Jandanya seperti apa mari ditunggu
dulu..jandanya mana?’
Teki :Seperti ini (menunjukkan makanan randha
kemulan) isinya lima picis.
Bowo Landa : ‘Hehe sebentar dulu.’
Teki : ‘Ya.’
Bowo Landa : ‘Janda itu biasanya seperti ini orangnya..ini kok
panjang, kok hanya panjang-panjang seperti ini?’
Subtindak tutur ekspresif pada kutipan (47) data di atas
tedapat pada tuturan Randha kuwi biasane ngene wonge..iki kok
dawa, kok mung dawa-dawa ngene? ‘Janda itu biasanya seperti ini
orangnya..ini kok panjang, kok hanya panjang-panjang seperti ini?’.
Kalimat tersebut sekaligus sebagai penanda lingual subtindak tutur
ekspresif mengritik pada tuturan tersebut. Tuturan tersebut dituturkan
oleh Bowo Landa yang mengritik bentuk randha kemulan yang hanya
panjang-panjang, padahal setahu Bowo Landa randha ‘janda’ itu tidak
seperti itu. Bowo Landa membayangkan randha ‘janda’ adalah orang,
karena randha ‘Janda’ merupakan status yang biasanya disandang
oleh orang, akan tetapi yang dimaksud Teki adalah jenis makanan.
Tuturan mengritik Bowo Landa tersebut pada dasarnya hanya untuk
tujuan humor.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dan Teki di
dapur restoran Njah Djambon. Bowo Landa mengritik pernyataan
Teki atas makanan yang bernama randha kemulan. Meskipun Teki
sudah menjelaskan akan tetapi Bowo Landa tetap menyanggahnya.
(40) Bowo Landa : Randha kuwi biasane ngene wonge..iki kok
dawa, kok mung dawa-dawa ngene?
Teki : Iya. Seperti ini isinya lima picis.
Bowo Landa : Lha kok mung dawa-dawa ngene ki? Oh iki
menu ok ya.
Teki : Iya..iya.. (ND/01-08-15/44)
Bowo Landa : ‘Janda itu biasanya seperti ini orangnya..ini kok
panjang, kok hanya panjang-panjang seperti ini?’
Teki :‘Ya. Seperti ini isinya lima picis.’
Bowo Landa : ‘Lha kok hanya panjang-panjang seperti ini? Oh
ini menu ya.’
Teki : ‘Ya..Ya..’
Subtindak tutur ekspresif pada kutipan (48) data di atas
terdapat pada tuturan Lha kok mung dawa-dawa ngene ki? Oh iki
menu ok ya. ‘Lha kok hanya panjang-panjang seperti ini? Oh ini menu
ya’. Penanda lingual subtindak tutur ekspresif mengritik pada tuturan
tersebut adalah Lha kok mung dawa-dawa ngene ki? ‘Lha kok hanya
panjang-panjang seperti ini?’. Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo
Landa yang mengritik bentuk randha kemulan yang hanya panjang-
panjang karena setahu Bowo Landa randha ‘janda’ itu tidak seperti
itu. Ketika Teki sudah menjelaskan bahwa bentuk dari randha
kemulan memang seperti itu, bentuknya panjang, dan jumlah satu
porsinya 5 picis. Bowo Landa baru menyadari bahwa itu merupakan
menu makanan yang bentuknya tidak seperti yang dia ketahui selama
ini. Tuturan mengritik Bowo Landa tersebut pada dasarnya hanya
untuk tujuan humor, karena pada dasarnya Bowo Landa sudah
mengetahui bahwa randha yang dimaksud adalah makanan, bukan
randha ‘janda’ sebuah status yang disandang orang, yakni wanita
yang sudah bercerai atau ditinggal mati suaminya.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
Teki di dapur Njah Djambon. Ketika Bowo Landa melihat sebuah
buah strobery berwarna pink dia menyanggah karena hal tersebut
tidak seperti biasanya.
(41) Teki : Best seller ini.
Bowo Landa : Wo...best seller. Wuah..coklat dan juga jambon, eh
strobery rupane jambon ya? Oke. (ND/01-08-
15/45)
Teki : ‘Penjualan terbaik ini.’
Bowo Landa : ‘O... penjualan terbaik. Wah..coklat dan juga pink,
eh strobery warnanya pink ya? Oke.’
Subtindak tutur ekspresif pada kutipan (49) data di atas
tedapat pada tuturan Wo...best seller. Wuah..coklat dan juga jambon,
eh strobery rupane jambon ya? Oke ‘O...best seller. Wah..coklat dan
juga pink, eh strobery warnanya pink ya? Oke’. Tuturan tersebut
dituturkan oleh Bowo Landa untuk mengritik sebuah warna pink yang
dihasilkan oleh buah strobery. Bowo Landa meminta kejelasan
terhadap Teki karena buah strobey yang berwarna merah pastinya juga
akan menghasilkan warna merah, bukan pink. Pemarkah lingual
subtindak tutur ekspresif mengritik pada tuturan tersebut adalah Eh
strobery rupane jambon ya? ‘Eh strobery warnanya pink ya?’.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dan Teki.
Ketika menghias makanan randha kemulan Teki menyebut buah
strowbery dengan buah chery dan Bowo Landa mengritiknya.
(42) Teki : Tambahkan buah chery.
Bowo Landa : Wah...chery.
Teki : Udah.
Bowo Landa : Chery ndi?...strobery iki! Wah...
Teki : Strobery. (ND/01-08-15/46)
Teki : Tambahkan buah chery.
Bowo Landa : Wah...chery.
Teki : ‘Sudah.’
Bowo Landa : ‘Chery mana?...strobery ini! Wah...’
Teki : Strobery.
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (50) data di
atas terdapat pada tuturan Chery ndi...strobery iki. Wah... ‘Chery
mana...strobery ini. Wah...’. Tuturan tersebut sekaligus sebagai
pemarkah lingual subtindak tutur ekspresif mengritik pada tuturan
tersebut. Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo Landa untuk
mengritik Teki yang salah menyebut nama buah yang sedang
dibawanya. Subtindak tutur ekspresif mengritik dituturkan Bowo
Landa karena Bowo Landa ingin membenarkan perkataan Teki yang
salah, di mana Teki menyebut nama buah strobery dengan buah chery
ketika menghias menu makanan randha kemulan.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo landa dan Teki.
Ketika menghias makanan randha kemulan Teki menyebut buah
strowbery dengan buah chery dan Bowo Landa mengritiknya.
Ungkapan mengritik yang disampaikan Bowo Landa berupa ungkapan
kritik mengejek.
(43) Teki : Tambahkan buah chery.
Bowo Landa : Wah...chery.
Teki : Udah.
Bowo Landa : Chery ndi...strobery iki. Wah...
Teki : Strobrery.
Bowo Landa : Wa...gojek we, jebule kowe ya ra ruh. (ND/01-
08-15/47)
Teki : Tambahkan buah cherry.
Bowo Landa : Wah...cherry.
Teki : ‘Sudah.’
Bowo Landa : ‘Chery mana...strobery ini. Wah...’
Teki : Strobrery.
Bowo Landa : ‘Wa...bercanda kamu, ternyata kamu juga tidak
tahu.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (51) data di
atas terdapat pada tuturan Wa...gojek we, jebule kowe ya ra ruh
‘Wa...bercanda kamu, ternyata kamu juga tidak tahu’. Tuturan
tersebut sekaligus menandai subtindak tutur ekspresif mengritik pada
kutipan (51) data di atas. Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo
Landa untuk mengritik Teki yang menyebut buah strowbery dengan
buah chery dan Bowo Landa mengritiknya.
Ungkapan mengritik yang disampaikan Bowo Landa berupa
ungkapan kritik mengejek. Ungkapan kritik mengejek tersebut
dituturkan oleh Bowo Landa karena ketika menghias randha kemulan
Teki mengatakan agar menambahkan buah chery padahal buah itu
adalah buah strobery, Bowo Landa mengejek Teki bahwa sebenarnya
Teki tidak mengetahui maka dari itu dia asal menyebut ketika akan
menambahkan buah tersebut.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
salah seorang karyawan di restoran Njah Djambon. Bowo Landa
bertanya kepada karyawan tersebut mengenai menu minuman selain
bocah tukang kawin. Karyawan tersebut menjawab ada dan
menyebutkan moktel akan tetapi Bowo Landa menolaknya dan
menyanggahnya, dia meminta minuman yang namanya seperti bocah
tukang kawin.
(44) Bowo Landa : Oke inilah dia. Ini namanya bocah tukang kawin.
Nah kalau kamu pengin ketemu bocah tukang
kawin datang aja ke Njah Djambon. Mas, bocah
tukang kawin kuwi ka ngapa? Lha ini. Pantes
dicoba. Mbak, nek selain sing bocah tukang kawin
enek liyane ra?
Karyawan : Ada, moktel.
Bowo Landa : Sing bahasa ngene ki.
Karyawan : Ya ini kita ada moktel. (ND/01-08-15/48)
Bowo Landa : ‘Oke inilah dia. Ini namanya bocah tukang kawin.
Nah kalau kamu ingin bertemu bocah tukang
kawin datang saja ke Njah Djambon. Mas, bocah
tukang kawin itu seperti apa? Lha ini. Pantas
dicoba. ‘Mbak, kalau selain yang bocah tukang
kawin ada yang lainnya tidak?’
Karyawan : Ada, moktel.
Bowo Landa : ‘Yang bahasa seperti ini’
Karyawan : Ya ini kita ada moktel.
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (52) data di
atas terdapat pada tuturan Sing bahasa ngene ki ‘Yang bahasa seperti
ini’. Tuturan tersebut sekaligus menandai subtindak tutur ekspresif
mengritik pada kutipan (44) data di atas. Tuturan tersebut dituturkan
oleh Bowo Landa untuk mengritik pernyataan salah seorang karyawan
dari Njah Djambon mengenai menu minuman yang ada di Njah
Djambon selain bocah tukang kawin. Karyawan tersebut mengatakan
bahwa selain bocah tukang kawin juga ada minuman moktel akan
tetapi Bowo Landa menolaknya dan menyanggahnya, dia meminta
minuman yang namanya seperti bocah tukang kawin. Maksud dari
permintaannya tersebut adalah Bowo Landa menginginkan nama
minuman yang menggunakan bahasa Jawa dan yang menurutnya aneh
serta lain dari biasanya, seperti bocah tukang kawin.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
karyawan restoran Njah Djambon. Ketika Sugeng menjawab bahwa
minuman yang ada di Njah Djambon adalah moktel, Bowo Landa
mengritik dengan mengungkapkan ia menginginkan minuman yang
namanya tidak biasa, minuman yang menggunakan bahasa yang agak
berbeda.
(45) Karyawan : Ya ini kita ada moktel.
Bowo Landa : Sing anu, sing rada beda ngene mau apa?
Karyawan : Ini yang beras kencur.
Bowo Landa : Oh beras kencur. (ND/01-08-15/49)
Karyawan : Ya ini kita ada moktel.
Bowo Landa : ‘Yang, yang agak beda seperti ini tadi apa?’
Karyawan : Ini yang beras kencur.
Bowo Landa : Oh beras kencur.
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (53) data di
atas terdapat pada tuturan Sing anu, sing rada beda ngene mau apa?
‘Yang agak beda seperti ini tadi apa?’. Tuturan tersebut sekaligus
sebagai pemarkah lingual subtindak tutur ekspresif mengritik pada
kutipan (53) data di atas. Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo
Landa untuk mengritik pernyataan karyawan Njah Djambon mengenai
menu minuman yang ada di Njah Djambon selain bocah tukang
kawin. karyawan Njah Djambon tersebut mengatakan bahwa selain
bocah tukang kawin juga ada minuman moktel namun Bowo Landa
menolaknya dan menyanggahnya, dia meminta minuman yang
namanya seperti bocah tukang kawin. Karyawan Njah Djambon
menjawab dengan menawarkan minuman moktel, setelah itu Bowo
Landa meminta minuman yang namanya sedikit beda dari moktel lalu
karyawan Njah Djambon menawarkan minuman beras kencur, dan
Bowo Landa menerimanya. Maksud dari permintaannya tersebut
adalah Bowo Landa menginginkan nama minuman yang
menggunakan bahasa Jawa dan yang menurutnya aneh serta lain dari
biasanya.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
karyawan restoran Njah Djambon. Bowo Landa mengritik sebuah
nama minuman dengan membahasakannya menjadi nama minuman
dengan bahasa yang tidak biasa, yakni seperti nama minuman bocah
tukang kawin.
(46) Bowo Landa : Beras kencur..nah ini nek.
Karyawan : Kira-kira 20 mili.
Bowo Landa : Nek bahasa kaya bocah tukang kawin apa ki
jenenge Mbak?
Karyawan : Hehehe.
Bowo Landa : Hehehe ora seneng kawin ya? Hehe iya kok.
(ND/01-08-15/50)
Bowo Landa : ‘Beras kencur..nah ini kalau.’
Karyawan : Kira-kira 20 mili.
Bowo Landa : ‘Kalau bahasa seperti bocah tukang kawin ini
namanya apa Mbak?’
Karyawan : Hehehe.
Bowo Landa : ‘Hehehe tidak suka kawin ya? Hehe iya kok.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (54) data di
atas terdapat pada tuturan Nek bahasa kaya bocah tukang kawin apa
ki jenenge Mbak? ‘Kalau bahasa seperti bocah tukang kawin ini
namanya apa Mbak?’. Tuturan tersebut sekaligus menandai subtindak
tutur ekspresif mengritik pada kutipan (54) data di atas. Tuturan
tersebut dituturkan oleh Bowo Landa untuk mengritik nama minuman
beras kencur agar membahasakannya menjadi nama minuman dengan
bahasa yang tidak biasa/umum, yakni seperti nama minuman bocah
tukang kawin.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
salah seorang karyawan restoran Njah Djambon. Karyawan mengritik
ucapan Bowo Landa karena yang diucapkannya salah.
(47) Bowo Landa : Oke ini beras kencur kurang lebih 50 centi.
Karyawan : Mili.
Bowo Landa : Mili oh sorry sorry. (ND/01-08-15/51)
Bowo Landa : Oke ini beras kencur kurang lebih 50 centi.
Karyawan : ‘Mili. (mili liter)’
Bowo Landa : ‘Mili oh maaf maaf.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (55) data di
atas terdapat pada tuturan Mili ‘Mili (mili liter)’Tuturan tersebut
sekaligus menandai subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan
(55) data di atas. Tuturan tersebut dituturkan oleh salah satu karyawan
Njah Djambon untuk mengritik Bowo Landa yang salah mengucapkan
ukuran untuk satuan air. Bowo Landa mengatakan ukuran air dengan
centi (centi meter) lalu dibenarkan oleh karyawan Njah Djambon
dengan satuan mili (mili liter).
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara seorang karyawan Njah
Djambon dengan Bowo Landa di dapur Njah Djambon. Ketika
karyawan tersebut akan menutup gelas yang dijadikan tempat untuk
membuat minuman beras kencur, Bowo Landa mengritiknya.
(48) Karyawan : Ditutup dulu.
Bowo Landa : Oh.
Karyawan : Terus tangannya gini (gelas dipegang dengan
kedua tangan lalu gelas ditidurkan sehingga masing-
masing sisi gelas berada di sisi tangan kanan dan
tangan kiri).
Bowo Landa : Oh...sik sik sebentar. Oh ini kocokan ta?
Karyawan I : Iya dikocok. (ND/01-08-15/52)
Karyawan : Ditutup dulu.
Bowo Landa : Oh.
Karyawan : ‘Lalu tangannya seperti ini’
Bowo Landa : ‘Oh...sebentar sebentar. Oh ini kocokan ya?
Karyawan I : ‘Ya dikocok.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (56) data di
atas terdapat pada tuturan Oh...sik sik sebentar. Oh ini kocokan ta?
‘Oh...sebentar sebentar. Oh ini tadi kocokan ya?’. Tuturan tersebut
dituturkan oleh Bowo Landa kepada seorang karyawan Njah Djambon
ketika membuat minuman beras kencur. Saat karyawan Njah
Djambon memberikan aba-aba untuk menutup tempat yang sudah di
isi bahan-bahan lalu menyuruh memegang gelas tersebut dengan
tangan (gelas ditutup, dipegang dengan kedua tangan lalu gelas
ditidurkan sehingga masing-masing sisi gelas berada di sisi tangan
kanan dan tangan kiri) Bowo Landa mengritik dengan menyela
memberikan pertanyaan apakah gelas tersebut kocokan. Bowo Landa
mengira bahwa gelas yang digunakan untuk membuat minuman beras
kencur tadi adalah gelas biasa akan tetapi gelas tersebut adalah gelas
yang mempunyai tutup dan digunakan untuk mengkocok minuman
beras kencur. Kalimat tersebut sekaligus menjadi pemarkah lingual
subtindak tutur ekspresif pada kutipan (56) data di atas.
Tuturan mengritik tersebut bermula ketika Bowo Landa ingin
mengetahui kejelasan fungsi tempat yang digunakan untuk membuat
minuman beras kencur.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Pak
Sholehan di restoran Njah Djambon. Bowo Landa mengritik nama
asal muasal nama Njah Djambon.
(49) Bowo Landa : Oalah...berarti Njah Djambon itu kreasi bisa
dibilang perpaduan antara ownernya babak dan ibu
itu.
Sholehan : Ya kurang lebih gitu.
Bowo Landa: Kalau neke melu keraton, Njah biru nggih karena
ibu sukanya yang warna Djambon jadi namanya
Njah Djambon. Hehe..kan darah biru kalo... Saya
mau coba icip-icip ya Pak ya. (ND/01-08-15/53)
Bowo Landa : Oh...berarti Njah Djambon itu kreasi bisa dibilang
perpaduan antara pemiliknya bapak dan ibu itu.
Sholehan : ‘Ya kurang lebih seperti itu.’
Bowo Landa: ‘Kalau misalnya ikut keraton, Njah biru ya karena
ibu sukanya yang warna djambon (pink) jadi
namanya Njah Djambon. Hehe..kan darah biru
kalo... saya mau coba mencicipi ya Pak ya.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (57) data di
atas terdapat pada tuturan Kalau neke melu keraton, Njah biru nggih
karena ibu sukanya yang warna Djambon jadi namanya Njah
Djambon. Hehe..kan darah biru kalo... Saya mau coba icip-icip ya
Pak ya ‘Kalau misalnya ikut keraton, Njah biru ya karena ibu sukanya
yang warna djambon (pink) jadi namanya Njah Djambon. Hehe..kan
darah biru kalo... saya mau coba mencicipi ya Pak ya’.
Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo Landa untuk
mengritik nama asal muasal nama Njah Djambon. Bowo Landa
beranggapan bahwa karena dahulu termasuk keturunan keraton yang
termasuk darah biru berarti seharusnya nama restorannya ‘Njah biru’
akan tetapi karena ibu sukanya warna djambon (pink) maka namnya
jadi ‘Njah Djambon’. Pemarkah lingual subtindak tutur ekspresif
mengritik pada kutipan (57) data di atas adalah Kalau neke melu
keraton Njah biru nggih karena ibu sukanya yang warna Djambon
jadi namanya Njah Djambon ‘Kalau misalnya ikut keraton Njah biru
ya karena ibu sukanya yang warna djambon jadi namanya Njah
Djambon’. Tuturan tersebut terjadi karena rasa ingin tahu Bowo
Landa untuk mengetahui asal muasal nama restoran Njah Djambon.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
Sugeng di dapur warung makan Sambel Mbok Ti. Bowo Landa
mengritik nama ikan yang menurutnya nama tersebut tidak biasa.
(50) Bowo Landa : O pedhak. Iki we coba, pedhak, terong rasah bak-
baki ok. Iki apa ki?
Sugeng : Jambal roti.
Bowo Landa : Jambal Roti. Apa?
Sugeng : Jambal roti.
Bowo Landa : Roti?
Sugeng : Iya.
Bowo Landa : Kok isa roti ta?
Sugeng : Lha empuk itu. (SMT/02-08-15/13)
Bowo Landa : ‘O pedhak. Ini saja coba, pedhak, terong tidak
usah menuh-menuhi. Ini apa ini?’
Sugeng : Jambal roti.
Bowo Landa : ‘Jambal Roti. Apa?’
Sugeng : Jambal roti.
Bowo Landa : Roti?
Sugeng : ‘Ya.’
Bowo Landa : ‘Kok bisa roti sih?’
Sugeng : ‘Lha lunak itu.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (58) data di
atas terdapat pada tuturan Kok isa roti ta? ‘Kok bisa roti sih?’.
Tuturan tersebut dituturkan Bowo Landa untuk mengritik nama ikan
saat Bowo Landa memilih bahan makanan yang akan dimasak di
warung makan Sambel Mbok Ti. Tuturan tersebut sekaligus sebagai
pemarkah lingual yang menandai adanya subtindak tutur ekspresif
mengritik pada kutipan (58) data di atas. Tuturan mengritik tersebut
terjadi atas dasar rasa keingintahuan Bowo Landa untuk mengetahui
alasan mengapa ikan tersebut disebut roti dan ternyata karena ikan
tersebut lunak seperti roti.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
Sugeng di dapur warung makan Sambel Mbok Ti. Ketika sugeng dan
Bowo Landa sedang memilih ikan yang akan digoreng, di sekitar
mereka ada crew TATV, Bowo Landa mengritik crew TATV tersebut
karena ketika ditawari ikan kakap, crew tersebut langsung menjawab
mau.
(51) Bowo Landa : O...ikan gabus ya, nama basa latinnya ikan
sterofom. Mmm ki, apa meneh ya. Iki apa ki?
Sugeng : Kakap laut.
Bowo Landa : O..kakap laut. Kakap laut gelem? Gelem? Wah
we geleman no yoan. Kakap laut. Wa iki lambene
ya akeh iki, amba-amba sameneki. Wis wis cukup
wae. Iki terus tak apakke iki? (SMT/02-08-15/14)
Bowo Landa :‘O...ikan gabus ya, nama bahasa latinnya ikan
sterofom. Mmm ini, apa lagi ya. Ini apa ini?’
Sugeng : Kakap laut.
Bowo Landa :‘O..kakap laut. Kakap laut mau? Mau? Wah
ternyata kamu mauan ya. Kakap laut. Wa ini
bibirnya ya banyak ini, lebar-lebar seperti ini.
Sudah-sudah cukup saja. Ini lalu diapakan ini?’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (59) data di
atas terdapat pada tuturan O..kakap laut. Kakap laut gelem? Gelem?
Wah we geleman no yoan. Kakap laut. Wa iki lambene ya akeh iki,
amba-amba sameneki. Wis wis cukup wae. Iki terus tak apakke iki?
‘O..kakap laut. Kakap laut mau? Mau? Wah ternyata kamu mauan ya.
Kakap laut. Wa ini bibirnya ya banyak ini, lebar-lebar seperti ini.
Sudah-sudah cukup saja. Ini lalu diapakan ini?’. Tuturan tersebut
dituturkan oleh Bowo Landa untuk mengritik crew TATV yang
geleman (mudah mau). Tuturan tersebut bermula ketika Sugeng dan
Bowo Landa sedang memilih ikan yang akan digoreng, di sekitar
mereka ada crew TATV, Bowo Landa mengritik crew tersebut karena
ketika ditawari ikan kakap crew tersebut langsung menjawab mau.
Pemarkah lingual yang menandai adanya subtindak tutur ekspresif
mengritik pada tuturan tersebut adalah Wah we geleman no yoan
‘Wah ternyata kamu mudah mau ya’. Tuturan mengritik tersebut
terjadi atas dasar untuk mengejek crew TATV yang ketika ditawari
makanan oleh Bowo Landa langsung mau tanpa ada rasa malu-malu
atau sungkan.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
Sugeng di dapur warung makan Sambel Mbok Ti. Bowo Landa
mengritik Sugeng yang menyalakan kompor hingga menimbulkan
suara yang keras.
(52) Sugeng : (menghidupkan kompor)
Bowo Landa : O pete, beda karo mete ya (tidak melihat dan
memperhatikan Sugeng). Oke kalem wae ta Mas!
O.. murupke. Terus iki kok dipisah ben ngapa? apa
ora akur apa piye?
Sugeng : Ya itu, ntar kalau ada orang yang suka ikan asin
gitu. (SMT/02-08-15/15)
Sugeng : (menghidupkan kompor)
Bowo Landa : ‘O petai, beda dengan mete ya. Oke kalem saja
Mas! O.. menghidupkan. Terus ini kok dipisah
kenapa? Apa tidak berteman atau bagaimana?’
Sugeng : ‘Ya itu, nanti kalau ada orang yang suka ikan asin
begitu.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik kutipan (60) pada data di
atas terdapat pada tuturan O pete, beda karo mete ya. Oke kalem wae
ta Mas! O.. murupke. Terus iki kok dipisah ben ngapa? apa ora
akur apa piye? ‘O petai, beda dengan mete ya. Oke kalem saja Mas!
O.. menghidupkan. Terus ini kok dipisah kenapa? apa tidak berteman
atau bagaimana?’. Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo Landa
untuk mengritik Sugeng yang saat akan menyalakan kompor
menimbulkan suara yang keras. Pada saat itu Bowo Landa tidak
melihat dan tidak memperhatikan Sugeng sehingga Bowo Landa
mengritik dengan mengungkapkan tuturan tersebut. Pemarkah lingual
yang menunjukkan subtindak tutur ekspresif mengritik pada tuturan
tersebut adalah kalem wae ta Mas! ‘Santai saja Mas!’.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
Sugeng di dapur warung makan Sambel Mbok Ti. Ketika Sugeng akan
merendam ikan layur di piring, Bowo Landa mengritiknya.
(53) Bowo Landa : Oh dikasih air panas.
Sugeng : Dimandiin.
Bowo Landa : Oh dimandiin? Nganggo sabun? Ora? Ngko
masuk angin yahmene adus.
Sugeng : Enggak. (SMT/02-08-15/16)
Bowo Landa : Oh diberi air panas.
Sugeng : ‘Dimandikan.’
Bowo Landa :‘Oh dimandikan? Memakai sabun? Tidak? Nanti
demam mandi jam segini.’
Sugeng : ‘Tidak’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (61) data di
atas terdapat pada tuturan Oh dimandiin? Nganggo sabun? Ora?
