BAB II
-
Upload
dhisazainita -
Category
Documents
-
view
213 -
download
0
description
Transcript of BAB II
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Tinjauan Teoritik
A.1Tinjauan Umum tentang ISPA
Istilah ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran pernapasan
Akut dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya
Mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga
menimbulkan penyakit. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari
hidung hingga Alveoli beserta organ Adneksanya seperti sinus, rongga
telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung
sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses
akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam
ISPA, proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. Sedangkan
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(Alveoli). Terjadi pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan
proses infeksi akut pada Bronkus disebut Broncho pneumonia.4
Berdasarkan pengertian di atas, maka ISPA adalah proses infeksi
akut berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme
dan menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai
dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk
jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.4,5
Untuk kepentingan pencegahan dan pemberantasan, maka penyakit
ISPA dapat diketahui menurut :
a. Lokasi Anatomik
Penyakit ISPA dapat dibagi dua berdasarkan lokasi anatominya,
yaitu : ISPA atas dan ISPA bawah. Contoh ISPA atas adalah batuk
pilek (common cold), Pharingitis, Tonsilitis, Otitis, Ffluselesmas,
radang tenggorok, Sinusitis dan lain-lain yang relatif tidak berbahaya.
ISPA bawah diantaranya Bronchiolitis dan pneumonia yang sangat
berbahaya karena dapat menyebabkan kematian.4,5
5
b. Klasifikasi penyakit
Penyakit ISPA juga dibedakan berdasarkan golongan umur, yaitu :
1) Kelompok umur kurang dari 2 bulan, dibagi atas : pneumonia berat
dan bukan pneumonia. Pneumonia berat ditandai dengan adanya
napas cepat (Fast breathing), yaitu frekuensi pernapasan sebanyak
60 kali permenit atau lebih, atau adanya tarikan kuat pada dinding
dada bagian bawah ke dalam (Severe chest indrawing), sedangkan
bukan pneumonia bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian
bawah dan tidak ada nafas cepat.
2) Kelompok umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun dibagi atas :
pnemonia berat, pnemonia dan bukan pnemonia. Pneumonia berat,
bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam pada waktu anak menarik napas. Pneumonia
didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernapas disertai
adanya napas cepat sesuai umur, yaitu 40 kali permenit atau lebih.
Bukan pneumonia, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada
bagian bawah dan tidak ada napas cepat. .4,5
c. Tanda dan Gejala
Dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA (P2
ISPA) kriteria untuk menggunakan pola tatalaksana penderita ISPA
adalah balita, ditandai dengan adanya batuk dan atau kesukaran
bernapas disertai adanya peningkatan frekwensi napas (napas cepat)
sesuai golongan umur. Dalam penentuan klasifikasi penyakit dibedakan
atas dua kelompok yaitu umur kurang dari 2 bulan dan umur 2 bulan
sampai kurang dari 5 tahun.
Klasifikasi pneumonia berat didasarkan pada adanya batuk dan
atau kesukaran pernapasan disertai napas sesak atau tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam (chest indrawing) pada anak usia 2 bulan
sampai kurang dari 5 tahun. Untuk kelompok umur kurang dari 2 bulan
diagnosis pneumonia berat ditandai dengan adanya napas cepat (fast
breathing) dimana frekwensi napas 60 kali permenit atau lebih, dan
6
atau adanya tarikan yang kuat dinding dada bagian bawah ke dalam
(severe chest indrawing).
Bukan pneumonia apabila ditandai dengan napas cepat tetapi
tidak disertai tarikan dinding dada ke dalam. Bukan pneumonia
mencakup kelompok penderita dengan batuk pilek biasa yang tidak
ditemukan adanya gejala peningkatan frekuwensi napas dan tidak
ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah kedalam.4,5
Ada beberapa tanda klinis yang dapat menyertai anak dengan
batuk yang dikelompokkan sebagai tanda bahaya :
1) Tanda dan gejala untuk golongan umur kurang dari 2 bulan yaitu
tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor (ngorok),
wheezing (bunyi napas), demam.
