BAB II

download BAB II

of 18

description

bab 2

Transcript of BAB II

22

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 DefinisiTuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.1,2

2.2 EpidemiologiPada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negara-negara berkembang. 75% kasus TB menyerang usia produktif (15-50 tahun). Pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan TB sebagai Global Emergency.WHO memperkirakan di Indonesia setiap tahunnya terjadi 175.000 kematian akibat TB dan terdapat 550.000 kasus TB. Sedangkan Data departemen kesehatan pada Tahun 2001 di Indonesia terdapat 50.443 penderita TB paru BTA (+) yang diobati (23% dari perkiraan penderita TB BTA (+). Tiga perempat dari kasus berusia 15-49 tahun dan baru 20% yang tercakup dalam program pemberantasan tuberkulosis yang dilaksanakan pemerintah.2

2.3 Patogenesis2.3.1 Tuberkulosis primerKuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu hal sebagai berikut :1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum)2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis fibrotik, sarang perkapuran di hilus)3. Menyebar dengan cara :a. Perkontinuitatum ke jaringan sekitarnya.Salah satu contoh adalah epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan obstruksi pada saluran napas bersangkutan, berakibat atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat menuju lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis.b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru sebelahnya atau tertelan bersama dahak sehingga terjadi penyebaran di usus.c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen ke organ lain seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosis, typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya.2.3.2 Tuberkulosis post primerTuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis postprimer mempunyai nama yang bermacam-macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis postprimer dimulai dengan sarang dini, yang umumnya terletak di segmen apikal lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumoni kecil. Sarang pneumoni ini akan mengikuti salah keadaan sebagai berikut :1. Diresopsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan dengan penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi aktif kembali dengan membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju dibatukkan keluar.3. Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa). Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik). Kaviti tersebut akan menjadi:a. meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru. b. memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan sembuh, tetapi dapat aktif kembali, mencair dan menimbulkan kaviti kembali.c. bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau menyembuh dengan membungkus diri dan akhirnya mengecil. Kaviti dapat menciut dan tampak seperti bintang (stellate shaped).62.4 Klasifikasi Tuberkulosis2.4.1 Tuberkulosis ParuTuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura.1. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA), terbagi atas:a. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah: Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positifb. Tuberkulosis paru BTA (-) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M. Tuberculosis

2. Berdasarkan tipe pasienTipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu :a. Kasus baruPasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.b. Kasus kambuh (relaps)Pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.c. Kasus defaulted atau drop outPasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.d. Kasus gagalPasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir pengobatan.e. Kasus kronikpasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baikf. Kasus Bekas TB Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi.22.4.2 Tuberkulosis EkstraparuTuberkulosis ekstraparu adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, ginjal, saluran kencing dan lain-lain.2 2.5 DiagnosisDiagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya.

2.5.1 Gejala Klinis1. Gejala Respiratorika. Batuk 2 mingguBatuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk diperlukan untuk membunag produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum).b. Batuk darahBatuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus. Darah yang dibatukkan keluar sangat bervariasi, dapat berupa coretan merah (bloodstreep/bloodstreak) pada sputum tapi dapat pula sampai bergelas-gelas sehingga fatal karena shock, aspirasi ataupun asfiksia.c. Sesak nafasSesak nafas pada penderita TB paru disebabkan oleh kurangnya jaringan paru yang berfungsi dengan baik ( bisa karena atelektasis). Dengan kata lain, sesak ini disebabkan oleh gangguan restriksi, sementara lumen bronkiolus tetap terbuka normal. Dengan demikian tidak akan terdengar wheezing yang lazim ditemukan pada penderita asma dan bronkitis kronis.d. Nyeri dadaNyeri dada timbul karena infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis

2. Gejala sistemika. DemamMerupakan gejala paling sering dijumpai dan paling penting. Sering kali panas badan sedikit meningkat pada siang maupun sore hari. Panas badan meningkat atau menjadi lebih tinggi bila proses berkembang menjadi progresif sehingga penderita merasakan badannya hangat atau muka terasa panasb. Gejala sistemik lainGejalanya seperti keringat malam, tidak enak badan (malaise), nafsu makan berkurang dan menyebabkan penurunan berat badan , sakit kepala dan badan pegal-pegal. Keringat malam biasanya pada jam 02.30-05.00, yaitu saat orang lain tidak berkeringat. Tetapi untuk di Indonesia perlu diperhatikan bahwa keluhan ini baru ada nilai diagnostiknya bila pada saat yang sama orang normal tidak mengalaminya.

