BAB II

16
BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Angka Kejadian BBLR Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia masih cukup tinggi. Salah satu penyebab yang menonjol diantaranya karena keadaan gizi yang kurang baik atau bahkan buruk. Status Gizi Masyarakat dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu BBLR, Status Gizi Balita. Proporsi BBLR Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009 0,79% (rentang 0,19%-6.65%), prevalensi gizi buruk pada tahun 2009 0,03% (rentang 0-0,27%). Pada Gambar di 1 terlihat bahwa proporsi bayi BBLR tertinggi terjadi di kota prabumulih (6,65%) dan proporsi BBLR terendah terjadi di Kabupaten Muara Enim (0,19%). Cakupan BBLR ditangani pada tahun 2009 mencapai 90,94% dan pada tahun 2008 mencapai 65%, mengalami peningkatan sebesar 25,9%. Selain itu terdapat peningkatan penanganan di 4 Kabupaten yaitu Kabupaten Lahat, OKUS, Empat Lawang, dan Kota Prabumulih, pada tahun 2008 tidak terdapat laporan penanganan sedangkan pada tahun 2009 sudah dilaporkan. Distribusi cakupan BBLR ditangani. Gambar 1.Proporsi Bayi Berat Lahir Rendah(BBLR) Menurut Kabupaten / Kota Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Transcript of BAB II

Page 1: BAB II

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1. Angka Kejadian BBLR

Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia

masih cukup tinggi. Salah satu penyebab yang menonjol diantaranya karena

keadaan gizi yang kurang baik atau bahkan buruk.

Status Gizi Masyarakat dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu BBLR,

Status Gizi Balita. Proporsi BBLR Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009

0,79% (rentang 0,19%-6.65%), prevalensi gizi buruk pada tahun 2009 0,03%

(rentang 0-0,27%). Pada Gambar di 1 terlihat bahwa proporsi bayi BBLR tertinggi

terjadi di kota prabumulih (6,65%) dan proporsi BBLR terendah terjadi di

Kabupaten Muara Enim (0,19%).

Cakupan BBLR ditangani pada tahun 2009 mencapai 90,94% dan pada

tahun 2008 mencapai 65%, mengalami peningkatan sebesar 25,9%. Selain itu

terdapat peningkatan penanganan di 4 Kabupaten yaitu Kabupaten Lahat, OKUS,

Empat Lawang, dan Kota Prabumulih, pada tahun 2008 tidak terdapat laporan

penanganan sedangkan pada tahun 2009 sudah dilaporkan. Distribusi cakupan

BBLR ditangani.

Gambar 1.Proporsi Bayi Berat Lahir Rendah(BBLR) Menurut Kabupaten / Kota Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

Sumsel 0,41OKU 47OKI 137Muara Enim 29Lahat 17Musirawas 73Musi 179Banyuasin 55OKU Selatan 21OKU Timur 38Ogan Ilir 29Empat Lawang 6Palembang 154Prabumulih 41Pagar Alam 10Lubuk Linggau 14

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009

Page 2: BAB II

1.2 Angka Kematian Bayi (AKB)

Menurunnya angka kematian bayi dan meningkatnya angka harapan

hidup mengindikasikan meningkatnya derajat kesehatan penduduk.

Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) 1990, estimasi angka kematian bayi di

Sumatera Selatan diperkirakan 71 per 1000 kelahiran, sedangkan berdasarkan

SP 2000, angka kematian bayi di Sumatera Selatan turun drastis menjadi 53 per

1000 kelahiran, atau turun 25 persen selama 10 tahun atau rata-rata turun 2,5

persen per tahun. AKB Sumsel lebih tinggi dibandingkan Angka Nasional yaitu

42 per 1000 kelahiran hidup (SUSENAS 2007). Menurut target MDGs AKB

diharapkan turun menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup.

Kematian bayi di Sumatera Selatan tahun 2009 adalah 4 per 1000

kelahiran hidup. Persentase kematian bayi tertinggi terjadi di kabupaten Ogan

Komering Ilir (1.31%) dan Lahat (0.82%), persentase terendah di kabupaten

Muara Enim (0.14%) dan Empat Lawang (0.13%). Angka kematian bayi di

Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 adalah 0,8 (79 kematian bayi),

sedangkan pada tahun 2008 adalah 3,4 (537 kematian bayi). Jumlah kematian

bayi menurut Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan.

Gambar 2. Angka Kematian Bayi (AKB) Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1971- 2008

155SP 1980 102SP 1990 71SDKI 1994 59,6SUPAS 54SDKI 1997 53SP 2000 53SDKI 30SUPAS 302006 26,32007 25,62008 25

0 50 100 150 200

Page 3: BAB II

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan 2.2 Teori BBLR

I. Definisi

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan

dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. 2

Sumber lain mendefinisikan sebagai bayi dengan berat badan lahir dibawah

persentil 10 dari perkiraan berat menurut masa gestasi. 1,5

II. Epidemiologi

Angka prevalensi dari BBLR adalah sekitar 10 % dari semua kehamilan.

