BAB II
description
Transcript of BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini peneliti akan menguraikan konsep yang berhubungan dengan
penelitiannya diantaranya : Konsep Koping, Konsep Kepribadian Ekstrovert dan
Introvert, Konsep Mahasiswa dan Kerangka Konsep.
2.1.1 Konsep Koping
2.1.2 Pengertian Koping
Koping didefinisikan sebagai respon (kognitif perilaku atau persepsi)
terhadap ketegangan hidup eksternal yang berfungsi untuk mencegah,
menghindari, mengandalkan distress emosional.
Koping adalah sebuah istilah yang terbatas pada perilaku atau kognisi
aktual yang ditampilkan seseorang, bukan pada sumber yang mungkin mereka
gunakan. Koping keluarga menunjukkan tingkat analisa kelompok keluarga (atau
sebuah tingkat analisis interaksional). (Imam, 2011)
Koping keluarga didefinisikan sebagai respons yang positif, sesuai dengan
masalah, afektif, persepsi dan respons perilaku yang digunakan keluarga dan
subsistemnya untuk memecahkan suatu masalah atau mengurangi stress yang
diakibatkan oleh masalah atau peristiwa (Friedman, 2003 : 438).
7
2.1.3 Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah suatu perubahan yang konstanta dari usaha
kognitif dan tingkah laku untuk menata tuntutan eksternal dan internal yang
dinilai sebagai hal yang membebani atau melebihi sumber daya individu.
Mekanisme koping berdasarkan penggolangannya dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Koping yang berpusat pada masalah (Problem Focused Coping Mecha-
nisms). Mekanisme koping berpusat pada masalah diarahkan untuk men-
gurangi tuntutan-tuntutan situasi yang menimbulkan stress atau mengem-
bangkan sumber daya untuk mengatasinya.
2. Koping yang berpusat pada kognitif (Cognitively Focused Coping-Mecha-
nisms). Dimana seseorang berusah untuk mengontrol masalah dan menye-
lesaikannya.
3. Koping yang berpusat pada emosi (Emotion Focused Coping-Mecha-
nisms). Koping ini mengarah pada usaha reduksi, pembatasan/menghi-
langkan atau toleransi stress subjective dari stress emosianal muncul
karena adanya transaksi dengan lingkungan yang menyulitkan (Friedman,
2003 : 438).
2.1.4 Ciri Koping Konstrutif dan koping Destruktif
1. Koping Konstrutif
Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah se-
cara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif (kece-
masan yang dianggap sebagai sinyal peringatan dan individu menerima peringatan
dan individu menerima kecemasan itu sebagai tantangan untuk di selesaikan).
8
2. Koping Destruktif
Mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme yang menghambat fungsi
integrasi, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kate-
gorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar
dan aktivitas destruktif (mencegah suatu konflik dengan melakukan pengelakan
terhadap solusi).
2.1.5 Strategi Koping Keluarga
Strategi koping adalah respons-respons sama yang membentuk set-set
homogeny. Strategi-strategi koping keluarga berkembang dan berubah dari waktu
ke waktu, sebagai respons terhadap tuntutan-tuntutan atau stressor yang dialami
Respons-respons koping keluarga meliputi tipe strategi koping eksternal
dan internal. Sumber-sumber koping internal terdiri dari kemampuan keluarga
yang menyatu sehingga menjadi kohensif dan terintegrasi. Integrasi keluarga
memerlukan pengontrolan dari subsistem lewat ikatan kesatuan. Keluarga yang
paling sukses menghadapi masalah-masalah mereka adalah keluarga yang paling
sering terintegrasi dengan baik dimana anggota keluarga memiliki tanggung jawab
yang kuat terhadap kelompok dan tujuan-tujuan kolektifnya. Satu sumber koping
lainnya adalah fleksibilitas peran mampu memodifikasi peran-peran keluarga
ketika dibutuhkan (Friedman, 2003 : 439).
