Bab II
-
Upload
asep-suryana -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
description
Transcript of Bab II
Bab II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pekerja shift
1. Definisi shift kerja
Shift kerja merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja
untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan (11). Waktu kerja dapat diatur dalam
dua atau tiga shift: awal, akhir, dan atau shift malam. Ini berarti bahwa satu
kelompok pekerja mungkin bekerja selama pagi dan sore hari, kelompok lain akan
bekerja selama sore dan malam hari, dan kelompok ketiga (dalam sistem tiga
shift) akan bekerja pada malam hari (12).
Shift kerja ini merupakan rancangan praktek para pekerja agar pekerja dapat
mempunyai waktu istirahat setelah bekerja seharian (13). Shift biasanya berganti
tiap 8 atau 12 jam sehari.
a. Shift siang
Individu dengan shift siang adalah individu yang bangun tidur lebih pagi dan
tidur malam lebih awal. Ketika menjalani shift siang, individu dan kelompoknya
masih memiliki konsentrasi dan tingkat kefokusan yang baik. Pada umumnya
fungsi tubuh meningkat pada siang hari (5).
b. Shift malam
Kerja malam hari adalah kondisi yang dapat menghambat kemampuan
adaptasi pekerja baik dari aspek biologis maupun sosial (14). Fungsi tubuh sendiri
juga menurun pada malam hari (15). Konsekuensi patologis dari kehilangan tidur
5
11
adalah peningkatan kadar sitokin proinflamasi di darah. Respon imun pun juga
berperan sehingga lebih peka terhadap infeksi virus dan atau bakteri (9, 16).
2. Akibat shift kerja
a. Efek fisiologis (11):
1) Irama Faal
Fungsi-fungsi fisiologis tenaga kerja tidak dapat disesuaikan sepenuhnya dengan
irama kerja. Hal ini dapat dibuktikan dari pengukuran-pengukuran suhu badan,
nadi tekanan darah, dan lain-lain.
2) Menurunnya kapasitas fisik kerja
Pada malam hari kerja saraf parasimpatis yang lebih kuat daripada saraf simpatis.
Saat bekerja, saraf simpatis harus lebih kuat dari saraf parasimpatis.
3) Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan
Alat pencernaan biasanya tidak berfungsi secara normal pada malam hari.
b. Efek terhadap kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh defek
fisiologis dan psikologis. Kemampuan yang menurun ini dapat mengakibatkan
kemampuan mental menurun.
c. Efek terhadap kesehatan
Efek kesehatan terhadap sistem shift kerja juga dapat ditemukan seiring
bertambahnya usia. Efek tersebut timbul sekitar usia 40 sampai 45 tahun (17).
Salah satu efek yang timbul adalah gangguan gastrointestinal berupa dysepsia atau
ulcus ventriculi. Sistem shift kerja dapat menimbulkan masalah keseimbangan
kadar gula dalam darah dengan insulin. Menurut penlitian Baker dll, stres yang
11
dialami seseorang akan mengubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Stres akan
menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dengan cara
menurunkan jumlah fighting desease cells. Akibatnya, orang tersebut cenderung
sering dan mudah terserang penyakit yang cenderung lama masa
penyembuhannya. Hal ini terjadi karena tubuh tidak banyak memproduksi sel-sel
kekebalan tubuh. Dapat juga dikatakan bahwa sel-sel antidibodi banyak yang
kalah (16).
2.1 Ritme Sirkadian
Ritme sirkadian merupakan osilasi dari perilaku dan reaksi biokimia
organisme yanng terjadi dengan periodisasi sekitar 24 jam. Ritme sirkadian
mengatur beberapa aspek seperti pengaturan suhu tubuh, aktivitas cardiovascular,
dan metabolisme hormon. Karateristik penting ritme sirkadian meliputi:
1. Pengaturan suhu tubuh ketika terjadi fluktuasi suhu eksternal
2. Kepekaan terhadap cahaya yang ditandai oleh sinkronisasi fase ritme sengan
siklus terang gelap. (18, 19).
