BAB II
description
Transcript of BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Unsur-unsur dalam sistem periodik yang dipertimbangkan bersifat logam
adalah unsur-unsur golongan s (alkali = golongan I, dan alkali tanah = golongan
II), sebagian golongan p (misalnya Al = golongan 13, Sn dan Pb = golongan 14),
unsur-unsur golongan d (golongan 4-12) dan golongan II (Sc, Y, Lu) dan
golongan f (Sugiyarto dan Suryanti, 2010).
Kalsium (Ca) adalah kelompok 2 unsur yang sangat melimpah di kerak
bumi dalam senyawa, tetapi tidak pernah terlihat di alam sebagai unsur logam
bebas. Itu merupakan elemen penting bagi makhluk hidup, terutama di otot, daun,
tulang, gigi dan kerang. Kalsium ditemukan dalam batu kapur, digunakan dalam
semen, mortar, plester dan antasida. Lithium (Li), karena semua kelompok 1
elemen, logam alkali, litium bereaksi dengan air, sehingga tidak ditemukan di
alam. Terbakar di udara untuk membentuk oksida. Secara medis digunakan dalam
senyawa untuk membersihkan asam urat dan untuk meringankan depresi.
Sedangkan, Magnesium (Mg) sangat umum dalam kerak bumi, tetapi hanya dalam
senyawa. Logam ringan, kuat, unsur logam yang akan terbakar di udara dengan
nyala biru-putih terang, digunakan di tempat di mana paduan logam yang kuat
dibutuhkan untuk menjadi ringan, seperti roda mobil dan pesawat terbang dan
tubuh helikopter (Kislaya, 2011).
2.1 Unsur Golongan IA
Unsur-unsur dari kelompok IA yang sering disebut sebagai logam alkali.
Mereka sebagai kelompok, yang paling metalik dari elemen. Mereka ditemukan
di alam sebagai +1 ion; geokimia mereka ditentukan oleh ukuran relatif dari ion.
Karena ukurannya yang kecil, lithium, Li+, tidak ditemukan dalam hubungan
dengan logam alkali lainnya di mineral. Ditemukan dalam beberapa mineral
aluminosilikat (misalnya, spodumene, LiAlSi2O6), yang merupakan sumber
komersial elemen. Itu juga hadir dalam air asin diperoleh dari Searles Lake,
California (Markham dan Smith, 1954).
Elemen dalam kelompok yang sama memiliki sifat kimia yang mirip dan
konfigurasi elektronik serupa. Sebagai contoh, semua logam alkali (kelompok IA)
bereaksi cepat dengan klorin untuk membentuk logam klorida. Semua anggota
dari logam alkali memiliki konfigurasi elektronik yang sama di tingkat energi
valensi, dengan perbedaan menjadi penambahan tingkat selesai utama energi
(Seese dan Daub, 1997).
Sifat penting logam alkali adalah mempunyai spektrum emisi, yang
dihasilkan bila larutan garamnya dipanaskan dalam nyala Bunsen, atau
mengalirkan muatan listrik pada uapanya. Warna spektrum itu dapat dipakai
dalam analisis kualitatif, yang disebut tes nyala. Nyala garam litium berwarna
merah, garam natrium bewarna kuning cemerlang, garam kalium berwarna ungu.
Warna kuning nyala natrium banyak dipakai di jalan raya karena mjrah biayanya
dibandingkan lampu pijar (Syukri, 1999).
Menurut Kurniati (2009), dimana Underwood dan Day menyatakan bahwa
tetapan kesetimbangan yang menyatakan kelarutan suatu endapan dalam air
adalah tetapan hasil kali kelarutan. Sebuah partikel (bulat) haruslah berdiameter
lebih besar dari 10-6 m agar mengendap didalam larutan sebagai suatu endapan.
Selama proses pertumbuhan, partikel itu melewati jangkauan koloid. Partikel
dengan diameter sekitar 10-6 m sampai 10-9 disebut sebagai koloid.
Proses pengendapan itu dinyatakan sebagai berikut:
Ion-ion dalam larutan Partikel koloid Pengendapan
(10-10 m) (10-9 – 10-6 m) ( > 10-6 m)
Partikel-partikel koloid mempunyai muatan listrik dan bertahan untuk
tidak membentuk partikel yang lebih besar yang akan mengendap dari dlam
larutan. Muatan listrik itu disebabkan oleh terobsorbsinya ion-ion pada permukaan
partikel (Kurniati, 2009 ).
2.2 Unsur Golongan IIA
Kelompok elemen IIA yang sering disebut sebagai alkali tanah. Dengan
pengecualian berilium, semua elemen ini cukup melimpah. Kalsium umumnya
dianggap sebagai yang kelima, dan magnesium yang kedelapan, dimana unsur
yang paling melimpah di kerak bumi (Markham dan Smith, 1954).