Dua tipe strategi koping keluarga adalah internal atau intrafamilial (dalam
keluarga inti) dan eksternal atau ekstrafimilial (di luar keluarga inti).
1. Strategi Koping keluarga internal
9
Strategi koping keluarga internal memiliki tiga jenis strategi, yaitu strategi
hubungan, kognitif dan komunikasi.
a. Strategi hubungan
1) Mengandalkan kelompok keluarga
Keluarga tertentu saat mengalami tekanan mengatasi dengan menjadi
lebih bergantung pada sumber mereka sendiri. Bersatu adalah satu dari
proses penting dalam badai kehidupan keluarga. Keluarga berhasil
melalui masalah dengan menciptakan struktur dan organisasi yang
lebih besar dirumah dan keluarga.
2) Kebersamaan yang lebih besar
Salah satu membuat keluarga semakin erat dan memelihara serta
mengelola tingkat stress dan moral yang dibutuhkan keluarga adalah
dengan berbagi perasaan dan pemikiran serta terlibat dalam
pengalaman aktivitas keluarga.
3) Fleksibitas peran
Perubahan yang cepat dan pervasif dalam masyarakat serta dalam
keluarga, khususnya pada pasangan, merupakan tipe strategi keluarga
yang sangat kuat.
b. Strategi kognitif
1) Normalisasi
Normalisasi adalah proses terus menerus yang melibatkan pengakuan
penyakit kronik tetapi menegaskan kehidupan keluarga sebagai
kehidupan keluarga yang normal, menegaskan efek social memiliki
10
anggota yang memiliki atau menderita penyakit kronik sebagi suatu
yang minimal, dan terlibat dalam perilaku yang menunjukkan kepada
orang lain bahwa keluarga tersebut adalah normal.
2) Pengendalian makna masalah dengan membingkai ulang dan penilaian
pasif
Keluarga yang menggunakan strategi koping ini cenderung melihat
aspek positif dari peristiwa hidup penuh stress dan membuat peristiwa
penuh stress menjadi tidak terlalu penting dalam hierarki nilai
keluarga. Hal ini ditandai dengan anggota keluarga yang memiliki rasa
percaya dalam mengatasi keganjilan dengan mempertahankan
pandangan optimistic terhadap peritiwa, terus memiliki harapan dan
berfokus pada kekuatan dan potensi.
3) Pemecahan masalah bersama
Pemecahan masalah bersama diantara anggota keluarga adalah strategi
konitif dan komunikasi keluarga yang telah diteliti secara ekstensif
melalui metode penelitian laboratorium oleh kelompok peneliti
keluarga dan dalam lingkungan alami
c. Strategi Komunikasi
1) Terbuka dan jujur
Anggota keluarga yang menunjukkan keterbukaan, kejujuran, pesan
yang jelas dan perasaan serta afeksi yang lebih besar dibutuhkan pada
masa ini. Saat mengamati bahwa komunikasi keluarga yang fungsional
adalah langsung, terbuka,jujur dan jelas. Keterbukaan adalah
11
komunikatif dalam berbagai ide dan perasaan. Pemecahan masalah
kolaboratif, yang dibahas sebagai strategi koping kognitif, juga
merupakan strategi koping kognitif, juga merupakan strategi
komunikasi, yang memfasilitasi koping dan adaptasi keluarga.
2) Menggunakan humor dan tawa
Studi mengenai resilience menekankan bahwa humor tidak terhingga
nilainya dalam mengatasi penderitaan. Humor tidak hnya dapat
menyokong semangat, humor juga dapat menyokong sistem imun
seseorang dalam mendorong penyembuhan.
2. Strategi Koping Keluarga Eksternal
a. Strategi komunitas
Kategori ini merujuk pada upaya koping keluarga yang terus menerus,
jangka panjang, dan umum bukan upaya seseorang menyesuaikan untuk
mengurangi stressor khusus siapapun. Pada kasus ini, anggota keluarga ini
adalah peserta aktif (sebagai anggota aktif atau posisi pimpinan) dalam
klub, organisasi dan kelompok komunitas.
b. Memanfaatkan sistem dukungan social
1) Dukungan social keluarga
Dukungan social keluarga merujuk pada dukungan social yang
dirasakan oleh anggota keluarga ada atau dapat diakses (dukungan
social dapat atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga dapat
menerima bahwa orang pendukung siap memberikan bantuan dan
pertolongan jika jika dibutuhkan).
