Bab ii
-
Upload
baktiar-dwi -
Category
Documents
-
view
233 -
download
2
description
Transcript of Bab ii
BAB II
TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keandalan Sistem Distribusi
Keandalan adalah kemungkinan dari sistem untuk dapat bekerja optimal untuk waktu
yang telah ditentukan dalam berbagai kondisi. Keandalan sistem distribusi erat kaitannya dengan
masalah pemutusan beban yang merupakan akibat adanya gangguan pada sistem. Keandalan
sistem distribusi berbanding terbalik dengan tingkat pemutusan beban sistem. Semakin tinggi
frekwensi pemutusan beban pada sistem, maka keandalan sistem semakin berkurang, begitu juga
sebaliknya. Pelayanan tenga listrik sangat menentukan efektifitas kegiatan masyarakat. Untuk
dapat mengetahui dari mutu pelayanan tersebut, maka kita perlu mengetahui keandalan dari
sistem tersebut dalam menanggapi atau melayani konsumen.
Pengertian keandalan itu sendiri menurut sudut pandang kelistrikan adalah kemungkinan
dari suatu atau kumpulan benda akan memuaskan kerja pada keadaan tertentu dan periode waktu
yang telah ditentukan. Untuk mengetahui keandalan dari suatu distribusi diantaranya dapat
dilakukan dengan menghitung rata-rata durasi frekwensi gangguan (interruptions) yang sering
terjadi pada beban (customer) atau sering kita sebut dengan perhitungan SAIDI–SAIFI. Tentu
saja sistem dengan tingkat keandalan yang rendah bias merugikan pihak konsumen dan pihak
produsen juga, apalagi pelanggan dengan konsumsi daya yang tinggi untuk produksi, padamnya
sistem bisa berpengaruh pada proses produksi. Oleh karena itu dibutuhkan data-data dari setiap
gangguan yang terjadi pada pelanggan, untuk menunjukkan tingkat keandalan sistemnya,
selanjutnya data tersebut bisa dianalisis untuk meningkatkan keandalan dari sistem yang ada.
Datadata keandalan antara lain sebagai berikut :
2.1.1 Laju kegagalan ( λ )
Laju kegagalan adalah banyaknya kegagalan operasi yang terjadi pada suatu alat dalam
suatu periode tertentu. Bila dimisalkan (f) adalah jumlah kegagalan selama selang waktu
percobaan dan total waktu percobaannya adalah (T), maka laju kegagalannya adalah :
Dimana:
λ = Angka kegagalan
F = Jumlah kegagalan selama selang waktu percobaan
T = Jumlah lamanya selang waktu
Dalam perhitungannya dapat dengan cara per tahun, per bulan, dll. Pada sistem distribusi
biasanya dipakai perhitungan per tahun. Dengan perhitungan
angka kegagalan rata - rata :
∑
2.1.2 Laju perbaikan (r)
Laju perbaikan adalah waktu yang dibutuhkan suatu alat yang gagal atau keluar untuk
beroperasi kembali dengan cara diganti atau diperbaiki, dengan satuan jam. Dalam
perhitungannya untuk mendapatkan waktu kegagalan rata-rata yang dialami oleh sebuah alat,
maka :
Dimana :
U = Waktu kegagalan per tahu (Jam/tahun).
λ = Angka kegagalan per tahun (Gangguan/tahun)
r = Waktu kegagalan (Jam)
2.1.3 Laju perbaikan per tahun ( U )
Laju perbaikan per tahun adalah banyaknya waktu perbaikan rata - rata per tahun pada
suatu alat. Diperoleh dengan cara mengalikan angka kegagalan
dan waktu keluar alat tersebut, maka :
∑
Dimana :
U = Waktu kegagalan per tahun (Jam/tahun).
λ = Angka kegagalan per tahun (Gangguan/tahun)
r = Waktu kegagalan (Jam)
2.1.4 SAIFI (System Average Interruption Frequency Index)
SAIFI adalah indeks keandalan yang merupakan jumlah dari perkalian frekuensi padam
dan pelanggan padam dibagi dengan jumlah pelanggan yang dilayani. Dengan indeks ini
gambaran mengenai frekuensi kegagalan rata-rata yang terjadi pada bagian-bagian dari sistem
bisa dievaluasi sehingga dapat dikelompokkan sesuai dengan tingkat keandalannya. Satuannya
adalah pemadaman per pelanggan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
SAIFI =
SAIFI=
Dimana : 𝛌 = angka kegagalan rata-rata / frekuensi padam
𝑵 = jumlah konsumen yang terganggu pada beban
𝑵 = jumlah konsumen yang dilayani
2.1.5 SAIDI (System Average Interruption Duration Index)
SAIDI adalah indeks keandalan yang merupakan jumlah dari perkalian lama padam dan
pelanggan padam dibagi dengan jumlah pelanggan yang dilayani. Dengan indeks ini, gambaran
mengenai lama pemadaman rata-rata yang diakibatkan oleh gangguan pada bagian-bagian dari
sistem dapat dievaluasi.
Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
SAIDI =
SAIDI =
Dimana : U = durasi gangguan
𝑵 = jumlah konsumen yang terganggu pada beban
𝑵 = jumlah konsumen yang dilayani
Indeks keandalan merupakan suatu indikator keandalan yang dinyatakan dalam suatu besaran
probabilitas. Sejumlah indeks telah dikembangkan untuk menyediakan suatu kerangka untuk
mengevaluasi keandalan jaringan sistem distribusi.
2.2 Gardu Induk
Gardu induk di sebut juga gardu unit pusat beban yang merupakan gabungan dari
transformer dan rangkaian switchgear yang tergabung dalamsatu kesatuan melalui sistem kontrol
yang saling mendukung untuk keperluan operasional. Pada dasarnya gardu induk bekerja
mengubahtegangan yang dibangkitkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik menjaditenaga listrik
menjadi tegangan tinggi atau tegangan transmisi dan sebaliknya mengubah tegangan menengah
atau tegangan distribusi.
Gardu Induk juga merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi) tenaga listrik,
atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran (transmisi). Penyaluran (transmisi)
merupakan sub sistem dari sistem tenaga listrik.Berarti, gardu induk merupakan sub-sub sistem
dari sistem tenaga listrik. Sebagai sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi), gardu induk
mempunyai peranan penting, dalam pengoperasiannya tidak dapat dipisahkan dari sistem
penyaluran (transmisi) secara keseluruhan. Pengaturan daya ke gardu-gardu induk lainnya
melalui tegangan tinggi dan gardu-gardu induk distribusi melalui feeder tegangan menengah.
Gardu Induk (GI) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari saluran transmisi distribusi
listrik.Dimana suatu system tenaga yang dipusatkan pada suatu tempat berisi saluran transmisi
dan distribusi,perlengkapan hubung bagi,transfomator, dan peralatan pengaman serta peralatan
control.
