BAB II afif -...

26
14 BAB II PEMBELAJARAN KITAB KUNING DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN FORMAL A. Proses Pembelajaran Kitab Kuning. 1. Pengertian Kitab Kuning Di antara sekian banyak hal yang menarik dari pesantren dan yang tidak terdapat pada lembaga lain adalah mata pelajaran bakunya yang ditekstualkan pada kitab-kitab salaf (klasik) yang sekarang ini terintroduksi secara populer dengan sebutan kitab kuning. 1 Pada mulanya masyarakat pesantren tidak mengerti mengapa kitab-kitab yang mereka kaji dinamakan dengan kitab kuning, namun karena semakin banyaknya masyarakat Islam yang ingin menambah ilmu-ilmu agama, sehingga kuantitas santri di pesantren-pesantren semakin bertambah pesat dan wawasan mereka tentang ilmu-ilmu agama juga mengalami peningkatan, serta berdasarkan dari sejarah-sejarah di masa lampau, maka pada akhirnya mereka mengetahui bahwa kitab kuning adalah kitab-kitab salaf yang mereka pelajari. Sementara itu, diberi sebutan dengan kitab kuning, karena memang kertas yang dipakai berwarna kuning, atau putih, karena dimakan usia, warna itu pun berubah menjadi kuning. 2 Kitab kuning merupakan hasil karya Ulama terkenal pada abad pertengahan, sehingga kitab kuning dinamakan juga dengan kitab Islam klasik yang dibawa dari Timur Tengah pada awal abad ke-dua puluh. 3 Isi dari kitab kuning hampir selalu terdiri dari dua komponen, pertama komponen matan dan kedua adalah komponen syarah. Matan adalah isi / inti yang akan dikupas oleh syarah. Dalam lay-out nya, matan diletakkan di luar garis segi empat yang mengelilingi syarah. Penjilidan kitab-kitab ini biasanya dengan sistem korasan, dimana lembaran-lembarannya dapat dipisah- pisahkan, sehingga lebih memudahkan para pembaca menelaahnya sambil 1 MA.Sahal Mahfudh, Nuansa Fiqih Sosial, (Yogyakarta : LKiS, 1994), hlm. 263. 2 M. Dawam Rahardjo, Pergulatan Dunia Pesantren,(Jakarta : P3M,1985), hlm. 55-56. 3 Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning,Pesantren dan Tarekat, (Bandung : Mizan,1995), hlm. 132.

Transcript of BAB II afif -...

Page 1: BAB II afif - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · dalam penelitian ini penulis akan memaparkan beberapa pengertian kitab kuning

14

BAB II

PEMBELAJARAN KITAB KUNING

DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN FORMAL

A. Proses Pembelajaran Kitab Kuning.

1. Pengertian Kitab Kuning Di antara sekian banyak hal yang menarik dari pesantren dan yang tidak

terdapat pada lembaga lain adalah mata pelajaran bakunya yang ditekstualkan

pada kitab-kitab salaf (klasik) yang sekarang ini terintroduksi secara populer

dengan sebutan kitab kuning.1 Pada mulanya masyarakat pesantren tidak

mengerti mengapa kitab-kitab yang mereka kaji dinamakan dengan kitab

kuning, namun karena semakin banyaknya masyarakat Islam yang ingin

menambah ilmu-ilmu agama, sehingga kuantitas santri di pesantren-pesantren

semakin bertambah pesat dan wawasan mereka tentang ilmu-ilmu agama juga

mengalami peningkatan, serta berdasarkan dari sejarah-sejarah di masa

lampau, maka pada akhirnya mereka mengetahui bahwa kitab kuning adalah

kitab-kitab salaf yang mereka pelajari.

Sementara itu, diberi sebutan dengan kitab kuning, karena memang

kertas yang dipakai berwarna kuning, atau putih, karena dimakan usia, warna

itu pun berubah menjadi kuning.2 Kitab kuning merupakan hasil karya Ulama

terkenal pada abad pertengahan, sehingga kitab kuning dinamakan juga dengan

kitab Islam klasik yang dibawa dari Timur Tengah pada awal abad ke-dua

puluh.3

Isi dari kitab kuning hampir selalu terdiri dari dua komponen, pertama

komponen matan dan kedua adalah komponen syarah. Matan adalah isi / inti

yang akan dikupas oleh syarah. Dalam lay-out nya, matan diletakkan di luar

garis segi empat yang mengelilingi syarah. Penjilidan kitab-kitab ini biasanya

dengan sistem korasan, dimana lembaran-lembarannya dapat dipisah-

pisahkan, sehingga lebih memudahkan para pembaca menelaahnya sambil

1 MA.Sahal Mahfudh, Nuansa Fiqih Sosial, (Yogyakarta : LKiS, 1994), hlm. 263. 2 M. Dawam Rahardjo, Pergulatan Dunia Pesantren,(Jakarta : P3M,1985), hlm. 55-56. 3 Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning,Pesantren dan Tarekat, (Bandung : Mizan,1995), hlm.

132.

Page 2: BAB II afif - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · dalam penelitian ini penulis akan memaparkan beberapa pengertian kitab kuning

15

santai atau tiduran tanpa harus menggotong semua tubuh kitab, yang terkadang

sampai ratusan halaman.

Dalam Kitab Fathul Wahhab, pengertian kitab kuning dapat dilihat

dalam dua arti, yaitu arti menurut bahasa dan menurut istilah, sebagaimana

yang tersebut di bawah ini :

.الكتاب هولغةالضم والجمع يقال آتب آتباوآتابة وآتابا

تصة من العلم مشتملة على ابواب وفصول واصتالحااسم لجملة مخ

4غالباKitab menurut bahasa artinya menggabungkan dan mengumpulkan, berasal dari fi'il madhi Kataba (Menulis) dan masdarnya Katban, Kitâbatan dan Kitâban (tulisan); dan menurut istilah adalah nama dari suatu ilmu tertentu yang biasanya mengandung beberapa bab dan pasal.

Untuk mengetahui pengertian kitab kuning secara lebih jelas, maka

dalam penelitian ini penulis akan memaparkan beberapa pengertian kitab

kuning menurut para tokoh yang selalu aktif melakukan penelitian untuk

memberikan kontribusi terhadap perkembangan Islam, khususnya dalam dunia

pesantren, yaitu sebagai berikut :

1. Menurut Masdar F. Mas’udi, "Kitab kuning adalah karya tulis Arab yang

ditulis oleh para sarjana Islam sekitar abad pertengahan, dan sering disebut

juga dengan Kitab kuno".5

2. Menurut Ali Yafie, "Kitab kuning adalah Kitab-kitab yang dipergunakan

oleh dunia pesantren yang ditulis dengan huruf Arab dengan bahasa Arab

atau Melayu, Jawa, Sunda, dan hurufnya tidak diberi tanda baca (harakat,

syakal)".6

4 Syaikh al-Islam Abi Yahya Zakaria al-Anshari, Fathul Wahhab, (Semarang : Toha Putra, t.t.),

hlm. 3. 5 M.Dawam Rahardjo, op. cit., hlm. 55. 6 Ali Yafie, Menggagas Fiqih Sosial, (Bandung : Mizan, 1994), hlm. 51.

