BAB II

23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini peneliti akan menguraikan konsep yang berhubungan dengan penelitiannya diantaranya : Konsep Koping, Konsep Kepribadian Ekstrovert dan Introvert, Konsep Mahasiswa dan Kerangka Konsep. 2.1.1 Konsep Koping 2.1.2 Pengertian Koping Koping didefinisikan sebagai respon (kognitif perilaku atau persepsi) terhadap ketegangan hidup eksternal yang berfungsi untuk mencegah, menghindari, mengandalkan distress emosional. Koping adalah sebuah istilah yang terbatas pada perilaku atau kognisi aktual yang ditampilkan seseorang, bukan pada sumber yang mungkin mereka gunakan. Koping keluarga menunjukkan tingkat analisa kelompok keluarga (atau sebuah tingkat analisis interaksional). (Imam, 2011) 7

description

proposal

Transcript of BAB II

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini peneliti akan menguraikan konsep yang berhubungan dengan

penelitiannya diantaranya : Konsep Koping, Konsep Kepribadian Ekstrovert dan

Introvert, Konsep Mahasiswa dan Kerangka Konsep.

2.1.1 Konsep Koping

2.1.2 Pengertian Koping

Koping didefinisikan sebagai respon (kognitif perilaku atau persepsi)

terhadap ketegangan hidup eksternal yang berfungsi untuk mencegah,

menghindari, mengandalkan distress emosional.

Koping adalah sebuah istilah yang terbatas pada perilaku atau kognisi

aktual yang ditampilkan seseorang, bukan pada sumber yang mungkin mereka

gunakan. Koping keluarga menunjukkan tingkat analisa kelompok keluarga (atau

sebuah tingkat analisis interaksional). (Imam, 2011)

Koping keluarga didefinisikan sebagai respons yang positif, sesuai dengan

masalah, afektif, persepsi dan respons perilaku yang digunakan keluarga dan

subsistemnya untuk memecahkan suatu masalah atau mengurangi stress yang

diakibatkan oleh masalah atau peristiwa (Friedman, 2003 : 438).

7

Page 2: BAB II

2.1.3 Mekanisme Koping

Mekanisme koping adalah suatu perubahan yang konstanta dari usaha

kognitif dan tingkah laku untuk menata tuntutan eksternal dan internal yang

dinilai sebagai hal yang membebani atau melebihi sumber daya individu.

Mekanisme koping berdasarkan penggolangannya dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Koping yang berpusat pada masalah (Problem Focused Coping Mecha-

nisms). Mekanisme koping berpusat pada masalah diarahkan untuk men-

gurangi tuntutan-tuntutan situasi yang menimbulkan stress atau mengem-

bangkan sumber daya untuk mengatasinya.

2. Koping yang berpusat pada kognitif (Cognitively Focused Coping-Mecha-

nisms). Dimana seseorang berusah untuk mengontrol masalah dan menye-

lesaikannya.

3. Koping yang berpusat pada emosi (Emotion Focused Coping-Mecha-

nisms). Koping ini mengarah pada usaha reduksi, pembatasan/menghi-

langkan atau toleransi stress subjective dari stress emosianal muncul

karena adanya transaksi dengan lingkungan yang menyulitkan (Friedman,

2003 : 438).

2.1.4 Ciri Koping Konstrutif dan koping Destruktif

1. Koping Konstrutif

Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah se-

cara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif (kece-

masan yang dianggap sebagai sinyal peringatan dan individu menerima peringatan

dan individu menerima kecemasan itu sebagai tantangan untuk di selesaikan).

8

Page 3: BAB II

2. Koping Destruktif

Mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme yang menghambat fungsi

integrasi, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kate-

gorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar

dan aktivitas destruktif (mencegah suatu konflik dengan melakukan pengelakan

terhadap solusi).