Fungsi utama dari gardu induk :
Untuk mengatur aliran daya listrik dari saluran transmisi ke saluran transmisi lainnya
yang kemudian didistribusikan ke konsumen
Pengukuran, pengawasan operasi serta pengaturan dari pengamanan sistem tenaga
listrik.
Sebagai pengaman operasi system
Sebagai tempat untuk menurunkan tegangan transmisi menjadi tegangan distribusi
Oleh karena itu,jika dilihat dari segi manfaat dan kegunaan dari gardu induk itu
sendiri,maka peralatan dan komponen dari gardu induk harus memiliki keandalan yang tinggi
serta kualitas yang tidak diragukan lagi,atau dapat dikatakan harus Optimal dalam kinerjanya
sehingga masyarakat sebagai konsumen tidak merasa dirugikan oleh kinerjanya.Oleh karena
itu,sesuatu yang berhubungan dengan rekonstruksi pembangunan gardu induk harus memiliki
syarat-syarat yang berlaku dan pembanguna gardu induk harus diperhatikan besarnya beban.
Maka perencanaan suatu gardu induk harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Operasi,yaitu dalam segi perawatan dan perbaikan mudah
Flexsibel
Konstruksi sederhana dan Kuat
Memiliki tingkat keandalan dan daya guna yang tinggi
Memiliki tingkat keamanan yang tinggi
2.3 Komponen Utama Gardu Induk
Gardu induk dilengkapi komponen utama sebagai fasilitas yang diperlukan sesuai dengan
tujuannya serta mempunyai fasilitas untuk operasi dan pemeliharaan, komponen tersebut antara
lain :
2.3.1 Transformator Daya
Transformator daya atau tenaga merupakan peralatan listrik yang berfungsi untuk
menyalurkan tenaga listrik dari tegangan tinggi (500 KV) ke tegangan menengah (200 KV) atau
sebaliknya (mentransformasikan tegangan).
Gambar 2.1 Trafo daya
2.3.2 Pemisah
Pemisah (PMS) adalah alat yang dipergunakan untuk menyatakan secara visual bahwa
suatu peralatan listrik sudah bebas dari tegangan kerja. Oleh karena itu pemisah tidak boleh
dihubungkan atau dikeluarkan dari rangkaian listrik dalam keadaan berbeban. Adapun fungsi
pemisah adalah menghubungkan atau memutuskan rangkaian dalam keadaan tidak
berbeban.Cara pemasangan PMS dibedakan ataspasangan dalam dan pasangan luar. Tenaga
penggerak dari PMS adalah secara manual, motor, pneumatic atau angin dan hidrolis. Sesuai
dengan fungsi dan kegunaannya maka pemisah dapat dibagi menjadi:
Pemisah peralatan
Sebagai pengamanan peralatan atau instalasi yang bertegangan saat dihubungkan dan
melepaskan pemutus arus dalam keadaan tanpa beban
Pemisah tanah
Berfungsi untuk mengamankan peralatan dari sisa tegangan yang timbul sesudah SUTT /
SUTM diputuskan.
2.3.3 Pemutus tenaga (Circuit Breaker)
Pemutus tenaga (PMT) adalah peralatan atau saklar untuk menghubungkan atau
memutuskan suatu rangkaian/jaringan listrik sesuai dengan ratingnya. PMT memutuskan
hubungan daya listrik bila terjadi gangguaan, baik dalam keadaan berbeban maupun tidak
berbeban dan proses ini di lakukan dengan cepat. Pada saat PMT dalam keadaan gangguan
menimbulkan arus yang relatif besar, PMT dibedakan menjadi tiga, yaitu :
PMT dengan menggunakan udara sebagai pemadam busur api.
Gambar 2.2 Air circuit breaker
PMT dengan menggunakan minyak sebagai pemadam busur api.
Gambar 2.3 Oil circuit breaker
PMT dengan menggunakan gas sebagai pemadam busur api
.
Gambar 2.4 SF6 Circuit Breaker
2.3.4 Trafo Tegangan
Trafo tegangan disebut juga potensial transformator adalah trafo yang berfungsi
menurunkan tegangan tinggi menjadi tegangan menengah dan tegangan rendah, untuk sumber
tegangan alat-alat ukur dan alat-alat proteksi. Fungsi trafo tegangan (potensial transformer) :
Memperkecil besaran tegangan pada system tenaga listrik menjadi besaran
tegangan untuk system pengukuran atau proteksi.
Mengisolasi rangkaian sekunder tehadap rangkaian primer.
Memungkinkan standarisasi rating tegangan untuk peralatan sisi sekunder.
Penggunaan/pemakaian tegangan sekunder potensial transformer antara lain:
a. Matering atau pengukuran
KV meter, MW meter, MVar meter, KWH meter.
b. Proteksi atau pengaman
Relai jarak (distance relay).
Relai sinkron (synchron relay).
Relai berarah (directional relay).
Relai frekuensi (frequency relay).
Relai tegangan (voltage relay).
Prinsip kerja trafo tegangan
Hampir sama dengan trafo-trafo pada umumnya arus bolak-balik yang mengalir
mengelilingi suatu inti besi maka inti besi itu akan berubah menjadi magnit dan apabila magnit
tersebut dikelilingi oleh suatu belitan maka kedua ujung tersebut akan tejadi beda tegangan yang
membedakan hanya dalam trafo tegangan arus dan daya nya kecil.
Klasifikasi transformator tegangan dibedakan menurut tipe kontruksinya yaitu :
Trafo tegangan induktif (inductive voltage transformer atau
electromagnetic voltage transformer) yang terdiri dari lilitan priemer dan
lilitan sekunder, dan tegangan pada lilitan priemer akan
mengiduksikannya ke lilitan sekunder.
Trafo tegangan kapasitif (capacitor voltage transformer) terdiri dari
rangkaian kondensator yang berfungsi sebagai pembagi teganganpada sisi
tegangan tinggi dari trafo pada tegangan menengah yang menginduksikan
tegangan ke lilitan sekunder.
Trafo tegangan trafo tegangan 1 phasa, 2 phasa dan, 3 phasa.
Gambar 2.5 Potensial transformator
2.3.5 Trafo Arus
Disebut juga current transformer (CT) berfungsi untuk menurunkan arus besar pada
tegangan tinggi menjadi arus kecil pada tegangan rendah untuk keperluan pengukuran dan
pengaman. Menurut tipe kontruksinya :
a. Tipe Cincin (ring/window tipe)
b. Tipe Tangki Minyak
c. Tipe cor-coran Cast Resin (mounded cast resin tipe)
Gambar 2.6 Trafo arus
2.3.6 Arrester
Berfungsi sebagai alat untuk melindungi isolasi atau mengamankan instalasi (peralatan
listrik pada instalasi) dari gangguan tegangan lebih yang diakibatkan oleh sambaran petir atau
tegangan transient yang tinggi dari suatu penyambungan atau pemutusan rangkaian, alat ini
bersifat sebagai by-pass disekitar isolasi yang membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus
kilat sistem pentanahan sehingga akan menimbulkan tegangan lebih yang tinggi dan
tidakmerusak isolasi peralatan listrik. By- pass ini harus sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu aliran daya ke konsumen. Jadi pada keadaan normal arrester berlaku sebagai
isolator, bila timbul tegangan surya maka alat ini bersifat konduktor yang tahanannya lebih
rendah, sehingga dapat menyalurkan arus yang tinggi ketanah. Setelah surya hilang, arrester
harus dapat dengan cepat kembali menjadi isolasi. Sesuai dengan fungsinya, maka arrester
dipasang pada setiap ujung saluran udara tegangan tinggi yang memasuki gardu induk. Bentuk
umum arrester yang digunakan pada Gardu Induk.