Siklus tidur bangun merupakan salah satu bentuk ritme sirkadian yang mudah
teramati dalam kehidupan. Kelainan tidur tersebut disebabkan oleh faktor endogen
yang menlibatkan disfungsi jam sirkadian. Selain itu, kelainan tidur tersebut juga
disebabkan oleh faktor eksogen, meliputi kekurangan cahaya ketika siang hari.,
kelebihan cahaya ketika malam hari, dan stres psikologis (20).
Gangguan dan terampasnya waktu tidur meliputi hilangnya waktu tidur,
kurangnya waktu tidur dan penyimpangan pola tidur. Terampasnya waktu tidur
11
diketahui mempengaruhi respon imunitas yaitu meningkatnya jumlah sel darah
putih, granulosit, monosit, limfosit, dan sel NK. Juga diketahui peningkatan kadar
sirkulasi marker-marker inflamasi seperti IL-6, TNF-α, dan C-reactive protein
(21).
2.2 Melatonin
Melatonin adalah hormon yang dihasilkan oleh pineal kelenjar pineal yang
berperan penting sebagai anti inflamasi dan antioxidant. Melatonin dihasilkan
lebih banyak pada malam hari karena reseptornya dapat diaktifkan dengan
kegelapan, tapi produksi melatonin dapat menurun karena kekurangan cahaya
ketika siang hari dan kelebihan cahaya ketika malam hari. Melatonin sendiri
berkonstribusi dalam membatasi kerusakan jaringan akibat jejas. Melatonin juga
dikaitkan dengan sistem kekebalan tubuh dan berperan dalam proses inflamasi
(22, 23).
B. Debu Partikulat
1. Definisi debu
Debu adalah partikel padat yang terbentuk dari proses penghancuran,
penanganan, grinding, impaksi cepat, peledakan dan pemecahan dari material
organik atau anorganik seperti batu, bijih metal, batubara, kayu dan biji-bijian.
Istilah debu yang digunakan di industri adalah menunjuk pada partikel yang
berukuran antara 0,1 sampai 25 mikron (24).
11
1.1 Debu batubara
Mineral dan elemen-elemen kontaminan yang umum ditemukan pada debu
batubara adalah kaolin, mika, pyrite, titanium, kalsit, sulfur, sodium, magnesium,
dan silika. Metal transisi yang terkandung dalam debu batubara meliputi boron,
cadmium, copper, nikel, besi, antimon, timah, dan zinc. Beberapa jenis metal
transisi tersebut dapat bersifat sitotoksin dan karsinogenik (2).
2. Mekanisme penimbunan debu dalam paru dan reaksi paru terhadapnya
Dengan menarik nafas, udara yang mengandung debu masuk ke dalam paru-
paru. Apa yang terjadi dengan debu tersebut sangat tergantung kepada ukuran
besarnya debu (11). Partikel debu yang dapat dihirup berukuran 0,1 sampai
kurang dari 10 mikron. Debu yang berukuran antara 5-10 mikron bila terhisap
akan tertahan dan tertimbun pada saluran napas bagian atas, yang berukuran
antara 3-5 mikron tertahan dan tertimbun pada saluran napas tengah. Partikel debu
dengan ukuran 1-3 mikron disebut debu respirabel merupakan yang paling
berbahaya karena tertahan dan tertimbun mulai dari bronkiolus terminalis sampai
alveoli. Debu yang ukurannya kurang dari 1 mikron tidak mudah mengendap di
alveoli, debu yang ukurannya antara 0,1- 0,5 mikron berdifusi dengan gerak
Brown keluar masuk alveoli dan apabila membentur alveoli, debu dapat tertimbun
disitu (3).
