BAB II AB3

15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN LIMBAH CAIR Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produk industri maupun domestik (rumah tangga). Limbah cairadalahkotoran dari masyarakat dan rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya, dengan demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum. B. JENIS-JENIS LIMBAH CAIR Limbah cair berasal dari dua jenis sumber yaitu limbah cair rumah tan dan limbahcair industri. Secaraumum didalam limbah rumah tangga tidak terkandung zat-zat berbahaya, sedangkan didalam limbah industri harus dibed antara limbah yang mengandung zat-zat yang berbahaya dan yang tidak. Untuk yang mengandung zat-zat yang berbahayaharus dilakukan penanganan khusustahapawal sehingga kandungannya bisadi minimalisasi terlebih dahulu sebelum dialirkan ke sewage plant , karena zat-zat berbahaya itu bisa memetikan fungsi mikro organisme yang berfungsi menguraikan senyawa-senyawa di dalam limbah cair. Sebagian zat-zat berbahaya bahkan kalau dialirkan ke sawage plant hanya melewatinya tanpa terjadi perubahan yang berarti, misalny berat.

Transcript of BAB II AB3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN LIMBAH CAIR Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Limbah cair adalah kotoran dari masyarakat dan rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya, dengan demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum. B. JENIS-JENIS LIMBAH CAIR Limbah cair berasal dari dua jenis sumber yaitu limbah cair rumah tangga dan limbah cair industri. Secara umum didalam limbah rumah tangga tidak

terkandung zat-zat berbahaya, sedangkan didalam limbah industri harus dibedakan antara limbah yang mengandung zat-zat yang berbahaya dan yang tidak. Untuk yang mengandung zat-zat penanganan yang berbahaya harus dilakukan

khusus tahap awal sehingga kandungannya bisa di minimalisasi

terlebih dahulu sebelum dialirkan ke sewage plant, karena zat-zat berbahaya itu bisa memetikan fungsi mikro organisme yang berfungsi menguraikan senyawa-senyawa di dalam limbah cair. Sebagian zat-zat berbahaya bahkan kalau dialirkan ke sawage plant hanya melewatinya tanpa terjadi perubahan yang berarti, misalnya logam berat.

Penanganan limbah industri tahap awal ini biasanya dilakukan secara kimiawi dengan menambahkan zat-zat kimia yang bisa mengeliminasi zat-zat yang berbahaya. C. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Karakteristik limbah cair dapat dibagi menjadi tiga yaitu: 1. Karakteristik Fisika Karakteristik fisika ini terdiri dari beberapa parameter, diantaranya: a. Total Solid (TS) Merupakan padatan didalam air yang terdiri dari bahan organik maupun anorganik yang larut, mengendap, atau tersuspensi dalam air. b. Total Suspended Solid (TSS) Merupakan jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada didalam limbah cair setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron. c. warna Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan menigkatnya kondisi anaerob, warna limbah berubah dari yang abu abu menjadi kehitaman. d. kekeruhan Kekeuhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang bersifat organik maupun anorganik. e. temperatur

Merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya terhadap reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan air untuk berbagai aktivitas sehari-hari. f. bau Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi materi atau penambahan substansi pada limbah. Pengendalian bau sangat penting karena terkait dengan masalah estetika. 2. Karateristik Kimia a. Biological Oxygen Demand (BOD) Menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahanbahan buangan di dalam air b. Chemical Oxygen Demand (COD) Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara kimia guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam ppm (part per milion) atau ml O2/liter. c. Dissolved Oxygen (DO) Adalah kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk respirasi aerob mikroorganisme. DO di dalam air sangat tergantung pada temperatur dan salinitas d. Ammonia (NH3)