2) Tanda dan gejala untuk golongan umur 2 bulan sampai kurang 5
tahun yaitu tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor.
d. Penyebab Terjadinya ISPA
Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti
bakteri, virus, mycoplasma, jamur dan lain-lain. ISPA bagian atas
umumnya disebabkan oleh Virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat
disebabkan oleh bakteri , virus dan mycoplasma. ISPA bagian bawah
yang disebabkan oleh bakteri umumnya mempunyai manifestasi klinis
yang berat sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam
penanganannya.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus streptcocus,
Stapilococcus, Pneumococcus, Hemofillus, Bordetella dan
Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan
Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma,
Herpesvirus dan lain-lain.4,5,6
e. Faktor Risiko ISPA
Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, laki -laki
lebih banyak terserang penyakit ISPA karena mayoritas orang laki-laki
7
merupakan perokok dan sering berkendaraan, sehingga mereka sering
terkena polusi udara.
Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai negara termasuk
Indonesia dan berbagai publikasi ilmiah, dilaporkan berbagai faktor
baik untuk meningkatkan insiden (Morbiditas) maupun kematian
(Mortalitas) akibat pneumonia.
Berbagai faktor risiko yang meningkatkan kematian akibat
pneumonia adalah umur di bawah 2 bulan, tingkat sosial ekonomi
rendah, gizi kurang, berat badan lahir rendah, tingkat pendidikan ibu
rendah, tingkat jangkauan pelayanan kesehatan rendah, imunisasi yang
tidak memadai, menderita penyakit kronis dan aspek kepercayaan
setempat dalam praktek pencarian pengobatan yang salah.4,5,6
f. Penatalaksanaan Penderita ISPA
Kriteria yang digunakan untuk pola tatalaksana penderita ISPA
pada balita adalah balita dengan gejala batuk dan atau kesukaran
bernapas. Pola tata laksana penderita pneumonia terdiri dari 4 bagian
yaitu :
1) Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan untuk mengidentifikasi gejala yang ada
pada penderita.
2) Penentuan ada tidaknya tanda bahaya
Tanda bahaya, pada bayi umur kurang dari 2 bulan adalah tidak bisa
minum, kejang, kesadaran menurun, Stridor, Wheezing, demam atau
dingin.Tanda bahaya pada umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun
adalah tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, Stridor dan
gizi buruk.
3) Tindakan dan Pengobatan
Pada penderita umur kurang dari 2 bulan yang terdiagnosa
pneumonia berat, harus segera dibawa ke sarana rujukan dan diberi
antibiotik 1 dosis.
8
Pada penderita umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun yang
terdiagnosa pneumonia dapat dilakukan perawatan di rumah,
pemberian antibiotik selama 5 hari, pengontrolan dalam 2 hari atau
lebih cepat bila penderita memburuk, serta pengobatan demam dan
yang ada (Anonim, 2002).
Penderita di rumah untuk penderita pneumonia umur 2 bulan
sampai kurang dari 5 tahun, meliputi :
a) Pemberian makanan yang cukup selama sakit dan menambah
jumlahnya setelah sembuh.
b) Pemberian cairan dengan minum lebih banyak dan
meningkatkan pemberian ASI.
c) Pemberian obat pereda batuk dengan ramuan yang aman dan
sederhana.4,5
Penderita umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun yang terdiagnosa
pneumonia berat harus segera dikirim ke sarana rujukan, diberi antibiotik 1
dosis serta analgetik sebagai penurun demam dan wheezing yang ada.
Penderita yang diberi antibiotik, pemeriksaan harus kembali
dilakukan dalam 2 hari. Jika keadaan penderita membaik, pemberian
antibiotik dapat diteruskan. Jika keadaan penderita tidak berubah,
antibiotik harus diganti atau penderita dikirim ke sarana rujukan. Jika
keadaan penderita memburuk, harus segera dikirim ke sarana rujukan.