Page 3: BAB II afif - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · dalam penelitian ini penulis akan memaparkan beberapa pengertian kitab kuning

16

3. Menurut Martin Van Bruinessen, "Kitab kuning adalah Kitab-kitab klasik

yang ditulis berabad-abad yang lalu. Kitab ini disebut di Indonesia sebagai

Kitab kuning".7

4. KH. MA. Sahal Mahfudh menjelaskan bahwa "disebut Kitab kuning karena

memang kitab-kitab itu dicetak di atas kertas berwarna kuning, meskipun

sekarang sudah banyak dicetak ulang pada kertas berwarna putih".8

5. Demikian halnya dengan M. Dawam rahardjo, menurut beliau "Kitab

kuning adalah kitab yang disusun dengan tulisan Arab oleh para sarjana

Islam pada abad pertengahan".9

Dengan demikian, secara harfiah Kitab kuning diartikan sebagai buku

atau kitab yang dicetak dengan mempergunakan kertas yang berwarna kuning.

Sedangkan menurut pengertian istilah, Kitab kuning adalah kitab atau buku

berbahasa Arab yang membahas ilmu pengetahuan agama Islam seperti fiqih,

ushul fiqih, tauhid, akhlak, tasawwuf, tafsir al-Qur’an dan ulumul Qur’an,

hadis dan ulumul hadis, dan sebagainya yang ditulis oleh Ulama-ulama salaf

dan digunakan sebagai bahan pengajaran utama di pondok pesantren.10

2. Pembelajaran Kitab Kuning pada Lembaga Pendidikan Formal Pendidikan dalam Educational Psychology diartikan sebagai

"Education in the sense used here, is a process or an activity which is directed

at producing desirable changes in the behaviour of human being".11

Yang dimaksud dengan pendidikan disini, adalah sebuah proses atau suatu aktivitas yang berlangsung untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang diinginkan dalam tingkah laku manusia.

Pendidikan menurut Imam Barnadib, sebagaimana yang telah dikutip

oleh Prof. DR. H.M. Ridlwan Nasir, MA. adalah usaha untuk membantu atau

7 Martin Van Bruinessen, op. cit., hlm.17. 8 MA. Sahal Mahfudh, op. cit., hlm. 263. 9 M. Dawam Rahardjo, op. cit., hlm.55. 10 Zubaidi, et. al., Materi Dasar Nahdlatul Ulama (Ahlussunnah Waljamaah), (Semarang : LP.

Ma’arif NU Jawa Tengah,2002), hlm.9. 11 Frederick J. Mc. Donald, Educational Psychology, (Tokyo : Overseas Publication Ltd.,1959),

hlm. 4.

Page 4: BAB II afif - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · dalam penelitian ini penulis akan memaparkan beberapa pengertian kitab kuning

17

menolong pengembangan manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial

dan mahluk keagamaan.12

Adapun dalam buku A Modern Philosophy of Education dijelaskan

bahwa : “By education i mean the influence of the environment upon the

individual to produce a permanent change in this behaviour of thought and of

attitude “.13

Yang dimaksud dengan pendidikan adalah hasil pengaruh lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan perubahan yang bersifat permanen dalam tingkah laku, pemikiran dan sikap. Sedangkan pengajaran adalah bagian dari pendidikan, yaitu suatu

proses penyampaian pengetahuan oleh pendidik kepada terdidik, terutama pada

aspek kognitif dan psikomotor. Proses di sini mengandung beberapa

komponen yang disebut dengan komponen pengajaran. "Komponen-komponen

tersebut adalah tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian".14

Jadi pada hakekatnya Pembelajaran adalah interaksi antara peserta didik

dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang

baik.15 Sedangkan menurut Oemar Hamalik pembelajaran adalah suatu

kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi pencapaian tujuan

pembelajaran.16

Adapun menurut Muhaimin pembelajaran atau ungkapan yang lebih

dikenal sebelumnya dengan pengajaran merupakan upaya untuk

membelajarkan siswa.17

12 Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan Tinggi dalam Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format

Pendidikan Ideal, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005),Cet. I,hlm.59. 13 Sir Gord Frey Thomson, A Modern Philosophy of Education, (London: Prantice Hall, 1957),

hlm. 19. 14 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar,(Bandung : Sinar Baru Algensindo,

Cet. Kelima, 2000), hlm.30. 15 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 37-38. 16 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), Cet. Ketiga,

hlm. 57. 17 Muhaimin, et. al., Paradigma Pendidikan Islam dalam Upaya Mengefektifkan Pendidikan

Islam di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 183.

Page 5: BAB II afif - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · dalam penelitian ini penulis akan memaparkan beberapa pengertian kitab kuning

18

Pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab Islam klasik terutama karangan-

karangan Ulama yang menganut madzhab Syafi’iyah merupakan satu-satunya

pengajaran formal yang diajarkan dalam lingkungan pesantren. Tujuan utama

pengajaran ini adalah untuk mendidik calon-calon Ulama, yang nantinya dapat

menyebarkan ajaran Islam dan ketika mereka sudah kembali ke kampung

halamannya dapat memimpin umat-umat di sekitarnya. Para santri yang

tinggal di pesantren untuk jangka waktu pendek (misalnya kurang dari satu

tahun) dan tidak bercita-cita menjadi Ulama, mempunyai tujuan untuk mencari

pengalaman dalam hal pendalaman perasaan keagamaan.18

Pesantren adalah lembaga pendidikan yang tertua di Indonesia, dengan

sistem pengajarannya pesantren telah berhasil mencetak generasi-generasi

penerus bangsa yang mampu dijadikan panutan serta pemimpin bagi kaumnya

dengan berbekal ilmu-ilmu agama dan memiliki moralitas yang baik dan

sesuai ajaran agama Islam.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa pembelajaran kitab kuning

adalah suatu proses yang menghasilkan perubahan-perubahan kemampuan

membaca, menulis, men-translate, merubah sikap dan meng-akltualisasikan

nilai-nilai yang terkandung dalam materi yang diajarkan (Kognitif, Afektif dan

Psikomotorik).

Pada mulanya kitab kuning hanya diajarkan di pondok pesantren

(lembaga pendidikan non-formal) saja, akan tetapi dewasa ini sudah banyak

lembaga pendidikan formal khususnya Madrasah Aliyah yang telah

memasukkannya kedalam kurikum dan mengajarkannya dalam pengajaran

sehari-harinya sebagai mata pelajaran tambahan.

Dalam praktik pengajarannya, untuk memasukkan kitab kuning

kedalam kurikulum lembaga pendidikan formal khususnya Madrasah Aliyah,

bukanlah hal yang mudah, karena pada hakikatnya kitab kuning adalah suatu

buku teks yang diajarkan dengan metode konvensional (metode Sorogan dan

Bandongan), sedangkan sekolah formal (Madrasah Aliyah) adalah sekolah

yang berdiri pada zaman modern yang dituntut disamping untuk menjadikan

18 Zamakhsary Dhofier, op. cit., hlm. 50.

Page 6: BAB II afif - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · dalam penelitian ini penulis akan memaparkan beberapa pengertian kitab kuning

19

siswanya memiliki iman dan takwa yang kuat serta berakhlak dengan akhlakul

karimah, siswa juga harus dapat menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,

sehingga tercipta out-put yang mampu menjawab tantangan zaman yang

semakin global dan modern.