Gambar 2.7 Arrester
2.3.7 Panel Kontrol
Jenis-jenis panel kontrol yang ada dalam suatu gardu induk terdiri dari panel kontrol
utama, panel relay.
1. Panel control utama.
Yang terdiri dari panel instrumen dan panel operasi. Pada panel instrument
terpasang alat-alat ukur dan indikator gangguan, dari panel ini alat-alat tersebut
dapat diawasi dalam keadaan sedang beroperasi. Indikator-indikator yang ada
pada rel kontrol antara lain:
400 V AC fault
24 V DC charger
110 V DC charger
Low pressure
Distance protective trip
Isolating switch on load control
Auto recloser
PLC equipment fault
Breaker failure protection trip
Motor over run
150 KV apparatus motor fault
Busbar protection fault
Busbar VT secondary MCB fault
Busbar breaker failure protection trip
2. Panel relay
Pada panel ini terdapat relay pengaman untuk trafo dan sebagainya. Relay
pengaman differensual trafo dan sebagainya. Bekerjanya relay dapat diketahui
dari penunjukkan pada relay itu sendiri dan pada indikator gangguan dipanel
kontrol utama. Pada gardu induk ada yang memanfaatkan sisi depan dari panel
dipakai sebagai panel utama dengan instrument dan saklar, kemudian sisi
belakangnya dipakai sebagai panel relay. Pada gardu induk yang rangkaiannya
rumit, maka panel relay terpasang pada panel tersendiri.
3. Busbar
Busbar atau rel berfungsi sebagai titik pertemuan atau hubungan trafo-trafo
tenaga saluran udara tegangan tinggi (SUTT) dan peralatan listrik lainnya untuk
menerima dan menyalurkan tenaga dan daya listrik. Bahan dari rel terbuat dari
bahan tembaga (bar copper atau hollow conductor). Pada dasarnya sistem
rel/busbar dapat dibagi, yaitu (petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan
peralatan instalasi gardu induk PT. PLN. 1995) :
Rel tunggal
Rel tunggal adalah sistem rel yang paling sederhana, karena hanya
memerlukan sedikit peralatan dan ruang, maka dari segi ekonomis sistem
ini sangat menuntungkan. Sistem ini dapat dipakai pada gardu induk
berskala kecil yang hanya mempunyai sedikit saluran keluar. Namun jika
terjadi gangguan sehingga pelayanan aliran listrik akan terputus sama
sekali.
Rel ganda
Rel ganda adalah tipe gardu induk dengan dua rel pengumpul daya.
Biasanya daya yang terkumpul dan daya yang disalurkan lebih besar dari
pada sistem rel tunggal. Apabila terjadi gangguan pada salah satu rel, kita
dapat memindahkan beban ke rel lain yang tidak terganggu.
Rel gelang (ring)
Ring gelang memerlukan ruang kecil dan baik untuk pemutusan bagian
dari pelayanan dan pemeriksa pemutus beban. Sistem ini jarang dipakai
karena mempunyai kerugian disisi operasi dan sistem ini tidak begitu
leluasa seperti rel ganda.
4. Sistem Pentanahan Titik Netral
Pentanahan titik netral atau disebut juga Netral Ground Resistant (NGR)
adalah suatu sistem yang melalui kumparan petersen, tahanan (resistor) atau
langsung (solldy) yang berfungsi untuk menyalurkan arus gangguan fasa pada
sistem. Arus yang melalui pentanahan merupakan besaran ukur alat proteksi.
Pada trafo yang sisi primernya ditanahkan dan sisi sekundernya juga
ditanahkan, maka gangguan fasa ketanah disisi primer selalu dirasakan pada
sisi sekunder dan sebaliknya.
2.4 Saluran Transmisi
Saluran Transmisi merupakan media yang digunakan untuk mentransmisikan tenaga listrik
dari Generator Station/ Pembangkit Listrik sampai distribution station hingga sampai pada
konsumen listrik. Tenaga listrik ditransmisikan oleh suatu bahan konduktor yang mengalirkan
tipe Saluran Transmisi Listrik.
2.4.1 Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 200kV-500kV
Pada umumnya saluran transmisi di Indonesia digunakan pada pembangkit dengan
kapastas 500 kV. Dimana tujuannya adalah agar drop tegangan dari penampang kawat dapat
direduksi secara maksimal, sehingga diperoleh operasional yang efektif dan efisien. Akan tetapi
terdapat permasalahan mendasar dalam pembangunan SUTET ialah konstruksi tiang (tower)
yang besar dan tinggi, memerlukan tanah yang luas, memerlukan isolator yang banyak, sehingga
memerlukan biaya besar. Masalah lain yang timbul dalam pembangunan SUTET adalah masalah
sosial, yang akhirnya berdampak pada masalah pembiayaan.
Gambar 2.8 SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi)
2.4.2 Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 30kV-150kV
Pada saluran transmisi ini memiliki tegangan operasi antara 30kV sampai 150kV.
Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau doble sirkuit, dimana 1 sirkuit terdiri dari 3
phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan penghantar netralnya diganti oleh
tanah sebagai saluran kembali. Apabila kapasitas daya yang disalurkan besar, maka penghantar
pada masing-masing phasa terdiri dari dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan
Berkas konduktor disebut Bundle Conductor. Jika transmisi ini beroperasi secara parsial, jarak
terjauh yang paling efektif adalah 100 km. Jika jarak transmisi lebih dari 100 km maka tegangan
jatuh (drop voltage) terlalu besar, sehingga tegangan diujung transmisi menjadi rendah. Untuk
mengatasi hal tersebut maka sistem transmisi dihubungkan secara ring sistem atau
interconnection system. Ini sudah diterapkan di Pulau Jawa dan akan dikembangkan di Pulau-
pulau besar lainnya di Indonesia.
Gambar 2.9 SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi)
2.4.3 Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 30 KV – 150 KV
SKTT dipasang di kota-kota besar di Indonesia (khususnya di Pulau Jawa), dengan
beberapa pertimbangan :
Di tengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena sangat sulit
mendapatkan tanah untuk tapak tower.
Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit dan pasti timbul protes dari masyarakat,
karena padat bangunan dan banyak gedung-gedung tinggi.
Pertimbangan keamanan dan estetika.
2.4.4 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 6 KV – 30 KV
Di Indonesia, pada umumnya tegangan operasi SUTM adalah 6 KV dan 20 KV. Namun
secara berangsur-angsur tegangan operasi 6 KV dihilangkan dan saat ini hampir semuanya
menggunakan tegangan operasi 20 KV. Transmisi SUTM digunakan pada jaringan tingkat tiga,
yaitu jaringan distribusi yang menghubungkan dari Gardu Induk, Penyulang (Feeder), SUTM,
Gardu Distribusi, sampai dengan ke Instalasi Pemanfaatan (Pelanggan/ Konsumen). Berdasarkan
sistem pentanahan titik netral trafo, efektifitas penyalurannya hanya pada jarak (panjang) antara
15 km sampai dengan 20 km. Jika transmisi lebih dari jarak tersebut, efektifitasnya menurun,
karena relay pengaman tidak bisa bekerja secara selektif. Dengan mempertimbangkan berbagai
kondisi yang ada (kemampuan likuiditas atau keuangan, kondisi geografis dan lain-lain)
transmisi SUTM di Indonesia melebihi kondisi ideal di atas.
Gambar 2.10 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 6 KV – 30 KV
2.4.5 Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) 6 KV – 20 KV
Ditinjau dari segi fungsi , transmisi SKTM memiliki fungsi yang sama dengan transmisi
SUTM. Perbedaan mendasar adalah, SKTM ditanam di dalam tanah. Beberapa pertimbangan
pembangunan transmisi SKTM adalah:
1. Kondisi setempat yang tidak memungkinkan dibangun SUTM.
2. Kesulitan mendapatkan ruang bebas (ROW), karena berada di tengah kota dan pemukiman
padat.
3. Pertimbangan segi estetika.
Beberapa hal yang perlu diketahui:
a. Pembangunan transmisi SKTM lebih mahal dan lebih rumit, karena harga kabel
yang jauh lebih mahal dibanding penghantar udara dan dalam pelaksanaan
pembangunan harus melibatkan serta berkoordinasi dengan banyak pihak.
b. Pada saat pelaksanaan pembangunan transmisi SKTM sering menimbulkan
masalah, khususnya terjadinya kemacetan lalu lintas.
c. Jika terjadi gangguan, penanganan (perbaikan) transmisi SKTM relatif sulit dan
memerlukan waktu yang lebih lama jika dibandingkan SUTM.
d. Hampir seluruh (sebagian besar) transmisi SKTM telah terpasang di wilayah
PT. PLN (Persero) Distribusi DKI Jakarta & Tangerang.
Gambar 2.11 Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) 6 KV – 20 KV
2.4.6 Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) 40 VOLT – 1000 VOLT
Transmisi SUTR adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi di
bawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan rendah ke konsumen. Di
Indonesia, tegangan operasi transmisi SUTR saat ini adalah 220/380Volt.
Radius operasi jaringan distribusi tegangan rendah dibatasi oleh:
Susut tegangan yang disyaratkan.
Luas penghantar jaringan.
Distribusi pelanggan sepanjang jalur jaringan distribusi.
Sifat daerah pelayanan (desa, kota, dan lain-lain).
susut tegangan yang diijinkan adalah + 5% dan – 10 %, dengan radius pelayanan
berkisar 350 meter.
Saat ini transmisi SUTR pada umumnya menggunakan penghantar Low Voltage
Twisted Cable(LVTC).
2.4.7 Saluran Kabel Tegangan Rendah (SKTR) 40 Volt – 1000 Volt
Ditinjau dari segi fungsi, transmisi SKTR memiliki fungsi yang sama dengan transmisi
SUTR. Perbedaan mendasar adalah SKTR di tanam didalam di dalam tanah. Jika menggunakan
SUTR sebenarnya dari segi jarak aman/ ruang bebas (ROW) tidak ada masalah, karena SUTR
menggunakan penghantar berisolasi. Penggunaan SKTR karena mempertimbangkan:
Sistem transmisi tegangan menengah yang ada, misalnya karena
menggunakan transmisi SKTM.
Faktor estetika.
Oleh karenanya transmisi SKTR pada umumnya dipasang di daerah perkotaan, terutama
di tengah-tengah kota yang padat bangunan dan membutuhkan aspek estetika. Dibanding
transmisi SUTR, transmisi SKTR memiliki beberapa kelemahan, antara lain:
Biaya investasi mahal.
Pada saat pembangunan sering menimbulkan masalah.
Jika terjadi gangguan, perbaikan lebih sulit dan memerlukan waktu relatif
lama untuk perbaikannya.
2.5 Tipe jaringan distribusi jaringan menengah 20KV
Jaringan Pada Sistem Distribusi tegangan menengah (Primer 20kV) dapat dikelompokkan
menjadi lima model, yaitu Jaringan Radial, Jaringan hantaran penghubung (Tie Line), Jaringan
Lingkaran (Loop), Jaringan Spindel dan Sistem Gugus atau Kluster.
2.5.1 Jaringan Radial
Sistem distribusi dengan pola Radial seperti Gambar di bawah ini Adalah sistem
distribusi yang paling sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat beberapa penyulang
yang menyuplai beberapa gardu distribusi secara radial.
Gambar 2.12 Jaringan radial
Dalam penyulang tersebut dipasang gardu-gardu distribusi untuk konsumen. Gardu
distribusi adalah tempat dimana trafo untuk konsumen dipasang. Bisa dalam bangunan beton
atau diletakan diatas tiang. Keuntungan dari sistem ini adalah sistem ini tidak rumit dan lebih
murah dibanding dengan sistem yang lain.
Namun keandalan sistem ini lebih rendah dibanding dengan sistem lainnya. Kurangnya
keandalan disebabkan karena hanya terdapat satu jalur utama yang menyuplai gardu distribusi,
sehingga apabila jalur utama tersebut mengalami gangguan, maka seluruh gardu akan ikut
padam. Kerugian lain yaitu mutu tegangan pada gardu distribusi yang paling ujung kurang baik,
hal ini dikarenakan jatuh tegangan terbesar ada diujung saluran.
2.5.2 Jaringan hantaran penghubung (Tie Line)
Sistem distribusi Tie Line seperti Gambar di bawah ini digunakan untuk pelanggan
penting yang tidak boleh padam (Bandar Udara, Rumah Sakit, dan lainlain). Sistem ini memiliki
minimal dua penyulang sekaligus dengan tambahan Automatic Change Over Switch / Automatic
Transfer Switch, setiap penyulangterkoneksi ke gardu pelanggan khusus tersebut sehingga bila
salah satu penyulang mengalami gangguan maka pasokan listrik akan di pindah ke penyulang
lain.