Ammonia adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan mengganggu proses desinfeksi dengan chlor. Ammonia terdapat dalam larutan dan dapat berupa senyawa ion ammonium atau ammonia. tergantung pada pH larutan e. Sulfida Sulfat direduksi menjadi sulfida dalam sludge digester dan dapat mengganggu proses pengolahan limbah secara biologi jika konsentrasinya melebihi 200 mg/L. Gas H2S bersifat korosif terhadap pipa dan dapat merusak mesin. f. Fenol Fenol mudah masuk lewat kulit. Keracunan kronis menimbulkan gejala gastero intestinal, sulit menelan, dan hipersalivasi, kerusakan ginjal dan hati, serta dapat menimbulkan kematian. g. Derajat keasaman (pH) pH dapat mempengaruhi kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mematikan kehidupan mikroorganisme. Ph normal untuk kehidupan air adalah 68. h. Logam Berat Logam berat bila konsentrasinya berlebih dapat bersifat toksik sehingga diperlukan pengukuran dan pengolahan limbah yang mengandung logam berat. 3. Karakteristik Biologi

Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam limbah cair. D. EFEK BURUK LIMBAH CAIR Sesuai dengan batasan limbah cair yang merupakan benda sisa, maka sudah barang tentu bahwa limbah cair merupakan benda yang sudah tidak dipergunakan lagi. Akan tetapi tidak berarti bahwa limbah cair tersebut tidak perlu dilakukan pengelolaan, karena apabila limbah tersebut tidak dikelola secara baik akan dapat menimbulkan gangguan, baik terhadap lingkungan maupun terhadap kehidupan yang ada. 1. Gangguan terhadap Kesehatan Limbah cair sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia mengingat bahwa banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui limbah cair. Limbah cair ini ada yang hanya berfungsi sebagai media pembawa saja seperti penyakit kolera, radang usus, hepatitis infektiosa, serta schitosomiasis. Selain sebagai pembawa penyakit di dalam limbah cair itu sendiri banyak terdapat bakteri patogen penyebab penyakit seperti: a. Virus menyebabkan penyakit polio myelitis dan hepatitis. Secara pasti modus penularannya masih belum diketahui dan banyak terdapat pada air hasil pengolahan (effluent) air.

b. Vibrio Cholera menyebabkan penyakit kolera asiatika dengan penyebaran melalui limbah cair yang telah tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung Vibrio cholera. c. Salmonella typhosa a dan Salmonella typhosa b merupakan penyebab typhus abdomonalis dan para typhus yang banyak terdapat di dalam limbah cair bila terjadi wabah. Prinsip penularannya adalah melalui air dan makanan yang telah tercemar oleh kotoran manusia yang banyak berpenyakit typhus. d. Salmonella spp dapat menyebabkan keracunan makanan dan jenis bakteri banyak terdapat pada air hasil pengolahan. e. Shigella spp adalah penyebab disentri bassillair dan banyak terdapat pada air yang tercemar. Adapun cara penularannya adalah melalui kontak langsung dengan kotoran manusia maupun perantaraan makanan, lalat dan tanah. f. Basillus antraksis adalah penyebab penyakit antrhas, terdapat pada limbah cair dan sporanya tahan terhadap pengolahan. g. Brusella spp adalah penyebab penyakit brusellosis, demam malta serta menyebabkan keguguran (aborsi) pada domba. h. Mycobacterium tuberculosa adalah penyebab penyakit tuberculosis dan terutama terdapat pada limbah cair yang berasal dari sanatorium. i. Leptospira adalah penyebab penyakit weii dengan penularan utama berasal dari tikus selokan . j. Entamuba histolitika dapat menyebabkan penyakit amuba disentri dengan penyebaran melalui lumpur yang mengandung kista.

k. Schistosoma spp penyebab penyakit schistosomiasis, akan tetapi dapat dimatikan pada saat melewati pengolahan limbah cair. l. Taenia spp adalah penyebab penyakit cacing pita, dengan kondisi yang sangat tahan terhadap cuaca. m. Ascaris spp dan Enterobius spp menyebabkan penyakit cacingan dan banyak terdapat pada air hasil pengolahan dan lumpur serta sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia. Selain sebagai pembawa dan kandungan kuman penyakit maka limbah cair juga dapat mengandung bahan-bahan beracun, penyebab iritasi, bau dan bahkan suhu yang tinggi serta bahan-bahan lainnya yang mudah terbakar. Keadaan demikian ini sangat dipengaruhi oleh sumber asal limbah cair. Kasus yang terjadi di Teluk Minamata pada tahun 1953 adalah contoh yang nyata di mana para nelayan dan keluarganya mengalami gejala penyempitan ruang pandang, kelumpuhan, kulit terasa menebal dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Kejadian yang demikian adalah sebagai akibat termakannya ikan oleh nelayan, sedangkan ikan tersebut telah mengandung air raksa sebagai akibat termakannya kandungan air raksa yang ada di dalam teluk. Air raksa ini berasal dari limbah cair yang tercemar oleh adanya pabrik yang menghasilkan air raksa pada buangan limbanya. Selain air raksa masih banyak lagi racun lainnya yang dapat membahayakan kesehatan manusia antara lain:

a. Timah hitam, apabila manusia terpapar olehnya, maka orang tersebut dapat terserang penyakit anemia, kerusakan fungsi otak, serta kerusakan pada ginjal. b. Krom dengan senyawa bervalensi tujuh lebih berbahaya bila dibandingkan dengan krom yang bervalensi tiga. Apabila terpapar oleh krom ini dapat menyebabkan kanker pada kulit dan saluran pencernaan. c. Sianida merupakan senyawa yang sangat beracun terhadap manusia karena dalam jumlah yang sangat kecil sudah dapat menimbulkan keracunan dan merusak organ hati. 2. Gangguan terhadap Kehidupan Biotik Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam limbah cair, maka akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam limbah cair. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi perkembangannya. Selain kematian kehidupan di dalam air disebabkan karena kurangnya oksigen di dalam air dapat juga karena adanya zat beracun yang berada di dalam limbah cair tersebut. Selain matinya ikan dan bakteri-bakteri di dalam air juga dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman atau tumbuhan air. Sebagai akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan sendiri yang seharusnya bisa terjadi pada limbah cair menjadi terhambat. Sebagai akibat selanjutnya adalah limbah cair akan sulit untuk diuraikan. Selain bahan-bahan kimia yang dapat

mengganggu kehidupan di dalam air, maka kehidupan di dalam air juga dapat terganggu dengan adanya pengaruh fisik seperti adanya tempertur tinggi yang dikeluarkanoleh industri yang memerlukan proses pendinginan. Panasnya limbah cair dapat mematikan semua organisme apabila tidak dilakukan pendinginan terlebih dahulu sebelum dibuang ke dalam saluran limbah cair. 3. Gangguan terhadap Keindahan Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang oleh perusahaan yang memproduksi bahan organic seperti tapioca, maka setiap hari akan dihasilkan limbah cair yang berupa bahan-bahan organik dalam jumlah yang sangat besar. Ampas yang berasal dari pabrik ini perlu dilakukan pengendapan terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran limbah cair, akan tetapi memerlukan waktu yang sangat lama. Selama waktu tersebut maka limbah cair mengalami proses pembusukan dari zat organik yang ada didalamnya. Sebagai akibat selanjutnya adalah timbulnya bau hasil pengurangan dari zat organik yang sangat menusuk hidung. Disamping bau yang ditimbulkan, maka dengan menumpuknya ampas akanmemerlukan tempat yang banyak dan mengganggu keindahan tempat

sekitarnya. Pembuangan yang sama akan dihasilkan oleh perusahaan yang menghasilkan minyak dan lemak, selain menimbulkan bau juga menyebbkan tempat di sekitarnya menjadi licin. Selain bau dan tumpukan ampas yang menggangu, maka warna limbah cair yang kotor akan menimbulkan gangguan pemandangan yang tidak kalah besarnya. Keadaan yang demikian akan lebih

