Bab ii

43
BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keandalan Sistem Distribusi Keandalan adalah kemungkinan dari sistem untuk dapat bekerja optimal untuk waktu yang telah ditentukan dalam berbagai kondisi. Keandalan sistem distribusi erat kaitannya dengan masalah pemutusan beban yang merupakan akibat adanya gangguan pada sistem. Keandalan sistem distribusi berbanding terbalik dengan tingkat pemutusan beban sistem. Semakin tinggi frekwensi pemutusan beban pada sistem, maka keandalan sistem semakin berkurang, begitu juga sebaliknya. Pelayanan tenga listrik sangat menentukan efektifitas kegiatan masyarakat. Untuk dapat mengetahui dari mutu pelayanan tersebut, maka kita perlu mengetahui keandalan dari sistem tersebut dalam menanggapi atau melayani konsumen. Pengertian keandalan itu sendiri menurut sudut pandang kelistrikan adalah kemungkinan dari suatu atau kumpulan benda akan memuaskan kerja pada keadaan tertentu dan periode waktu yang telah ditentukan. Untuk mengetahui keandalan dari suatu distribusi diantaranya dapat dilakukan dengan menghitung rata-rata durasi frekwensi gangguan (interruptions) yang sering terjadi pada beban (customer) atau sering kita sebut dengan perhitungan SAIDISAIFI. Tentu saja sistem dengan tingkat keandalan yang rendah bias merugikan pihak konsumen dan pihak produsen juga, apalagi pelanggan dengan konsumsi daya yang tinggi untuk produksi, padamnya sistem bisa berpengaruh pada proses produksi. Oleh karena itu dibutuhkan data-data dari setiap gangguan yang terjadi pada pelanggan, untuk menunjukkan tingkat keandalan sistemnya,

description

Tinjauan pustaka sistem distribusi

Transcript of Bab ii

Page 1: Bab ii

BAB II

TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keandalan Sistem Distribusi

Keandalan adalah kemungkinan dari sistem untuk dapat bekerja optimal untuk waktu

yang telah ditentukan dalam berbagai kondisi. Keandalan sistem distribusi erat kaitannya dengan

masalah pemutusan beban yang merupakan akibat adanya gangguan pada sistem. Keandalan

sistem distribusi berbanding terbalik dengan tingkat pemutusan beban sistem. Semakin tinggi

frekwensi pemutusan beban pada sistem, maka keandalan sistem semakin berkurang, begitu juga

sebaliknya. Pelayanan tenga listrik sangat menentukan efektifitas kegiatan masyarakat. Untuk

dapat mengetahui dari mutu pelayanan tersebut, maka kita perlu mengetahui keandalan dari

sistem tersebut dalam menanggapi atau melayani konsumen.

Pengertian keandalan itu sendiri menurut sudut pandang kelistrikan adalah kemungkinan

dari suatu atau kumpulan benda akan memuaskan kerja pada keadaan tertentu dan periode waktu

yang telah ditentukan. Untuk mengetahui keandalan dari suatu distribusi diantaranya dapat

dilakukan dengan menghitung rata-rata durasi frekwensi gangguan (interruptions) yang sering

terjadi pada beban (customer) atau sering kita sebut dengan perhitungan SAIDI–SAIFI. Tentu

saja sistem dengan tingkat keandalan yang rendah bias merugikan pihak konsumen dan pihak

produsen juga, apalagi pelanggan dengan konsumsi daya yang tinggi untuk produksi, padamnya

sistem bisa berpengaruh pada proses produksi. Oleh karena itu dibutuhkan data-data dari setiap

gangguan yang terjadi pada pelanggan, untuk menunjukkan tingkat keandalan sistemnya,

Page 2: Bab ii

selanjutnya data tersebut bisa dianalisis untuk meningkatkan keandalan dari sistem yang ada.

Datadata keandalan antara lain sebagai berikut :

2.1.1 Laju kegagalan ( λ )

Laju kegagalan adalah banyaknya kegagalan operasi yang terjadi pada suatu alat dalam

suatu periode tertentu. Bila dimisalkan (f) adalah jumlah kegagalan selama selang waktu

percobaan dan total waktu percobaannya adalah (T), maka laju kegagalannya adalah :

Dimana:

λ = Angka kegagalan

F = Jumlah kegagalan selama selang waktu percobaan

T = Jumlah lamanya selang waktu

Dalam perhitungannya dapat dengan cara per tahun, per bulan, dll. Pada sistem distribusi

biasanya dipakai perhitungan per tahun. Dengan perhitungan

angka kegagalan rata - rata :

2.1.2 Laju perbaikan (r)

Page 3: Bab ii

Laju perbaikan adalah waktu yang dibutuhkan suatu alat yang gagal atau keluar untuk

beroperasi kembali dengan cara diganti atau diperbaiki, dengan satuan jam. Dalam

perhitungannya untuk mendapatkan waktu kegagalan rata-rata yang dialami oleh sebuah alat,

maka :

Dimana :

U = Waktu kegagalan per tahu (Jam/tahun).

λ = Angka kegagalan per tahun (Gangguan/tahun)

r = Waktu kegagalan (Jam)

2.1.3 Laju perbaikan per tahun ( U )

Laju perbaikan per tahun adalah banyaknya waktu perbaikan rata - rata per tahun pada

suatu alat. Diperoleh dengan cara mengalikan angka kegagalan

dan waktu keluar alat tersebut, maka :

Dimana :

U = Waktu kegagalan per tahun (Jam/tahun).

λ = Angka kegagalan per tahun (Gangguan/tahun)

Page 4: Bab ii

r = Waktu kegagalan (Jam)

2.1.4 SAIFI (System Average Interruption Frequency Index)

SAIFI adalah indeks keandalan yang merupakan jumlah dari perkalian frekuensi padam

dan pelanggan padam dibagi dengan jumlah pelanggan yang dilayani. Dengan indeks ini

gambaran mengenai frekuensi kegagalan rata-rata yang terjadi pada bagian-bagian dari sistem

bisa dievaluasi sehingga dapat dikelompokkan sesuai dengan tingkat keandalannya. Satuannya

adalah pemadaman per pelanggan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

SAIFI =

SAIFI=

Dimana : 𝛌 = angka kegagalan rata-rata / frekuensi padam

𝑵 = jumlah konsumen yang terganggu pada beban

𝑵 = jumlah konsumen yang dilayani

2.1.5 SAIDI (System Average Interruption Duration Index)

SAIDI adalah indeks keandalan yang merupakan jumlah dari perkalian lama padam dan

pelanggan padam dibagi dengan jumlah pelanggan yang dilayani. Dengan indeks ini, gambaran

mengenai lama pemadaman rata-rata yang diakibatkan oleh gangguan pada bagian-bagian dari

sistem dapat dievaluasi.

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

SAIDI =

Page 5: Bab ii

SAIDI =

Dimana : U = durasi gangguan

𝑵 = jumlah konsumen yang terganggu pada beban

𝑵 = jumlah konsumen yang dilayani

Indeks keandalan merupakan suatu indikator keandalan yang dinyatakan dalam suatu besaran

probabilitas. Sejumlah indeks telah dikembangkan untuk menyediakan suatu kerangka untuk

mengevaluasi keandalan jaringan sistem distribusi.