Ngko masuk angin yahmene adus. ‘Oh dimandikan? memakai
sabun? Tidak? Nanti demam mandi jam segini’. Tuturan tersebut
dituturkan oleh Bowo Landa untuk mengritik Sugeng yang akan
merendam ikan layur di piring. Sugeng merendam ikan layur dan
mengatakan bahwa ikan tersebut dimandikan. Bowo Landa
mengritiknya dengan menanyakan apakah memandikannya
menggunakan sabun dan apakah tidak deman jika malam hari
dimandikan. Tuturan mengritik berupa humor yang dituturkan oleh
Bowo Landa tersebut terjadi ketika Sugeng menuturkan humor pada
saat merendam ikan layur dan Bowo Landa juga menanggapinya
dengan berhumor. Tuturan tersebut sekaligus sebagai penanda lingual
subtindak tutur mengritik pada kutipan data (61) di atas.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
Sugeng di warung makan Sambel Mbok Ti. Bowo Landa mengritik
Sugeng karena ikan yang digorengnya tidak matang-matang.
(54) Bowo Landa: Keliru? Mbak tak belekke. Pake yang panjang ya
seperti punya saya, tangan saya maksudnya. Wo..
wis fasih ki. Oke ikan-ikan udah mulai berenang,
nek sing kene pirang menit Mas Pian?
Sugeng : Ya.
Bowo Landa : Aja gosong gosong! Wis rung?
Sugeng : Udah. (SMT/02-08-15/17)
Bowo Landa: ‘Salah? Mbak saya kembalikan. Pakai yang panjang
ya seperti punya saya, tangan saya maksudnya.
O...sudah fasih ini. Oke ikan-ikan sudah mulai
berenang, kalau yang di sini berapa menit Mas
Pian?’
Sugeng : Ya.
Bowo Landa : ‘Jangan gosong-gosong! Sudah belum?’
Sugeng : ‘Sudah.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (62) data di
atas terdapat pada tuturan Aja gosong gosong! Wis rung? ‘Jangan
gosong-gosong! Sudah belum?’. Tuturan tersebut dituturkan oleh
Bowo Landa untuk mengritik Sugeng karena ikan yang digorengnya
tidak matang-matang. Bowo Landa khawatir ikannya akan gosong, dia
mengingatkan Sugeng. Pemarkah lingual yang menandai subtindak
tutur ekspresif mengritik pada tuturan tersebut adalah Aja gosong
gosong! ‘Jangan gosong-gosong!’. Tuturan mengritik tersebut terjadi
atas dasar kekhawatiran Bowo Landa terhadap ikan yang digorengnya
akan gosong.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
Sugeng di dapur warung makan Sambel Mbok Ti. Ketika Bowo Landa
disuruh untuk melembutkan cabai oleh Sugeng, Bowo Landa menolak
dengan mengritiknya dan mengatakan bahwa cabai itu sudah halus.
(55) Sugeng : Cabenya dulu.
Bowo Landa : Wis ok, alus ok. Iki ta?
Sugeng : Ya.. (SMT/02-08-15/18)
Sugeng : ‘Cabainya dulu’
Bowo Landa : ‘Sudah halus. Ini kan?’
Sugeng : Ya..
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (63) data di
atas terdapat pada tuturan Wis ok alus ok! Iki ta? ‘Sudah halus. Ini
kan?’. Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo Landa untuk mengritik
Sugeng yang telah menyuruhnya untuk menghaluskan cabai. Ketika
Bowo Landa disuruh untuk melembutkan cabai oleh Sugeng, Bowo
Landa menolak dan mengritiknya dengan mengatakan cabai itu sudah
halus.
Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif
pada tuturan tersebut adalah Wis ok ,alus ok. ‘Sudah halus.’ Tuturan
mengritik tersebut terjadi karena Bowo Landa tidak ingin melakukan
apa yang disuruh oleh Sugeng, yakni menghaluskan cabai.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
Sugeng di dapur warung makan Sambel Mbok Ti. Ketika Bowo Landa
sedang melembutkan cabai, Sugeng menambahkan bahan-bahan
lainnya untuk membuat sambel Mbok Ti dan Bowo mengritiknya.
(56) Sugeng : Satu lagi
Bowo Landa : O..satu lagi. Ng...kowe gawe gawean aku lho, kat
mau ngethoki terus. (melepaskan munthu yang
dipegangnya). Mbok yowis aja akeh-akeh. Emang
komposisine kudu ngono?
Sugeng : Iya. (SMT/02-08-15/19)
Sugeng : Satu lagi
Bowo Landa :‘Kamu membuat saya bekerja saja, dari tadi
memotongi terus. Sudah jangan banyak-banyak.
Memangnya komposisinya harus seperti itu ya?’
Sugeng : ‘Ya.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (64) data di
atas terdapat pada tuturan O..satu lagi. Ng...kowe gawe gawean aku
lho, kat mau ngethoki terus. Mbok yowis aja akeh-akeh. Emang
komposisine kudu ngono? ‘Kamu membuat saya bekerja saja, dari
tadi memotongi terus. Sudah jangan banyak-banyak. Memangnya
komposisinya harus seperti itu ya?’. Tuturan tersebut dituturkan oleh
Bowo Landa untuk mengritik Sugeng yang tidak berhenti
menambahkan bahan-bahan membuat sambel Mbok Ti. Ketika Bowo
Landa melembutkan cabai, Sugeng sedang menyiapkan bahan-bahan
lainnya yang akan dibuat untuk membuat sambel Mbok Ti. Bowo
Landa mengritiknya dengan melepaskan munthu yang digunakannya
untuk menghaluskan cabai dan mengatakan tuturan tersebut di atas.
Tuturan mengritik pada kutipan data tersebut terjadi karena Bowo
Landa tidak ingin berlama-lama dalam membuat sambal.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi di dapur warung makan Sambel
Mbok Ti. Bowo Landa memuji keunggulan sambal di warung makan
Sambel Mbok Ti. Saat Sugeng menambahkan keunggulan sambal di
warung makan Sambel Mbok Ti, Bowo Landa mengritiknya.
(57) Bowo Landa :Ya..dadi badhoger-badhoger ini sambel Mbok Ti
ya kaya gini, kita bikin sesuai porsinya ya. Kalau
empat orang ya kita bikin empat, kalau lima orang
ya kita bikin lima, sesuai porsinya. Dan yang pasti
lombok neng kene, sambel neng kene ki digawe
seger.
Sugeng : Asli
Bowo Landa : Wong dha teka. Lha ya kabeh asli! Mosok
plastik ngono wi ya asli. Bahan-bahannya asli,
kabeh asli.
Sugeng : Hehehe....fresh. (SMT/02-08-15/20)
Bowo Landa :‘Ya..jadi badhoger-badhoger ini sambal Mbok Ti
ya seperti ini, kita membuatnya sesuai porsinya ya.
Kalau empat orang ya kita buatkan empat, kalau
lima orang ya kita buat lima, sesuai porsinya. Dan
yang pasti lombok di sini, sambel di sini dibuat
segar.’
Sugeng : Asli
Bowo Landa :‘Orang pada datang. Ya semua asli! Masak plastik
seperti itu ya asli. Bahan-bahannya asli, semua
asli.’
Sugeng : ‘Hehehe....segar’
Pada kutipan (65) data di atas, Bowo Landa menuturkan
tindak tutur ekspresif mengritik. Tindak tutur ekspresif mengritik yang
dituturkan oleh Bowo Landa terjadi ketika penutur sedang memuji
sambal yang ada di warung makan Sambel Mbok Ti. Ketika seorang
karyawan warung menambahkan pujian mengenai sambal di warung
makan Sambel Mbok Ti, Bowo Landa mengritiknya. Pernyataan
mengritik Bowo Landa dituturkan melalui tuturan Wong dha teka.
Lha ya kabeh asli! Mosok plastik ngono wi ya asli. Bahan-
bahannya asli, kabeh asli ‘Orang pada datang. Ya semua asli! Masak
plastik seperti itu ya asli. Bahan-bahannya asli, semua asli’. Tuturan
Wong dho teka. Lha ya kabeh asli! Mosok plastik ngono wi ya asli.
Bahan-bahannya asli, kabeh asli ‘Orang pada datang. Ya semua asli!
Masak plastik seperti itu ya asli. Bahan-bahannya asli, semua asli’
merupakan penanda lingual tindak tutur mengritik.
Tindak tutur ekspresif mengritik di atas berfungsi sebagai
sarana untuk mengekspresikan atau mengungkapkan pikiran
seseorang, Bowo Landa mengritik komentar karyawan warung di
mana Bowo Landa terlihat tidak menerima apa yang diungkapkan
karyawan warung, hal tersebut dapat dilihat dari gaya bicara Bowo
Landa yang menggunakan nada tinggi dan agak sedikit kasar serta
mengejek saat mengucapkan tuturan tersebut.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
Sugeng di dapur warung makan Sambel Mbok Ti. Bowo Landa
mengritik pernyataan Sugeng yang mengatakan bahwa sambalnya
belum jadi.
(58) Bowo Landa: Emang jeruk khusus nggo sambel ngono ya?
Wo..ya kita campur dengan jeruknya. Wah..wah..ini
dia sudah siap.
Sugeng : Belum.
Bowo Landa : Urung? Wis lembute kaya ngene. Kok ora anu
Mas, ora nggo blender? Sugeng : Kalo diblender nggak enak. (SMT/02-08-15/21)
Bowo Landa: ‘Memang jeruk khusus untuk sambal begitu ya?
O..ya kita campur dengan jeruknya. Wah..wah..ini
dia sudah siap.’
Sugeng : Belum.
Bowo Landa: ‘Belum? Sudah lembutnya seperti ini. Kok tidak
memakai blender Mas?’
Sugeng : ‘Kalau diblender tidak enak.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (66) data
di atas terdapat pada tuturan Urung? Wis lembute kaya ngene.
Kok ora anu Mas, ora nggo blender? ‘Belum? Sudah lembutnya
seperti ini. Kok tidak memakai blender Mas?’. Tuturan tersebut
dituturkan oleh Bowo Landa untuk mengritik pernyataan Sugeng
karena terlalu lama membuat sambal. Bowo Landa mengatakan
bahwa sambal tersebut sudah halus. Bowo Landa juga
menyarankan untuk memakai blender agar dalam menghaluskan
cabainya lebih cepat. Tuturan tersebut sekaligus merupakan
penanda lingual subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan
data (66). Di samping Bowo Landa menyanggah pernyataan
Sugeng, Bowo Landa juga memberikan pendapatnya mengenai
cara menghaluskan cabai. Tuturan mengritik tersebut terjadi karena
Bowo Landa ingin segera menyajikan dan mencicipi sambal di
Sambel Mbok Ti.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Pak
Bardo di warung makan Sambel Mbok Ti. Bowo Landa mengritik Pak
Bardo karena saat Bowo Landa sedang berbicara, Pak Bardo
memperhatikannya dengan seksama.
(59) Bowo Landa: Yah...Preman Pawon. Kita ketemu lagi badhoger-
badhoger, saat ini..ngapunten mang ningali mrika.
Hnah...jenengan ampun ningali kula, kaya artis
wae ta. Yah..ini saat ini saya dengan sahabat pena
saya ternyata, ada bapak? (SMT/02-08-15/22)
‘Ya...Preman Pawon. Kita bertemu lagi badhoger-
badhoger, saat ini..maaf silakan melihat ke sana.
Nah....Anda jangan melihat saya, seperti artis saja.
Ya...ini saat ini saya dengan sahabat pena saya
ternyata, ada Bapak?’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (67) data di
atas terdapat pada tuturan Yah...Preman Pawon. Kita ketemu lagi
badhoger-badhoger, saat ini.. Ngapunten mang ningali mrika.
Hnah...jenengan ampun ningali kula, kaya artis wae ta. Yah..ini
saat ini saya dengan sahabat pena saya ternyata, ada Bapak?
‘Ya...Preman Pawon. Kita bertemu lagi badhoger-badhoger, saat
ini..maaf silakan melihat ke sana. Nah....Anda jangan melihat saya,
seperti artis saja. Ya...ini saat ini saya dengan sahabat pena saya
ternyata, ada Bapak?’. Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo Landa
untuk mengritik Pak Bardo karena telah memperhatikannya saat dia
berbicara. Ketika Bowo Landa sedang berbicara menyapa pemirsa,
Pak Bardo memperhatikannya dengan seksama. Pemarkah lingual
yang menandai subtindak tutur ekspresif mengritik pada tuturan
tersebut adalah Hnah...jenengan ampun ningali kula, kaya artis wae
ta ‘Nah....Anda jangan melihat saya, seperti artis saja’. Tuturan
mengritik pada data di atas terjadi karena Bowo Landa merasa tidak
nyaman atas yang dilakukan Pak Bardo, karena Pak Bardo telah
memperhatikan dan melihatnya drngan seksama ketika Bowo Landa
sedang berbicara.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Pak
Bardo di warung makan Sambel Mbok Ti. Bowo Landa mengritik
jawaban Pak Bardo karena Bowo Landa merasa jawaban Pak Bardo
kurang tepat.
(60) Bowo Landa: Ini yang saya ambil dari tadi model bergerak
semua, ikan ikanan. Selain ikan ikanan ikan darat,
eh ikan darat. Ikan sungai ada, ikan laut ada, ikan
asin ada, lha kalau ini jenis ikan apa ini Pak?
Pak Bardo : Itu ikan terbang itu
Bowo Landa : Ikan terbang?
Pak Bardo : Iya, lha pete ok.
Bowo Landa : Pete ok ikan terbang! (SMT/02-08-15/23)
Pak Bardo : Hahaha.
Bowo Landa: Ini yang saya ambil dari tadi model bergerak
semua, ikan ikanan. Selain ikan ikanan ikan darat,
eh ikan darat. Ikan sungai ada, ikan laut ada, ikan
asin ada, lha kalau ini jenis ikan apa ini Pak?
Pak Bardo : Itu ikan terbang itu
Bowo Landa : Ikan terbang?
Pak Bardo : ‘Ya, lha petai’
Bowo Landa : ‘Petai kok ikan terbang!’
Pak Bardo : Hahaha.
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (68) di atas
terdapat pada tuturan Pete ok ikan terbang! ‘Petai kok ikan terbang!’.
Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo Landa untuk mengritik
jawaban Pak Bardo. Ketika Bowo Landa bertanya kepada Pak Bardo
mengenai petai termasuk jenis ikan apa, Pak Bardo menjawab ikan
terbang. Bowo Landa menyangkalnya karena menurutnya jawaban
tersebut kurang tepat karena sebenarnya petai bukan termasuk jenis
ikan. Bowo Landa menanyakan hal itu hanya untuk berhumor sebab
semua makanan yang diambil tadi adalah makanan jenis ikan.
Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif mengritik
pada tuturan tersebut adalah Pete ok ikan terbang! ‘Petai kok ikan
terbang!’. Tuturan mengritik tersebut terjadi karena Bowo Landa ingin
mengetahui jenis petai termasuk ke dalam golongan ikan apa, akan
tetapi hal tersebut dilakukan hanya untuk kepentingan humor.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Pak
Bardo di warung makan Sambel Mbok Ti. Bowo Landa mengritik Pak
Bardo karena tidak merespon dengan baik humor yang dibuat Bowo
Landa.
(61) Bowo Landa: Sekarang waktunya saya akan mengicip-icipi.
Pertama kita akan mengicip air putihnya dulu.
Pak Bardo : Hahaha
Bowo Landa : Nggih nek ngeten mang lokke, mas kuwi
kobokan ngono! Pak Bardo : Mas niku kobokan. (SMT/02-08-15/24)
Bowo Landa: Sekarang waktunya saya akan mencicipi. Pertama
kita akan mencicipi air putihnya dulu.
Pak Bardo : Hahaha
Bowo Landa : ‘Kalau seperti ini ya anda tegur, mas itu kobokan
begitu!’
Pak Bardo : ‘Mas itu kobokan.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (69) di atas
terdapat pada tuturan Nggih nek ngeten mang lokke, mas kuwi
kobokan ngono! ‘Kalau seperti ini ya anda tegur, mas itu kobokan
begitu!’. Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo Landa untuk
mengritik Pak Bardo yang kurang mengerti atas humor yang telah
dibuat oleh Bowo Landa. Ketika Bowo akan mencicipi makanan yang
telah tersedia, Bowo Landa berhumor dengan akan meminum air yang
seharusnya digunakan untuk mencuci tangan akan tetapi Pak Bardo
yang saat itu berada disampingnya tidak paham atas humor yang telah
dilakukan oleh Bowo Landa. Bowo Landa mengritik Pak Bardo, di
mana seharusnya Pak Bardo menegurnya dengan memberitahu bahwa
air itu adalah air untuk mencuci tangan akan tetapi Pak Bardo malah
diam saja. Pamarkah lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif
mengritik pada tuturan tersebut adalah kalimat Nggih nek ngeten
mang lokke, mas kuwi kobokan ngono! ‘Kalau seperti ini ya anda
tegur, mas itu kobokan begitu!’. Tuturan mengritik pada data di atas
terjadi karena Bowo Landa menginginkan humor yang telah dibuatnya
mendapat respon oleh Pak Bardo.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Pak
Bardo di warung makan Sambel Mbok Ti. Bowo Landa mengritik Pak
Bardo yang kurang peka atas humor yang dilontarkan oleh Bowo Landa.
(62) Pak Bardo : Mas niku kobokan.
Bowo Landa : Oh jenengan ngelokke ta nggihan, ah...ra
lucua.
Pak Bardo : Haha...sing niki lhe Mas. (SMT/02-08-15/25)
Pak Bardo : ‘Mas itu kobokan.’
Bowo Landa : ‘Oh Anda juga menegur, ah tidak lucu.’
Pak Bardo : ‘Haha...yang ini lho Mas.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (70) di atas
terdapat pada tuturan Oh jenengan ngelokke ta nggihan, ah...ra
lucua ‘Oh Anda juga menegur, ah tidak lucu’. Tuturan tersebut
dituturkan oleh Bowo Landa untuk mengritik Pak Bardo yang tidak
merespon humor yang telah dibuat Bowo Landa. Setelah Pak Bardo
melakukan apa yang disuruh oleh Bowo Landa dengan menegurnya,
Bowo Landa mengritik bahwa humor yang dibuatnya sudah tidak lucu
karena Pak Bardo telat dalam memberikan respon. Pemarkah lingual
subtindak tutur ekspresif mengritik pada tuturan tersebut adalah
kalimat Oh jenengan ngelokke ta nggihan ‘Oh Anda juga menegur’.
Tuturan subtindak tutur ekspresif mengritik pada tuturan tersebut
terjadi karena Bowo Landa ingin memberikan pelajaran kepada Pak
Bardo agar Pak Bardo lebih peka terhadap situasi yang saat itu sedang
terjadi.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Pak
Bardo di warung makan Sambel Mbok Ti. Bowo Landa mengritik orang
yang menggoreng ikan yang rasanya sangat asin.
(63) Bowo Landa: Salah sithik. Wahahahaha....sing nggoreng sapa
mau? Asin tenane. Berarti ngekume kurang
suwe wau nggih.
Pak Bardo : Iya betul. (SMT/02-08-15/26)
Bowo Landa: ‘Sedikit sedikit. Wahahahaha....yang menggoreng
siapa ini tadi? Asin sekali. Berarti merendamnya
kurang lama tadi ya.’
Pak Bardo : ‘Ya betul.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (71) data di
atas terdapat pada tuturan Salah sithik. Wahahahaha....sing
nggoreng sapa mau? Asin tenane. Berarti ngekume kurang suwe
wau nggih ‘Sedikit sedikit. Wahahahaha....yang menggoreng siapa ini
tadi? Asin sekali. Berarti merendamnya kurang lama tadi ya’. Tuturan
tersebut dituturkan oleh Bowo Landa untuk mengritik rasa ikan yang
sangat asin. Bowo Landa bertanya siapa yang menggoreng ikan
tersebut, akan tetapi Bowo Landa langsung paham bahwa ikan
tersebut masih asin bukan karena yang menggoreng, hanya saja pada
saat merendam ikan waktunya kurang lama. Pemakah lingual yang
menandai subtindak tutur ekspresif mengritik pada tuturan tersebut
adalah Wahahahaha....sing nggoreng sapa mau? Asin tenane
‘Wahahahaha....yang menggoreng siapa ini tadi? Asin sekali’. Faktor
yang melatarbelakangi subtindak tutur ekspresif mengritik pada
tuturan tersebut adalah Bowo Landa ingin mengetahui sebab ikan
tersebut rasanya sangat asin.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dan Pak Bardo
di warung Sambel Mbok Ti. Pada saat Bowo Landa baru mencicipi
makanan yang hanya sedikit, Pak Bardo sudah bertanya sudah kenyang
atau belum.
(64) Pak Bardo : Kenyang? Belum?
Bowo Landa: Jenengan kok nggih ngoten ta, lagi ngicipi
sacuwil kok kenyang. Sekarang kita akan menuju
ke makanan intinya, hehehehe. (SMT/02-08-15/27)
Pak Bardo : Kenyang? Belum?
Bowo Landa: ‘Anda kok seperti itu, baru mencicipi sedikit kok
kenyang. Sekarang kita akan menuju ke makanan
intinya, hehehehe.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (72) di atas
terdapat pada tuturan Jenengan kok nggih ngoten ta, lagi ngicipi
sacuwil kok kenyang. Sekarang kita akan menuju ke makanan
intinya, hehehehe. ‘Anda kok seperti itu, baru mencicipi sedikit kok
kenyang. Sekarang kita akan menuju ke makanan intinya, hehehehe’.
Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo Landa untuk mengritik
pertanyaan Pak Bardo, karena pada saat Bowo Landa mencicipi ikan
yang hanya sedikit, Pak Bardo sudah bertanya kenyang atau belum.
Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif mengritik
pada tuturan tersebut adalah Jenengan kok nggih ngoten ta ‘Anda
kok seperti itu’. Tuturan subtindak tutur ekspresif mengritik pada
tuturan tersebut terjadi karena Bowo Landa merasa pertanyaan Pak
Bardo kurang tepat.
Konteks tuturan: Percakapan dituturkan oleh Bowo Landa saat
di tempat penjual gorengan dan akan menuju ke Kedai Kopi
Ndomblong. Ketika Bowo Landa membaca nama Kedai Kopi
Ndomblong, Bowo Landa mengritik penjual di Kedai Kopi
Ndomblong.
(65) Bowo Landa: Oke neng kana enek wong dodol kopi wedang
jare. Melu aku langsung goleki wedangane. Hehe
muga-muga enak hehe. Wah iki, Kedai Kopi
Ndomblong. Lah sing dodol kaya ngapa?
Ndomblong-ndomblong, we....Mas tumbas, he...
Lha ndomblongi, ngah ngoh. Tapi ketoke lucu,
kopi, Kedai Kopi Ndomblong. Mas tumbas,
hehe.. pengin ngerti kaya ngapa? Mlebu wae, aku
arep pesen. Mayan. Wah Kene kok mejane
cendhek-cendhek ya, oh kuwalik ya, oh iki meja
berarti, ahhh. (KKN/20-09-15/20)
‘Oke di sana ada orang yang menjual kopi
wedang katanya. Ikut saya langsung mencari
wedangannya. Hehe semoga enak hehe. Wah ini,
Kedai Kopi Ndomblong, lah yang jual seperti
apa? Tercengang-cengang, weee...Mas beli, heee.
Lha tercengang itu, ngah ngoh. Tapi sepertinya
lucu, kopi, Kedai Kopi Ndomblong. Mas tumbas,
hehe...ingin tahu seperti apa? Masuk saja, saya
akan memesan. Lumayan. Wah di sini kok
mejanya pendek-pendek ya, oh terbalik ya, oh ini
meja berarti, ahhh. ’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada tuturan tersebut
terdapat pada tuturan Wah iki, Kedai Kopi Ndomblong. Lah sing dodol
kaya ngapa? Ndomblong-ndomblong, we....Mas tumbas, he.... Lha
ndomblong i, ngah ngoh. Tapi ketoke lucu, kopi, Kedai Kopi
Ndomblong. ‘Wah ini, Kedai Kopi Ndomblong, lah yang jual seperti
apa? Tercengang-cengang, weee.. beli, heee. Lha tercengang itu, ngah
ngoh. Tapi sepertinya lucu, kopi, Kedai Kopi Ndomblong’. Tuturan
tersebut dituturkan oleh Bowo Landa untuk mengritik penjual di Kedai
Kopi Ndomblong. Setelah mengetahui bahwa nama tersebut adalah
Kedai Kopi Ndomblong Bowo Landa terkejut dan mengejeknya dengan
mengatakan bahwa yang jual pasti ngah ngoh (orang yang jika diajak
berbicara tidak mudah tanggap), Bowo Landa menyatakan demikian
berdasarkan nama kedai tersebut yakni ‘Ndomblong’. Pemarkah lingual
yang menandai adanya subtindak tutur ekspresif mengritik pada tuturan
tersebut adalah kalimat Lah sing dodol kaya ngapa? Ndomblong-
ndomblong, weee....Mas tumbas, heeee. Lha ndomblongi, ngah ngoh.
‘Lah yang jual sepererti apa? Tercengang-cengang, weee...Mas beli,
heee. Lha tercengang itu, ngah ngoh’.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Riko di
Kedai Kopi Ndomblong. Bowo Landa mengritik buku menu yang ada di
Kedai Kopi Ndomblong. Bowo Landa mengritik buku menu di Kedai
Kopi Ndomblong yang seperti kitab Sanskerta.
(66) Riko : Mangga...
Bowo Landa: Golek menu. Wah matur nuwun lho Mas. Ngko tak
celuk meneh. Jabang bayi, iki menu apa kitab
sanskerta ya iki ya. Hawehawewewwehh...ya iki
ndomblong tenan iki, hhaha. Jabang bayi.
Hwalwhalha...lwhalhahwalwha...wahhh. Oh
mungkin halaman pertama ki jawane, halaman
kedua mesti indonesiane. Huahahaha...kok padha
wae, hweh, hwehehehe. Mas, iki kitabe sapa Mas?
Riko : Kitabe ndomblong niku. (KKN/20-09-15/21)
Riko : ‘Silakan.’
Bowo Landa :‘Cari menu. Wah terima kasih Mas. Nanti saya
panggil lagi. Jabang bayi, Ini menu atau kitab
sanskerta ya ini ya. Hawehawewewwehh...ya ini
ndomblong benar ini, hahaha. Jabang bayi.
Hwalwhalha...lwhalhahwalwha...wahhh. Oh
mungkin halaman pertama itu jawanya, halaman ke
dua pasti indonesianya. Huahahaha...kok sama
saja, hweh, hwehehehe. Mas, ini kitabnya siapa
Mas?’
