BAB II

62
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia (Lanjut Usia) Pada hakikatnya menjadi tua merupakan poses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua. Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduruan secara fisik maupun psikis. Kemunduruan fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah (Mubarak, 2006). 1. Pengertian Lanjut Usia Menurut Undang-Undang RI No. 13 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pasal 1 ayat (2): Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas (Mubarak,2006). 8

Transcript of BAB II

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia (Lanjut Usia)Pada hakikatnya menjadi tua merupakan poses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua. Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduruan secara fisik maupun psikis. Kemunduruan fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah (Mubarak, 2006).1. Pengertian Lanjut UsiaMenurut Undang-Undang RI No. 13 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pasal 1 ayat (2): Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas (Mubarak,2006).57

Menurut Constantinidies (1994) yang dikutip (dalam Nugroho,2000). Menjelaskan proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki/mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya8

sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.2. Batasan Lanjut UsiaNegara-negara maju di Eropa dan Amerika menganggap batasan umur lansia adalah 65 tahun dengan pertimbangan bahwa pada usia tersebut orang akan pensiun. Tetapi akhir-akhir ini telah dicapai consensus yang di tetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO) bahwa sebagai batasan umur lansia adalah 60 tahun (Suryadi, 2003).3. Status Kesehatan LansiaKesehatan dan status fungsional seorang lansia ditentukan oleh resultante dari faktor-faktor fisik, psikologik dan sosial ekonomi. Faktor-faktor tersebut tidak selalu sama besar perananya sehingga selalu harus di perbaiki bersamaan dengan perawatan pasien secara menyeluruh. Di Negara-negara sedang berkembang faktor sosial ekonomi atau financial hampir selalu merupakan kendala yang penting (Surayadi, 2003).4. Perjalanan penyakit LansiaPada umumnya perjalanan penyakit lansia adalah kronik (menahun), diselingi dengan eksaserbasi akut. Selain dari pada itu penyakitnya bersifat progresif yang mengakibatkan kecacatan. Yang lama sebelum akhirnya penderita meninggal dunia. Penyakit yang progresif ini berbeda dengan penyakit pada usia remaja atau dewasa yaitu tidak memeberikan proteksi atau imunitas tetapi justru menjadikan lansia rentan terhadap penyakit lain karena daya dahan tubuh yang makin menurun (Suryadi, 2003).5. Sifat Penyakit LansiaSifat penyakit orang-orang pada lansia perlu sekali untuk dikenali supaya kita tidak salah ataupun terlambat menegakkan diagnosis, sehingga terapi dan tindakan lain yang mengikutinya dengan segera dapat di laksanakan, sebab penyakit pada orang-orang lansia umumnya lebih lebih bersifat endogen daripada eksogen. Hal ini kemungkinan disebabkan karena menurunya fungsi berbagai alat tubuh karena proses menjadi tua. Selain itu produksi zat-zat untuk daya tahan tubuh akan mengalami kemunduran. Oleh karena itu faktor penyebab eksogen (infeksi) akan lebih mudah hinggap. Seringkali juga terjadi penyebab penyakit pada lansia tersembunyi, sehingga perlu dicari secara sadar dan aktif. Keluhan-keluhan pasien lansia sering tidak khas, tidak jelas, apatik dan simptomatik. Oleh karena sifat-sifat asimptomatik atau tidak khas tadi, akan mengakibatkan variasi individual munculnya gejala dan tanda-tanda penyakit meskipun penyakitnya sama (Surayadi, 2003).