Gambar 2.13 jaringan Tie Line
2.5.3 Jaringan loop
Pada Jaringan Tegangan Menengah Struktur Lingkaran (Loop) seperti Gambar di bawa
ini dimungkinkan pemasokannya dari beberapa gardu induk, sehingga dengan demikian
Gambar 2.14 Jaringan loop
2.5.4 Jaringan spindel
Sistem Spindel seperti pada Gambar di bawah ini adalah suatu pola kombinasi jaringan
dari pola Radial dan Ring. Spindel terdiri dari beberapa penyulang (feeder) yang tegangannya
diberikan dari Gardu Induk dan tegangan tersebut berakhir pada sebuah Gardu Hubung (GH).
Gambar 2.15 Jaringan spindel
Pada sebuah spindel biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif dan sebuah penyulang
cadangan (express) yang akan dihubungkan melalui gardu hubung. Pola Spindel biasanya
digunakan pada jaringan tegangan menengah (JTM) yang menggunakan kabel tanah/saluran
kabel tanah tegangan menengah (SKTM). Namun pada pengoperasiannya, sistem Spindel
berfungsi sebagai sistem Radial. Di dalam sebuah penyulang aktif terdiri dari gardu distribusi
yang berfungsi untuk mendistribusikan tegangan kepada konsumen baik konsumen tegangan
rendah (TR) atau tegangan menengah (TM).
2.5.5 Sistem gugus/ Kluser
Konfigurasi Gugus seperti pada Gambar di bawah ini banyak digunakan untuk kota besar
yang mempunyai kerapatan beban yang tinggi. Dalam sistem ini terdapat Saklar Pemutus Beban,
dan penyulang cadangan.
Gambar 2.16 Jaringan Kluser
Dimana penyulang ini berfungsi bila ada gangguan yang terjadi pada salah satu penyulang
konsumen maka penyulang cadangan inilah yang menggantikan fungsi suplai kekonsumen.
2.6 Standar Perusahaan Listrik Negara (SPLN)
SPLN adalah standar perusahaan PT PLN ( Persero ) yang ditetapkan Direksi bersifat wajib.
Dapat berupa peraturan , pedoman , instruksi , cara pengujian dan spesifikasi teknik. Sejak tahun
1976 sudah lebih dari 264 buah standar berhasil dirampungkan . 61 standar bidang pembangkitan
, 71 standar bidang transmisi , 99 standar bidang distribusi dan 33 standar bidang umum.
Standar ini dimaksudkan untuk menjelaskan dan menetapkan tingkat keandalan sistem
distribusi tenaga listrik. Tujuannya ialah untuk memberikan pegangan yang terarah dalam
menilai penampilan dan menentukan tingkat keandalan dari sistem distribusi dan juga sebagai
tolak ukur terhadap kemajuan atau menentukan proyeksi yang akan dicapai PLN.
2.6.1 Indeks keandalan
Suatu besaran untuk mernbandingkan penampilan sistem distribusi, Dua indeks
keandalan yang paling sering digunakan dalam sistem distribusi adalah indeks frekuensi
pernadaman rata-rata (f) dan indeks lama pemadaman rata-rata (d).
Tabel 2.1 Perkiraan Angka Keluar
Kompon Sistem Distribusi
Komponen Angka keluar
Saluran udara
0,2 km/tahun
Kabel saluran bawah tanah
0107l km/tahun
Pemutus tenaga
0,004/unit/tahun
Sakelar beban
0,003/unit/tahun
Sakelar pisah
0,003/unit/tahun
Penutup balik
0,005/unit/tahun
Penyambung kabel
0,001/unit/tahun
Trafo distribusi
0,005/unit/tahun
Pelindung jaringan 0,005/unit/tahun
Rel tegangan rendah
0,001/unit/tahun
Tabel 2.2 Operasi Kerja dan Pemulihan Pelayanan
Indeks Operasi kerja Waktu/jam
A Menerima panggialn adanya
pemadaman dan waktu yang
dibutuhkan untuk perjalanan
ke G.I
0,5
A Menerima panggilan adanya
pemadaman dan waktu yang
dibutuhkan untuk perjalanan
ke
alat penutup kembali
1
B Waktu yang dibutuhkan untuk
sampai dari satu gardu ke
gardu
berikutnya
0,16
B Waktu yang dibutuhkan untuk
sampai dari satu gardu ke
gardu
berikutnya untuk sistem spot
netword
0,2
C Waktu yang dibutuhkan untuk
memeriksa indicator gangguan
(untuk sistem spindle)
0,083
D Waktu yang dibutuhkan untuk
membuka/menutup sakelar
beban/sakelar pisah
0,25
E Waktu yang dibutuhkan untuk
membuka/menutup sakelar
beban/sakelar pisah
0,15
F Waktu yang dibutuhkan untuk
mencari lokasi gangguan pada
kabel bawah tanah
3
G Waktu yang dibutuhkan untuk 5
memperbaiki kabel saluran
bawah
tanah
H Waktu yang dibutuhkan untuk
memperbaiki kabel saluran
bawah
tanah
10
I Waktu yang dibutuhkan untuk
mengganti atau memperbaiki
pemutus tenaga, sakelar
beban,
penutup kembali, atau sakelar
pisah
10
J Waktu yang dibutuhkan untuk
mengganti penyambung kabel
(bulusan) untuk kabel yang
berisolasi kertas
15
K Waktu yang dibutuhkan untuk
mengganti trafo distribusi
10
L Waktu yang dibutuhkan untuk
mengganti pelindung jaringan
10
M Waktu yang dibutuhkan untuk
mengganti/memperbaiki bus
tegangan rendah
10
(sumber : SPLN 59, 1985 : 8)
2.6.2 Konfigurasi sistem
1. Sistem radial
2. Sistem radial dengan satu PSO atau PBO di tengah
3. Sistem loop
4. Tie line
5. SKTM sistem spindle
6. Gugus
Berikut adalah tabel nilai pemadaman rata-rata dari segi frekuensi maupun waktu
pemadaman yang sudah ditetapkan oleh SPLN no 59 tahun 1985 berdasarkan jenis konfigurasi
sistem jaringanya.