2.2 Gardu Induk

Gardu induk di sebut juga gardu unit pusat beban yang merupakan gabungan dari

transformer dan rangkaian switchgear yang tergabung dalamsatu kesatuan melalui sistem kontrol

yang saling mendukung untuk keperluan operasional. Pada dasarnya gardu induk bekerja

mengubahtegangan yang dibangkitkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik menjaditenaga listrik

menjadi tegangan tinggi atau tegangan transmisi dan sebaliknya mengubah tegangan menengah

atau tegangan distribusi.

Gardu Induk juga merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi) tenaga listrik,

atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran (transmisi). Penyaluran (transmisi)

merupakan sub sistem dari sistem tenaga listrik.Berarti, gardu induk merupakan sub-sub sistem

dari sistem tenaga listrik. Sebagai sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi), gardu induk

mempunyai peranan penting, dalam pengoperasiannya tidak dapat dipisahkan dari sistem

Page 6: Bab ii

penyaluran (transmisi) secara keseluruhan. Pengaturan daya ke gardu-gardu induk lainnya

melalui tegangan tinggi dan gardu-gardu induk distribusi melalui feeder tegangan menengah.

Gardu Induk (GI) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari saluran transmisi distribusi

listrik.Dimana suatu system tenaga yang dipusatkan pada suatu tempat berisi saluran transmisi

dan distribusi,perlengkapan hubung bagi,transfomator, dan peralatan pengaman serta peralatan

control.

Fungsi utama dari gardu induk :

Untuk mengatur aliran daya listrik dari saluran transmisi ke saluran transmisi lainnya

yang kemudian didistribusikan ke konsumen

Pengukuran, pengawasan operasi serta pengaturan dari pengamanan sistem tenaga

listrik.

Sebagai pengaman operasi system

Sebagai tempat untuk menurunkan tegangan transmisi menjadi tegangan distribusi

Oleh karena itu,jika dilihat dari segi manfaat dan kegunaan dari gardu induk itu

sendiri,maka peralatan dan komponen dari gardu induk harus memiliki keandalan yang tinggi

serta kualitas yang tidak diragukan lagi,atau dapat dikatakan harus Optimal dalam kinerjanya

sehingga masyarakat sebagai konsumen tidak merasa dirugikan oleh kinerjanya.Oleh karena

itu,sesuatu yang berhubungan dengan rekonstruksi pembangunan gardu induk harus memiliki

syarat-syarat yang berlaku dan pembanguna gardu induk harus diperhatikan besarnya beban.

Maka perencanaan suatu gardu induk harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Operasi,yaitu dalam segi perawatan dan perbaikan mudah

Flexsibel

Page 7: Bab ii

Konstruksi sederhana dan Kuat

Memiliki tingkat keandalan dan daya guna yang tinggi

Memiliki tingkat keamanan yang tinggi

2.3 Komponen Utama Gardu Induk

Gardu induk dilengkapi komponen utama sebagai fasilitas yang diperlukan sesuai dengan

tujuannya serta mempunyai fasilitas untuk operasi dan pemeliharaan, komponen tersebut antara

lain :

2.3.1 Transformator Daya

Transformator daya atau tenaga merupakan peralatan listrik yang berfungsi untuk

menyalurkan tenaga listrik dari tegangan tinggi (500 KV) ke tegangan menengah (200 KV) atau

sebaliknya (mentransformasikan tegangan).

Gambar 2.1 Trafo daya

Page 8: Bab ii

2.3.2 Pemisah

Pemisah (PMS) adalah alat yang dipergunakan untuk menyatakan secara visual bahwa

suatu peralatan listrik sudah bebas dari tegangan kerja. Oleh karena itu pemisah tidak boleh

dihubungkan atau dikeluarkan dari rangkaian listrik dalam keadaan berbeban. Adapun fungsi

pemisah adalah menghubungkan atau memutuskan rangkaian dalam keadaan tidak

berbeban.Cara pemasangan PMS dibedakan ataspasangan dalam dan pasangan luar. Tenaga

penggerak dari PMS adalah secara manual, motor, pneumatic atau angin dan hidrolis. Sesuai

dengan fungsi dan kegunaannya maka pemisah dapat dibagi menjadi:

Pemisah peralatan

Sebagai pengamanan peralatan atau instalasi yang bertegangan saat dihubungkan dan

melepaskan pemutus arus dalam keadaan tanpa beban

Pemisah tanah

Berfungsi untuk mengamankan peralatan dari sisa tegangan yang timbul sesudah SUTT /

SUTM diputuskan.

2.3.3 Pemutus tenaga (Circuit Breaker)

Pemutus tenaga (PMT) adalah peralatan atau saklar untuk menghubungkan atau

memutuskan suatu rangkaian/jaringan listrik sesuai dengan ratingnya. PMT memutuskan

hubungan daya listrik bila terjadi gangguaan, baik dalam keadaan berbeban maupun tidak

Page 9: Bab ii

berbeban dan proses ini di lakukan dengan cepat. Pada saat PMT dalam keadaan gangguan

menimbulkan arus yang relatif besar, PMT dibedakan menjadi tiga, yaitu :

PMT dengan menggunakan udara sebagai pemadam busur api.

Gambar 2.2 Air circuit breaker

PMT dengan menggunakan minyak sebagai pemadam busur api.

Gambar 2.3 Oil circuit breaker

PMT dengan menggunakan gas sebagai pemadam busur api

.

Page 10: Bab ii

Gambar 2.4 SF6 Circuit Breaker

2.3.4 Trafo Tegangan

Trafo tegangan disebut juga potensial transformator adalah trafo yang berfungsi

menurunkan tegangan tinggi menjadi tegangan menengah dan tegangan rendah, untuk sumber

tegangan alat-alat ukur dan alat-alat proteksi. Fungsi trafo tegangan (potensial transformer) :

Memperkecil besaran tegangan pada system tenaga listrik menjadi besaran

tegangan untuk system pengukuran atau proteksi.

Mengisolasi rangkaian sekunder tehadap rangkaian primer.

Memungkinkan standarisasi rating tegangan untuk peralatan sisi sekunder.

Penggunaan/pemakaian tegangan sekunder potensial transformer antara lain:

a. Matering atau pengukuran

KV meter, MW meter, MVar meter, KWH meter.

b. Proteksi atau pengaman

Relai jarak (distance relay).

Relai sinkron (synchron relay).

Relai berarah (directional relay).

Relai frekuensi (frequency relay).

Relai tegangan (voltage relay).

Prinsip kerja trafo tegangan

Page 11: Bab ii

Hampir sama dengan trafo-trafo pada umumnya arus bolak-balik yang mengalir

mengelilingi suatu inti besi maka inti besi itu akan berubah menjadi magnit dan apabila magnit

tersebut dikelilingi oleh suatu belitan maka kedua ujung tersebut akan tejadi beda tegangan yang

membedakan hanya dalam trafo tegangan arus dan daya nya kecil.

Klasifikasi transformator tegangan dibedakan menurut tipe kontruksinya yaitu :

Trafo tegangan induktif (inductive voltage transformer atau

electromagnetic voltage transformer) yang terdiri dari lilitan priemer dan

lilitan sekunder, dan tegangan pada lilitan priemer akan

mengiduksikannya ke lilitan sekunder.

Trafo tegangan kapasitif (capacitor voltage transformer) terdiri dari

rangkaian kondensator yang berfungsi sebagai pembagi teganganpada sisi

tegangan tinggi dari trafo pada tegangan menengah yang menginduksikan

tegangan ke lilitan sekunder.

Trafo tegangan trafo tegangan 1 phasa, 2 phasa dan, 3 phasa.

Gambar 2.5 Potensial transformator

2.3.5 Trafo Arus

Page 12: Bab ii

Disebut juga current transformer (CT) berfungsi untuk menurunkan arus besar pada

tegangan tinggi menjadi arus kecil pada tegangan rendah untuk keperluan pengukuran dan

pengaman. Menurut tipe kontruksinya :

a. Tipe Cincin (ring/window tipe)

b. Tipe Tangki Minyak

c. Tipe cor-coran Cast Resin (mounded cast resin tipe)

Gambar 2.6 Trafo arus

2.3.6 Arrester

Berfungsi sebagai alat untuk melindungi isolasi atau mengamankan instalasi (peralatan

listrik pada instalasi) dari gangguan tegangan lebih yang diakibatkan oleh sambaran petir atau

tegangan transient yang tinggi dari suatu penyambungan atau pemutusan rangkaian, alat ini

bersifat sebagai by-pass disekitar isolasi yang membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus

kilat sistem pentanahan sehingga akan menimbulkan tegangan lebih yang tinggi dan

tidakmerusak isolasi peralatan listrik. By- pass ini harus sedemikian rupa sehingga tidak

mengganggu aliran daya ke konsumen. Jadi pada keadaan normal arrester berlaku sebagai

isolator, bila timbul tegangan surya maka alat ini bersifat konduktor yang tahanannya lebih

rendah, sehingga dapat menyalurkan arus yang tinggi ketanah. Setelah surya hilang, arrester

Page 13: Bab ii

harus dapat dengan cepat kembali menjadi isolasi. Sesuai dengan fungsinya, maka arrester

dipasang pada setiap ujung saluran udara tegangan tinggi yang memasuki gardu induk. Bentuk

umum arrester yang digunakan pada Gardu Induk.

Gambar 2.7 Arrester

2.3.7 Panel Kontrol

Jenis-jenis panel kontrol yang ada dalam suatu gardu induk terdiri dari panel kontrol

utama, panel relay.

1. Panel control utama.

Yang terdiri dari panel instrumen dan panel operasi. Pada panel instrument

terpasang alat-alat ukur dan indikator gangguan, dari panel ini alat-alat tersebut

dapat diawasi dalam keadaan sedang beroperasi. Indikator-indikator yang ada

pada rel kontrol antara lain:

Page 14: Bab ii

400 V AC fault

24 V DC charger

110 V DC charger

Low pressure

Distance protective trip

Isolating switch on load control

Auto recloser

PLC equipment fault

Breaker failure protection trip

Motor over run

150 KV apparatus motor fault

Busbar protection fault

Busbar VT secondary MCB fault

Busbar breaker failure protection trip

2. Panel relay

Pada panel ini terdapat relay pengaman untuk trafo dan sebagainya. Relay

pengaman differensual trafo dan sebagainya. Bekerjanya relay dapat diketahui

dari penunjukkan pada relay itu sendiri dan pada indikator gangguan dipanel

kontrol utama. Pada gardu induk ada yang memanfaatkan sisi depan dari panel

dipakai sebagai panel utama dengan instrument dan saklar, kemudian sisi

belakangnya dipakai sebagai panel relay. Pada gardu induk yang rangkaiannya

rumit, maka panel relay terpasang pada panel tersendiri.

Page 15: Bab ii

3. Busbar

Busbar atau rel berfungsi sebagai titik pertemuan atau hubungan trafo-trafo

tenaga saluran udara tegangan tinggi (SUTT) dan peralatan listrik lainnya untuk

menerima dan menyalurkan tenaga dan daya listrik. Bahan dari rel terbuat dari

bahan tembaga (bar copper atau hollow conductor). Pada dasarnya sistem

rel/busbar dapat dibagi, yaitu (petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan

peralatan instalasi gardu induk PT. PLN. 1995) :

Rel tunggal

Rel tunggal adalah sistem rel yang paling sederhana, karena hanya

memerlukan sedikit peralatan dan ruang, maka dari segi ekonomis sistem

ini sangat menuntungkan. Sistem ini dapat dipakai pada gardu induk

berskala kecil yang hanya mempunyai sedikit saluran keluar. Namun jika

terjadi gangguan sehingga pelayanan aliran listrik akan terputus sama

sekali.

Rel ganda

Rel ganda adalah tipe gardu induk dengan dua rel pengumpul daya.

Biasanya daya yang terkumpul dan daya yang disalurkan lebih besar dari

pada sistem rel tunggal. Apabila terjadi gangguan pada salah satu rel, kita

dapat memindahkan beban ke rel lain yang tidak terganggu.

Rel gelang (ring)

Ring gelang memerlukan ruang kecil dan baik untuk pemutusan bagian

dari pelayanan dan pemeriksa pemutus beban. Sistem ini jarang dipakai

Page 16: Bab ii

karena mempunyai kerugian disisi operasi dan sistem ini tidak begitu

leluasa seperti rel ganda.

4. Sistem Pentanahan Titik Netral

Pentanahan titik netral atau disebut juga Netral Ground Resistant (NGR)

adalah suatu sistem yang melalui kumparan petersen, tahanan (resistor) atau

langsung (solldy) yang berfungsi untuk menyalurkan arus gangguan fasa pada

sistem. Arus yang melalui pentanahan merupakan besaran ukur alat proteksi.

Pada trafo yang sisi primernya ditanahkan dan sisi sekundernya juga

ditanahkan, maka gangguan fasa ketanah disisi primer selalu dirasakan pada

sisi sekunder dan sebaliknya.

2.4 Saluran Transmisi

Saluran Transmisi merupakan media yang digunakan untuk mentransmisikan tenaga listrik

dari Generator Station/ Pembangkit Listrik sampai distribution station hingga sampai pada

konsumen listrik. Tenaga listrik ditransmisikan oleh suatu bahan konduktor yang mengalirkan

tipe Saluran Transmisi Listrik.

2.4.1 Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 200kV-500kV

Pada umumnya saluran transmisi di Indonesia digunakan pada pembangkit dengan

kapastas 500 kV. Dimana tujuannya adalah agar drop tegangan dari penampang kawat dapat

direduksi secara maksimal, sehingga diperoleh operasional yang efektif dan efisien. Akan tetapi

terdapat permasalahan mendasar dalam pembangunan SUTET ialah konstruksi tiang (tower)

yang besar dan tinggi, memerlukan tanah yang luas, memerlukan isolator yang banyak, sehingga

Page 17: Bab ii

memerlukan biaya besar. Masalah lain yang timbul dalam pembangunan SUTET adalah masalah

sosial, yang akhirnya berdampak pada masalah pembiayaan.

Gambar 2.8 SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi)

2.4.2 Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 30kV-150kV

Pada saluran transmisi ini memiliki tegangan operasi antara 30kV sampai 150kV.

Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau doble sirkuit, dimana 1 sirkuit terdiri dari 3

phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan penghantar netralnya diganti oleh

tanah sebagai saluran kembali. Apabila kapasitas daya yang disalurkan besar, maka penghantar

pada masing-masing phasa terdiri dari dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan

Berkas konduktor disebut Bundle Conductor. Jika transmisi ini beroperasi secara parsial, jarak

terjauh yang paling efektif adalah 100 km. Jika jarak transmisi lebih dari 100 km maka tegangan

jatuh (drop voltage) terlalu besar, sehingga tegangan diujung transmisi menjadi rendah. Untuk

Page 18: Bab ii

mengatasi hal tersebut maka sistem transmisi dihubungkan secara ring sistem atau

interconnection system. Ini sudah diterapkan di Pulau Jawa dan akan dikembangkan di Pulau-

pulau besar lainnya di Indonesia.

Gambar 2.9 SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi)

2.4.3 Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 30 KV – 150 KV

SKTT dipasang di kota-kota besar di Indonesia (khususnya di Pulau Jawa), dengan

beberapa pertimbangan :

Di tengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena sangat sulit

mendapatkan tanah untuk tapak tower.

Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit dan pasti timbul protes dari masyarakat,

karena padat bangunan dan banyak gedung-gedung tinggi.

Pertimbangan keamanan dan estetika.

2.4.4 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 6 KV – 30 KV

Di Indonesia, pada umumnya tegangan operasi SUTM adalah 6 KV dan 20 KV. Namun

secara berangsur-angsur tegangan operasi 6 KV dihilangkan dan saat ini hampir semuanya

Page 19: Bab ii

menggunakan tegangan operasi 20 KV. Transmisi SUTM digunakan pada jaringan tingkat tiga,

yaitu jaringan distribusi yang menghubungkan dari Gardu Induk, Penyulang (Feeder), SUTM,

Gardu Distribusi, sampai dengan ke Instalasi Pemanfaatan (Pelanggan/ Konsumen). Berdasarkan

sistem pentanahan titik netral trafo, efektifitas penyalurannya hanya pada jarak (panjang) antara

15 km sampai dengan 20 km. Jika transmisi lebih dari jarak tersebut, efektifitasnya menurun,

karena relay pengaman tidak bisa bekerja secara selektif. Dengan mempertimbangkan berbagai

kondisi yang ada (kemampuan likuiditas atau keuangan, kondisi geografis dan lain-lain)

transmisi SUTM di Indonesia melebihi kondisi ideal di atas.

Gambar 2.10 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 6 KV – 30 KV

2.4.5 Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) 6 KV – 20 KV

Ditinjau dari segi fungsi , transmisi SKTM memiliki fungsi yang sama dengan transmisi

SUTM. Perbedaan mendasar adalah, SKTM ditanam di dalam tanah. Beberapa pertimbangan

pembangunan transmisi SKTM adalah:

1. Kondisi setempat yang tidak memungkinkan dibangun SUTM.

2. Kesulitan mendapatkan ruang bebas (ROW), karena berada di tengah kota dan pemukiman

padat.

Page 20: Bab ii

3. Pertimbangan segi estetika.

Beberapa hal yang perlu diketahui:

a. Pembangunan transmisi SKTM lebih mahal dan lebih rumit, karena harga kabel

yang jauh lebih mahal dibanding penghantar udara dan dalam pelaksanaan

pembangunan harus melibatkan serta berkoordinasi dengan banyak pihak.

b. Pada saat pelaksanaan pembangunan transmisi SKTM sering menimbulkan

masalah, khususnya terjadinya kemacetan lalu lintas.

c. Jika terjadi gangguan, penanganan (perbaikan) transmisi SKTM relatif sulit dan

memerlukan waktu yang lebih lama jika dibandingkan SUTM.

d. Hampir seluruh (sebagian besar) transmisi SKTM telah terpasang di wilayah

PT. PLN (Persero) Distribusi DKI Jakarta & Tangerang.

Gambar 2.11 Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) 6 KV – 20 KV

2.4.6 Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) 40 VOLT – 1000 VOLT

Transmisi SUTR adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi di

bawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan rendah ke konsumen. Di

Page 21: Bab ii

Indonesia, tegangan operasi transmisi SUTR saat ini adalah 220/380Volt.

Radius operasi jaringan distribusi tegangan rendah dibatasi oleh:

Susut tegangan yang disyaratkan.

Luas penghantar jaringan.

Distribusi pelanggan sepanjang jalur jaringan distribusi.

Sifat daerah pelayanan (desa, kota, dan lain-lain).

susut tegangan yang diijinkan adalah + 5% dan – 10 %, dengan radius pelayanan

berkisar 350 meter.

Saat ini transmisi SUTR pada umumnya menggunakan penghantar Low Voltage

Twisted Cable(LVTC).

2.4.7 Saluran Kabel Tegangan Rendah (SKTR) 40 Volt – 1000 Volt

Ditinjau dari segi fungsi, transmisi SKTR memiliki fungsi yang sama dengan transmisi

SUTR. Perbedaan mendasar adalah SKTR di tanam didalam di dalam tanah. Jika menggunakan

SUTR sebenarnya dari segi jarak aman/ ruang bebas (ROW) tidak ada masalah, karena SUTR

menggunakan penghantar berisolasi. Penggunaan SKTR karena mempertimbangkan:

Sistem transmisi tegangan menengah yang ada, misalnya karena

menggunakan transmisi SKTM.

Faktor estetika.

Oleh karenanya transmisi SKTR pada umumnya dipasang di daerah perkotaan, terutama

di tengah-tengah kota yang padat bangunan dan membutuhkan aspek estetika. Dibanding

transmisi SUTR, transmisi SKTR memiliki beberapa kelemahan, antara lain:

Biaya investasi mahal.

Page 22: Bab ii

Pada saat pembangunan sering menimbulkan masalah.

Jika terjadi gangguan, perbaikan lebih sulit dan memerlukan waktu relatif

lama untuk perbaikannya.

2.5 Tipe jaringan distribusi jaringan menengah 20KV

Jaringan Pada Sistem Distribusi tegangan menengah (Primer 20kV) dapat dikelompokkan

menjadi lima model, yaitu Jaringan Radial, Jaringan hantaran penghubung (Tie Line), Jaringan

Lingkaran (Loop), Jaringan Spindel dan Sistem Gugus atau Kluster.

2.5.1 Jaringan Radial

Sistem distribusi dengan pola Radial seperti Gambar di bawah ini Adalah sistem

distribusi yang paling sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat beberapa penyulang

yang menyuplai beberapa gardu distribusi secara radial.

Gambar 2.12 Jaringan radial

Page 23: Bab ii

Dalam penyulang tersebut dipasang gardu-gardu distribusi untuk konsumen. Gardu

distribusi adalah tempat dimana trafo untuk konsumen dipasang. Bisa dalam bangunan beton

atau diletakan diatas tiang. Keuntungan dari sistem ini adalah sistem ini tidak rumit dan lebih

murah dibanding dengan sistem yang lain.

Namun keandalan sistem ini lebih rendah dibanding dengan sistem lainnya. Kurangnya

keandalan disebabkan karena hanya terdapat satu jalur utama yang menyuplai gardu distribusi,

sehingga apabila jalur utama tersebut mengalami gangguan, maka seluruh gardu akan ikut

padam. Kerugian lain yaitu mutu tegangan pada gardu distribusi yang paling ujung kurang baik,

hal ini dikarenakan jatuh tegangan terbesar ada diujung saluran.