2.1.5 Strategi Koping Keluarga

Strategi koping adalah respons-respons sama yang membentuk set-set

homogeny. Strategi-strategi koping keluarga berkembang dan berubah dari waktu

ke waktu, sebagai respons terhadap tuntutan-tuntutan atau stressor yang dialami

Respons-respons koping keluarga meliputi tipe strategi koping eksternal

dan internal. Sumber-sumber koping internal terdiri dari kemampuan keluarga

yang menyatu sehingga menjadi kohensif dan terintegrasi. Integrasi keluarga

memerlukan pengontrolan dari subsistem lewat ikatan kesatuan. Keluarga yang

paling sukses menghadapi masalah-masalah mereka adalah keluarga yang paling

sering terintegrasi dengan baik dimana anggota keluarga memiliki tanggung jawab

yang kuat terhadap kelompok dan tujuan-tujuan kolektifnya. Satu sumber koping

lainnya adalah fleksibilitas peran mampu memodifikasi peran-peran keluarga

ketika dibutuhkan (Friedman, 2003 : 439).

Dua tipe strategi koping keluarga adalah internal atau intrafamilial (dalam

keluarga inti) dan eksternal atau ekstrafimilial (di luar keluarga inti).

1. Strategi Koping keluarga internal

9

Page 4: BAB II

Strategi koping keluarga internal memiliki tiga jenis strategi, yaitu strategi

hubungan, kognitif dan komunikasi.

a. Strategi hubungan

1) Mengandalkan kelompok keluarga

Keluarga tertentu saat mengalami tekanan mengatasi dengan menjadi

lebih bergantung pada sumber mereka sendiri. Bersatu adalah satu dari

proses penting dalam badai kehidupan keluarga. Keluarga berhasil

melalui masalah dengan menciptakan struktur dan organisasi yang

lebih besar dirumah dan keluarga.

2) Kebersamaan yang lebih besar

Salah satu membuat keluarga semakin erat dan memelihara serta

mengelola tingkat stress  dan moral yang dibutuhkan keluarga adalah

dengan berbagi perasaan dan pemikiran serta terlibat dalam

pengalaman aktivitas keluarga.

3) Fleksibitas peran

Perubahan yang cepat dan pervasif  dalam masyarakat serta dalam

keluarga, khususnya pada pasangan, merupakan tipe strategi keluarga

yang sangat kuat.

b. Strategi kognitif

1) Normalisasi

Normalisasi adalah proses terus menerus yang melibatkan pengakuan

penyakit kronik tetapi menegaskan kehidupan keluarga sebagai

kehidupan keluarga yang normal, menegaskan efek social memiliki

10

Page 5: BAB II

anggota yang memiliki atau menderita penyakit kronik sebagi suatu

yang minimal, dan terlibat dalam perilaku yang menunjukkan kepada

orang lain bahwa keluarga tersebut adalah normal.

2) Pengendalian makna masalah dengan membingkai ulang dan penilaian

pasif

Keluarga yang menggunakan strategi koping ini cenderung melihat

aspek positif dari peristiwa hidup penuh stress dan membuat peristiwa

penuh stress menjadi tidak terlalu penting dalam hierarki nilai

keluarga. Hal ini ditandai dengan anggota keluarga yang memiliki rasa

percaya dalam mengatasi keganjilan dengan mempertahankan

pandangan optimistic terhadap peritiwa, terus memiliki harapan dan

berfokus pada kekuatan dan potensi.

3) Pemecahan masalah bersama

Pemecahan masalah bersama diantara anggota keluarga adalah strategi

konitif dan komunikasi keluarga yang telah diteliti secara ekstensif

melalui metode penelitian laboratorium oleh kelompok peneliti

keluarga dan dalam lingkungan alami

c. Strategi Komunikasi

1) Terbuka dan jujur

Anggota keluarga yang menunjukkan keterbukaan, kejujuran, pesan

yang jelas dan perasaan serta afeksi yang lebih besar dibutuhkan pada

masa ini. Saat mengamati bahwa komunikasi keluarga yang fungsional

adalah langsung, terbuka,jujur dan jelas. Keterbukaan adalah

11

Page 6: BAB II

komunikatif dalam berbagai ide dan perasaan. Pemecahan masalah

kolaboratif, yang dibahas sebagai strategi koping kognitif, juga

merupakan strategi koping kognitif, juga merupakan strategi

komunikasi, yang memfasilitasi koping dan adaptasi keluarga.

2) Menggunakan humor dan tawa

Studi mengenai resilience menekankan bahwa humor tidak terhingga

nilainya dalam mengatasi penderitaan. Humor tidak hnya dapat

menyokong semangat, humor juga dapat menyokong sistem imun

seseorang dalam mendorong penyembuhan.