3. Gejala tuberkulosis ekstraparuGejala tuberkulosis ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis tuberkulosis akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosis akan terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosis terdapat gejala sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.2

2.5.2 Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan fisik kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 dan S2) , serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.Pada pleuritis tuberkulosis, kelainan pemeriksaan fisis tergantung dari banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan. Pada limfadenitis tuberkulosis, terlihat pembesaran kelenjar getah bening, tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi cold abscess.22.5.3 Pemeriksaan Bakteriologia. Bahan pemeriksaanPemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH)b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahanCara pengambilan dahak 3 kali (SPS):1. Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan).2. Pagi ( keesokan harinya ).3. Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi).22.5.4 Pemeriksaan RadiologiPemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform). Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :a. Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawahb. Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodularc. Bayangan bercak milierd. Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktifa. Fibrotik b. Kalsifikasi c. Schwarte atau penebalan pleura.6,72.5.5 Pemeriksaan DarahHasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik untuk tuberkulosis. Laju endap darah (LED) jam pertama dan kedua dapat digunakan sebagai indikator penyembuhan pasien. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap darah yang normal tidak menyingkirkan tuberkulosis. Limfosit pun kurang spesifik.62.5.6 Uji TuberkulinUji tuberkulin yang positif menunjukkan adanya infeksi tuberkulosis. Di Indonesia dengan prevalensi tuberkulosis yang tinggi, uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik penyakit kurang berarti pada orang dewasa. Uji ini akan mempunyai makna bila didapatkan konversi, bula atau apabila kepositifan dari uji yang didapat besar sekali. Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberkulin dapat memberikan hasil negatif.2, 6

Gambar 2.1 Alur Diagnosis TB Paru

2.6 PenatalaksanaanPengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan.2.6.1 Obat Anti Tuberkulosis (OAT)Obat yang dipakai:1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:a. INHb. Rifampisinc. Pirazinamidd. Streptomisin e. Etambutol2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)a. Kanamisinb. Amikasinc. Kuinolond. Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin + asam klavulanat.Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi:a. TB paru (kasus baru), BTA positif atau pada foto toraks: lesi luas.Paduan obat yang dianjurkan : 1) 2 RHZE / 4 RH atau2) 2 RHZE/ 6HE atau3) 2 RHZE / 4R3H3Paduan ini dianjurkan untuk:1) TB paru BTA (+), kasus baru 2) TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologi lesi luas (termasuk luluh paru)Pada evaluasi hasil akhir pengobatan, bila dipertimbangkan untuk memperpanjang fase lanjutan, dapat diberikan lebih lama dari waktu yang ditentukan. Bila perlu dirujuk ke ahli paru. Bila da fasilitas biakan dan uji resistensi, pengobatan disesuaikan dengan hasil uji resistensi.b. TB paru kasus kambuhPada TB paru kasus kambuh menggunakan 5 macam OAT pada fase intensif selama 3 bulan (bila ada hasil uji resistensi dapat diberikan obat sesuai hasil uji resistensi). Lama pengobatan fase lanjutan 5 bulan atau lebih, sehingga panduan obat yang diberikan: 2 RHZES/1 RHZE/5 RHE. Bila diperlukan pengobatan dapat diberikan lebih lama tergantung dari perkembangan penyakit. Bila tidak ada/ tidak dilakukan uji resistensi, maka alternatif diberikan panduan obat: 2 RHZES/1 RHZE/ 5 R3H3E3 (P2TB).

c. TB paru kasus gagal pengobatanPengobatan sebaiknya berdasarkan hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 5 OAT (minimal 3 OAT yang masih sensitif), seandainya H resisten tetap diberikan. Lama pengobatan minimal selama 1-2 tahun. Sambil menunggu hasil uji resistensi dapat diberikan obat 2 RHZES, untuk kemudian dilanjutkan sesuai uji resistensi.1. Bila tidak ada / tidak dilakukan uji resistensi, maka alternatif diberikan paduan obat: 2 RHZES/ 1 RHZE/ 5 H3R3E3 (P2TB).2. Dapat pula dipertimbangkan tindakan bedah untuk mendapatkan hasil yang optimal.3. Sebaiknya kasus gagal pengobatan dirujuk ke ahli paru.