2.5.2 Jaringan hantaran penghubung (Tie Line)

Sistem distribusi Tie Line seperti Gambar di bawah ini digunakan untuk pelanggan

penting yang tidak boleh padam (Bandar Udara, Rumah Sakit, dan lainlain). Sistem ini memiliki

minimal dua penyulang sekaligus dengan tambahan Automatic Change Over Switch / Automatic

Transfer Switch, setiap penyulangterkoneksi ke gardu pelanggan khusus tersebut sehingga bila

salah satu penyulang mengalami gangguan maka pasokan listrik akan di pindah ke penyulang

lain.

Page 24: Bab ii

Gambar 2.13 jaringan Tie Line

2.5.3 Jaringan loop

Pada Jaringan Tegangan Menengah Struktur Lingkaran (Loop) seperti Gambar di bawa

ini dimungkinkan pemasokannya dari beberapa gardu induk, sehingga dengan demikian

Gambar 2.14 Jaringan loop

Page 25: Bab ii

2.5.4 Jaringan spindel

Sistem Spindel seperti pada Gambar di bawah ini adalah suatu pola kombinasi jaringan

dari pola Radial dan Ring. Spindel terdiri dari beberapa penyulang (feeder) yang tegangannya

diberikan dari Gardu Induk dan tegangan tersebut berakhir pada sebuah Gardu Hubung (GH).

Gambar 2.15 Jaringan spindel

Pada sebuah spindel biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif dan sebuah penyulang

cadangan (express) yang akan dihubungkan melalui gardu hubung. Pola Spindel biasanya

digunakan pada jaringan tegangan menengah (JTM) yang menggunakan kabel tanah/saluran

kabel tanah tegangan menengah (SKTM). Namun pada pengoperasiannya, sistem Spindel

berfungsi sebagai sistem Radial. Di dalam sebuah penyulang aktif terdiri dari gardu distribusi

yang berfungsi untuk mendistribusikan tegangan kepada konsumen baik konsumen tegangan

rendah (TR) atau tegangan menengah (TM).

Page 26: Bab ii

2.5.5 Sistem gugus/ Kluser

Konfigurasi Gugus seperti pada Gambar di bawah ini banyak digunakan untuk kota besar

yang mempunyai kerapatan beban yang tinggi. Dalam sistem ini terdapat Saklar Pemutus Beban,

dan penyulang cadangan.

Gambar 2.16 Jaringan Kluser

Dimana penyulang ini berfungsi bila ada gangguan yang terjadi pada salah satu penyulang

konsumen maka penyulang cadangan inilah yang menggantikan fungsi suplai kekonsumen.

2.6 Standar Perusahaan Listrik Negara (SPLN)

SPLN adalah standar perusahaan PT PLN ( Persero ) yang ditetapkan Direksi bersifat wajib.

Dapat berupa peraturan , pedoman , instruksi , cara pengujian dan spesifikasi teknik. Sejak tahun

1976 sudah lebih dari 264 buah standar berhasil dirampungkan . 61 standar bidang pembangkitan

, 71 standar bidang transmisi , 99 standar bidang distribusi dan 33 standar bidang umum.

Page 27: Bab ii

Standar ini dimaksudkan untuk menjelaskan dan menetapkan tingkat keandalan sistem

distribusi tenaga listrik. Tujuannya ialah untuk memberikan pegangan yang terarah dalam

menilai penampilan dan menentukan tingkat keandalan dari sistem distribusi dan juga sebagai

tolak ukur terhadap kemajuan atau menentukan proyeksi yang akan dicapai PLN.

2.6.1 Indeks keandalan

Suatu besaran untuk mernbandingkan penampilan sistem distribusi, Dua indeks

keandalan yang paling sering digunakan dalam sistem distribusi adalah indeks frekuensi

pernadaman rata-rata (f) dan indeks lama pemadaman rata-rata (d).

Tabel 2.1 Perkiraan Angka Keluar

Kompon Sistem Distribusi

Komponen Angka keluar

Saluran udara

0,2 km/tahun

Kabel saluran bawah tanah

0107l km/tahun

Pemutus tenaga

0,004/unit/tahun

Sakelar beban

0,003/unit/tahun

Sakelar pisah

0,003/unit/tahun

Penutup balik

0,005/unit/tahun

Penyambung kabel

0,001/unit/tahun

Trafo distribusi

0,005/unit/tahun

Pelindung jaringan 0,005/unit/tahun

Page 28: Bab ii

Rel tegangan rendah

0,001/unit/tahun

Tabel 2.2 Operasi Kerja dan Pemulihan Pelayanan

Indeks Operasi kerja Waktu/jam

A Menerima panggialn adanya

pemadaman dan waktu yang

dibutuhkan untuk perjalanan

ke G.I

0,5

A Menerima panggilan adanya

pemadaman dan waktu yang

dibutuhkan untuk perjalanan

ke

alat penutup kembali

1

B Waktu yang dibutuhkan untuk

sampai dari satu gardu ke

gardu

berikutnya

0,16

B Waktu yang dibutuhkan untuk

sampai dari satu gardu ke

gardu

berikutnya untuk sistem spot

netword

0,2

C Waktu yang dibutuhkan untuk

memeriksa indicator gangguan

(untuk sistem spindle)

0,083

D Waktu yang dibutuhkan untuk

membuka/menutup sakelar

beban/sakelar pisah

0,25

E Waktu yang dibutuhkan untuk

membuka/menutup sakelar

beban/sakelar pisah

0,15

F Waktu yang dibutuhkan untuk

mencari lokasi gangguan pada

kabel bawah tanah

3

G Waktu yang dibutuhkan untuk 5

Page 29: Bab ii

memperbaiki kabel saluran

bawah

tanah

H Waktu yang dibutuhkan untuk

memperbaiki kabel saluran

bawah

tanah

10

I Waktu yang dibutuhkan untuk

mengganti atau memperbaiki

pemutus tenaga, sakelar

beban,

penutup kembali, atau sakelar

pisah

10

J Waktu yang dibutuhkan untuk

mengganti penyambung kabel

(bulusan) untuk kabel yang

berisolasi kertas

15

K Waktu yang dibutuhkan untuk

mengganti trafo distribusi

10

L Waktu yang dibutuhkan untuk

mengganti pelindung jaringan

10

M Waktu yang dibutuhkan untuk

mengganti/memperbaiki bus

tegangan rendah

10

(sumber : SPLN 59, 1985 : 8)

2.6.2 Konfigurasi sistem

1. Sistem radial

2. Sistem radial dengan satu PSO atau PBO di tengah

Page 30: Bab ii

3. Sistem loop

4. Tie line

5. SKTM sistem spindle

6. Gugus

Page 31: Bab ii
Page 32: Bab ii

Berikut adalah tabel nilai pemadaman rata-rata dari segi frekuensi maupun waktu

pemadaman yang sudah ditetapkan oleh SPLN no 59 tahun 1985 berdasarkan jenis konfigurasi

sistem jaringanya.