Riko : ‘Kitabnya ndomblong itu.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada tuturan tersebut
terdapat pada tuturan Jabang bayi, iki menu apa kitab sanskerta ya
iki ya ‘Jabang bayi, Ini menu atau kitab Sanskerta ya ini ya’. Tuturan
tersebut dituturkan oleh Bowo Landa untuk mengritik buku menu di
Kedai Kopi Ndomblong yang tulisannya menggunakan aksara Jawa.
Bowo Landa tidak bisa membaca tulisan tersebut sehingga Bowo
Landa mengeluhkannya dan mengritik itu buku menu atau kitab
Sanskerta. Kata majemuk ‘jabang bayi’ dalam tuturan tersebut
merupakan kata yang memiliki arti negatif yakni sebagai ekspresi
untuk menyatakan makian atau mengejek. Pemarkah lingual yang
menandai subtindak tutur ekspresif mengritik pada tuturan tersebut
adalah Jabang bayi, iki menu apa kitab sanskerta ya iki ya ‘Jabang
bayi, Ini menu atau kitab sanskerta ya ini ya’. Tuturan subtindak tutur
ekspresif mengritik pada tuturan tersebut terjadi karena Bowo Landa
tidak bisa membaca menu yang ada di buku menu Kedai Kopi
Ndomblong karena tulisannya menggunakan aksara Jawa, dan Bowo
Landa mengeluhkannya.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Riko di
Kedai Kopi Ndomblong. Ketika Bowo Landa melihat buku menu Kedai
Kopi Ndomblong dan tidak bisa membacanya, Riko memberikan solusi
dan Bowo Landa mengritiknya.
(67) Riko : Niki enten japlakane, tenang. Mangkih ditranslate
setunggal-setunggal.
Bowo Landa : Wah anu we Mas, kene sing wedang umup apa
biasane ngono? Tak nggone grujukan dhewe
ngono. Riko : Hahaha. (KKN/20-09-15/22)
Riko : ‘Ini ada contekannya, tenang. Nanti ditranslate
satu-satu.’
Bowo Landa : ‘Wah itu saja Mas, di sini yang air mendidih apa
biasanya? Saya akan pakai untuk menyiram saya
sendiri seperti itu.’
Riko : Hahaha.
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (75) data
di atas tedapat pada tuturan Wah anu we Mas, kene sing wedang
umup apa biasane ngono? Tak nggone grujukan dhewe ngono
‘Wah itu saja Mas, di sini yang air mendidih apa biasanya? Saya akan
pakai untuk menyiram saya sendiri seperti itu’. Tuturan tersebut
dituturkan oleh Bowo Landa untuk mengritik solusi yang telah
diberikan oleh Riko. Ketika Bowo berniat membaca buku menu Kedai
Kopi Ndomblong dan ternyata tidak bisa membacanya karena menu
tersebut menggunakan tulisan aksara Jawa, Riko memberikan solusi
agar Bowo Landa tidak khawatir lagi. Riko mengatakan bahwa ada
contekannya jadi yang tidak bisa membaca aksara Jawa bisa sekaligus
belajar. Bowo Landa menolak solusi tersebut dan malah meminta air
mendidih yang ingin digunakan untuk menyiram badannya sendiri
karena Bowo Landa tidak sabar jika harus menraslate tulisan yang
beraksara Jawa tersebut. Pemarkah lingual yang menandai subtindak
tutur ekspresif mengritik pada tuturan tersebut adalah kalimat Wah
anu we Mas, kene sing wedang umup apa biasane ngono? Tak
nggone grujukan dhewe ngono. ‘Wah itu saja Mas, di sini yang air
mendidih apa biasanya? Saya akan pakai untuk menyiram saya sendiri
seperti itu’. Tuturan subtindak tutur ekspresif mengritik pada tuturan
tersebut terjadi karena Bowo Landa tidak sabar jika harus menraslate
tulisan yang menggunakan aksara Jawa di buku menu Kedai Kopi
Ndomblong.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Riko di
Kedai Kopi Ndomblong. Bowo Landa mengritik Riko karena dari awal
tidak memberikan buku menu yang tidak menggunakan aksara Jawa saja.
(68) Bowo Landa : Sing biasa ora ana? Menu sing biasa.
Riko : Oh wonten-wonten.
Bowo Landa : Lha mbok ya mau dikeki sing biasa... Oh..
Riko : Wonten kalih.
Bowo Landa : Ternyata eneng translitane. (KKN/20-09-15/23)
Bowo Landa : ‘Yang biasa tidak ada? Menu yang biasa.’
Riko : ‘Oh ada-ada’
Bowo Landa : ‘Lha seharusnya dari tadi dikasih yang biasa...
Oh..’
Riko : ‘Ada dua’
Bowo Landa : ‘Ternyata ada translitannya.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (76) data di
atas terdapat pada tuturan Lha mbok ya mau dikeki sing biasa... Oh..
‘Lha seharusnya dari tadi dikasih yang biasaaa. Oh..’. Tuturan tersebut
dituturkan oleh Bowo Landa untuk mengritik Riko yang tidak
memberikan buku menu yang tidak menggunakan aksara Jawa akan
tetapi Riko malah memberikan buku menu yang menggunakan aksara
Jawa. Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif
mengritik pada tuturan tersebut adalah kalimat Lha mbok ya mau
dikeki sing biasa... Oh.. ‘Lha seharusnya dari tadi dikasih yang
biasa... Oh..’. Tuturan subtindak tutur ekspresif mengritik pada tuturan
tersebut terjadi karena Bowo Landa menginginkan buku menu yang
menggunakan bahasa dan aksara yang mudah dipahami.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
karyawan Kedai Kopi Ndomblong yang bernama Riko dan Dani. Bowo
Landa mengritik Dani karena sejak Bowo Landa di situ Dani diam saja.
(69) Bowo Landa: Ndomblong spesial, Ndomblong Spesial Lelet,
kopi susu Walanda, kopi susu coklat, iki ya
Walanda. Hahaha. Wah iki lucu tenan iki, marai
ndomblong tenan. Ayo..ayo nggawe bareng-
bareng karo Mas?
Riko : Riko.
Bowo Landa : Karo Mas?
Dani : Dani.
Bowo Landa : Kok we meneng wae ta?
Dani : Hehehe. (KKN/20-09-15/24)
Bowo Landa: ‘Ndomblong Spesial, Ndomblong Spesial Lelet,
Kopi Susu Walanda, Kopi Susu Coklat, ini juga
Walanda. Hahaha. Wah ini lucu sekali ini,
membuat tercengang benar. Ayo..ayo membuat
bersama-sama dengan Mas?’
Riko : Riko.
Bowo Landa : ‘Dengan Mas?’
Dani : Dani.
Bowo Landa : ‘Kok kamu diam saja?’
Dani : Hehehe.
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (77) data di
atas terdapat pada tuturan Kok we meneng wae ta? ‘Kok kamu diam
saja?’. Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo Landa untuk mengritik
Dani yang sejak dari tadi diam saja. Dani hanya merespon pernyataan
Bowo Landa dengan tertawa. Pemarkah lingual yang menandai
subtindak tutur ekspresif mengritik pada tuturan tersebut adalah Kok
we meneng wae ta? ‘Kok kamu diam saja?’. Tuturan subtindak tutur
ekspresif mengritik pada kutipan (77) data di atas terjadi karena Bowo
Landa melihat Dani yang sejak Bowo Landa mendekati Riko dan
Dani, Dani diam saja.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Boy di
dapur Kedai Kopi Ndomblong. Boy mengritik Bowo Landa karena telah
memanggilnya dengan barista dan owner di Kedai Kopi Ndomblong.
(70) Boy : Wah jangan barista Mas.
Bowo Landa : Lha apa?
Boy : Kedhuwuren.
Bowo Landa : Oh kedhuwuren? Sebagai ownernya.
Boy : Jiaa.. lha kok saya dhuwur Mas?
Bowo Landa : Lha kowe dhuwur ok. (KKN/20-09-15/25)
Boy : Wah jangan barista Mas.
Bowo Landa : Lha apa?
Boy : ‘Ketinggian.’
Bowo Landa : ‘Oh ketinggian? Sebagai pemiliknya.’
Boy : ‘Lha kok semakin tinggi Mas?’
Bowo Landa : ‘Lha anda tinggi.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (78) data di
atas terdapat pada tuturan Jiaa.. lha kok saya dhuwur Mas? ‘Lha kok
semakin tinggi Mas?’. Tuturan tersebut dituturkan oleh Boy untuk
mengritik Bowo Landa karena telah memanggilnya dengan barista dan
owner dari Kedai Kopi Ndomblong. Boy merasa tidak nyaman
dipanggil barista dan pemilik Kedai Kopi Ndomblong oleh Bowo
Landa meskipun sebenarnya Boy adalah barista dan pemilik dari Kedai
Kopi Ndomblong karena menurutnya panggilan itu terlalu tinggi dan
tidak pantas untuknya. Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur
ekspresif mengritik pada tuturan tersebut adalah Lha kok saya dhuwur
Mas? ‘Lha kok semakin tinggi Mas?’.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Boy di
dapur Kedai Kopi Ndomblong. Bowo Landa mengritik Boy karena tidak
biasa melihat pembuatan wedang kopi yang dimasak.
(71) Boy : Kopi Lelet. Dileleti. Kopi Lelet itu bedanya
dimasak Mas. Jadi kayak ada namanya Kopi
Lelet, kopi...itu sama aja, itu biasanya daerah
pesisir rembangan kayak gitu.
Bowo Landa : Nek sangertiku lho Mas, kopi ki biasane bubuk
kopi diser ser dicor ser...dadi. Boy : Nah..itu yang seduh. (KKN/20-09-15/26)
Boy : ‘Kopi Lelet. Dileletkan. Kopi Lelet itu bedanya
dimasak Mas. Jadi seperti namanya Kopi Lelet,
kopi...itu sama saja, itu boasanya daerah pesisir
rembangan seperti itu.’
Bowo Landa :‘Kalau setau saya lho Mas, kopi itu biasanya
bubuk kopi di tuang..jadi.’
Boy : Nah..itu yang seduh.
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (79) data di
atas terdapat pada tuturan Nek sangertiku lho Mas, kopi ki biasane
bubuk kopi diser ser dicor ser...dadi ‘Kalau setahu saya lho Mas, kopi
itu biasanya bubuk kopi di tuang..jadi’. Tuturan tersebut dituturkan
oleh Bowo Landa untuk mengritik Boy karena proses pembuatan
minuman kopi di Kedai Kopi Ndomblong berbeda dengan biasanya.
Kopi di Kedai Kopi Ndomblong dibuat dengan cara dimasak
sedangkan setahu Bowo Landa pembuatan kopi hanya diseduh dengan
air panas. Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif
mengritik pada tuturan tersebut adalah Nek sangertiku lho Mas
‘Kalau setahu saya lho Mas’. Tuturan subtindak tutur ekspresif
mengritik pada kutipan (79) data di atas terjadi karena Bowo Landa
memberikan pendapatnya mengenai cara pembuatan kopi yang
biasanya dia lakukan.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Boy di
dapur Kedai Kopi Ndomblong. Boy mengritik Bowo Landa untuk tidak
memainkan tempat pembuatan untuk memasak kopi.
(72) Bowo Landa : Ini a..ya... ini namanya net pingpong.
Ya..ini mase ya lucu tenana. Terus kita
sumet.
Boy : Sumet. Boleh. Wa... jebol tenan iki Mas.
Ampun ngono Mas. Nganggo a...
Bowo Landa : Wo... nganggo iki? Waa...ora weruha. Mau
soale ya wong Jawa. Aja ngomong, fals
ngko. Oke kita ngenteni iku umup terus apa
meneh sing dicepakke?. (KKN/20-09-15/27)
Bowo Landa : ‘Ini..ya... ini namanya net pingpong. Ya..ini
masnya lucu sekali. Lalu kita nyalakan.’
Boy : ‘Nyalakan. Boleh. Wa... jebol benar nanti
Mas. Jangan seperti itu Mas. Pakai...’
Bowo Landa : ‘O Pakai ini? Wa...tidak lihat. Soalnya tadi
juga orang Jawa. Jangan bicara, fals nanti.
Oke kita tunggu itu mendidih lalu apa lagi
yang disiapkan?’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan ( 80) data
di atas terdapat pada tuturan Sumet. Boleh. Wa... jebol tenan iki Mas.
Ampun ngono Mas. Nganggo a... ‘Nyalakan. Boleh. Wa... jebol nanti
Mas. Jangan seperti itu Mas. Pakai...’. Tuturan tersebut dituturkan
oleh Boy untuk mengritik perilaku Bowo Landa yang sedang
memainkan panci yang akan digunakan untuk memasak kopi. Ketika
panci tersebut dimainkan Bowo Landa, Boy melarangnya karena
khawatir pancinya akan rusak. Pemarkah lingual yang menandai
subtindak tutur ekspresif mengritik pada tuturan tersebut adalah
kalimat Wa... jebol tenan iki Mas. Ampun ngono Mas ‘Wa... jebol
nanti Mas. Jangan seperti itu Mas’.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dan Boy di
Kedai Kopi Ndomblong. Bowo Landa mengritik pernyataan Boy
mengenai pembuatan Kopi di Kedai Kopi Ndomblong.
(73) Bowo Landa : Oh...dipisah barang ya isa?
Boy : Isa.
Bowo Landa : Wa kuwi talak pira gekan?
Boy : Talak pitu Mas.
Bowo Landa : Wehehe...nganggo dipisah apa ya ra
rukun karo bojone. Dadi ceritane neng
keneki tergantung pilihan pemirsa.
Tergantung pilihan yang mau kopi yang
mau pait atau yang legi. Nah ini kira-kira
kita arep gawe sing legi apa sing pait?
(KKN/20-09-15/28)
Bowo Landa : ‘Oh...dipisah juga bisa?’
Boy : ‘Bisa’
Bowo Landa : ‘Wah itu sudah talak berapa?’
Boy : ‘Talak tujuh Mas.’
Bowo Landa :‘Wehehe...Pakai dipisah itu apa tidak
rukun dengan istri/suaminya? Jadi ceritanya
di sini itu tergantung pilihan pemirsa.
Tergantung pilihan yang ingin kopi yang
pahit atau yang manis. Nah ini kira-kira kita
akan membuat yang manis apa yang pahit?’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (81) data di
atas terdapat pada tuturan Wehehe...nganggo dipisah apa ya ra rukun
karo bojone. Dadi ceritane neng keneki tergantung pilihan pemirsa.
Tergantung pilihan yang mau kopi yang mau pait atau yang legi.
Nah ini kira-kira kita arep gawe sing legi apa sing pait?
‘Wehehe...pakai dipisah itu apa tidak rukun dengan istri/suaminya?
Jadi ceritanya di sini itu tergantung pilihan pemirsa. Tergantung
pilihan yang ingin kopi yang pahit atau yang manis. Nah ini kira-kira
kita akan membuat yang manis apa yang pahit?’. Tuturan tersebut
dituturkan oleh Bowo Landa untuk mengritik pernyataan Boy yang
telah merespon humor yang telah dilontarkan Bowo Landa
sebelumnya. Dalam pembuatan kopi di Kedai Kopi Ndomblong, ada
kopi yang saat dimasak gulanya dipisah dengan kopi dan ada juga
yang tidak. Bowo Landa menanggapinya secara berhumor dengan
bertanya kepada Boy sudah talak berapa? (karena sebelumnya ada
penggunaan kata ‘dipisah’ yang diibaratkan dengan hubungan suami
istri) lalu Boy menjawabnya juga dengan berhumor yakni Talak pitu
Mas ‘Talak tujuh Mas’. Bowo Landa mengritik jawaban Boy tersebut
dengan menuturkan pertanyaan kenapa dipisah apakah tidak rukun
dengan istri/suaminya. Pemarkah lingual yang menandai subtindak
tutur ekspresif mengritik pada tutran tersebut adalah kalimat
Wehehe...nganggo dipisah apa ya ra rukun karo bojone.
‘Wehehe...Pakai dipisah itu apa tidak rukun dengan istri/suaminya?’.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Boy dan Bowo Landa di
dapur Kedai Kopi Ndomblong. Boy mengritik pernyataan Bowo Landa
mengenai kesukaan Bowo Landa atas yang manis-manis.
(74) Boy : Jenengan seneng sing legi apa sing pait?
Bowo Landa : Aku pecinta yang manis-manis dong.
Boy : Ketoke uripe jenengan wis pait-pait yoan.
Bowo Landa : Hahaha...ngerti wae lho, gah aku. (KKN/20-09-
15/29)
Boy : ‘Anda suka yang manis atau yang pahit?’
Bowo Landa : ‘Saya pecinta yang manis-manis dong’
Boy : ‘Kelihatannya hidup Anda juga sudah pahit.’
Bowo Landa : ‘Hahaha... tau saja, tidak mau saya.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (82) data
di atas terdapat pada tuturan Ketoke uripe jenengan wis pait-pait
yoan ‘Kelihatannya hidup Anda juga sudah pahit’. Tuturan tersebut
dituturkan oleh Boy untuk mengritik jawaban Bowo Landa atas
pertanyaan yang diberikannya kepada Bowo Landa. Ketika Bowo
Landa ditanya suka pahit atau manis Bowo Landa menjawab suka
yang manis karena dia pecinta yang manis-manis, Boy menanggapi
jawaban Bowo Landa tersebut dengan mengritiknya yakni dengan
mengejek bahwa hidupnya Bowo Landa sudah terlihat pahit maka dari
itu Bowo Landa memilih yang manis. Pemarkah lingual yang
menandai subtindak tutur ekspresif mengritik pada tuturan tersebut
adalah Ketoke uripe jenengan wis pait-pait yoan ‘Kelihatannya hidup
Anda juga sudah pahit’.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dan Boy di
dapur Kedai Kopi Ndomblong. Bowo Landa mengira Boy sekolah
khusus karena mengetahui tata cara memasak kopi.
(75) Boy : Kopi itu biar sempurna di panas 90 derajat Mas,
ketika panasnya sampe seratus derajat, dia rasane
kebakar. Makane ki aja ngasi mumbul-mumbul.
Bowo Landa: Kowe sekolahmu ngendi ta Mas? Kok ngerti
ngono kuwi?
Boy : Aku jarene kanca og Mas.
Bowo Landa: Wahaha....jebule mung jare kanca. Oh jadi kopi
yang dididihkan di atas 90 derajat ki terbakar
kopinya. (KKN/20-09-15/30)
Boy :‘Kopi itu agar sempurna di panas 90 derajat Mas,
ketika panasnya sampai seratus derajat, dia rasanya
terbakar. Maka dari itu jangan sampai mendidih
(terdapat gumpalan).’
Bowo Landa:‘Anda sekolahnya di mana Mas? Kok mengerti
seperti itu?’
Boy : ‘Saya katanya teman Mas’
Bowo Landa:‘Wahaha...ternyata hanya kata teman. Oh jadi kopi
yang didihkan di atas 90 derajat itu akan terbakar
kopinya.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (83) data di
atas terdapat pada tuturan Wahaha....jebule mung jare kanca. Oh jadi
kopi yang dididihkan di atas 90 derajat ki terbakar kopinya
‘Wahaha...ternyata hanya kata teman. Oh jadi kopi yang didihkan di
atas 90 derajat itu akan terbakar kopinya’. Tuturan tersebut dituturkan
oleh Bowo Landa untuk mengritik Boy karena Bowo Landa mengira
Boy mengikuti sekolah khusus karena mengetahui banyak hal tentang
tata cara memasak kopi, padahal Boy hanya mengetahui hal tersebut
dari teman. Tuturan mengritik Bowo Landa disampaikan dalam
bentuk ejekan karena pada saat Bowo Landa menuturkan tuturan
Wahaha....jebule mung jare kanca ‘Wahaha...ternyata hanya kata
teman’, Bowo Landa sambil tertawa keras dan terbahak-bahak dengan
nada bicara yang mengejek. Pemarkah lingual yang menunjukkan
subtindak tutur ekspresif mengritik pada tuturan tersebut adalah
kalimat Wahaha....jebule mung jare kanca ‘Wahaha...ternyata hanya
kata teman’.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dan Boy di
dapur Kedai Kopi Ndomblong. Saat proses pembuatan kopi, Bowo
Landa mengritik Boy yang tidak memberitahunya untuk mengaduk kopi
tersebut.
(76) Boy : Kalau di bawah 90 kadang kurang mateng. Jadi
ketika kopi ini akan dimasak harus dipaske tenan.
Ini matenge pas, aja nganti gosong, ketika dia
udah naik ke 100 derajat ya diangkat sik, iki
misale jenengan karo ngadhuk ya rapapa.
Bowo Landa : Oh...ngomong. Lha ya iki mau aku ya ngerti
kok njendhel wae. Hehe oh jebule nganggo
diadhuk? (KKN/20-09-15/31)
Boy : ‘Kalau di bawah 90 kadang kurang matang. Jadi
ketika kopi ini akan dimasak harus dipaskan
benar. Ini matangnya pas, jangan sampai gosong,
ketika dia sudah naik ke 100 derajat ya diangkat
dulu, ini misalnya anda sambil mengaduk juga
tidak apa-apa.’
Bowo Landa : ‘Oh...bilang. Lha ini tadi saya juga tahu kok
mengental terus. ’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (84) data di
atas terdapat pada tuturan Oh...ngomong. Lha ya iki mau aku ya
ngerti kok njendhel wae. Hehe oh jebule nganggo diadhuk?
‘Oh...bilang. Lha ini tadi saya juga tahu kok mengental terus’. Tuturan
tersebut dituturkan oleh Bowo Landa untuk mengritik Boy yang sejak
awal tidak memberitahunya untuk mengaduk kopi sehingga ampas
kopi tersebut masih mengental. Pada saat Boy menjelaskan tentang
cara memasak kopi yang benar kepada Bowo Landa, Boy
menyarankan Bowo Landa untuk sambil mengaduknya. Bowo Landa
sebenarnya mengetahui bahwa ampas kopi itu masih dibawah
sehingga ampas kopinya masih tertahan dan mengental di bawah serta
tidak menyebar, seharusnya pada saat memasak kopi itu sambil
diaduk, akan tetapi karena Boy tidak menyuruhnya untuk mengaduk
Bowo Landa juga tidak mengaduknya sehingga Bowo Landa
mengritik Boy. Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur
ekspresif mengritik pada tuturan tersebut adalah kalimat
Oh...ngomong. Lha ya iki mau aku ya ngerti kok njendhel wae
‘Oh...bilang. Lha ini tadi saya juga tahu kok mengental terus’.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dan Boy di
dapur Kedai Kopi Ndomblong. Saat Bowo Landa mengaduk kopi ke arah
kanan, Boy mengritik Bowo Landa agar mengaduknya ke arah kiri.
(77) Boy : Kalau di bawah 90 kadang kurang mateng. Jadi
ketika kopi ini akan dimasak harus dipaske tenan.
Ini matenge pas, aja nganti gosong, ketika dia
udah naik ke 100 derajat ya diangkat sik, iki misale
jenengan karo ngadhuk ya rapapa.
Bowo Landa : Oh...ngomong. lha ya iki mau aku ya ngerti kok
njendhel wae. Hehe oh jebule nganggo diadhuk?
Boy : Mas nek misale ngadhuke ngiwa piye?
Bowo Landa : Emang nek kopi ki kudu ngadhuke ngiwa?
Boy : Ngiwa. (KKN/20-09-15/32)
Boy : ‘Kalau di bawah 90 kadang kurang matang. Jadi
ketika kopi ini akan dimasak harus dipaskan benar.
Ini matangnya pas, jangan sampai gosong, ketika
dia sudah naik ke 100 derajat ya diangkat dulu, ini
misalnya anda sambil mengaduk juga tidak apa-
apa.’
Bowo Landa :‘Oh...ngomong. Lha ini tadi saya juga tahu kok
mengental terus. Hehe oh ternyata pakai diaduk?’
Boy :‘Mas kalau misalnya mengaduknya ke kiri
bagaimana?’
Bowo Landa :‘Memangnya kalau kopi itu mengaduknya harus
ke kiri?’
Boy : ‘Ke kiri.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (85) data di
atas terdapat pada tuturan Mas nek misale ngadhuke ngiwa piye?
‘Mas kalau misalnya mengaduknya ke kiri bagaimana?’. Tuturan
tersebut dituturkan oleh Boy untuk mengritik Bowo Landa yang
mengaduk kopi ke arah kanan karena menurut Boy dalam mengaduk
kopi itu harus ke arah kiri. Pemarkah lingual yang menandai subtindak
tutur ekspresif mengritik pada tuturan tersebut adalah kalimat Mas
nek misale ngadhuke ngiwa piye? ‘Mas kalau misalnya
mengaduknya ke kiri bagaimana?’. Tuturan subtindak tutur ekspresif
mengritik pada tuturan tersebut terjadi karena Boy ingin
membenarkan cara mengaduk kopi yang benar kepada Bowo Landa
agar kopinya lebih terasa enak.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dan Boy di
dapur Kedai Kopi Ndomblong. Boy mengritik pernyataan Bowo Landa
yang mengingatkannya untuk memberi gula pada kopi yang sedang
mereka buat.
(78) Bowo Landa: Oke kita bikin. Pertama kita ambil yang namanya
sendok. Kemudian taruh di mulut dan kelereng.
Hahaha. Ini dua sendok setengah, satu, dua,
setengah, yang ini satu saja.
Boy : Sekarang kita panaskan airnya.
Bowo Landa : Iki? lha iki durung dikeki gulaa?
Boy : Jarene mau pengin sing pait pait? (KKN/20-
09-15/33)
Bowo Landa: ‘Oke kita buat. Pertama kita ambil yang namanya
sendok. Kemudian taruh di mulut dan kelereng.
Hahaha. Ini dua sendok setengah, satu, dua,
setengah, yang ini satu saja.’
Boy : Sekarang kita panaskan airnya.
Bowo Landa : ‘Ini? Lha ini belum dikasih gula?’
Boy : ‘Katanya tadi ingin yang pahit?’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (86) data di
atas terdapat pada tuturan Jarene mau pengin sing pait pait?
‘Katanya tadi ingin yang pahit?’. Tuturan tersebut dituturkan oleh Boy
untuk mengritik pertanyaan Bowo Landa yang bertanya kepada Boy
mengenai kopi yang belum dikasih gula. Boy mengritik pertanyaan
tersebut karena di awal sebelum membuat kopi Bowo Landa
menginginkan kopi yang pahit, sehingga kopinya tidak perlu dikasih
gula. Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif pada
tuturan tersebut adalah Jarene mau pengin sing pait pait? ‘Katanya
tadi ingin yang pahit?’. Tuturan subtindak tutur ekspresif mengritik
pada tuturan tersebut terjadi karena Boy ingin mengingatkan kepada
Bowo landa bahwa di awal Bowo Landa menginginkan kopi yang
pahit sehingga tidak perlu dikasih gula.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dan Boy di
dapur Kedai Kopi Ndomblong. Saat membuat kopi, Bowo Landa
mengritik Boy yang tidak mengaduk kopi tersebut karena lain dari pada
yang lain.
