BAB II

25
BAB II Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Teoritik A.1 Tinjauan Umum tentang ISPA Istilah ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran pernapasan Akut dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya Mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan penyakit. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga Alveoli beserta organ Adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA, proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. Sedangkan Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (Alveoli). Terjadi pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada Bronkus disebut Broncho pneumonia. 4 Berdasarkan pengertian di atas, maka ISPA adalah proses infeksi akut berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari 5

description

plant survey

Transcript of BAB II

Page 1: BAB II

BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Tinjauan Teoritik

A.1Tinjauan Umum tentang ISPA

Istilah ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran pernapasan

Akut dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya

Mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga

menimbulkan penyakit. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari

hidung hingga Alveoli beserta organ Adneksanya seperti sinus, rongga

telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung

sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses

akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam

ISPA, proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. Sedangkan

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

(Alveoli). Terjadi pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan

proses infeksi akut pada Bronkus disebut Broncho pneumonia.4

Berdasarkan pengertian di atas, maka ISPA adalah proses infeksi

akut berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme

dan menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai

dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk

jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.4,5

Untuk kepentingan pencegahan dan pemberantasan, maka penyakit

ISPA dapat diketahui menurut :

a. Lokasi Anatomik

Penyakit ISPA dapat dibagi dua berdasarkan lokasi anatominya,

yaitu : ISPA atas dan ISPA bawah. Contoh ISPA atas adalah batuk

pilek (common cold), Pharingitis, Tonsilitis, Otitis, Ffluselesmas,

radang tenggorok, Sinusitis dan lain-lain yang relatif tidak berbahaya.

ISPA bawah diantaranya Bronchiolitis dan pneumonia yang sangat

berbahaya karena dapat menyebabkan kematian.4,5

5

Page 2: BAB II

b. Klasifikasi penyakit

Penyakit ISPA juga dibedakan berdasarkan golongan umur, yaitu :

1) Kelompok umur kurang dari 2 bulan, dibagi atas : pneumonia berat

dan bukan pneumonia. Pneumonia berat ditandai dengan adanya

napas cepat (Fast breathing), yaitu frekuensi pernapasan sebanyak

60 kali permenit atau lebih, atau adanya tarikan kuat pada dinding

dada bagian bawah ke dalam (Severe chest indrawing), sedangkan

bukan pneumonia bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian

bawah dan tidak ada nafas cepat.

2) Kelompok umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun dibagi atas :

pnemonia berat, pnemonia dan bukan pnemonia. Pneumonia berat,

bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian

bawah ke dalam pada waktu anak menarik napas. Pneumonia

didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernapas disertai

adanya napas cepat sesuai umur, yaitu 40 kali permenit atau lebih.

Bukan pneumonia, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada

bagian bawah dan tidak ada napas cepat. .4,5

c. Tanda dan Gejala

Dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA (P2

ISPA) kriteria untuk menggunakan pola tatalaksana penderita ISPA

adalah balita, ditandai dengan adanya batuk dan atau kesukaran

bernapas disertai adanya peningkatan frekwensi napas (napas cepat)

sesuai golongan umur. Dalam penentuan klasifikasi penyakit dibedakan

atas dua kelompok yaitu umur kurang dari 2 bulan dan umur 2 bulan

sampai kurang dari 5 tahun.

Klasifikasi pneumonia berat didasarkan pada adanya batuk dan

atau kesukaran pernapasan disertai napas sesak atau tarikan dinding

dada bagian bawah kedalam (chest indrawing) pada anak usia 2 bulan

sampai kurang dari 5 tahun. Untuk kelompok umur kurang dari 2 bulan

diagnosis pneumonia berat ditandai dengan adanya napas cepat (fast

breathing) dimana frekwensi napas 60 kali permenit atau lebih, dan

6

Page 3: BAB II

atau adanya tarikan yang kuat dinding dada bagian bawah ke dalam

(severe chest indrawing).

Bukan pneumonia apabila ditandai dengan napas cepat tetapi

tidak disertai tarikan dinding dada ke dalam. Bukan pneumonia

mencakup kelompok penderita dengan batuk pilek biasa yang tidak

ditemukan adanya gejala peningkatan frekuwensi napas dan tidak

ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah kedalam.4,5

Ada beberapa tanda klinis yang dapat menyertai anak dengan

batuk yang dikelompokkan sebagai tanda bahaya :

1) Tanda dan gejala untuk golongan umur kurang dari 2 bulan yaitu

tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor (ngorok),

wheezing (bunyi napas), demam.

