BAB II

35
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia 1. Pengertian Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih rendah dari normal. Nilai normal hemoglobin pada wanita adalah 12 -16 gr/dl dengan eritrosit 3,5 – 4,5 jt/mm 3 . Fungsi hemoglobin dalam darah adalah mengikat oksigen di paru-paru dan melepaskannya diseluruh jaringan tubuh yang membutuhkan, kemudian mengikat CO2 dari jaringan tubuh dan melepaskannya di paru-paru (Poltekkes Depkes, 2010). Menurut Soebroto (2010), anemia adalah penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritorsit) lebih rendah dibandingkan normal. Kadar hemoglobin kurang dari 14gr/dl dan eritrosit 10

description

bab 2 skripsi tinjauan teori

Transcript of BAB II

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anemia

1. Pengertian

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan

eritrosit lebih rendah dari normal. Nilai normal hemoglobin pada wanita

adalah 12 -16 gr/dl dengan eritrosit 3,5 – 4,5 jt/mm3. Fungsi hemoglobin

dalam darah adalah mengikat oksigen di paru-paru dan melepaskannya

diseluruh jaringan tubuh yang membutuhkan, kemudian mengikat CO2

dari jaringan tubuh dan melepaskannya di paru-paru (Poltekkes Depkes,

2010).

Menurut Soebroto (2010), anemia adalah penyakit kurang darah

yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah

(eritorsit) lebih rendah dibandingkan normal. Kadar hemoglobin kurang

dari 14gr/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut

dikatakan anemia. Demikian pula wanita, wanita yang memiliki kadar

hemoglobin kurang dari 12gr/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka

wanita itu dikatakan anemia. Anemia adalah kondisi medis dimana

jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Hemoglobin

normal pada pria adalah 14-18gr%, sedangkan pada wanita adalah 12-

16gr% (Poltekkes Depkes, 2010).

10

Page 2: BAB II

11

2. Derajat Anemia

Menurut Proverawati (2012), untuk pria anemia biasanya

didefinisikan sebagai kadar hemogobin kurang dari 13,5 gr/dl dan pada

wanita hemoglobin kurang dari 12 mg/dl.

Menurut Elevesier Oncology (2006), bahwa anemia digolongkan

menjadi:

a) Hb 9,5 gr/dl – 12 gr/dldisebut anemia ringan.

b) Hb 8,0 gr/dl– 9,5 gr/dl disebut anemia sedang.

c) Hb ≤ 8,0 gr/dl disebut anemia berat.

3. Tanda dan Gejala Anemia

Gejala-gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak

mencukupi kebutuhan ini bervariasi. Anemia bisa bervariasi. Anemia bisa

menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga, dan kepala terasa

melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau

serangan jantung (Soebroto, 2010). Gejala anemia yang sering kali

muncul pada penderita anemia diantaranya :

a. Lemah, letih, lesu, mudah lelah, dan lunglai.

b. Wajah tampak pucat

c. Mata berkunang-kunang

d. Nafsu makan berkurang

e. Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa

f. Sering sakit

Page 3: BAB II

12

g. Jika anemia disebabkan oleh penghancuran sel darah merah

berlebihan dari sel darah merah, maka terdapat gejala lain seperti

jaundise, warna kuning pada bagian putih mata, pembesaran limfe dan

warna urin seperti teh (Soebroto, 2010).

Anemia dapat menimbulkan manifestasi klinis yang luas, bergantung pada

(Soebroto, 2010) :

a. Kecepatan timbulnya anemia

b. Usia individu

c. Mekanisme kompensasi

d. Tingkat aktivitasnya

e. Keadaan penyakit ynag mendasarinya

f. Beratnya anemia

Salah satu dari tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia

adalah pucat. Keadaan ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya

volume darah, berkurangnnya hemoglobin, dan vasokonstriksi untuk

memaksimalkan pengiriman O2 ke organ-organ vital. Warna kulit bukan

merupakan indeks ynag dapat dipercaya untuk pucat karena dipengaruhi

pigmentasi kulit, suhu, dan keadaan serta distribusi bantalan kapiler.

Bantalan kuku, telapak tangan dan membrane mukosa mulut serta

konjungtiva merupakan indikator yang lebih baik untuk menilai pucat.