(79) Bowo Landa: Pelanggani nomer satu. Uangnya nomer dua. Ya
iya nho ya..teka sik bar kuwi langsung mbayar.
Masak mbayar sik lagi teka kan ra mungkin. Oke.
Sudah. Diadhuk ngiri? Kok ora diadhuk?
Boy : Ini ngadhuknya kalau sama gula, mangga
diadhuk. (KKN/20-09-15/34)
Bowo Landa: ‘Pelanggan itu nomor satu. Uangnya nomor dua.
Ya iya..sampai dulu habis itu langsung
membayar. Masak membayar dulu baru sampai
kan tidak mungkin. Oke. Sudah. Diaduk ke kiri?
Kok tidak diaduk?’
Boy : ‘Ini mengaduknya kalau sama gula, silakan
diaduk.’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (87) data di
atas terdapat pada tuturan Pelanggani nomer satu. Uangnya nomer
dua. Ya iya nho ya..teka sik bar kuwi langsung mbayar. Masak
mbayar sik lagi teka kan ra mungkin. Oke. Sudah. Diadhuk ngiri?
Kok ora diadhuk? ‘Pelanggan itu nomor satu. Uangnya nomor dua.
Ya iya..sampai dulu habis itu langsung membayar. Masak membayar
dulu baru sampai kan tidak mungkin. Oke. Sudah. Diaduk ke kiri?
Kok tidak diaduk?’. Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo Landa
untuk mengritik Boy yang tidak mengaduk kopi tersebut karena lain
dari pada yang lain. Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur
ekspresif mengritik pada tuturan tersebut adalah Kok ora diadhuk?
‘Kok tidak diaduk?’.
Tuturan subtindak tutur ekspresif mengritik pada tuturan
tersebut terjadi karena Bowo Landa ingin mengetahui kejelasan
mengenai perbedaan cara membuat masing-masing kopi yang ternyata
setiap nama minuman kopi memiliki cara pembuatan dan bahan yang
berdeda-beda.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dan Boy di
dapur Kedai Kopi Ndomblong. Bowo Landa mengritik Boy yang telah
membohonginya. Saat akan membalik kopi, Boy mengatakan kopi
tersebut akan membalik sendiri akan tetapi ternyata Boy sendiri yang
membaliknya.
(80) Bowo Landa : Bimsalabim jadi apa. Iki ngko malik dhewe?
Boy : Malik dhewe.
Bowo Landa : Tenanan lho ki.
Boy : Kosik.
Bowo Landa : Iki didomblongi ngene ki? Lha mbok walik
nhog! Wah didongani tenan ta iki? (KKN/20-
09-15/35)
Bowo Landa : ‘Bimsalabim jadi apa. Ini nanti membalik
sendiri?’
Boy : ‘Membalik sendiri.’
Bowo Landa : ‘Serius ini.’
Boy : ‘Sebentar’
Bowo Landa : ‘Ini diperhatikan seperti ini. Lha kamu yang
membaliknya. Wah benar didoakan ini?’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (88) data di
atas terdapat pada tuturan Iki didomblongi ngene ki? Lha mbok walik
nhog! Wah didongani tenan ta iki? ‘Ini diperhatikan seperti ini. Lha
kamu yang membaliknya. Wah beneran didoakan ini?’. Tuturan
tersebut dituturkan oleh Bowo Landa untuk mengritik Boy yang telah
membohonginya. Saat akan membalik kopi, Boy mengatakan kopi
tersebut akan membalik sendiri akan tetapi ternyata Boy sendiri yang
membaliknya. Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur
ekspresif mengritik pada tuturan tersebut adalah kalimat Lha mbok
walik nhog! Wah didongani tenan ta iki? ‘Lha kamu yang
membaliknya. Wah benar didoakan ini?’. Tuturan mengritik pada data
di atas terjadi karena Bowo Landa ingin membuktikan perkataan Boy
yang katanya kopi tersebut bisa membalik sendiri karena didoakan.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dan Boy di
dapur Kedai Kopi Ndomblong. Bowo Landa mengritik Boy yang tidak
mau mengaku bahwa Boy adalah pemilik Kedai Kopi Ndomblong.
(81) Bowo Landa : Hahaha. Senine kaya ngono kuwi ya. Kopi
Walik karo Spesial Ndomblong Lelet. Nah kaya
ngapa, ngko mbok menawa enek sing spesial
liyane enek?
Boy : Banyak.
Bowo Landa : Oke, ngko ditokne neng kene karo ngobrol-
ngobrol karo ownere kene. Sing nduwe kene sapa
jenenge? Lha iki dhewe ok! Oh bar iki kita
jagongan karo ngicipi iki. Tetep di Preman
Pawon, ndomblong yuk... (KKN/20-09-15/36)
Bowo Landa : ‘Hahaha. Seninya seperti itu ya. Kopi Walik
sama Spesial Ndomblong Lelet. Nah seperti apa,
siapa tahu ada yang spesial lainnya?’
Boy : Banyak.
Bowo Landa : ‘Oke, nanti dikeluarkan sambil berbincang-
bincang dengan pemiliknya. Yang punya sini
namanya siapa? Lha ini sendiri. Oh setelah ini
kita berbincang sambil mencicipi ini. Tetap di
Preman Pawon, ndomblong yuk...’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (89) data di
atas terdapat pada tuturan Oke, ngko ditokne neng kene karo
ngobrol-ngobrol karo ownere kene. Sing nduwe kene sapa jenenge?
Lha iki dhewe ok! Oh bar iki kita jagongan karo ngicipi iki. Tetep di
Preman Pawon ndomblong yuk... ‘Oke, nanti dikeluarkan sambil
berbincang-bincang dengan pemiliknya. Yang punya sini namanya
siapa? Lha ini sendiri. Oh setelah ini kita berbincang sambil mencicipi
ini. Tetap di Preman Pawon, ndomblong yuk...’. Tuturan tersebut
dituturkan oleh Bowo Landa untuk mengritik Boy yang tidak
mengaku sebagai owner (pemilik) Kedai Kopi Ndomblong. Ketika
Bowo Landa dan Boy selesai membuat kopi, Bowo Landa ingin
mencicipinya sambil berbincang-bincang dengan pemilik Kedai Kopi
Ndomblong. Pada saat Bowo Landa bertanya kepada Boy mengenai
pemilik Kedai Kopi Ndomblong itu siapa, Boy tidak langsung
menjawabnya akan tetapi malah membisiki Bowo Landa, Boy
menjawab bahwa yang punya adalah Boy sendiri. Setelah Boy
membisiki Bowo Landa, Bowo Landa mengritiknya. Pemarkah
lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif pada tuturan tersebut
adalah Lha iki dhewe ok! ‘Lha ini sendiri!’. Tuturan subtindak tutur
ekspresif mengritik pada tuturan tersebut terjadi karena Bowo Landa
ingin mengetahui owner atau pemilik Kedai Kopi Nomblong.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dan Boy di
dapur Kedai Kopi Ndomblong. Bowo Landa mengritik pernyataan Boy
yang menyarankan kepada orang Indonesia untuk belajar membaca
aksara Jawa.
(82) Boy : Bukan gitu, lha jenengan isa maca ra?
Bowo Landa : Ora, hehehe.
Boy : Jenengan tanya wong Eropa, mereka isa
maca, mereka mau belajar ini, masa kita nggak
mau belajar, ya isin...
Bowo Landa : Bahasane dhewe kok masak ndadak belajar?
(KKN/20-09-15/37)
Boy : ‘Bukan begitu, lha Anda bisa membaca tidak?’
Bowo Landa : ‘Tidak hehehe.’
Boy :‘Anda tanya orang Eropa, mereka bisa
membaca, mereka mau belajar ini, masa kita
tidak mau belajar? Ya malu..’
Bowo Landa :‘Bahasanya sendiri kok pakai belajar?’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (90) data di
atas terdapat pada tuturan Bahasane dhewe kok masa ndadak
belajar? ‘Bahasanya sendiri kok pakai belajar?’. Tuturan tersebut
dituturkan oleh Bowo Landa untuk mengritik pernyataan Boy yang
menyarankan orang Indonesia untuk belajar membaca aksara Jawa.
Boy mengatakan bahwa orang Eropa saja bisa membaca tulisan
beraksara Jawa dan orang Eropa juga mau untuk belajar membaca
tulisan beraksara. Boy menyarankan orang Indonesia agar tidak kalah
dengan orang Eropa yang mau belajar membaca tulisan beraksara
Jawa. Bowo Landa mengritiknya dengan mengatakan kenapa orang
indonesia harus belajar padahal itu bahasa kita sendiri. Pemarkah
lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif mengritik pada
tuturan tersebut adalah kalimat Bahasane dhewe kok masak ndadak
belajar? ‘Bahasanya sendiri kok pakai belajar?’. Tuturan subtindak
tutur mengritik pada data di atas terjadi bermula ketika Bowo Landa
menolak untuk mempelajari tulisan beraksara Jawa, dan Boy tetap
menyarankan agar mau belajar membaca aksara Jawa karena bahasa
tersebut adalah bagian dari bahasa orang Indonesia sendiri.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dan Boy di
dapur Kedai Kopi Ndomblong. Boy mengritik pernyataan Bowo Landa
yang menolak untuk belajar membaca aksara Jawa.
(83) Boy : Jenengan tanya wong Eropa, mereka isa maca,
mereka mau belajar ini, masa kita nggak mau
belajar, ya isin...
Bowo Landa : Bahasane dhewe kok masa ndadak belajar?
Boy : Lha isa maca ora?
Bowo Landa : Ora.. (KKN/20-09-15/38)
Boy :‘Anda tanya orang Eropa, mereka bisa membaca,
mereka mau belajar ini, masa kita tidak mau
belajar? Ya malu..’
Bowo Landa : ‘Bahasanya sendiri kok pakai belajar?’
Boy : ‘Lha bisa membaca tidak?’
Bowo Landa : ‘Tidak..’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (91) data di
atas terdapat pada tuturan Lha Isa maca ora? ‘Lha bisa membaca
tidak?’. Tuturan tersebut dituturkan oleh Boy untuk menjawab
pertanyaan Bowo Landa yang menyatakan mengapa harus belajar
sedangkan bahasa itu sudah merupakan bahasa kita sendiri. Boy
mengritiknya dengan menanyakan sudah bisa membaca tulisan
beraksara Jawa atau belum, jika belum kita disarankan untuk belajar
membacanya karena kita tidak boleh kalah dengan orang Eropa yang
sangat bersemangat mempelajari aksara Jawa padahal itu bukan
bagian dari bahasa mereka. Pemarkah lingual yang menandai
subtindak tutur ekspresif mengritik pada tuturan tersebut adalah
tuturan Lha Isa maca ora? ‘Lha bisa membaca tidak?’. Tuturan
subtindak tutur ekspresif mengritik pada data tersebut terjadi karena
Boy ingin membenarkan pernyataan Bowo Landa dan ingin mengajak
kita agar mau belajar aksara Jawa.
Tabel 2. Subtindak Tutur Ekspresif Mengritik dalam Program Acara Preman
Pawon di TATV
No Acara
Preman
Pawon
Episode
Nomor Data Pemarkah Lingual Bentuk dan
Jenis
1. Njah
Djambon
(ND/01-08-15/32)
Lha mbok didol!! ‘Dijual
saja!!
Konteks sosial
2. (ND/01-08-15/33)
Wah cethil eram. ‘Wah pelit
sekali.’
Frasa
adjektival
3. (ND/01-08-15/34) Randha kemulan? Weh.. ‘Janda
berselimut? Eh..’
Interjeksi
berupa kritik
kekagetan
4. (ND/01-08-15/35)
Randha kemulane, aku
senenge randha kempling oke.
‘Janda berselimut, saya
sukanya janda yang baru.’
Konteks sosial
5. (ND/01-08-15/36) Wo..gah aku gah aku. Konteks fisik
‘Oh..Tidak mau saya, Tidak
mau saya.’
6. (ND/01-08-15/37)
Wa...iki, bocahe gek cah
nakal-nakal pora kuwi? Gek
tukang kawin Mbak kuwi?
Tenan? ‘Wa... ini, anaknya
nakal-nakal tidak itu? Tukang
kawin Mbak itu? Benar?’
Konteks fisik
7. (ND/01-08-15/38)
Wuah mbok saya minta
dianterin Pak. ‘Wah... saya
minta diantar Pak.’
Konteks sosial
8. (ND/01-08-15/39)
Saka Timur Tengaha. Lha
renene ngebis kapan kuwi?.
‘Dari Timur Tengah. Lha
kesininya naik bis kapan itu?’
Konteks sosial
9. (ND/01-08-15/40)
Dicapi ngono kuwi? ‘Dicapi
seperti itu?’
Konteks sosial
10. (ND/01-08-15/41)
Wa...... gojek we, gah aku!
‘Wa...bercanda kamu, tidak
mau saya!’
Konteks sosial
11. (ND/01-08-15/42)
Randhane ndi? ‘Jandanya
mana?’
Konteks fisik
12. (ND/01-08-15/43)
Randha kuwi biasane ngene
wonge..iki kok dawa, kok
Konteks sosial
mung dawa-dawa ngene?
‘Janda itu biasanya seperti ini
orangnya..ini kok panjang, kok
hanya panjang-panjang seperti
ini?’
13. (ND/01-08-15/44)
Lha kok mung dawa-dawa
ngene ki? ‘Lha kok hanya
panjang-panjang seperti ini?’
Konteks sosial
14. (ND/01-08-15/45)
Eh strobery rupane jambon
ya? ‘Eh strobery warnanya
pink ya?’
Konteks fisik
15. (ND/01-08-15/46)
Chery ndi...strobery iki. Wah...
‘Chery mana...strobery ini.
Wah...’
Konteks sosial
16. (ND/01-08-15/47) Wa...gojek we, jebule kowe ya
ra ruh. ‘Wa...bercanda kamu,
ternyata kamu juga tidak tahu.’
Konteks sosial
17. (ND/01-08-15/48) Sing bahasa ngene ki. ‘Yang
bahasa seperti ini.’
Konteks sosial
18. (ND/01-08-15/49) Sing anu, sing rada beda
ngene mau apa? ‘Yang agak
beda seperti ini tadi apa?
Konteks sosial
19. (ND/01-08-15/50) Nek bahasa kaya bocah
tukang kawin apa ki jenenge
Konteks fisik
Mbak? ‘Kalau bahasa seperti
bocah tukang kawin ini
namanya apa Mbak?’
20. (ND/01-08-15/51) Mili. ‘Mili (Mili liter)’ Kata
21. (ND/01-08-15/52)
Oh...sik sik sebentar. Oh ini
kocokan ta? ‘Oh...sebentar
sebentar. Oh ini kocokan ya?’
Konteks sosial
22. (ND/01-08-15/53)
Kalau nek e melu keraton
Njah biru nggih karena ibu
sukanya yang warna Djambon
jadi namanya Njah Djambon.
‘Kalau misalnya ikut keraton
Njah biru ya karena ibu
sukanya yang warna djambon
jadi namanya Njah Djambon.’
Konteks sosial
23. Sambel
Mbok Ti
(SMT/02-08-15/13)
Kok isa roti ta? ‘Kok bisa roti
sih?’
Konteks sosial
24. (SMT/02-08-15/14)
Wah we geleman no yoan.
‘Wah ternyata kamu mudah
mau ya.’
Konteks sosial
25. (SMT/02-08-15/15)
O pete, beda karo mete ya. Oke
kalem wae ta Mas! O...
murupke. Terus iki kok
dipisah ben ngapa? apa ora
Konteks sosial
akur apa piye? ‘O petai, beda
karo mete ya. Oke kalem saja
Mas! O... menghidupkan. Terus
iki kok dipisah ben ngapa? apa
ora akur apa piye?’
26. (SMT/02-08-15/16)
Oh dimandiin? Nganggo
sabun? Ora? Ngko masuk
angin yahmene adus. ‘Oh
dimandikan? Memakai sabun?
Tidak? Nanti demam mandi
jam segini.’
Konteks
epistemis
27. (SMT/02-08-15/17)
Aja gosong gosong! ‘Jangan
gosong-gosong!’
Konteks fisik
28. (SMT/02-08-15/18)
Wis alus ok! ‘Sudah halus
kok!’
Konteks fisik
29. (SMT/02-08-15/19)
O..satu lagi. Ng...kowe gawe
gawean aku lho, kat mau
ngethoki terus. Mbok yowis
aja akeh-akeh. Emang
komposisine kudu ngono?
‘Kamu membuat saya bekerja
saja, dari tadi memotong terus.
Sudah jangan banyak-banyak.
Memangnya komposisinya
Konteks sosial
harus seperti itu ya?’
30. (SMT/02-08-15/20)
Wong dho teka. Lha ya kabeh
asli! Mosok plastik ngono wi
ya asli. Bahan-bahannya asli,
kabeh asli. ‘Orang pada
datang. Ya semua asli! Masa
plastik seperti itu ya asli.
Bahan-bahannya asli, semua
asli.’
Konteks sosial
31. (SMT/02-08-15/21)
Urung? Wis lembute kaya
ngene. ‘Belum? Sudah
lembutnya seperti ini.’
Konteks sosial
32. (SMT/02-08-15/22)
Hnah...jenengan ampun
ningali kula, kaya artis wae ta.
‘Nah....Anda jangan melihat
saya, seperti artis saja.’
Konteks sosial
33. (SMT/02-08-15/23)
Pete ok ikan terbang! ‘Petai
kok ikan terbang!’
Konteks sosial
34. (SMT/02-08-15/24)
Nggih nek ngeten mang lokke,
mas kuwi kobokan ngono!
‘Kalau seperti ini ya Anda
tegur, mas itu kobokan begitu!’
Konteks sosial
35. (SMT/02-08-15/25)
Oh jenengan ngelokke ta
nggihan. ‘Oh Anda juga
Konteks sosial
menegur.’
36. (SMT/02-08-15/26)
Wahahahaha....sing nggoreng
sapa mau? Asin tenane
‘Wahahahaha....yang
menggoreng siapa ini tadi?
Asin sekali’
Konteks sosial
37. (SMT/02-08-15/27)
Jenengan kok nggih ngoten ta.
‘Anda kok seperti itu.’
Konteks sosial
38. Kedai Kopi
Ndomblong
(KKN/20-09-
15/20)
Lah sing dodol kaya ngapa?
Ndomblong-ndomblong,
we....Mas tumbas, he... Lha
ndomblong i, ngah ngo. ‘Lah
yang jual sepererti apa?
Tercengang-cengang, we...Mas
beli, heee. Lha tercengang itu,
ngah ngoh.’
Konteks fisik
39. (KKN/20-09-
15/21)
Jabang bayi, iki menu apa
kitab sanskerta ya iki ya.
‘Jabang bayi, Ini menu atau
kitab sanskerta ya ini ya.’
Konteks
epistemis
40. (KKN/20-09-
15/22)
Wah anu we Mas, kene sing
wedang umup apa biasane
ngono? Tak nggone grujukan
dhewe ngono. ‘Wah itu saja
Konteks fisik
Mas, di sini yang air mendidih
apa biasanya? Saya akan pakai
untuk menyiram saya sendiri
seperti itu.’
41. (KKN/20-09-
15/23)
Lha mbok ya mau dikeki sing
biasa... Oh.. ‘Lha seharusnya
dari tadi dikasih yang biasa...
Oh..’
Konteks sosial
42. (KKN/20-09-
15/24)
Kok we meneng wae ta? ‘Kok
kamu diam saja?’
Konteks fisik
43. (KKN/20-09-
15/25)
Lha kok saya dhuwur Mas?
‘Lha kok semakin tinggi Mas?’
Konteks fisik
44. (KKN/20-09-
15/26)
Nek sangertiku lho Mas.
‘Kalau setahu saya lho Mas.’
Konteks sosial
45. (KKN/20-09-
15/27)
Wa ...jebol tenan iki Mas.
Ampun ngono Mas.
‘Wa...jebol nanti Mas. Jangan
seperti itu Mas.’
Konteks sosial
46. (KKN/20-09-
15/28)
Wehehe...nganggo dipisah apa
ya ra rukun karo bojone?
‘Wehehe...pakai dipisah itu apa
tidak rukun dengan
istri/suaminya?’
Konteks
epistemis
47. (KKN/20-09- Ketoke uripe jenengan wis Konteks
15/29)
pait-pait yoan. ‘Kelihatannya
hidup Anda juga sudah pahit.’
epistemis
48. (KKN/20-09-
15/30)
Wahaha....jebule mung jare
kanca. ‘Wahaha...ternyata
hanya kata teman.’
Konteks sosial
49. (KKN/20-09-
15/31)
Oh...ngomong. Lha ya iki mau
aku ya ngerti kok njendhel
wae. ‘Oh...bilang. Lha ini tadi
saya juga tahu kok mengental
terus.’
Konteks
epistemis
50. (KKN/20-09-
15/32)
Nek misale ngadhuke ngiwa
piye? ‘Kalau misalnya
mengaduknya ke kiri
bagaimana?’
Konteks
epistemis
51. (KKN/20-09-
15/33)
Jarene mau pengin sing pait
pait? ‘Katanya tadi ingin yang
pahit?’
Konteks
epistemis
52. (KKN/20-09-
15/34)
Kok ora diadhuk? ‘Kok tidak
diaduk?’
Konteks
epistemis
53. (KKN/20-09-
15/35)
Lha mbok walik nhog! Wah
didongani tenan ta iki? ‘Lha
kamu yang membaliknya. Wah
benar didoakan ini?’
Konteks
epistemis
54. (KKN/20-09- Lha iki dhewe ok! ‘Lha ini Konteks
15/36) sediri!’ epistemis
55. (KKN/20-09-
15/37)
Bahasane dhewe kok masak
ndadak belajar? ‘Bahasanya
sendiri kok pakai belajar?’
Konteks sosial
56. (KKN/20-09-
15/38)
Lha isa maca ora? ‘Lha bisa
membaca tidak?’
Konteks sosial
3. Subtindak Tutur Ekspresif Mengeluh
Mengeluh adalah menyatakan susah karena penderitaan,
kesakitan, kekecewaan, dan sebagainya (KBBI, 2007: 536). Di dalam
tindak tutur, dikatakan tuturan ekspresif mengeluh manakala penutur
mengekspresikan rasa sakit, susah, dan rumit atas apa yang dialami.
Subtindak tutur ekspresif mengeluh yang terdapat dalam program
acara Preman Pawon adalah sebagai berikut.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
seorang pelajar di pinggir jalan. Seorang pelajar tersebut mengeluh
karena Bowo Landa menaiki sepeda motornya.
(84) Pelajar : Motorku iki Mas, wa..wis.
Bowo Landa : Sorry Mas (turun dari sepeda motor)
Pelajar : Nggih nggih. (ND/01-08-15/54)
Pelajar : ‘Sepeda motor saya ini Mas, wa..sudah.’
Bowo Landa : ‘Maaf Mas.’
Pelajar : ‘Ya ya.’
Subtindak tutur ekspresif mengeluh pada kutipan (92) data di
atas terdapat pada tuturan Motorku iki Mas, wa..wis ‘Motor saya ini
Mas, wa..sudah’. Tuturan tersebut dituturkan oleh seorang pelajar
kepada Bowo Landa karena Bowo Landa menaiki sepeda motornya.
Bowo Landa menaiki sepeda motor pelajar tersebut karena sepeda
motor tersebut bagus dan dia juga mengatakan bahwa sepeda motor
tersebut cocok untuk digunakan sebagai kendaraannya selanjutnya.
Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif mengeluh
pada tuturan tersebut adalah Wa..wis ‘Wa..sudah’. Tuturan tersebut
merupakan ekspresi berupa keluhan dari seorang pelajar. Tuturan
subtindak tutur ekspresif mengeluh pada data di atas terjadi karena
pelajar tidak mengizinkan jika Bowo Landa menaiki sepedanya.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Pak
Sholehan di restoran Njah Djambon. Bowo Landa mengeluh karena
saat akan mencicipi makanan di piring, tidak disediakan sendok.
(85) Bowo Landa: Kalau neke melu keraton Njah biru nggih karena
ibu sukanya yang warna Djambon jadi namanya
Njah Djambon. Hehe..kan darah biru kalo... Saya
mau coba icip-icip ya Pak ya.
Sholehan : Iya, oke silakan.
Bowo Landa :Hehehe...wadhuh ra ana sendoke.
Sholehan : Bentar saya, wah lupa. (ND/01-08-15/55)
Bowo Landa : ‘Kalau misalnya ikut keraton Njah biru ya
karena ibu sukanya yang warna djambon (pink)
jadi namanya Njah Djambon. Hehe..kan darah
biru kalo...saya mau coba mencicipi ya Pak ya’
Sholehan : ‘Ya, oke silakan.’
Bowo Landa : ‘Hehehe...aduh tidak ada sendoknya.’
Sholehan : ‘Sebentar saya, wah lupa.’
Subtindak tutur ekspresif mengeluh pada kutipan (93) data di
atas terdapat pada tuturan Hehehe...wadhuh ra ana sendoke.
‘Hehehe...aduh tidak ada sendoknya’. Tuturan tersebut dituturkan oleh
Bowo Landa kepada Pak Sholehan karena saat akan mencicipi
makanan di piring, tidak disediakan sendok. Pemarkah lingual yang
menandai subtindak tutur ekspresif mengeluh pada tuturan tersebut
adalah kata Wadhuh ‘Aduh’. Ekspresi mengeluh yang dituturkan oleh
Bowo Landa tersebut bermula ketika Bowo Landa akan mencicipi
makanan, sendoknya tidak disediakan sehingga Bowo Landa mencicipi
makanan tersebut tanpa menggunakan sendok.
Konteks tuturan: Percakapan dituturkan oleh Bowo Landa yang
mengeluh karena saat akan mencari jatah (bagian) di sebuah tempat
makan, tempat makan tersebut malah tutup.
(86) Bowo Landa : Wah, piye iki, wayahe jaluki jatah malah wis
tutup. Eneng-eneng... wae, mesthi golek alesan,
apa...telpon wae? Walah... batrene entek...yoan.