Sulfit dari logam alkali dapat larut di dalam air, sedangkan logam lain
yang tidak larut atau kelarutannya terbatas. Sulfida dari alkali tanah dan beberapa
logam lainnya larut dalam larutan asam sulfur membentuk atau dianggap,
bisulfites larut. Aksi ini mirip dengan aksi asam karbonat pada karbonat larut
karena hanya bisulfites padat dari logam alkali yang telah disusun, sifat bisulfites
logam lainnya beberapa diragukan. Kemudian akan diingat bahwa ada
ketidakpastian yang sama tentang keberadaan bikarbonat tertentu (Brown, 1963).
Unsur-unsur alkali tanah hanya terjadi sebagai +2 ion, penyusunan logam
membutuhkan proses reduksi. Pengurangan dapat dilakukan dengan elektrolisis
dari halida cair atau hidroksida atau dengan reduksi kimia dengan agen pereduksi
yang sesuai. Berilium, misalnya, dibuat dengan memanaskan berilium fluorida,
BeF2, dengan Mg dan juga dengan elektrolisis campuran berilium klorida, BeCl2,
dan NaCl (Sienko dan Robert, 1957).
2.3 Pengendapan Garam Sulfat
Logam alkali dan alkali tanah golongan IA dan IIB terdapat sebagai unsur
mayor di dalam tanah, berfungsi sebagai fraksi penyubur tanah. Secara teoritis
logam alkali tanah sulit dihilangkan hingga 100% untuk itu perlu dianalisis. Untuk
melakukan evaluasi tersebut dilakukan analisis logam alkali dan alkali tanah
menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Cara ini dipilih
karena metode SSA cocok untuk analisis logam-logam Na, K, Ca clan Mg sampai
dengan tingkat bagian perjuta (ppm) dengan kedapat ulangan yang baik, sensitif,
ketelitiannya tinggi, dan cara analisisnya cepat tanpa memerlukan pemisahan
unsur yang dianalisis dengan unsur-unsur lainnya. Analisis kandungan logam
dalam cuplikan asam humat hasil isolasi dilakukan dengan Spektroskopi Serapan
Atom (Purwanto dkk., 1999).
2.4 Pengendapan Garam Hidroksida
Pada sistem periodik unsur diketahui bahwa nomor atom Ba, Ca, Na, dan
Li berturut-turut 56, 20, 11, dan 3. Hal ini menunjukkan bahwa nomor atom Li
adalah paling kecil sedangkan Ba paling besar. Nomor atom unsur dapat
menunjukkan ukuran atom unsur, dengan nomor atom lebih kecil maka jumlah
elektron dan neutron juga sedikit sehingga ukuran atom pun kecil, dengan
demikian reaktifitasnya relatif lebih besar (Purwamargapratala dkk., 2007).
Dapat dipahami reaktifitas alkali nitrat dari Li adalah paling tinggi
dibandingkan alkali nitrat dari Ba, Ca, dan Na. Dengan ukuran atom Li yang
relatif kecil akan mempermudah pengikatan atom tersebut ke dalam matriks
alumina. Dengan demikian pembentukan alkali aluminat dari lithium nitrat dan
alumina akan lebih mudah pula (Purwamargapratala dkk., 2007).
Pengendapan Magnesium hidroksida dengan menggunakan agen
pengendap untuk membandingkan kadar Mg yang terkandung dalam endapan
hasil elektolisis dari sel katoda dan endapan (Purwamargapratala dkk., 2007).
Massa magnesium hidroksida hasil penambahan reagen pengendap sedikit
lebih tinggi dibandingkan dengan massa magnesium hidroksida hasil elektrolisis.
Perbandingan dua metode ini tidak terlalu memberikan perbedaan yang signifikan
(Rakhmawati dan Suprapto, 2013).
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi kelarutan zat padat kristalin
menurut Kurniati (2009) adalah sebagai berikut:
a. Temperatur
Kebanyakan garam kelarutannya meningkat bila temperaturnya dinaikkan.
b. Pengaruh ion sekutu
Suatu endapan umunya lebih dapat larut dalam air murni daripada dalam
suatu larutan yang mengadung salah satu ion endapan.
c. Pengaruh aktifitas
Banyak endapan menunjukkan kelarutan yang meningkat dalam larutan
yang mengandung ion-ion yang tidak bereaksi. Keefektifan ion-ion dalam
memelihara kondisi kondisi kesetimbangan dengan demikian berkurang dan
endapan tambahan harus melarut untuk mengembalikan aktifitas ini. Semakin
kecil koefisien aktifitas ion, semakin besar hasil kali konsentrasi molar ion-ion
pembentuknya. Koefisien aktifitas ion bivalen lebih kecil daripada koefisien
aktifitas ion univalen
d. Pengaruh kompleks
Kelarutan garam yang sedikit sekali dapat larut juga bergantung pada
konsentrasi zat-zat yang membentuk kompleks dengan kation garam itu.