Disamping itu dalam pelaksanaan pengajaran kitab kuning harus sesuai

dengan kurikulum yang telah ditentukan oleh pemerintah, karena sekolah

(Madrasah Aliyah) berada dibawah naungan pemerintah dalam hal ini

Departemen Agama (DEPAG), sehingga dalam pengajaran kitab kuning,

seorang guru harus dapat mengkombinasikan antara sistem pengajaran

konvensional dengan sistem pengajaran modern, serta harus dapat memilih

materi kitab yang benar-benar relevan dengan kemampuan siswa sehingga

tujuan yang hendak dicapai dalam pengajaran akan mudah terwujud.

3. Pengajar Kitab Kuning

Pengajar dalam pengajaran kitab kuning merupakan subjek utama yang

mengiringi dan mengantarkan pengajaran kepada anak didik, disamping

mereka harus mengajarkan ilmu pengetahuan (Transfer of Knowledge) juga

dituntut untuk menyampaikan dan memberikan penjelasan tentang nilai-nilai

positif Islami kepada siswa (Transfer of Value); Para pengejar dituntut untuk

menjadi pengajar yang profesional, berwawasan luas dan memiliki kepribadian

yang luhur sesuai syari'at agama Islam, sehingga tercipta suatu pendidik yang

Muallim, Muaddib, dan Murobbi.

Dalam pasal 40 ayat 2 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

disebutkan tiga kewajiban pengajar yaitu :

a. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif

dinamis dan dialogis,

b. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu

pendidikan, dan

c. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan

sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.19

19 DPR.RI.,Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS beserta penjelasannya,

(Bandung : Citra Umbara,2003), hlm.27.

Page 7: BAB II afif - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · dalam penelitian ini penulis akan memaparkan beberapa pengertian kitab kuning

20

Tentang kualifikasi dan kriteria yang harus dimiliki oleh seorang

pengajar, dalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003, pasal 42 ayat 1 disebutkan

bahwa "Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai

dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta

memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.20

Kualifikasi dan kriteria dalam UU Sisdiknas tersebut berlaku bagi

seluruh pengajar pada semua lembaga pendidikan yang ada di Indonesia, tidak

terkecuali bagi lembaga pendidikan keagamaan, baik negeri maupun swasta

seperti Madrasah Aliyah.

Terlebih lagi bagi lembaga pendidikan keagamaan yang berada di

bawah naungan Departemen Agama, terdapat beberapa syarat yang harus

dipenuhi, yang telah dikeluarkan melalui Direktorat Pendidikan Agama, yaitu:

1. Memiliki pribadi Mukmin, Muslim dan Muhsin,

2. Taat untuk menjalankan agama (menjalankan syariat agama Islam, dapat

memberi contoh tauladan yang baik kepada anak didik).

3. Memiliki jiwa pendidik dan rasa kasih sayang kepada anak didiknya serta

ihlas jiwanya.

4. Mengetahui dasar-dasar ilmu pengetahuan tentang keguruan terutama

didaktik dan metodik.

5. Menguasai ilmu pengetahuan agama.

6. Tidak memiliki cacat rohaniyah.21

Berdasarkan dari pemaparan-pemaparan diatas, dapat diketahui bahwa

menjadi seorang pengajar/pendidik yang baik dan profesional ternyata tidak

semudah seperti yang dibayangkan oleh orang-orang, apalagi dalam mengajar

kitab kuning di lembaga pendidikan formal, disamping para pengajar dituntut

untuk menguasai materi, isi dan mahir berbahasa Arab serta menguasai ilmu

tata bahasa dengan benar agar tidak menimbulkan interpretasi dan transliterasi

yang salah, maka mereka dituntut untuk menjadi tauladan yang baik dan bisa

meningkatkan tingkat keberagamaan seorang siswanya baik dalam hal

20 Ibid. 21 Zuhairini,et. al., Metodologi Pendidikan Agama, (Solo : Ramadhani,1993), hlm.29.

Page 8: BAB II afif - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · dalam penelitian ini penulis akan memaparkan beberapa pengertian kitab kuning

21

ubudiyah maupun muamalah (aspek Hablumminallâh maupun

Hablumminannâs).

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa

seorang pengajar kitab kuning dalam lembaga pendidikan formal haruslah

seorang muslim yang benar-benar menguasai materi kitab kuning dan mampu

menjadi tauladan yang baik bagi siswanya serta mampu mencapai standar

kompetensi yang telah ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

4. Tujuan Pengajaran Kitab Kuning Pondok pesantren merupakan salah satu tempat pendidikan Islam yang

bertujuan untuk membentuk para kyai dan meningkatkan pengetahuan agama

Islam bagi para santrinya melalui pengajaran kitab-kitab Islam klasik (kitab

kuning), demikian juga seperti sekarang ini, banyak lembaga pendidikan

keagamaan formal telah menjadikan kitab kuning sebagai mata pelajaran

tambahan dan memiliki tujuan yang sama yaitu untuk meningkatkan

pengetahuan siswanya dalam bidang keagamaan dan berniat untuk

menciptakan kader-kader Islam yang berbudi luhur, berahlakul karimah dan

memiliki tingkat keberagamaan yang tinggi.

Dalam mempelajari agama Islam haruslah dilakukan dengan ihlas dan

tidak semata-mata untuk mencari kemulyaan di dunia saja, sepertihalnya yang

telah disebutkan dalam kitab Ta'limulul Muta'allim, yang bunyinya sebagai

berikut :

وينبغي ان ينوي المتعلم بطلب العلم رضااهللا تعالى والداراالخرة

وازالةالجهل عن نفسه وعن سائرالجهال واحياء الدين وابقاء االسالم

وينوي به الشكرعلى نعمة العقل وصحة البدن والينوي به اقبال ) ...(

22الناس والاستجالب حطام الدنيا والكرامة عندالسلطان وغيره Dan hendaknya bagi seorang yang mencari ilmu berniat untuk mendapatkan ridha Allah untuk masuk Syurga, menghilangkan

22 Syaikh al Zarnuji, Ta'limul Muta'allim, (Semarang : Karya Toha Putra,t.t.), hlm.10.

Page 9: BAB II afif - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · dalam penelitian ini penulis akan memaparkan beberapa pengertian kitab kuning

22

kebodohan pada dirinya dan kebodohan orang lain, menghidupkan agama dan melestarikan Islam, dan berniat karena syukur atas nikmat Allah dan sehat badan dan jangan berniat untuk mencari muka di hadapan manusia dan jangan mengharapkan harta dunia dan kemulyaan di hadapan penguasa dan yang lainnya.

Berdasarkan penjelasan dari kitab Ta'limul muta'allim tersebut, dapat

diketahui bahwa pada hakikatnya tujuan pendidikan adalah :

1. Mendapatkan Ridla Allah untuk masuk surga,

2. Menghilangkan kebodohan,

3. Menghidupkan agama dan melestarikan Islam,

4. Mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah,

5. Ikhlas karena Allah.

Menurut M.Athiyah al Abrasyi, tujuan pendidikan Islam adalah :

a. Membentuk ahlak yang mulia;

b. Menitikberatkan pada kehidupan dunia dan akhirat;

c. Bersifat vokasional dan profesional;

d. Menumbuhkan semangat ilmiah dan menumbuhkan rasa ingin tahu; dan

e. Menyiapkan peserta didik yang profesional.23

Pada dasarnya tujuan pengajaran dalam Islam adalah untuk

menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, sebagaimana yang telah disebutkan

dalam hadis nabi Muhammad SAW. Dalam kitab Risalatul Muawanah, yang

lafalnya sebagai berikut:

ى ليس منا من لم يرحم صغيرنا ويوقر آبيرنا ويأمر بالمعروف وينه 24عن المنكر

Tidak termasuk golonganku orang yang tidak mengasihi/ menyayangi orang yang lebih kecil dan tidak memulyakan orang yang lebih tua, serta menganjurkan dengan kebaikan dan mencegah dari kemunkaran.