2) Tanda dan gejala untuk golongan umur 2 bulan sampai kurang 5

tahun yaitu tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor.

d. Penyebab Terjadinya ISPA

Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti

bakteri, virus, mycoplasma, jamur dan lain-lain. ISPA bagian atas

umumnya disebabkan oleh Virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat

disebabkan oleh bakteri , virus dan mycoplasma. ISPA bagian bawah

yang disebabkan oleh bakteri umumnya mempunyai manifestasi klinis

yang berat sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam

penanganannya.

Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus streptcocus,

Stapilococcus, Pneumococcus, Hemofillus, Bordetella dan

Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan

Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma,

Herpesvirus dan lain-lain.4,5,6

e. Faktor Risiko ISPA

Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, laki -laki

lebih banyak terserang penyakit ISPA karena mayoritas orang laki-laki

7

Page 4: BAB II

merupakan perokok dan sering berkendaraan, sehingga mereka sering

terkena polusi udara.

Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai negara termasuk

Indonesia dan berbagai publikasi ilmiah, dilaporkan berbagai faktor

baik untuk meningkatkan insiden (Morbiditas) maupun kematian

(Mortalitas) akibat pneumonia.

Berbagai faktor risiko yang meningkatkan kematian akibat

pneumonia adalah umur di bawah 2 bulan, tingkat sosial ekonomi

rendah, gizi kurang, berat badan lahir rendah, tingkat pendidikan ibu

rendah, tingkat jangkauan pelayanan kesehatan rendah, imunisasi yang

tidak memadai, menderita penyakit kronis dan aspek kepercayaan

setempat dalam praktek pencarian pengobatan yang salah.4,5,6

f. Penatalaksanaan Penderita ISPA

Kriteria yang digunakan untuk pola tatalaksana penderita ISPA

pada balita adalah balita dengan gejala batuk dan atau kesukaran

bernapas. Pola tata laksana penderita pneumonia terdiri dari 4 bagian

yaitu :

1) Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan untuk mengidentifikasi gejala yang ada

pada penderita.

2) Penentuan ada tidaknya tanda bahaya

Tanda bahaya, pada bayi umur kurang dari 2 bulan adalah tidak bisa

minum, kejang, kesadaran menurun, Stridor, Wheezing, demam atau

dingin.Tanda bahaya pada umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun

adalah tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, Stridor dan

gizi buruk.

3) Tindakan dan Pengobatan

Pada penderita umur kurang dari 2 bulan yang terdiagnosa

pneumonia berat, harus segera dibawa ke sarana rujukan dan diberi

antibiotik 1 dosis.

8

Page 5: BAB II

Pada penderita umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun yang

terdiagnosa pneumonia dapat dilakukan perawatan di rumah,

pemberian antibiotik selama 5 hari, pengontrolan dalam 2 hari atau

lebih cepat bila penderita memburuk, serta pengobatan demam dan

yang ada (Anonim, 2002).

Penderita di rumah untuk penderita pneumonia umur 2 bulan

sampai kurang dari 5 tahun, meliputi :

a) Pemberian makanan yang cukup selama sakit dan menambah

jumlahnya setelah sembuh.

b) Pemberian cairan dengan minum lebih banyak dan

meningkatkan pemberian ASI.

c) Pemberian obat pereda batuk dengan ramuan yang aman dan

sederhana.4,5

Penderita umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun yang terdiagnosa

pneumonia berat harus segera dikirim ke sarana rujukan, diberi antibiotik 1

dosis serta analgetik sebagai penurun demam dan wheezing yang ada.

Penderita yang diberi antibiotik, pemeriksaan harus kembali

dilakukan dalam 2 hari. Jika keadaan penderita membaik, pemberian

antibiotik dapat diteruskan. Jika keadaan penderita tidak berubah,

antibiotik harus diganti atau penderita dikirim ke sarana rujukan. Jika

keadaan penderita memburuk, harus segera dikirim ke sarana rujukan.

