BAB II
-
Upload
hafiz-wira-putra -
Category
Documents
-
view
51 -
download
0
description
Transcript of BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Berikut definisi keselamatan dan kesehatan kerja menurut para ahli:
Menurut Okky dalam Grisma Ilfani dkk (2013:2) Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat oleh pemerintah
yang harus dipatuhi dan dilaksanakan pengusaha maupun pekerja sebagai
upaya mencegah timbulnya kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja
dengan cara mengenali hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Tujuannya adalah untuk menciptakan tempat kerja
yang nyaman, dan sehat sehingga dapat menekan serendah mungkin resiko
kecelakaan dan penyakit.
Perhatian terhadap kesehatan pekerjaan pada mulanya lebih
menekankan pada masalah keselamatan kerja yaitu perlindungan pekerjaan
dari kerugian atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan berkaitan dengan
kerja. Kemudian seiring dengan perkembangan industri, perusahaan mulai
memperhatikan kesehatan pekerja dalam arti luas yaitu terbebasnya pekerjaan
dari kesakitan fisik maupun psikis (Mondy dan Noe dalam Grisma Ilfani dkk,
2013:2).
Menurut Erlin Trisyulianti dalam jurnal (2007) Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat pekerja maupun
pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tujuan dari dibuatnya program K3
adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang benar-benar menjaga
keselamatan dan kesehatan karyawannya dengan membuat aturan tentang
keselamatan dan kesehatan kerja yang dilaksanakan oleh seluruh karyawan
dan pimpinan perusahaan. Perlindungan tenaga kerja dari bahaya dan
penyakit akibat kerja atau akibat dari lingkungan kerja sangat dibutuhkan
oleh karyawan agar karyawan merasa aman dan nyaman dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Tenaga kerja yang sehat akan bekerja produktif,
sehingga diharapkan kinerja karyawan meningkat yang dapat mendukung
keberhasilan bisnis perusahaan dalam membangun dan membesarkan
usahanya.
Memperhatikan hal tersebut, maka program K3 dan kinerja karyawan
menjadi penting untuk dikaji, karena kedua faktor tersebut dapat
memengaruhi produktivitas perusahaan dalam tujuannya mencapai visi dan
misi perusahaan.
2.1.2 Faktor-faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Erlin Trisyulianti dalam jurnal (2007) Faktor-faktor K3 yang
dianalisis dalam penelitian ini meliputi: pelatihan keselamatan, publikasi
keselamatan kerja, kontrol lingkungan kerja, pengawasan dan disiplin, serta
peningkatan kesadaran K3.
a. Pelatihan merupakan salah satu faktor yang diperlukan oleh
karyawan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. Pelatihan
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelatihan-pelatihan yang
berkaitan dengan keselamatan kerja. Adanya pelatihan keselamatan
yang diberikan oleh perusahaan akan membuat karyawan bekerja
dengan lebih berhati-hati dan dapat melindungi diri dari kecelakan
kerja yang mungkin terjadi. Dan pelatihan keselamatan yang
diadakan oleh perusahaan sudah dilaksanakan dengan baik.
b. Publikasi dalam penelitian ini adalah hal-hal yang berhubungan
dengan pemberian informasi-informasi mengenai keselamatan kerja
karyawan. Publikasi dilakukan untuk memberikan pemahaman
kepada karyawan mengenai pentingnya K3.
c. Kontrol lingkungan kerja dalam penelitian ini adalah pemeriksaaan
atau pengendalian yang berhubungan dengan kondisi lingkungan
kerja, di antaranya suhu ruangan kerja, penerangan, kebersihan
tempat kerja, ketersediaan perlengkapan keamanan dan keselamatan
kerja, serta fasilitas P3K di lingkungan kerja.
d. Pengawasan yang dimaksud adalah pemeriksaan secara seksama
mengenai pelaksanaan peraturan, tugas, dan sebagainya. Disiplin
berupa kepatuhan karyawan terhadap peraturan yang ditetapkan
perusahaan. Adanya pengawasan terhadap lingkungan kerja dan
perilaku kerja karyawan dapat mencegah terjadinya kecelakaan
kerja.
e. Kurangnya kesadaran karyawan akan pentingnya keselamatan kerja
merupakan tantangan perusahaan untuk mendorong karyawan agar
memperhatikan keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja.
Komitmen yang kuat dan perhatian yang besar dari manajemen
perusahaan mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja
dapat memotivasi karyawan untuk memperhatikan keselamatan dan
kesehatannya sewaktu bekerja.