Obat yang digunakan untuk penderita pneumonia adalah tablet
kotrimoksasol 480 mg, tablet kotrimoksasol 120 mg, tablet parasetamol
500 mg dan tablet parasetamol 100 mg .4,5,6
A.2. Tinjauan tentang Lingkuangan
Berdasarkan teori HL Blum, terjadinya suatu penyakit dapat
dipengaruhi beberapa faktor antara lain; lingkungan, kependudukan,
genetik, dan sarana pelayanan kesehatan. Lingkungan merupakan salah
satu faktor yang sangat berpengaruh, terutama lingkungan hunian. Hal ini
9
sejalan dengan kriteria rumah sehat menurut American Public Health
Asociation (APHA), yaitu:
a. Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat
dipelihara atau dipertahankan temperatur lingkungan yang penting
untuk mencegah bertambahnya panas atau kehilangan panas secara
berlebihan. Sebaiknya temperatur udara dalam ruangan harus lebih
rendah paling sedikit 4°C dari temperatur udara luar untuk daerah
tropis. Umumnya temperatur kamar 22°C - 30°C sudah cukup segar.
b. Rumah tersebut harus terjamin pencahayaannya yang dibedakan atas
cahaya matahari (penerangan alamiah) serta penerangan dari nyala api
lainnya (penerangan buatan). Semua penerangan ini harus diatur
sedemikian rupa sehingga tidak terlalu gelap atau tidak menimbulkan
rasa silau.
c. Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna sehingga
aliran udara segar dapat terpelihara. Luas lubang ventilasi tetap,
minimum 5% dari luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi
insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5% luas lantai
sehingga jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai ruangan. Ini
diatur sedemikian rupa agar udara yang masuk tidak terlalu deras dan
tidak terlalu sedikit.
d. Rumah tersebut harus dapat melindungi penghuni dari gangguan
bising yang berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan
kesehatan baik langsung maupun dalam jangka waktu yang relatif
lama. Gangguan yang dapat muncul antara lain gangguan fisik seperti
kerusakan alat pendengaran dan gangguan mental seperti mudah
marah dan apatis.
e. Rumah tersebut harus memiliki luas yang cukup untuk aktivitas dan
untuk anak-anak dapat bermain. Hal ini penting agar anak mempunyai
10
kesempatan bergerak, bermain dengan leluasa di rumah agar
pertumbuhan badannya akan lebih baik, juga agar anak tidak bermain
di rumah tetangganya, di jalan atau tempat lain yang membahayakan.
f. Melindungi dari penyakit. Rumah tersebut harus dibangun
sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuninya dari
kemungkinan penularan penyakit atau zat-zat yang membahayakan
kesehatan. Dari segi ini, maka rumah yang sehat adalah rumah yang di
dalamnya tersedia air bersih yang cukup dengan sistem perpipaan
seperti sambungan atau pipa dijaga jangan sampai sampai bocor
sehingga tidak tercemar oleh air dari tempat lain. Rumah juga harus
terbebas dari kehidupan serangga dan tikus, memiliki tempat
pembuangan sampah, pembuangan air limbah serta pembuangan tinja
yang memenuhi syarat kesehatan.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2002),
Parameter dan Indikator Penilaian Rumah Sehat lingkup penilaian rumah
sehat mencakup kelompok komponen rumah, sarana sanitasi dan perilaku
penghuni.
1. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai,
jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi,
sarana pembuangan asap dapur dan pencahayaan.
2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana
pembuangan kotoran, saluran pembuangan air limbah, sarana tempat
pembuangan sampah.
3. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela kamar tidur,
membuka jendela ruang keluarga, membersihkan rumah dan halaman,
membuang tinja bayi dan balita ke jamban, membuang sampah pada
tempat sampah.
Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat
adalah sebagaimana yang tercantum dalam Kepmenkes Nomor
11
829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.