Obat yang digunakan untuk penderita pneumonia adalah tablet

kotrimoksasol 480 mg, tablet kotrimoksasol 120 mg, tablet parasetamol

500 mg dan tablet parasetamol 100 mg .4,5,6

A.2. Tinjauan tentang Lingkuangan

Berdasarkan teori HL Blum, terjadinya suatu penyakit dapat

dipengaruhi beberapa faktor antara lain; lingkungan, kependudukan,

genetik, dan sarana pelayanan kesehatan. Lingkungan merupakan salah

satu faktor yang sangat berpengaruh, terutama lingkungan hunian. Hal ini

9

Page 6: BAB II

sejalan dengan kriteria rumah sehat menurut American Public Health

Asociation (APHA), yaitu:

a. Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat

dipelihara atau dipertahankan temperatur lingkungan yang penting

untuk mencegah bertambahnya panas atau kehilangan panas secara

berlebihan. Sebaiknya temperatur udara dalam ruangan harus lebih

rendah paling sedikit 4°C dari temperatur udara luar untuk daerah

tropis. Umumnya temperatur kamar 22°C - 30°C sudah cukup segar.

b. Rumah tersebut harus terjamin pencahayaannya yang dibedakan atas

cahaya matahari (penerangan alamiah) serta penerangan dari nyala api

lainnya (penerangan buatan). Semua penerangan ini harus diatur

sedemikian rupa sehingga tidak terlalu gelap atau tidak menimbulkan

rasa silau.

c. Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna sehingga

aliran udara segar dapat terpelihara. Luas lubang ventilasi tetap,

minimum 5% dari luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi

insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5% luas lantai

sehingga jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai ruangan. Ini

diatur sedemikian rupa agar udara yang masuk tidak terlalu deras dan

tidak terlalu sedikit.

d. Rumah tersebut harus dapat melindungi penghuni dari gangguan

bising yang berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan

kesehatan baik langsung maupun dalam jangka waktu yang relatif

lama. Gangguan yang dapat muncul antara lain gangguan fisik seperti

kerusakan alat pendengaran dan gangguan mental seperti mudah

marah dan apatis.

e. Rumah tersebut harus memiliki luas yang cukup untuk aktivitas dan

untuk anak-anak dapat bermain. Hal ini penting agar anak mempunyai

10

Page 7: BAB II

kesempatan bergerak, bermain dengan leluasa di rumah agar

pertumbuhan badannya akan lebih baik, juga agar anak tidak bermain

di rumah tetangganya, di jalan atau tempat lain yang membahayakan.

f. Melindungi dari penyakit. Rumah tersebut harus dibangun

sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuninya dari

kemungkinan penularan penyakit atau zat-zat yang membahayakan

kesehatan. Dari segi ini, maka rumah yang sehat adalah rumah yang di

dalamnya tersedia air bersih yang cukup dengan sistem perpipaan

seperti sambungan atau pipa dijaga jangan sampai sampai bocor

sehingga tidak tercemar oleh air dari tempat lain. Rumah juga harus

terbebas dari kehidupan serangga dan tikus, memiliki tempat

pembuangan sampah, pembuangan air limbah serta pembuangan tinja

yang memenuhi syarat kesehatan.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2002),

Parameter dan Indikator Penilaian Rumah Sehat lingkup penilaian rumah

sehat mencakup kelompok komponen rumah, sarana sanitasi dan perilaku

penghuni.

1. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai,

jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi,

sarana pembuangan asap dapur dan pencahayaan.

2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana

pembuangan kotoran, saluran pembuangan air limbah, sarana tempat

pembuangan sampah.

3. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela kamar tidur,

membuka jendela ruang keluarga, membersihkan rumah dan halaman,

membuang tinja bayi dan balita ke jamban, membuang sampah pada

tempat sampah.

Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat

adalah sebagaimana yang tercantum dalam Kepmenkes Nomor

11

Page 8: BAB II

829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.