2.1.3 Alasan Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Sunyoto (2012:242) ada tiga alasan pentingnya keselamatan
dan kesehatan kerja:
a. Berdasarkan Perikemanusiaan
Pertama-tama para manajer mengadakan pencegahan kecelakaan atas
dasar perikemanusiaan yang sesungguhnya. Mereka melakukan
demikian untuk mengurangi sebanyak-banyaknya rasa sakit, dan
pekerja yang menderita luka serta keluarganya sering diberi penjelasan
mengenai akibat kecelakaan.
b. Berdasarkan undang-undang
Karena pada saat ini di Amerika terdapat undang-undang federal,
undang-undang negara bagian dan undang-undang kota praja tentang
keselamatan dan kesehatan kerja dan bagi mereka yang melanggar
dijatuhkan denda.
c. Ekonomis
Yaitu agar perusahaan menjadi sadar akan keselamatan kerja karena
biaya kecelakaan dapat berjumlah sangat besar bagi perusahaan.
2.1.4 Pendekatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Departemen tenaga kerja republik indonesia mengharapkan bahwa
upaya pencegahan kecelakaan adalah merupakan program terpadu koordinasi
dari berbagai aktivitas, pengawasan yang terarah yang didasarkan atas sikap,
pengetahuan, dan kemampuan. Beberapa ahli telah mengembangkan teori
pencegahan kecelakaan dikenal 5 tahapan atau pendekatan pokok menurut
Komang dikutip oleh Sunyoto (2012:242) :
1. Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja
Pada era industrialisasi dengan kompleksitas permasalahan dan
penerapan prinsip manajemen modern, masalah usaha pencegahan
kecelakaan tidak mungkin dilakukan oleh orang per orang atau secara
pribadi, namun memerlukan banyak orang, berbagai jenjang dalam
organisasi yang memadai.
2. Menemukan fakta dan masalah
Dalam kegiatan ini dapat dilaksanakan melalui survei, inspeksi,
observasi, investigasi, dan review of record.
3. Analisis
Tahap ini terjadi proses bagaimana fakta atau masalah ditemukan dapat
dicari solusinya. Fase ini, analisis harus dapat dikenali berbagai hal
antara lain: sebab utama masalah tersebut, tingkat kekerapannya, loksi,
kaitannya dengan manusia maupun kondisi. Analisis ini bisa saja
menghasilkan satu atau lebih alternatif pemecahan.
4. Pemilihan atau penetapan alternatif (pemecahan)
Dari berbagai alternatif pemecahan perlu diadakan seleksi untuk
ditetapkan satu yang benar-benar efektif dan efisiensi serta
dipertanggung jawabkan.
5. Pelaksana
Jika sudah dipilih alternatif pemecahan maka harus diikuti dengan
tindakan dari keputusan penetapan tersebut. Dalam proses pelaksanaan
dibuthkan adanya kegiatan pengawasan agar tidak terjadi
penyimpangan.
2.1.5 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Erlin Trisyulianti dalam jurnal (2007) bahwa Penerapan K3
bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada karyawan dan mengurangi
biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Adapun program K3 yang telah diterapkan di antaranya yaitu:
1. Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD).
2. Penyediaan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Pelatihan keselamatan kerja.
4. Asuransi.
5. Fasilitas dan Sarana Kesehatan.
2.1.6 Disiplin Kerja
Disiplin merupakan bentuk pengendalian diri pegawai dan
pelaksanaan yang teratur dan menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja
di dalam sebuah organiasisi, tindakan disiplin digunakan oleh organisasi
untuk memberikan sanksi terhadap pelanggaran dari aturan-aturan kerja
atau dari harapan-harapan. Sedang keluhan-keluhan digunakan oleh
pegawai yang merasa hak-haknya telah dilanggar oleh organisasi. Dengan
kata lain, disiplin kerja pada pegawai sangat dibutuhkan, karena apa yang
menjadi tujuan organisasi akan sukar dicapai bila tidak ada disiplin kerja.
Menurut Simamora dalam Marisa Ana Widyawati (2013:5),
kedisiplinan adalah prosedur yang mengoreksi atau menghukum bawahan
karena melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin merupakan bentuk
pengendalian diri karyawan dan pelaksanaan yang teratur dan menunjukan
tingkat kesungguhan tim kerja di dalam sebuah organisasi. Tindakan disiplin
yang efektif terpusat pada perilaku karyawan yang salah, tidak pada karyawan
sebagai pribadi.