Banyaknya ruang dalam sebuah rumah menyesuaiakan dengan jumlah
penghuni yang ada. Adapun ruang yang terdapat di dalam sebuah rumah
misalnya:
a. Ruang untuk istirahat/tidur (ruang tidur)
Rumah yang sehat harus mempunyai ruang khusus untuk tidur. Ruang
tidur ini biasanya digunakan sekaligus untuk ruang ganti pakaian, dan
ditempatkan di tempat yang cukup tenang, tidak gaduh, jauh dari
tempat bermain anak-anak. Diusahakan agar ruang tidur mendapat
cukup sinar matahari. Agar terhindar dari penyakit saluran pernafasan,
maka luas ruang tidur minimal 9 m2 untuk setiap orang yang berumur
diatas 5 tahun atau untuk orang dewasa dan 4 ½ m2 untuk anak-anak
berumur dibawah 5 tahun. Luas lantai minimal 3 ½ m2 untuk setiap
orang, dengan tinggi langit-langit tidak kurang dari 2 ¾ m.
b. Ruang dapur
Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena asap dari hasil
pembakaran dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan.
Ruang dapur harus memiliki ventilasi yang baik agar udara/asap dari
dapur dapat teralirkan keluar (ke udara bebas). Luas dapur minimal 4
m2 dan lebar minimal 1,5 m. Di dapur harus tersedia alat-alat
pengolahan makanan, alat-alat memasak, tempat cuci peralatan serta
tempat penyimpanannya. Tersedia air bersih yang memenuhi syarat
kesehatan dan mempunyai sisitem pembuangan air kotor yang baik,
serta mempunyai tempat pembuangan sampah sementara yang
baik/tertutup. Selain itu dapur harus tersedia tempat penyimpanan
bahan makanan atau makanan yang siap disajikan. Tempat ini harus
terhindar dari gangguan serangga (lalat) dan tikus. Oleh karena itu
ruangan harus bebas serangga dan tikus. Ruang dapur harus dilengkapi
sarana pembuangan asap.
Asap Dapur
12
Gangguan saluran pernapasan yang diderita masyarakat selain
disebabkan oleh infeksi kuman juga disebabkan adanya pencemaran
udara yang terdapat dalam rumah, kebanyakan karena asap dapur.
Pencemaran udara dalam rumah yang berasal dari aktivitas
penghuninya antara lain : pengguna bahan bakar biomassa untuk
memasak maupun memanaskan ruangan, asap rokok, pengguna
insektisida semprot maupun bakar dan penggunaan bahan bangunan
sintesis seperti cat dan asbes.
c. Kamar mandi/W.C
Lantai kamar mandi dan jamban harus kedap air dan selalu
terpelihara kebersihannya agar tidak licin. Dinding minimal setinggi 1
½ m dari lantai. Setiap kamar mandi dan jamban yang letaknya di
dalam rumah, diusahakan salah satu dindingnya yang berlubang
ventilasi harus berhubungan langsung dengan bagian luar rumah. Bila
tidak, ruang/kamar mandi dan jamban ini harus dilengkapi dengan alat
penyedot udara untuk mengeluarkan udara dari kamar mandi dan
jamban tersebut keluar, sehingga tidak mencemari ruangan lain (bau
dari kamar mandi dan W.C.) Jumlah kamar mandi harus cukup sesuai
dengan jumlah penghuni rumah. Selain itu kebersihannya harus selalu
terjaga. Jamban harus berleher angsa dan 1 jamban tidak boleh
dipergunakan untuk lebih dari 7 orang.
Selain itu diatas, beberapa faktor fisik juga harus diperhatikan dari
sebuah rumah antara lain:
Pencahayaan
Pencahayaan dalam ruangan dapat berupa pencahayaan alami dan atau
buatan, yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat menerangi
seluruh ruangan. Intensitas minimal pencahayaan dalam ruangan adalah
60 lux dan tidak menyilaukan.
Kualitas udara
Kualitas udara dalam ruangan tidak boleh melebihi ketentuan sebagai
berikut:
13
a. Suhu udara nyaman berkisar 18° sampai 30° C
b. Kelembapan udara berkisar antara 40% sampai 70%
c. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
d. Pertukaran udara (air exchange rate) = 5 kaki kubik per menit per
penghuni
e. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam
f. Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m3
Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10%
dari luas lantai. Menurut Sanropie (1989), ventilasi sangat penting
untuk suatu rumah tinggal. Hal ini karena ventilasi mempunyai fungsi
ganda. Fungsi pertama sebagai lubang masuk udara yang bersih dan
segar dari luar ke dalam ruangan dan keluarnya udara kotor dari dalam
keluar (cross ventilation). Dengan adanya ventilasi silang (cross
ventilation) akan terjamin adanya gerak udara yang lancar dalam
ruangan. Fungsi kedua dari ventilasi adalah sebagai lubang masuknya
cahaya dari luar seperti cahaya matahari, sehingga didalam rumah tidak
gelap pada waktu pagi, siang hari maupun sore hari. Oleh karena itu
untuk suatu rumah yang memenuhi syarat kesehatan, ventilasi mutlak
harus ada.