12
2) Sumber dukungan keluarga
Menurut Caplan terdapat tiga sumber dukungan social umum. Sumber
ini terdiri atas jaringan informal yang spontan. Dukungan terorganisasi
yang tidak diarahkan oleh petugas kesehatan professional dan upaya
terorganisasi oleh professional kesehatan. Dari semua ini jaringan
informal (diidentifikasi diatas kelompok yang memberikan jumlah
bantuan terbanyak selama masa yang dibutuhkan.
(ejournal.undip.ac.id).
2.1.6 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Koping
1. Perbedaan Gender dalam koping
Pria dan wanita menggunakan strategi koping yang berbeda. Wanita
lebih menganggap lebih bermanfaat berkumpul bersama orang lain, berbagi
kekhawatiran dan kesulitan mereka dengan kerabat atau teman dekat,
mengungkapkan perasaan dan emosi yang positif dan negatif secara terbuka,
dan menghabiskan waktu guna mengembangkan diri dan hobi. Disi lain pria
cenderung menggunakan strategi yang lebih menarik diri seperti menyimpan
perasaannya, mencoba menjaga orang lain mengetahui seberapa buruk
kejadiannya dan mengkonsumsi alcohol lebih banyak.
2. Variasi Sosial Budaya Dalam Koping Keluarga
Variasi kelas social dalam koping keluarga juga ada. Misalnya keluarga yang
lebih kaya dan berpendidikan khasnya memiliki kebutuhan yang lebih besar
untuk mengatur dan mengendalikan peristiwa kesehatan mereka sehingga
menggunakan lebih banyak strategi koping keluarga dalam mendapatkan
13
informasi dan pengetahuan. Keluarga miskin juga dapat merasakan kurang
percaya diri akan kemampuan mereka untuk mengendalikan takdirnya, dan
dalam kasusu ini dapat menggunakan pengendalian makna dengan penelaian
pasif.
3. Dampak Gangguan Kesehatan
Seperti yang telah disebutkan, tipe koping yang digunakan individu yang
bergantung pada situasi. Dengan lebih sedikit tuntutan yang diminta oleh
keluarga (misalnya: semua berjalan dengan baik dan anggota keluarga sehat),
tipe pola koping tertentu yang bertahan lama dapat secara khas diterapkan,
seperti memelihara jalinan aktif dengan komunitas. Akan tetapi dengan
semakin banyaknya kemalangan (baik stressor kesehatan maupun tipe
stressor lainnya seperti ekonomi, lingkungan dll), cara koping yang umum
biasanya tidak cukup, dan semakin luas susunan strategi koping keluarga
dihasilkan guna menghadapi tantangan (Imam, 2011).
2.2 Konsep Kepribadian
2.2.1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian adalah semua corak perilaku dan kebiasaan individu
yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta
menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari
dalam. Corak perilaku dan kebiasaan ini merupakan kesatuan fungsional yang
khas pada seseorang. Perkembangan kepribadian tersebut bersifat dinamis,
artinya selama individu masih bertambah pengetahuannya dan mau belajar
14
serta menambah pengalaman dan keterampilan, mereka akan semakin matang dan
mantap kepribadiannya (Yosep, 2010).