d. TB paru kasus putus berobatPasien TB paru kasus lalai berobat, akan dimulai pengobatan kembali sesuai dengan kriteria sebagai berikut :a) Pasien yang menghentikan pengobatannya < 2 bulan, pengobatan OAT dilanjutkan sesuai jadwal.b) Pasien menghentikan pengobatannya 2 bulan:1. Berobat 4 bulan, BTA saat ini negatif Klinis dan radiologi tidak aktif atau ada perbaikan maka pengobatan OAT dihentikan. Bila gambaran radiologi aktif, lakukan analisis lebih lanjut untuk memastikan diagnosis TB dengan mempertimbangkan juga kemungkinan penyakit paru lain. Bila terbukti TB maka pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama. Jika telah diobati dengan kategori II maka pengobatan kategori II diulang dari awal.2. Berobat > 4 bulan, BTA saat ini positif: pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama.3. Berobat < 4 bulan, BTA saat ini positif atau negatif dengan klinis danradiologi positif:, pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama. Jika memungkinkan seharusnya diperiksa uji resistensi terhadap OAT.

e. TB paru kasus kronik1. Pengobatan TB paru kasus kronik, jika belum ada hasil uji resistensi, berikan RHZES. Jika telah ada hasil uji resistensi, sesuaikan dengan hasil uji resistensi (minimal terdapat 4 macam OAT yang masih sensitif) ditambah dengan obat lini 2 seperti kuinolon, betalaktam, makrolid dll. Pengobatan minimal 18 bulan.2. Jika tidak mampu dapat diberikan INH seumur hidup.3. Pertimbangkan pembedahan untuk meningkatkan kemungkinan penyembuhan.4. Kasus TB paru kronik perlu dirujuk ke dokter spesialis paru.2

Tabel 2.1 jenis, sifat dan dosis OATJenis OATSifatDosis yang direkomendasikan (mg/kg)

Harian3x seminggu

Isoniazid (H)Bakterisid5(4-6)10(8-12)

Rifampicin (R)Bakterisid10(8-12)10(8-12)

Pyrazinamide (Z)Bakterisid25(20-30)35(30-40)

Streptomycin (S)Bakterisid15(12-18)

Ethambutol (E)bakteriostatik15(12-18)30(20-35)

Tabel 2.2 Dosis panduan OAT KDT Kategori I: 2 (HRZE/4(HR)3Berat BadanTahap Intensif Tiap hari selama 56 hariRHZE(150/75/400/275)Tahap Lanjutan3 kali seminggu selama 16 mingguRH(150/150)

30-37 kg2 tablet 4KDT2 tablet 2KDT

38-54 kg3 tablet 4KDT3 tablet 2KDT

55-70 kg4 tablet 4KDT4 tablet 2KDT

71 kg5 tablet 4KDT5 tablet 2KDT

Tabel 2.3 Dosis panduan OAT Kombipak Kategori 1: 2HRZE/4HER3Tahap pengobatanLama pengobatanDosis per hari/kaliJumlah hari/kali menelan obat

Tablet Isoniazid @300 mgKaplet Rifampisin @450 mgTablet Pirazinamid @500 mgTablet Etambutol @250 mg

Intensif2 bulan113356

lanjutan4 bulan21--48

Kategori-1Panduan OAT ini diberikan untuk pasien baru: Pasien baru TB paru BTA positif Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif Pasien TB ekstra paru

Tabel 2.4 Dosis panduan OAT KDT Kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3Berat badanTahap IntensifTiap hariRHZE (150/75/400/275) + STahap Lanjutan3 kali semingguRH (150/150) + E(400)

Selama 56 hariSelama 28 hariSelama 20 hari

30-37 kg2 tablet 4KDT+ 500 mg Streptomisin inj.2 tablet 4KDT2 tablet 2KDT+ 2 tab Etambutol

38-54 kg3 tablet 4KDT+ 750 mg Streptomisin inj.3 tablet 4KDT3 tablet 2KDT+ 3 tab Etambutol

55-70 kg4 tablet 4KDT+ 1000 mg Streptomisin inj.4 tablet 4KDT4 tablet 2KDT+ 4 tab Etambutol

71 kg5 tablet 4KDT+ 1000 mg Streptomisin inj.5 tablet 4KDT5 tablet 2KDT+ 5 tab Etambutol

Tabel 2.5 Dosis panduan OAT Kombipak Kategori 2; 2 HRZES/HRZE/5H3R3E3Tahap PengobatanLama pengobatanTablet isoniazid @ 300 mgKaplet Rifampisin @450 mgTablet Pirazinamid @500 mgetambutolStreptomisin injeksiJumlah hari/kali menelan obat