Pada anemia berat, gagal jantung kongestif dapat terjadi karena otot

jantung yang anoksik tidak dapat beradaptasi terhadap beban kerja jantug

yang meningkat. Pada anemia berta juga dapat timbul gejala-gejala saliran

Page 4: BAB II

13

cerna seperti anoreksia, mual, konstipasi atau diare, dan stomatitis (nyeri

pada lidah dan membrane mukosa mulut), gejala-gejala umumnya

disebabkan oleh keadaan defisiensi, seperti defisiensi zat besi (Price,

2005).

4. Pembagian Anemia

Pembagian anemia menurut penyebabnya yaitu anemia mikrositik

hipokrom meliputi anemia defisiensi besi, anemia karena penyakit kronik,

anemia pernisiosa, anemia defisiensi asam folat, anemia karena

perdarahan dan anemia hemolitik.

a. Anemia Defisiensi Besi

Kebutuhan Fe dalam makanan sekitae 20 mg sehari, dari

jumlah ini hanya kira-kira 2 mg diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh

berkisar 2 – 4 mg, kira-kira 50 mg/kg BB pada pria dan 35 mg/kg BB

pada wanita. Umumnya akan terjadi anemia dimorfik, karena selain

kekurangan Fe juga terdapat kekurangan asam folat.

Anemia defisiensi besi di Indonesia paling banyak disebabkan

oleh infeksi cacing tambang. Infeksi cacing tambang pada seseorang

dengan makanan yang baik tidak akan menimbulkan anemia.

Penyebab lain dari anemia defisiensi besi adalah diet yang

tidak mencukupi, absoprsi yang menurun, kebutuhan yang meningkat

pada kehamilan atau laktasi. Perdarahan pada saluran cerna,

menstruasi, donor darah, haemoglobinuria dan penyimpangan besi

Page 5: BAB II

14

ynag berkurang seperti hemosiderosis paru, selain gejala-gejala umum

anemia, defisiensi Fe ynag berat akan mengakibatkan perubahan kulit

dan didapatkan tanda-tanda mal nutrisi.

Remaja putri harus diperhatikan kebutuhan zat besinya, karena

kebutuhan zat besi akan terus meningkat dengan adanya pertumbuhan

dan datangnya menarche. Setiap harinya wanita akan kehilangan

sekitar 1-2 mg zat besi melalui ekskresi secara normal. Pada saat

menstruasi, kehilangan zat besi bisa bertambah hingga 1 mg.

b. Anemia Pada Penyakit Kronik

Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with

reticuloendothelial siderosis. Anemia pada penyakit kronik

merupakan jenis anemia terbanyak kedua setelah anemia defisiensi Fe

yang dapat ditemukan pula pada ornag dewasa. Anemia ini banyak

dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi seperti infeksi penyakit

ginjal, paru, inflasi kronik dan neoplasma. Berat ringannya anemia ini

berbanding lurus dengan aktifitas penyakit. Hematokrit bisasanya

berkisar antara 25-30%. Apabila disertai dengan penurunan kadar besi

dalam serum atau saturasi transferin, anemia akan berbentukhipokram

mikroitik. Kadar feritinin dalam serum normal atau meningkat.

Leukosit dan hitung jenisnya normal. Pemeriksaan sumsum tulang

biasanya normal, kadang-kadang ditemukan hipoplasia eritropoeiesis

dan efek dalam hemoglobinisasi, yang sangat karakterisitk adalah

Page 6: BAB II

15

kekurangannya sideroblas dalam sumsum tulang, sedangkan deposit

besi dalam sistem retikuloendotelial normal atau bertambah.

c. Anemia Pernisiosa

Kekurangan vitamin B12 bisa disebabkan oelh faktor intrinsik

dan faktor ekstrinsik. Kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik

terjdai karena gangguan absorpsi vitamin yang merupakan penyakit

herediter autoimun, sehingga pada pasien mungkin dijumpai penyakit-

penyakit autoimun lainnha.