Menurut Syafri Mangkuprawira dan Aida Vitayala Hubeis dalam
Duwi Apriani Dkk (2012:80) mendefinisikan disiplin kerja adalah sifat
seorang karyawan yang secara sadar mematuhi aturan dan peraturan
organisasi tertentu. Kedisiplinan sangat mempengaruhi kinerja karyawan dan
perusahaan. Kedisiplinan seharusnya dipandang sebagai bentuk latihan bagi
karyawan dalam melaksanakan aturan-aturan perusahaan.
Dengan adanya definisi diatas dapat disimpulkan, Disiplin pada
hakekatnya merupakan pembatasan kebebasan dari Pegawai dan pegawai.
Disiplin dalam suatu perusahaan dapat ditegakkan apabila sebagian besar
peraturan-peraturannya ditaati oleh sebagaian besar para Pegawai atau
pegawainya. Dalam prakteknya untuk mengusahakan seluruh peraturan
ditaati oleh setiap pegawai. Oleh karena itu dalam praktek bila suatu
perusahaan telah dapat mengusahakan sebagian besar peraturan-peraturan
ditaati oleh sebagian besar pegawainya maka sebenarnya disiplin sudah
dapat ditegakkan.
Menurut (Sutrisno,2009: 91 ) bentuk disiplin yang akan tercermin pada
suasana, yaitu :
1. Tingginya rasa kepedulian karyawan terhadap pencapaian
perusahaan.
2. Tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif para karyawan
dalam melakukan pekerjaan.
3. Besarnya rasa tanggungjawab para karyawan untuk melaksanakan
tugas dengan sebaik-baiknya.
4. Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi di
kalangan karyawan.
5. Meningkatnya efisiensi dan produktivitas kerja para karyawan..
Menurut Nitisemito dalam Muhamad Holil dan Agus Sriyanto
(2012:26-27) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya
perilaku disiplin kerja, yaitu: tujuan pekeraan, kemampuan pekerjaan,
teladan pimipin, kesejahteraan, keadilan, pengawasan melekat (waskat),
sanksi hukum, ketegasan, dan hubungan kemanusiaan.
Bejo Siswanto dalam Irine (2012:4) menyebutkan bahwa ada dua
tujuan pembinaan disiplin kerja yaitu: tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum pembinaan disiplin kerja adalah demi kelangsungan
perusahaan sesuai dengan motif perusahaan. Sedangkan tujuan khusus
pembinaan disiplin tenaga kerja antara lain:
1. Agar para tenaga kerja menepati segala peraturan dan kebijakan
ketenagakerjaan maupun peraturan dan kebijakan perusahaan
yang berlaku, baik tertulis maupun tidak tertulis, serta
melaksanakan perintah manajemen.
2. Dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta
mampu memberikan pelayanan yang maksimal kepada pihak
tertentu yang berkepentingan dengan perusahaan sesuai dengan
bidang pekerjaan yang diberikan kepadanya.
3. Dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana,
barang dan jasa perusahaan dengan sebaik-baiknya.
4. Dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma-norma
yang berlaku pada perusahaan.
5. Tenaga kerja mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi
yang sesuai dengan harapan perusahaan baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang.
2.1.7 Kinerja Karyawan
Menurut Hani Handoko dalam Marisa Ana Widyawati (2013:4) kinerja
atau prestasi kerja adalah proses melalui mana organisasi-organisasi
mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan yang dapat diukur dengan
pencapaian kualitas pekerjaan, ketepatan waktu dalam menyelesaikan
pekerjaan, ketelitian kerja, keluhan dari para karyawan, pemahaman perintah
atasan dan kesesuaian pemberian inisiatif.
Menurut Mathis dan Jackson dalam Harry Murti dan Veronika
Agustini (2013:12) kinerja adalah hasil atas yang dilakukan atau tidak
dilakukan pegawai. Kinerja pegawai adalah seberapa banyak para pegawai
memberi konstribusi kepada perusahaan meliputi kuantitas output, kualitas
output¸ jangka waktu, kehadiran ditempat kerja dan sikap kooperatif. Kinerja
pegawai menunjuk pada kemampuan pegawai dalam melaksanakan
keseluruhan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Suyadi Prawirosentono dalam Sarita Permata (2012:3-4) menyatakan
Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok
orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan
secara legal tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Berdasarkan pengertian tentang kinerja karyawan diatas, dapat
disimpulkan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh setiap pegawai untuk
berkontribusi terhadap perusahaan tempat mereka bekerja dengan tanggung
jawab masing-masing untuk mencapai tujuan perusahaan mereka bekerja.