2.6.3 frekuensi dan lama pemadaman rata-rata frekuensi pemadaman rata-rata

kali/tahun

Tabel 2.3 tabel frekuensi dan lama pemadaman rata-rata kali/tahun

Kumparan SUTM

radial

SUTM

radial

dengan

PBO di

tengah

Spindle

tanpa PPJD

Spindle

dengan

PPJD

Spot

network

Pemutus 0,004 0,004 0,004 0,004 0

SUTM 3,2 2,4 - - -

PBO - 0,005 - - -

SKTM - - 1,12 1,12 0

Pemisah - - 0,003 0,003 0

Terminal

kabel

- - 0,066 0,066 0

Trafo

ditribusi

0,005 0,005 0,005 0,005 0

Rel TR 0,001 0,001 0,001 0,001 0,002

Pelindung

NP

- - - - 0,008

Jumlah 3,21 2,415 1,199 1,199 0,01

2.6.4 Lama pemadaman rata-rata (jam/tahun)

Tabel 2.4 tabel lama pemadaman rata-rata jam/tahun

kumparan SUTM SUTM Spindle Spindle Spot

Page 33: Bab ii

radial radial

dengan

PBO di

tengah

tanpa PPJD dengan

PPJD

network

Pemutus 0,042 0,042 0,0027 0,0007 0

SUTM 20,992 12,672 - - 0

PBO - 0,0678 - - 0

SKTM - - 3,987 3,0531 0

Pemisah - - 0,0461 0,0382 0

Terminal

kabel

- - 0,268 0,1799 0

Trafo

ditribusi

0,005 0,005 0,005 0,005 0

Rel TR 0,001 0,001 0,001 0,001 0,002

Pelindung

NP

- - - - 0,008

Jumlah 21,094 12,842 4,364 3,3312 0,01

2.7 Target Kinerja PLN Tahun 2014 Area Cirebon

PLN AJP Cirebon memiliki standar mengenai SAIFI dan SAIDI menyangkut kinerja pada

tahun 2014, dimana PLN UPJ Indramayu merupakan bagian dari PLN APJ Cirebon, adapun

standar yang ditetapkan sebagai berikut :

Tabel 2.5 Target Kinerja Tahun 2014 PLN Area Cirebon

No Indikator

kinerja

Formula Satuan Indramayu

Page 34: Bab ii

1 SAIDI

Menit/pelanggan 51,08

2 SAIFI

Kali/pelanggan 2,98

2.8 Gangguan pada Sistem Distribusi

Gangguan pada sistem distribusi dapat diakibatkan oleh faktor alam, kelalaian manusia, atau

usia peralatan yang terlalu lama sehingga sudah tidak mampu melakukan proses penyaluran dan

pengamanan.

Sumber gangguan pada sistem distribusi saluran udara sebagian besar disebabkan oleh

pengaruh luar. Menurut intensitasnya, sumber gangguan dapat dibagi sebagai berikut: angin dan

pohon, petir, hujan dan cuaca, kegagalan atau kerusakan peralatan, manusia, binatang, benda-

benda asing, dan sebagainya. Terjadinya gangguan dapat menyebabkan terputusnya aliran tenaga

listrik sehingga berakibat padam terhadap pelanggan. Aliran tenaga listrik yang padam dapat

menimbulkan

kerugian pada pelanggan, terutama pelanggan daya besar.

Macam gangguan pada sistem distribusi dibagi menjadi 2, yaitu:

1) Gangguan yang bersifat temporer; gangguan dapat hilang dengan sendirinya atau

dengan memutuskan sesaat bagian yang terganggu dari sumber tegangan.

2) Gangguan yang bersifat permanen; gangguan yang memerlukan tindakan

perbaikan untuk menghilangkan penyebab gangguan tersebut.

Page 35: Bab ii

2.9 Gambaran PenyulanG pada Gardu Induk Indramayu

Gardu induk indramayu memiliki dua buah trafo penunjang, dimana masing-masing

trafo ini memiliki kapasitas 30 MVA 70/20 KVA dan 30 MVA 70/20 KVA yang

melayani ketersediaan listrik untuk indramayu kota dan sekitarnya. Gardu induk

Indramayu memiliki tujuh penyulang dimana dibagi berdasarkan kapasitas trafonya, yaitu

:

Trafo II (70/20 KVA)

1. Pengyulang ERTN

2. Pengyulang LMBG

3. Pengyulang KRSG

Trafo III (70/20 KVA)

1. Penyulang PMDA

2. Penyulang LNGT

3. Penyulang LBNR

4. Penyulang BLNG

Tabel 2.6 Data panjang penyulang dan pembebanan

no Penyulang Panjang penyulang

(Km)

Beban trafo (A)

Siang Malam

1 ERTN 51,56 153 200

2 LBNG 10,98 32 32

3 KRSG 44,10 178 230

4 PMDA 19,70 148 168

Page 36: Bab ii

5 BLGN 21,38 81 164

6 LBNR 86,75 156 229

7 LNGT 55,09 100 160

Berikut adalah diagram line masing-masing penyulang dan Gardu Induk Indramayu :

Gambar 2.17 single line diagram Gardu Induk Indramayu

Gardu induk indramayu memiliki dua buah trafo penunjang, dimana masing-masing trafo

ini memiliki kapasitas 30 MVA 70/20 KVA dan 30 MVA 70/20 KVA yang melayani

ketersediaan listrik untuk indramayu kota dan sekitarnya. GI Indramayu memiliki total panjang

penyulang 481,70 Kms. Gambar dives yang berwarna kuning ialah penyulang yang aktif, yakni 7

penyulang aktif dan dua penyulang incoming dan satu penyulang yakni GWP sudah tidak aktif.

Page 37: Bab ii

20kV

Wilayah Kerja

KP Lohbener

70kV

1250

* ERETAN *

CO TAMANSARI

CO PEGADEN

CO POLINDRA

LLAB

LLAC

LLAE

LLAFLLAA

DPAL

LLAD

KTBTTMSL

TSLB

TSLA LNGL

PALAPALI

BLDA

LNGA

LBS LLA

LBS LRG

LBNA

LBNC

LBNDLBNB LBNE

PGAP

PTNI

LBNI

REC. LBN

LBS PMY

UJUNG TEG.

ERTN - LBNR

UJUNG TEG.

ERTN - LNGT

IPPA DLRB

DLRAIPLRIPPB

IAML

LBS KRS

LBS PLB

LBS DKH

TLAB

TLAG

PLBI

DKHA

DKHB

DKHI

PKDA

PKDD

PKDI

PKDC

DPKA

IGAA

IGAB

SLRI

LPIM

PTGI

100

PGKT

WRDI

20050 KBPI

250

200

100

160

50

250

50

250200

100

250

200

200

250

250

250

100

10050100

100

100

315

100

100

100

100

50 100100 160

250

160

50

LBS PAM

100

PKJA

100

PGKG

UJUNG TEG.

ERTN - WNSR

PT PLN (PERSERO)

DISTRIBUSI JABAR & BANTEN

APJ CIREBON – UPJ INDRAMAYU

SINGLE LINE DIAGRAM

PENY. ERTN GI INDYU

Digambar

Aktivitas Oleh Tgl.Paraf

LBS DAMKAR( MOTORAISE )

PENY.

LNGT

PENY.

LBNR

PENY.

WNSR

250

ADRI

100

PKDE

250

50

100

TRF. I 30MVA

GI INDRAMAYU

100

PENY.