2.2.2. Penggolongan manusia berdasarkan kepribadiannya.
Berdasarkan aspek biologis kepribadian dibagi sebagai berikut:
a. Sanguin
Sanguin adalah orang yang gembira, yang senang hatinya, mudah un-
tuk membuat orang tertawa, dan bisa memberi semangat pada orang
lain. Tapi kelemahannya adalah dia cenderung impulsive, yaitu orang
yang bertindak sesuai emosi atau keinginannya.
b. Plegmatik
Tipe plegmatik adalah orang yang cenderung tenang, dari luar cen-
derung tidak beremosi, tidak menampakkan perasaan sedih atau
senang. Naik turun emosinya itu tidak nampak dengan jelas.
c. Melankolik
Tipe melankolik adalah orang yang terobsesi dengan karya yang pal-
ing bagus, yang paling sempurna dan dia memang adalah seseorang
yang mengerti estetika keindahan hidup ini. Perasaannya sangat kuat,
sangat sensitif maka kita bisa menyimpulkan bahwa cukup banyak
seniman yang memang berdarah melankolik.
d. Kolerik.
Tipe kolerik adalah seseorang yang dikatakan berorientasi pada peker-
jaan dan tugas, dia adalah seseorang yang mempunyai disiplin kerja
yang sangat tinggi.
2.2.3. Ciri-Ciri Kepribadian Ekstrovert dan Introvert
15
Berdasarkan MBTI (dalam Kevin, 2003) dapat diuraikan ciri-ciri tipe
kepribadian Jung tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert. Ciri kepribadian
Ekstrovert dan Introvert adalah sebagai berikut:
1. Ciri Kepribadaian Ekstrovert
a. Senang berbicara
b. Mudah menjalin hubungan dengan orang lain
c. Mudah mengekspresikan perasaan
d. Senang menceritakan pengalaman kepada orang lain
e. Senang melakukan pembicaraan dengan orang lain
f. Aktif dan enerjik
g. Lebih banyak berbicara daripada mendengar
h. Mudah untuk mengekspresikan pendapat tentang suatu hal
i. Senang memberi pendapat secara aktif dari pada hanya memikirkan saja
2. Ciri Kepribadian Introvert
a. Senang berdiam diri
b. Lebih senang berpikir
c. Suka menarik diri
d. Berhenti sejenak jika sedang merasa ragu-ragu
e. Suka mengekpresikan dengan cara lain jika ingin mendeskripsikan sesuatu
f. Sering menahan rasa senang, sedih di dalam hati
g. Menyatakan diri secara perlahan-lahan
h. Lebih memilih menahan ide didalam pikiran sendiri
i. Sering menahan emosi
16
(Ambarita, 2004)
2.2.4. Faktor – faktor yang mempengaruhi kepribadian :
1. Faktor genetik
Dari beberapa penelitian bayi-bayi baru lahir mempunyai temperamen
yang berbeda, Perbedaan ini lebih jelas terlihat pada usia 3 bulan.
2. Faktor lingkungan
Perlekatan (attachment): kecenderungan bayi untuk mencari kedekatan
dengan dan untuk merasa lebih aman dengan kehadiran pengasuhnya
dapat mempengaruhi kepribadian.
3. Faktor stimulasi gen dan cara berpikir
Kepribadian sepenuhnya dikendalikan oleh gen yang ada dalam sel
tubuh manusia. Gen tersebut ada yang bersipat Dorman (tidur) atau tidak
aktif dan yang bersifat aktif.
2.2.5. Tipe atau orientasi kepribadian pada manusia:
1. Tipe realistik .
Menyukai pekerjaan yang sifatnya konkret, yang melibatkan kegiatan
sistematis.
2. Tipe intelektual/investigative .
Menyukai hal-hal yang teoritis dan konseptual, cenderung pemikir dari-
pada pelaku tindakan senang menganalis, dan memahami sesuatu. Bi-
asanya menghindari hubungan sosial yang akrab.
3. Tipe sosial.
17
Senang membantu atau bekerja dengan orang lain. Dia menyenangi kegiatan
yang melibatkan kemampuan berkomunikasi dan ketrampilan berhubungan
dengan orang lain, tetapi umumnya kurang dalam kemampuan mekanikal
dan sains.
4. Tipe konvensional.
Menyukai pekerjaan yang terstruktur atau jelas urutannya, mengolah
data dengan aturan tertentu.