6. Diagnosis Penyakit Pada LansiaMembuat diagnosa penyakit pada lansia pada umumnya lebih sukar dibandingkan pasien usia remaja atau dewasa. Oleh karena menegakkan diagnosis pasien lansia kita perlu melakukan observasi penderita agak lebih lama, sambil dengan mengamati dengan cermat tanda-tanda dan gejala-gejala penyakitnya yang juga sering kali tidak nyata. Dalam hal ini allo- anamneses dari keluarga harus digali. Seringkali sebab penyakitnya bersifat berganda dan kumulatif, terlapes satu sama lain ataupun saling mempengaruhi timbulnya (suriyadi, 2003).7. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usiaa. Perubahan FisikPerubahan fisik dan fungsi akibat proses menua meliputi (Nugroho,2008) :1) Perubahan sel : Jumlah sel menurun, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel, otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 510%.2) Sistem persarafan : Setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam setiap harinya mengakibatkan menurun hubungan persarafan sehingga lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress. Mengecilnya saraf panca indra mengakibatkan berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu, rendahnya ketahanan terhadap dingin, dan kurang sensitif terhadap sentuhan serta defisit memori.3) Sistem pendengaran : Presbiakusis (gangguan pendengaran) akibat terjadinya pengumpulan serumen yang dapat mengeras karena meningkatnya keratin.4) Sistem penglihatan : Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang (berkurangnya luas pandangannya).5) Sistem kardiovaskuler: Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memmpa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun hal ini menyebabkan kontraksi dan volume menurun. Selain itu terjadi kehilangan elastisitas pembuluh darah.6) Sistem pengaturan suhu tubuh : Suhu tubuh menurun (hipotermi) secara fisiologik 35o C ini akibat metabolisme yang menurun, keterbatasan refleks dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.7) Sistem respirasi : Otot-otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan kekuatan, dan menjadi kaku. Menurunnya aktifitas silia, paru-paru kehilangan elastisitas.8) Sistem pencernaan : Kehilangan gigi menyebabkan periodontal didease yang biasanya terjadi setelah berumur 30 tahun, indra pengecap menurun, esophagus melebar, sensitifitas lapar menurun.9) Sistem genitourinaria : oto-otot kandung kemih menjadi lemah sehingga sering menyebabkan inkontinensia dan retensi urin.10) Sistem endokrin : Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya produksi aldosteron, menurunnya produksi hormon kelamin.11) Sistem reproduksi : Pada wanita, vagina mengalami kontraktur dan mengecil, uterus dan payudara mengalami atrofi. Sedangkan pada pria testis mesih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada penurunan secara berangsur-angsur.12) Sistem kulit : Kulit menjdai keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik, menurunnya respon terhadap trauma.13) Sistem musculoskeletal : Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh, kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra, pergelangan dan paha. Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat pada area tulang tersebut. Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas. Persendian membesar dan menjadi kaku.b. Perubahan MentalPerubahan-perubahan ini erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan serta situasi lingkungan. Intelegensi diduga makin mundur terutama faktor penolakan abstrak mulai lupa terhadap kejadian baru, masih terekam baik kejadian masa lalu. Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan cemas, adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna lagi.c. Perubahan PsikososialMenunjukkan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan, memperlihatkan semakin sempitnya perhatian (Nugroho,2000).Perubahan mendadak dalam kehidupan rutin barang tentu membuat lansia merasa kurang melakukan kegiatan antara lain: minat, isolasi dan kesepian, peranan iman (Mubarak,2006).d. Perubahan KognitifPerubahan pada fungsi kognitif diantaranya adalah :1) Kemunduran umumnya terjadi pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan memori jangka pendek.2) Kemampuan intelektual mengalami kemunduran.3) Kemampuan verbal dalam bidang vakabulator (kosakata) akan menetap bila tidak ada penyakit.e. Perubahan Spiritual (perkembangan spiritual)Maslow, 1970 mengatakan pada lansia agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Selain itu juga menurut Murray dan Zenter, 1970 mengatakan lanjtu usia mekin matur dalam kehidupan agamanya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Mubarak dkk,2006).8. Permasalahan Kesehatan Pada Lanjut UsiaMenurut Stieglitz (1954) dalam (Nugroho,2008) mengemukakan adanya 4 penyakit yang sangat erat hubungaannya dengan proses menua, yakni:1) Gangguan sirkulasi darah, seperti: Hipertensi, kelainan pembuluh darah, gangguan pembuluh darah di otak (koroner), dan ginjal.2) Gangguan metabolisme hormonal, seperti: diabetes mellitus, klimakterium, dan ketidakseimbangan tiroid.3) Gangguan pada persendian, seperti: arthritis rheumatoid, osteoarthritis, gout arthritis, atau penyakit kolagen lainnya. Penyakit pada sendi ini adalah akibat degenerasi atau kerusakan pada permukaan sendi tulang yang banyak ditemukan pad alanjut usia, terutama yang gemuk. Hampir 8% orang berusia 50 tahun ke atas mempunyai keluhan pada persendiannya, misalnya pegal, linu, dan kadang-kadang terasa seperti nyeri. Bagian yang terkena biasanya persendian pada jari-jari, tulang punggung, sendi penahan berat tubuh (lutut dan panggul).4) Berbagai macam neoplasma.9. Kebutuhan Lanjut UsiaMenurut Depkes RI (2005) kebutuhan lanjut usia terdiri atas :a. Kebutuhan BiologisKebutuhan yang berkaitan dengan kebutuhan fisik lanjut usia, misalnya kebutuhan akan makan dan minum, tempat tinggal, olahraga, seksual dan kesehatan.b. Kebutuhan SosialKebutuhan yang berkaitan dengan hubungan sosial lanjut usia dalam:1) Berinteraksi sosial dengan anak, cucu dan sesama lanjut usia.2) Berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sosial.c. Kebutuhan EmosionalKebutuhan yang berkaitan dengan pengungkapan perasaan usia lanjut, seperti menyalurkan perasaan suka, duka cita, bangga, dihargai, dihormati, bercerita pengalaman, dan memberikan nasehat.d. Kebutuhan RohaniKebutuhan yang berkaitan dengan keinginan untuk mendapatkan ketenangan jiwa dan kedekatan dengan Tuhan Yang Maha Esa, misalnya kebutuhan melaksanakan ibadah (pengajian), dan melakukan kegiatan ke Panti Asuhan dan memberi bantuan kepada orang yang tidak mampu.e. Kebutuhan Intelektualf. Kebutuhan untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan mempertahankan daya ingat, misalnya kebutuhan membaca buku, koran, membuat kerajinan tangan, dan sejenisnya.10. Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut di Puskesmas Tanjung KarangKesehatan usia lanjut adalah kesehatan mereka yang berusia 60 tahun atau lebih baik jasmani, rohani maupun sosialnya.a. Strategi pembinaanStrategi pembinaan kesehatan usia lanjut dilaksanakan sebagai berikut:1) Menyesuaikan perencanaan pembinaan kesehatan usia lanjut dalam perencanaan puskesmas.2) Menyesuaikan pengorganisasian dan pelaksanaan pembinaan kesehatan usia lanjut dengan kegiatan pokok lainnya dalam lokakarya mini di puskesmas.3) Melakukan kegiatan pembinaan dan pembangunan upaya kesehatan usia lanjut sesuai kondisi dan kebutuhan setempat.4) Mendorong terwujudnya peran serta masyarakat khususnya dalam pembinaan kesehatan usia lanjut melalui lembaga swadaya masyarakat, PKK, organisasi sosial atau potensi lain yang ada.b. Langkah-langkahLangkah-langkah yang ditempuh dalam pembinaan kesehatan usia lanjut adalah sebagai berikut:1) Perencanaana) Diseminasi informasi pembinaan kesehatan usia lanjut kepada staf puskesmas.b) Membuat kesepakatan di antara staf puskesmas tentang penatalaksanaan pembinaan kesehatan usia lanjut.c) Melakukan bimbingan dan pelatihan pembinaan kesehatan usia lanjut kepada staf puskesmas.d) Membuat rencana kegiatan pembinaan kesehatan usia lanjut dan mengintegrasikannya dalam perencanaan tahunan puskesmas, antara lain:(1) Pengumpulan data dasar berupa data epideiologi maupun data sumber daya yang dapa mendukung kegiatan pelayanan bagi usia lanjut.(2) Membuat peta lokasi usia lanjut dan masalah yang dihadapinya.(3) Membuat rencana kegiatan berdasarkan masalah yang ada.e) Melakukan pendekatan lintas sektor tingkat kecamatan dan desa termasuk lembaga swadaya masyarakat dan LKMD untuk menginformasikan dan menjelaskan peranannya dalam pembinaan kesehatan usia lanjut.f) Melakukan survei mawas diri bersama tenaga kecamatan dan desa setempat untuk mengenal masalah yang berkaitan dengan kesehatan usia lanjut.g) Melakukan musyawarah masyarakat desa untuk mencapai kesepakatan tentang upaya yang akan dilaksanakan.h) Membentuk kelompok kerja/tim kerja dalam pembinaan kesehatan usia lanjut.i) Melakukan pembinaan teknis upaya kesehatan usia lanjut yang diselenggarakan bersama sektor dan lembaga swadaya masyarakat terkait.j) Mendorong pembentukan dan pengembangan pembinaan kesehatan usia lanjut di masyarakat secara mandiri.2) PelaksanaanPelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan usia lanjut secara umum mencakup kegiatan pelayanan yang berbentukupaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk rujukannya.a) Kegiatan PromotifKegiatan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup para usia lanjut agar merasa tetap dihargai dan tetap berguna. Upaya promotif juga ditujukankepada keluarga dan masyarakat di lingkungan usia lanjut. Dalam kegiatan ini berperan upaya penyuluhan mengenai perilaku hidup sehat, pengetahuan tentang gizi usia lanjut, pengetahuan tentang proses degeneratif yang akan terjadi pada usia lanjut, upaya meningkatkan kesegaran jasmani serta upaya lain yang dapat memelihara kemandirian serat produktivitas usia lanjut.b) Kegiatan preventifUpaya yang dilakukan bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyakit dan komplikasi yang diakibatkan oleh proses degeneratif. Kegiatan yang dilakukan berupa deteksi dini kesehatan usia lanjut yang dapat dilakukan di kelompok, puskesmas. Instrumen yang dipergunakan untuk melakukan deteksi dini dan pemantauan kesehatan usia lanjut adalah Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut dan Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Usia Lanjut (BPPK).c) Kegiatan kuratifUpaya yang dilakukan adalah pengobatan dan perawatan bagi usia lanjut yang sakit dan dapat dilakukan melalui fasilitas pelayanan seperti puskesmas pembantu, puskesmas, dokter praktek swasta.