Banyaknya ruang dalam sebuah rumah menyesuaiakan dengan jumlah

penghuni yang ada. Adapun ruang yang terdapat di dalam sebuah rumah

misalnya:

a. Ruang untuk istirahat/tidur (ruang tidur)

Rumah yang sehat harus mempunyai ruang khusus untuk tidur. Ruang

tidur ini biasanya digunakan sekaligus untuk ruang ganti pakaian, dan

ditempatkan di tempat yang cukup tenang, tidak gaduh, jauh dari

tempat bermain anak-anak. Diusahakan agar ruang tidur mendapat

cukup sinar matahari. Agar terhindar dari penyakit saluran pernafasan,

maka luas ruang tidur minimal 9 m2 untuk setiap orang yang berumur

diatas 5 tahun atau untuk orang dewasa dan 4 ½ m2 untuk anak-anak

berumur dibawah 5 tahun. Luas lantai minimal 3 ½ m2 untuk setiap

orang, dengan tinggi langit-langit tidak kurang dari 2 ¾ m.

b. Ruang dapur

Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena asap dari hasil

pembakaran dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan.

Ruang dapur harus memiliki ventilasi yang baik agar udara/asap dari

dapur dapat teralirkan keluar (ke udara bebas). Luas dapur minimal 4

m2 dan lebar minimal 1,5 m. Di dapur harus tersedia alat-alat

pengolahan makanan, alat-alat memasak, tempat cuci peralatan serta

tempat penyimpanannya. Tersedia air bersih yang memenuhi syarat

kesehatan dan mempunyai sisitem pembuangan air kotor yang baik,

serta mempunyai tempat pembuangan sampah sementara yang

baik/tertutup. Selain itu dapur harus tersedia tempat penyimpanan

bahan makanan atau makanan yang siap disajikan. Tempat ini harus

terhindar dari gangguan serangga (lalat) dan tikus. Oleh karena itu

ruangan harus bebas serangga dan tikus. Ruang dapur harus dilengkapi

sarana pembuangan asap.

Asap Dapur

12

Page 9: BAB II

Gangguan saluran pernapasan yang diderita masyarakat selain

disebabkan oleh infeksi kuman juga disebabkan adanya pencemaran

udara yang terdapat dalam rumah, kebanyakan karena asap dapur.

Pencemaran udara dalam rumah yang berasal dari aktivitas

penghuninya antara lain : pengguna bahan bakar biomassa untuk

memasak maupun memanaskan ruangan, asap rokok, pengguna

insektisida semprot maupun bakar dan penggunaan bahan bangunan

sintesis seperti cat dan asbes.

c. Kamar mandi/W.C

Lantai kamar mandi dan jamban harus kedap air dan selalu

terpelihara kebersihannya agar tidak licin. Dinding minimal setinggi 1

½ m dari lantai. Setiap kamar mandi dan jamban yang letaknya di

dalam rumah, diusahakan salah satu dindingnya yang berlubang

ventilasi harus berhubungan langsung dengan bagian luar rumah. Bila

tidak, ruang/kamar mandi dan jamban ini harus dilengkapi dengan alat

penyedot udara untuk mengeluarkan udara dari kamar mandi dan

jamban tersebut keluar, sehingga tidak mencemari ruangan lain (bau

dari kamar mandi dan W.C.) Jumlah kamar mandi harus cukup sesuai

dengan jumlah penghuni rumah. Selain itu kebersihannya harus selalu

terjaga. Jamban harus berleher angsa dan 1 jamban tidak boleh

dipergunakan untuk lebih dari 7 orang.

Selain itu diatas, beberapa faktor fisik juga harus diperhatikan dari

sebuah rumah antara lain:

Pencahayaan

Pencahayaan dalam ruangan dapat berupa pencahayaan alami dan atau

buatan, yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat menerangi

seluruh ruangan. Intensitas minimal pencahayaan dalam ruangan adalah

60 lux dan tidak menyilaukan.

Kualitas udara

Kualitas udara dalam ruangan tidak boleh melebihi ketentuan sebagai

berikut:

13

Page 10: BAB II

a. Suhu udara nyaman berkisar 18° sampai 30° C

b. Kelembapan udara berkisar antara 40% sampai 70%

c. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam

d. Pertukaran udara (air exchange rate) = 5 kaki kubik per menit per

penghuni

e. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam

f. Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m3

Ventilasi

Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10%

dari luas lantai. Menurut Sanropie (1989), ventilasi sangat penting

untuk suatu rumah tinggal. Hal ini karena ventilasi mempunyai fungsi

ganda. Fungsi pertama sebagai lubang masuk udara yang bersih dan

segar dari luar ke dalam ruangan dan keluarnya udara kotor dari dalam

keluar (cross ventilation). Dengan adanya ventilasi silang (cross

ventilation) akan terjamin adanya gerak udara yang lancar dalam

ruangan. Fungsi kedua dari ventilasi adalah sebagai lubang masuknya

cahaya dari luar seperti cahaya matahari, sehingga didalam rumah tidak

gelap pada waktu pagi, siang hari maupun sore hari. Oleh karena itu

untuk suatu rumah yang memenuhi syarat kesehatan, ventilasi mutlak

harus ada.