Jumlah ini bervariasi pada tiap populasi. Sejumlah 3-5 % dari kejadian BBLR

terjadi pada keadaan ibu yang sehat, dan lebih dari 25 % kejadian terjadi pada

keaddan ibu dengan kehamilan resiko tinggi.4

Belum didapatkan data akurat mengenai angka kejadian BBLR di

Indonesia. Dari sebuah laporan Departemen Kesehatan DI Yogyakarta

pada tahun 2005, kejadian BBLR berjumlah 10% dari seluruh kelahiran bayi

di daerah tersebut pada tahun yang sama.6

III. Etiologi

Etiologi BBLR ada yang berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta.

Berikut akan dikelompokkan etiologi BBLR berdasarkan 3 faktor di atas.1

Faktor Ibu :

Toxemia

Hipertensi dan/atau penyakit ginjal

Hipoksemia (misalnya: menderita penyakit jantung atau paru)

Malnutrisi (mikro dan makro)

Menderita penyakit kronis

Anemia sel sabit

Konsumsi obat-obatan,alkohol, rokok.

dsb.

Page 4: BAB II

Faktor Janin :

Kelainan kromosom (autosomal trisomi)

Infeksi pada janin (cytomegalic inclusion disease, rubella

kongenital, sifilis)

Anomali kongenital

Radiasi

Kehamilan ganda

Hipoplasi pankreas

Defisiensi insulin

Defisiensi insulin-like growth factor type 1.

dsb.

Faktor plasenta :

Penurunan berat plasenta dan/atau selularitas plasenta

Penurunan luas permukaan plasenta

Villous plaentitis (disebabkan bakteri, virus, parasit)

Infark plasenta

Tumor ( mola hidatidosa, chorioangioma)

Plasenta terpisah

dsb.

IV. Patofisiologi

Dari berbagai etiologi di atas, secara garis besar terjadinya BBLR adalah

sebagai berikut2 :

Plasenta

Berat lahir memiliki hubungan yang berarti dengan berat plasenta

dan luas permukaan villus plasenta. Aliran darah uterus, juga

transfer oksigan juga transfer oksifen dan nutrisi plasenta dapat

berubah pada berbagai penyakit vaskular yang diderita ibu.

Disfungsi plasenta yang terjadi sering berakibat gangguan

pertumbuhan janin. Dua puluh lima sampai tiga puluh persen kasus

Page 5: BAB II

gangguan pertumbuhan janin dianggap sebagai hasil penurunan

aliran darah uteroplasenta pada kehamilan dengan komplikasi

penyakit vaskular ibu. Keadaan klinis yang meliputi aliran darah

plasenta yang buruk meliputi kehamilan ganda, penyalah-gunaan

obat, penyakit vaskular (hipertensi dalam kehamilan atau kronik),

penyakit ginjal, penyakit infeksi (TORCH), insersi plasenta

umbilikus yang abnormal, dan tumor vaskular.

Malnutrisi

Ada dua variabel bebas yang diketahui mempengaruhi pertumbuhan

janin, yaitu berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat ibu

selama hamil. Ibu dengan berat badan kurang seringkali melahirkan

bayi yang berukuran lebih kecil daripada yang dilahirkan ibu dengan

berat normal atau berlebihan. Selama embriogenesis status nutrisi

ibu memiliki efek kecil terhadap pertumbuhan janin. Hal ini karena

kebanyakan wanita memiliki cukup simpanan nutrisi untuk embrio

yang tumbuh lambat. Meskipun demikian, pada fase pertunbuhan

trimester ketiga saat hipertrofi seluler janin dimulai, kebutuhan

nutrisi janin dapat melebihi persediaan ibu jika masukan nutrisi ibu

rendah. Data upaya menekan kelahiran BBLR dengan pemberian

tambahan makanan kepada populasi berisiko tinggi (riwayat nutrisi

buruk) menunjukkan bahwa kaloi tambahan lebih berpengaruh

terhadap peningkatan berat janin dibanding pernmbahan protein.

Infeksi

Infeksi virus tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan

janin. Wanita-wanita dengan status sosioekonomi rendah diketahui

melahirkan bayi dengan gangguan pertumbuhan maupun bayi kecil

di samping memiliki insidensi infeksi perinatal yang lebih tinggi.

Bayi-bayi yang menderita infeksi rubella kongenital dan

sitomegalovirus (CMV) umumnya terjadi gangguan pertumbuhan

janin, tidak tergantung pada umur kehamilan saat mereka dilahirkan.