Kekurangan vitamin B12 karena faktor intrinsik ini tidak

dijumpai di Indonesia. Yang lebih sering dijumpai di Indonesia adalah

penyebab intrinsik karena kekurangan masukan vitamin B12 dengan

gejala-gejala yang tidak berat. Manifestasi klinis didapatkan adanya

gejala anoreksia, diare, dyspepsia, lidah yang licin, pucat, dan agak

ikterik. Terjadi gangguan neorologis biasanya dimulai dengan

parestesia, lalu gangguan keseimbangan, dan pada kasus yang berat

terjadi perubahan fungsi serebral, demensi dan perubahan

neoropsikiatrik lainnya.

d. Anemia Defisiensi Asam Folat

Asam folat terutama terdapat dalam daging, susu, dan daun-

daun yang hijau. Umumnya berhubungan dengan malnutrisi.

Penurunan absorpsi asam folat jarang ditemukan keran absorpsi

terjadi diseluruh saluran cerna. Juga berhubungan dengan sirosis

hepatik, karena terdapat penurunan cadangan asam folat. Gejala dan

Page 7: BAB II

16

tanda pada anemia defisiensi asam folat sama dengan anemia

defisiensi vitamin B12 yaitu anemia megaloblastik dan perubahan

pada mukosa, mungkin dapat ditemukan gejala-gejala neorologis,

seperti gangguan karena perdarahan.

e. Anemia Karena Perdarahan

Anemia karena perdarahan terbagi atas perdarahan akut dan

kronik. Perdarahan akut terjadi apabila seseorang mengeluarkan darah

yang cukup banyak, sedangkan penurunan kadar Hb baru terdai

beberapa hari kemudian.

Perdarahan kronik terjadi apabila seseorang mengeluarkan

darah sedikit-sedikit sehingga tidak diketahui pasien. Penyebab yang

sering antara lain ulkus peptikum, menometroragi, perdarahan saluran

cerna karena pemakaian analgesik dan epitaksis.

f. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik terjadi apabila sel darah merah dihancurkan

lebih cepat dari normal. Penyebabnya kemungkinan karena keturunan

atau karena salh satu dari beberapa penyakit, termasuk leukimia dan

kanker lainnya, fungsi limpa yang tidak normal, gangguan kekebalan,

dan hipertensi yang berat (Soebroto, 2010).

g. Anemia Sel Sabit

Yaitu suatu penyakit keturunan yang ditandai dengan sel darah

merah yang berbentuk sabit, kaku, dan anemia hemolitik kronik

(Soebroto, 2010). Anemia sel sabit merupakan penyakit genetik yang

Page 8: BAB II

17

resesif, artinya seseorang harus mewarisi dua gen pembawa penyakit

ini dari kedua orang tuanya. Gejala utama penderita anemia sel sabit

adalah

1) Kurang enak energi dan sesak nafas,

2) Mengalami penyakit kuning (kulit dan mata berwarna kuning),

3) Serangan sakit akut pada tulang dada atau daerah perut akibat

tersumbatnya pembuluh darah kapiler.

h. Anemia Aplastik

Terjadi apabila sumsum tulang terganggu, dimana sumsum tulang

merupakan tempat pembuatan sel darah merah (eritrosit), sel darah

merah (leukosit), maupun trombosit (Soebroto, 2010).

5. Faktor – faktor Penyebab Anemia Pada Remaja

Menurut Kuswanti (2009), penyebab anemia pada remaja putri

beraneka ragam secara garis besar dikelompokkan dalam sebab langsung

dan tidak langsung yang diuraikan sebagai berikut:

a. Sebab langsung

1) Ketidakcukupan makanan

Kurangnya zat besi didalam tubuh dapat disebabkan oleh:

a) Kurang makan sumber makanan yang mengandung zat besi.

b) Makan cukup zat besi namun yang dimakan besinya rendah

sehingga jumlah zat besi yang diserap kurang.

Page 9: BAB II

18

c) Makanan yang dimakan mengandung zat penghambat

penyerapan zat besi, seperti tanin, kafei dan kalsium.

2) Status Gizi

Pengkajian status gizi selama masa remaja perlu dilakukan.

Selama periode ini, kecenderungan resiko terjadinya gangguan

gizi sangat tinggi, contohnya obesitas, anemia, dan anoreksia

nervosa.

Kebutuhan akan kecukupan gizi pada remaja didapatkan

dari kesesuaian antara jumlah dan jenis makanan yang

dikonsumsi, dengan kebutuhan fungsi tubuh sehingga bermanfaat

bagi terpeliharanya fungsi tubuh secara optimal. Kekurangan

dalam mengkonsumsi makanan yang baik jumlah maupun

mutunya dapat menyebabkan kurang gizi seperti anemia.

Defisiensi besi berpengaruh negatif terhadap fungsi otak, terutama

terhadap fungsi sistem neurotransmitter (penghantar syaraf).

Akibatnya, kepekaan reseptor syaraf dopamin berkurang yang

dapat berakhir dengan hilangnya reseptor tersebut. Daya

konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan belajar terganggu,

ambang batas rasa sakit meningkat, fungsi kelenjar tiroid dan

kemampuan mengatur suhu tubuh juga menurun (Almatsier,

2004).

Kemudian rasa cepat lelah terjadi karena pada seseorang

yang status besinya kurang, pengolahan (metabolisme) energi oleh

Page 10: BAB II

19

otot tidak berjalan sempurna karena otot kekurangan oksigen,

dimana oksigen yang dibutuhkan oleh sel-sel otot ini diangkut

oleh zat besi dalam darah (hemoglobin). Untuk menyesuaikan

dengan berkurangnya jatah oksigen, maka otot membatasi

produksi energi. Akibatnya, mereka yang menderita anemia akan

cepat lelah bila bekerja karena cepat kehabisan energi. Remaja

yang mengalami masalah gizi maka dapat menghambat

pertumbuhan, rentan terhadap penyakit dan rendahnya tingkat

kecerdasan (Proverawati, 2012).

Menurut Supariasa (2012), status gizi adalah ekspresi dari

keadaan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu atau

perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu. Penilaian

status gizi dapat dilakukan penilaian secara langsung yaitu dengan

menggunakan antropometri. Antropometri artinya ukuran tubuh

manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh

dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Penggunaan Antropometri secara umum digunakan untuk melihat

ketidak seimbangan asupan protein dan energi.

Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan

proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam

tubuh. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat di lakukan

mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggul

Page 11: BAB II

20

dari tubuh manusia, parameter yang digunakan dalam hal ini

adalah berat badan dan tinggi badan. Alat yang sederhana dan

digunakan untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya

yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan

adalah IMT (Indeks Massa Tubuh), maka mempertahankan berat

badan normal memungkinan seseorang dapat mencapai usia

harapan hidup lebih panjang.

Pengukuran antropometri dengan Indeks Massa Tubuh

(IMT)

Pengukuran IMT meliputi :

a) Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan indikator umum ukuran tubuh dan

panjang tulang.

b) Berat badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang paling

banyak digunakan.

IMT =BB(kg)TB2(m)

Keterangan :

IMT : Indeks Massa Tubuh

BB : Berat Badan (kg)

TB : Tinggi Badan (m2)

Page 12: BAB II

21

Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

Kategori IMT

Kurus

Kekurangan berat badan tingkat berat

< 17,0

Kekurangan berat badan tingkat ringan

17,0 – 18,5

Normal >18,5 – 25,0

Gemuk

Kelebihan berat badan tingkat ringan

>25,0 – 27,0

Kelebihan berat badan tingkat berat

>27,0

Sumber: Supariasa, (2012)

Berat badan normal adalah idaman bagi setiap orang agar

mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keuntungan apabila

berat badan normal adalah penampilannya baik, lincah dan resiko

sakit rendah. Berat badan yang kurang dan berlebihan akan

menimbulkan resiko terhadap berbagai macam penyakit

(Supariasa, 2012).

Status gizi remaja menyatakan suatu keadaan yang

seimbang antara konsumsi dan penyerapan zat gizi di dalam

tubuh. Peningkatan kebutuhan remaja putri terhadap zat gizi

mikro, terutama zat besi, digunakan untuk penggantian zat besi

yang hilang. Status gizi yang baik selama masa remaja merupakan

dasar untuk kehidupan remaja putri menjadi calon ibu yang paling

baik. Remaja dengan status gizi yang rendah memungkinkan

Page 13: BAB II

22

untuk terjadinya anemia, karena gizi merupakan suatu proses

organisme yang di konsumsi secara normal melalui proses digesti,

absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme (Fillah, 2014).