Partikel debu yang masuk ke dalam alveoli akan fokus dan berkumpul
dibagian awal saluran limfe paru. Debu ini akan difagositosis oleh makrofag.Debu
yang bersifat toksik terhadap makrofag seperti silica bebas merangsang
terbentuknya makrofag baru. Makrofag baru menfagositosis silica bebas tadi
11
sehingga terjadi autolysis, keadaan ini terjadi berulang-ulang. Pembentukan dan
destruksi makrofag yang terus menerus penting pada pembentukan jaringan ikat
kolagen dan pengendapan hialin pada jaringan ikat tersebut. Fibrosis ini terjadi
pada parenkin paru yang yaitu dinding alveoli dan jaringan intertestinal. Akibat
fibrosis paru akan menjadi kaku dan menimbulkan gangguan pengembangan paru
yaitu kelainan fungsi paru restriktif (25).
Beberapa mekanisme dapat dikemukakan sebagai sebab hinggap dan
tertimbunnya debu dalam paru. Salah satu mekanismenya adalah inertia atau
kelambanan dari partikel-partikel debu yang bergerak, yaitu waktu udara
membelok ketika melalui jalan pernapasan yang tidak lurus, maka partikel-
partikel debu yang bermasa cukup besar tidak dapat membelok mengikuti aliran
udara, melainkan terus lurus dan akhirnya menumpuk selaput lendir dan
mengedap disana. Mekanisme lain adalah sedimentasi, terutama pada bronchi
yang sangat kecil dan bronkioli, sebab ditempat itu kecepatan udara pernapasan
sangat kurang kira-kira 1 cm/detik sehingga gaya tarik dapat bekerja terhadap
partikel-partikel debu mengendapkannya. Mekanisme lainnya adalah gerakan
brown, untuk partikel-partikel yang berukuran kurang dari 0,1 mikron sehingga
ada kemungkinan membentur permukaan alveoli dan hinggap disana (11).
C. Kapasitas Fungsi paru
1. Definisi
Kapasitas fungsi paru (FEV1%) adalah jumlah keseluruhan dari volume paru
yaitu volume udara yang masuk dan keluar pada pernapasan biasa (volume tidal)+
volume udara yang masih dapat dihisap (volume cadangan inspirasi)+ volume
11
udara yang masih dapat di keluarkan dari paru sesudah ekspirasi biasa (volume
cadangan ekspirasi) (26).
2. Faktor yang mempengaruhi kapasitas fungsi paru
Faktor utama yang mempengaruhi kapasitas vital paru adalah kemampuan
paru-paru itu sendiri, elastisitas paru-paru, latihan fisik, jenis kelamin, ukuran
bagian-bagian dalam, sikap seseorang, dan umur (26).
Faktor yang mempengaruh kapasitas fungsi paru adalah:
1) Umur
Usia berhubungan dengan bertambahnya umur atau proses penuan. Semakin
tua usia seseorang maka semakin besar kemungkinan terjadi penuruna kapasitas
paru. Kebutuhan zat tenaga terus meningkat sampai akhirnya menurun setelah
usia tahun, berkurangnya kebutuhan tenaga tersebut dikarenakan menurunnya
kekuatan fisik.
2) Jenis kelamin
Kapasitas seluruh paru pada wanita kira-kira 20-25% lebih kecil daripada
pria.
3) Riwayat penyakit
Kondisi kesehatan dapat mempengaruhi kapasitas fungsi paru seseorang.
Kekuatan otot-otot pernapasan dapat berkurang akibat sakit.
4) Status gizi
Status gizi dapat mempengaruhi kapasitas paru, orang kurus panjang biasanya
kapasitas vital paksanya lebih besar dari orang gemuk pendek. Salah satu akibat
11
kekurangan zat gizi dapat menurunkan sistem imunitas dan antibodi sehingga
orang mudah terserang infeksi.
5) Riwayat pekerjaan
Riwayat pekerjaan dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit akibat
kerja. Riwayat pekerjaan yang menghadapi debu berbahaya dapat menyebabkan
gangguan paru.
6) Kebiasaan merokok
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran
pernapasan dan jaringan paru. Kebiasaan merokok akan mempercepat penurunan
faal paru.
7) Kebiasaan olahraga
Kebiasaan olahraga akan meningkatkan kapasitas paru dan akan meningkat
30-40%.
8) Pemakaian APD
Alat peliindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan untuk
melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya. Masker
salah satu pelindungan diri dari debu sampai 0,5 mikron.