Hah sesuk tagih meneh ki. (SMT/02-08-15/28)
‘Wah bagaimana ini, waktunya memintai bagian
malah sudah tutup. Ada-ada saja, pasti cari
alesan, apa... telpon saja? Alah baterainya habis.’
Subtindak tutur ekspresif mengeluh pada kutipan (94) data di
atas terdapat pada tuturan Wah, piye iki, wayahe jaluki jatah malah
wis tutup. Eneng-eneng... wae, mesthi golek alesan, apa...telpon
wae? Walah... batrene entek...yoan. Hah sesuk tagih meneh ki ‘Wah
bagaimana ini, waktunya memintai bagian malah sudah tutup. Ada-
ada saja, pasti cari alesan, apa... telpon saja? Alah baterainya habis’.
Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo Landa yang mengeluh karena
saat akan mencari jatah (bagian makanan) di sebuah tempat makan
yang sudah menjadi terget dalam wisata kulinernya akan tetapi tempat
makan tersebut tutup. Pemarkah lingual yang menandai subtindak
tutur ekspresif mengeluh pada kutipan (94) data di atas adalah
Walah... batrene entek...yoan ‘Alah baterainya habis’. Kata Walah
‘Alah’ dalam Konteks tuturan di atas merupakan sebuah ekspresi
kekecewaan yang dituturkan oleh Bowo Landa. Kata tersebut
dituturkan oleh Bowo Landa dengan nada pendek dan ekspresi raut
muka seperti orang yang sedang marah. Tuturan subtindak tutur
ekspresif mengeluh pada tuturan tersebut dilatarbelakangi oleh Bowo
Landa yang merasa kecewa karena tempat makan yang menjadi target
dalam wisata kulinernya tutup.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
Sugeng di warung makan Sambel Mbok Ti. Bowo Landa mengeluh
saat disuruh menghaluskan cabai oleh Sugeng karena khawatir akan
memercik ke mata.
(87) Sugeng : Cabenya dulu.
Bowo Landa : Wis ok alus ok. Iki ta?
Sugeng : Ya..
Bowo Landa : Ngko nyiprat mripat.... Wis alus urung?
Sugeng : Bentar bentar. (SMT/02-08-15/29)
Sugeng : ‘Cabainya dulu.’
Bowo Landa : ‘Sudah halus kok. Ini kan?’
Sugeng : Ya..
Bowo Landa : ‘Nanti memercik ke mata.... Sudah halus
belum?’
Sugeng : ‘Sebentar sebentar.’
Subtindak tutur ekspresif mengeluh pada kutipan (95) data di
atas terdapat pada tuturan Ngko nyiprat mripat.... Wis alus urung?
‘Nanti memercik ke mata.... Sudah halus belum?’. Tuturan tersebut
dituturkan oleh Bowo Landa yang mengeluh saat disuruh
menghaluskan cabai oleh Sugeng karena khawatir akan memercik ke
mata. Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif
mengeluh pada tuturan tersebut adalah Ngko nyiprat mripat... ‘Nanti
memercik ke mata...’. Kata mripat... ‘mata...’ dituturkan Bowo Landa
dengan nada yang panjang yang berarti kata tersebut memiliki arti
menolak karena ada kekhawatiran. Tuturan subtindak tutur ekspresif
mengeluh pada tuturan tersebut dilatarbelakangi oleh Bowo Landa
yang tidak ingin menghaluskan cabai karena khawatir akan terkena
matanya.
Konteks tuturan: Percakapan dituturkan oleh Bowo Landa. Saat
menghaluskan cabai, Bowo Landa mengeluhkan karena cabainya tidak
halus-halus dan akhirnya menyuruh Sugeng untuk menggantikannya
dengan mengatakan bahwa Bowo Landa tidak pintar menghaluskan
cabai dan matanya merasakan perih.
(88) Bowo Landa : Aku ra pinter, wah edyan...walah alah...wah
cethar tenan iki, ngasi nangis ta, wah sing
sabar, diikhlaske kabeh. Rasah nangis, kabeh
mang garise sing Kuasa ngono kuwi kok,
sabar ya Mas ya.
Sugeng : Ya...
Bowo Landa : O.. pedhes tenan ok, ah..lagi iki preman
keweden sambel. Oke kasih tomat, dadine
sambel trasi tomat segar. Wa iki favorite bojoku
ki.. . Terus..sik neh?
Sugeng : Satu lagi. (SMT/02-08-15/30)
Bowo Landa : ‘Saya tidak pintar, wah gila...alah alah...wah
cetar sekali ini, sampai nangis, wah yang sabar,
diikhlaskan semua. Tidak usah menangis, semua
memang sudah garisnya yang Kuasa seperti itu,
sabar ya Mas ya.’
Sugeng : Ya...
Bowo Landa : ‘O...pedas sekali, ah..baru kali ini preman takut
dengan sambal. Oke kasih tomat, jadinya
sambal trasi tomat segar. Wa ini favoritnya istri
saya ini. Lalu...masih lagi?’
Sugeng : Satu lagi.
Subtindak tutur ekspresif mengeluh pada kutipan (96) di atas
terdapat pada tuturan O.. pedhes tenan ok, ah..lagi iki preman
keweden sambel. Oke kasih tomat, dadine sambel trasi tomat segar.
Wa iki favorite bojoku ki.. . Terus..sik neh? ‘O...pedas sekali,
ah..baru kali ini preman takut dengan sambal. Oke kasih tomat,
jadinya sambel trasi tomat segar. Wa ini favoritnya istri saya ini.
Lalu...masih lagi?’. Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo Landa
yang mengeluh karena pada saat menghaluskan cabai, cabainya tidak
segera halus dan akhirnya menyuruh Sugeng untuk menggantikannya.
Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif mengeluh
pada tuturan tersebut adalah O.. pedhes tenan ok ‘O...pedas sekali’.
Tuturan mengeluh Bowo Landa tersebut berupa penolakan dan rasa
menyerah karena Bowo Landa merasa sudah tidak sanggup lagi untuk
menghaluskan cabai karena matanya sudah perih. Tuturan mengeluh
pada data di atas terjadi karena Bowo Landa merasa tidak pintar
menghaluskan cabai dan matanya merasakan perih.
Konteks tuturan: Percakapan dituturkan oleh Bowo Landa di depan
pintu gerbang rumah orang. Bowo Landa mengeluh karena pintu
gerbang tersebut dikunci sehingga Bowo Landa tidak bisa masuk.
(89) Bowo Landa : Hadhuh...piye iki, kok dikancingi. Pak
bebaskan saya Pak..saya mau golek wedang
Pak. Oh..hehehe enek lawange hehehe.
Dhagelan lawas. Mangga dhe. Omahe wong.
Omahe jembare ka ngono kae. Sing sopan,
dolan ya ditutup meneh. (KKN/20-09-15/39)
‘Aduh...bagaimana ini, kok dikunci. Pak
bebaskan saya Pak...saya ingin cari wedang Pak.
Oh..hehehe ada pintunya hehehe. Dhagelan
lama. Silakan. Rumahnya orang. Rumahnya
luas seperti itu. Yang sopan, main ya ditutup
lagi.’
Subtindak tutur ekspresif mengeluh pada kutipan (97) data di
atas terdapat pada tuturan Hadhuh...piye iki, kok dikancingi. Pak
bebaskan saya Pak..saya mau golek wedang Pak. Oh..hehehe enek
lawange hehehe. Dhagelan lawas. Mangga dhe. Omahe wong.
Omahe jembare ka ngono kae. Sing sopan, dolan ya ditutup meneh
‘Aduh...bagaimana ini, kok dikunci. Pak bebaskan saya Pak...saya
ingin cari wedang Pak. Oh..hehehe ada pintunya hehehe. Dhagelan
lama. Silakan dhe. Rumahnya orang. Rumahnya luas seperti itu. Yang
sopan, main ya ditutup lagi’. Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo
Landa yang mengeluh karena pintu gerbang terkunci sehingga Bowo
Landa tidak bisa masuk. Pemarkah lingual yang menandai subtindak
tutur ekspresif mengeluh pada kutipan (97) data di atas adalah
Hadhuh...piye iki ‘Aduh...bagaimana ini’. Tuturan mengeluh pada
tuturan di atas terjadi karena Bowo Landa takut dan merasa kesusahan
karena pintu gerbangnya tidak bisa dibuka.
Konteks tuturan: Percakapan dituturkan oleh Bowo Landa di Kedai
Kopi Ndomblong. Bowo Landa merasakan tenggorokannya sakit
(sêrêt) karena habis makan gêmbukan. Saat akan memesan minuman
di Kedai Kopi Ndomblong, Bowo Landa memanggil pelayan akan
tetapi pelayan tersebut tidak segera datang.
(90) Bowo Landa: ...Wah iki..Kedai Kopi Ndomblong. Lah sing
dodol kaya ngapa? Ndomblong-ndomblong,
we....Mas tumbas, he.... Lha ndomblongi, ngah
ngoh. Tapi ketoke lucu, kopi, Kedai Kopi
Ndomblong. Mas tumbas, he he.. pengin ngerti
kaya ngapa? Mlebu wae, aku arep pesen. Mayan.
Wah Kene kok mejane cendhek-cendhek ya, oh
kuwalik ya, oh iki meja berarti, ah... Seret tenan
ih, Mas..Mas...Mas...budheg apa ya? Hahaha.
Mas...ada yang pesen, nah...iki wis tekan Kopi
Ndomblong i. (KKN/20-09-15/40)
‘...Wah ini..Kedai Kopi Ndomblong. Lah yang
jual seperti apa? Tercengang-cengang, we...Mas
beli, he... Lha tercengang itu, ngah ngoh. Tetapi
sepertinya lucu, kopi, Kedai Kopi Ndomblong.
Mas beli, he he..ingin tahu seperti apa? Masuk
saja, saya akan memesan. Lumayan. Wah di sini
kok mejanya pendek-pendek ya, oh terbalik ya,
oh ini meja berarti, ah... Sulit sekali ditelan,
Mas... Mas... Mas...apa tuli ya? Hahaha. Mas, ada
yang pesan, nah...ini sudah sampai Kopi
Ndomblong.’
Subtindak tutur ekspresif mengeluh pada kutipan (98) data di
atas terdapat pada tuturan Wah Kene kok mejane cendhek-cendhek
ya, oh kuwalik ya, oh iki meja berarti, ah... Seret tenan ih,
Mas..Mas..Mas...budheg apa ya? Hahaha ‘Wah di sini kok mejanya
pendek-pendek ya, oh terbalik ya, oh ini meja berarti, ah... sulit sekali
ditelan, Mas... Mas... Mas...apa tuli ya? Hahaha.’ Tuturan tersebut
dituturkan oleh Bowo Landa yang mengeluh karena merasakan
tenggorokannya sakit/ sulit menelan karena ada yang mengganjal
(sêrêt) karena habis makan gêmbukan. Saat akan memesan minuman
di Kedai Kopi Ndomblong Bowo Landa memanggil pelayan akan
tetapi pelayan tersbut tidak segera datang. Pemakah lingual yang
menandai subtindak tutur ekspresif mengeluh pada tuturan tersebut
adalah Seret tenan ih ‘Sulit sekali ditelan’. Tuturan mengeluh pada
tuturan di atas terjadi karena Bowo Landa membutuhkan air minum
akibat tenggorokan Bowo Landa yang merasakan sakit setelah
memakan gembukan.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dan Boy di
Kedai Kopi Ndomblong. Boy megeluh saat Bowo Landa berhumor
karena merasa humornya memiliki daya humor yang tinggi.
(91) Boy : Sesuai keinginan, kita kasih segini aja. Ben ra
patek legi.
Bowo Landa : Ben ra patek legi. Ben enek krasa-krasane kopi.
Pait-paite urip lan legi-legine donya ki dirasakne
neng kene. Terus?
Boy : Angel banget Mas.
Bowo Landa : Hehehe, terus?
Boy : Kopinya dimasukkan, biar ada karamelnya.
(KKN/20-09-15/41)
Boy : ‘Sesuai keinginan, kita kasih segini saja. Agar
tidak terlalu manis.’
Bowo Landa : ‘Agar tidak terlalu manis. Agar ada rasa-rasa
kopi. Pahit-pahitnya hidup dan manis-manisnya
dunia itu dirasakan di sini. Lalu?’
Boy : ‘Sulit sekali Mas.’
Bowo Landa : ‘Hehehe, lalu?’
Boy : ‘Kopinya dimasukkan, agar ada karamelnya.’
Subtindak tutur ekspresif mengeluh pada kutipan (99) data di
atas terdapat pada tuturan Angel banget Mas ‘Sulit sekali Mas’.
Tuturan tersebut dituturkan oleh Boy yang megeluh saat Bowo Landa
berhumor karena merasa humornya memiliki daya humor yang tinggi.
Boy merasa susah memahami humor yang dituturkan oleh Bowo
Landa. Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif
pada tuturan tersebut adalah frasa Angel banget ‘Sulit sekali’. Tuturan
ekspresif mengeluh pada kutipan (99) data di atas dilatarbelakangi oleh
Boy yang merasa susah memahami humor yang dituturkan oleh Bowo
Landa karena humornya memiliki daya humor yang tinggi.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Boy dan Bowo Landa di
Kedai Kopi Ndomblong. Bowo Landa mengeluh karena pada saat akan
mengaduk kopi, Boy menyarankannya untuk sambil berdoa.
(92) Boy : Mas nek misale ngadhuke ngiwa piye?
Bowo Landa : Emang nek kopi ki kudu ngadhuke ngiwa?
Boy : Ngiwa.
Bowo Landa : Oh...
Boy : Ngiwa, ngadhuk karo ndonga, sangsaya beda.
Bowo Landa : Wo... angel nho..angel lho ki, karo ndonga ok.
Boy : Kalau udah mateng gini udah cukup. (KKN/20-
09-15/42)
Boy : ‘Mas kalau misalnya mengaduknya ke kiri
bagaimana?’
Bowo Landa :‘Memangnya kalau kopi itu mengaduknya harus
ke kiri?’
Boy : ‘Ke kiri.’
Bowo Landa : Oh...
Boy : ‘Ke kiri, mengaduknya dengan berdoa, semakin
beda.’
Bowo Landa : ‘O...sulit..sulit ini, dengan berdoa.’
Boy : ‘Kalau sudah matang seperti ini sudah cukup.’
Subtindak tutur ekspresif mengeluh pada kutipan (100) data di
atas terdapat pada tuturan Wo... angel nho..angel lho ki, karo ndonga
ok ‘O...sulit..sulit ini, dengan berdoa’. Tuturan tersebut dituturkan oleh
Bowo Landa yang mengeluh karena pada saat akan mengaduk kopi,
Boy menyarankannya untuk dengan berdoa. Bowo Landa merasa
kesulita jika harus mengaduk kopi dengan berdoa. Boy menyarankan
agar mengaduk kopi ke arah kiri dengan berdoa karena bisa
menghasilkan rasa yang berbeda. Pemarkah lingual yang menandai
subtindak tutur ekspresif mengeluh pada tuturan tersebut adalah Wo...
angel nho..angel lho ki ‘O...sulit..sulit ini’. Tuturan ekspresif
mengeluh pada pada kutipan (100) data di atas dilatarbelakangi oleh
Bowo Landa yang merasa kesusahan jika harus mengaduk kopi dengan
berdoa.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Boy dan Bowo Landa di
Kedai Kopi Ndomblong. Boy mengeluh saat Bowo Landa bertanya
kepadanya mengenai asal usul mendapat ide membuat buku menu
yang menggunakan aksara Jawa.
(93) Bowo Landa: Wah momene pas banget ya. Pas puasa
kemarin udah ada 3 bulan itu ya? Nah iki sing
mau tak tanyakan kat maui rada ngekel jane ki.
Ide dari Kopi Ndomblong yang ketoke banyak
menggunakan aksara-aksara jawa, idenya dari
mana sih ini Mas? Wuis...
Boy : Wah angel banget. Kopi sik we, dari kopi-kopi
dulu. Dari kopi dulu, kita kebetulan kita kopinya
nggawe dhewe. (KKN/20-09-15/43)
Bowo Landa: ‘Wah momennya pas sekali ya. Pas puasa
kemarin sudah ada 3 bulan itu ya? Nah ini yang
mau saya tanyakan dari tadi yang membuat saya
tertawa ini. Ide dari Kopi Ndomblong yang
kelihatannya banyak menggunakan aksara Jawa,
idenya dari mana sih Mas ini?’
Boy : ‘Wah sulit sekali. Kopi dulu saja, dari kopi-
kopi dulu. Dari kopi dulu, kita kebetulan kita
kopinya membuat sendiri.’
Subtindak tutur ekspresif mengeluh pada kutipan (101) data
di atas terdapat pada tuturan Wah angel banget. Kopi sik we, dari
kopi-kopi dulu. Dari kopi dulu, kita kebetulan kita kopinya nggawe
dhewe. ‘Wah sulit sekali. Kopi dulu saja, dari kopi-kopi dulu. Dari
kopi dulu, kita kebetulan kita kopinya membuat sendiri’. Tuturan
tersebut dituturkan oleh Boy yang mengeluh karena pertanyaan yang
berikan oleh Bowo Landa. Bowo Landa bertanya kepada Boy
mengenai asal usul mendapat ide membuat buku menu yang
menggunakan aksara Jawa. Boy merasa kesusahan untuk menjelaskan
kepada Bowo Landa, dia bingung memulainya dari mana dan akhirnya
dia memilih untuk menjelaskan tentang kopi yang digunakan di kedai
Kopi Ndomblong terlebih dahulu. Pemarkah lingual yang menandai
subtindak tutur ekspresif mengeluh pada tutran tersebut adalah Wah
angel banget ‘Wah sulit sekali’. Tuturan mengeluh pada kutipan (101)
data di atas dilatarbelakangi oleh Boy yang merasa kesulitan ketika
harus menjelaskan kepada Bowo Landa tentang pemilihan buku menu
yang menggunakan aksara Jawa.
Tabel 3. Subtindak Tutur Ekspresif Mengeluh dalam Program Acara Preman
Pawon di TATV
No Acara
Preman
Pawon
Episode
Nomor Data Pemarkah Lingual Bentuk dan
Jenis
1. Njah
Djambon
(ND/01-08-15/54) Wa..wis. ‘Wa..sudah.’ Interjeksi
kekecewaan
2. (ND/01-08-15/55) Wadhuh. ‘Aduh.’ Interjeksi
kesedihan
3. Sambel
Mbok Ti
(SMT/02-08-15/28)
Wah, piye iki. ‘Wah,
bagaimana ini.’
Interjeksi
kebingungan
4. (SMT/02-08-15/29)
Ngko nyiprat mripat.... ‘Nanti
memercik ke mata....’
Frasa verbal
5. (SMT/02-08-15/30)
O.. pedhes tenan ok.‘O...pedas
sekali.’
Frasa
adjektival
6. Kedai Kopi
Ndomblong
(KKN/20-09-15/39)
Hadhuh...piye
iki.‘Aduh...bagaimana ini.’
Interjeksi
kebingungan
7. (KKN/20-09-15/40) Seret tenan ih. ‘Sulit sekali
ditelan.’
Frasa
adjektival
8. (KKN/20-09-15/41) Angel banget. ‘Sulit sekali.’ Frasa
adjektival
9. (KKN/20-09-15/42)
Wo... angel nho..angel lho ki.
‘O...sulit..sulit ini.’
Frasa
adjektival
10. (KKN/20-09-15/43) Wah angel banget. ‘Wah sulit Frasa
sekali.’ adjektival
4. Subtindak Tutur Ekspresif Mengucapkan Selamat
Mengucapkan selamat adalah mengucapkan atau menyatakan
doa yang mengandung harapan supaya sejahtera, beruntung, tidak
kurang suatu apa, tidak mendapat gangguan, kerusakan, dsb (KBBI,
2007: 1017). Tindak tutur ‘mengucapkan selamat’ adalah tindak tutur
yang disampaikan oleh penutur berupa doa, ucapan, pernyataan, dsb
yang mengandung harapan supaya sejahtera, beruntung, tidak kurang
suatu apa, sub tindak tutur ekspresif mengucapkan selamat pada
program acara Preman Pawon dapat dilihat pada kutipan data berikut.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara seorang karyawan
warung Sambel Mbok Ti di warung Sambel Mbok Ti. Kedatangan
Bowo Landa di warung makan Sambel Mbok Ti diterima oleh salah
seorang karyawan dengan sapaan selamat sore.
(94) Bowo Landa : Halo, halo Mas.
Karyawan Warung : Selamat sore.
Bowo Landa : Sore.
Karyawan Warung : Ada yang bisa saya bantu?
Bowo Landa : Bisa, iki mas sapa Mas?
Karyawan Warung : Mas Sugeng. (SMT/02-08-15/31)
Bowo Landa : Halo, halo Mas.
Karyawan Warung : Selamat sore.
Bowo Landa : Sore.
Karyawan Warung : Ada yang bisa saya bantu?
Bowo Landa : ‘Bisa, ini mas siapa Mas?’
Karyawan Warung : Mas Sugeng.
Pada tuturan (102) data di atas termasuk subtindak tutur
ekspresif mengucapkan selamat. Tuturan subtindak tutur ekspresif
mengucapkan selamat terdapat pada tuturan Selamat sore ‘Selamat
sore’ Tuturan tersebut disampaikan oleh seorang karyawan warung
makan Sambel Mbok Ti kepada Bowo Landa ketika Bowo Landa
menyapa seorang karyawan warung makan Sambel Mbok Ti dengan
sapaan halo ‘halo’. Kata Selamat ‘Selamat’ menjadi pemarkah
lingual dari subtindak tutur ekspresif mengucapkan selamat.
Tindak tutur yang disampaikan seorang karyawan warung
makan Sambel Mbok Ti tersebut terkait dengan ucapan selamat
datang karena telah berkunjung di warung makan Sambel Mbok Ti,
dan memang kondisi atau keadaan pada waktu itu masih sore hari.
Data lain yang berpemarkah lingual sama dengan data
(SMT/02-08-15/31) adalah nomor data (ND/01-08-15/56) dan
(ND/01-08-15/58).
Konteks tuturan: Percakapan terjadi di restoran Njah Djambon
antara Feri dengan Bowo Landa. Ketika Bowo Landa akan memasuki
restoran Njah Djambon, Bowo Landa disambut oleh salah seorang
karyawan Njah Djambon.
(95) Feri : Selamat sore..selamat datang.
Bowo Landa : Eh eh. (ND/01-08-15/57)
Feri : ‘Selamat sore..selamat datang.’
Bowo Landa : ‘Eh eh.’
Pada kutipan (103) data di atas terdapat tuturan subtindak
tutur ekspresif mengucapkan selamat yang dituturkan oleh Feri.
Tuturan subtindak tutur ekspresif mengucapkan selamat terdapat pada
tuturan Selamat sore..selamat datang ‘Selamat sore..selamat datang’.
Tuturan bermula ketika Feri melihat ada tamu yang mendatangi
restoran Njah Djambon, yakni Bowo Landa. Feri menerima
kedatangan tamu tersebut dengan ucapan Selamat datang ‘Selamat
datang’. Tuturan selamat datang yang dituturkan oleh Feri kepada
Bowo Landa tersebut atas dasar rasa hormat yang diberikan pihak
restoran Njah Djambon yang diwakili oleh Feri karena telah datng
atau berkunjung ke restoran Njah Djambon.
Tabel 4. Subtindak Tutur Ekspresif Mengucapkan Selamat dalam Program Acara
Preman Pawon di TATV
No Acara
Preman
Pawon
Episode
Nomor Data Pemarkah Lingual Bentuk
dan
Jenis
1. Njah
Djambon
(ND/01-08-15/56) Selamat sore
‘Selamat sore’
Frase
fatis
2. (ND/01-08-15/58) Selamat sore
‘Selamat sore’
Frase
fatis
3. (ND/01-08-15/57)
Selamat datang
‘Selamat datang’
Kategori
fatis
4. Sambel
Mbok Ti
(SMT/02-08-15/31)
Selamat sore
‘Selamat sore’
Frase
fatis
5. Kedai Kopi
Ndomblong
- - -
5. Subtindak Tutur Ekspresif Mengucapkan Terima Kasih
Berterima kasih adalah mengucap syukur, melahirkan rasa
syukur atau membalas budi setelah menerima kebaikan, dsb (KBBI,
2007:1183). Tindak tutur ‘berterima kasih’ dilakukan oleh penutur
terhadap mitra tutur karena penutur merasa mendapatkan sesuatu
kebaikan dari mitra tutur. Subtindak tutur ekspresif mengucapkan
terima kasih dalam program acara Preman Pawon di TATV dapat
dilihat pada contoh berikut.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Feri dan Bowo Landa di
restoran Njah Djambon. Tuturan ‘berterima kasih’ dituturkan oleh
Bowo Landa yang ditujukan kepada Feri, ketika Bowo Landa
mengajak untuk salam preman pawon (Bowo Landa mengulurkan
tangannya dengan telapak tangan yang mengepal), Feri menanggapi
permintaan Bowo Landa tersebut dengan mengepalkan telapak tangan
dan mendekatkannya ke tangan Bowo Landa.
(96) Feri :Nah ini ada Pak Sholehan, manager dari Njah
Djambon.
Bowo Landa : Oh Pak Sholehan, selamat sore Pak Sholehan.
Salam Preman Pawon dulu. Dus wua... Ya ati-
ati, hehe. Oe..Pak, ini tadi sama Mbak Feri
katanya di sini ada menu spesial ya Pak ya?
Sholehan : Iya. (ND/01-08-15/59)
Feri :Nah ini ada Pak Sholehan, manager dari Njah
Djambon.
Bowo Landa : ‘Oh Pak Sholehan, selamat sore Pak Sholehan.
Salam Preman Pawon dulu. Dus wah...Ya hati-
hati, hehe. Oi..Pak, ini tadi dengan Mbak Feri
katanya di sini ada menu spesial ya Pak ya?’
Sholehan : ‘Ya.’
Subtindak tutur ekspresif mengucapkan terima kasih pada
kutipan (104) data di atas terdapat pada tuturan Oh Pak Sholehan,
selamat sore Pak Sholehan. Salam Preman Pawon dulu. Dus wua...