2. Strategi Koping Keluarga Eksternal

a. Strategi komunitas

Kategori ini merujuk pada upaya koping keluarga yang terus menerus,

jangka panjang, dan umum bukan upaya seseorang menyesuaikan untuk

mengurangi stressor khusus siapapun. Pada kasus ini, anggota keluarga ini

adalah peserta aktif (sebagai anggota aktif atau posisi pimpinan) dalam

klub, organisasi dan kelompok komunitas.

b. Memanfaatkan sistem dukungan social

1) Dukungan social keluarga

Dukungan social keluarga merujuk pada dukungan social yang

dirasakan oleh anggota keluarga ada atau dapat diakses (dukungan

social dapat atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga dapat

menerima bahwa orang pendukung siap memberikan bantuan dan

pertolongan jika jika dibutuhkan).

12

Page 7: BAB II

2) Sumber dukungan keluarga

Menurut Caplan terdapat tiga sumber dukungan social umum. Sumber

ini terdiri atas jaringan informal yang spontan. Dukungan terorganisasi

yang tidak diarahkan oleh petugas kesehatan professional dan upaya

terorganisasi oleh professional kesehatan. Dari semua ini jaringan

informal (diidentifikasi diatas kelompok yang memberikan jumlah

bantuan terbanyak selama masa yang dibutuhkan. 

(ejournal.undip.ac.id).

2.1.6 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Koping 

1. Perbedaan Gender dalam koping

Pria dan wanita menggunakan strategi koping yang berbeda. Wanita

lebih menganggap lebih bermanfaat berkumpul bersama orang lain, berbagi

kekhawatiran dan kesulitan mereka dengan kerabat atau teman dekat,

mengungkapkan perasaan dan emosi yang positif dan negatif secara terbuka,

dan menghabiskan waktu guna mengembangkan diri dan hobi. Disi lain pria

cenderung menggunakan strategi yang lebih menarik diri seperti menyimpan

perasaannya, mencoba menjaga orang lain mengetahui seberapa buruk

kejadiannya dan mengkonsumsi alcohol lebih banyak.

2. Variasi Sosial Budaya Dalam Koping Keluarga

Variasi kelas social dalam  koping keluarga juga ada. Misalnya keluarga yang

lebih kaya dan berpendidikan khasnya memiliki kebutuhan yang lebih besar

untuk mengatur dan mengendalikan peristiwa kesehatan mereka sehingga

menggunakan lebih banyak strategi koping keluarga dalam mendapatkan

13

Page 8: BAB II

informasi dan pengetahuan. Keluarga miskin juga dapat merasakan kurang

percaya diri akan kemampuan mereka untuk mengendalikan takdirnya, dan

dalam kasusu ini dapat menggunakan pengendalian makna dengan penelaian

pasif.

3. Dampak Gangguan Kesehatan

Seperti yang telah disebutkan, tipe koping yang digunakan individu yang

bergantung pada situasi. Dengan lebih sedikit tuntutan yang diminta oleh

keluarga (misalnya: semua berjalan dengan baik dan anggota keluarga sehat),

tipe pola koping tertentu yang bertahan lama dapat secara khas diterapkan,

seperti memelihara jalinan aktif dengan komunitas. Akan tetapi dengan

semakin banyaknya kemalangan (baik stressor kesehatan maupun tipe

stressor lainnya seperti ekonomi, lingkungan dll), cara koping yang umum

biasanya tidak cukup, dan semakin luas susunan strategi koping keluarga

dihasilkan guna menghadapi tantangan (Imam, 2011).

2.2 Konsep Kepribadian

2.2.1. Pengertian Kepribadian

Kepribadian adalah semua corak perilaku dan kebiasaan individu

yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta

menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari

dalam. Corak perilaku dan kebiasaan ini merupakan kesatuan fungsional yang

khas pada seseorang. Perkembangan kepribadian tersebut bersifat dinamis,

artinya selama individu masih bertambah pengetahuannya dan mau belajar

14

Page 9: BAB II

serta menambah pengalaman dan keterampilan, mereka akan semakin matang dan

mantap kepribadiannya (Yosep, 2010).