Tujuan adalah suatu hasil yang ingin dicapai, dalam lembaga

pendidikan terdapat empat tujuan pendidikan yaitu :

23 Ali Maksum dan Luluk Yunan Ruhendi, Paradigma Pendidikan Universal di Era Modern dan Post Modern.(Yogyakarta : IRCiSoD,2004), cet. I, hlm.271.

24 Sayyid Abdullah bin Alwi, Risalah al Muawanah, (Indonesia: Darul Ikhya’, t.t.), hlm. 26.

Page 10: BAB II afif - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · dalam penelitian ini penulis akan memaparkan beberapa pengertian kitab kuning

23

A. Tujuan Umum Pendidikan

Tujuan umum pendidikan atau tujuan pendidikan nasional adalah

tujuan umum yang hendak dicapai oleh seluruh bangsa Indonesia, dan

merupakan rumusan dari kualifikasi terbentuknya setiap warga negara

yang dicita-citakan bersama.25 Isinya adalah sebagaimana yang

dijabarkan dalam Undang-undang nomor 20 Sisdiknas tahun 2003, yaitu :

Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.26

B. Tujuan Institusional

"Tujuan institusional adalah tujuan yang diharapkan dicapai oleh

lembaga atau jenis tingkatan sekolah sebagai tujuan antara untuk sampai

pada tujuan umum. Masing-masing lembaga pendidikan memiliki tujuan

yang berbeda, seperti tujuan SD berbeda dengan tujuan SMP, dan

seterusnya, namun masing-masing tetap mengacu pada tujuan umum.27

Masing-masing pengelola lembaga pendidikan harus memiliki

tujuan institusional yang disesuaikan dengan tingkatan lembaga

pendidikan yang dikelolanya dan berdasarkan atas tujuan pendidikan

nasional, tidak terkecuali dengan Madrasah Aliyah.

Dengan diterbitkannya UU.No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, yang mengamanatkan bahwa penyelenggaraan pendidikan

dilaksanakan dengan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah

(Pasal 51), membuktikan kesungguhan pemerintah RI dalam upaya

penyelenggaraan Good Govermance di bidang pendidikan; Hal itu berarti

kurikulum sekolah yang dulunya ditentukan oleh pemerintah

(sentralisasi) berubah menjadi sistem desentralisasi pendidikan.

25 Zuhairini, et. al., Metodologi Pendidikan Agama,(Solo : Ramadhani,1993),hlm. 32. 26 DPR.RI., op. cit., hlm.6. 27 Nana Sudjana, op.cit.,hlm.58.

Page 11: BAB II afif - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · dalam penelitian ini penulis akan memaparkan beberapa pengertian kitab kuning

24

Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan

memberikan kesempatan bagi kepala madrasah, guru dan peserta didik

untuk melakukan inovasi dan improvisasi di Madrasah berkaitan dengan

masalah kurikulum, pembelajaran, dan manajerial yang tumbuh dari

aktifitas, kreatifitas, dan profesionalisme yang dimiliki Madrasah.28

Sebagai rambu-rambu manajemen kurikulum dan program

pembelajaran ini, penyusunan kurikulum harus memperhatikan :

1. Peningkatan Iman dan Takwa,

2. Peningkatan ahlak mulia,

3. Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik,

4. Keragaman potensi daerah dan lingkungan,

5. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional,

6. Tuntutan dunia kerja,

7. Perkembangan ilmu pengetahuan, tehnologi dan seni,

8. Dinamika perkembangan global, dan

9. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.29

C. Tujuan Kurikuler

"Tujuan kurikuler adalah penjabaran tujuan institusional yang

berisi program-program pendidikan dalam kurikulum lembaga

pendidikan. Tujuan ini menggambarkan siswa yang sudah memperoleh

pendidikan dalam bidang-bidang studi yang diajarkan dalam lembaga

pendidikan tertentu".30

Tujuan kurikuler merupakan tujuan yang dimiliki tiap-tiap bidang

studi, dan masing-masing bidang studi memiliki tujuan yang berbeda-

beda.

D. Tujuan Instruksional

28 Taufiq Dahlan dan Rijal Roihan, (eds.), Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah,

(Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam,2004), hlm.25. 29 Ibid.,hlm.26. 30 Nana Sudjana, op.cit.,hlm.58.

Page 12: BAB II afif - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · dalam penelitian ini penulis akan memaparkan beberapa pengertian kitab kuning

25

Tujuan instruksional adalah Tujuan yang hendak dicapai setelah

selesai program pengajaran. Tujuan tersebut merupakan penjabaran dari

tujuan kurikuler, yang terwujud dalam perubahan sikap atau tingkah laku

secara jelas.31

5. Materi / Bahan Pengajaran Kitab Kuning Materi/bahan pengajaran merupakan hal yang sangat primer dalam

suatu pengajaran. Bahan/materi pengajaran adalah : "Apa yang harus diberikan

kepada murid, pengetahuan, sikap/nilai serta keterampilan apa yang harus

dipelajari murid".32

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan pengajaran,

adalah :

a. Bahan harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan

b. Bahan yang ditulis dalam perencanaan mengajar, terbatas pada konsep

saja, atau berbentuk garis besar, bahan tidak pula diuraikan terperinci

c. Menetapkan bahan pengajaran harus serasi dengan urutan pengajaran.

Artinya, bahan yang ditulis pertama bersumber dari tujuan pertama, bahan

yang ditulis kedua bersumber dari tujuan kedua dan seterusnya. Bila untuk

satu tujuan dimungkinkan adanya beberapa bahan, maka penetapan bahan

dipecah menjadi sub-sub bahan, tetapi masih dalam satu konsep bahan,

pakailah notasi a,b,c.

d. Urutan bahan hendaknya memperhatikan kesinambungan (Kontinuitas).

Kesinambungan mempunyai arti bahwa bahan yang satu dengan bahan

berikutnya adalah hubungan fungsional, bahan yang satu menjadi dasar

bahan yang berikutnya.

e. Bahan disusun dari sederhana menuju yang kompleks, dari yang mudah

menuju yang sulit, dari yang kongkrit menuju yang abstrak, dengan cara

ini siswa akan mudah memahaminya.

31 Zuhairini, et. al., Metodik Khusus Pendidikan Agama,(Surabaya : Usaha Nasional,1981),

hlm.43. 32 Djamaluddin Darwis, Strategi Belajar Mengajar,dalam Chabib Toha dan Abd. Mu'ti (eds.),

PBM-PAI di Sekolah,Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam,(Semarang : IAIN Walisongo bekerjasama dengan Pustaka Pelajar,1998),hlm.220.

Page 13: BAB II afif - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · dalam penelitian ini penulis akan memaparkan beberapa pengertian kitab kuning

26

f. Sifat bahan ada yang faktual dan ada yang konseptual, bahan yang faktual

sifatnya kongkrit dan mudah diingat, sedangkan bahan yang sifatnya

konseptual berisikan konsep-konsep abstrak, dan memerlukan pamahaman.