2.6.3 frekuensi dan lama pemadaman rata-rata frekuensi pemadaman rata-rata
kali/tahun
Tabel 2.3 tabel frekuensi dan lama pemadaman rata-rata kali/tahun
Kumparan SUTM
radial
SUTM
radial
dengan
PBO di
tengah
Spindle
tanpa PPJD
Spindle
dengan
PPJD
Spot
network
Pemutus 0,004 0,004 0,004 0,004 0
SUTM 3,2 2,4 - - -
PBO - 0,005 - - -
SKTM - - 1,12 1,12 0
Pemisah - - 0,003 0,003 0
Terminal
kabel
- - 0,066 0,066 0
Trafo
ditribusi
0,005 0,005 0,005 0,005 0
Rel TR 0,001 0,001 0,001 0,001 0,002
Pelindung
NP
- - - - 0,008
Jumlah 3,21 2,415 1,199 1,199 0,01
2.6.4 Lama pemadaman rata-rata (jam/tahun)
Tabel 2.4 tabel lama pemadaman rata-rata jam/tahun
kumparan SUTM SUTM Spindle Spindle Spot
radial radial
dengan
PBO di
tengah
tanpa PPJD dengan
PPJD
network
Pemutus 0,042 0,042 0,0027 0,0007 0
SUTM 20,992 12,672 - - 0
PBO - 0,0678 - - 0
SKTM - - 3,987 3,0531 0
Pemisah - - 0,0461 0,0382 0
Terminal
kabel
- - 0,268 0,1799 0
Trafo
ditribusi
0,005 0,005 0,005 0,005 0
Rel TR 0,001 0,001 0,001 0,001 0,002
Pelindung
NP
- - - - 0,008
Jumlah 21,094 12,842 4,364 3,3312 0,01
2.7 Target Kinerja PLN Tahun 2014 Area Cirebon
PLN AJP Cirebon memiliki standar mengenai SAIFI dan SAIDI menyangkut kinerja pada
tahun 2014, dimana PLN UPJ Indramayu merupakan bagian dari PLN APJ Cirebon, adapun
standar yang ditetapkan sebagai berikut :
Tabel 2.5 Target Kinerja Tahun 2014 PLN Area Cirebon
No Indikator
kinerja
Formula Satuan Indramayu
1 SAIDI
Menit/pelanggan 51,08
2 SAIFI
Kali/pelanggan 2,98
2.8 Gangguan pada Sistem Distribusi
Gangguan pada sistem distribusi dapat diakibatkan oleh faktor alam, kelalaian manusia, atau
usia peralatan yang terlalu lama sehingga sudah tidak mampu melakukan proses penyaluran dan
pengamanan.
Sumber gangguan pada sistem distribusi saluran udara sebagian besar disebabkan oleh
pengaruh luar. Menurut intensitasnya, sumber gangguan dapat dibagi sebagai berikut: angin dan
pohon, petir, hujan dan cuaca, kegagalan atau kerusakan peralatan, manusia, binatang, benda-
benda asing, dan sebagainya. Terjadinya gangguan dapat menyebabkan terputusnya aliran tenaga
listrik sehingga berakibat padam terhadap pelanggan. Aliran tenaga listrik yang padam dapat
menimbulkan
kerugian pada pelanggan, terutama pelanggan daya besar.
Macam gangguan pada sistem distribusi dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Gangguan yang bersifat temporer; gangguan dapat hilang dengan sendirinya atau
dengan memutuskan sesaat bagian yang terganggu dari sumber tegangan.
2) Gangguan yang bersifat permanen; gangguan yang memerlukan tindakan
perbaikan untuk menghilangkan penyebab gangguan tersebut.
2.9 Gambaran PenyulanG pada Gardu Induk Indramayu
Gardu induk indramayu memiliki dua buah trafo penunjang, dimana masing-masing
trafo ini memiliki kapasitas 30 MVA 70/20 KVA dan 30 MVA 70/20 KVA yang
melayani ketersediaan listrik untuk indramayu kota dan sekitarnya. Gardu induk
Indramayu memiliki tujuh penyulang dimana dibagi berdasarkan kapasitas trafonya, yaitu
:
Trafo II (70/20 KVA)
1. Pengyulang ERTN
2. Pengyulang LMBG
3. Pengyulang KRSG
Trafo III (70/20 KVA)
1. Penyulang PMDA
2. Penyulang LNGT
3. Penyulang LBNR
4. Penyulang BLNG
Tabel 2.6 Data panjang penyulang dan pembebanan
no Penyulang Panjang penyulang
(Km)
Beban trafo (A)
Siang Malam
1 ERTN 51,56 153 200
2 LBNG 10,98 32 32
3 KRSG 44,10 178 230
4 PMDA 19,70 148 168
5 BLGN 21,38 81 164
6 LBNR 86,75 156 229
7 LNGT 55,09 100 160
Berikut adalah diagram line masing-masing penyulang dan Gardu Induk Indramayu :
Gambar 2.17 single line diagram Gardu Induk Indramayu
Gardu induk indramayu memiliki dua buah trafo penunjang, dimana masing-masing trafo
ini memiliki kapasitas 30 MVA 70/20 KVA dan 30 MVA 70/20 KVA yang melayani
ketersediaan listrik untuk indramayu kota dan sekitarnya. GI Indramayu memiliki total panjang
penyulang 481,70 Kms. Gambar dives yang berwarna kuning ialah penyulang yang aktif, yakni 7
penyulang aktif dan dua penyulang incoming dan satu penyulang yakni GWP sudah tidak aktif.
20kV
Wilayah Kerja
KP Lohbener
70kV
1250
* ERETAN *
CO TAMANSARI
CO PEGADEN
CO POLINDRA
LLAB
LLAC
LLAE
LLAFLLAA
DPAL
LLAD
KTBTTMSL
TSLB
TSLA LNGL
PALAPALI
BLDA
LNGA
LBS LLA
LBS LRG
LBNA
LBNC
LBNDLBNB LBNE
PGAP
PTNI
LBNI
REC. LBN
LBS PMY
UJUNG TEG.
ERTN - LBNR
UJUNG TEG.
ERTN - LNGT
IPPA DLRB
DLRAIPLRIPPB
IAML
LBS KRS
LBS PLB
LBS DKH
TLAB
TLAG
PLBI
DKHA
DKHB
DKHI
PKDA
PKDD
PKDI
PKDC
DPKA
IGAA
IGAB
SLRI
LPIM
PTGI
100
PGKT
WRDI
20050 KBPI
250
200
100
160
50
250
50
250200
100
250
200
200
250
250
250
100
10050100
100
100
315
100
100
100
100
50 100100 160
250
160
50
LBS PAM
100
PKJA
100
PGKG
UJUNG TEG.
ERTN - WNSR
PT PLN (PERSERO)
DISTRIBUSI JABAR & BANTEN
APJ CIREBON – UPJ INDRAMAYU
SINGLE LINE DIAGRAM
PENY. ERTN GI INDYU
Digambar
Aktivitas Oleh Tgl.Paraf
LBS DAMKAR( MOTORAISE )
PENY.
LNGT
PENY.
LBNR
PENY.
WNSR
250
ADRI
100
PKDE
250
50
100
TRF. I 30MVA
GI INDRAMAYU
100
PENY.
BDUA
50
50 PGIM
PBKS100
AMBI
160
100
100
100 50
200
BKBA
KNGS
DPWD
DPWB
DPWCDPWA
BPAM
1000
PAME
100
PENY.
LBNR
UJUNG TEG.