‘Oh Pak Sholehan, selamat sore Pak Sholehan. Salam Preman Pawon
dulu. Dus wah...’. Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo Landa atas
respon yang diberikan oleh Feri karena menerima ajakan Bowo Landa
untuk melakukan salam preman pawon. Setelah Bowo Landa dan Feri
saling mengulurkan tangan dengan telapak tangan yang mengepal
(salam preman pawon), Bowo Landa mengucapkan tuturan Dus
wua.... ‘Dus wah...’. Tuturan tersebut merupakan tuturan eskpresif
terima kasih Bowo Landa kepada Feri yang telah merespon ajakannya
untuk melakukan salam preman pawon, karena Bowo landa merasa
senang atas respon yang dilakukan Feri maka Bowo Landa
mengucapkan Dus wua..... ‘Dus wah...’ Tuturan tersebut sekaligus
sebagai pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif
mengucapkan terima kasih pada tururan tersebut.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
Ganda di restoran Njah Djambon. Bowo Landa mengucapkan terima
kasih kepada Ganda yang telah merespon ajakannya untuk melakukan
salam preman pawon.
(97) Sholehan : Ya, ini langsung sama chefnya, namanya
chef Ganda ini.
Bowo Landa : Iya, chef Ganda, ganda campuran ok.
Salam preman pawon, ya.. Wah anu,
Arabic ya? Hehehe.
Ganda : Iyah.. (ND/01-08-15/60)
Sholehan :‘Ya, ini langsung dengan kokinya,
namanya koki Ganda ini’
Bowo Landa : ‘Ya, koki Ganda, ganda campuran. Salam
preman pawon, ya.. Wah itu, Arabic ya?
Hehehe’
Ganda : ‘Ya..’
Subtindak tutur ekspresif mengucapkan terima kasih pada
kutipan (105) data di atas terdapat pada tuturan Iya, chef Ganda,
ganda campuran ok. Salam preman pawon, ya.. Wah anu, arabic
ya? Hehehe ‘Ya, koki Ganda, ganda campuran. Salam preman pawon,
ya.. Wah itu, arabic ya? Hehehe’. Tuturan berterima kasih tersebut
dituturkan oleh Bowo Landa yang ditujukan kepada Ganda karena
merespon ajaknnya untuk melakukan salam preman pawon. Pada saat
ingin membuat menu Lahamugaga, Bowo Landa diantar oleh Pak
Sholehan bertemu Ganda, sesampainya di dapur dan bertemu Ganda
Bowo Landa mengajak ganda untuk melakukan salam preman pawon
dan Ganda merespon ajakan Bowo Landa, karena Bowo Landa merasa
senang atas respon yang dilakukan Ganda maka Bowo Landa
mengucapkan ya.. ‘ya..’. Pemarkah lingual yang menandai subtindak
tutur ekspresif mengucapkan terima kasih pada tuturan tersebut adalah
kata ya.. ‘ya..’. Tuturan berterima kasih pada data di atas terjadi
karena Ganda merespon ajakan Bowo Landa untuk melakukan salam
preman pawon. Apabila Ganda tidak merespon ajakan Bowo landa
maka Bowo Landa tidak mengucapkan subtindak tutur ekspresif
mengucapkan terima kasih seperti yang terdapat pada tuturan di atas.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dan Teki di
restoran Njah Djambon. Bowo Landa mengucapkan terima kasih
kepada Teki yang telah merespon ajakannya untuk melakukan salam
preman pawon.
(98) Bowo Landa : Oalah...neng kene ki orange profesional,
dadi wis nde jobe dhewe-dhewe. Bagian
nggangsa enek, bagian plating enek. Mas
sapa ki mau?
Teki : Teki.
Bowo Landa : Mas Teki, yuk salam preman pawon dulu.
(Bowo Landa dan Teki saling mengulurkan
tangan yang mengepal) Oke. (ND/01-08-
15/61)
Bowo Landa : ‘Oh...di sini itu orangnya profesional, jadi
sudah punya pekerjaannya sendiri-sendiri.
Bagian menumis ada, bagian penataan ada.
Mas siapa ini tadi?’
Teki : Teki.
Bowo Landa : Mas Teki, yuk salam preman pawon dulu.
(Bowo Landa dan Teki saling mengulurkan
tangan yang mengepal) Oke.
Subtindak tutur ekspresif mengucapkan terima kasih pada
kutipan (106) data di atas terdapat pada tuturan Mas Teki, yuk salam
Preman Pawon dulu (Bowo Landa dan Teki saling mengulurkan
tangan yang mengepal) Oke ‘Mas Teki, yuk salam preman pawon
dulu. (Bowo Landa dan Teki saling mengulurkan tangan yang
mengepal) Oke’. Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo Landa
kepada Teki yang telah merespon ajaknnya untuk melakukan salam
preman pawon, karena Bowo Landa merasa senang atas respon yang
dilakukan Teki maka Bowo Landa mengucapkan Oke ‘Oke’.
Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif
mengucapkan terima kasih pada tuturan tersebut adalah kata Oke
‘Oke’.
Tuturan berterima kasih pada data di atas terjadi karena Teki
sudah merespon ajakan Bowo Landa untuk melakukan salam preman
pawon. Apabila Teki tidak merespon ajakan Bowo Landa maka Bowo
Landa tidak mengucapkan subtindak tutur ekspresif mengucapkan
terima kasih seperti yang terdapat pada tuturan di atas.
Data lain yang mengandung subtindak tutur ekspresif
mengucapkan terima kasih dan berpemarkah lingual sama dengan
kutipan (106) data di atas adalah nomer data (ND/01-08-15/62).
Konteks tuturan: Percakapan dituturkan oleh Bowo Landa di
restoran Njah Djambon. Pada segment akhir acara Preman Pawon,
Bowo Landa berterima kasih kepada couster yang selalu menyediakan
kostum untuk Bowo Landa di setiap episodenya.
(99) Bowo Landa : Ya udah, saksikan terus preman pawon, tak
lupa terima kasih kaos ini buat couster, Mas
Cahya thank you banget, kaosnya keren
banget luar biasa sekali ya, dan jangan
lupa saksikan terus preman pawon setiap
hari Sabtu dan Minggu jam 17.00 hanya di
TATV manteb. Preman Pawon, makan yuk
Pak..yuk yeah.. mau ncobain dulu nggih.
(ND/01-08-15/63).
‘Ya sudah, saksikan terus Preman Pawon,
tidak lupa terima kasih terima kasih untuk
Couster atas kaosnya, Mas Cahya terima
kasih sekali, kaosnya sangat keren, luar biasa
ya, dan jangan lupa saksikan terus Preman
Pawon setiap hari Sabtu dan Minggu jam
17.00 hanya di TATV manteb. Preman
Pawon, makan yuk Pak..yuk yeah...mau
mencobanya dulu ya.’
Subtindak tutur ekspresif mengucapkan terima kasih pada
kutipan (107) data di atas dituturkan oleh Bowo Landa yang
berterimaksih kepada couster yang selalu menyediakan kostum untuk
Bowo Landa di setiap episodenya. Couster sebagai sponsor acara
Preman Pawon selalu menyediakan baju untuk Bowo Landa untuk
perjalanan wisata kulinernya. Pemarkah lingual yang menandai
subtindak tutur ekspresif mengucapkan terima kasih pada tuturan di
atas adalah kata terima kasih ‘terima kasih’, thank you ‘terima kasih’
dan keren banget, luar biasa sekali ya ‘sangat keren, luar biasa
sekali ya’
Data yang berpemarkah lingual sama dengan kutipan data
(ND/01-08-15/63) adalah nomor data (SMT/02-08-15/34), dan
(SMT/02-08-15/35).
Konteks tuturan: Percakapan dituturkan oleh Bowo Landa di warung
makan Sambel Mbok Ti. Ketika menu-menu yang dimasak sudah
matang dan disajikan, Bowo Landa mengucapkan terima kasih kepada
kepada warung makan Sambel Mbok Ti.
(100) Pak Bardo : Ini kan, ini belum komplit lho ini yang
ngambil.
Bowo Landa : Loh..ini baru sedikit?
Pak Bardo : Iya.
Bowo Landa : Eh badalah.
Pak Bardo : Hahaha.
Bowo Landa : Oh sebentar Pak saya tak ngontak istri saya.
Pak Bardo : Oh iya nggak papa.
Bowo Landa: Oh jangan...borooos! Oke, terima kasih ya.
Berarti sekarang saya waktunya. Oh iya ini
kita informasikan lagi di Sambel Mbok Ti ini
ternyata tadi, ini adalah sambel yang suka
pedhes. (SMT/02-08-15/32)
Pak Bardo : Ini kan, ini belum komplit lho ini yang
mengambil.
Bowo Landa : Loh..ini baru sedikit?
Pak Bardo : ‘Ya.’
Bowo Landa : Eh badalah.
Pak Bardo : Hahaha.
Bowo Landa : ‘Oh sebentar Pak saya akan menghubungi
istri saya.’
Pak Bardo : ‘Oh iya tidak apa-apa’
Bowo Landa : ‘Oh jangan...borooos! Oke terima kasih ya.
Berarti sekarang saya waktunya. Oh iya ini
kita informasikan lagi di Sambel Mbok Ti ini
ternyata tadi, ini adalah sambel yang suka
pedas.’
Subtindak tutur ekspresif mengucapkan terima kasih pada
kutipan (108) data di atas terdapat pada tuturan Oke, terima kasih ya.
Berarti sekarang saya waktunya. Oh iya ini kita informasikan lagi di
Sambel Mbok Ti ini ternyata tadi, ini adalah sambel yang suka
pedhes. ‘Oke terima kasih ya. Berarti sekarang saya waktunya. Oh iya
ini kita informasikan lagi di Sambel Mbok Ti ini ternyata tadi, ini
adalah sambel yang suka pedas’. Ungkapkan terima kasih tersebut
dituturkan oleh Bowo Landa kepada warung makan Sambel Mbok Ti
yang telah menyajikan menu makanan yang telah dimasak Bowo
Landa bersama karyawan Sambel Mbok Ti. Bowo Landa
menginformasikan kepada pemirsa bahwa di Sambel Mbok Ti ada dua
varian sambel yaitu sambal yang pedas dan tidak. Pemarkah lingual
yang menandai subtindak tutur ekspresif mengucapkan terima kasih
pada tuturan tersebut adalah kata Terima kasih ya ‘Terima kasih ya’.
Tuturan ekspresif mengucapkan terima kasih pada kutipan (108) data
di atas terjadi karena pihak warung Sambel Mbok telah berbaik hati
kepada Bowo Landa karena telah mengizinkannya untuk ikut memasak
hingga menyajikan makanannya sehingga Bowo Landa mengucapkan
rasa terima kasih atas kebaikan yang telah dilakukan pihak warung
Sambel Mbok Ti.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Pak
Bardo di warung makan Sambel Mbok Ti. Ketika Bowo Landa selesai
mencicipi kedua macam sambel dari Sambel Mbok Ti dengan ikan
goreng, Bowo Landa mengucapkan terima kasih kepada Pak Bardo.
(101) Bowo Landa : Tapi pedhese nggajul. Sambele isa rata. Isa
nang kene ki isa mak nendhang-nendhang
nggajul-nggajul, top. Sekarang sambel sing
ra pedhes. Mmm...cocok, untuk temen-temen
yang belajar makan sambel, nek jik kurang
pedhes tapuki.
Pak Bardo : Hehehe
Bowo Landa : Oke Pak. Ngicipi-ngicipi mpun ya.
(SMT/02-08-15/33)
Bowo Landa :‘Tapi pedasnya ‘menyepak’. Sambelnya
bisa rata, bisa di sini itu bisa ‘menendang’-
nendang ‘menyepak-nyepak’. Sekarang
sambel yang tidak pedas. Mmm...cocok,
untuk teman-teman yang belajar makan
sambal, kalau masih kurang pedas
ditampar.’
Pak Bardo : Hehehe
Bowo Landa : ‘Oke Pak, mencicipinya sudah ya.’
Subtindak tutur mengucapkan terima kasih pada kutipan (109)
data di atas terdapat pada tuturan Oke Pak. Ngicipi-ngicipi mpun ya
‘Oke Pak, mencicipinya sudah ya’. Tuturan tersebut dituturkan oleh
Bowo Landa kepada Pak Bardo setelah selesai mencicipi sambal di
Sambel Mbok Ti. Bowo Landa merasa puas terhadap makanan yang
ada di Sambel Mbok Ti, terlebih lagi sambalnya, karena di warung
makan Sambel Mbok Ti yang spesial adalah sambalnya. Bowo Landa
mengucapkan terima kasih kepada Pak Bardo selaku Manager dari
Sambel Mbok Ti yang sudah menemaninya saat mencicipi makanan.
Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur mengucapkan terima
kasih pada tuturan tersebut adalah kata Oke Pak ‘Oke Pak’.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
seorang penjual gorengan. Bowo Landa mengucapkan terima kasih
kepada penjual gorengan karena diberi dan dibolehkan memakan
gembukan oleh penjual.
(102) Bowo Landa : Oh gembukan. Niku enak niku?
Penjual : Enak. (memberikan gembukan kepada
Bowo Landa)
Bowo Landa : Hehe angsal nggih? Etuk gembukan
nde...manyan hehehe. (KKN/20-09-15/44)
Bowo Landa : ‘Oh gembukan. Itu enak itu?’
Penjual : Enak. (memberikan gembukan kepada
Bowo Landa)
Bowo Landa :‘Hehe boleh ya? Dapat
gembukan...lumayan hehehe.’
Subtindak tutur ekspresif mengucapkan terima kasih pada
kutipan (110) di atas terdapat pada tuturan Hehe angsal nggih? Etuk
gembukan nde...manyan hehehe. ‘Hehe boleh ya? Dapat
gembukan...lumayan hehehe’. Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo
Landa kepada penjual gorengan. Bowo Landa mengucapkan terima
kasih kepada penjual gorengan karena telah diberi dan diperbolehkan
memakan gembukan oleh penjual gembukan. Pemarkah lingual yang
menandai subtindak tutur ekspresif mengucapkan terima kasih pada
tuturan tersebut adalah Hehe angsal nggih? Etuk gembukan
nde...manyan hehehe ‘Hehe boleh ya? Dapat gembukan...lumayan
hehehe’.
Tutur ekspresif mengucapkan terima kasih pada kutipan
(110) data di atas dilatarbelakangi oleh rasa terima kasih Bowo Landa
kepada seorang penjual gembukan karena meskipun baru kenal
penjual tersebut sudah berbaik hati kepada Bowo Landa dengan
memberikan gembukan dan diberikan secara gratis.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo landa dengan
penjual gorengan. Ketika di tempat penjual gorengan Bowo Landa
diizinkan untuk menikmati gembukan secara gratis dan pada saat
Bowo Landa akan pergi meninggalkan tempat penjual gorengan,
Bowo Landa meminta uang saku dan penjual gorengan memberinya.
(103) Bowo Landa : Bukake jam empat sampe dalu. Hmmm nek
pengin golek-golek gorengan nang kene. Karo
Mas?
Penjual : Candra.
Bowo Landa : Salam Preman Pawon dulu. Mas, aku nek mung
ngemil-ngemil ngene ki kok .... Jaluk sangune.
Hehehe. Ra nduwe dhuwit og. Wah lumayan, Mas
Candra apikan tenan. Wis etuk gembukan, ge
jajan neng kana sangoni. Matur nuwun Mas
nggih. Kapan-kapan dolan mriki Pak nggih.
Matur nuwun. Oke neng kana enek. (KKN/20-09-
15/45)
Bowo Landa :‘Bukanya jam empat sampai malam. Hmmm
kalau ingin cari-cari gorengan di sini. Dengan
Mas?’
Penjual : Candra.
Bowo Landa : ‘Salam preman pawon dulu. Mas, saya kalau
hanya mengemil seperti ini kok... Minta uang
sakunya. Hehehe. tidak punya uang kok. Wah
lumayan, Mas Candra baik sekali. Sudah dapat
gembukan, untuk membeli di sana dikasih uang
saku. Terima kasih ya mas. Kapan-kapan main ke
sini ya Pak. Terima kasih.’
Subtindak tutur ekspresif mengucapkan terima kasih pada
kutipan (111) data di atas terdapat pada tuturan Jaluk sangune.
Hehehe. Ra nduwe dhuwit og. Wah lumayan, Mas Candra apikan
tenan. Wis etuk gembukan, ge jajan neng kana sangoni. Matur
nuwun Mas nggih. Kapan-kapan dolan mriki Pak nggih. Matur
nuwun. ‘Minta uang sakunya. Hehehe. Tidak punya uang kok. Wah
lumayan, Mas Candra baik sekali. Sudah dapat gembukan, untuk
membeli di sana dikasih uang saku. Terima kasih ya Mas. Kapan-
kapan main ke sini ya Pak. Terima kasih’. Tuturan tersebut dituturkan
oleh Bowo Landa kepada penjual gorengan. Ketika di tempat penjual
gorengan Bowo Landa diizinkan untuk menikmati gembukan secara
gratis dan pada saat Bowo Landa akan pergi meninggalkan tempat
penjual gorengan, Bowo Landa meminta uang saku dan penjual
gorengan memberinya. Pemarkah lingual yang menandai subtindak
tutur ekspresif mengucapkan terima kasih pada tuturan tersebut adalah
Matur nuwun ‘Terima kasih’. Tuturan ekspresif mengucapkan terima
kasih pada kutipan (111) data di atas didasari atas rasa terima kasih
Bowo landa karena sudah diberi gembukan dan diberi uang saku oleh
Candra.
Tabel 5. Subtindak Tutur Ekspresif Mengucapkan Terima Kasih dalam Program
Acara Preman Pawon di TATV
No Acara
Preman
Pawon
Episode
Nomor Data Pemarkah Lingual Bentuk
1. Njah
Djambon
(ND/01-08-15/59) Dus wua..... ‘Dus wah...’ Interjeksi
2. (ND/01-08-15/60) Ya.. ‘Ya..’ Kategori fatis
3. (ND/01-08-15/61) Oke. ‘Oke.’ Kategori fatis
4. (ND/01-08-15/62) Oke, kita akan mencari bocah
tukang kawin. ‘Oke, kita akan
mencari bocah tukang kawin.’
Kategori fatis
5. (ND/01-08-15/63) Terima kasih, thank you
‘Terima kasih, terima kasih’
Frase fatis
6. Sambel
Mbok Ti
(SMT/02-08-15/32)
Terima kasih ya. ‘Terima
kasih ya.’
Frase fatis
7. (SMT/02-08-15/33) Oke Pak. ‘Oke Pak’ Kategori fatis
8. (SMT/02-08-15/34)
Dan juga terima kasih buat
couster ya yang sudah
memberikan baju saya yang
sangat keren sekali dan sangat
luar biasa sekali ...terima
kasih Pak Bardo. ‘Dan juga
terima kasih buat couster ya
Frase fatis
yang sudah memberikan baju
saya yang sangat keren sekali
dan sangat luar biasa sekali
...terima kasih Pak Bardo.’
9. (SMT/02-08-15/35) Oke. Terima kasih pastinya
para badhoger-badhoger...
‘Oke. Terima kasih pastinya
para badhoger-badhoger...’
Frase fatis
10. Kedai Kopi
Ndomblong
(KKN/20-09-15/44)
Hehe angsal nggih? Etuk
gembukan nde...manyan
hehehe. ‘Hehe boleh ya?
Dapat gembukan...lumayan
hehehe.’
Konteks sosial
11. (KKN/20-09-15/45) Matur nuwun. ‘Terima kasih.’ Frase fatis
12. (KKN/20-09-15/46) Wah matur nuwun lho Mas.
Ngko tak celuk meneh. ‘Wah
terima kasih Mas. Nanti saya
panggil lagi.’
Frase fatis
13. (KKN/20-09-15/47) Terima kasih buat couster
yang baju saya yang keren hari
ini, dan juga buat Kopi
Ndomblong, buat Mas Boy
terutama ya. ‘Terima kasih
buat couster yang baju saya
Frase fatis
yang keren hari ini, dan juga
buat Kopi Ndomblong, buat
Mas Boy terutama ya.’
6. Subtindak Tutur Ekspresif Meminta Maaf
Meminta maaf adalah ungkapan permintaan ampun atau
penyesalan orang lain, mengharap agar diberi maaf (dimaafkan);
ungkapan permintaan izin melakukan sesuatu (KBBI, 2007:693).
Subtindak tutur ekspresif meminta maaf dalam program acara Preman
Pawon di TATV dapat dilihat pada contoh berikut.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Teki
di restoran Njah Djambon. Bowo Landa bertanya kepada Teki,
pembuatan menu randha kemulan itu untuk berapa porsi. Teki
menjawab satu porsi, akan tetapi Bowo Landa kurang mendengarnya
sehingga di menuturkan satu korsi.
(104) Bowo Landa : Oh...satu korsi, oh porsi?
Teki : Porsi iya porsi.
Bowo Landa : Sorry wong kene ya bagus, tur rada
budheg sithik.(ND/01-08-15/64)
Bowo Landa : ‘Oh...satu kursi, oh porsi?’
Teki : ‘Porsi iya porsi.’
Bowo Landa : ‘Maaf orang sini juga tampan, tapi
sedikit tuli.’
Subtindak tutur ekspresif meminta maaf pada kutipan (112)
data di atas terdapat pada tuturan Sorry wong kene ya bagus, tur rada
budheg sithik. ‘Maaf orang sini juga tampan, tapi sedikit tuli.’
Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo Landa yang meminta maaf
kepada Teki karena kurang memperhatikan Teki sehingga kurang
mendengar apa yang diucapkannya. Pada saat Bowo Landa bertanya
kepada Teki, pembuatan menu randha kemulan itu untuk berapa porsi.
Teki menjawab satu porsi ‘satu porsi’ akan tetapi Bowo Landa
kurang mendengarnya sehingga di menuturkan satu korsi ‘satu kursi’.
Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif meminta
maaf pada tuturan tersebut adalah kata Sorry ‘Maaf’.
Tuturan ekspresif meminta maaf pada kutipan (102) data di
atas terjadi karena Bowo Landa kurang mendengar apa yang
diucapkan Teki, sehingga ia menuturkan kata yang salah. Bowo Landa
juga memuji dirinya sendiri, bahwa dia ganteng akan tetapi sedikit
tuli.
Data lain yang berpemarkah lingual sama dengan kutipan
data (ND/01-08-15/64) adalah nomor data (SMT/02-08-15/37).
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Teki di
restoran Njah Djambon. Ketika Teki ditanya oleh Bowo Landa mengenai
tempat membuat bocah tukang kawin, Teki terkejut.
(105) Bowo Landa : Wo...kancane, hayo sapa mau? Ganda?
Wahaha...bocah tukang kawin. Mas, nek
bocah tukang kawin kuwi nggawene neng
ndi?
Teki : Wadhuh, di sana di depan. Bar tander,
bagian bar tander. Bowo Landa : Oh di depan, oh yawis iki tak gawane. Bar
tander, jenenge bar tander?
Teki : Iya betul. (ND/01-08-15/65)
Bowo Landa : ‘O...temannya, hayo siapa tadi? Ganda?
Wahaha...anak tukang menikah. Mas, kalau
bocah tukang kawin itu membuatnya di
mana?’
Teki : ‘Aduh, di sana di depan. Bar tander, bagian
bar tander’
Bowo Landa : ‘Oh di depan, oh ya sudah ini tak bawa saja.
Bar tander, namanya bar tander? ’
Teki : ‘Ya betul.’
Subtindak tutur ekspresif meminta maaf pada kutipan (113)
data di atas terdapat pada tuturan Wadhuh, di sana di depan. Bar
tander, bagian bar tander. ‘Aduh, di sana di depan. Bar tander,
bagian bar tander.’ Tuturan tersebut dituturkan oleh Teki kepada
Bowo Landa ketika Bowo Landa bertanya tempat untuk membuat
minuman bocah tukang kawin. Teki terlihat kebingungan saat ditanya
Bowo Landa, terlihat dari raut wajah Teki yang seperti orang
ketakutan dan kebingungan. Pemarkah lingual yang menandai
subtindak tutur ekspresif meminta maaf pada tuturan tersebut adalah
kata Wadhuh ‘Aduh’.
Tuturan subtindak tutur ekspresif meminta maaf pada
kutipan (113) data di atas terjadi karena Teki merasa kaget dan
meminta maaf ketika Bowo Landa bertanya tempat untuk membuat
minuman bocah tukang kawin, sehingga jawabannya dia tuturkan
lebih dari satu kali dengan maksud untuk memberikan tekanan
jawaban kepada Bowo Landa. Teki terlihat tidak siap menjawab
pertanyaan Bowo Landa, hal itu terlihat dari Teki yang tidak langsung
menjawabnya akan tetapi memikirkan jawaban terlebih dahulu ketika
Bowo Landa melontarkan pertanyaan kepadanya.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
karyawan restoran Njah Djambon. Bowo Landa meminta maaf kepada
karyawan karena telah salah menyebut ukuran air.
(106) Bowo Landa : Oke ini beras kencur kurang lebih 50 centi.
Karyawan I : Mili.
Bowo Landa : Mili oh sorry sorry. (ND/01-08-15/66)
Bowo Landa : ‘Oke ini beras kencur kurang lebih 50
centi.’
Karyawan I : ‘Mili. ‘Mili. (mili liter).’
Bowo Landa : ‘Mili. (mili liter) oh maaf maaf.’
Subtindak tutur meminta maaf pada kutipan (114) data di
atas terdapat pada tuturan Mili oh sorry sorry. ‘Mili. (mili liter) oh
maaf maaf.’ Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo Landa karena
telah salah menyebut ukuran air. Ketika Bowo Landa menuangkan
beras kencur ke dalam gelas, Bowo Landa salah mengucapkan ukuran
air, Bowo Landa menuturkan Oke ini beras kencur kurang lebih 50
centi ‘Oke ini beras kencur kurang lebih 50 centi (centi meter)’. Pada
tuturan tersebut Bowo Landa menyebut ukuran air dengan centi (centi
meter), lalu karyawan membenarkan dengan menuturkan Mili ‘Mili
liter’. Bowo Landa meminta maaf karena telah salah menyebut ukuran
air dengan menuturkan Mili oh sorry sorry ‘Mili (mili liter) oh maaf
maaf ’. Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur meminta
maaf pada pada tuturan tersebut adalah kata sorry sorry ‘maaf maaf’.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
karyawan di restoran Njah Djambon. Bowo Landa meminta maaf
kepada karyawan karena kurang paham dengan yang diucapkan
karyawan restoran Njah Djambon.
(107) Bowo Landa : Struk?
Karyawan I : Sedhotan
Bowo Landa : Oh sedhotan...Krunguku srtuk ok, struk
barang. Gini?
Karyawan I : Ya, dah. (ND/01-08-15/67)
Bowo Landa : Struk?
Karyawan I : Sedotan
Bowo Landa : ‘Oh sedotan, saya dengarnya struk, struk
segala. Seperti ini?’