Mempelajari bahan faktual lebih mudah daripada bahan konseptual.33

Abdul Rahman Shaleh mensyaratkan, bahan pengajaran dengan dua

hal, Pertama bahan pengajaran yang akan diajarkan berupa bahan-bahan

pelajaran yang dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan dan

pengajaran. Kedua, bahan pengajaran harus sesuai dengan tingkat

perkembangan dan kecerdasan anak, yang dapat disiasati dengan memasukkan

bahan yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu luas.34

Pengajaran kitab kuning dalam pendidikan keagamaan formal

merupakan bagian dari paket pengajaran agama, yang bahan pengajarannya

bersumber dari materi-materi kitab yang disesuaikan dengan tingkat

kemampuan kognitif seorang siswa, dan berisikan penjelasan tentang

hubungan vertikal manusia (hubungan manusia dengan Allah SWT.) maupun

hubungan horisontal (hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan alam

sekitarnya), atau dapat dikatakan bahwa materi kitab kuning berisi tentang

aturan-aturan hubungan manusia yang menyangkut aspek Hablumminallaah

dan aspek Hablumminannaas.

Secara garis besar, berbagai kitab kuning materinya dapat dikategorikan

dalam beberapa kategori pokok bahasan, yaitu :

• Fiqih : 20 %

• Doktrin (Akidah,Ushuluddin) : 17 %

• Tata Bahasa Arab tradisional (Nahwu,

Shorof, Balaghah) : 12 %

• Kumpulan Hadis : 8 %

• Tasawuf dan Tarekat : 7 %

• Akhlak : 6 %

• Kumpulan Do'a, Wirid, Mujarrabat : 5 %

33 Nana Sudjana,op.cit., cet. Kelima, hlm.70. 34 Abdul Rahman Shaleh, Didaktik Pendidikan Agama,(Jakarta : Bulan bintang,1976),hlm. 41.

Page 14: BAB II afif - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · dalam penelitian ini penulis akan memaparkan beberapa pengertian kitab kuning

27

• Qishas al Anbiya', Maulid, Manaqib

dan sejenisnya : 6 %35

Adapun bila ditinjau dari segi penyajiannya, "Isi yang disajikan kitab-

kitab kuning hampir selalu terdiri dari dua komponen, pertama komponen

matan dan yang kedua adalah komponen syarah, matan adalah inti yang akan

dikupas oleh syarah".36

Keseluruhan kitab kuning dapat digolongkan kedalam tiga kelompok,

yaitu :

1. Kitab-kitab dasar ( Ibtidaiyah ),

2. Kitab-kitab Menengah ( Tsanawiyah/Aliyah ), dan

3. Kitab-kitab besar ( Khawash ).37

Berdasarkan kategori pokok bahasan yang telah dipaparkan oleh Martin

Van Bruinessen diatas, maka dapat diketahui bahwa materi-materi kitab

kuning yang paling signifikan dalam peningkatan keberagamaan seorang siswa

didik adalah kitab yang membahas tentang fiqih, Akhlak, ditambah dengan

kitab kumpulan hadis Nabi Muhammad Saw., dan harus disesuaikan dengan

tingkat kemampuan kognitif seorang siswa, sehingga pihak pengelola harus

memilih kitab-kitab yang tidak terlalu mudah dipelajari dan tidak pula terlalu

sulit, atau dengan kata lain, jika ingin memasukkan kitab kuning kedalam

kurikulum pendidikan formal (Madrasah Aliyah), maka sebaiknya dipilih

kitab-kitab yang termasuk kategori menengah (Tsanawiyah/Aliyah).

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, dalam melaksanakan

penelitian ini, peneliti memberikan gambaran bahwa kitab kuning yang

ditemukan peneliti di lingkungan penelitian yaitu : kitab yang membahas

tentang fiqih, Akhlak serta kitab kumpulan hadis Nabi Muhammad Saw, dan

termasuk kitab dengan kategori menengah, yaitu sebagai berikut :

35 Martin Van Bruinessen, op.cit., hlm. 65. 36 M.Dawam Rahardjo, op. cit., hlm. 55. 37 Zubaidi, (eds.), op.cit., hlm.11.

Page 15: BAB II afif - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · dalam penelitian ini penulis akan memaparkan beberapa pengertian kitab kuning

28

1. Kitab Ta'limul Muta'allim ( Akhlak )

Ta'limul Muta'allim (li Thariq al Ta'allum), karangan Burhan al

Islam al Zarnuji (hidup pada abad 12-13), merupakan karya terkenal yang

berisi tentang sikap kepatuhan dari para murid sepenuhnya kepada para

gurunya. Bagi banyak kyai kitab ini merupakan salah satu penyangga

utama pendidikan pesantren. Kitab ini juga diterjemahkan dalam bahasa

Jawa dan Madura.

Ta'limul Muta'allim berisi tentang etika orang yang sedang belajar,

syarat-syarat untuk memperoleh ilmu, etika murid terhadap guru, syarat-

syarat keberhasilan untuk mendapatkan ilmu yang bermanfa'at dan

sebagainya.

2. Kitab Taqrib ( Fiqih )

Taqrib adalah kitab fiqih yang disusun oleh Abu Suja' (sekitar abad

ke-16) yang berisi tentang garis-garis fiqih dasar yang berhubungan

dengan ubudiyah, syariah dan muamalah.

3. Kitab Muhtarul Ahadis an Nabawiyyah wal Hikamul

Muhammadiyah (Hadis)

Adalah kitab yang disusun oleh Sayyid Ahmad Hasyim bik pada

tahun 1948 yang berisi kumpulan-kumpulan hadis Nabi Muhammad

SAW. yang pembahasannya dimulai dari kharful hamzah sampai kharful

ya', dan ditutup dengan hadis-hadis tentang akidah, akhlak, serta nasehat-

nasehat Nabi kepada umatnya.

6. Metode Pengajaran Kitab Kuning. Metode merupakan sebuah sarana yang ditempuh dalam mencapai

tujuan, tanpa pemilihan metode yang relevan dengan tujuan yang akan dicapai,

maka akan sulit untuk mewujudkannya, oleh karena itu kombinasi dan

ketepatan dalam pemilihan metode sangat diperlukan. Dalam pengajaran,

ketepatan metode sangat bergantung pada tujuan, bahan dan pelaksanaan

pengajaran itu sendiri.

Menurut Prof. Moh. Athiyah al Abrasyi sebagaimana yang telah dikutip

oleh Khoirin Rosyadi, "metode ialah jalan yang kita ikuti dengan memberi

Page 16: BAB II afif - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · dalam penelitian ini penulis akan memaparkan beberapa pengertian kitab kuning

29

faham kepada murid-murid segala macam pelajaran, dalam segala mata

pelajaran".38

Metode mengajar sangat fleksibel dan sangat tergantung dengan

berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan. Dengan kata lain dapat dikatakan

"NO SINGLE METHOD IS THE BEST ", tidak ada satu metode yang terbaik,

yang ada adalah metode yang sesuai.39

Dengan dimasukkannya kitab kuning kedalam kurikulum pendidikan

formal, maka seorang guru / pengajarnya harus benar-benar profesional,

memiliki kemampuan intelegency yang tinggi dan mampu memilih serta

mengkombinasikan metode-metode pengajaran yang tepat.

Karena pada dasarnya kitab kuning adalah kitab salaf (kuno) dan cara

penyampaiannya pun menggunakan metode konvensional pula, sementara

lembaga pendidikan formal (Madrasah Aliyah) adalah lembaga pendidikan

yang berdiri dalam zaman modern, dan dituntut untuk mendidik siswa agar

mampu menjawab tantangan zaman dengan berbekal ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK) serta harus di imbangi dengan iman dan takwa (IMTAK)

yang tinggi yang akan senantiasa dihadapkan dengan kemodernan.

