BAB II

25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS A. TINJAUAN PUSTAKA 1. KONSEP PERILAKU a. Pengertian Perilaku adalah merupakan perbuatan atau tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, di gambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya. Perilaku diatur oleh prinsip dasar perilaku yang menjelaskan bahwa ada hubungan antara perilaku manusia dengan peristiwa lingkungan. Perubahan perilaku dapat diciptakan dengan merubah peristiwa di dalam lingkungan yang menyebabkan perilaku tersebut (Maryunani, 2013). Menurut WHO, yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), perubahan perilaku dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu : 1) Perubahan alamiah (natural change), ialah perubahan yang dikarenakan perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia hidup dan beraktifitas.

description

bab2

Transcript of BAB II

BAB IITINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS

A. TINJAUAN PUSTAKA1. KONSEP PERILAKUa. Pengertian Perilaku adalah merupakan perbuatan atau tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, di gambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya. Perilaku diatur oleh prinsip dasar perilaku yang menjelaskan bahwa ada hubungan antara perilaku manusia dengan peristiwa lingkungan. Perubahan perilaku dapat diciptakan dengan merubah peristiwa di dalam lingkungan yang menyebabkan perilaku tersebut (Maryunani, 2013).Menurut WHO, yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), perubahan perilaku dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :1) Perubahan alamiah (natural change), ialah perubahan yang dikarenakan perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia hidup dan beraktifitas. 2) Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini terjadi, karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. 3) Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change), ialah perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.Tim ahli WHO (1984), menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku ada empat alasan pokok, yaitu :1) Pemikiran dan perasaan Bentuk pemikiran dan perasaan ini adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap dan lain-lain. 2) Orang penting sebagai referensi Apabila seseorang itu penting bagi kita, maka apapun yang ia katakan dan lakukan cendrung untuk kita contoh. Orang inilah yang dianggap kelompok referensi seperti : guru, kepala suku dan lain-lain. 3) Sumber-sumber dayaYang termasuk adalah fasilitas-fasilitas misalnya : waktu, uang, tenaga kerja, ketrampilan dan pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif.4) KebudayaanPerilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut kebudayaan. Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku.Dari uraian tersebut diatas dapat dilihat bahwa, alasan seseorang berperilaku. Oleh sebab itu, perilaku yang sama diantara beberapa orang dapat berbeda-beda penyebab atau latar belakangnya.Perilaku yang optimal akan memberi dampak pada status kesehatan yang optimal juga. Perilaku yang optimal adalah seluruh pola kekuatan, kebiasaan pribadi atau masyarakat, baik secara sadar ataupun tidak yang mengarah kepada upaya pribadi atau masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dari masalah kesehatan. Pola kelakuan/kebiasaan yang berhubungan dengan tindakan promotif, preventif harus ada pada setiap pribadi atau masyarakat.b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatanMenurut L.W.Green,di dalam Notoatmodjo ( 2003 ) faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor perilaku dan faktor non perilaku. Faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu :1) Faktor-faktor Predisposisi Adalah faktor yang terwujud dalam kepercayaan, kayakinan, niali-nilai dan juga variasi demografi, seperti : status ekonomi, umur, jenis kelamin dan susunan keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu tersebut.2) PengetahuanPengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: Awareness (kesadaran)Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). Interest (merasatertarik)Tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul. Evaluation (menimbang-nimbang)Menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. TrialDimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai apa yang dikehendaki oleh stimulus. Adoption Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. 2. KONSEP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)a. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku yang dilakukan atas keadaan sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalah kegiatan-kegiatan di kesehatan masyarakat (Pusat Promkes Depkes RI, 2008). Menurut (Poverawati, A dan Rahmawati, E, 2012) bahwa perilaku hidup bersih dan sehat merupakan cerminan pola hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga.b. Macam-macam PHBS1) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) rumah tangga.2) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah.3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di masyarakat.4) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di institusi kesehatan.5) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tempat kerja.6) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tempat-tempat umum.c. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga1) PengertianPHBS rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau, dan mampu mempratikkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat (Promosi Kesehatan, 2012).2) Tujuan PHBS Rumah Tangga Untuk meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan, petugas lintas sektor, media massa, organisasi masyarakat, LSM, tokoh masyarakat, tim penggerak PKK, dan dunia usaha dalam pembinaan PHBS di rumah tangga. Meningkatkan kemampuan keluargauntuk melaksanakan PHBS berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.3) Indikator PHBS di Tatanan Rumah Tangga (Poverawati, A dan Rahmawati, E, 2012)a) Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatanb) Memberi ASI ekslusifc) Menimbang balita setiap buland) Menggunakan air bersih e) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabunf) Menggunakan jamban sehatg) Memberantas jentik di rumah sekali semingguh) Makan buah dan sayur setiap harii) Melakukan aktifitas fisik setiap harij) Tidak merokok di dalam rumahd. Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun1) Pengertian Cuci Tangan Mencuci tangan adalah kegiatan membersihkan bagian telapak, punggung tangan dan jari agar bersih dari kotoran dan membunuh kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan manusia serta membuat tangan menjadi harum baunya. Selain itu, mencuci tangan merupakan cara terbaik untuk menghindari sakit. Kebiasaan sederhana ini hanya membutuhkan sabun dan air. Menurut Depkes (2009) tangan akan bebas dari kuman penyakit apabila cuci tangan dengan baik dan benar.Mencuci tangan yang baik dan sehat membutuhkan beberapa peralatan sebagai berikut di bawah ini : Sabun/antiseptic Air bersih Lap/ tisu kering bersih2) Pengertian Mencuci Tangan Memakai Sabun dan Air MengalirMenurut Depkes (2009) cuci tangan pakai sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman.Kebiasaan mencuci tangan dengan air saja, tidak cukup untuk melindungi seseorang dari kuman penyakit yang menempel di tangan. Terlebih bila mencuci tangan tidak dibawah air mengalir. Berbagi kobokan sama saja saling berbagi kuman. Kebiasaan itu harus ditinggalkan. Mencuci tangan pakai sabun terbukti efektif dalam membunuh kuman yang menempel di tangan.Tujuan utama dari cuci tangan secara higienis adalah untuk menghalangi transmisi patogen-patogen kuman dengan cepat dan secara efektif (Carl A Osborne, 2008). Kebersihan tangan yang tidak memenuhi syarat juga berkontribusi menyebabkan penyakit terkait makanan, seperti Salmonella dan infeksi E. Coli. Menurut data CDC and The American Society for Microbiology (2005).Menurut Iswara (2007), mencuci tangan dalam upaya peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sangatlah penting dan mudah dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Mencuci tangan menjadi penting jika ditinjau dari: Kulit tangan banyak kontak dengan berbagai aktivitas, benda dan lingkungan. Kuman dapat terdapat dikulit jari, sela kuku, kulit telapak tangan. Kontak mulut dan tangan saat makan/minum. Dapat menimbulkan penyakit saluran cerna. Menurut Depkes 2009 waktu yang tepat cuci tangan pakai sabun dan cara cuci tangan yang benar :a) Waktu Yang Tepat Cuci Tangan Pakai sabun : Sebelum makan Sesudah membersihkan anak BAB Sebelum menyiapkan makanan Sebelum memegang bayi Sesudah buang air besarb) Cara Cuci Tangan Yang BenarMencuci tangan yang benar harus menggunakan sabun dan di bawah air yang mengalir. Sedangkan menurut Depkes (2009) langkah-langkah teknik mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut. Basahi tangan dengan air di bawah kran atau air mengalir. Ambil sabun cair secukupnya untuk seluruh tangan. Gosokkan kedua telapak tangan. Gosokkan sampai ke ujung jari. Telapak tangan kanan menggosok punggung tangan kiri (atau sebaliknya) dengan jari-jari saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan kiri. Gosok sela-sela jari tersebut. Lakukan sebaliknya. Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling mengunci. Usapkan ibu jari tangan kanan dengan telapak kiri dengan gerakan berputar. Lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri. Gosok telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan gerakan ke depan, ke belakang dan berputar. Lakukan sebaliknya. Pegang pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan lakukan gerakan memutar. Lakukan pula untuk tangan kiri. Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir Keringkan tangan dengan menggunakan tissue dan bila menggunakan kran, tutup kran dengan tissue.