Faktor genetik

Page 6: BAB II

Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan

kontribusi genetik ibu dan janin. Wanita normal tertentu memiliki

kecendrungan untuk berulang kali melahirkan bayi dengan berat

lahir rendah atau keil untuk masa kahamilan (tingkat pengulangan

25%-50%), dan kebanyakan anita tersebut dilahirkan dalam keadaan

yang sama. Hubungan antara berat lahir ibu dan janin berlaku pada

semua ras.

V. Diagnosis

Kriteria diagnostik pada BBLR adalah sabagai berikut 3 :

1. Menentukan usia kehamilan berdasarkan hari pertama haid terakhir

(HPHT), ukuran uterus dan USG.

2. Penilaian janin :

Klinis

Pengukuran berat dengan tinggi fundus. Taksiran berat

janin diukur dengan rumus Johnson’s yaitu :

(tinggi fundus – 12) x 135 = .... gr

Kadar hormon ibu

Kadar estriol dan human placental lactogen rendah.

USG

Diameter biparietal < optimal

Berkurangnya ukuran lingkaran abdomen

menunjukkan bayi kecil masa kehamilan yang

asimetris

Rasio lingkar kepala dan perut > 1 menunjukkan

adanya bayi kecil masa kehamilan yang asimetris

Panjang femur yang rendah menunjukkan adanya

bayi kecil masa kehamilan yang simetris

3. Penilaian bayi baru lahir :

Page 7: BAB II

Ukuran berat badan lahir lebih rendah dari masa kehamilan

(sesuai dengan batasan).

Penentuan masa kehamilan berdasarkan HPHT dan atau

berdasarkan pemeriksaan fisik dan neurologis.

Berikutnya dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang (untuk mengetahui

ada tidaknya infeksi, kelainan kromosom, dan penggunaan obat-obatan

oleh ibu) jika tidak ada riwayat ibu menderita penyakit atau kelainan yang

dapat mengakibatkan bayi lahir dengan berat lahir rendah.

VII. Komplikasi 2

Masalah yang sering dijumpai pada BBLR kurang bulan antara lain

adalah sebagai berikut :

1. Ketidakstabilan suhu

2. Kesulitan pernapasan

3. Kelainan gastrointestinal dan nutrisi

4. Imaturitas hati

5. Imaturitas ginjal

6. Imaturitas imunologis

7. Kelainan neurologis

8. Kelainan kardiovaskuler

9. Kelainan hematologis

10. Metabolisme

VIII. Penatalaksanaan 6

Penatalaksanaan pada BBLR adalah sebagai berikut :

1. Rawat dalam inkubator untuk mencegah hipotermia

2. Early feeding jika memungkinkan

3. Mengatasi komplikasi

4. Memberikan terapi pada yang diduga infeksi

5. Memantau adanya kelainan fisik atau kelainan fungsi intelektual

Page 8: BAB II

IX. Prognosis 5

Angka kematian pada BBLR berkisar antara 0,2 % - 1 %. Pada

kebanyakan kasus, bayi dengan berat lahir rendah dengan cepat

mengejar ketertinggalan pertumbuhannya dalam tiga bulan pertama,

dan mencapai kurva pertumbuhan normal pada usia satu tahun.

X. Pencegahan

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah bayi

lahir dengan berat badan rendah, diantaranya memperbaiki asupan

nutrisi pada ibu hamil dan dengan kontrol antenatal secara teratur.

Upaya mengatasi kurang gizi :

• Fokus pada keluarga miskin

• Meningkatkan upaya kesehatan ibu untuk mengurangi bayi dengan berat

lahir rendah

• Meningkatkan program perbaikan zat gizi mikro

• Meningktaktan program gizi berbasis masyarakat

• Memperbaiki sektor lain yang treakit erat dengan gizi (pertanian, air dan

sanitasi, perlindungan, pemberdayaan masyarakat dan isu gender)

• Memperkuat upaya jangka pendek dengan tetap melakukan upaya jangka

panjang

Strategi Utama Program Perbaikan Gizi Masyarakat

1. Pemberdayaan masyarakat menuju KADARZI

2. Meningkatkan akses pelayanan gizi dan kesehatan yang berkualitas

3. Meningkatkan sistim surveilan, monitoring dan informasi gizi

4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan untuk program gizi

XI. Program Perbaikan Gizi Masyarakat Menurut Life Cycle

1. IBU HAMILTujuan : perbaikan gizi ibu hamil agar bayi lahir tidak BBLR

Page 9: BAB II

2. Ibu Menyusui dan Gizi bayi 0-6 bln Tujuan : perbaikan gizi ibu menyusui dan pemenuhan gizi neonatus

Peningkatan Pendidikan Gizi Masyarakat

• Konseling gizi ibu menyusui melalui PNC tentang makan makanan bergizi 1 piring lebih banyak dari biasanya à + 500 kkal

• Konseling menyusui • Pendampingan keluarga busui dan neonatus

menuju KADARZI • Pemantauan pertumbuhan balita di posyandu

Penanggulangan dan perbaikan gizi Masyarakat

• Stimulasi dini melalui “skin to skin contact” dan “immediate breastfeeding”/IMD.