Metode-metode konvensional yang diterapkan dalam pengajaran kitab

kuning, adalah :

1. Metode Sorogan

Metode sorogan adalah belajar individu, dimana seorang santri

dengan seorang guru terjadi interaksi saling mengenal diantara

keduanya.40 Metode ini dilakukan dengan cara para santri maju satu

persatu untuk membaca dan menguraikan isi kitab dihadapan guru.

Metode sorogan didasarkan pada peristiwa yang terjadi ketika

Rasulullah SAW. Maupun Rasul yang lain menerima ajaran dari Allah

38 Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2004),cet. I, hlm.209. 39 Djamaluddin Darwis, op.cit., hlm.227. 40 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Press,

2002), hlm. 150.

Page 17: BAB II afif - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · dalam penelitian ini penulis akan memaparkan beberapa pengertian kitab kuning

30

SWT. Melalui malaikat Jibril, mereka langsung bertemu satu persatu,

yaitu antara Malaikat Jibril dan para Rasul tersebut.41

2. Metode Bandongan

Menurut Imron Arifin, yang dimaksud metode bandongan ialah kyai

membaca suatu kitab dan menjelaskan maknanya dalam waktu tertentu

dan santri membawa kitab yang sama, kemudian santri mendengarkan dan

menyimak tentang bacaan tersebut.42

3. Metode Mudzakaroh

Ialah suatu cara yang dipergunakan dalam menyampaikan bahan

pelajaran dengan jalan mengadakan suatu pertemuan ilmiah yang secara

khusus membahas persoalan-persoalan keagamaan. Menurut kyai Syarief,

metode mudzakaroh ini juga disebut dengan Majma al Buhuts, dan

biasanya metode ini digunakan untuk memecahkan masalah-masalah

kemasyarakatan yang berhubungan dengan konteks masa sekarang

ditinjau dari analisa kitab-kitab Islam klasik.43

Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal dan tercapainya

suatu tujuan pengajaran yang diharapkan, maka sebaiknya dalam

mengajarkan kitab kuning di sebuah lembaga pendidikan formal, seorang

guru tidak hanya menggunakan metode-metode pengajaran konvensional

yang telah disebutkan saja, akan tetapi pengajar harus mampu

mengkombinasikannya dengan metode-metode lain yang up to date dan

relevan dengan bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan.

Beberapa metode pengajaran yang dapat dipergunakan oleh pengajar

dalam pengajaran kitab kuning di lembaga pendidikan formal khususnya

Madrasah Aliyah, antara lain sebagai berikut :

1. Metode Ceramah.

Metode ceramah adalah "Penerangan atau penuturan secara lisan

oleh guru terhadap kelas".44 Metode inilah yang selama ini sering

41 Ibid., hlm. 151. 42 Ibid., hlm. 154. 43 Ibid., hlm. 157. 44 Rama Yulis, Metodologi Pengajaran Agama, (Jakarta : Kalam Mulia, 2001), hlm.133.

Page 18: BAB II afif - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · dalam penelitian ini penulis akan memaparkan beberapa pengertian kitab kuning

31

digunakan dalam pengajaran-pengajaran di dalam kelas. Metode

ceramah ini wajar digunakan apabila :

a. Ingin mengajarkan topik baru,

b. Tidak ada sumber bahan pelajaran pada siswa,

c. Menghadapi sejumlah siswa yang cukup banyak.45

Metode ceramah dalam pengajaran kitab kuning di lembaga

pendidikan formal dapat digunakan apabila guru ingin menyampaikan

hal-hal baru yang merupakan penjelasan atau generalisasi dari

materi/bahan pengajaran yang disampaikan.

2. Metode Tanya Jawab.

Adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya

komunikasi langsung yang bersifat two way traffic, sebab pada saat

yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa, guru bertanya siswa

menjawab, atau siswa bertanya guru menjawab.46

Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam metode tanya jawab

adalah :

a. Rumuskan tujuan khusus yang ingin dicapai dengan jelas,

b. Cari alasan mengapa mempergunakan tanya jawab,

c. Susun dan rumuskan pertanyaan-pertanyaan dengan jelas, singkat

dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami,

d. Tetapkan kemungkinan jawaban untuk menjaga agar tidak

menyimpang dari pokok persoalan.47

Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan dalam metode

tanya jawab ini antara lain :

a. Untuk mengetahui sampai sejauh mana materi pelajaran telah

dikuasai oleh siswa,

b. Untuk merangsang siswa agar berpikir,

45 Nana Sudjana, op.cit.,hlm.78. 46 Ibid.,hlm.78. 47 J.J. Hasibuan dan Mujiono, Proses Belajar Mengajar,(Bandung : Remaja Rosdakarya, 1995),

Cet.kelima,hlm.20.

Page 19: BAB II afif - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · dalam penelitian ini penulis akan memaparkan beberapa pengertian kitab kuning

32

c. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah

yang belum dipahami.

Metode tanya jawab sangat diperlukan dalam pengajaran kitab

kuning, karena setelah guru menyampaikan materi guru dapat

mengetahui tingkat respon siswa terhadap pengajaran yang telah

disampaikan dan siswa pun bisa mengajukan pertanyaan tentang materi

pelajaran yang belum dipahami.

3. Metode Diskusi.

Metode diskusi ialah "Suatu cara penguasaan bahan pelajaran

melalui wahana tukar pendapat berdasarkan pengetahuan dan

pengalaman yang telah diperoleh guna memecahkan suatu masalah".48

Dalam pelaksanaannya, diskusi dibagi menjadi dua macam,

pertama; diskusi kelas (Class Discussion) yaitu diskusi di dalam kelas,

dengan guru sebagai pemimpin diskusi dan membawa persoalan di

tengah-tengah siswa. Kedua; diskusi kelompok (Small Group

Discussion), yaitu diskusi dalam kelompok-kelompok kecil (sebanyak

4-5 orang), persoalan yang dibicarakan pada masing-masing kelompok

dapat sama dan berbeda.49

4. Metode Demonstrasi dan Eksperimen.

Adalah "suatu metode mengajar dimana guru atau orang lain

yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh

kelas tentang suatu proses atau suatu kaifiyah melakukan sesuatu".50

Metode demonstrasi dan eksperimen dapat diterapkan oleh

pengajar kitab kuning untuk mendemonstrasikan materi-materi yang

telah diajarkan, seperti sholat, wudlu, dan sebagainya.

48 Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan,Visi,Misi dan Aksi, (Jakarta :

Gema Windu Panca Perkasa,2000),hlm.66-67. 49 Abdul Rahman Shaleh, Didaktik Pendidikan Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976),

hlm.83-84. 50 Zuhairini, op.cit.,hlm.82.