3) Bahaya Jika Tidak Mencuci Tangan Disamping manfaat secara kesehatan yang telah terbukti, banyak orang tidak melakukannya sesering yang seharusnya bahkan setelah ke kamar mandi. Jika tidak mencuci tangan memakai sabun, kita dapat menginfeksi diri sendiri terhadap kuman dengan menyentuh mata, hidung atau mulut. Dan kita juga dapat menyebarkan kuman ke orang lain dengan menyentuh mereka atau dengan menyentuh permukaan yang mereka sentuh juga seperti handel pintu. Penyakit infeksi umumnya menyebar melalui kontak tangan ke tangan termasuk demam biasa (common cold), flu dan beberapa kelainan sistem pencernaan seperti diare. Kebersihan tangan yang kurang juga menyebabkan penyakit terkait makanan seperti infeksi Salmonella dan E.coli. Beberapa mengalami gejala yang mengganggu seperti mual, muntah, diare. (Lestari, 2008).3. DIAREa. Definisi Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam (Ciesla et al, 2003). Menurut WHO (2006) diare adalah keluarnya tinja yang lunak atau cair dengan frekuensi 3x atau lebih perhari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.b. EpidemiologiPenyakit diare adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh dunia, yang menyebabkan satu biliun kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya. Di Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahun, pada 16,5 juta anak sebelum usia 5 tahun (Berhman, 2000).Insidensi diare di Indonesia pada tahun 2000 adalah 301 per 1000 penduduk untuk semua golongan umur dan 1,5 episode setiap tahunnya untuk golongan umur balita (Kemenkes RI, 2011).Prevalensi diare dalam Riskesdas 2007 adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di Provinsi NAD (18,9%) dan terendah di DI Yogyakarta (4,2%). Beberapa provinsi mempunyai prevalensi diare klinis >9% (NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tengara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua). Menurut data 10 besar penyakit di Puskesmas DTP Langensari Kota Bajar periode Januari-Maret 2014 Diare menempati peringkat keempat dengan jumlah penderita sebesar 120 pasien. c. EtiologiMenurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab:1) Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas.2) Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus.3) Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis.4) Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas, imunodefisiensi, kesulitan makan, dll.d. Cara Penularan Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yakni melalui makanan atau minuman yang telah tercemar oleh kuman atau kontak langsung tangan penderita maupun tidak langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger).

e. Faktor Risiko 1) Faktor perilaku Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan Makanan Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum memberi ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak. Penyimpanan makanan yang tidak higienis2) Faktor lingkungan Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi Cuci Kakus (MCK). Kebersihan lingkungan dan pribadi yang burukDisamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak (Kemenkes RI, 2011).

e. Klasifikasi Diare1) Berdasarkan lamanya diare:a) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung 7 hari.b) Diare melanjut, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 7 hari.c) Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut.