Binatang penular penyakit Di dalam rumah tidak boleh ada tikus yang

bersarang.

Air

Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/hari/orang.

Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan atau

air minum sesuai perundang-undangan yang berlaku.

Limbah

Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air, tidak

menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah. Limbah

padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, pencemaran terhadap

permukaan tanah, serta air tanah.

14

Page 11: BAB II

Sarana Sanitasi Rumah

Dilihat dari aspek sanitasi, maka beberapa sarana lingkungan yang

berkaitan dengan perumahan sehat adalah sebagai berikut:

Sarana air bersih dan air minum

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari

yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila

telah dimasak sesuai Peraturan Menteri Kesehatan

No.416/MENKES/PER/IX/1990 (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 1990). Air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan

dan dapat langsung diminum dan berasal dari penyediaan air minum sesuai

Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002).

Sarana air bersih adalah semua sarana yang dipakai sebagai sumber

air bagi penghuni rumah yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Hal

yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sarana air bersih antara lain (a)

jarak antara sumber air dengan sumber pengotoran (seperti septik tank,

tempat pembuangan sampah, air limbah) minimal 10 meter, (b) pada

sumur gali sedalam 10 meter dari permukaan tanah dibuat kedap air

dengan pembuatan cincin dan bibir sumur, (c) penampungan air hujan

pelindung air, sumur artesis atau terminal air atau perpipaan/kran atau

sumur gali terjaga kebersihannya dan dipelihara rutin.

Saluran Pembuangan Air Limbah

Air limbah atau air kotor atau air bekas ialah air yang tidak bersih

dan mengandung pelbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan

manusia, hewan dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia.

Jamban/kakus

Tempat Sampah

Usaha yang diperlukan agar sampah tidak membahayakan kesehatan

manusia adalah perlunya dilakukan pengelolaan terhadap sampah, seperti

penyimpanan (storage), pengumpulan (collection), dan pembuangan

(disposal). Tempat sampah tiap-tiap rumah, isinya cukup 1 meter kubik.

15

Page 12: BAB II

Tempat sampah sebaiknya tidak ditempatkan di dalam rumah atau di pojok

dapur, karena akan menjadi gudang makanan bagi tikus-tikus dan rumah

menjadi banyak tikusnya. Tempat sampah yang baik harus memenuhi

kriteria, antara lain (a) terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan

tidak mudah rusak, (b) harus mempunyai tutup sehingga tidak menarik

serangga atau binatang-binatang lainnya, dan sangat dianjurkan agar tutup

sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan, (c)

ditempatkan di luar rumah. Bila pengumpulannya dilakukan oleh

pemerintah, tempat sampah harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga

karyawan pengumpul sampah mudah mencapainya

Kebiasaan Merokok Dalam Rumah

Kesehatan yang kian mengkuatirkan di Indonesia adalah semakin

banyaknya jumlah perokok yang berarti semakin banyak penderita

gangguan kesehatan akibat merokok ataupun menghirup asap rokok (bagi

perokok pasif) yang umumnya adalah perempuan dan anak-anak. Hal ini

tidak bisa dianggap sepele karena beberapa penelitian memperlihatkan

bahwa justru perokok pasiflah yang mengalami risiko lebih besar daripada

perokok sesungguhnya.

Asap rokok yang diisap oleh perokok adalah asap mainstream

sedangkan asap dari ujung rokok yang terbakar dinamakan asap

sidestream. Polusi udara yang diakibatkan oleh asap sidestream dan asap

mainstream yang sudah terekstrasi dinamakan asap tangan kedua atau asap

tembakau lingkungan. Mereka yang menghisap asap inilah yang

dinamakan perokok pasif atau perokok terpaksa.