2.2.2. Penggolongan manusia berdasarkan kepribadiannya.

Berdasarkan aspek biologis kepribadian dibagi sebagai berikut:

a. Sanguin

Sanguin adalah orang yang gembira, yang senang hatinya, mudah un-

tuk membuat orang tertawa, dan bisa memberi semangat pada orang

lain. Tapi kelemahannya adalah dia cenderung impulsive, yaitu orang

yang bertindak sesuai emosi atau keinginannya.

b. Plegmatik

Tipe plegmatik adalah orang yang cenderung tenang, dari luar cen-

derung tidak beremosi, tidak menampakkan perasaan sedih atau

senang. Naik turun emosinya itu tidak nampak dengan jelas.

c. Melankolik

Tipe melankolik adalah orang yang terobsesi dengan karya yang pal-

ing bagus, yang paling sempurna dan dia memang adalah seseorang

yang mengerti estetika keindahan hidup ini. Perasaannya sangat kuat,

sangat sensitif maka kita bisa menyimpulkan bahwa cukup banyak

seniman yang memang berdarah melankolik.

d. Kolerik.

Tipe kolerik adalah seseorang yang dikatakan berorientasi pada peker-

jaan dan tugas, dia adalah seseorang yang mempunyai disiplin kerja

yang sangat tinggi.

2.2.3. Ciri-Ciri Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

15

Page 10: BAB II

Berdasarkan MBTI (dalam Kevin, 2003) dapat diuraikan ciri-ciri tipe

kepribadian Jung tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert. Ciri kepribadian

Ekstrovert dan Introvert adalah sebagai berikut:

1. Ciri Kepribadaian Ekstrovert

a. Senang berbicara

b. Mudah menjalin hubungan dengan orang lain

c. Mudah mengekspresikan perasaan

d. Senang menceritakan pengalaman kepada orang lain

e. Senang melakukan pembicaraan dengan orang lain

f. Aktif dan enerjik

g. Lebih banyak berbicara daripada mendengar

h. Mudah untuk mengekspresikan pendapat tentang suatu hal

i. Senang memberi pendapat secara aktif dari pada hanya memikirkan saja

2. Ciri Kepribadian Introvert

a. Senang berdiam diri

b. Lebih senang berpikir

c. Suka menarik diri

d. Berhenti sejenak jika sedang merasa ragu-ragu

e. Suka mengekpresikan dengan cara lain jika ingin mendeskripsikan sesuatu

f. Sering menahan rasa senang, sedih di dalam hati

g. Menyatakan diri secara perlahan-lahan

h. Lebih memilih menahan ide didalam pikiran sendiri

i. Sering menahan emosi

16

Page 11: BAB II

(Ambarita, 2004)

2.2.4. Faktor – faktor yang mempengaruhi kepribadian :

1. Faktor genetik

Dari beberapa penelitian bayi-bayi baru lahir mempunyai temperamen

yang berbeda, Perbedaan ini lebih jelas terlihat pada usia 3 bulan.

2. Faktor lingkungan

Perlekatan (attachment): kecenderungan bayi untuk mencari kedekatan

dengan dan untuk merasa lebih aman dengan kehadiran pengasuhnya

dapat mempengaruhi kepribadian.

3. Faktor stimulasi gen dan cara berpikir

Kepribadian sepenuhnya dikendalikan oleh gen yang ada dalam sel

tubuh manusia. Gen tersebut ada yang bersipat Dorman (tidur) atau tidak

aktif dan yang bersifat aktif.

2.2.5. Tipe atau orientasi kepribadian pada manusia:

1. Tipe realistik .

Menyukai pekerjaan yang sifatnya konkret, yang melibatkan kegiatan

sistematis.

2. Tipe intelektual/investigative .

Menyukai hal-hal yang teoritis dan konseptual, cenderung pemikir dari-

pada pelaku tindakan senang menganalis, dan memahami sesuatu. Bi-

asanya menghindari hubungan sosial yang akrab.

3. Tipe sosial.

17

Page 12: BAB II

Senang membantu atau bekerja dengan orang lain. Dia menyenangi kegiatan

yang melibatkan kemampuan berkomunikasi dan ketrampilan berhubungan

dengan orang lain, tetapi umumnya kurang dalam kemampuan mekanikal

dan sains.