d) Kegiatan rehabilitatifUpaya yang dilakukan bersifat medik, psikososial, edukatif, dan pengembangan keterampilan atau hobi untuk mengembalikan semaksimal mungkin kemampuan fungsional dan kepercayaan diri pada usia lanjut.e) Kegiatan rujukanUpaya yang dilakukan untuk mendapatkan pelayanan kuratif dan rehabilitatif yang memadai dan tepat waktu sesuai kebutuhan. Upaya dapat dilakukan secara vertikal dan tingkat pelayanan dasar ke tingkat pelayanan spesialistik di rumah sakit, atau secara horizontal ke sesama tingkat pelayanan yang mempunyai sarana lebih lengkap.f) Kegiatan petugas puskesmas(1) Melaksanakan penyuluhan secara teratur dan berkesinambungan sesuai kebutuhan melalui berbagai media mengenai kesehatan usia lanjut. Upaya ini dilakukan terhadap berbagai kelompok sasaran yaitu usia lanjut itu sendiri.(2) Melaksanakan penjaringan usia lanjut resiko tinggi, pemeriksaan berkala usia lanjut dan memberi petunjuk upaya pencegahan penyakit, gangguan psikososial dan bahaya kecelakaan yang dapat terjadi pada usia lanjut(3) Melaksanakan diagnosa dini, pengobatan, perawatan dan pelayanan rehabilitatif kepada usia lanjut yang membutuhkan dan memberi petunjuk mengenai tindakan kuratif atau rehabilitatif yang harus dijalani, baik kepada usia lanjut maupun keluarganya.(4) Melaksanakan rujukan medik ke fasilitas rumah sakit untuk pengobatan, perawatan atau rehabilitatif bagi usia lanjut yang membutuhkan termasuk mengusahakan kemudahan-kemudahannya.3) Pemantauan dan pembinaanPembinaan dan pemantauan kesehatan usia lanjut dilakukan melalui pencatatan dan pelaporan yang sesuai dengan SIMPUS atau melalui pengamatan langsung. Kegiatan pembinaan meliputi:a) Mempelajari hambatan masalah yang timbul dalam penyelenggaraan upaya kesehatan usia lanjut, berdasarkan hasil pemantauan dan penilaian, kemudian melakukan tindak lanjut peningkatan pelaksanaan.b) Meningkatkan penampilan kerja pelaksana upaya kesehatan usia lanjut terutama petugas puskesmas dan kader.4) Penilaian dan pengembanganPenilaian kegiatan dilakukan dengan:a) Memanfaatkan data hasil pencatatan dan pelaporan rutin atau berkala, yang meliputi aspek masukan, proses dan luaran,b) Pengamatan langsung terhadap pelaksanaan kegiatan pelayanan untuk mengeahui kemajuan dan hambatan yang ada,c) Studi atau penelitian khusus, untuk mengetahui dampak dari pembinaan kesehatan usia lanjut yang sudah dilaksanakan.Kegiatan pengembangan yang dilakukan meliputi:a) Peningkatan mutu pelayanan meliputi peningkatan fasilitas, teknologi, tenaga, peningkatan supervisi, pelatihan dan penggalangan peran serta masyarakat serta pemanfaatan sumber daya.b) Memperluas jangkauan pelayanan, menambah jenis pelayanan dan jumlah tenaga pelaksana.5) Instrumen pemantauanPemantauan kegiatan pembinaan program kesehatan usia lanjut dilakukan menggunakan beberapa instrumen yang telah dikembangkan antara lain:a) Laporan Tribulasi Puskesmasb) Formulir Pencatatan kegiatan pembinaan kesehatan usia lanjutc) Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjutd) Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Usia Lanjut (buku pribadi)B. Konsep Hipertensi1. Pengertian HipertensiMenurut kamus istilah medis hipertensi adalah tekanan darah atau denyut jantung yang lebih tinggi dari normal, disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah atau karena gangguan lain (Dachlan, 2001).Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah terhadap dinding pembuluh darah arteri. Tekanan itu diukur dalam satuan dalam satuan millimeter mercury (mmHg) dan direkam dalam dua angka tekanan sistolik (ketika jantung berdetak) terhadap tekanan diastolik (ketika jantung relaksasi) (LIPI, 2009). Tekanan darah dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, obesitas, diet dang gaya hidup (Adib,2009).Secara umum tekanan darah di atas 140/90 mmHg terlalu tinggi untuk orang dewasa (Hipertensi), dan tekanan darah di bawah 90/60 mmHg terlalu rendah (Hipotensi) (Kusmiyati, 2009). Tekanan darah seseorang pada umumnya berubah-ubah sesuai dengan keadaan kesehatannya. Tekanan darah rata-rata adalah tekanan rata-rata diseluruh sistem arteri pada satu siklus jantng, peningkatan atu penurunan tekanan darah rata-rata akan mempengaruhi hemostatis dalam tubuh dan apabila sirkulasi darah tidak memadai lagi, maka terjadi gangguan pada traspor oksigen, karbondioksida dan hasil metabolisme lainnya (Kusmiyati, 2009).Pengendalian tekanan darah terjadi melalui mekanisme neural, humoral, dan hemodinamik, yang ketiganya secara simultan saling melengkapi. Pengendalian secara neural berupa pusat vasomotor, pressoreseptor dan kemoreseptor, yang merupakan sistem penendalian secara mendadak dan penting untuk mempertahankan tekanan darah pada keadaan sesaat. Pengendalian secara humoral untuk mempertahankan sistem sirkulasi umum dalam memenuhi kebutuhan sel, jaringan dan organ, agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pengendalian hemodinamik diperankan oleh adanya perubahan tekanan osmotic, dan hidrostatik intrvaskuler maupun ekstravaskuler, terutama kadar natrium yang akan mempengaruhi sekresi hormon aldosteron dan ADH (Kusmiyati, 2009).2. Etiologi HipertensiBanyak faktor yang menyebabkan hipertensi. Namun, faktor yang sering menjadi penyebab penyakit ini adalah aterosklerosis (penebalan dinding arteri yang menyebabkan hilangnya elastisitas pembuluh darah), keturunan, meningkatnya jumlah darah yang dipompa ke jantung, penyakit ginjal, kelenjar adrenal, dan sistem saraf simpatis. Kelebihan berat badan, tekanan psikologis, stress, dan ketegangan yang dialami ibu hamil juga bisa memicu hipertensi (Yulianti, 2006).Kasus hipertensi dipengaruhi oleh suatu zat yang dihasilkan oleh ginjal, yakni rennin. Zat ini akan berubah menjadi angiotensin (zat penyebab arteri kecil menyempit).Penyempitan inilah yang mengakibatkan hipertensi. Karena itu, hipertensi sangat erat kaitannya dengan penyakit ginjal. Penyebab lainnya adalah produksi adrenalin atau nonadrenalin yang berlebihan. Keadaan ini terjadi pada orang yang mengalami kelainan kelenjar adrenal dan sistem saraf otonom (Yulianti, 2006).Dua faktor yang berpengaruh pada tekanan darah adalah jumlah darah yang dipompa jantung dan diameter pembuluh darah yang berpengaruh pada resistensi (tahanan) aliran darah. Jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah lebih banyak (Yulianti, 2006).Ginjal memegang peran penting dalam mengatur tekanan darah. Ginjal mensekresi hormon renin yang menyebabkan konstriksi (penyempitan) volume arteri sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Ginjal juga mengontrol volume darah dengan cara mensekresikan garam-garam ke dalam urine. Ketika ginjal mensekresikan garam-garam ke dalam pembuluh darah, garam tersebut akan menarik air dan meningkatkan volume darah. Jika volume darah yang melewati arteri meningkat, tekanan darah pun ikut meningkat (Yulianti, 2006).Hingga saat ini, para ilmuan belum mengetahui penyebab hipertensi yang sebenarnya. Hampir 95% kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya. Tipe hipertensi ini disebut sebagai hipertensi esensial. Para ilmuan menduga tipe hipertensi ini disebabkan oleh faktor genetik (Yulianti, 2006).Sekitar 5% kasus hipertensi disebabkan oleh adanya penyakit tertentu. Tipe hipertensi ini dikenal sebagai hipertensi sekunder. Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah makanan yang kandungan garamnya tinggi, aktivitas fisik kurang, obesitas, dan konsumsi alkohol yang tinggi (Yulianti, 2006).