Page 20: BAB II afif - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · dalam penelitian ini penulis akan memaparkan beberapa pengertian kitab kuning

33

5. Metode Pemberian Tugas Belajar (Resitasi).

Pemberian tugas belajar dan resitasi adalah suatu cara mengajar

dimana seorang guru memberikan tugas tertentu kepada murid-murid,

sedangkan hasilnya diperiksa oleh guru dan murid mempertanggung

jawabkannya.51

Pemberian tugas ini dapat dilakukan apabila :

1. Tujuan yang hendak dicapai sudah jelas,

2. Tugas yang diberikan dapat mendorong untuk memupuk inisiatif

seorang murid,

3. Tugas yang diberikan dapat mengisi waktu luang murid,

4. Segala tugas yang diberikan guru harus jelas bagi murid,

5. Guru memberikan petunjuk dalam usaha untuk menyelesaikannya.52

7. Evaluasi / Penilaian Pengajaran Kitab Kuning

"Penilaian atau Evaluasi pada dasarnya adalah memberikan

pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu".53 Fungsi dari

evaluasi adalah untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran, dalam

hal ini adalah tujuan instruksional khusus, dan untuk mengetahui tingkat

keefektifan PBM yang dilakukan oleh guru.54

Dalam Essentials of Educational Psychology dijelaskan, tujuan evaluasi

yaitu :

(1) to determine the status of each pupil in various objectives of the curriculum; (2) to evaluate the status of rate of growth of each pupil in terms of his ability and age; (3) to identify each pupil of their education needs. (4) to identify the gifted pupil, the normal pupil, and the slow-learning pupil; (5) to group pupils for instructional purposes within the class group; (6) to analyze or diagnose an individual pupil's difficulties and rate of growth; (7) to determine the achievement status of class at the beginning and at the end of term.55

51 Rama Yulis, op.cit.,hlm.163. 52 Ibid.,hlm.166-167. 53 Zuhairini, op. cit.,hlm.111. 54 Ibid. 55 Charles E. Skinner (ed.), Essentials of Educational Psychology, (Tokyo : Prantice Hall &

Maruzen Company Ltd., 1958), hlm. 441-442.

Page 21: BAB II afif - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · dalam penelitian ini penulis akan memaparkan beberapa pengertian kitab kuning

34

(1) Untuk menentukan macam-macam objek kurikulum untuk setiap murid; (2) untuk menilai status tingkat pertumbuhan kemampuan dan umur setiap murid; (3) untuk mengidentifikasi kebutuhan pendidikan tiap-tiap murid; (4) untuk mengidentifikasi murid berbakat, murid biasa, dan murid lamban belajar; (5) untuk mengelompokkan murid untuk tujuan instruksional ke dalam kelas; (6) untuk menganalisa dan mendiagnosa kesulitan-kesulitan murid dan tingkat pertumbuhannya; (7) untuk menentukan status prestasi dalam kelas pada awal dan akhir masa belajar. Evaluasi dapat dilakukan pada jangka pendek dan jangka panjang.

Evaluasi jangka pendek dilakukan setelah berlangsungnya proses belajar

mengajar, evaluasi ini dinamakan dengan evaluasi formatif. Sedangkan

evaluasi jangka panjang dilakukan setelah proses belajar mengajar

dilangsungkan selama beberapa kali dan pada periode tertentu, misalnya pada

tengah semester atau akhir semester, evaluasi ini disebut evaluasi sumatif.56

B. Hasil Pembelajaran Kitab Kuning.

1. Pengertian Hasil Belajar.

Hasil belajar merupakan tujuan pendidikan yaitu seperangkat hasil

pendidikan yang tercapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya

kegiatan pendidikan.57

Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa

adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi

tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau

diukur.58 Namun biasanya sumber dari hasil belajar adalah diambil dari hasil

belajar yang diperoleh oleh siswa pada akhir pembelajaran.

Adapun hasil pembelajaran secara umum dapat diklasifikasikan

menjadi tiga kelompok, yaitu :

a. Keefektivitasan pembelajaran diukur dengan tingkat pencapaian peserta

didik terhadap tujuan atau isi bidang studi yang ditetapkan. Ada 7 aspek

penting yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan keefektivitasan,

56 Nana Sudjana, op. cit., hlm. 112. 57 Oemar Hamalik, op. cit., hlm. 3. 58 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda

Karya, 2000), hlm. 150.

Page 22: BAB II afif - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · dalam penelitian ini penulis akan memaparkan beberapa pengertian kitab kuning

35

yaitu; (1) Kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari atau juga sering

disebut dengan tingkat kesalahan, (2) Kecepatan untuk kerja, (3) Kesesuaian

dengan prosedur, (4) kualitas untuk kerja, (5) Kualitas hasil akhir, (6)

Tingkat ahli belajar, dan (7) Tingkat referensi dari apa yang dipelajari.

b. Koefisien pembelajaran diukur dengan rasio antara keefektivitasan dan

jumlah waktu yang digunakan dan atau jumlah biaya yang digunakan.

c. Daya tarik pembelajaran diukur dengan mengamati kecenderungan peserta

didik untuk tetap atau terus belajar. Daya tarik pembelajaran erat kaitannya

dengan daya tarik bidang studi dan kualitas pembelajaran biasanya akan

mempengaruhi ke-duanya. Oleh sebab itu, pengukuran kecenderungan

untuk terus atau tidak belajar dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran

itu sendiri atau dengan bidang studi.

Dari uraian di atas, hasil belajar dalam pembelajaran kitab kuning itu

mencakup kemampuan-kemampuan yang dimiliki setelah siswa menerima

pengalaman belajar. Berkaitan dengan hal ini, maka kriteria kemampuan

(kualitas) belajar kitab kuning dapat dilihat dalam kemampuan membaca kitab,

men-translate, perubahan dalam bersikap dan aktualisasi nilai dari meteri-

materi kitab yang diajarkan, atau dengan kata lain hasil belajar dari

pembelajaran kitab kuning dapat dilihat dari perubahan aspek afektif, kognitif,

maupun Psikomotorik siswa.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.

Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau kekuasaan, dalam

arti apabila seseorang telah sanggup, mampu dan berkuasa, dia bisa

mempunyai kemampuan pengetahuan dan mempraktikkannya. Keberhasilan

belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara faktor

yang mempengaruhi baik dari dalam diri maupun dari luar. Menurut Ngalim

Purwanto faktor tersebut dibagi menjadi dua macam, yaitu :

a. Faktor yang ada pada individu sendiri, meliputi: (1) Kematangan atau

pertumbuhan, (2) Kecerdasan atau intelegensia, (3) Latihan dan ulangan,

(4) Motivasi dan (5) Sifat-sifat pribadi individu.

Page 23: BAB II afif - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · dalam penelitian ini penulis akan memaparkan beberapa pengertian kitab kuning

36

b. Faktor yang ada di luar individu, meliputi: (1) Faktor Keluarga atau

keadaan keluarga, (2) Guru dan cara mengajarnya, (3) Alat-alat pelajaran,

(4) Motivasi sosial, (5) Lingkungan dan kesempatan,59

Kedua faktor tersebut kalau dijabarkan semua akan terlalu panjang

pembahasannya. Berikut ini akan penulis uraikan secara garis besarnya saja,

yaitu:

1. Faktor dari dalam

a. Kematangan pertumbuhan.

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan

seseorang dimana alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan

kecakapan baru.60

b. Kecerdasan dan intelegensia

Intelegensia adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu

kecakapan untuk menghadapi dan menyelesaikan ke dalam situasi yang

baru dengan cepat dan efektif, mengetahui dan menggunakan konsep-

konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan

mempelajarinya dengan cepat.61

c. Motivasi

Motivasi adalah dorongan untuk belajar. Dalam proses belajar, motivasi

merupakan pendorong bagi siswa agar dapat belajar dengan baik.