BDUA

50

50 PGIM

PBKS100

AMBI

160

100

100

100 50

200

BKBA

KNGS

DPWD

DPWB

DPWCDPWA

BPAM

1000

PAME

100

PENY.

LBNR

UJUNG TEG.

ERTN - LBNR

250

100

100

100

160

100 LLAG

R

PKDB

LBS NNK

LBS PLKR

LBS KNG

50

50

MPIA

250 LBNF

100

LBNJ

100

25

PMRI

Gambar 2.18 Gambar Single Line diagram penyulang ERTN

Penyulang eretan memiliki panjang penyulang 51,563 Kms dengan dua jenis saluran

transmisi, yakni SUTM dan SKTM. Penyulang ini juga memiliki 80 buah trafo distribusi yang

disimbolkan dengan gambar kotak, dimana kapasitasnya di bedakan berdasarkan warna, yakni

biru muda berkapasitas 25 KVA, biru 50 KVA, kuning 100 KVA, merah muda 160 KVA, ungu

250 KVA, dan biru tua 315 KVA. Memiliki 6 LBS (Load Break Switch) dan memiliki 27 real

tegangan rendah. Penyulang ERTN menggunakan jaringan Loop pada sistem jaringanya.

Page 38: Bab ii

TRF. I 30MVA

70 kV

20 kV

BTOK

XLPE 3X150sqmm

DIBONGKAR

* LOMBANG & GREAT WALL POLYCEM *

50

DSRA

50

50

DBBM TTPB/PPBI

KIPI

PPLI GWPP

GWPI

PENY.

SLYG

630

2000

PT PLN (PERSERO)

DISTRIBUSI JABAR & BANTEN

APJ CIREBON – UPJ INDRAMAYU

SINGLE LINE DIAGRAM

PENY. LBNG GI INDYU

Digambar

Aktivitas

Oleh Tgl.Paraf

LBS MMI 10001000630

2000

XLPE 3X240sqmm

LBNG

GI INDRAMAYU

HGIMPBAI

BWJS

250 PBAD

100 PWJS

250

Gambar 2.19 Gambar Single Line diagram penyulang LMBG

Penyulang LBNG memiliki panjang penyulang sejauh 10,986 Kms, lima trafo

distribusi yang dibedakan berdasarkan warna pada setiap kotak, yaitu biru muda

berkapasitas 50 KVA, merah muda 250 KVA dan hijau 630 KVA. Penyulang LBNG

memiliki satu LBS (Load Break Switch) dan tiga rel tegangan rendah. Menggunakan

konfigurasi jaringan distribusi loop.

Page 39: Bab ii

FCO KARANGANYAR

GARDU PTJI

70 kV

20 kV

100 KTPB

100

PSRI

R

R

100

200KTPA

PNKI

100

100

250

BPKA

BPKBBPPK

100

100

SONG

100

25 KRJP

SONI

250

200

100160

200

200

160

50

50

100

25

100

100

100

100

KTPD

PGPP

BPNU

DPGA

200630

200

50

25

50 50

KTPCJSPI

GPAI

PAJB

KPMI

VHCM

BBDABBDB

BBDCBBDD

PEMS

DPUIBONA

BONB

BOND BONCPAJA

160

50100

PSKA PSKN BRDG

160

50

100

100

100

100

50

16050

50

50 50

50

BRDA

IN DARI PENY. PMDA

UJUNG TEG.

KRSG - LBNR

DPLJKRTIBPCR

BPNA

FCO BONDOL

FCO PENGANJANG

FCO PAJB

PT PLN (PERSERO)

DISTRIBUSI JABAR & BANTEN

APJ CIREBON – UPJ INDRAMAYU

SINGLE LINE DIAGRAM

PENY. KRSG GI INDYU

Digambar

Aktivitas Oleh Tgl.Paraf

TRF. I 30MVA

GI INDRAMAYU

250250

100

100 DPGB

PKAM PPPU

100

100

SONA

100

100

PBIE

PBIA

PBIF

TTRA

TTRNKASB

KASI

BKAS

PIBA PBID

PBIC

PBIB

PBIG

TTRB

FCO ARAH TEGUR

LBS BRDG

GARDU BPIM

100

KTPE

PENY.

LBNR

REC.KT

160

TUHB

315

TUZA

LBS KRSG

25

KCTA

PGPI

400TUHK

100

TUJB

250

LBS PBAN

PENY. PMDA

200 TUJC

LBS POMN

LBS PAJA

Gambar 2.20 Gambar Single Line diagram penyulang KRSG

Penyulang KRSG memiliki panjang penyulang sejauh 44,100 Kms dengan jumlah

trafo distribusi sebanyak 65 unit digambarkan dengan kotak dan dibedakan berdasarkan

warna, empat buah LBS (Load Break Switch) dan dua puluh tujuh rel tegangan rendah.

Penyulang KRSG menggunakan konfigurasi jaringan loop pada sistem distribusinya.

Page 40: Bab ii

70 kV

20 kV

160160

100

200

250630

10050

BTNLGSTI

WRDA

BTLI

JPIM

KKJPDPRD

TYIB

400

KRPD

SCIM250

160HWPI

BRII

KRAITTPY

100

1000

PDAI

250

250

400

BJIM

100

KNPI

160

100

100

250

100

100

200

PBMP

PMMIPBAS

MGLBMGLA

MGLI

JSIM

MGLC

630

TBSI

IN DARI

PENY. KRSG

OUT KE

PENY. KRSG

PT PLN (PERSERO)

DISTRIBUSI JABAR & BANTEN

APJ CIREBON – UPJ INDRAMAYU

SINGLE LINE DIAGRAM

PENY. PMDA GI INDYU

Digambar

Aktivitas Oleh Tgl.Paraf

PMMA

TBGL

100

GPBI

250

250 MAGI

KCTIPOMI

* PEMDA *

160

TRF. III 30MVA

GI INDRAMAYU

250

PBMA

100 SMMI

GARDU PTJI

100

100

PGRS

250

LBS MG

LBS PANIN

GAR

DU R

SKI

RBIM250 PTJA

R

REC.BTPN

100

POMA

50JPIA

100

MAGA

50

KNPA

100

50

JPIB

PGRA

MGLD

200

100TBKA

Peny. KRSG100BTKS

Gambar 2.21 Gambar Single Line diagram penyulang PMDA

Penyulang PMDA panjang penyulang sajauh 19,700 Kms, dengan enam puluh

buah trafo distribusi disimbolkan dengan bentuk kotak dan di bedakan berdasarkan

kapasitas dengan warna, memiliki dua buah LBS (Load Break Switch) dan dua puluh

tujuh rel TR. Penyulang PMDA menggunakan konfigurasi Loop pada sistem jaringan

distribusinya.

Page 41: Bab ii

GI INDRAMAYU

20kV

XLPE 240

70kV

* LANGUT *

BTPA100

100 50 PGEI

REC. CELOH

LBS LRGDLTC

KJWA

50 KJWC

CPLA

CPHL

100

100

50

50100

100

KJKB

KJKA160

400

KPPC

TBPL

50

DJBA

160

200

160

DJLG

DJLA

JTJI

CPHK

100

DJLB

BCSK

PCMS400

SPMC100

100

160

PTGA315

PTGL

10200

CJFG

LBS KPPC

LBS PGGN

PT PLN (PERSERO)

DISTRIBUSI JABAR & BANTEN

APJ CIREBON – UPJ INDRAMAYU

SINGLE LINE DIAGRAM

PENY. LNGT GI INDYU

Digambar

Aktivitas

Oleh Tgl.Paraf

UJUNG TEG.