3. Patofisiologi HipertensiMekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetikolin yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norefineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Brunner & Suddarth, 2002).Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adreanal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi cortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler (Brunner & Suddarth, 2002).4. Tanda dan Gejala HipertensiTekanan darah tinggi yang banyak dialami pada umumnya tidak memiliki gejala yang khusus. Fakta bahwa tidaka adanya gejala membuat penyakit ini tidak terdiagnosis selama bertahun-tahun, sampai penderitanya sudah mengalami kerusakan jantung, otak, dan ginjal. Ketika tekanan darah cenderung naik, gejala-gejalanya tidak muncul saat itu juga. Pada tahap berikutnya, orang tersebut menemui dokter karena sudah mulai merasa sakit. Seringkali pasien malah tidak pernah mengeluh sampai dokter memberitahu bahwa tekanan darahnya meningkat. Dapat disimpulkan, sebelum mengakibatkan kerusakan pada organ tubuh, tekanan darah tinggi tidak menimbulkan gejala sama sekali. Bahkan beberapa bukti menunjukkan seseorang dengan tekanan darah tinggi yang tidak ada komplikasi merasa lebih baik, lebih awas, dan penuh semangat daripada mereka yang memiliki tekanan darah rendah.Namun ketika tekanan darahnya menyentuh batas yang dapat ditoleransi, gejala-gejalanya akan mulai bermunculan, antara lain:a. Sakit kepalab. Nyeri atau sesak pada dadac. Terengah-engah saat beraktivitasd. Jantung berdebar-debare. Pusing/peningf. Gangguan tidurg. Mimisanh. Perdarahan subkonjungtival dan gangguan penglihatani. Strokej. Kebal dan kesemutank. Gelisah dan mudah marahl. Keringat berlebihanm. Kram ototn. Badan lemah lesuo. Sering buang air kecilp. Pembengkakan dibawah mata pada pagi hari (Jain, 2011).5. Klasifikasi tekanan darahBesarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka yang pertama menyatakan tekanan sistolik yaitu tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari jantung. Angka yang kedua disebut tekanan diastolik, yaitu angka yang menunjukkan besarnya tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir masuk kembali ke jantung (Adib, 2009).Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi sedangkan tekanan diastolik diukur ketika jantung mengendur (relaksasi). Kedua angka ini sama pentingnya dalam mengidentifikasi kesehatan kita, namun dalam praktiknya, yang lebih riskan adalah jika angka diastoliknya tinggi, yaitu di atas 90 mmHg (Adib, 2009).Dr. Mark Palyne memperingatkan kepada mereka yang sudah cenderung memiliki penyakit tekanan darah tinggi untuk selalu mewaspadai diastoliknya. Sedangkan dr. Sadoso Sumosardjuno, DSOK, mrnganjurkan untuk berhati-hati jika angka diastolik di atas 85 (dalam Martuti, 2009).a. Klasifikasi tekanan darah menurut WHOMenurut WHO tekanan darah dianggap normal bila kurang dari 135/85 mmHg, sedangkan dikatakan hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg, dan diantara nilai tersebut dikatakan normal tinggi (Adib, 2009).b. The sevent report of Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Tretment of High Blood Pressure (1993) (dalam Sutomo, 2009) mengklasifikasikan tekanan darah untuk lanjut usia sebagai berikut:Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah umur 18 tahun menurut JNC VII sebagai berikut:Kategori Sistolik (mmHg)Dan/atauDiastolik (mmHg)

Normal < 120Dan< 80

Pre Hipertensi120-139Atau80-89

Hipertensi:

Hipertensi stage I140-159Atau90-99

Hipertensi stage II 160Atau 100

6. Pengukuran Tekanan DarahDalam perhitungan tekanan darah alat yang digunakan adalah sphygmomanometer (tensimeter) dan stethoscope. Adapun cara kerja dari perhitungan tekanan darah tersusun sebagai berikut:a. Orang yang akan dihitung tekanan darahnya harus duduk dengan tenang seraya meletakkan lengan kiri seolah-olah sejajar dengan organ jantung.b. Membalut manset pada lengan kiri atas. Pembalutan manset dapat dilakukan aik pada lengan atas atau lengan kiri. Pada lengan ini biasanya terdapat arteri brachialis yang terletak sekitar 2,5 cm di atas dari siku.c. Manset dipompa dengan menekan karet pemompa, pada kondisi ini akan terlihat manometer air raksa menunjukkan tekanan darah kurang lebih 200 mmHg.d. Pada saat yang sama, stethoscope ditempelkan pada bagian atas arteri brachialis. Kemudian tekanan di dalam manset dikurangi sedikit demi sedikit sampai terdengar suara timbul. Suara yang pertama kali timbul ini merupakan tekanan sistol, oleh karena itu perlu diperhatikan skala pada manometer sampai didapatkan angka tekanan sistol.e. Tekanan manset harus diturunkan sampai suara yang terdengar menghilang. Ketika suara tersebut hilang, harus diperhatikan skala pada manometer. Skala yang terbaca merupakan tekanan diastol.Tekanan sistolik yang melebihi 130 mmHg merupakan tekanan darah yang abnormal begitupun tekanan darah diastolik yang melebihi 80 mmHg juga termasuk abnormal. Selain itu yang perlu diperhatikan juga adalah perbedaan tekanan sistolik dan diastolik yang dikenal dengan pulse pressure. Misalnya jika seseorang memiliki tekanan darah 140/70 berarti terjadi selisih sebesar 70. Hal ini merupakan indikasi munculnya abnormalitas dalam tekanan darah yang harus ditangani dengan segera dalam tempo yang sesingkat-singkatnya (Ridwan, 2010).7. Komplikasi Hipertensia. Jantung adalah otot yang membutuhkan suplai darahnya sendiri, yang dibawa oleh arteri koronaria. Jika arteri ini menyempit, darah tidak dapat mencapai otot jantng secara efisien. Jadi ketika jantung harus bekerja lebih cepat daripada biasanya. Ini menyebabkan rasa sakit di dada, disebut miokardial iskemia atau angina (Beavers, 2008).b. Jika arteri koronaria menyempit dan kemudian darah mengumpal, bagian otot jantung yang bergantung pada arteri koronaria kemudian mati. Ini disebut arteri trombosis, suatu infraksi miokardial atau serangan jantung (Beavers, 2008).c. Selama bertahun-tahun ketika arteri menyempit dan menjadi kurang lentur sebagai akibat hipertensi, jantung semakin sulit memompakan darah secara efisien ke seluruh tubuh. Beban kerja yang meningkat ini akhirnya merusak jantung dan menghambat kerjanya. Adanya cairan dalam paru-paru menyebabkan nafas menjadi pendek. Ini disebut kegagalan kardiak kongestif, atau kegagalan jantung (Beavers, 2008).d. Penyempitan arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak dapat menyebabkan ketidakberfungsian sementara pada bagian otak yang dilayani oleh arteri tersebut, ini disebut serangan ischemik transien (TIA). Penyumbatan secara permanen pada arteri karena penggumpalan darah menyebabkan kematian pada bagian otak yang bergantung pada arteri itu, yang kemudian menimbulkan stroke (Beavers, 2008).e. Pembuluh darah yang lebih kecil di kaki dapat menjadi rusak, sehinga darah yang menuju kaki menjadi kurang dan rasa sakit pada otot betis ketika berjalan (Beavers, 2008).f. Ketika pembuluh darah yang menyuplai ginjal terkena dampaknya dapat mengakibatkan kerusakan ginjal secara bertaha. Ini sebabnya mengapa tes darah untuk memeriksa fungsi ginjal adalah bagian yang penting dai pemeriksaan rutin dan siapapun yang menderita hipertensi (Beavers, 2008).g. Pembuluh darah kecil di mata dapat juga terkena dampaknya, meskipun tidak teramati sampai kerusakannya meluas. Jarang terjadi hipertensi yang berat menimbulkan kerusakan retina dengan perdarahan. Kondisi ini disebut hipertensi yang ganas, dengan pengobatan yang baik masih ada harapan (Beavers, 2008).8. Pengobatan HipertensiHipertensi mungkin dapat dikendalikan dengan terapi tanpa obat (non-farmakologi) atau terapi dengan obat (farmakologi). Beberapa studi akhir-akhir ini menunjukkan bahwa kombinasi antara terapi tanpa obat (non-farmakologi) dengan terapi dengan obat (farmakologi) tidak hanya menurunkan tekanan darah namun juga menurunkan resiko stroke dan penyakit jantung iskemik. Menurut dr. Arieska sebagai praktisi kesehatan, dokter akan menyarankan pasien untuk mengubah gaya hidup sambil minum obat anti-hipertensi (Adib, 2009).Kombinasi terapi obat dan non obat dapat membantu mencapai tekanan darah yang diinginkan. Obat berfungsi mengontrol tekanan darah bukan menyembuhkan. Obat juga berfungsi untuk mencegah hasil klinis yang tidak diinginkan. Mengontrol tekanan darah dapat terbantu dengan kombinasi antara obat dan perubahan gaya hidup (Martuti, 2009).Pada kasus hipertensi yang memerlukan obat antihipertensi terapi non farmakologis berfungsi sebagai pelengkap agar efek pengobatan lebih optimal (Martuti, 2009).a. Pengobatan yang dilakukan secara farmakologis dapat berupa pemberian obat yang bersifat:1) Thiazide Diuretic (bendrofluazide), chlorothiazide, chlorthalidon, cyclopenthiazide, hydrochloro thiazide, indapamide, mefruside, metolazone, polythiazide, dan xipamide). Obat-obatan golongan ini bekerja dengan membuka pembuluh darah yang dapat menurunkan tekanan darah. Bekerja membantu ginjal membuang garam dan air dalam bentuk urin, sehingga sedikit menurunkan volume sirkulasi darah dan mengalihkan sebagian tekanan ke luar system. Golongan obat ini diperkenalkan pada tahun 1950-an dan tetap dignakan dalam pengobatan hipertensi. Dosis yang lebih tinggi tidak bekerja lebih baik dalam menurunkan tekanan darah, tetapi meningkatkan resiko efek samping, seperti memicu encok maupun diabetes. Dalam dosis tinggi, thiazide diuretic menurunkan jumlah potasium dalam darah dan meingkatkan jumlah kolesterol atau lemak (Beavers, 2008).2) Obat-obatan simpatolitik Obat bersifat beta blocker (celiprolol hydrochloride, esmlol hydrochloride, labetalol hydrochloride, metaprolol tartrate, nadolol, oxprenolol hydrochloride, pindolol, sotabol hydrochloride, dan timolol maleate). Bekerja dengan menghambat kerja noradrenalin, yang bersama zat kimiawi lainnya yang disebut adrenalin, mempersiapkan tubuh untuk menghadapi situasi yang gawat yang disebut respon lari atau lawan. Zat-zat kimiawi yang sangat kuat ini membuka sebagian pembuluh darah dan mempersempit sebagian lainnya. Sebagian orang tidak mengalami masalah dalam menggunakannya dan tidak mengalami efek samping, tetapi secara jangka panjang dapat mengurangi kemampuan untuk berolahraga dan tingkat energi karena menyebabkan kerja jantung melemah dan melamban (Beavers, 2008). Obat bersifat alpha blocker (doxazosine, indoramin, phenoxybenzamine hydrochlroride, phentolamine mesylate, prazosin, dan terazosin). Obat-obatan ini bekerja dengan menghambat kerja adrenalinpada otot-otot yang menyusun dinding-dinding pembuluh darah. Adrenalin menyebabkan pembluh darah menyempit dan meningkatkan tekanan darah. Dengan menghambat reseptor ini dapat membuat pembuluh darah rileks dan menurunkan tekanan darah. Sebagai akibatnya alpha blocker dapat juga menyebabkan rasa pusig, khususnya ketika anda berdiri tiba-tiba (Beavers, 2008).3) Obat penghambat saluran kalsium (amlodipine besylate, diltiazem hydrochloride, feodipine, isradipine, lacidipine, lercanidipine hydrochloride, nicardipine hydrochloride, nifedipine, nisoldipine, dan verapamil hydrochloride). Bekerja dengan menghambat kerja kalsium dalam otot halus pada dinding arteriol. Hal ini berdasarkan pemikiran bahwa otot halus, yang sebagian disebabkan oleh kalsium, mempersempit pembuluh darah yang kemudian menyebabkan hipertensi. Maslahnya semua arteriol menjadi terbuka, termsuk di otak yang menyebabkan sakit kepala; kulit wajah memerah; dan menyebabkan pergelangan kaki membesar (Beavers, 2008).4) Obat penghambat ACE atau angiotensin-converting enzyme (captopril, cilazapril, enalapril maleate, fosinopril, lisinopril, moexipril hydrochloride, perindopril, quinapril, ramipril, dan trandolapril). Bekerja dengan mencegah aktivasi hormon angiotensin II dari dua perintisnya, yakni rennin dan angiotensin I. Karena angiotensin II mempersempit pembuluh darah, penghambat ACE secara efektif membukanya kembali sehingga menurunkan tekanan darah. Satu-satunya