2) Berdasarkan mekanisme patofisiologik:a) Diare sekresi (secretory diarrhea)Diare sekretorik mempunyai karakteristik adanya peningkatan kehilangan banyak air dan elektrolit dari saluran pencernaan. Diare sekretorik terjadi karena adanya hambatan absorpsi Na oleh vilus sntrosit serta peningkatan sekresi Cl oleh Kripte. Na+ masuk ke dalam sel saluran cerna dengan 2 mekanisme pompa Na+, yang memungkinkan terjadi pertukaran Na+-glukosa, Na+-asam amino, Na+-H+ dan prose3s elektrogenik melalui Na channel. Cl- masuk kedalam ileum melalui pertukaran Cl--/HCO3-. Peningkatan sekresi intestinal diperantarai oleh hormone (Vasoactive intestinal polypeptide VIP), toksin dari bakteri (E. coli, Cholera) dan obat-obatan yang dapat mengaktivasi adenil siklase melalui rangsangan pada protein G enterosit. Akan terjadi peningkatan cyclic AMP intraseluler pada mukosa intestinal akan mengaktifasi protein signaling tertentu, akan membuka channel chloride. Stimulasi sekresi khlorida merupakan respon pada toksin cholera atau cholera-like toxin yang diperantarai oleh peningkatan konsentrasi cAMP. Enterotoksin lain akan meningkatkan sekresi intestinal dengan meningkatkan cGMP atau konsentrasi kalsium intraseluler. Nitric-oxide diduga berperan dalam pengendalian sekresi Cl.Peningkatan sekresi pada sel kripte dengan hasil akhir berupa peningkatan sekresi cairan yang melebihi kemampuan absorpsi maksimum dari kolon dan berakibat adanya diare. Pada diare sekretorik biasanya pengeluaran tinja dalam jumlah besar, menetap meskipun dipuasakan dan memiliki komposisi elektrolit yang isotonic. Osmolaritas tinja isotonic dengan plasma. Tipe diare ini banyak terjadi pada diare yang disebabkan oleh infeksi, misalnya akibat enterotoksin Kolera, E. coli, dll.

b) Diare osmotic (osmotic diarrhea)Pada diare osmotic didapatkan substansi intraluminal yang tidak dapat diabsorpsi dan menginduksi sekresi cairan. Biasanya keadaan ini berhubungan dengan terjadinya kerusakan dari mukosa saluran cerna. Akumulasi dari zat yang tidak dapat diserap, misalnya magnesium (laksan, antacid), karbohidrat atau asam amino lumen usus di dalam lumen usus menyebabkan peningkatan tekanan osmotikl intraluminal, sehingga terjadi pergeseran cairan plasma ke intestinal. Akumulasi karbohidrat merupakan salah satu contoh dari tipe diare ini dan paling sering terjadi. Karbohidrat seperti laktosa, sukrosa, glukosa, dan galaktosa dalam jumlah cukup besar di intestinal dapat disebabkan oleh gangguan transportasi baik kongenital maupun didapat. Misalnya pada laktosa intoleransi, terjadi penurunan fungsi enzim lactase dari brush border usus halus. Laktosa tidak dapat dipecah sehingga tidak dapat diabsorpsi. Laktosa yang tidak tercerna menarik air dalam lumen sehingga terjadi diare. Defisiensi enzim lactase dapat terjadi primer maupun sekunder.Berkurangnya atau tidak adanya enzim pankreatik dan gangguan asam empedu dapat menjadi salah satu penyebab diare osmotic, contohnya pada crhondisease di ileum terminal. pada penyakit ini, ileum terminal tidak dapat mengabrorpsi asam empedu dengan baik, sehingga mengakibatkan berkurangnya cadangan asam empedu dan mengganggu penyerapan lemak. Timbunan lemak yang tidak terabsopsi akan meningkatkan tekanan osmotic intraluminal dan akhirnya menimbulkan diare.

f. Manifestasi KlinisManifestasi Klinis dari diare umumnya berupa gejala gastrointestinal seperti kram perut, dan muntah BAB cair lebih dari 3 kali dalam sehari. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit akan pada keadaan muntah dan demam, sehingga dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik.