LNGT - ERTN

PENY.

ERTN

160 50

SSRESSRD

505050

SSRASSRBSSRC

CO MAJA

50

50

BKBB

250

160 PTGD

TRF. III 30MVA

DRJI

DRIB

PENY.

BMUB

100

ICIM50

BCDLR

160

250

100

IPAL

RPMCLBS PNDG

LBS PTNG

100 DJLF

DJJM

100

DJLE

160 BKBC

100

50

LBNH

LBNG250

160

100

PPNS

100

RKLH

RWND

100

RKLI 100

200

RWNAKPPI

CO RAMBATAN

50 BMDA

160KJKD

DLTF50

100 SDKT

100 PMYL

50

250

KBCIWRDB

PENY.

JNGG

LBS JMLG

Gambar 2.22 Gambar Single Line diagram penyulang LNGT

Penyulang LNGT memiliki panjang penyulang sejauh 55,097 Kms, mempunyai lima

puluh enam buah trafo distribusi, tiga buah LBS (Load Break Switch) dan dua puluh enam rel

jaringan rendah. Penyulang ini memiliki konfigurasi jaringan loop pada sistem jaringan

distribusinya.

Page 42: Bab ii

70 kV

20 kV

R

Wilayah Kerja

KP Lohbener

REC.

BKR

* LOHBENER *

CO PANYINDANGAN

CO LAMARANTARUNG

CO WALED

CO TAWANGSARI

CO SUKADADI

CO CANTIGI

CO CEMARA

CO ARAHAN

160

200

160

100

50

250

RWNS

KDMI

MPIM

100

100

250

100

100

25

160

100

LBS PMY

250

100

200

10010050 RKLBRKLGRKLDARKA

50

50

50

160

100

160

100

50

LGJL ARHL

ARHK

PRKE100 PRLA

50 PRLE

50 PRLB

50 PRLF

100 PRLC

PRLD50

50 LRTA

50 LRTB

50 LRTC

200

TUHJ

50

LRTD LRTE

100

50 PRKB

50 PRKC

100 CTWA

100 CTWB

CTKA

50 PRKACDPA

50 CDPF

50 CDPB

5050 CDPC100

TWSLTWSR

50 CDPE50

SDDA

50

SDDB

50

PGAE

50

PGAF

100

PGAG100

PGAI

25

PGAH

50PGAA

50PGAB

PGAD

50

CTKC

50

CTKE

100

CKCA

50

CKCC

50

CKCB

50

PGAC

50 50 50

CEMA CEMB CEMC

50 50

CEMD

50

CEME

25

100

CEMF

CEMG

CEMH

100

50

CEMJ

CEMI

KPBB

JGSI

400PIIM

LBS BKR

REC BKR

LBS BKL

LBS KNGBTPI

RWNC

RKLC

RKLL

DLRC

BKRW

BKRL

RKLF

PMYARKLERKLA

PRKD

LGJT

LJAR

CO PRANGGONG

PENY.

ERTN

PT PLN (PERSERO)

DISTRIBUSI JABAR & BANTEN

APJ CIREBON – UPJ INDRAMAYU

SINGLE LINE DIAGRAM

PENY. LBNR GI INDYU

Digambar

Aktivitas Oleh Tgl.Paraf

TRF. III 30MVA

GI INDRAMAYU

R

50

CTKD

5050

CTKB

50

200

250

PGRI

PJMI

PENY.

ERTN

UJUNG TEG.

LBNR - ERTN

100

LBS KPBB

REC ARAHAN

UJUNG TEG.

LBNR - ERTN

GPPA

50 100

BKWC

100 GUKI

LBS GPP

250

100 SSIM

PJMA

100

160

TRSA

SKDS

50

GPPS

100160

250

160

160

100 100

160100

50100

200

100

STIK

PPRSPSCE

GSLA GSLS

YFJS250

250

DRUS

TRSC

YFJA

SDGI

RSUB

160

100

250

TRSB WWBS

IWBSBJSATRSDTRSN BJSR

100

SDGA

50

250

RPHI

PAIM

WASI

AMDK

100

200

RWNB

PDKD

PKSI

50 PDKL

50 PDKA

100 PDKE

PDKC

100

50

PDKB

50

100

Peny. KRSG

250

TUHZ

PPVI

250

50

PMRS

LBS CDPTLBS NGRK

CO PNYKRN

LBS PRNG

CKCD250

25

CO PDKL

CO SNDG

100 RSUA

250 TUZA

100PSCA

100

BPAR

100

PIMA100 BJSB

100TRSE

200 SDGB

50

LRTF

Gambar 2.23 Gambar Single Line diagram penyulang LBNR

penyulang LBNR memiliki panjang penyulang sejauh 19,700 Kms, 145 buah trafo

distribusi yang di gambarkan kotak pada diagram dan dibedakan berdasarkan kapasitas

berdasarkan warna, lima buah LBS ( Load Break Swicth ), dua puluh tujuh rel buah tegangan

rendah dan menggunakan konfigurasi jaringan loop pada sistem jaringanya.

Page 43: Bab ii

70kV

20kV

* BALONGAN *

200

160

160

200

GAMA

GAMBDSJA

DSJB

DSJI

100

100DSRB

DSRC

DSKL

PBPIDSRI

250

100

100

TUBI

SUKD

SUKA

100

160

100100100100

200

250

SUKE SUKBSUKCGLRMGPLA

GPLI

160

TGSK

TGLS

SKRB

100

100100

BPIB BPIA

100020/3,3

EXOR

COBI

LBS SMRL

UJUNG TEG.

BLNG - SLYG

PENY.

SLYG

FCO BALONGAN PESISIR

FCO RAWADALEM

FCO KEPOLOFCO LANGGEN

PT PLN (PERSERO)

DISTRIBUSI JABAR & BANTEN

APJ CIREBON – UPJ INDRAMAYU

SINGLE LINE DIAGRAM

PENY. BLNG GI INDYU

Digambar

Aktivitas Oleh Tgl.Paraf

250

250

TGUB

TRF. III 30MVA

GI INDRAMAYU

PPKB250

250

25

DSKA

LBS DSJ

100

TGUR

100

GAMC

R

160

TUAR250

100

DSRD

DSKL

250

GAMD

TGUC

25

100

100

25TUGD

DSJC160

DSJE

50 DSJD

REC.KPLB

50

DSRF

250 DSRE

100

250 DSRG

1000

20/400

PDGB

Gambar 2.24 Gambar Single Line diagram penyulang BLGN

Penyulang BLNG memiliki panjang penyulang sejauh 21,382 Kms, empat puluh tiga

buah trafo distribusi yang di gambarkan kotak pada diagram diatas dan di bedakan berdasarkan

kapasitas dengan warna, tiga buah LBS (Load Break Switch), dua puluh enam rel tegangan

rendah dan menggunakan konfigurasi jangan Loop pada jaringan distribusinya.