efek samping yang penting dari golongan obat ini adalah timbulnya batuk yang kering dan teras perih yang dialami oleh sekitar 10% pria dan 20% wanita (Beavers, 2008).5) Obat Antagonis Reseptor Angiotensin (candesertan cilexetil, irbesertan, losartan potassium dan valsartan). Obat-obatan ini bekerja hampir sama seperti penghambat ACE, tetapi lebih dengan menghambat angiotensin II dari pada menghambat aktivasi angiotensin II. Antagonis reseptor angiotensin melakukan banyak hal yang dikerjakan oleh penghambat ACE dan sebagian pekerjaan yang dilakukan oleh beta-blocker (Beavers, 2008).6) Semua vasodilator yang digunakan untuk hipertensi merelaksasi otot polos arteriol, sehingga dapat menurunkan tahanan vaskular sistemik. Penurunan tahanan arteri dan rata-rata penurunan tekanan darah arteri menimbulkan respon kompensasi, dilakukan oleh baroreseptor dan sistem saraf simpatis, seperti halnya renin angiotensin dan aldosteron. Respon-respon kompensasi tersebut melawan efek anti hipertensi vasodilator. Vasodilator bekerja dengan baik apabila dikombinasikan dengan obat antihipertensi lain yang melawan respon kompensasi kardiovaskular. Contoh obatobat vasodilator adalah; Hydralazine dan minoxidil (Benowitz, 2002).a. Pengobatan secara nonfarmakologiMengobati hipertensi tanpa menggunakan obat-obatan disebut penurunan tekanan darah secara nonfarmakologis (Beavers, 2008). Hipertensi dapat diobati dengan memodifikasi gaya hidup. Kombinasi terapi obat dan non obat dapat membantu mencapai tekanan darah yang diinginkan (Martuti, 2009).Pemberian obat-obatan antihipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup. Tujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah menuju normal. Disamping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor resiko lain seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah.Dengan demikian hipertensi dapat dikendalikan dengan terapi tanpa obat (nonfarmakoterapi) atau terapi dengan obat (farmakoterapi) (Martutui, 2009). Pengobatan ini meliputi :1) Kurangi konsumsi garam2) Pengendalian berat badan3) Pengendalian minum4) Melakukan olah raga5) Suplemen Potassium6) Konseling stress7) Terapi komplementer (terapi herbal, terapi nutrisi, relaksasi progresif, meditasi, akupuntur, akupresur, homeopati, terapi musik, aroma terapi, terapi bach flower remedy, refleksologi) (Sustrani, 2004).9. Terapi KomplementerTerapi komplementer atau pengobatan alternatif adalah setiap praktek penyembuhan yang tidak termasuk dalam bidang konvensional kedokteran atau yang belum terbukti secara konsisten dan efektif. Perawatan kesehatan yang tidak termasuk dalam standar praktek pengobatan disebut alternatif atau komplementer. Terapi komplementer untuk hipertensi meliputi (terapi herbal, terapi nutrisi, relaksasi progresif, meditasi, akupuntur, akupresur, homepati, terapi musik, aroma terapi, terapi bach flower remedy, refleksologi) (Sustrani, 2004).Menurut snyder (2002) terapi komplementer efektif diberikan selama satu minggu, selama satu minggu tersebut efek dari terapi dapat terlihat hasilnya. Kewajiban seorang perawat adalah memberikan keamanan perawatan pada saat masyarakat menggunakan terapi komplementer. Terapi komplementer menjadi populer disebabkan karena berbagi macam fenomena termask ekonomi individu untuk memutuskan tindakan kesehatan, biaya yang tinggi dan persepsi tentang keamanan dari obat tersebut (Sustrani, 2004).Dalam kamus istilah medis komplementer berarti bersifat saling mengisi atau melengkapi (Dachlan, 2001). Salah satu jenis terapi komplementer adalah terapi nutrisi, terapi ini meliputi :a. Makanan yang kaya potassium, seperti : apricot, pisang, wuluh, ikan lele, bayam, tomat, kacang-kacangan, kentang, susu, yoghurt.b. Makanan kaya magnesium, seperti : kacang-kacangan, polong-polongan, dan hasil olahannya (kacang merah, kedelai, tahu), bahan makanan laut (ikan, kerang, cumi).c. Makanan yang banyak mengandung kalsium, seperti : polong-polongan dan hasil olahannya, sayur-sayuran hijau, daging sapi dan ayam rendah lemak.d. Makanan yang banyak mengandung asam lemak esensial, seperti : ikan laut, aneka kacang-kacangan.e. Makanan yang kaya vitamin c, seperti : beragam buah-buahan (jambubiji, mangga, rambutan), aneka sayur yang disantap mentah (kol, kacang panjang, daun katuk, cabai rawit, cabai rumah) (Sustrani, 2004).C. Konsep Terapi Jus Tomat1. TomatLycopersicon esculentum Mill. biasa dikenal dengan nama tomat. Tomat tumbuh di Amerika Tengah, Amerika Selatan, Eropa, Asia. Sebagian sentra penanaman tomat berada di daerah dengan kisaran ketinggian 1.000-1.250 meter di atas permukaan laut.Secara taksonomi tomat termasuk dalam klasifikasi sebagai berikut :a. Kingdom : Plantaeb. Divisi : Spermatophytac. Subdivisi : Angiospermaed. Klas : Dicotylodenaee. Ordo : Tubifloraef. Sub ordo : Myrtalesg. Famili : Solanaceaeh. Genus : Lycopersiumi. Spesies :Lycopersicon esculentum Mill. Sinonim Lycopersium licopersium. Gambar 1 Tomat buahKuntum bunganya terdiri dari lima helai daun kelopak dan lima mahkota. Daun tomat berwarna hijau dan berbulu. Bunga tanaman tomat berwarna kuning. Buahnya berbentuk bulat, bulat lonjong, bulat pipih, atau oval. Buah yang masih muda berwarna hijau muda sampai hijau tua. Sementara itu, buah yang sudah tua berwarna merah cerah atau gelap, merah kekuning-kuningan, atau merah kehitaman. Buahnya memiliki daging buah yang lembut, lunak, dan kadangkadang banyak mengandung biji. Buah tomat memiliki rasa manis, asam, dan sedikit dingin.Buah tomat memiliki beberapa varietas. Buah tomat menurut bentuknya, dapat digolongkan menjadi: (1) Tomat Cherry (Lycopersicon esculentum Mill, var. Cerasiforme (Dun) Alef), bentuknya seperti kelengkeng; (2) Tomat Tegak (Lycopersicon esculentum Mill, var.validim Bailey); (3) Tomat Kentang atau Tomat Daun Lebar (Lycopersicon esculentum Mill, var.grandifolium Bailey); (4) Tomat Apel atau Pir (Lycopersicon esculentum Mill, var.pyriforme Alef); (5) Tomat Biasa (Lycopersicon esculentum Mill, var.commune) (Pratiwi, 2009).2. Jus Jus adalah suplemen diet terbaik yang ada hari ini. Minuman ini disebut sebagai koktail vitamin dan mineral. Tubuh mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan untuk detoksifikasi dan jaringan tubuh menyerap nutrisinya. Jika kita tidak mendapatkan nutrisi yang cukup pada pola makan, tubuh kita akan kekurangan nutrisi (Jain, 2011).Proses pencernaan protein dan lemak memerlukan kerja keras. Pekerjaan ini bisa menghabiskan waktu berjam-jam. Tapi pada buah-buahan dan sayuran yang telah dipisahkan dari seratnya, diperkirakan dapat diasimilasi dalam waktu antara dua puluh hingga tiga puluh menit karena mereka mudah dicerna dan diserap tubuh (Jain, 2011).Jus didefinisikan sebagai larutan yang terdiri atas air, rasa, pigmen, enzim, vitamin, mineral yang membantu penyembuhan, meningkatkan energi, dan mencegah sakit. Jus seharusnya menjadi bagian dari pendekatan pada hidup sehat secara menyeluruh. Terapi jus telah berhasil menyembuhkan berbagai penyakit pada ribuan orang (Jain, 2011).Jus sangat efektif untuk proses penyembuhan berbagai penyakit, karena di dalam jus terkandung berbagai zat mineral dan sari makanan yang telah terpisahkan dari serat-seratnya, sehingga dapat dengan cepat diserap oleh tubuh (Maria, 2009).Berbeda jika kita mengkonsumsinya secara langsung. Pemisahan serat dari zat gizi dilakukan secara langsung oleh tubuh dan itu akan memakan banyak waktu. Sehingga makanan tersebut hanya cukup memenuhi kebutuhan energi pencernaan tubuh saja. Inilah yang membuat nutrisi buah dan sayuran melalui jus akan lebih maksimal dibandingkan konsumsi biasa secara langsung (Maria, 2009).Terapi jus bukan merupakan satu-satunya proses penyembuhan, melainkan akan membantu meringankan rasa sakit yang diderita. Sehingga alangkah baiknya jika terapi jus ini juga dibarengi dengan pengobatan secara medis (Maria, 2009).3. Cara menjalani terapi jusMulailah minum dengan sekitar 250 ml jus segar, 5-6 kali sehari setiap 3 jam sekali, lalu tambah secara bertahap hingga mencapai 600 ml. Terapi ini harus dijalani selama 40-50 hari. Namun untuk para pemula, terapi ini bisa dicoba dulu selama 2-3 hari (Maria, 2009).Campurlah air dengan buah atau sayuran yang akan di jus dengan perbandingan 1:1 atau campur dengan jus buah lain yang tidak terlalu manis, karena ini sangat penting terutama untuk penderita diabetes, hipoglikemia, radang sendi, dan tekanan darah tinggi (Maria, 2009).