parah lagi, apabila pengotoran ini dapat mencapai daerah pantai dimana daerah tersebut merupkan derah tempat rekreasi bagi masyarakat sekitarnya. Pada bangunan pengolah air limbh sumber utama dari bau berasal dari: a. Tangki pembusuk limbah cair yang berisikan hydrogen sulfida air dan baubau lain yang melewati bangunan pengolahan. b. Tempat pengumpulan buangna limbah industri. c. Bangunan penangkap pasir yang tidak dibersihkan. d. Buih atau benda mengapung yang terdapat pada tangki pengendap pertama. e. Proses pengolahan bahan organik. f. Tangki pengentalan (thickener) untuk mengambil Lumpur. g. Pembakaran limbah gas yang menggunakan suhu kurang dari semestinya. h. Proses pencampuran bahan kimia. i. Pembakaran lumpur. j. Penimbunan lumpur dan pengolahan lumpur melalui proses pengeringan. 4. Gangguan terhadap Kerusakan Benda Apabila limbah cair mengandung gas karbondioksida yang agresif, maka mau tidak mau akan mempercepat proses terjadinya karat pada benda yang terbuat dari besi serta bangunan liar yang kotor liannya. Dengan cepat rusaknya benda tersebut maka biaya pemeliharaannya akan semakin besar juga, yang berarti akan menimbulkan kerugian material. Selain karbon dioksida agresif, maka tidak kalah pentingnya apabila limbah cair itu adalah limbah cair yang berkadar pH rendah atau bersifat asam maupun pH tinggi yang bersifat basa.

Melalui pH yang rendah maupun pH yang tinggi mengkibatkan timbulnya kerusakan pada benda-benda yang dilaluinya. Lemak yang merupakan sebagian dari komponen limbah cair mempunyai sifat yang menggumpal pada suhu udara normal, dan akan berubah menjadi cair apabila berada pada suhu yang lebih panas. Lemak yang merupakan benda cair pada saat dibuang ke saluran limbah cair akan menumpuk secara kumulatif pada saluran limbah cair karena mengalami pendinginan dan lemak ini akan menempel pada dinding saluran limbah cair yang pada akhirnya akan dapat menyumbat aliran limbah cair. Selain penyumbatan akan dapat jugaterjadi

kerusakan pada tempat dimana lemak tersebut menempel yang bisa berakibat timbulnya bocor. E. LIMBAH CAT Sumber utama limbah cair cat berasal dari pencucian, pembilasan, dan pembersihan tangki, serta peralatan produksi cat, yaitu: 1. air pencucian 2. ceceran dari proses produksi 3. laboratorium dan bak-bak pencucian 4. air pendingin dan boiler (blow down) 5. pencucian alat-alat transportasi bahan-bahan baku dan penolong pembuatan cat 6. peralatan pengendalian pencemaran udara yang menggunakan air seperti wetscrubber dan alat lainnya.

Limbah cair yang berpotensi mencemari lingkungan dari pencucian peralatan pemroses serta pencucian dan pembersihan lantai. Pada beberapa pabrik cat, pencucian tangki dan peralatan menggunakan larutan kostik panas. Limbah cair dari pencucian ini kemudian ditampung dalam tangki atau drum penampung untuk pembuatan cat solvent-based, sedangkan untuk pembuatan cat water-based, limbah cair dari pencucian tangki menuju ke unit pengolahan limbah cair. Limbah cair dari pencucian peralatan pemroses cat solvent-based dapat dimanfaatkan lagi dengan menggunakan unit perolehan kembali pelarut supaya pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali. Faktor penjagaan kebersihan di pabrik atau proses produksi dapat mencerminkan pengelolaan limbah cair yang dilaksanakan, karena faktor ini dapat meminimumkan jumlah dan karakter imbah cair yang dihasilkan oleh kegiatan produksi. F. PENANGANAN LIMBAH INDUSTRI CAT Pengolahan limbah cair industri cat dapat menggunakan teknologi pengolahan limbah secara fisik, kimia, dan biologi untuk mengurangi kadar parameter utama limbah cair yang dihasilkan. Tabel 1 Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Cat yang Sudah Beroperasi Parameter COD TSS Merkuri (Hg) Kadar Maksimum (mg/l) 100 60 0,015 Beban Pencemaran Maksimum (g/m) 80 48 0,012

Seng (Zn) Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Krom Heksavalen (Cr+6) Titanium (Ti) Kadmium (Cd) Fenol Minyak dan Lemak pH 6,0-9,0 debit limbah cair maksimum