5. Tipe usaha/enterprising.
Cenderung mempunyai kemampuan verbal atau komunikasi yang baik
dan menggunakannya untuk memimpin orang lain, mengatur, men-
garahkan, dan mempromosikan produk atau gagasan.
6. Tipe artistik .
Cenderung ingin mengekspresikan dirinya, tidak menyukai struktur atau
aturan, lebih menyukai tugas-tugas yang memungkinkan dia mengekspre-
sikan diri.
2.3 Konsep Mahasiswa
2.3.1. Pengertian
Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada suatu
perguruan tinggi (Paryati Sudarman, 2004:32). Sedangkan menurut Takwin
(2008) Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik universitas,
institut atau akademi. Mereka yang terdaftar dapat disebut sebagai mahasiswa
(Takwin, 2008). Mahasiswa menurut Knopfemacher (dalam Suwono, 1978)
18
adalah merupakan insan-insan calon sarjana yang dalam keterlibatannya dengan
perguruan tinggi (yang makin menyatu dengan masyarakat), dididik dan di
harapkan menjadi calon-calon intelektual.
Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang
memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga
merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan
masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai predikat.
Dari pendapat di atas bias dijelaskan bahwa mahasiswa adalah status yang
disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang
diharapkan menjadi calon-calon intelektual.
2.3.2. Ciri-ciri mahasiswa sebagai anggota masyarakat
Mahasiswa merupakan anggota masyarakat yang mempunyai ciri-ciri
tertentu, antara lain menurut Kartono (1985) :
1. Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi,
sehingga dapat digolongkan sebagai kaum intelegensia.
2. Yang karena kesempatan di atas diharapkan nantinya dapat bertindak sebagai
pemimpin yang mampu dan terampil, baik sebagai pemimpin masyarakat
ataupun dalam dunia kerja.
3. Diharapkan dapat menjadi “daya penggerak yang dinamis bagi proses
modernisasi”.
4. Diharapkan dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga yang berkualitas dan
profesional.
2.3.3. Syarat menjadi mahasiswa
19
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999, disebutkan bahwa
untuk menjadi mahasiswa harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Memiliki Surat Tanda Belajar pendidikan tingkat menengah
2. Memiliki kemampuan yang disyaratkan oleh perguruan tinggi yang
bersangkutan.
2.4 Kerangka Konsep
20
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep–konsep yang
ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo,
2005:69).
Gambar 2.1. Kerangka konsep perbedaan mekanisme koping dengan ciri kepribadian ekstrovert dan introvert pada mahasiswa Akademi Kesehatan Rajekwesi Bojonegoro Prodi Keperawatan tahun 2013.
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Berhubungan
2.5 Hipotesis
21
: Variabel yang tidak diteliti
Kepribadiana. Sanguinb. Plegmatikc. Melankolikd. Kolerik.
Mekanisme Koping-konstruktif-Distruktif
Faktor-faktor yang mempengaruhi :1. Faktor Genetik2. Faktor Lingkungan3. Faktor stimulasi gen dan cara
berpikir
Tipe Kepribadian :1. Ekstrovert2. Introvert
Mahasiswa
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pernyataan
penelitian (Nursalam, 2003 : 57).
Hipotesis Alternative (Ha/HI) menyatakan adanya hubungan pengaruh dan
perbedaan antara 2 atau lebih variabel (Nursalam, 2003 : 59).
Hipotesis Nol (H0) adalah hipotesis yang menyatakan sesuatu kesamaan
atau tidak adanya suatu perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok atau
lebih mengenai hal yang dipermasalahkan (Notoatmojo, 2010 :109).
Ha/H1 : ada perbedaan mekanisme koping dengan ciri kepribadian ekstrovert
dan introvert.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah H1, ada perbedaan
mekanisme koping dengan ciri kepribadian ekstrovert dan introvert pada
mahasiswa Akademi Kesehatan Rajekwesi Bojonegoro Prodi Keperawatan tahun
2013.
22