Binatang penular penyakit Di dalam rumah tidak boleh ada tikus yang
bersarang.
Air
Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/hari/orang.
Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan atau
air minum sesuai perundang-undangan yang berlaku.
Limbah
Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah. Limbah
padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, pencemaran terhadap
permukaan tanah, serta air tanah.
14
Sarana Sanitasi Rumah
Dilihat dari aspek sanitasi, maka beberapa sarana lingkungan yang
berkaitan dengan perumahan sehat adalah sebagai berikut:
Sarana air bersih dan air minum
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila
telah dimasak sesuai Peraturan Menteri Kesehatan
No.416/MENKES/PER/IX/1990 (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 1990). Air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum dan berasal dari penyediaan air minum sesuai
Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002).
Sarana air bersih adalah semua sarana yang dipakai sebagai sumber
air bagi penghuni rumah yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Hal
yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sarana air bersih antara lain (a)
jarak antara sumber air dengan sumber pengotoran (seperti septik tank,
tempat pembuangan sampah, air limbah) minimal 10 meter, (b) pada
sumur gali sedalam 10 meter dari permukaan tanah dibuat kedap air
dengan pembuatan cincin dan bibir sumur, (c) penampungan air hujan
pelindung air, sumur artesis atau terminal air atau perpipaan/kran atau
sumur gali terjaga kebersihannya dan dipelihara rutin.
Saluran Pembuangan Air Limbah
Air limbah atau air kotor atau air bekas ialah air yang tidak bersih
dan mengandung pelbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan
manusia, hewan dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia.
Jamban/kakus
Tempat Sampah
Usaha yang diperlukan agar sampah tidak membahayakan kesehatan
manusia adalah perlunya dilakukan pengelolaan terhadap sampah, seperti
penyimpanan (storage), pengumpulan (collection), dan pembuangan
(disposal). Tempat sampah tiap-tiap rumah, isinya cukup 1 meter kubik.
15
Tempat sampah sebaiknya tidak ditempatkan di dalam rumah atau di pojok
dapur, karena akan menjadi gudang makanan bagi tikus-tikus dan rumah
menjadi banyak tikusnya. Tempat sampah yang baik harus memenuhi
kriteria, antara lain (a) terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan
tidak mudah rusak, (b) harus mempunyai tutup sehingga tidak menarik
serangga atau binatang-binatang lainnya, dan sangat dianjurkan agar tutup
sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan, (c)
ditempatkan di luar rumah. Bila pengumpulannya dilakukan oleh
pemerintah, tempat sampah harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
karyawan pengumpul sampah mudah mencapainya
Kebiasaan Merokok Dalam Rumah
Kesehatan yang kian mengkuatirkan di Indonesia adalah semakin
banyaknya jumlah perokok yang berarti semakin banyak penderita
gangguan kesehatan akibat merokok ataupun menghirup asap rokok (bagi
perokok pasif) yang umumnya adalah perempuan dan anak-anak. Hal ini
tidak bisa dianggap sepele karena beberapa penelitian memperlihatkan
bahwa justru perokok pasiflah yang mengalami risiko lebih besar daripada
perokok sesungguhnya.
Asap rokok yang diisap oleh perokok adalah asap mainstream
sedangkan asap dari ujung rokok yang terbakar dinamakan asap
sidestream. Polusi udara yang diakibatkan oleh asap sidestream dan asap
mainstream yang sudah terekstrasi dinamakan asap tangan kedua atau asap
tembakau lingkungan. Mereka yang menghisap asap inilah yang
dinamakan perokok pasif atau perokok terpaksa.