g. Diagnosis 1) Anamnesis Pasien dengan diare akut, keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari. Diare karena kelainan kolon, biasanya tinja berjumlah kecil, sering, bercampur darah dan ada sensasi ingin ke belakang. Pasien dengan diare akut infektif biasanya datang dengan keluhan mual, muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering, malabsorptif, atau berdarah tergantung bakteri patogen yang spesifik. Muntah beberapa jam setelah makan, curiga keracunan makanan karena toksin.2) Pemeriksaan FisisPemeriksaan fisis yang perlu dilakukan adalah :a) Tanda vital (berat badan, suhu tubuh, nadi, pernapasan serta tekanan darah).b) Tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen, ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak, ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.c) Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi

Tabel : Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 2011PenilaianABC

Lihat:

Keadaan umumBaik, sadar*Gelisah, rewel*Lesu, lunglai, atau tidak sadar

MataNormalCekungSangat cekung dan kering

Air mataAdaTidak adaTidak ada

Mulut dan lidahBasahKeringSangat kering

Rasa hausMinum biasa tidak haus*haus, ingin minum banyak*malas minum atau tidak bisa minum

Periksa: turgor kulitKembali cepat*kembali lambat*kembali sangat lambat

Hasil pemeriksaan:Tanpa DehidrasiDehidrasi ringan/sedangBila ada 1 tanda * ditambah 1 atau lebih tanda lainDehidrasi beratBila ada 1 tanda * ditambah 1 atau lebih tanda lain

TerapiRencana Terapi ARencana Terapi BRencana Terapi C

Cara membaca tabel untuk menentukan kesimpulan derajat dehidrasi : Baca tabel penilaian derajat dehidrasi dari kolom kanan ke kiri (C ke A). Kesimpulan derajat dehidrasi penderita ditentukan dari adanya 1 gejala kunci (yang diberi tanda bintang) ditambah minimal 1 gejala yang lain (minimal 1 gejala) pada kolom yang sama.

h. Penatalaksanaan Penatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare) Menurut Kemenkes RI (2011), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDI) dengan rekomendasi WHO. Program LINTAS DIARE tersebut antara lain:1) Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat diberikan oralit osmolaritas rendah, bila tidak ada bias gunakan air tajin, kuah sayur, air matang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).1. Diare tanpa dehidrasi Umur < 1 tahun : - gelas setiap kali anak mencret Umur 1 4 tahun : - 1 gelas setiap kali anak mencret Umur diatas 5 Tahun : 1 1 gelas setiap kali anak mencret2. Diare dengan dehidrasi ringan sedangDosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.3. Diare dengan dehidrasi beratPenderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus. (Kemenkes RI, 2011)2) Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turutZinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011). Pemberian Zinc selama diare dapat mengurangi frekuensi BAB, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare. Dosis pemberian Zinc pada balita: Umur < 6 bulan : tablet (10 mg) per hari selama 10 hari Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian: Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang, sesudah larut berikan pada anak diare (Kemenkes RI, 2011).3) Antibiotik SelektifKecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri menyebabkan pemberian antibiotic tidak boleh digunakan secara rutin. Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat.

B. KERANGKA TEORIDIARE

DIARE DEWASADIARE ANAKDIARE BALITA

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DIARE

Faktor Infeksia. Infeksi Parentalb. Infeksi EnteralFaktor Umur

Faktor Perilakuk) Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatanl) Memberi ASI ekslusifm) Menimbang balita setiap bulann) Menggunakan air bersih o) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabunp) Menggunakan jamban sehatq) Memberantas jentik di rumah sekali seminggur) Makan buah dan sayur setiap haris) Melakukan aktifitas fisik setiap harit) Tidak merokok di dalam rumah

Faktor Lingkungana. Ketersediaan sumber air bersihb. Ketersediaan jamban keluarga

C. KERANGKA KONSEPVariabel Dependent Variabel Independent

Cuci tangan dengan air bersih dan sabunKejadian diare

D. HIPOTESISBerdasarkan kerangka konsep penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:Ada hubungan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dengan angka kejadian diare pada masyarakat dusun purwodadi desa waringinsari, kecamatan langensari, kota banjar tahun 2014.