4. Kandungan tomat kaitannya dalam mempertahankan TD darah normalTomat ada dua macam, yaitu tomat buah dan tomat sayur. Perbedaannya terletak pada bentuk dan ketebalan kulitnya. Tomat buah bentuknya agak lonjong dan kulitnya tebal. Sebaliknya tomat sayur berbentuk bulat dan kulitnya lebih tipis (Harmanto, 2006).Tomat buah biasanya digunakan sebagai salad segar dan langsung dikonsumsi tanpa perlu dimasak terlebih dahulu. Tomat jenis ini lebih tahan lama dibandingkan tomat sayur. Tomat sayur biasanya digunakan sebagai campuran sayur yang dimasak dan tidak bisa tahan lama (cepat busuk). Tomat mengandung sejumlah besar asam sitrat, yang akan bereaksi basa ketika masuk ke dalam aliran darah dan membantu metabolisme tubuh. Tomat mengandung banyak magnesium, zat besi, potassium, fosfor, klor, belerang, kalsium, sodium, dan iodine. Selain itu, tomat mengandung vitamin A, B, C, dan G (Harmanto, 2006).Tomat buah dan tomat sayur sama-sama berkhasiat bagi tubuh manusia, yaitu untuk mengatasi gusi berdarah, sembelit, dan menghaluskan wajah. Tomat juga berperan sebagai antikanker yang baik dan dapat menurunkan darah tinggi (Harmanto, 2006).

