BAB II

12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi ISPA ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. 2.2 Epidimiologi ISPA ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. Begitu pula, ISPA merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak. 8

description

ispa

Transcript of BAB II

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ISPA

ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang

benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA

meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang

dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai

gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga

tengah dan selaput paru.

2.2 Epidimiologi ISPA

ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular

di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya

disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat

tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara

dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. Begitu pula, ISPA

merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap di fasilitas

pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak.

2.3 Penularan ISPA

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan

yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran

pernapasannya. Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran

pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan bronkitis, menempati bagian yang

cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas

terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan

masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.

8

Page 2: BAB II

2.4 Klasifikasi ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai

berikut:

• Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada

ke dalam (chest indrawing).

• Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

• Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai

demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.

Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.

Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk

golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.

Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :

• Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding

pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan

umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.

• Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan

kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :

• Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding

dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat

diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).

• Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2

-12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun

adalah 40 kali per menit atau lebih.

• Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding

dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

9

Page 3: BAB II

2.5 Gejala ISPA

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan

keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit

mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh

dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam

kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit,

meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang

ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan

tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.

Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan

tanda-tanda laboratoris.

Tanda-tanda klinis :

• Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),

retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah

atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.

• Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi,

hypotensi dan cardiac arrest.

• Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,

bingung, papil bendung, kejang dan coma.

• Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris :

• hypoxemia,

• hypercapnia dan

• acydosis (metabolik dan atau respiratorik).

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah:

tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan

tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa

minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume

yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing, demam

dan dingin .

10

Page 4: BAB II

2. 6 Penatalaksanaan ISPA

a. Pengobatan

1. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,

oksigendan sebagainya.

2. Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita

tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian

kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik

pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.

3. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan

di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat

batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti

kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat

penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila

pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat)

disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai

radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik

(penisilin) selama 10 hari.

Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan

perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.

b. Perawatan dirumah

Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya

yang menderita ISPA.

Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan

memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan

demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu

2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian

digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain

bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).

11

Page 5: BAB II

Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu

jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh ,

diberikan tiga kali sehari.

Pemberian makanan

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang

yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada

bayi yang menyusu tetap diteruskan.

Pemberian minuman

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih

banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan

cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

Lain-lain

Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan

rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang

berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih

parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi

cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak

memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.

Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan

agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh.

Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari

anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.

c. Pencegahan dan Pemberantasan

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

• Immunisasi.

• Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.

• Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

12

Page 6: BAB II

Pemberantasan yang dilakukan adalah :

• Penyuluhan kesehatan yang terutama di tuj ukan pada para ibu.

• Pengelolaan kasus yang disempurnakan.

• Immunisasi

d. Pelaksana pemberantasan

Tugas pemberatasan penyakit ISPA merupakan tanggung jawab bersama.

Kepala Puskesmas bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan di

wilayah kerjanya.

Sebagian besar kematiaan akibat penyakit pneumonia terjadi sebelum

penderita mendapat pengobatan petugas Puskesmas. Karena itu peran serta aktif

masyarakat melalui aktifitas kader akan sangat'membantu menemukan kasus-

kasus pneumonia yang perlu mendapat pengobatan antibiotik (kotrimoksasol) dan

kasus-kasus pneumonia berat yang perlusegera dirujuk ke rumah sakit .

Dokter puskesmas mempunyai tugas sebagai berikut :

• Membuat rencana aktifitas pemberantasan ISPA sesuai dengan dana atau

sarana dan tenaga yang tersedia.

• Melakukan supervisi dan memberikan bimbingan penatalaksanaan standar

kasus-kasus ISPA kepada perawat atau paramedis.

• Melakukan pemeriksaan pengobatan kasus- kasus pneumonia

berat/penyakit dengan tanda-tanda bahaya yang dirujuk oleh

perawat/paramedis dan merujuknya ke rumah sakit bila dianggap perlu.

• Memberikan pengobatan kasus pneumonia berat yang tidak bisa dirujuk ke

rumah sakit.

• Bersama dengan staff puskesmas memberi kan penyuluhan kepada ibu-ibu

yang mempunyai anak balita. perihal pengenalan tanda-tanda penyakit

pneumonia serta tindakan penunjang di rumah,

• Melatih semua petugas kesehatan di wilayah puskesmas yang di beri

wewenang mengobati penderita penyakit ISPA,

• Melatih kader untuk bisa, mengenal kasus pneumonia serta dapat

memberikan penyuluhan terhadap ibu-ibu tentang penyaki ISPA,

13

Page 7: BAB II

• Memantau aktifitas pemberantasan dan melakukan evaluasi keberhasilan

pemberantasan penyakit ISPA. menditeksi hambatan yang ada serta

menanggulanginya termasuk aktifitas pencatatan dan pelaporan serta

pencapaian target.

e. Paramedis Puskesmas Puskesmas pembantu

• Melakukan penatalaksanaan standar kasus-kasus ISPA sesuai petunjuk

yang ada.

• Melakukan konsultasi kepada dokter Puskesmas untuk kasus-kasus ISPA

tertentu seperti pneumoni berat, penderita dengan weezhing dan stridor.

• Bersama dokter atau dibawah, petunjuk dokter melatih kader.

• Memberi penyuluhan terutama kepada ibu-ibu.

• Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan Puskesmas

sehubungan dengan pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA.

f. Kader kesehatan

• Dilatih untuk bisa membedakan kasus pneumonia (pneumonia berat dan

pneumonia tidak berat) dari kasus-kasus bukan pneumonia.

• Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk pilek biasa

(bukan pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada ibu-ibu serta perihal

tindakan yang perlu dilakukan oleh ibu yang anaknya menderita penyakit

• Memberikan pengobatan sederhana untuk kasus-kasus batuk pilek (bukan

pneumonia) dengan tablet parasetamol dan obat batuk tradisional obat

batuk putih.

• Merujuk kasus pneumonia berat ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat.

• Atas pertimbangan dokter Puskesmas maka bagi kader-kader di daerah-

daerah yang terpencil (atau bila cakupan layanan Puskesmas tidak

menjangkau daerah tersebut) dapat diberi wewenang mengobati kasus-

kasus pneumonia (tidak berat) dengan antibiotik kontrimoksasol.

• Mencatat kasus yang ditolong dan dirujuk

14