BAB II

10
BAB II PEMBAHASAN KONSEP DASAR MEDIS a. Defenisi Amputasi dapat di anggap sebagai jenis pembedahan rekonstruksi drastis. Di gunakan untuk menghilangkan gejala , memperbaiki fungsi , dan menyelamatkan atau memperbaiki kwalitas hidup pasien . Bila tim perawatan kesehatan mampu berkomunikasi dengan gaya positif, maka pasien akan lebih mampu menyeuaikan diri terhadap amputasi dan berpartisipasi aktif dalam rencana rehabilitasi b. Etiologi Amputasi pada ekstremitas bawah sering di perlukan sebagai akibat penyakit vaskuler prefer progresif (sering sebagai gejala sisa diabetes mellitus), gangren, trauma (cedera remuk, luka bakar, luka bakar dingin, luka bakar listrik), deformitas congenital,

Transcript of BAB II

Page 1: BAB II

BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP DASAR MEDIS

a. Defenisi

Amputasi dapat di anggap sebagai jenis pembedahan rekonstruksi drastis. Di

gunakan untuk menghilangkan gejala , memperbaiki fungsi , dan menyelamatkan atau

memperbaiki kwalitas hidup pasien .

Bila tim perawatan kesehatan mampu berkomunikasi dengan gaya positif, maka

pasien akan lebih mampu menyeuaikan diri terhadap amputasi dan berpartisipasi aktif

dalam rencana rehabilitasi

b. Etiologi

Amputasi pada ekstremitas bawah sering di perlukan sebagai akibat penyakit

vaskuler prefer progresif (sering sebagai gejala sisa diabetes mellitus), gangren,

trauma (cedera remuk, luka bakar, luka bakar dingin, luka bakar listrik),

deformitas congenital, atau tumor ganas. Dari semua penyebab tersebut,

penyebab vaskuler perifer merupakan penyebab yang tertinggi amputasi

ekstremitas bawah .

Alasan atau penyebab amputasi ekstremitas atas adalah trauma berat (cedera

akut, luka bakar listrik, luka bakar dingin. Tumor ganas, infeksi (gas gangren

fulminan, osteomielitis kronis), dan malformasi kongenital.

Etiologi /faktor predisposisi adalah

Page 2: BAB II

Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi :

1. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat di perbaiki

2. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin di perbaiki

3. Gangguan vaskuler /sirkulasi pada ekstremitasyang berat

4. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh yang

lainnya

5. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin di terapi secara konservatif

6. Devormitas organ

7. Trauma

c. Klasifikasi

Tipe amputasi ada beberapa macam :

1. Amputasi terbuka ; dilakukan pada kondisi yang berat dimana pemotongan

pada tulang dan otot pada tingkat yang sama . yang memerlukan teknik

aseptikketat dan revisi lanjut.

2. Amputasi tertutup : di lakukan dalam kondisi yang lebi memungkinkan

dimna dibuat skait kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong

kurang lebih 5cm dibawah potongan otot dan tulang.

Berdasarkan pelaksanaan amputasi :

Page 3: BAB II

Amputasi selektif /rencana ; dilakukan pada penyakit yang terdiagosis dan

mendapat penangana n yang baik serta terpantau secara terus-menerus.

Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternative terakhir

Amputasi akibat trauma ;amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan

tidak di rencanakan . kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi

lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien

Amputasi darurat; dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan baiasanya

merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma

dengan patah tulang multiple dan kerusakan atau kehilangan kulit yang luas.

d. Faktor yang mempengaruhi amputasi

Pasien muda dengan amputasi dengan trauma ekstremitas berat atau manula

dengan penyakit vasuler perifer . orang muda umumnya sehat , sembuh dengan

cepat , dan berparti si pasi dalam program rehabilitasi segera . karena amputsi sering

merupakan akibat dari cedera , pasien memerlukan lebih banyak dukungan psikologis

untuk menerima perubahan mendadak citra diri dan menerima stress akibat

hospitalisasi, rehabilitasi jangka panjang , dan penyesuaian gaya hidup. Pasien ini

mememrlukan waktu untuk mengatasi perasaan mereka mengenai kehilangan

permanen tadi. Reaksi mereka susah di duga dan dapat berupa kesedihan terbuka

dan bemusuhan.