3) Konsumsi teh

Kebutuhan akan zat besi akan menurun seiring dengan

melambatnya pertumbuhan setelah pubertas. Penyerapan zat besi

dapat ditingkatkan oleh vitamin C, sebaliknya dihambat oleh kopi,

teh, makanan tinggi serat, suplemen kalsium, dan produk susu.

(Soebroto, 2010).

4) Infeksi Penyakit

Beberapa infeksi penyakit memperbesar resiko menderita anemia.

Infeksi itu adalah cacingan, malaria, leukimia atau kanker lainnya.

5) Pola Haid (Normal/Tidak Normal)

a) Banyaknya darah menstruasi

Jumlah darah yang keluar rata-rata 35 sampai 50 cc, dengan

jumlah pembalut tiap hari adalah 2 kali dengan 1 pembalut

terisi darah penuh. Orang yang lebih tua biasanya keluar darah

lebih banyak. Anemia banyak dialami oleh perempuan yang

mengalami menstruasi. Perempuan yang mengalami

menstruasi akan lebih rentan terkena anemia jika mengalami

gangguan haid. Misalnya saja perempuan dengan gangguan

gejala haid hipermenorrea atau volume darah yang dikeluarkan

Page 14: BAB II

23

lebih banyak dari haid normal. Jumlah darah yang lebih dari

80 cc dianggap sebagai patologik (Kuswanti, 2009).

b) Lama Menstruasi

Pada siklus remaja menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28 hari,

walaupun hal ini berlaku umum tidak semua wanita memiliki

siklus menstruasi yang sama, terkadang siklus terjadi setiap 21

hari hingga 30 hari. Remaja yang mengalami menstruasi

normal, lama menstruasi berlangsung 3-7 hari (Prawirohardjo,

2005). Siklus haid pada remaja sangat mudah dipengaruhi oleh

suasana kehidupannya, misalnya kelelahan karena padatnya

aktivitas di usia remaja/ usia sekolah dan pengaruh stres yang

tinggi. Hal ini dengan mudah akan mengganggu siklus haid.

Siklus haid harus diperhatikan, karena perdarahan hebat bisa

menyebabkan remaja kekurangan zat besi. Menstruasi yang

lama akan menyebabkan remaja kehilangan zat besi setiap

harinya. Setiap harinya remaja akan kehilangan sekitar 1-2 mg

zat besi melalui ekresi normal, dan pada saat menstruasi

kehilangan zat besi bertambah hingga 1 mg lagi.

b. Sebab Tidak Langsung

1) Pengetahuan Yang Kurang

Anemia lebih terjadi pada kelompok penduduk yang

berpengetahuan kurang. Kelompok ini pada umumnya:

a) Kurang memahami kaitan anemia denga faktor lainnya.

Page 15: BAB II

24

b) Kurang mempunyai akses mengenai informasi anemia dan

penanggulangannya.

c) Kurang dapat memilih bahan makanan yang bergizi,

khususnya yang mengandung zat besi relatif tinggi.

d) Kurang dapat menggunakan pelayanan kesehatan yang

tersedia.

2) Ekonomi Yang Rendah

Anemia juga lebih sering terjadi pada golongan ekonomi yang

rendah, karena beberapa hal berikut :

a) Kelompok penduduk ekonomi rendah kurang mampu membeli

makanan sumber zat besi karena harganya relatif mahal.

b) Kurang mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan yang

tersedia.

3) Status Sosial Wanita Yang Masih Rendah di Masyarakat

Status wanita yang masih rendah dimasyarakat mempunyai akibat

mempermudah timbulnya anemia gizi. Beberapa contoh dari

masih rendahnya status wanita dibandingkan laki-laki adalah

sebagai berikut:

a) Rata-rata pendidikan wanita lebih rendah dari laki-laki. Hal ini

terjadi antara lain karena anggapan bahwa anak perempuan

tida perlu sekolah yang tinggi.

b) Upah tenaga kerja wanita umumnya lebih rendah dari laki-laki.

Pada hampir seluruh lapangan kerja.

Page 16: BAB II

25

c) Adanya kepercayaan yang merugikan, seperti pantangan

makanan tertentu, mengurangi makan setelah trimester III agar

bayinya kecil sehingga mudah melahirkan.