• Pemberian ASI eksklusif • Pemberian vitamin A bagi ibu nifas

Penanganan Masalah Gizi Kurang dan Gizi Buruk pada Ibu Hamil dan Menyusui dan Bayi, Anak Balita

• Rujukan BBLR• Rujukan bayi 0-6 bln tidak naik BB (T)

Peningkatan Pendidikan Gizi Masyarakat

• Konseling gizi ibu hamil melalui ANC tentang makan makanan bergizi 1 piring lebih banyak dari biasanya à + 400 kkal

• PMT Penyuluhan bumil melalui posyandu

• Pendampingan keluarga bumil menuju KADARZI

Penanggulangan dan perbaikan gizi Masyarakat

• Pemberian 90 tablet Fe melalui ANC

Penanganan Masalah Gizi Kurang dan Gizi Buruk pada Ibu Hamil dan Menyusui dan Bayi, Anak Balita

• Skrining Bumil KEK dengan LiLA pada waktu ANC

• PMT pemulihan pada bumil KEK

• Pemberian tablet Fe 3 x 1 pada bumil dengan anemia

• Rujukan bumil KEK dan anemia setelah 1 bulan intervensi tidak ada perbaikan

Page 10: BAB II

Peningkatan Pendidikan Gizi Masyarakat

• Pemantauan pertumbuhan balita di posyandu • Rujukan kader balita 2T dan BGM• Penyuluhan/Konseling pemberian makan pada anak• PMT penyuluhan di posyandu termasuk MP-ASI lokal

Penanggulangan dan perbaikan gizi Masyarakat

• Pemberian ASI diteruskan sampai umur 24 bulan • Pemberian MP-ASI anak umur 6-24 bulan • Pemberian kapsul vitamin A • Pemberian makan sesuai kebutuhan gizi anak

Penanganan Masalah Gizi Kurang dan Gizi Buruk pada Ibu Hamil dan Menyusui dan Bayi, Anak Balita

• PMT pemulihan pada balita 1 X TDK NAIK BB , 2 X TDK NAIK BB dan pasca rawat.

• Penanganan balita 2T dan BGM (termasuk pengobatan penyakit penyerta)

• Penemuan aktif kasus gizi buruk • Tatalaksana gizi buruk (termasuk pengobatan penyakit penyerta)

dan rujukannya • Pendampingan balita gizi buruk di tingkat masyarakat

3. Balita 6-59 bulan Tujuan : perbaikan gizi balita 6-59 bulan, pencegahan gagal tumbuh dan penanganan gizi buruk

4. Anak usia sekolah 6-18 tahun Tujuan : perbaikan gizi anak usia sekolah

Peningkatan Pendidikan Gizi Masyarakat

• Penyuluhan aneka ragam makanan gizi seimbang melalui sekolah

• Pembinaan kantin sekolah

Penanggulangan dan perbaikan gizi Masyarakat

• Pengukuran Tinggi Badan-Anak Baru masuk Sekolah (BB,TB)

• PMT-AS mandiri • Pemberian TTD mandiri • Penerapan 13 pesan gizi seimbang

Penanganan Masalah Gizi Kurang dan Gizi Buruk pada Ibu Hamil dan Menyusui dan Bayi, Anak Balita

• Skrining dan rujukan remaja putri KEK dan anemia

5. Kelompok sasaran lainnya

Page 11: BAB II

Tujuan : perbaikan gizi masyarakat

Peningkatan Pendidikan Gizi Masyarakat

• Penyuluhan gizi seimbang dan beraktivitas fisik

Penanggulangan dan perbaikan gizi Masyarakat

• Penggunaan garam beryodium di tingkat rumah tangga • Penerapan 13 pesan gizi seimbang • Perbaikan gizi Haji, atlet, sekolah, LAPAS, Nakerwan • Pelayanan konseling gizi di Puskesmas dan RS (termasuk

ruang laktasi)

Penanggulangan Masalah Gizi Kurang dan Gizi Buruk pada Ibu Hamil dan Menyusui dan Bayi, Anak Balita

• Pemberian diet khusus pada penderita HIV AIDS, TBC, DM, Hipertensi dan Jantung terintegrasi dalam tatalaksana kasus