Terdapat seorang perokok atau lebih dalam rumah akan memperbesar
risiko anggota keluarga menderita sakit, seperti gangguan pernapasan,
memperburuk asma dan memperberat penyakit angina pectoris serta dapat
meningkatkan resiko untuk mendapat serangan ISPA khususnya pada
balita. Anak-anak yang orang tuanya perokok lebih mudah terkena
16
penyakit saluran pernapasan seperti flu, asma pneumonia dan penyakit
saluran pernapasan lainnya. Gas berbahaya dalam asap rokok merangsang
pembentukan lendir, debu dan bakteri yang tertumpuk tidak dapat
dikeluarkan, menyebabkan bronchitis kronis, lumpuhnya serat elastin di
jaringan paru mengakibatkan daya pompa paru berkurang, udara tertahan
di paru-paru dan mengakibatkan pecahnya kantong udara.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objekPengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo,
2003). Pengetahuan akan melahirkan perilaku kesehatan yang baik, kaena
dengan tingkat pengetahuan yang memadai diharapkan masyarakat akan
dapat menerapkannya dalam sebuah perilaku yang menddukung
kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan mempunyai enam
tingkatan, antara lain:
1. Tahu (know)
2. Memahami (comprehension)
3. Aplikasi (application)
4. Analisis (analysis)
5. Sintesis (synthesis)
6. Evaluasi (evaluation)
Sikap
Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecendrungan untuk
berespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, obyek atau situasi
tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang,
benci, sedih, dsb), disamping itu komponen kognitif (pengetahuan tentang
obyek itu) serta aspek konatif (kecenderungan bertindak). Dalam hal ini
pengertian sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang
masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek Sikap mempunyai tiga
komponen pokok, yaitu:
17
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional unutk evaluasi terhdap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).
A.3.Tinjauan tentang pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan memiliki peran vital terhadap derajat kesehatan
masyarakat. Tersedianya puskesmas dengan tenaga kesehatan yang
kompeten serta sarana dan prasarana yang mencukkupi akan memudahkan
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat sekitar. Hal tersebut akan dapat
berlangsung dengan baik jika didukung adanya aksesabilitas oleh
masyarakat setempat terhadap sarana pelayanan kesehatan yang ada dan
dengan didukung kebijakan publik yang berorientasi pada peningkatan
derajat kesehatan masyarakat.
Upaya pelayanan kesehatan yang dapat diberikan oleh saran
pelayanan kesehatan tak hanya terbatas pada kuratif, melainkan juga
mencakup upaya promotif, preventif, serta rehabilitatif. Kegiatan promotif
memiliki andil yang cukup besar dalam membangun pengetahuan
masyarakat yang baik akan kesehatan sehingga pada khirnya diharapkan
akan mendasari lahirnya sikap dan perilaku hidup sehat yang lenih
langgeng.(notoatmojdo)
18
B. Kerangka Teori (HL BLUM)
19
Tidak membuka jendela
Tidak menutup mulut saat batuk
Meludah di sembarang tempat
Kebiasan membersihkan rumah
Genetik Pelayanan Kesehatan
ISPA
Pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat
Asap pembakaran sampah
Jendela yanng tidak memenuhi syarat
Ventilasi yang tidak memenuhi syarati
Asap rokok
Asap dapur
Pekarangan tak dimanfaatkan
Penyediaan O2 oleh tumbuhna hijau
Sosial ekonomi
Usia
Pengetahuan
C. Kerangka Konsep
D. Hipotesis
1. Ada hubungan antara faktor faktor risiko dengan kejadian ISPA
20
Tidak membuka jendela
Tidak menutup mulut saat batuk
Meludah di sembarang tempat
Kebiasan membersihkan rumah
ISPA
Pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat
Asap pembakaran sampah
Jendela yanng tidak memenuhi syarat
Ventilasi yang tidak memenuhi syarati
Asap rokok
Asap dapur
Pekarangan tak dimanfaatkan
Penyediaan O2 oleh tumbuhna hijau
Sosial ekonomi
Usia
Pengetahuan