ERTN - LBNR
250
100
100
100
160
100 LLAG
R
PKDB
LBS NNK
LBS PLKR
LBS KNG
50
50
MPIA
250 LBNF
100
LBNJ
100
25
PMRI
Gambar 2.18 Gambar Single Line diagram penyulang ERTN
Penyulang eretan memiliki panjang penyulang 51,563 Kms dengan dua jenis saluran
transmisi, yakni SUTM dan SKTM. Penyulang ini juga memiliki 80 buah trafo distribusi yang
disimbolkan dengan gambar kotak, dimana kapasitasnya di bedakan berdasarkan warna, yakni
biru muda berkapasitas 25 KVA, biru 50 KVA, kuning 100 KVA, merah muda 160 KVA, ungu
250 KVA, dan biru tua 315 KVA. Memiliki 6 LBS (Load Break Switch) dan memiliki 27 real
tegangan rendah. Penyulang ERTN menggunakan jaringan Loop pada sistem jaringanya.
TRF. I 30MVA
70 kV
20 kV
BTOK
XLPE 3X150sqmm
DIBONGKAR
* LOMBANG & GREAT WALL POLYCEM *
50
DSRA
50
50
DBBM TTPB/PPBI
KIPI
PPLI GWPP
GWPI
PENY.
SLYG
630
2000
PT PLN (PERSERO)
DISTRIBUSI JABAR & BANTEN
APJ CIREBON – UPJ INDRAMAYU
SINGLE LINE DIAGRAM
PENY. LBNG GI INDYU
Digambar
Aktivitas
Oleh Tgl.Paraf
LBS MMI 10001000630
2000
XLPE 3X240sqmm
LBNG
GI INDRAMAYU
HGIMPBAI
BWJS
250 PBAD
100 PWJS
250
Gambar 2.19 Gambar Single Line diagram penyulang LMBG
Penyulang LBNG memiliki panjang penyulang sejauh 10,986 Kms, lima trafo
distribusi yang dibedakan berdasarkan warna pada setiap kotak, yaitu biru muda
berkapasitas 50 KVA, merah muda 250 KVA dan hijau 630 KVA. Penyulang LBNG
memiliki satu LBS (Load Break Switch) dan tiga rel tegangan rendah. Menggunakan
konfigurasi jaringan distribusi loop.
FCO KARANGANYAR
GARDU PTJI
70 kV
20 kV
100 KTPB
100
PSRI
R
R
100
200KTPA
PNKI
100
100
250
BPKA
BPKBBPPK
100
100
SONG
100
25 KRJP
SONI
250
200
100160
200
200
160
50
50
100
25
100
100
100
100
KTPD
PGPP
BPNU
DPGA
200630
200
50
25
50 50
KTPCJSPI
GPAI
PAJB
KPMI
VHCM
BBDABBDB
BBDCBBDD
PEMS
DPUIBONA
BONB
BOND BONCPAJA
160
50100
PSKA PSKN BRDG
160
50
100
100
100
100
50
16050
50
50 50
50
BRDA
IN DARI PENY. PMDA
UJUNG TEG.
KRSG - LBNR
DPLJKRTIBPCR
BPNA
FCO BONDOL
FCO PENGANJANG
FCO PAJB
PT PLN (PERSERO)
DISTRIBUSI JABAR & BANTEN
APJ CIREBON – UPJ INDRAMAYU
SINGLE LINE DIAGRAM
PENY. KRSG GI INDYU
Digambar
Aktivitas Oleh Tgl.Paraf
TRF. I 30MVA
GI INDRAMAYU
250250
100
100 DPGB
PKAM PPPU
100
100
SONA
100
100
PBIE
PBIA
PBIF
TTRA
TTRNKASB
KASI
BKAS
PIBA PBID
PBIC
PBIB
PBIG
TTRB
FCO ARAH TEGUR
LBS BRDG
GARDU BPIM
100
KTPE
PENY.
LBNR
REC.KT
160
TUHB
315
TUZA
LBS KRSG
25
KCTA
PGPI
400TUHK
100
TUJB
250
LBS PBAN
PENY. PMDA
200 TUJC
LBS POMN
LBS PAJA
Gambar 2.20 Gambar Single Line diagram penyulang KRSG
Penyulang KRSG memiliki panjang penyulang sejauh 44,100 Kms dengan jumlah
trafo distribusi sebanyak 65 unit digambarkan dengan kotak dan dibedakan berdasarkan
warna, empat buah LBS (Load Break Switch) dan dua puluh tujuh rel tegangan rendah.
Penyulang KRSG menggunakan konfigurasi jaringan loop pada sistem distribusinya.
70 kV
20 kV
160160
100
200
250630
10050
BTNLGSTI
WRDA
BTLI
JPIM
KKJPDPRD
TYIB
400
KRPD
SCIM250
160HWPI
BRII
KRAITTPY
100
1000
PDAI
250
250
400
BJIM
100
KNPI
160
100
100
250
100
100
200
PBMP
PMMIPBAS
MGLBMGLA
MGLI
JSIM
MGLC
630
TBSI
IN DARI
PENY. KRSG
OUT KE
PENY. KRSG
PT PLN (PERSERO)
DISTRIBUSI JABAR & BANTEN
APJ CIREBON – UPJ INDRAMAYU
SINGLE LINE DIAGRAM
PENY. PMDA GI INDYU
Digambar
Aktivitas Oleh Tgl.Paraf
PMMA
TBGL
100
GPBI
250
250 MAGI
KCTIPOMI
* PEMDA *
160
TRF. III 30MVA
GI INDRAMAYU
250
PBMA
100 SMMI
GARDU PTJI
100
100
PGRS
250
LBS MG
LBS PANIN
GAR
DU R
SKI
RBIM250 PTJA
R
REC.BTPN
100
POMA
50JPIA
100
MAGA
50
KNPA
100
50
JPIB
PGRA
MGLD
200
100TBKA
Peny. KRSG100BTKS
Gambar 2.21 Gambar Single Line diagram penyulang PMDA
Penyulang PMDA panjang penyulang sajauh 19,700 Kms, dengan enam puluh
buah trafo distribusi disimbolkan dengan bentuk kotak dan di bedakan berdasarkan
kapasitas dengan warna, memiliki dua buah LBS (Load Break Switch) dan dua puluh
tujuh rel TR. Penyulang PMDA menggunakan konfigurasi Loop pada sistem jaringan
distribusinya.
GI INDRAMAYU
20kV
XLPE 240
70kV
* LANGUT *
BTPA100
100 50 PGEI
REC. CELOH
LBS LRGDLTC
KJWA
50 KJWC
CPLA
CPHL
100
100
50
50100
100
KJKB
KJKA160
400
KPPC
TBPL
50
DJBA
160
200
160
DJLG
DJLA
JTJI
CPHK
100
DJLB
BCSK
PCMS400
SPMC100
100
160
PTGA315
PTGL
10200
CJFG
LBS KPPC
LBS PGGN
PT PLN (PERSERO)
DISTRIBUSI JABAR & BANTEN
APJ CIREBON – UPJ INDRAMAYU
SINGLE LINE DIAGRAM
PENY. LNGT GI INDYU
Digambar
Aktivitas
Oleh Tgl.Paraf
UJUNG TEG.