2.1.8 Faktor-Faktor Kinerja Karyawan
Menurut Dale Timple dalam Sarita Permata (2012:3-4) terdapat dua
faktor yang mempengaruhi Kinerja Karyawan yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
sifat-sifat seseorang meliputi sikap, sifat kepribadian, sifat fisik, motivasi,
umur, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman kinerja, latar belakang budaya,
dan variabel personal lainnya. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja karyawan yang berasal dari lingkungan meliputi
kebijakan organisasi, kepemimpinan, tindakan-tindakan rekan kerja,
pengawasan, sistem upah,dan lingkungan sosial.
2.1.9 Dimensi Kinerja Karyawan
Dimensi dan Indikator Kinerja Karyawan “Menurut Richard I.
Handerson dalam Wirawan (2009:53) dimensi kinerja adalah kualitas-
kualitas atau wajah suatu pekerjaan atau aktivitas-aktivas yang terjadi di
tempat kerja yang konduktif terhadap pengukuran. Dimensi kinerja
menyediakan alat untuk melukiskan keseluruhan cakupan aktivitas di tempat
kerja. Sementara itu, tanggung jawab dan kewajiban menyediakan suatu
deskripsi depersonalisasi. Menurut Wirawan (2009:54) dimensi kinerja
dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu hasil kerja, perilaku kerja, dan sifat
pribadi yang berhubungan dengan pekerjaan. Indikator-indikator kinerja
karyawan menurut Chester I. Barnard dan Robert E. Quinn dalam Suyadi
Prawirosentono (2008:27-32) adalah sebagai berikut:
1. Efektivitas dan efisiensi
Bila suatu tujuan tertentu akhirnya dapat dicapai, kita boleh
mengatakan bahwa kegiatan tersebut efektif. Apabila akibat-akibat
yang dicari dari kegiatan mempunyai nilai yang lebih penting
dibandingkan hasil yang tercapai, sehingga mengakibatkan
ketidakpuasan walaupun efektif, hal ini disebut tidak efisien.
Sebaliknya jika akibat yang tidak dicari-cari tidak penting/remeh,
maka kegiatan tersebut efisien. Sehubungan dengan itu kita dapat
mengatakan sesuatu efektif bila mencapai tujuan tertentu.
Dikatakan efisien bila hal itu memuaskan sebagai mendorong
mencapai tujuan, terlepas apakah efektif atau tidak.
2. Otoritas dan Tanggung Jawab
Wewenang adalah hak seseorang untuk memberikan perintah
(kepada bawahan), sedangkan tanggung jawab adalah bagian yang
tidak terpisahkan atau sebagai akibat dari kepemilikan wewenang
tersebut. Bila ada wewenang berarti dengan sendirinya muncul
tanggung jawab.
3. Disiplin
Disiplin meliputi ketaatan dan hormat terhadap perjanjian yang
dibuat antara perusahaan dan karyawan. Disiplin juga berkaitan
erat dengan sanksi yang perlu dijatuhkan kepada pihak yang
melanggar.
4. Inisiatif
Inisiatif seseorang berkaitan dengan daya pikir, kreativitas dalam
bentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan
tujuan organisasi.
2.1.10 Tujuan dan Manfaat Penlilaian Kinerja
Menurut Rivai dalam Muhamad Holil dan Agus Sriyanto (2012:26-
27) tujuan penilain kinerja atau prestasi kinerja karyawan yaitu :
1. Untuk mengetahui tingkat prestasi karyawan.
2. Pemberian imbalan yang sesuai.
3. Mendorong pertanggungjawaban dari karyawan.
4. Untuk pembeda antara karyawan yang satu dengan yang lainnya.
5. Untuk pengembangan SDM seperti promosi, kenaikan jabatan,
pelatihan dan penugasan kembali.
6. Meningkatkan motivasi.
7. Meningkatkan etos kerja.
8. Memperkuat hubungan antara karyawan dengan supervisor melalui
diskusi tentang kemajuan kerja karyawan.
9. Sebagai alat untuk memperoleh umpan balik dari karyawan untuk
memperbaiki desain pekerjaan, lingkungan kerja dan rencana karir
selanjutnya.
10. Riset seleksi sebagai kriteria keberhasilan.
11. Sebagai salah satu sumber informasi untuk perencanaan SDM,
karir dan keputusan perencanaan suksesi.
12. Membantu menempatkan karyawan dengan pekerjaan yang sesuai
untuk mencapai hasil baik secara menyeluruh.