Terdapat seorang perokok atau lebih dalam rumah akan memperbesar

risiko anggota keluarga menderita sakit, seperti gangguan pernapasan,

memperburuk asma dan memperberat penyakit angina pectoris serta dapat

meningkatkan resiko untuk mendapat serangan ISPA khususnya pada

balita. Anak-anak yang orang tuanya perokok lebih mudah terkena

16

Page 13: BAB II

penyakit saluran pernapasan seperti flu, asma pneumonia dan penyakit

saluran pernapasan lainnya. Gas berbahaya dalam asap rokok merangsang

pembentukan lendir, debu dan bakteri yang tertumpuk tidak dapat

dikeluarkan, menyebabkan bronchitis kronis, lumpuhnya serat elastin di

jaringan paru mengakibatkan daya pompa paru berkurang, udara tertahan

di paru-paru dan mengakibatkan pecahnya kantong udara.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objekPengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo,

2003). Pengetahuan akan melahirkan perilaku kesehatan yang baik, kaena

dengan tingkat pengetahuan yang memadai diharapkan masyarakat akan

dapat menerapkannya dalam sebuah perilaku yang menddukung

kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan mempunyai enam

tingkatan, antara lain:

1. Tahu (know)

2. Memahami (comprehension)

3. Aplikasi (application)

4. Analisis (analysis)

5. Sintesis (synthesis)

6. Evaluasi (evaluation)

Sikap

Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecendrungan untuk

berespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, obyek atau situasi

tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang,

benci, sedih, dsb), disamping itu komponen kognitif (pengetahuan tentang

obyek itu) serta aspek konatif (kecenderungan bertindak). Dalam hal ini

pengertian sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang

masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek Sikap mempunyai tiga

komponen pokok, yaitu:

17

Page 14: BAB II

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional unutk evaluasi terhdap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

A.3.Tinjauan tentang pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan memiliki peran vital terhadap derajat kesehatan

masyarakat. Tersedianya puskesmas dengan tenaga kesehatan yang

kompeten serta sarana dan prasarana yang mencukkupi akan memudahkan

pelayanan kesehatan terhadap masyarakat sekitar. Hal tersebut akan dapat

berlangsung dengan baik jika didukung adanya aksesabilitas oleh

masyarakat setempat terhadap sarana pelayanan kesehatan yang ada dan

dengan didukung kebijakan publik yang berorientasi pada peningkatan

derajat kesehatan masyarakat.

Upaya pelayanan kesehatan yang dapat diberikan oleh saran

pelayanan kesehatan tak hanya terbatas pada kuratif, melainkan juga

mencakup upaya promotif, preventif, serta rehabilitatif. Kegiatan promotif

memiliki andil yang cukup besar dalam membangun pengetahuan

masyarakat yang baik akan kesehatan sehingga pada khirnya diharapkan

akan mendasari lahirnya sikap dan perilaku hidup sehat yang lenih

langgeng.(notoatmojdo)

18

Page 15: BAB II

B. Kerangka Teori (HL BLUM)

19

Tidak membuka jendela

Tidak menutup mulut saat batuk

Meludah di sembarang tempat

Kebiasan membersihkan rumah

Genetik Pelayanan Kesehatan

ISPA

Pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat

Asap pembakaran sampah

Jendela yanng tidak memenuhi syarat

Ventilasi yang tidak memenuhi syarati

Asap rokok

Asap dapur

Pekarangan tak dimanfaatkan

Penyediaan O2 oleh tumbuhna hijau

Sosial ekonomi

Usia

Pengetahuan

Page 16: BAB II

C. Kerangka Konsep

D. Hipotesis

1. Ada hubungan antara faktor faktor risiko dengan kejadian ISPA

20

Tidak membuka jendela

Tidak menutup mulut saat batuk

Meludah di sembarang tempat

Kebiasan membersihkan rumah

ISPA

Pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat

Asap pembakaran sampah

Jendela yanng tidak memenuhi syarat

Ventilasi yang tidak memenuhi syarati

Asap rokok

Asap dapur

Pekarangan tak dimanfaatkan

Penyediaan O2 oleh tumbuhna hijau

Sosial ekonomi

Usia

Pengetahuan