Tablet @ 250 mgTablet @ 400 mg

Tahap Intensif (dosis harian)2 bulan1 bulan11113333--0,75 gr-5628

Tahap Lanjutan (dosis 3x seminggu4 bulan21-12-60

Kategori-2Panduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya: Pasien kambuh Pasien gagal Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)

Tabel 2.6 Dosis KDT sisipan: (HRZE)Berat badanTahap IntensifTiap hari RHZE (150/75/400/275)

30-37 kg2 tablet 4KDT

38-54 kg3 tablet 4KDT

55-70 kg4 tablet 4KDT

71 kg5 tablet 4KDT

Tabel 2.7 Dosis OAT Kombipak Sisipan: HRZETahap pengobatanLama pengobatanTablet Isoniazid @300 mgKaplet Rifampisin @450 mgTablet Pirazinamid @500 mgTablet Etambutol @250 mgJumlah hari/kali menelan obat

Tahap Intensif (dosis harian)1 bulan113328

OAT sisipanPanduan OAT ini diberikan kepada pasien BTA positif yang pada akhir pengobatan intensif masih tetap BTA positif

2.7 Strategi Nasional Pengendalian TB di IndonesiaStrategi umum program pengendalian TB 2011-2014 adalah ekspansi. Fase ekspansi pada periode 2011-2014 ini bertujuan untuk konsolidasi program dan akselerasi implementasi inisiatif-inisiatif baru sesuai dengan strategi stop TB terbaru, yakni Menuju Akses Universal: pelayanan DOTS harus tersedia untuk seluruh pasien TB, tanpa memandang latar belakang sosial ekonomi, karakteristik demografi, wilayah geografi dan kondisi klinis. Pelayanan DOTS yang bermutu tinggi bagi kelompok-kelompok yang rentan (misalnya anak, daerah kumuh perkotaan, wanita, masyarakat miskin dan tidak tercakup asuransi) harus mendapat prioritas tinggi. Strategi nasional program pengendalian TB nasional terdiri dari 7 strategi, terdiri dari 4 strategi umum dan didukung oleh 3 strategi fungsional. Ketujuh strategi ini berkesinambungan dengan strategi nasional sebelumnya, dengan rumusan strategi yang mempertajam respons terhadap tantangan pada saat ini. Strategi nasional program pengendalian TB nasional sebagai berikut:31. Memperluas dan meningkatkan pelayanan DOTS yang bermutu.2. Menghadapi tantangan TB/HIV, MDR-TB, TB anak dan kebutuhan masyarakat miskin serta rentan lainnya.3. Melibatkan seluruh penyedia pelayanan pemerintah, masyarakat (sukarela), perusahaan dan swasta melalui pendekatan Public-Private Mix I dan menjamin kepatuhan terhadap International Standarts for TB Care.4. Memberdayakan masyarakat dan pasien TB.5. Memberikan kontribusi dalam penguatan sistem kesehatan dan manajemen program pengendalian TB.6. Mendorong komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap program TB.7. Mendorong penelitian, pengembangan dan pemanfaatan informasi strategi.

Strategi 1 sampai dengan strategi 4 merupakan strategi umum, dimana strategi ini harus didukung oleh strategi fungsional yang terdapat pada strategi 5 sampai dengan strategi 7 untuk memperkuat fungsi-fungsi manajerial dalam program pengendalian TB.Sasaran program penanggulangan TB adalah tercapainya penemuan pasien baru TB BTA positif paling sedikit 70% dari perkiraan dan menyembuhkan 85% dari semua pasien tersebut serta mempertahankannya. Target ini diharapkan dapat menurunkan tingkat prevalensi dan kematian akibat TB hingga separuhnya pada tahun 2010 dibanding tahun 1990, dan mencapai tujuan Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015.3

2.8 Penemuan Penderita TuberkulosisPenemuan penderita TB pada orang dewasa dilakukan secara pasif, artinya penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan.Penemuan secara pasif tersebut didukung penyuluhan aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita. Cara ini bisa dikenal dengan sebutan passive promotive case finding ( penemuan penderita secara pasif dengan promosi aktif).Selain itu, semua kontak penderita TB paru BTA positif dengan gejala sama harus diperiksa dahaknya, seorang petugas kesehatan diharapkan menemukan tersangka penderita sedini mungkin, mengingat tuberkulosis adalah penyakit menular yang dapat mengakibatkan kematian.Semua tersangka penderita harus diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari berturut-turut, yaitu sewaktu-pagi-sewaktu.1, 2

4