Karyawan I : ‘Ya, sudah.’
Subtindak tutur meminta maaf pada kutipan (115) data di
atas terdapat pada tuturan Oh sedhotan...Krunguku srtuk ok, struk
barang. Gini? ‘Oh sedotan, saya dengarnya struk, struk segala.
Seperti ini?’. Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo Landa karena
Bowo Landa belum paham atas jawaban karyawan Njah Djambon.
Bowo Landa tidak mengerti arti ‘Struk’ sehingga karyawan Njah
Djambon memberikan sinonim dari kata ‘Struk’ yaitu ‘Sedotan’.
Setelah karyawan Njah Djambon mengucapkan jawaban tersebut
Bowo Landa baru mengerti dan Bowo Landa meminta maaf karena
dia mendengarnya kata ‘Struk’ di mana Bowo Landa tidak mengerti
arti struk. Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif
meminta maaf pada tuturan tersebut adalah Oh sedhotan...Krunguku
srtuk ok ‘Oh sedotan, saya dengarnya struk’.
Tuturan subtindak tutur ekspresif meminta maaf pada
tuturan tersebut terjadi karena Bowo Landa tidak mengerti yang
diucapkan oleh karyawan Njah Djambon sehingga karyawan Njah
Djambon menuturkan sinonim dari kata yang dimaksud tersebut dan
Bowo Landa baru mengerti.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
Sugeng di warung makan Sambel Mbok Ti. Ketika Bowo Landa
selesai menggoreng beberapa macam ikan, Bowo Landa menaruhnya
di satu tempat. Bowo Landa tidak mengetahui jika ada tempatnya
sendiri-sendiri.
(108) Bowo Landa : Oke, ini adalah menu-menu asin-asinan
yang akan sudah ready, dan ini yang agak
tawar ya?
Sugeng : Ya, tawar sama laut ini.
Bowo Landa : Tawar sama laut. Oke ini nanti tinggal
dihidangkan ke meja? Oh ada nggone ta?
Ini bawa ke situ?
Sugeng : Ke sini. (SMT/02-08-15/36)
Bowo Landa : ‘Oke, ini adalah menu-menu asin-asinan
yang akan sudah siap, dan ini yang tawar
ya?’
Sugeng : Ya, tawar sama laut ini.
Bowo Landa : ‘Tawar sama laut. Oke ini nanti tinggal
dihidangkan ke meja? Oh ada tempatnya?
Ini bawa ke situ?’
Sugeng : Ke sini.
Subtindak tutur ekspresif meminta maaf pada kutipan (116)
data di atas terdapat pada tuturan Tawar sama laut. Oke ini nanti
tinggal dihidangkan ke meja? Oh ada nggone ta? Ini bawa ke situ?
‘Tawar sama laut. Oke ini nanti tinggal dihidangkan ke meja? Oh ada
tempatnya? Ini bawa ke situ?’. Tuturan meminta maaf tersebut
dituturkan oleh Bowo Landa yang ditujukan kepada Sugeng. Ketika
Bowo Landa selesai menggoreng beberapa macam ikan, Bowo Landa
menaruhnya di satu tempat. Bowo Landa tidak mengetahui jika ikan
yang tawar dan asin ada tempatnya sendiri-sendiri. Bowo Landa
meminta maaf atas ketidaktahuannya. Pemarkah lingual yang
menandai subtindak tutur ekspresif meminta maaf pada tuturan
tersebut adalah Oh ada nggone ta? Ini bawa ke situ? ‘Oh ada
tempatnya? Ini bawa ke situ?’. Tuturan subtindak tutur ekspresif
meminta maaf pada kutipan (116) data di atas terjadi karena
ketidaktahuan Bowo Landa jika tempat untuk ikan yang asin dan ikan
yang tawar adalah berbeda.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan
Sugeng di Warung makan Sambel Mbok Ti. Bowo Landa mengira
bahwa jeruk yang digunakan campuran membuat sambal di Sambel
Mbok Ti adalah jeruk yang biasa dipakai untuk membuat minuman.
Bowo Landa bertanya kepada Sugeng, bahwa ternyata jeruk tersebut
memang jeruk khusus untuk sambal.
(109) Sugeng : Jeruk sambel.
Bowo Landa : Emang jeruk khusus nggo sambel ngono
ya. Wo..ya kita campur dengan jeruknya.
Wah wah..ini dia sudah siap.
Sugeng : Belum. (SMT/02-08-15/38)
Sugeng : ‘Jeruk sambal.’
Bowo Landa :‘Memangnya jeruk khusus buat sambal
begitu ya. O..ya kita campur dengan
jeruknya. Wah wah..ini dia sudah siap.’
Sugeng : Belum.
Subtindak tutur ekspresif meminta maaf pada kutipan (117)
data di atas terdapat pada tuturan Emang jeruk khusus nggo sambel
ngono ya. Wo..ya kita campur dengan jeruknya. Wah wah..ini dia
sudah siap. ‘Memangnya jeruk khusus buat sambal begitu ya. O..ya
kita campur dengan jeruknya. Wah wah..ini dia sudah siap.’ Tuturan
tersebut dituturkan oleh Bowo Landa yang ditujukan kepada Sugeng.
Bowo Landa mengira bahwa jeruk yang digunakan campuran
membuat sambel di Sambel Mbok Ti adalah jeruk yang biasa dipakai
untuk membuat minuman. Bowo Landa bertanya kepada Sugeng,
bahwa ternyata jeruk tersebut memang jeruk khusus untuk sambal.
Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur meminta maaf pada
tuturan tersebut adalah Emang jeruk khusus nggo sambel ngono ya
‘Memangnya jeruk khusus buat sambel begitu ya’.
Tuturan yang mengandung subtindak tutur ekspresif meminta
maaf pada kutipan (117) data di atas bermula dari pertanyaan Bowo
Landa mengenai jeruk yang digunakan sebagai campuran dalam
Sambel Mbok Ti, Bowo Landa mengira bahwa jeruk tersebut sama
dnegan jeruk yang digunakan untuk membuat minuman, padahal
berbeda.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Pak
Bardo. Pada saat Bowo Landa sedang berbicara kepada pemirsa, Pak
Bardo melihat Bowo Landa dengan seksama, karena Bowo Landa
merasa tidak nyaman maka Bowo Landa menegur Pak Bardo dengan
menyuruhnya agar tidak memandanginya.
(110) Bowo Landa : Yah...Preman Pawon. Kita ketemu lagi
badhoger-badhoger, saat ini..ngapunten
mang ningali mrika. Hnah...jenengan
ampun ningali kula, kaya artis wae ta.
Yah..ini saat ini saya dengan sahabat pena
saya ternyata, ada Bapak?
Pak Bardo : Bardo. (SMT/02-08-15/39)
Bowo Landa : ‘Ya...Preman Pawon. Kita bertemu lagi
badhoger-badhoger, saat ini..maaf silakan
melihat ke sana. Nah....Anda jangan
melihat saya, seperti artis saja. Yah...ini
saat ini saya dengan sahabat pena saya
ternyata, ada Bapak?’
Pak Bardo : Bardo.
Subtindak tutur ekspresif meminta maaf pada kutipan (118)
data di atas terdapat pada tuturan Yah...Preman Pawon. Kita ketemu
lagi badhoger-badhoger, saat ini..ngapunten mang ningali mrika.
Hnah...jenengan ampun ningali kula, kaya artis wae ta. Yah..ini
saat ini saya dengan sahabat pena saya ternyata, ada Bapak?
‘Ya...Preman Pawon. Kita bertemu lagi badhoger-badhoger, saat
ini..maaf silakan melihat ke sana. Nah....Anda jangan melihat saya,
seperti artis saja. Yah...ini saat ini saya dengan sahabat pena saya
ternyata, ada Bapak?’. Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo Landa
yang meminta maaf kepada Pak Bardo. Pada saat Bowo Landa sedang
berbicara kepada pemirsa, Pak Bardo melihat Bowo landa dengan
seksama, karena Bowo Landa merasa tidak nyaman maka Bowo
Landa menegur Pak Bardo dengan menyuruhnya agar tidak
memandanginya. Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur
ekspresif meminta maaf pada tuturan di atas adalah Ngapunten
‘Maaf’.
Tuturan yang mengandung subtindak tutur ekspresif meminta
maaf pada kutipan (118) data di atas terjadi atas rasa tidak nyaman
Bowo Landa karena diperhatikan oleh Pak Bardo dengan seksama.
Kata Ngapunten ‘Maaf’ dipilih Bowo Landa dalam tuturan tersebut
karena untuk menghormati Pak Bardo yang tingkat usianya lebih
tinggi dibandingkan Bowo Landa.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Pak
Bardo di warung makan Sambel Mbok Ti. Bowo Landa meminta maaf
telah salah memanggil Pak Bardo, yang seharusnya Bardo akan tetapi
sejak dari tadi (saat bersama Sugeng) Bowo Landa memanggilnya
dengan Pak Ba’do.
(111) Bowo Landa : Oh oh Bardo ta?
Pak Bardo : Iya.
Bowo Landa : Oh... krunguku Ba’do ket mau, Bardo. Kae
mau Sugeng riyadi, iki Bardo. Mas Bardo,
Pak Bardo ini adalah selaku napa Pak?
Pak Bardo : Saya sebagai pengawas di sini dan juga
yang punya Sambel Mbok Ti. (SMT/02-08-
15/40)
Bowo Landa : ‘Oh oh Bardo ya?’
Pak Bardo : ‘Ya.’
Bowo Landa : ‘Oh saya dengarnya Ba’do dari tadi, Bardo.
Tadi Sugeng riyadi, ini Bardo. Mas Bardo,
Pak Bardo ini adalah selaku apa Pak? ’
Pak Bardo : Saya sebagai pengawas di sini dan juga
yang punya Sambel Mbok Ti.
Subtindak tutur ekspresif meminta maaf pada kutipan (119)
data di atas terdapat pada tuturan Oh... krunguku Ba’do ket mau,
Bardo. Kae mau Sugeng riyadi, iki Bardo. ‘Oh saya dengarnya Ba’do
dari tadi, Bardo. Tadi Sugeng riyadi, ini Bardo.’ Tuturan tersebut
dituturkan oleh Bowo Landa kepada Pak Bardo. Bowo Landa
meminta maaf telah salah memanggil Pak Bardo, yang seharusnya
Bardo akan tetapi sejak dari tadi (saat bersama Sugeng) Bowo Landa
memanggilnya dengan Pak Ba’do. Bowo Landa merasa pada saat
bertanya kepada Sugeng, Bowo Landa dengarnya adalah Pak Ba’do.
Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif meminta
maaf pada tuturan tersebut adalah kata Oh... ‘Oh...’ pada Oh...
krunguku Ba’do ket mau, Bardo. Kae mau Sugeng riyadi, iki Bardo
‘Oh saya dengarnya Ba’do dari tadi, Bardo. Tadi Sugeng riyadi, ini
Bardo’ yang diucapkan oleh Bowo Landa dengan nada panjang.
Pengucapan kata Oh... ‘Oh...’ dengan nada panjang pada tuturan
tersebut memiliki arti penyesalan dan permintaan maaf atas kesalahan
Bowo Landa.
Tuturan subtindak tutur ekspresif meminta maaf pada kutipan
(119) data di atas terjadi karena ketidaktahuan Bowo Landa karena
kurang memperhatikan saat Sugeng berbicara sehingga saat Sugeng
mengucapkan Pak Bardo, Bowo Landa mendengarnya Pak Ba’do.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Boy di
Kedai Kopi Ndomblong. Ketika Bowo Landa memanggil Boy dengan
barista, Boy menolaknya karena merasa panggilan tersebut tidak pantas
untuknya. Bowo Landa meminta maaf atas hal tersebut.
(112) Bowo Landa : Oh yowis jenengan pindhah mrika. Saat
ini saya dengan Mas Boy, selaku barista.
Boy : Wah jangan barista Mas.
Bowo Landa : Lha apa?
Boy : Kedhuwuren.
Bowo Landa : Oh kedhuwuren? Sebagai ownernya.
Boy : Jiaa.. lha kok saya dhuwur Mas?
Bowo Landa : Lha kowe dhuwur og.
Boy : Tukang gawe kopi. (KKN/20-09-15/48)
Bowo Landa : ‘Oh ya sudah Anda pindah ke sana. Saat
ini dengan Mas Boy selaku barista.’
Boy : Wah jangan barista Mas.
Bowo Landa : Lha apa?
Boy : ‘Terlalu tinggi.’
Bowo Landa : ‘Terlalu tinggi? Sebagai pemiliknya.’
Boy : ‘Jiaa...lha kok semakin tinggi Mas?’
Bowo Landa : ‘Lha kamu tinggi.’
Boy : ‘Tukang membuat kopi’
Subtindak tutur ekspresif meminta maaf pada kutipan (120)
data di atas terdapat pada tuturan Oh kedhuwuren? Sebagai
ownernya. ‘Terlalu tinggi? Sebagai pemiliknya’. Tuturan tersebut
dituturkan oleh Bowo Landa yang ditujukan kepada Boy. Biasanya di
dalam sebuah kedai kopi, pembuat kopi lebih akrab dipanggil dengan
panggilan barista, akan tetapi ketika panggilan tersebut ditujukan
Bowo Landa kepada Boy, Boy menolaknya karena merasa panggilan
itu terlalu tinggi dan tidak pantas untuknya. Boy meminta maaf atas
hal tersebut dan menggantinya dengan panggilan owner ‘pemilik’.
Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif meminta
maaf pada tuturan tersebut adalah Oh kedhuwuren? Sebagai
ownernya. ‘Oh terlalu tinggi? Sebagai ownernya.’ Kata Oh
kedhuwuren? ‘Oh terlalu tinggi?’ pada tuturan tersebut dituturkan
Bowo Landa dengan ekspresi kaget karena tidak tahu jika Boy akan
menolak ketika dipanggil barista oleh Bowo Landa. Bowo Landa
mengulang jawaban Boy (pada tuturan sebelumnya) yang mengartikan
Bowo Landa merasa salah dan tidak tahu jika Boy akan menolak
ketika dipanggil barista.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Boy
di Kedai Kopi Ndomblong. Ketika Bowo Landa dan Boy akan
memasak kopi, Bowo Landa memainkan panci yang akan digunakan
untuk memasak kopi. Boy melarangnya dan Bowo Landa meminta
maaf atas tindakannya.
(113) Bowo Landa : Ini a..ya... ini namanya net pingpong.
Ya..ini mase ya lucu tenana. Terus kita
sumet.
Boy : Sumet. Boleh. Wa... jebol tenan iki Mas.
Ampun ngono mas. Nganggo a...
Bowo Landa : Wo.. nganggo iki? Wa...ora weruha. Mau
soale ya wong Jawa. Aja ngomong, fals
ngko. Oke kita ngenteni iku umup terus apa
meneh sing dicepakke.
Boy : Kopi sama gulanya. (KKN/20-09-15/49)
Bowo Landa : ‘Ini a...ya... ini namanya net pingong.
Ya..ini masnya juga lucu sekali. Lalu kita
nyalakan.’
Boy : ‘Boleh. Wa.. jebol ini nanti Mas. Jangan
seperti itu Mas. Pakai a...’
Bowo Landa : ‘O.. pakai ini? Wa...tidak lihat. Tadi soalnya
ya orang Jawa. Jangan bicara, nanti fals. Oke
kita menunggu itu mendidih lalu apa lagi
yang disiapkan?’
Boy : Kopi sama gulanya.
Subtindak tutur ekspresif meminta maaf pada kutipan (121)
data di atas terdapat pada tuturan Wo... nganggo iki? Wa...ora
weruha. Mau soale ya wong Jawa. Aja ngomong, fals ngko. Oke
kita ngenteni iku umup terus apa meneh sing dicepakke. ‘O Pakai
ini? Wa...tidak lihat. Tadi soalnya ya orang Jawa. Jangan bicara, nanti
fals. Oke kita menunggu itu mendidih lalu apa lagi yang disiapkan?’.
Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo Landa kepada Boy. Ketika
Bowo Landa dan Boy akan memasak kopi, Bowo Landa memainkan
panci yang akan digunakan untuk memasak kopi. Boy melarangnya
dan Bowo Landa meminta maaf karena Bowo Landa tidak melihat
jika panci tersebut akan digunakan untuk memasak kopi. Pemarkah
lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif meminta maaf pada
tuturan tersebut adalah Wa...ora weruha. ‘Wa...tidak lihat’. Wa...
‘Wa...’pada Wa...ora weruha ‘Wa...tidak lihat’ dituturkan Bowo
Landa dengan nada panjang yang mengartikan bahwa Bowo Landa
bersalah karena tidak mengetahui jika panci tersebut akan digunakan
untuk memasak kopi. Tuturan tersebut terjadi karena humor yang
dilakukan oleh Bowo Landa yang memainkan panci sebagai raket
untuk bermain pingpong.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Boy
di Kedai Kopi Ndomblong. Ketika Bowo Landa menanyakan kepada
Boy, bahwa kopi tersebut belum diberi gula, Boy menjawab ‘tidak’
karena Bowo Landa tadi ingin kopi yang pahit.
(114) Bowo Landa : Iki? Lha iki durung dikeki gulaa?
Boy : Jarene mau pengin sing pait pait?
Bowo Landa : Oh yowis...ben ngrasakke paite donya karo
paite kopi. Oke, nek pengin manis tinggal
dikasih gula. Kalau pengin yang pait tinggal
ngopi sambil ngaca mbok, emmm. (KKN/20-
09-15/50)
Bowo Landa : ‘Ini? Lha ini belum dikasih gula?’
Boy : ‘Katanya tadi ingin yang pahit?’
Bowo Landa : ‘Oh ya sudah...agar merasakan pahitnya
dunia dengan pahitnya kopi. Oke, kalau ingin
yang manis tinggal dikasih gula. Kalau ingin
yang pahit tinggal minum kopi sambil ngaca,
emmm.’
Subtindak tutur ekspresif meminta maaf pada tuturan pada
kutipan (122) data di atas terdapat pada tuturan Oh yowis...ben
ngrasakke paite donya karo paite kopi. Oke, nek pengin manis
tinggal dikasih gula. Kalau pengin yang pait tinggal ngopi sambil
ngaca mbok, emmm. ‘Oh ya sudah...agar merasakan pahitnya dunia
dengan pahitnya kopi. Oke, kalau ingin yang manis tinggal dikasih
gula. Kalau ingin yang pahit tinggal minum kopi sambil ngaca,
emmm’. Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo Landa kepada Boy
yang meminta maaf dengan menerima pernyataan yang dituturkan
oleh Boy. Ketika Bowo Landa menanyakan kepada Boy, bahwa kopi
tersebut belum diberi gula, Boy menjawab tidak karena Bowo Landa
tadi saat ditanya Boy menginginkan kopi yang pahit. Pemarkah
lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif meminta maaf pada
tuturan tersebut adalah Oh yowis... ‘Oh ya sudah’. Bowo Landa
mengekspresikan permintaan maafnya dengan menerima pernyataan
Boy dan dia sambil berhumor dengan menuturkan ben ngrasakke
paite donya karo paite kopi. ‘agar merasakan pahitnya dunia dengan
pahitnya kopi’.
Tuturan subtindak tutur ekspresif meminta maaf pada tuturan
pada kutipan (122) data di atas terjadi karena Bowo Landa yang lupa
dengan pembicaraanyanya dengan Boy di awal megenai pembuatan
kopi yang pahit akan tetapi pada saat membuat kopi Bowo Landa
menanyakan lagi mengenai kopi yang belum dikasih gula kepada Boy.
Tabel 6. Subtindak Tutur Ekspresif Meminta Maaf dalam Program Acara Preman
Pawon di TATV
No Acara
Preman
Pawon
Episode
Nomor Data Pemarkah Lingual Bentuk dan
Jenis
1. Njah
Djambon
(ND/01-08-15/64) Sorry. ‘Maaf.’ Verba
2. (ND/01-08-15/65) Wadhuh. ‘Aduh.’ Interjeksi
3. (ND/01-08-15/66) Sorry sorry. ‘Maaf maaf.’ Verba
4. (ND/01-08-15/67) Oh sedhotan...Krunguku struk
ok. ‘Oh sedotan, saya
dengarnya struk.’
Konteks sosial
5. Kedai Kopi
Ndomblong
(SMT/02-08-15/36)
Oh ada nggone ta? Ini bawa
ke situ? ‘Oh ada tempatnya?
Ini bawa ke situ?’
Konteks fisik
6. (SMT/02-08-15/37) Aku ra mudheng berarti, sorry
lho. ‘Saya tidak tahu berarti,
maaf.’
Verba
7. (SMT/02-08-15/38)
Emang jeruk khusus nggo
sambel ngono ya. Wo..ya kita
campur dengan jeruknya. Wah
wah..ini dia sudah siap.
‘Memangnya jeruk khusus buat
sambal begitu ya. O..ya kita
campur dengan jeruknya. Wah
wah..ini dia sudah siap.’
Konteks fisik
8. (SMT/02-08-15/39) Ngapunten. ‘Maaf.’ Verba
9. (SMT/02-08-15/40)
Oh... krunguku Ba’do ket mau,
Bardo. Kae mau Sugeng riyadi,
iki Bardo. ‘Oh saya dengarnya
Ba’do dari tadi, Bardo. Tadi
Interjeksi
Sugeng riyadi, ini Bardo.’
10. Kedai Kopi
Ndomblong
(KKN/20-09-15/48)
Oh kedhuwuren? Sebagai
ownernya. ‘Terlalu tinggi?
Sebagai pemiliknya.’
Interjeksi
11. (KKN/20-09-15/49)
Waa...ora weruha.
‘Waa...tidak lihat.’
Interjeksi
12. (KKN/20-09-15/50) Oh yowis... ‘Oh ya sudah.’ Interjeksi
B. Subtindak Tutur Ekspresif yang Paling Dominan dalam
Program Acara Preman Pawon.
Berdasarkan pengklasifikasian data tindak tutur ekspresif yang
menggunakan teori Searle, dalam acara Preman Pawon ini ditemukan 6 jenis
subtindak tutur ekspresif. Keenam subtindak tutur ekspresif tersebut adalah
memuji, mengritik, mengeluh, mengucapkan terima kasih, mengucapkan
selamat, dan meminta maaf. Jumlah masing- masing subtindak tutur ekspresif
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7. Jumlah Subtindak Tutur Ekspresif dalam Program Acara Preman
Pawon di TATV.
No. PP
Episode
Sub
TTE
Memuji
Sub TTE
Mengritik
Sub TTE
Mengeluh
Sub
TTE
Meng-
ucapkan
Selamat
Sub
TTE
Meng-
ucapkan
Terima
Kasih
Sub TTE
Me-
minta Maaf
1. NJ 31 22 2 3 5 4
2. SMT 12 15 3 1 4 5
3. KKN 19 19 5 - 4 3
Jumlah 62 56 10 4 13 12
Tabel 8. Persentase Penggunaan Subtindak Tutur Ekspresif dalam Program
Acara Preman Pawon di TATV.
No Sub Tindak Tutur Ekspresif Jumlah Persentase
1. Memuji 62 39,5%
2. Mengritik 56 35,7%
3. Mengeluh 10 6,4%
4. Mengucapkan Selamat 4 2,5%
5. Mengucapkan Terima Kasih 13 8,3%
6. Meminta Maaf 12 7,6%
Total 157 100%
Berdasarkan tabel di atas, dalam program acara Preman Pawon
ditemukan 153 tuturan mengandung tindak tutur ekspresif yang terbagi ke
dalam 6 subtindak tutur ekspresif, yakni subtindak tutur ekspresif memuji
62 data (39,5%), subtindak tutur ekspresif mengritik 56 data (35,7%),
subtindak tutur ekspresif mengeluh 10 data (6,4%), subtindak tutur
mengucapkan selamat 4 data (2,5%), subtindak tutur ekspresif
mengucapkan terima kasih 13 data (8,3%), dan subtindak tutur ekspresif
meminta maaf 12 data (7,6%).
Subtindak tutur ekspresif memuji merupakan subtindak tutur
ekspresif yang paling dominan penggunaannya dalam program acara
Preman Pawon dengan 62 data (39,5%). Tuturan ekspresif memuji banyak
dituturkan oleh Bowo Landa. Hal ini karena Bowo Landa dalam acara
Preman Pawon berperan sebagai host (pembawa acara) yang bertugas
untuk mencari informasi sedetail-detailnya mengenai makanan dan
minuman yang khas dari sebuah tempat makan. Pemarkah lingual yang
paling dominan dari subtindak tutur ekspresif memuji adalah interjeksi
kekaguman atau keheranan wah dan variasinya seperti wuih, wa..., wih,
wuah, dan wah wah.. .
Tuturan memuji tidak hanya dapat dinyatakan secara standar,
tetapi dapat juga dinyatakan dengan intensitas yang lebih tinggi misalnya
dengan menggunakan kata baik (Wahyudi, 2012: 349). Tujuan dari
memuji ini yaitu untuk mengekspresikan rasa bangga serta kagum
terhadap mitra tutur. Bowo Landa memberikan pujian kepada mitra
tuturnya dengan tujuan agar mitra tutur merasa senang dan bangga
terhadap apa yang sudah dilakukan dan dicapainya, sementara
menyenangkan orang lain sejalan dengan tujuan sosial. Dengan demikian
dampaknya dapat diprediksi bahwa mitra tutur yang dipuji akan merasa
dihargai dan diapresiasi terhadap yang dilakukannya sehingga
menimbulkan perasaan senang dan bangga. Karena pada fungsi
menyenangkan, kesantunan lebih bersifat positif. Fungsi menyenangkan
ini digunakan untuk memperhalus tuturan dan menyenangkan pihak mitra
tutur sehingga pada akhirnya akan menguatkan prinsip kerukunan
(Rahadini, 2014: 141). Hal tersebut sejalan dengan program acara Preman
Pawon yang memiliki tema wisata kuliner, di mana Bowo Landa berperan
sebagai host (pembawa acara) yang bertamu ke sebuah tempat makan.
Sebagai tamu sudah sepantasnya untuk menjunjung kesopanan dan
kesantunan terhadap pemilik tempat makan khususnya, sehingga host
banyak menuturkan tuturan dengan tujuan untuk menyenangkan mitra
tutur. Tuturan ekspresif pada subtindak tutur memuji dengan tujuan untuk
menyenangkan mitra tutur cenderung memiliki nilai kesantunan tinggi
karena apa yang dinyatakan atau disebutkan dalam tuturan dapat
menyenangkan perasaan mitra tutur atau memberi keuntungan pihak mitra
tutur.