1,5 0,40 1,0 0,25 0,50 0,10 0,25 15

1,2 0,32 0,80 0,20 0,40 0,08 0,20 10

1. Cat water-based sebesar 0,5 l produk cat 2. Cat solvent-based sebesar nol; semua limbah cair yang dihasilkan harus ditampung atau diolah kembali dan tidak boleh dibuang ke perairan umum Sumber: Hernadewita, 2007 Pengolahan limbah cair yang dihasilkan dalam proses pembuatan cat dengan pemanfaatan IPAL yang meliputi: 1. ekualisasi debit limbah, dengan tangki pengumpul 2. pengaturan pH 3. pengendapan dengan penambahan bahan kimia alam, kapur atau poliflok dan garam besi di dalam tangki flokulasi 4. pengenalan atau pengeringan lumpur 5. penyaringan dengan menggunakan penyaring pasir atau media alinnya Fenolbact dan Hidrobact di dalam tangki klorinasi

6. penyaringan dengan menggunakan karbon filter pada tangki filter, dan tangki penyimpanan akhir. Penanganan limbah cair untuk industri pembuatan cat terutama dilakukan pada saat pencucian peralatan pada pembuatan cat solvent-based yang tidak boleh tercecer dan masuk ke saluran drainase melalui pemeliharaan lingkungan pabrik yang baik dan benar, sehingga pembuatan cat solvent-based dalam pembuangan limbah diharapkan mencapai zero waste. Pengolahan limbah cair industri cat dapat menggunakan teknologi pengolahan limbah secara fisik, kimia, dan biologi untuk mengurangi kadar parameter utama limbah cair yang dihasilkan. Untuk proses pembuatan cat solventbased diupayakan tidak menghasilkan limbah cair dan untuk itu diperlukan kebiasan memelihara lingkungan yang baik dan menghemat pemakaian air melalui pemanfaatan kembali air cucian tangki pada proses pembuatan cat untuk pencucian berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA Hernadewita, dkk. 2007. Penanganan Limbah Industri Cat Ditinjau dari Sisi Clean Technology dalam Manajemen Industri. Jurnal Teknik Mesin. ISSN 1829-8958. Vol. 4 No. 2, Desember 2007. http://ojs.polinpdg.ac.id/index.php/JTM/article/download/387/391 diakses online pada 18 Mei 2012 Johan, B. 2000. Pengolahan Limbah Cair dengan Proses Evaporasi. Pusat Pengembanga Pengelolaan Limbah Radioaktif, BATAN. Buletin Limbah Vol. 5 No. 2 2000. http://digilib.batan.go.id/e-jurnal/Artikel/BuletinLimbah/vol5no2th-2000/Bahdir_J.pdf diakses online pada 18 Mei 2012

Karamah, E F; dkk. 2008. Pengaruh Ozon dan Konsentrasi Zeolit terhadap Kinerja Proses Pengolahan Limbah Cair yang Mengandung Logam dengan Proses Flotasi. Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Makara, Teknologi, Vol. 12 No. 1 April 2008: 43-47. http://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/535.pdf diakses online pada 18 Mei 2012 Muljadi, dkk. 2005. Penurunan Kadar BOD Limbah Cair secara Proses Biologi dengan Tipe Rotating Biological Contractors (RBCs). Fakultas Teknis Universitas Sebelas Maret.http://si.uns.ac.id/profil/uploadpublikasi/Penurunan%20Kadar%20Bod%20Limbah%20 Cair%20Secara%20Proses%20Biologi%20Dengan%20Tipe%20Rotating%20Biological %20Contactors.pdf diakses online pada 18 Mei 2012

Santi, D N. 2004. Pengelolaan Limbah Cair pada Industri Penyamakan Kulit Industri Pulp dan Kertas Industri Kelapa Sawit. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkmdevi2.pdf diakses online pada 18 Mei 2012 Yuristiari, T. 1994. Dampak Limbah Cair Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Mojokerto Jawa Timur terhadap Kualitas Perairan Kali Mangetan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. http://endesdahlan.staff.ipb.ac.id/files/2011/01/TantiYuristiari-E25.0949.pdf diakses online pada 18 Mei 2012