a. Vitamin C1) SifatVitamin C adalah kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalama keadaan larut, vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas. Oksidasi dipercepat dengan kehadiran tembaga dan besi. Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam. Vitamin C adalah vitamin yang paling labil (Almatsier, 2009).2) MetabolismeVitamin C mudah di absorbsi secara aktif dan mungkin pula secara difusi pada bagian atas usus halus lalu masuk ke peredaran darah melalui vena porta. Rata-rata absorbsi adalah 90% untuk konsumsi di antara 20 dan 120 mg sehari. Konsumsi tinggi sampai 12 gram (sebagai pil) hanya diabsorbsi sebanyak 16%. Vitamin C kemudian dibawa ke semua jaringan. Konsentrasi tertinggi adalah di dalam jaringan adrenal, pituitari, dan retina (Almatsier, 2009).3) FungsiVitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh, sebagai koenzim atau kofaktor. Asam askorbat adalah bahan yang kuat kemampuan reduksinya dan bertindak sebagai antioksidan dalam reaksi-reaksi hidroksilasi. Beberapa turunan vitamin C (seperti asam eritrobik dan askorbik palmitar) digunakan sebagai antioksidan di dalam industri pangan untuk mencegah proses menjadi tengik, perubahan warna (browning) pada buah-buahan dan untuk mengawetkan daging (Almatsier, 2009).Banyak proses metabolisme dipengaruhi oleh asam askorbat, namun mekanismenya belum diketahui dengan pasti.Vitamin C juga membantu absorbsi kalsium dengan menjaga agar kalsium berada dalam bentuk larutan (Almatsier, 2009).b. KaliumKalium merupakan ion bermuatan positif, akan tetapi berbeda dengan natrium, kalium terutama berada di dalam sel. Perbandingan natrium dan kalium di dalam cairan intraselular adalah 1:10, sedangkan di dalam cairan ekstraselular 28:1. Se banyak 95% kalium tubuh berada di dalam cairan intraselular (Almatsier, 2009).1) Absorbsi dan eksresi kaliumKalium diabsorbsi dengan mudah dalam usus halus. Sebanyak 80-90% kalium yang dimakan dieksresi melalui urin, selebihnya dikeluarkan melalui feses dan sedikit melalui keringat dan cairan lambung. Taraf kalium normal darah di pelihara oleh ginjal melalui kemampuannya menyaring, mengabsorbsi kembali dan mengeluarkan kalium di bawah pengaruh aldosteron. Kalium dikeluarkan dalam bentuk ion dengan menggantikan ion natrium melalui mekanisme pertukaran di dalam tubula ginjal (Almatsier, 2009).2) Fungsi kaliumBersama natrium, kalium memegang peran dalam pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam basa. Bersama kalsium, kalium berperan dalam transmisi saraf dan relaksasi otot. Di dalam sel, kalium berfungsi sebagai katalisator dalam banyak reaksi biologik, terutama dalam metabolisme energi dan sintesis glikogen dan protein. Kalium berperan dalam pertumbuhan sel. Taraf kalium dalam otot berhubungan dengan massa otot dan simpanan glikogen, oleh karena itu bila otot berada dalam pembentukan dibutuhkan kalium dalam jumlah cukup. Tekanan darah normal memerluakan perbandingan antara natrium dan kalium yang sesuai di dalam tubuh (Almatsier, 2009).3) Akibat kekurangan kaliumKekurangan kalium karena makanan jarang terjadi, sepanjang seseorang cukup makan sayuran dan buah segar. Kekurangan kalium dapat terjadi karena kebanyakan kehilangan melalui saluran cerna atau ginjal. Kehilangan banyak melalui saluran cerna dapat terjadi karena muntah-muntah, diare kronis atau kebanyakan menggunakan laksan (obat pencuci perut). Kebanyakan kehilangan melalui ginjal adalah karena penggunaan obat-obat diuretik terutama untuk pengobatan hipertensi. Dokter sering memberikan suplemen kalium bersamaan dengan obat-obatan ini. Kekurangan kalium menyebabkan lemah, lesu, kehilangan nafsu makan, kelumpuhan, mengigau, dan konstipasi. Jantung akan berdebar detaknya, dan menurunkan kemampuannya untuk memompa darah (Almatsier, 2009).4) Akibat kelebihan kaliumKelebihan kalium akut dapat terjadi bila konsumsi saluran cerna (enteral) atau tidak melalui saluran cerna (parenteral) melebihi 12,0 g/m2 permukaan tubuh sehari (18 g untuk orang dewasa) tanpa diimbangi oleh kenaikan eksresi. Hiperkalemia akut dapat menyebabkan gagal jantung yang berakibat kematian. Kelebihan kalium juga dapat terjadi bila ada gangguan fungsi ginjal (Almatsier, 2009).c. KalsiumKalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh, yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg. Dari jumlah ini, 99% berada dijaringan keras, yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit [3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2]. Kalsium tulang berada dalam keadaan seimbang dengan kalsium plasma pada konsentrasi kurang lebih 2,25-2,60 mmol/l (9-10,4 mg/100 ml). Densitas tulang berbeda menurut umur, meningkat pada bagian pertama kehidupan dan menurun secara berangsur setelah dewasa. Selebihnya kalsium tersebar luas di dalam tubuh. Di dalam cairan ekstraselular dan intraselular kalsium memegang peranan penting dalam mengatur fungsi sel, seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah dan menjaga permeabilitas membran sel. Kalsium mengatur pekerjaan hormon-hormon dan faktor pertumbuhan (Almatsier, 2009).1) Absorbsi dan eksresi KalsiumDalam keadaan normal sebanyak 30-50% kalsium yang dikonsumsi diabsorbsi tubuh. Kemampuan absorbsi lebih tinggi pada masa pertumbuhan, dan menurun pada proses menua. Kemampuan absorbsi pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan pada semua golongan usia. Absorbsi kalsium terutama terjadi dibagian atas usus halus yaitu duodenum. Kalsium membutuhkan pH 6 agar dapat berada dalam keadaan terlarut. Absorbsi kalsium terutama dilakukan secara aktif dengan menggunakan alat angkut protein-pengikat kalsium. Absorbsi pasif terjadi pada permukanaan saluran cerna. Banyak faktor mempengaruhi absorbsi kalsium. Kalsium hanya bisa diabsorbsi bila terdapat dalam bentuk larut-air dan tidak mengendap karena unsur makanan lain, seperti oksalat. Kalsium yang tidak diabsorbsi dikeluarkan melalui feses. Jumlah kalsium yang dieksresi melalui urin meningkat pada asidosisdan pada konsumsi fosfor tinggi. Kehilangan kalsium juga terjadi melelui sekresi cairan yang masuk ke dalam saluran cerna, dan melalui keringat (Almatsier, 2009).d. MagnesiumMagnesium adalah kation nomor dua paling banyak setelah natrium di dalam cairan intraselular. Magnesium didalam alam merupakan bagian dari klorofil daun. Peranan magnesiumdalam tumbuh-tumbuhan sama dengan peranan zat besi dalam ikatan hemoglobin di dalam darah pada manusia yaitu untuk pernafasan. Magnesium terlibat dalam berbagai proses metabolisme.Kurang lebih 60% dari 20-28 mg magnesium dalam tubuh terdapat di dalam tulang dan gigi, 26% di dalam otot dan selebihnya di dalam jaringan lunak lainnya serta cairan tubuh. Konsentrasi magnesium rata-rata dalam plasma adalah sebanyak 0,75-1,0 mmol/l (1,5-2,1 mEq/l). Konsentrasi ini dipertahankan tubuh pada nilai yang konstan pada orang sehat. Magnesium di dalam tulang lebih banyak merupakan cadangan yang siap dikeluarkan bila bagian lain dari tubuh membutuhkan (Almatsier, 2009).1) FungsiMagnesium memegang peranan penting dalam lebih dari tiga ratus jenis sistem enzim di dalam tbuh. Magnesium bertindak di dalam semua sel jaringan lunak sebagai katalisator dalam reaksi-reaksi biologik termasuk reaksi-reaksi yang berkaitan dengan metablisme energi, karbohidrat, lipida, protein dan asam nukleat serta dalam sintesis, degradasi dan stabilitas bahan gen DNA. Sebagian besar reaksi ini terjadi dalam mitokondria sel.Dalam cairan sel ekstraselular magnesium berperan dalam transmisi saraf, kontraksi otot dan pembekuan darah. Dalam hal ini peran magnesium berlawanan dengan kalsium. Kalsium merangsang kontraksi otot, sedangkan magnesium mengendorkan otot. Kalsium mendorog penggumpalan darah sedangkan magnesium mencegah. Kalsium menyebabkan ketegangan saraf, sedangkan magnesium melemaskan saraf (Almatsier, 2009).5. Cara pembuatan jus tomat untuk menurunkan hipertensiCara penyajiannya:1. Tomat 150 gram2. Tomat dikukus selama 3 menit3. Haluskan tomat dengan blender4. Tuangkan ke dalam gelas saji dengan ukuran 120 ccPerlakuan diberikan sebanyak 2 kali sehari pada jam 12.00 dan jam 16.00 selama 2 minggu (Kowalski Robert, 2010)