LNGT - ERTN
PENY.
ERTN
160 50
SSRESSRD
505050
SSRASSRBSSRC
CO MAJA
50
50
BKBB
250
160 PTGD
TRF. III 30MVA
DRJI
DRIB
PENY.
BMUB
100
ICIM50
BCDLR
160
250
100
IPAL
RPMCLBS PNDG
LBS PTNG
100 DJLF
DJJM
100
DJLE
160 BKBC
100
50
LBNH
LBNG250
160
100
PPNS
100
RKLH
RWND
100
RKLI 100
200
RWNAKPPI
CO RAMBATAN
50 BMDA
160KJKD
DLTF50
100 SDKT
100 PMYL
50
250
KBCIWRDB
PENY.
JNGG
LBS JMLG
Gambar 2.22 Gambar Single Line diagram penyulang LNGT
Penyulang LNGT memiliki panjang penyulang sejauh 55,097 Kms, mempunyai lima
puluh enam buah trafo distribusi, tiga buah LBS (Load Break Switch) dan dua puluh enam rel
jaringan rendah. Penyulang ini memiliki konfigurasi jaringan loop pada sistem jaringan
distribusinya.
70 kV
20 kV
R
Wilayah Kerja
KP Lohbener
REC.
BKR
* LOHBENER *
CO PANYINDANGAN
CO LAMARANTARUNG
CO WALED
CO TAWANGSARI
CO SUKADADI
CO CANTIGI
CO CEMARA
CO ARAHAN
160
200
160
100
50
250
RWNS
KDMI
MPIM
100
100
250
100
100
25
160
100
LBS PMY
250
100
200
10010050 RKLBRKLGRKLDARKA
50
50
50
160
100
160
100
50
LGJL ARHL
ARHK
PRKE100 PRLA
50 PRLE
50 PRLB
50 PRLF
100 PRLC
PRLD50
50 LRTA
50 LRTB
50 LRTC
200
TUHJ
50
LRTD LRTE
100
50 PRKB
50 PRKC
100 CTWA
100 CTWB
CTKA
50 PRKACDPA
50 CDPF
50 CDPB
5050 CDPC100
TWSLTWSR
50 CDPE50
SDDA
50
SDDB
50
PGAE
50
PGAF
100
PGAG100
PGAI
25
PGAH
50PGAA
50PGAB
PGAD
50
CTKC
50
CTKE
100
CKCA
50
CKCC
50
CKCB
50
PGAC
50 50 50
CEMA CEMB CEMC
50 50
CEMD
50
CEME
25
100
CEMF
CEMG
CEMH
100
50
CEMJ
CEMI
KPBB
JGSI
400PIIM
LBS BKR
REC BKR
LBS BKL
LBS KNGBTPI
RWNC
RKLC
RKLL
DLRC
BKRW
BKRL
RKLF
PMYARKLERKLA
PRKD
LGJT
LJAR
CO PRANGGONG
PENY.
ERTN
PT PLN (PERSERO)
DISTRIBUSI JABAR & BANTEN
APJ CIREBON – UPJ INDRAMAYU
SINGLE LINE DIAGRAM
PENY. LBNR GI INDYU
Digambar
Aktivitas Oleh Tgl.Paraf
TRF. III 30MVA
GI INDRAMAYU
R
50
CTKD
5050
CTKB
50
200
250
PGRI
PJMI
PENY.
ERTN
UJUNG TEG.
LBNR - ERTN
100
LBS KPBB
REC ARAHAN
UJUNG TEG.
LBNR - ERTN
GPPA
50 100
BKWC
100 GUKI
LBS GPP
250
100 SSIM
PJMA
100
160
TRSA
SKDS
50
GPPS
100160
250
160
160
100 100
160100
50100
200
100
STIK
PPRSPSCE
GSLA GSLS
YFJS250
250
DRUS
TRSC
YFJA
SDGI
RSUB
160
100
250
TRSB WWBS
IWBSBJSATRSDTRSN BJSR
100
SDGA
50
250
RPHI
PAIM
WASI
AMDK
100
200
RWNB
PDKD
PKSI
50 PDKL
50 PDKA
100 PDKE
PDKC
100
50
PDKB
50
100
Peny. KRSG
250
TUHZ
PPVI
250
50
PMRS
LBS CDPTLBS NGRK
CO PNYKRN
LBS PRNG
CKCD250
25
CO PDKL
CO SNDG
100 RSUA
250 TUZA
100PSCA
100
BPAR
100
PIMA100 BJSB
100TRSE
200 SDGB
50
LRTF
Gambar 2.23 Gambar Single Line diagram penyulang LBNR
penyulang LBNR memiliki panjang penyulang sejauh 19,700 Kms, 145 buah trafo
distribusi yang di gambarkan kotak pada diagram dan dibedakan berdasarkan kapasitas
berdasarkan warna, lima buah LBS ( Load Break Swicth ), dua puluh tujuh rel buah tegangan
rendah dan menggunakan konfigurasi jaringan loop pada sistem jaringanya.
70kV
20kV
* BALONGAN *
200
160
160
200
GAMA
GAMBDSJA
DSJB
DSJI
100
100DSRB
DSRC
DSKL
PBPIDSRI
250
100
100
TUBI
SUKD
SUKA
100
160
100100100100
200
250
SUKE SUKBSUKCGLRMGPLA
GPLI
160
TGSK
TGLS
SKRB
100
100100
BPIB BPIA
100020/3,3
EXOR
COBI
LBS SMRL
UJUNG TEG.
BLNG - SLYG
PENY.
SLYG
FCO BALONGAN PESISIR
FCO RAWADALEM
FCO KEPOLOFCO LANGGEN
PT PLN (PERSERO)
DISTRIBUSI JABAR & BANTEN
APJ CIREBON – UPJ INDRAMAYU
SINGLE LINE DIAGRAM
PENY. BLNG GI INDYU
Digambar
Aktivitas Oleh Tgl.Paraf
250
250
TGUB
TRF. III 30MVA
GI INDRAMAYU
PPKB250
250
25
DSKA
LBS DSJ
100
TGUR
100
GAMC
R
160
TUAR250
100
DSRD
DSKL
250
GAMD
TGUC
25
100
100
25TUGD
DSJC160
DSJE
50 DSJD
REC.KPLB
50
DSRF
250 DSRE
100
250 DSRG
1000
20/400
PDGB
Gambar 2.24 Gambar Single Line diagram penyulang BLGN
Penyulang BLNG memiliki panjang penyulang sejauh 21,382 Kms, empat puluh tiga
buah trafo distribusi yang di gambarkan kotak pada diagram diatas dan di bedakan berdasarkan
kapasitas dengan warna, tiga buah LBS (Load Break Switch), dua puluh enam rel tegangan
rendah dan menggunakan konfigurasi jangan Loop pada jaringan distribusinya.