6. Dampak Anemia

Anemia pada remaja putri dapat menimbulkan dampak antara lain

menurunnya konsentrasi belajar dan menurunnya stamina dan

produktivitas kerja. Anemia yang diderita oleh remaja putri dapat

menyebabkan menurunnya prestasi belajar, menurunnya daya tahan tubuh

sehingga mudah terkena penyakit infeksi . Selain itu pada remaja putri

yang terkena anemia tingkat kebugarannya pun akan turun yang

berdampak pada rendahnya produktifitas kerja ataupun kemampuan

akademis di sekolah, karena adanya gairah belajar dan konsentrasi belajar

(Depkes RI, 2010). Tingginya anemia pada remaja ini akan menyebabkan

daya konsentrasi menurun sehngga akan mengakibatkan menurunnya

prestasi belajar (Ahcmad Djaeni (2004) dalam Wijayanti, (2005).

7. Metode Penentuan Anemia

Kadar hemoglobin dalam darah ditentukan dengan bermacam-macam cara

antara lain :

a. Cara Fotoelektrik : Cyanmethomoglobin

Hemoglobin darah diubah menjadi sianmethemoglobin

(hemoglobinsianida) dalam larutan yang berisi kaliumsianida.

Page 17: BAB II

26

Absorbansi larutan diukur pada gelombang 540 nm atau filter hijau.

Larutan Drakbin yang dipakai pada cara ini mengubah hemoglobin,

oksihemoglobin, methemoglobin, dan karboksihemoglobin menjadi

sianmethemoglobin. Sulfhemoglobin tidak berubah dan karena itu

tidak ikut diukur dengan cara :

1) Ke dalam tabung kolorimeter dimasukkan 5,0 ,l larutan Drakbin.

2) Dengan pipet hemoglobin diambil 20 µ daraj (kapiler, EDTA atau

oxalat) sebelah luar ujung pipet dibersihkan, lalu darah itu

dimasukkan ke dalam tabung koloriometer dengan membilasnya

beberapa kali.

3) Campurlah isi tabung dengan membalikkannya beberapa kali.

Tindakan ini juga akan menyelenggarakan perubahan hemoglobin

menjadi sianmethemoglobin.

4) Bacalah spektrofotometer pada gelombang 54o nm, sebagai

blanko digunakan larutan Drakbin.

5) Kadar hemoglobin ditentukan dari perbandingan absorpsinya

dengan absorbansi standard sianmethemoglobin atau dibaca dari

kurve tera.

Cara ini sangat efektif dilakukan di laboratorium secara rutin

karena penerapan kadar hemoglobin dengan cara ini lebih teliti

menurut standard cyanmethemoglobin yang bersifat stabil dan

dapat dibeli. Kesalahan cara ini minimal ± 2%.

Page 18: BAB II

27

Larutan yang digunakan adalah larutan Drakbin: natrium

bikarbonat 1gr; kaliumsianida 50 mg; kaliumferrisianida 200 mg;

aquadest 1000 ml dapat juga ditambah dengan sedikit detergent

supaya perubahan menjadi sianmethemoglobin berlangsung lebih

sempurna dalam waktu singkat.

Laporan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dengan memakai

cara cyanmethemoglobin dan spektrofotometer hanya boleh

menyebut satu angka (digit) di belakang tanda desimal;

melaporkan dua digit sesudah angka desimal melampaui ketelitian

dan ketepatan yang dapat dicapai dengan metode ini (R,

Gandasoebrata, 2001).

b. Cara Hemometer Sahli

Pada cara ini hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian

warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standard dalam

alat dengan cara :

1) Masukkan kira-kira 5 tetes HCL 0,1 N kedalam tabung pengencer

hemometer.

2) Isaplah darah (kapiler, EDTA atau oxalat) dengan hemoglobin

sampai garis tanda 20 µ.

3) Hapuslah darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet.

4) Catatlah waktunya dan segeralah alirkan daraj dari pipet ke dalam

dasar tabung pengencer yang berisi HCL itu. Hati-hati jangan

sampai terjadi gelembung udara.