4. Tipe konvensional.

Menyukai pekerjaan yang terstruktur atau jelas urutannya, mengolah

data dengan aturan tertentu.

5. Tipe usaha/enterprising.

Cenderung mempunyai kemampuan verbal atau komunikasi yang baik

dan menggunakannya untuk memimpin orang lain, mengatur, men-

garahkan, dan mempromosikan produk atau gagasan.

6. Tipe artistik .

Cenderung ingin mengekspresikan dirinya, tidak menyukai struktur atau

aturan, lebih menyukai tugas-tugas yang memungkinkan dia mengekspre-

sikan diri.

2.3 Konsep Mahasiswa

2.3.1. Pengertian

Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada suatu

perguruan tinggi (Paryati Sudarman, 2004:32). Sedangkan menurut Takwin

(2008) Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik universitas,

institut atau akademi. Mereka yang terdaftar dapat disebut sebagai mahasiswa

(Takwin, 2008). Mahasiswa menurut Knopfemacher (dalam Suwono, 1978)

18

Page 13: BAB II

adalah merupakan insan-insan calon sarjana yang dalam keterlibatannya dengan

perguruan tinggi (yang makin menyatu dengan masyarakat), dididik dan di

harapkan menjadi calon-calon intelektual.

Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang

memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga

merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan

masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai predikat.

Dari pendapat di atas bias dijelaskan bahwa mahasiswa adalah status yang

disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang

diharapkan menjadi calon-calon intelektual.

2.3.2. Ciri-ciri mahasiswa sebagai anggota masyarakat

Mahasiswa merupakan anggota masyarakat yang mempunyai ciri-ciri

tertentu, antara lain menurut Kartono (1985) :

1. Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi,

sehingga dapat digolongkan sebagai kaum intelegensia.

2. Yang karena kesempatan di atas diharapkan nantinya dapat bertindak sebagai

pemimpin yang mampu dan terampil, baik sebagai pemimpin masyarakat

ataupun dalam dunia kerja.

3. Diharapkan dapat menjadi “daya penggerak yang dinamis bagi proses

modernisasi”.

4. Diharapkan dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga yang berkualitas dan

profesional.

2.3.3. Syarat menjadi mahasiswa

19

Page 14: BAB II

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999, disebutkan bahwa

untuk menjadi mahasiswa harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Memiliki Surat Tanda Belajar pendidikan tingkat menengah

2. Memiliki kemampuan yang disyaratkan oleh perguruan tinggi yang

bersangkutan.

2.4 Kerangka Konsep

20

Page 15: BAB II

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep–konsep yang

ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo,

2005:69).

Gambar 2.1. Kerangka konsep perbedaan mekanisme koping dengan ciri kepribadian ekstrovert dan introvert pada mahasiswa Akademi Kesehatan Rajekwesi Bojonegoro Prodi Keperawatan tahun 2013.

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Berhubungan

2.5 Hipotesis

21

: Variabel yang tidak diteliti

Kepribadiana. Sanguinb. Plegmatikc. Melankolikd. Kolerik.

Mekanisme Koping-konstruktif-Distruktif

Faktor-faktor yang mempengaruhi :1. Faktor Genetik2. Faktor Lingkungan3. Faktor stimulasi gen dan cara

berpikir

Tipe Kepribadian :1. Ekstrovert2. Introvert

Mahasiswa

Page 16: BAB II

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pernyataan

penelitian (Nursalam, 2003 : 57).

Hipotesis Alternative (Ha/HI) menyatakan adanya hubungan pengaruh dan

perbedaan antara 2 atau lebih variabel (Nursalam, 2003 : 59).

Hipotesis Nol (H0) adalah hipotesis yang menyatakan sesuatu kesamaan

atau tidak adanya suatu perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok atau

lebih mengenai hal yang dipermasalahkan (Notoatmojo, 2010 :109).

Ha/H1 : ada perbedaan mekanisme koping dengan ciri kepribadian ekstrovert

dan introvert.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah H1, ada perbedaan

mekanisme koping dengan ciri kepribadian ekstrovert dan introvert pada

mahasiswa Akademi Kesehatan Rajekwesi Bojonegoro Prodi Keperawatan tahun

2013.

22