Dalam program acara Preman Pawon, dominasi penggunaan
tuturan memuji terjadi berdasarkan kondisi psikologis yang dialami
penutur saat mengetahui menu khas dari sebuah tempat makan yang
didatanginya, saat merasakan menu makanan/minuman, bahan-bahan yang
dipakai dalam pembuatan menu makanan/minuman, rasa kekaguman dan
keheranan atas keadaan tempat makan yang bagus, menu-menu makanan
yang enak dan unik, keahlian yang dimiliki oleh karyawan tempat makan
dalam memasak, dan mitra tutur yang telah bersikap baik kepadanya saat
berada di setiap tempat makan yang menjadi target dalam wisata
kulinernya. Bowo Landa banyak memuji apa saja yang ada di tempat
makan yang didatanginya, terlebih lagi masalah makanan, ia tidak pernah
mencela rasa menu makanan dan minuman yang ada di tempat makan
yang didatanginya. Hal tersebut karena Bowo Landa menyadari ia sebagai
tamu harus menjunjung tinggi kehormatan tempat makan yang
didatanginya dalam perjalanan wisata kulinernya.
Bowo Landa berusaha menyenangkan hati mitra tuturnya agar
maksud yang akan disampaikan dapat diterima oleh mitra tutur. Salah satu
cara yang dilakukannya adalah dengan meninggikan mitra tutur dari
keadaan sebenarnya (memuji yang berlebihan). Tuturan memuji Bowo
Landa banyak disampaikan dengan bahasa langsung. Tindak tutur
langsung terjadi apabila kalimat berita difungsikan secara konvensional
untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat
perintah untuk menyuruh (Wijana, 1966:30). Hal ini sejalan dengan
maksud dari acara Preman Pawon yaitu untuk mengetahui informasi
secara detail tentang menu makanan dan minuman yang khas dari sebuah
tempat makan. Seperti nama acaranya, host, yakni Bowo Landa dalam
acara Preman Pawon ini berpenampilan seperti preman. Penampilan
Bowo Landa yang berdandan seperti preman dalam acara ini adalah untuk
mendukung nama acara ini sendiri. Meskipun berpenampilan seperti
preman akan tetapi Bowo Landa masih bisa bersikap sopan dan santun.
Pada program acara Preman Pawon di TATV ini host, yakni
Bowo Landa sering menyelipkan humor dalam tuturan-tuturannya. Hal
tersebut merupakan ciri khas dari acara Preman Pawon ini. Gaya Bowo
Landa yang tampil apa adanya dan sikap konyol yang ia tampilkan
menghasilkan tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif yang
menggunakan bahasa Jawa informal. Dalam program acara Preman
Pawon yang mengusung tema wisata kuliner, Bowo Landa sebagai tamu
di setiap tempat makan yang dikunjunginya selalu berusaha untuk
menampakkan sikap sopan santun, dan memuji merupakan cara efektif
untuk mewujudkan tujuan berkomunikasi yaitu keharmonisan hidup
dengan sesama. Dengan memberikan pujian maka sama halnya
memberikan kesenangan juga terhadap orang lain. Sehingga dapat
dikatakan bahwa semakin penutur memberikan pujian, semakin senang
yang mitra tutur rasakan (Qani’ah, 2014: 28).
Dalam kaitannya dengan fungsi sosial, tujuan-tujuan sosial
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Isi tuturan yang
menyebabkan mitra tutur merasa senang akan menyelamatkan kerukunan
antara penutur dan mitra tutur, misalnya seperti pada subtindak tutur
ekspresif memuji.
Subtindak tutur ekspresif yang dominan kedua setelah subtindak
tutur ekspresif memuji dalam program acara Preman Pawon adalah
subtindak tutur ekspresif mengritik dengan 56 data (35,7%). Tuturan
Bowo Landa dalam program acara Preman Pawon ini tentu saja tidak
terlepas dari tindak tutur ekspresif mengritik, karena dalam meminta
informasi mengenai menu makanan dan minuman yang disajikan sebuah
tempat makan, Bowo Landa bisa saja memuji juga mengritik pandangan
mitra tuturnya maupun kondisi yang saat itu disaksikannya. Subtindak
tutur mengritik merupakan salah satu tindak tutur ekspresif yang memiliki
potensi dalam menjatuhkan mitra tuturnya, namun tidak semua orang
dapat menerima kritikan yang dilontarkannya.
Kritik bisa saja langsung muncul ketika orang lain berbicara, dan
orang yang berhak mengeluarkan kritik tidak ada pengecualian apakah ia
pemimpin, berpendidikan tinggi atau rendah, pekerja atau pengangguran,
orang kaya atau miskin, karena sikap mengritik menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari personalitas seseorang. Orang yang menyampaikan kritik
bisa saja ketika melihat sesuatu yang tidak teratur, merasakan makanan
yang kurang enak, atau berbagai situasi termasuk ketika mendengar ide
baru.
Pada subtindak tutur ekspresif mengritik, penggunaan kesantunan
cenderung bersifat menurun karena evaluasi yang diungkapkan penutur
melalui tindak tutur ekspresif bersifat memberikan kerugian di pihak mitra
tutur atau bahkan menyakiti perasaan mitra tutur (Rahadini, 2014:142).
Bowo Landa dalam menyampaikan kritik kepada mitra tuturnya terkadang
menggunakan bahasa yang kasar dengan maksud untuk mengejek. Dalam
proses pembuatan makanan atau minuman dan wawancaranya dengan
pemilik tempat makan, Bowo Landa banyak menuturkan tuturan mengritik
karena Bowo Landa bermaksud untuk mengetahui sedetail-detailnya
mengenai masakan tersebut.
Tuturan mengritik banyak dituturkan atas dasar rasa ingin tahu
Bowo Landa dan karena melihat/mengalami hal-hal atau sesuatu yang
belum pernah dilihat atau diketahuinya, seperti saat mengetahui nama
menu makanan atau minuman yang aneh dan sikap mitra tutur yang
merugikannya. Bowo Landa banyak mengritik berdasarkan pada
pengetahuan yang selama ini diketahuinya, jadi banyak hal-hal yang
dilakukan mitra tutur dan Bowo Landa belum pernah mengetahui hal itu
sebelumnya.
Program acara Preman Pawon menyajikan informasi tentang
menu makanan dan minuman yang unik dan khas dari sebuah tempat
makan yang mengundang rasa penasaran baik host maupun pemirsanya
sehingga tuturan mengritik banyak dituturkan. Dominasi tuturan mengritik
dilakukan oleh Bowo Landa karena dalam acara ini Bowo Landa berperan
sebagai host yang sedang melakukan perjalanan wisata kuliner yang
mencari tempat makan dengan tujuan untuk mengetahui makanan atau
minuman yang khas dari tempat makan tersebut. Tidak hanya mengetahui
nama dari makanan atau minuman yang khas saja akan tetapi juga bahan-
bahan yang dibutuhkan untuk membuat menu makanan/minuman, proses
pembuatan masakan, pemilihan nama tempat makan dan sejarah adanya
tempat makan tersebut.
Tuturan mengritik yang dituturkan Bowo Landa banyak
disampaikan pada saat pembuatan makanan maupun minuman dan atas
nama tempat makan tersebut. Bowo Landa sebagai host acara Preman
Pawon kepada mitra tutur yang baru ditemuinya di setiap tempat makan
memiliki tingkat keakraban yang tinggi, tuturan ekspresif yang
disampaikannya seringkali menggunakan tingkat tutur dengan bahasa
Jawa Ngoko.
Penyampaian kritik tersebut lebih banyak disampaikan secara
langsung karena dalam menyampaikan pesan pada bentuk kritikan lebih
terasa sampai ke poin-poin permasalahannya, dikarenakan ada intonasi
suara yang mendukung sampai atau tidaknya pesan tersebut kepada orang
yang kita kritik, apalagi juga didukung dengan pemakaian intonasi.
Dengan demikian penyampaian pesan dalam bentuk tuturan langsung akan
sampai kepada lawan bicara kita, akan lebih jelas dan lebih mengena
kepada tujuan yang diinginkan penutur. Dominasi tuturan mengritik
banyak disampaikan pada konteks fisik dan sosial. Konteks fisik (physical
context) merupakan konteks tuturan yang meliputi tempat terjadinya
pemakaian bahasa, objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi, dan
tindakan para partisipan dalam peristiwa komunikasi, sedangkan konteks
sosial (social context) yaitu relasi sosial yang melengkapi hubungan antara
penutur dengan mitra tutur.
Penggunaan subtindak tutur ekspresif mengeluh, mengucapkan
terima kasih, dan meminta maaf relatif sama yakni subtindak tutur
ekspresif mengeluh 10 data (6,4%), subtindak tutur ekspresif
mengucapkan terima kasih 13 data (8,3%), dan subtindak tutur ekspresif
meminta maaf 12 data (7,6%). Subtindak tutur ekspresif mengeluh banyak
disampaikan oleh Bowo Landa karena mengeluhkan keadaan yang
dialaminya dan atas perilaku yang dilakukan oleh mitra tuturnya.
Penggunaan tuturan mengucapkan terima kasih dituturkan ketika Bowo
Landa merasakan rasa syukur atas kebaikan yang dilakukan oleh mitra
tuturnya, sedangkan tuturan meminta maaf dituturkan atas ketidaksesuaian
tindakan antara harapan mitra tutur dengan apa yang dilakukan oleh Bowo
Landa.
Subtindak tutur mengucapkan selamat ditemukan 4 data (2,5%),
dalam program acara Preman Pawon subtindak tutur mengucapkan
selamat disampaikan penutur kepada mitra tutur sebagai ungkapan sapaan,
bukan selamat atas dasar keberhasilan mencapai sesuatu. Searle dalam
bukunya The Philosophy of Language, 1996:148 memberikan contoh
tindak tutur ekspresif mengucapkan selamat yakni I congratulate you on
winning the race (congratulations on winning the race) ‘Saya
mengucapkan selamat atas memenangkan perlombaan (selamat atas
kemenangan balapan)’. Contoh yang diberikan Searle merupakan
subtindak tutur ekspresif mengucapkan selamat atas keberhasilan, akan
tetapi dalam penelitian ini menemukan subtindak tutur ekspresif
mengucapkan selamat yang mirip dengan tujuan untuk menyapa seperti
frasa fatis ‘selamat sore’ dan ‘selamat datang’.
C. Faktor yang Melatarbelakangi Subtindak Tutur Ekspresif
dalam Program Acara Preman Pawon.
Pragmatik merupakan kajian bahasa yang terkait konteks.
Sebuah tuturan dapat digunakan untuk menyampaikan beberapa maksud
dan sebaliknya, satu maksud dapat disampaikan dengan beraneka ragam
tuturan. Hal itu dipengaruhi oleh konteks yang melingkupi tuturan itu.
Dalam penyampaiannya, sebuah tindak tutur dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang melatarbelakangi. Baik dari penutur dan mitra tutur sendiri,
maupun dari luar seperti konteks tuturan dan kesantunan. Imam Syafi’i
(sebagaimana dikutip oleh Hamid Hasan Lubis, 1993:58) (dalam
Sumarlam, 2013:77) membedakan empat macam konteks pemakaian
bahasa, yaitu konteks fisik, konteks epistemik, konteks linguistik, dan
konteks sosial. Dalam program acara Preman Pawon di TATV, faktor-
faktor yang melatarbelakangi tindak tutur ekspresif adalah sebagai berikut.
1. Konteks Fisik (Physical Context)
Konteks fisik (physical context) merupakan konteks tuturan
yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa, objek yang
disajikan dalam peristiwa komunikasi, dan tindakan para partisipan
dalam peristiwa komunikasi itu. Tindak tutur ekspresif yang terjadi
karena faktor konteks fisik tampak pada data berikut.
(115) Riko : Niki enten japlakane, tenang. Mangkih ditranslate
setunggal-setunggal.
Bowo Landa : Wah anu we Mas, kene sing wedang umup apa
biasane ngono? Tak nggone grujukan
dhewe ngono. Riko : Hahaha. (KKN/20-09-15/22)
Riko : ‘Ini ada contekannya, tenang. Nanti ditranslate
satu-satu.’
Bowo Landa : ‘Wah itu saja Mas, di sini yang air mendidih apa
biasanya? Saya akan pakai untuk menyiram
saya sendiri seperti itu.’
Riko : Hahaha.
Tindak tutur ekspresif pada kutipan data (123) di atas
termasuk subtindak tutur ekspresif mengritik. Percakapan terjadi
antara Bowo Landa (penutur) dengan Riko (mitra tutur) di Kedai Kopi
Ndomblong. Tuturan bermula ketika Bowo Landa melihat buku menu
Kedai Kopi Ndomblong, Bowo Landa tidak bisa membacanya. Riko
memberikan solusi dan Bowo Landa mengritiknya. Bowo Landa tidak
bisa membaca buku menu tersebut karena buku menu tersebut
menggunakan tulisan aksara Jawa. Riko memberikan solusi agar
Bowo Landa tidak khawatir lagi. Riko mengatakan bahwa ada
contekannya, jadi yang tidak bisa membaca aksara Jawa bisa sekaligus
belajar. Bowo Landa tidak mengatakan secara langsung
ketidaksetujuannya atas solusi yang diberikan oleh Riko akan tetapi
Bowo Landa berkata Wah anu we Mas, kene sing wedang umup apa
biasane ngono? Tak nggone grujukan dhewe ngono. ‘Wah itu saja
Mas, di sini yang air mendidih apa biasanya? Saya akan pakai untuk
menyiram saya sendiri seperti itu’.
Bowo Landa berkata seperti itu karena Bowo Landa merasa
tidak sanggup jika harus menranslate tulisan yang menggunakan
aksara Jawa di buku menu Kedai Kopi Ndomblong ketika akan
memesan minuman. Riko pun juga mengetahui hal tersebut. Riko
mengetahui jika Bowo Landa tidak sanggup dan merasa menyerah
jika harus menranslate tulisan yang menggunakan aksara Jawa, Riko
menjawabnya hanya dengan tertawa mengejek. Tindak tutur ekspresif
yang terjadi karena faktor konteks fisik juga tampak pada data berikut.
(116) Bowo Landa : Beras kencur..nah ini nek.
Karyawan : Kira-kira 20 mili.
Bowo Landa : Nek bahasa kaya bocah tukang kawin apa ki
jenenge mbak? Karyawan : Hehehe.
Bowo Landa : Hehehe ora seneng kawin ya? Hehe iya kok.
(ND/01-08-15/50)
Bowo Landa : ‘Beras kencur..nah ini kalau.’
Karyawan : Kira-kira 20 mili (mili liter).
Bowo Landa :‘Kalau bahasa seperti bocah tukang kawin ini
namanya apa mbak?’
Karyawan : Hehehe.
Bowo Landa : ‘Hehehe tidak suka kawin ya? Hehe iya kok.’
Tindak tutur ekspresif pada data (124) di atas termasuk
subtindak tutur ekspresif mengritik. Tuturan tersebut terjadi antara
Bowo Landa (penutur) dengan salah seorang karyawan (mitra tutur) di
restoran Njah Djambon. Tuturan tersebut dituturkan oleh Bowo Landa
saat akan membuat minuman di dapur Njah Djambon. Bowo Landa
mengritik nama minuman beras kencur dengan membahasakannya
menjadi nama minuman dengan bahasa yang tidak biasa/umum, yakni
seperti nama minuman bocah tukang kawin.
Penggunaan konteks fisik juga terdapat pada nomor data
(ND/01-08-15/1), (ND/01-08-15/13), (ND/01-08-15/24), (ND/01-08-
15/26), (ND/01-08-15/27), (SMT/02-08-15/5), (SMT/02-08-15/11),
(ND/01-08-15/36), (ND/01-08-15/37), (ND/01-08-15/42), (ND/01-08-
15/45), (ND/01-08-15/50), (SMT/02-08-15/17), (SMT/02-08-15/18),
(KKN/20-09-15/20), (KKN/20-09-15/22), (KKN/20-09-15/24),
(KKN/20-09-15/25), (SMT/02-08-15/35), dan (SMT/02-08-15/37).
2. Konteks Epistemis (Episthemic Context)
Konteks epistemis (episthemic context) yaitu konteks tuturan
yang meliputi latar pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh
penutur dan mitra tutur. Tindak tutur ekspresif yang terjadi karena
faktor konteks epistemis tampak pada data berikut
(117) Riko : Mangga...
Bowo Landa : Golek menu. Wah matur nuwun lho Mas. Ngko
tak celuk meneh. Jabang bayi, iki menu apa
kitab sanskerta ya iki ya. Hawehawewewwehh...ya iki ndomblong tenan
iki.hhaha. Jabang bayi.
Hwalwhalha...lwhalhahwalwha...wahhh. Oh
mungkin halaman pertama ki jawane, halaman
ke dua mesti indonesiane. Huahahaha...kok
padha wae, hweh, hwehehehe. Mas, iki kitabe
sapa Mas?
Riko : Kitabe Ndomblong niku. (KKN/20-09-15/21)
Riko : ‘Silakan.’
Bowo Landa : ‘Cari menu. Wah terima kasih Mas. Nanti saya
panggil lagi. Jabang bayi, Ini menu atau kitab
sanskerta ya ini ya. Hawehawewewwehh...ya ini
tercengang benar ini. Hahaha. Jabang bayi.
Hwalwhalha...lwhalhahwalwha...wahhh. Oh
mungkin halaman pertama itu jawanya, halaman
ke dua pasti indonesianya. Huahahaha...kok
sama saja, hweh, hwehehehe. Mas, ini kitabnya
siapa Mas?’
Riko : ‘Kitabnya Ndomblong itu.’
Subtindak tutur ekspresif pada kutipan data (125) di atas
adalah Subtindak tutur ekspresif mengritik. Tuturan terjadi antara
Bowo Landa (penutur) dengan Riko (mitra tutur). Tuturan tersebut
dituturkan oleh Bowo Landa untuk mengritik buku menu di Kedai
Kopi Ndomblong yang tulisannya menggunakan aksara Jawa. Bowo
Landa tidak bisa membaca tulisan tersebut sehingga Bowo Landa
mengeluhkannya dan mengritik itu buku menu atau kitab Sanskerta.
Dalam hal ini penutur (Bowo Landa) dan mitra tutur (Riko) sama-
sama memahami bahwa buku menu yang disodorkan Riko kepada
Bowo Landa menggunakan bahasa yang tidak mudah dipahami oleh
semua orang, terbukti dengan Bowo Landa yang tidak bisa membaca
tulisan tersebut dan Riko yang menyediakan contekan agar orang yang
tidak bisa membeca tulisan tersebut bisa terbantu. Tindak tutur
ekspresif yang terjadi karena faktor konteks epistemis juga tampak
pada data berikut.
(118) Boy : Kalau di bawah 90 kadang kurang
mateng. Jadi ketika kopi ini akan dimasak
harus dipaske tenan. Ini matenge pas, aja
nganti gosong, ketika dia udah naik ke
100 derajat ya diangkat sik, iki misale
jenengan karo ngadhuk ya rapapa.
Bowo Landa : Oh...ngomong. Lha ya iki mau aku ya
ngerti kok njendhel wae. Hehe oh jebule
nganggo diadhuk? (KKN/20-09-15/31)
Boy :‘Kalau di bawah 90 kadang kurang
matang. Jadi ketika kopi ini akan dimasak
harus dipaskan benar. Ini matangnya pas,
jangan sampai gosong, ketika dia sudah
naik ke 100 derajat ya diangkat dulu, ini
misalnya anda sambil mengaduk juga tidak
apa-apa.’
Bowo Landa : ‘Oh...bilang. Lha ini tadi saya juga tahu
kok mengental terus. ’
Subtindak tutur ekspresif pada kutipan data (126) di atas
adalah Subtindak tutur ekspresif mengritik. Tuturan terjadi antara
Bowo Landa (penutur) dengan Boy (mitra tutur). Tuturan tersebut
dituturkan oleh Bowo Landa untuk mengritik Boy yang sejak awal
tidak memberitahunya untuk mengaduk kopi sehingga ampas kopi
tersebut masih mengental. Pada saat Boy menjelaskan tentang cara
memasak kopi yang benar kepada Bowo Landa, Boy menyarankan
Bowo Landa untuk sambil mengaduknya. Bowo Landa sebenarnya
mengetahui bahwa ampas kopi itu masih dibawah sehingga ampas
kopinya masih tertahan dan mengental di bawah serta tidak menyebar,
seharusnya pada saat memasak kopi itu sambil diaduk, akan tetapi
karena Boy tidak menyuruhnya untuk mengaduk Bowo Landa juga
tidak mengaduknya sehingga Bowo Landa mengritik Boy. Dalam hal
ini konteks tuturan pada data di atas menggunakan konteks epistemis,
di mana penutur dan mitra tutur sama-sama mengetahui bahwa kopi
yang sedang dipanaskan di atas kompor itu mengental karena tidak
diaduk. Bowo Landa tidak mengaduknya karena tidak beri tahu oleh
Boy sedangkan Boy tidak mengaduknya karena Boy menganggap
Bowo Landa sudah mengetahui karena Bowo Landa yang memegang
alat yang digunakan untuk mengaduk kopi.
Penggunaan konteks epistemis juga terdapat pada nomor data
(KKN/20-09-15/36), (KKN/20-09-15/35), (KKN/20-09-15/34),
(KKN/20-09-15/33), (KKN/20-09-15/32), (KKN/20-09-15/31),
(KKN/20-09-15/29), (KKN/20-09-15/28), (KKN/20-09-15/21), dan
(SMT/02-08-15/16).
3. Konteks Sosial (Social Context)
Konteks sosial (social context) yaitu relasi sosial yang
melengkapi hubungan antara penutur dengan mitra tutur. Tindak tutur
ekspresif yang terjadi karena faktor konteks sosial tampak pada data
berikut
(119) Bowo Landa : Lha mbok didol!! Aku nde rongewu.
Pelajar : Wadhuh rongewui ngge apa? (ND/01-08-15/32)
Bowo Landa : ‘Dijual saja!! Saya punya dua ribu.’
Pelajar : ‘Aduh dua ribu itu untuk apa?’
Tindak tutur ekspresif pada kutipan data (127) di atas
termasuk subtindak tutur ekspresif mengritik. Tuturan tersebut
dituturkan Bowo Landa kepada seorang pelajar SMA di pinggir jalan.
Pada tuturan data tersebut Bowo Landa sebagai penutur dan seorang
pelajar sebagai mitra tutur. Ketika Bowo Landa melihat sebuah sepeda
motor yang bagus, Bowo Landa ingin membelinya akan tetapi pemilik
sepeda motor tersebut tidak ingin menjualnya lalu Bowo Landa
mengritiknya agar sepeda motornya dijual. Bowo Landa
mengungkapkan hal tersebut dengan menggunakan tingkat tutur
bahasa Jawa Ngoko. Penggunaan bahasa Jawa Ngoko tersebut
dilatarbelakangi oleh faktor usia, di mana Bowo Landa usianya lebih
tua dari pada seorang pelajar SMA tersebut sehingga Bowo Landa
berani mengritik menggunakan bahasa Jawa Ngoko. Tindak tutur
ekspresif yang terjadi karena faktor konteks sosial juga tampak pada
data berikut.
(120) Bowo Landa: Yah...Preman Pawon. Kita ketemu lagi badhoger-
badhoger, saat ini..ngapunten mang ningali mrika.
Hnah...jenengan ampun ningali kula, kaya artis
wae ta. Yah..ini saat ini saya dengan sahabat pena
saya ternyata, ada Bapak? (SMT/02-08-15/22)
‘Ya...Preman Pawon. Kita bertemu lagi
badhoger-badhoger, saat ini..maaf silakan
melihat ke sana. Hnah....Anda jangan melihat
saya, seperti artis saja. Yah...ini saat ini saya
dengan sahabat pena saya ternyata, ada Bapak?’
Tindak tutur ekspresif pada kutipan data (128) di atas termasuk
subtindak tutur ekspresif mengritik. Tuturan terjadi antara Bowo Landa
(penutur) dengan Pak Bardo (mitra tutur). Tuturan tersebut dituturkan
oleh Bowo Landa untuk mengritik Pak Bardo karena telah
memperhatikannya saat dia berbicara. Ketika Bowo Landa sedang
berbicara menyapa pemirsa, Pak Bardo memperhatikannya dengan
seksama. Bowo Landa menegur Pak Bardo dengan menggunakan bahasa
Jawa Krama. Penggunaan tingkat tutur bahasa Jawa Krama
dilatarbelakangi oleh faktor usia di mana usia Bowo Landa lebih muda
dari pada pada Pak Bardo. Hal tersebut sebagai rasa hormat yang
diberikan Bowo Landa kepada Pak Bardo.
Penggunaan konteks soaial juga terdapat pada nomor data (ND/01-08-
15/32), (ND/01-08-15/35), (ND/01-08-15/38), (ND/01-08-15/39),
(ND/01-08-15/40), (ND/01-08-15/41), (ND/01-08-15/43), (ND/01-08-
15/44), (ND/01-08-15/46), (ND/01-08-15/47), (ND/01-08-15/48),
(ND/01-08-15/49), (ND/01-08-15/52), (SMT/02-08-15/13), (SMT/02-08-
15/14), (SMT/02-08-15/15), (SMT/02-08-15/19), (SMT/02-08-15/20),
(SMT/02-08-15/21), (SMT/02-08-15/22), (SMT/02-08-15/23), (SMT/02-
08-15/24), (SMT/02-08-15/25), (SMT/02-08-15/26), (SMT/02-08-
15/27), (KKN/20-09-15/23), (KKN/20-09-15/26), (KKN/20-09-15/27),
(KKN/20-09-15/30), (KKN/20-09-15/37), (KKN/20-09-15/38),
(KKN/20-09-15/44), dan (ND/01-08-15/64).
Konteks penggunaan strategi bertutur yang digunakan oleh para
pelibat (penutur dan mitra tutur) dalam program acara Preman Pawon
cenderung menggunakan konteks sosial. Konteks sosial adalah latar
setting yang melengkapi hubungan antara penutur dan mitra tutur. Latar
yang dimaksud adalah latar tempat, di mana penutur mengungkapkan
tuturannya. Selain itu, hubungan penutur dengan mitra tutur, usia, jenis
kelamin, latar belakang sosial ekonomi, latar belakang pendidikan, dan
tingkat keakraban juga termasuk dalam latar pada konteks sosial. Tingkat
keakraban yang rendah memungkinkan tingkat keterancaman muka
penutur tinggi, karena bisa saja tuturan yang disampaian penutur dapat
menyinggung mitra tutur.