Karena motivasi akan memperkuat keinginan untuk belajar

d. Sifat-sifat pribadi seseorang

Setiap orang memiliki sifat-sifat kepribadian yang berbeda antara

seseorang dengan yang lainnya. Sifat-sifat yang berbeda itu yang dapat

mempengaruhi sampai dimana hasil belajarnya

59 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 102-

105. 60 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Bandung: Rineka Cipta,

1995), hlm. 58. 61 Ibid., hlm. 56.

Page 24: BAB II afif - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · dalam penelitian ini penulis akan memaparkan beberapa pengertian kitab kuning

37

2. Faktor dari Luar.

a. Faktor Keluarga atau Keadaan Keluarga.

Keluarga merupaka lingkungan pertama dan utama yang dialami anak.

Suasana dan keadaan keluarga turut menentukan bagaimana dan sampai

dimana belajar dialami dan dicapai anak-anak. Faktor keluarga bisa

mempengaruhi keberhasilan belajar anak dan fasilitas-fasilitas belajar

yang ada di keluarga juga turut memegang peranan penting.

b. Guru dan Cara Mengajar.

Guru dan cara mengajarnya mempengaruhi tingkat hasil belajar siswa.

Karena guru memegang kendali dalam proses pembelajaran.

c. Alat Pengajaran.

Alat pengajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan

bahan pelajaran.62

d. Motivasi Sosial.

Menurut Ngalim Purwanto, bahwa belajar itu adalah suatu proses yang

timbul dari dalam, maka faktor motivasi memegang peranan pula. Jika

guru atau orang tua dapat memberikan yang baik pada anak-anak

timbullah dari dalam diri anak itu dorongan dan hasrat untuk belajar

lebih baik. Anak dapat menyadari apa gunanya belajar dan apa gunanya

tujuan yang hendak dicapai dengan pelajaran itu, jika diberi stimulus,

motivasi yang baik dan sesuai. Motivasi sosial dapat pula timbul pada

anak dari orang-orang di sekitarnya. Dan pada umumnya motivasi

semacam ini diterima anak secara tidak sengaja, dan mungkin pula tidak

dengan sadar.63

e. Lingkungan dan Kesempatan

Faktor lingkungan dan kesempatan turut berpengaruh dalam proses dan

hasil belajar. Banyak anak-anak yang tidak dapat belajar dengan hasil

baik dan tidak dapat mempertinggi belajarnya, akibat tidak adanya

kesempatan yang disebabkan oleh sibuknya pekerjaan setiap hari,

62 Slameto, op. cit., hlm. 74. 63 Ngalim Purwanto, loc. cit.,hlm. 105

Page 25: BAB II afif - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · dalam penelitian ini penulis akan memaparkan beberapa pengertian kitab kuning

38

begitu pula pengaruh lingkungan yang buruk dan negatif serta faktor-

faktor lain yang terjadi di luar kemampuannya.

C. Rasionalisasi tentang Pembelajaran Kitab Kuning dalam Lembaga

Pendidikan Formal.

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa kitab kuning

adalah kitab Islam klasik yang diajarkan pada lembaga pendidikan non-formal

(Pondok Pesantren) dan dalam penyampaiannya menggunakan metode

konvensional, serta tidak terikat dengan kurikulum pemerintah, oleh karena itu

apabila kitab kuning diterapkan dalam lembaga pendidikan formal, maka bukan

tidak mungkin apabila lembaga tersebut akan dihadapkan pada faktor-faktor

yang dapat menghambat pembelajarannya, baik dari segi pemilihan pengajar,

tujuan pengajaran, metode, materi, serta evaluasi ataupun kendala-kendala lain

yang berasal dari lingkungan lembaga pendidikan yang kompleks tersebut.

Kitab kuning dapat diterapkan di lembaga pendidikan formal jikalau

komponen-komponen pengajarannya dapat dipilih dengan tepat dan faktor-

faktor penunjangnya dapat dimanfaatkan secara efektif sehingga tujuan dari

pengajarannya dapat tercapai.

Pada pengajaran kitab Ta'limul Muta'allim, Fatkhul Qorib, dan kitab

Muhtarul Ahadis, materi yang diajarkan adalah materi tentang akhlak, Fiqih dan

nasehat-nasehat nabi Muhammad SAW., maka secara otomatis apabila

pelaksanaan pengajarannya berjalan dengan lancar dan metode yang dipilih

relevan dengan materinya serta faktor-faktor penghambat pengajaran dapat

diatasi dengan baik dan siswa mempelajarinya dengan antusias, niscaya tujuan

dalam pembelajaran kitab tersebut akan tercapai.

Sebagaimana yang telah disebutkan dalam teori "Transfer of Learning",

dijelaskan bahwa :

"Hasil belajar dalam suatu bidang dapat dipergunakan untuk mempelajari bidang lain, meskipun derajat kemungkinannya tidak selalu sama. Misalnya kepandaian kita dalam berhitung mempermudah kita mempelajari ilmu pasti, kecakapan kita dalam bahasa memungkinkan kita

Page 26: BAB II afif - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · dalam penelitian ini penulis akan memaparkan beberapa pengertian kitab kuning

39

mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan yang lain. Pemindahan hasil belajar pada suatu bidang yang lain disebut transfer of learning".64

Adapun di dalam buku Psikologi Belajar yang disusun oleh Tim

Pengembangan MKDK IKIP Semarang, dikatakan bahwa "transfer of learning"

diterjemahkan menjadi transfer belajar. Transfer belajar ialah pemindahan hasil

belajar dari mata pelajaran yang satu ke mata pelajaran yang lain".65

Jika dikaitkan dengan teori pemindahan hasil belajar tersebut, maka

dapat diketahui bahwa hasil pengajaran kitab kuning yang diterapkan di sekolah

formal dapat menjadikan siswa meningkatkan kemampuan kognitif, afektif serta

Psikomotoriknya, hal tersebut dikarenakan ada kesesuaian antara materi-materi

kitab yang diajarkan dengan peningkatan ketiga ranah tersebut, kesesuaian

tersebut dapat dilihat dari beberapa segi yaitu :

1. Isi / bahan / materi yang diajarkan dalam kitab kuning membahas tentang

fiqih, Ibadah, muamalah serta kumpulan-kumpulan hadis nabi Muhammad

SAW. ditambah fatwa-fatwa dari para ulama, sehingga dapat membantu

siswa untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaannya terhadap Allah SWT.

2. Jika kitab kuning pada sekolah formal diajarkan oleh seorang yang memiliki

pengetahuan keagamaan yang tinggi dan dapat dijadikan suri tauladan bagi

siswanya, serta dalam pengajarannya seorang guru memilih metode, materi,

tujuan, serta evaluasi yang tepat, sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar

yang maksimal dan cenderung bersimpati serta ber-imitasi terhadap gurunya,

niscaya bukan merupakan suatu hal yang mustahil apabila setelah

pengajarannya selesai mereka dapat merubah tingkah lakunya yang negatif

menjadi positif, dapat menambah iman dan takwanya terhadap Allah SWT.

Dari pemaparan-pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa pengajaran

kitab kuning dalam lembaga pendidikan formal dapat meningkatkan kemampuan

kognitif, afektif dan psikomotorik siswa, namun dalam implementasinya pastilah

terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran

kitab kuning tersebut.

64 Sukirin, Pokok-pokok Psikologi Pendidikan,(Yogyakarta : FIP-IKIP,1979),hlm.66. 65 Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, Psikologi Belajar,(Semarang : IKIP Semarang

Press.,1989),hlm. 134.