13. Sebagai sumber informasi untuk pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan gaji, upah, insentif, kompensasi dan berbagai
imbalan lainnya.
14. Sebagai penyaluran keluhan yang berkaitan dengan masalah
pribadi maupun pekerjaan.
15. Sebagai alat untuk menjaga tingkat kinerja.
16. Sebagai alat untuk membantu dan mendorong karyawan untuk
mengambil inisiatif dalam rangka memperbaiki kinerja.
17. Untuk mengetahui efektivitas kebijakan SDM seperti seleksi,
rekrutment, pelatihan dan analisis pekerjaan.
18. Mengidentifikasi dan menghilangkan hambatan-hambatan agar
kinerja menjadi baik.
19. Pemutusan hubungan kerja, pemberian sangsi maupun hadiah.
2.2 Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No Judul SkripsiPersamaan & Perbedaan
PenelitianHasil Penelitian
1 Pengaruh Kondisi Kerja Dan
Keselamatan Kerja Terhadap
Kepuasan Kerja Pegawai Dipo
Lokomotif Daop IV Semarang.
Sumber: Skripsi Oleh Ishardian
Tahun 2010 FE Universitas
Negeri Semarang
Persamaan
Variabel X yang salah
satunya menggunakan
Keselamatan Kerja
Perbedaan
Terletak pada salah satu
variabel X yaitu (Kondisi
Kerja) dan Variabel Y
(Kepuasan Kerja), serta
berbeda objek penelitiannya
Kondisi kerja dan
keselamatan kerja memiliki
pengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan
kerja pegawai secara parsial
dan simultan. Metode analisis
data menggunakan analisis
regresi berganda dan
pengujian hipótesis melalui
uji t dan uji F. Hasil
penelitian diperoleh
persamaan regresi Y = 9,063
+ 0,409
2 Analisis Hubungan
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) terhadap Kepuasan
Kerja Karyawan di PT. DyStar
Colours Indonesia.
Persamaan
Variabel X (Keselamatan
dan kesehatan kerja)
Hubungan antara
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) dengan kepuasan
kerja karyawan berdasarkan
hasil analisis rank spearman,
memiliki hubungan positif,
kuat dan nyata. dengan
Sumber: Skripsi Oleh Saputra
Tahun 2012 FE IPB
Perbedaan
Variabel Y (Kepuasan Kerja
Karyawan) dan Objek
penelitian yang berbeda.
koefisien korelasi sebesar
0,545 dan derajat keeratan
hubungan berada pada
kategori kuat.
3 Disiplin Pegawai dan
pengaruhnya terhadap
produktivitas kerja pada
PT. Kidung Indah Selaras
Suara (KISS FM Group).
Persamaan
Variabel X (Keselamatan
dan kesehatan kerja)
Perbedaan
Variabel Y (Produktivitas
karyawan) dan objek
penelitian.
Dari hasil penelitian itu
menunjukkan hasil
bahwa disiplin pegawai
berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap produktivitas
karyawan pada PT.
Kidung Indah
Selaras Suara (KISS FM
Group). Dengan hasil F
hitung 7,485 yaitu lebih
besar dari nilai F tabel 4,17
2.3 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Kesehatan Keselamatan
Kerja(X1)
Disiplin Kerja(X2)
Kinerja Karyawan
(Y)
Sumber : Astri Wulandari dan Dini Turipanam (2012) yang dikembangkan oleh peneliti.
2.4 Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka dikemukakan hipotesis
sebagai berikut :
Ho1 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Kesehatan Keselamatan Kerja
(K3) terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Inti Pantja Press Industri.
Ha1 : Terdapat pengaruh yang signifikan Kesehatan Keselamatan Kerja (K3)
terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Inti Pantja Press Industri.
Ho2 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Disiplin Kerja terhadap
Kinerja Karyawan pada PT. Inti Pantja Press Industri.
Ha2 : Terdapat pengaruh yang signifikan Disiplin Kerja terhadap Kinerja
Karyawan pada PT. Inti Pantja Press Industri.
Ho3 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Kesehatan Keselamatan Kerja
(K3) dan Disiplin Kerja secara simultan terhadap Kinerja Karyawan
pada PT. Inti Pantja Press Industri.
Ha3 : Terdapat pengaruh yang signifikan Kesehatan Keselamatan Kerja (K3)
dan Disiplin Kerja secara simultan terhadap Kinerja Karyawan pada
PT. Inti Pantja Press Industri.