Page 19: BAB II

28

5) Angkatlah pipet itu sedikit, lalu isap asam HCL yang jernih

kedalam pipet 2 atau 3 kaliuntuk membersihkan darah yang masih

tinggal dalam pipet.

6) Campurkan isi tabung itu supaya darah dan asam bersenyawa;

warna campuran menajdi coklat.

7) Tambahkan air setetes demi setetes, tiap kali daduk dengan batang

pengaduk yang tersedia. Persamaan warna dan campuran dan

batang standard harus dicapai dalam waktu 3 – 5 menit setelah

saat darah HCL dicampur. Pada usaha mempersamakan warna

hendaknya tabung diputar demikian sehingga garis bagi tidak

terlihat.

8) Bacalah kadar hemoglobin dengan gram/100 ml darah.

Kelemahan cara ini adalah kolorimetri visual tidak teliti, dan

bahwa alat tidak dapat distandarkan. Cara ini juga kurang baik

karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin

asam, seperti karboxyhemoglobin, methemoglobin, dan

sulfemoglobin (R. Gandasoebrata, 2001).

c. Cara Talquist

Mempunyai kesalahan yang paling besar dibandingkan cara

pemeriksaan yang lain, paling mudah dilakukan. Cara pemeriksaan :

1) Ambil darah ujung jari

2) Teteskan pada kertas talquist

Page 20: BAB II

29

3) Cocok dan baca pada standard yang ada (Setiawan & Saryono,

2010)

d. Cara Hemoque

Metode hemoque adalah metode yang sangat mudah dilakukan,

pemeriksaan ini sering kali dipakai oleh tenaga kesehatan untuk

kesalahan yang biasanya dicapai ± 10% kadar hemoglobin yang

ditentukan dengan cara hemoque. Metode hemoque sebanding dengan

standar sianmethemoglobin baik validitas maupun reliabilitasnya.

1) Alat dan Bahan

a) β – Hemoglobin hemoque

b) Microcuvetts

c) Lancet

d) Accu-check

e) Kapas dan alkohol

2) Prosedur Kerja

a) Nyalakan β – Hemoglobin hemoque dengan menekan tombol

ON, sebelum digunakan kalibrasi dahulu β – Hemoglobin

hemoque pada angka 12,1-12,2.

b) Bersihkan ujung jari yang akan diambil darahnya dengan

larutan kapas berakohol.

c) Masukkan lancet pada accu-check, letakan ujung lancet pada

jari yang akan ditusuk, kemudian tekan tombol pada ujung

accu-check sehingga darah keluar, bersihkan darah.

Page 21: BAB II

30

d) Ambil microcuvet, tempelkan pada jari yang ditusuk, tekan

jari agar darh keluar kembali dan minimal darah memenuhi

daerah lingkungan putih pada microcuvet.

e) Masukkan microcuvet ke tempatnya pada β-Hemoglobin

hemoque.

f) Tunggu 1-2 menit, setelah itu akan keluar hasil pemeriksaan

(kadar Hb) pada monitor (R. Gandasoebrata).

Page 22: BAB II

31

B. Kerangka Teori

Penyebab langsung

Ketidakcukupan makanan

Status gizi

Konsumsi teh

Infeksi penyakit

Pola haid

Penyebab tidak langsung

Pengetahuan yang kurang

Ekonomi yang rendah

Status sosial wanita masih rendah

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Adaptasi penulis dari Kuswanti (2009), Wijayanti (2005), Depkes RI (2010), Soebroto (2009), Supariasa (2012), Proverawati (2012).

Kejadiananemia

Dampak anemia

Menurunnya konsentrasi belajar

Menurunkan produktivitas kerja

Menurunnya stamina

Menurunkan daya tahan tubuh

Page 23: BAB II

32

C. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia.

D. Hipotesis

Hipotesa dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian,

patokan duga atau dalil sementara, yang keberadaannya akan dibuktikan

dalam penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian,

maka hipotesa ini benar atau salah, dapat diterima atau ditolak (Hidayat,

2007). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan status gizi dengan anemia pada siswi di SMK Perintis 29

Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015.

2. Ada hubungan lama menstruasi dengan anemia pada siswi di SMK

Perintis 29 Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015.

Status Gizi

Riwayat Penyakit

Kejadian Anemia