Pasien lansia dengan penyakit vaskuler perifer sering mengidap masalah

kesehatan lain, termasuk diabetes mellitus dan arteriosklerosis. Amputasi teraupetik

untuk kondisi yang sudah berlangsung lama dapat membebaskan pasien dari nyeri,

disabilitas, dan ketergantungan. Pasien ini biasanya sudah siap membatasi

perasaannya dan siap menerima amputasi. Perencanaan untuk rehabilitasi psikologik

Page 4: BAB II

dan fisiologik di mulai sebelum amputasi dilaksanakan. Namun, kelainan

kardiovaskuler, respirasi atau neurologik mungkin dapat membatasi kemajuan

rehabilitasi.

e. Komplikasi

Amputasi meliputi perdarahan, infeksi, dan kerusakan kulit. Karena ada

pembuluh darah besar yang dipotong, dapat terjadi perdarahan masif. Infeksi

merupakan infeksi pada semua pembedahan; dengan peredaran darah buruk atau

kontaminasi luka setelah amputasi traumatika, risiko infeksi meningkat.

Penyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat protesis dapat menyebabkan

kerusakkan kulit. Bila infeksi atau gangrene telah terjadi, pasien mungkin mengalami

pembesaran kelenjar limfa, demam, dan pus.

f. Penatalaksanaan

Tingkatan amputasi

Amputas dilakukan pada titik paling distal yang masi dapat mencapai

penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi ditentukan berdasarkan dua factor:

perdarahan darah pada bagian itu dan kegunaan fungsional (mis. Esuai

kebutuhan prostetis).

Status perdarahan darah ekstrimitas dievaluasi melalui pemeriksaan fisik

dan uji tertentu. Perfusi otot dan kulit sangat penting untuk penyembuhan.

Floemetri Doppler , penentuan tekanan darah segmental, dan tekanan parsial

oksigen perkutan (PaO2) merupakan uji yang sangat berguna. Angiografi

dilakukan bila revaskularisasi kemungkinan dapat dilakukan.

Page 5: BAB II

Tujuan pembedahan adalah mempertahankan sebanyak mungkin panjang

ekstrimitas konsisten dengan pembasmian proses penyakit. Mempertahankan

lutut dan siku adalah pilihan yang diinginkan.

Kebutuhan enegi dan kebutuhan kardiovaskuler yang ditimbulkannya

akan meningkat dari menggunakan kursi roda ke prostetis ke tongkat tanpa

prostetis. Maka, pemantauan kardiovaskuler dan nutrisi yang ketat sangat peting

sehinggah batas fiiologis dan kebutuhan dapat seimbang.

Amputasi jari kaki dan sebagian kaki hanya menimbulkan perubahan

minor dalam gaya jalan dan keseimbangan. Amputasi syme (modifikasi

amputasi disartikulasi pergelangan kaki) dilakukan paling sering pada trauma

kaki ekstensif dan menghasilkan ekstrimitas yang bebas nyeri dan kuat dan yang

dapat menahan beban berat badan penuh. Amputasi bawah lutut lebih disukai

dibandingkan amputasi atas lutut karena pentingnya sendi lutut dan kebutuhan

energy untuk berjalan. Dengan mempertahankan lutut sangat berarti bagi

seorang lansia antara ia bisa berjalan dengan alat bantu dan hanya bisa duduk

dikursi roda. Disartikulasi sendi lutut paling berhasil pada pasien muda, aktif

yang masih mampu mengembangkan control yang tepat terhadap prostesi. Bila

dilakukan amputasi atas lutut, pertahankan sebanyak mungkin panjangnya, otot

dibentuk dan distabilkan, dan kotraktul pinggul dapat dicegah untuk potensial

ambulansi maksimal. Bila dilakukan amputansi disartikulasi sendi pinggul,

kebanyakan orang akan tergantung pada kursi roda untuk mobilitasnya.

Amputansi ekstrimitas atas dilakukan dengan mempeetahankan panjang

fungsional maksimal. Prostetis segera dilakukan agar fungsinya bisa maksimal.

Penatalaksanaan sisa tungkai.

Page 6: BAB II

Tujuan bedah utama mencapai penyembuhan luka amputasi,

menghailakan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit

yang sehat untuk penggunaan prostetis. Lansia mungkin mengalami

kelambatan penyembuhan luka karena nutrisi yang buruk dan masalah

kesehatan lainnya. Penyembuhan diercepat dengan penanganan lembut

denga sisa tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan balutan

kompres lunak atau rigid dan menggunakan teknik aseptic dalam perawatan

luka untuk menghindari infeksi.

Balutan rigid tertutup. Balutan rigid tertutup sering digunakan untuk

mendapatkan kompresi yang merata, menyangga jaringan lunak dan

mengontrol nyeri, dan menegah kontraktur. Segera setelah pembedahan

balutan gips rigid dipasang dan dilengkapi tanpa memasang ekstensi

prostetis sementara (pylon) dan kaki buatanan. Kaos kaki stering dipasang

pada sisi anggota

Page 7: BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN