BAB II

37
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 PENGERTIAN CACING YANG DITULARKAN MELALUI TANAH Cacing yang tergolong dalam kelompok STH ( soil transmitted helmith ) adalah cacing yang dalam menyelesaikan siklus hidupnya memerlukan tanah yang sesuai untuk berkembang menjadi bentuk infektif. Jenis STH yang paling sering ditemukan adalah cacing gelang (roundworm/Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), dan cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale) (3) II.1.1.Ascaris lumbricoides a. Morfologi A. lumbricoides merupakan cacing terbesar diantara Nematoda lainya. Cacing betina memiliki ukuran besar dan panjang. Ukuran cacing jantan 10-30 cm dengan diameter 2-4 mm, betina 22-35 cm, kadang-kadang sampai 39 cm dengan diameter 3-6 mm.

description

y6

Transcript of BAB II

BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 PENGERTIAN CACING YANG DITULARKAN MELALUI TANAH

Cacing yang tergolong dalam kelompok STH ( soil transmitted helmith ) adalah cacing yang dalam menyelesaikan siklus hidupnya memerlukan tanah yang sesuai untuk berkembang menjadi bentuk infektif. Jenis STH yang paling sering ditemukan adalah cacing gelang (roundworm/Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), dan cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale) (3)

II.1.1.Ascaris lumbricoidesa. Morfologi

A. lumbricoides merupakan cacing terbesar diantara Nematoda lainya. Cacing betina memiliki ukuran besar dan panjang. Ukuran cacing jantan 10-30 cm dengan diameter 2-4 mm, betina 22-35 cm, kadang-kadang sampai 39 cm dengan diameter 3-6 mm.

A. lumbricoides memiliki 4 macam telur yang dapat dijumpai di feses, yaitu telur fertile (telur yang dibuahi), unfertile (telur yang tidak dibuahi), decorticated (telur yang sudah dibuahi tetapi telah kehilangan lapisan albuminnya) dan telur Infektif (telur yang mengandung larva) (Prianto, J., dkk., 2006).

Gambar : Telur A. lumbricoides Fertile Gambar : Telur A. lumbricoides

unfertile dan fertile

Gambar : Telur A.lumbricoides fertil dan yg paling kanan decorticatedGambar :Telur A. lumbricoides infektif

b. Siklus hidup

Cacing dewasa didalam usus halus memproduksi telur.Cacing betina setelah kawin dapat memproduksi telur tiap harinya kurang lebih 200.000 butir, kemudian dikeluarkan bersamaan feses waktu buang air besar.Telur yang dikeluarkan merupakan telur yang unfertile (tidak infeksius) dan telur fertile.Pada tanah yang lembab, berlumpur dan teduh memudahkan pertumbuhan telur fertile menjadi telur infektif, biasanya butuh waktu kurang lebih 18 hari.Telur yang berisi larva ini infektife. Jika suatu ketika telur tertelan oleh manusia, akan masuk kelumen usus kemudian dalam usus telur menetas menjadi larva dan larva akan menembus mucosa usus melalui vena porta menuju hepar kemudian melalui arteri hepatika masuk ke sirkulasi sistemik. Dari sirkulasi sistemik melalui venavena balik menuju jantung kanan yaitu atrium kanan kemudian ke ventrikel kanan dan masuk ke paru-paru melalui arteri pulmonalis masuk ke kapiler, karena ukuran larva lebih besar dari kapiler maka terjadi perdarahan di kapiler.Migrasi berlangsung selama 10-15 hari.sehingga larva dapat migrasi ke alveoli menuju bronchus, trachea, larink, pharynx, dan akhirnya ikut tertelan masuk kedalam usus dan tumbuh jadi bentuk dewasa. Jika cacing dewasa jantan dan betina kawin, betina sudah dapat menghasilkan telur kurang lebih 2 bulan sejak infeksi pertama.c. Epidemiologi

A. lumbricoides dijumpai diseluruh dunia dan diperkirakan 1,3 milyar orang pernah terinfeksi dengan cacing ini. Tidak jarang dijumpai infeksi campuran dengan cacing lain, terutama trichuris trichiura. Telur yang infektif ditemukan ditanah, yang dapat bertahan bertahun-tahun. Manusia mendapat infeksi dengan cara tertelan telur cacing ascaris lumbricoides yang infektif (telur yang mengandung larva). Hal ini terjadi karena termakan makanan atau minuman yang tercemar oleh telur cacing tadi.

Didaerah tropis, infeksi cacing ini mengenai hampir seluruh lapisan masyarakat, dan anak lebih sering terinfeksi. Bayi akan terinfeksi dengan cacing ini malalui jari ibunya yang mengandung telur ascaris lumbricoides segera setelah lahir. Pencemaran tanah oleh telur cacing lebih sering disebabkan oleh tinja anak. Perbedaan insiden dan intensitas infeksi pada anak dan orang dewasa kemungkinan disebabkan oleh karena berbeda dalam kebiasaan, aktivitas dan perkembangan imunitas yang didapat. Penelitian di Kenya menunjukan bahwa infeksi ascaris lumbricoides mempengaruhi pertumbuhan pada anak. Prevalensi tertinggi askariasis didaerah tropis pada usia 3-8 tahun.

Kosmopolit terutama didaerah tropic dengan udara yang lembap serta sangat erat hubungannya dengan keadaan hygiene dan sanitasi.d. Patologi dan manifestasi klinik

Infeksi ascaris lumbricoides disebut ascariasis atau infeksi ascaris. Gejala klinik tergantung dari beberapa hal, antara lain beratnya infeksi, keadaan umum penderita, daya tahan, dan kerentanan penderita terhadap infeksi cacing. Pada infeksi biasa, penderita mengandung 10-20 ekor cacing, sering tidak ada gejala yang dirasakan oleh hospes, baru diketahui setelah pemeriksaan tinja rutin atau karena caing dewasa keluar bersama tinja.

Gejala klinik pada ascariasis, dapat ditimbulkan oleh cacing dewasa ataupun oleh stadium larva. Cacing dewasa, tinggal diantara lipatan mukosa usus halus, dapat menimbulkan iritasi sehingga tidak enak diperut berupa mual serta sakit perut yang tidak jelas. Kadang-kadang cacing dewasa terbawa kearah mulut karena kontraksi usus (regurgitasi) dan dimuntahkan, keluar melalui mulut atau hidung. Kadang-kadang masuk ketuba eustachii ataupun terisap masuk bronchus. Jika terjadi invasi ke appendix, ductus choledochus ataupun ampulla vateri dapat menimbulkan appendicitis cholesistisis atau pancreatitis hemorhagik..

Cacing dalam jumlah banyak dan berkelompok, akan dapat menyumbat lumen usus, mula-mula penyumbatan partial akhirnya penyumbatan total. Cacing dewasa yang masih hidup ataupun yang sudah mati dapat menghasilkan zat-zat yang bisa merupakan racun bagi tubuh hospes. Pada orang rentan, zat ini dapat menimbulakn manifestasi keracunan seperti oedema muka, urtikaria disertai insomnia, menurunnya nafsu makan, penurunan berat badan.

Setiap 20 cacing dewasa, perhari akan merampas 2,8 gram karbohidrat dan 0,7 gram protein sehingga terutama pada anak-anak sering kali menimbulkan perut buncit, pucat, lesu, rambut jarang berwrna merah serta badan kurus, apalagi jika anak selumnya sudah menderita undernutrisi. Gambaran ini disebabkan oleh defisiensi gizi yang juga dapat menimbulkan keadaan anemi.e. Diagnosis

Diagnosis ascariasis ditegakan berdasarkan menemukan telur cacing dalam tinja (melalui pemeriksaan langsung atau metode konsentrasi), larva dalam sputum, cacing dewasa keluar dari mulut, anus atau dari hidung.

Tingkat infeksi ascariasis dapat ditentukan dengan memeriksa jumlah telur pergram tinja atau jumlah cacing betina yang ada dalam tubuh penderita. Sebagai pedoman dapat dipakai dari Parasitic Diseases Programme, WHO, Geneva, 1981 dalam The Tenth Regional Training Course on Soil-Transmitted Helminthiasis and Integrated Program on Family Planing Nutrition and parasite control, Thailand, 1986, seperti pada tabel di bawah.Tabel 2.1.

NoBeratnya ascariasisJumlah telur pergram tinjaJumlah cacing betina

1Ringan Kuran dari 70005 atau kurang

2Sedang 7000 35.0006 25

3Berat Lebih dari 35.000Lebih 25

f. Pengobatan

Pada saat sekarang ini pemberian obat-obatan telah dapat mengeluarka cacing dri dalam usus. Obat-obatan yang dapat digunakan :

1) pirantel pamoat, dosis 10 mg/kgBB/hari, dosis tunggal, memberikan hasil yang memuaskan

2) mebendazol, dosis 100 mg, dua kali sehari, diberikan selama tiga hari berturut-turut. Hasil pengobatan baik, tetapi efek smaping berupa iritasi terhadap cacing sehingga cacing dapat teransang untuk bermigrasi ketempat lain harus dipertimbangkan.

3) oksantel-pirantel pamoat, dosis 10 mg/kg BB, dosis tunggal memberikan hasil yang baik.

4) Albendazol, pada anak diatas dua tahun dapat diberikan dua tablet albendazol (400 mg) atau 20 ml suspensi, berupa dosis tunggal. Hasil cukup memuaskan.

g. Pencegahan

Perbaikan sanitasi dan kebersihan pribadi serta lingkungan sangat mempunyai arti dalam penanggulangan infeksi cacing gelang iniII.1.2. Trichuris trichiura

a. Morfologi

Cacing dewasa berbentuk cambuk dengan 2/5 bagian posterior tubuhnya tebal dan 3/5 bagian anterior lebih kecil.Cacing jantan memiliki ukuran lebihpendek (3-4 cm) dari pada betina dengan ujung posterior yang melengkung ke ventral.Cacing betina memiliki ukuran 4-5 cm dengan ujung posterior yang membulat.Memiliki bentuk oesophagus yang khas disebut dengan Schistosoma oesophagus. Telur berukuran 3054 x 23 mikron dengan bentukan yang khas lonjong seperti tong (barrel shape) dengan dua mukoid plug pada kedua ujung yang berwarna transparan.

Gambar : Telur T. Trichura.

b. Siklus hidup

Telur yang keluar bersama tinja, dalam keadaan belum matang (belum membelah), tidak infektif. Telur demikian ini perlu pemetangan pada tanah selama 3-5 minggu sampai terbentuk telur infektif yang berisi embrio didalamnya. Dengan demikian, cacing ini termasuk soil transmited helminthes tempat tanah berfungsi dalam pematangan telur.

Manusia mendapat infeksi jika telur yang infektif tertelan. Selanjutnya dibagian proksimal usus halus, telur menetas, keluar larva, menetap selama 3-10 Hari. Setelah dewasa, cacing akan turun ke usus besar dan menetap dalam beberapa tahun. Jelas sekali bahwa larva tidak mengalami migrasi dalam sirkulasi darah ke paru-paru. Waktu yang diperlukan sejak telur infektif tertelan sampai cacing betina menghasilkan telur 30-90 hari.

Seperti juga pada ascaris lumbricoides, siklus hidup trichuris trichiura merupakan siklus langsung karena keduanya tidak membutuhkan tuan rumah perantara.c. Epidemiologi

Cacing ini ditemukan diseluruh dunia. Didaerah dengan endemisitas yang tinggi, anak kecil sering terkena infeksi berat. Pada saat infeksi sering dijumpai pada anak usia sekolah. Pencemaran tanah oleh telur cacing umumnya disebabkan oleh tinja anak, hal ini terutama pada daerah dengan endemisitas yang tinggi. Umur yang paling rentan untuk mendapat infeksi cacing ini adalah 5-15 tahun.

d. Manifestasi klinis

Mekanisme pasti abgaimana cacing cambuk menimbulkan kelainan pada manusia tidak diketahui, tetapi paling tidak ada 2 proses yang berperan, yaitu trauma oleh cacing dan efek toksik. Trauma (kerusakan) pada dinding usus terjadi oleh karena cacing ini membenamkan bagian kepalanya pada dinding usus. Cacing biasanya menetap didaerah sekum.

Gejala pada infeksi ringan dan sedang adalah anak menjadi gugup, susah tidur, nafsu makan menurun, bisa dijumpai nyeri epigastrik atau nyeri perut, muntah atau konstipasi, perut kembung, buang angin. Pada infeksi berat dijumpai mencret yang mengandung darah, lendir, nyeri perut, tenesmus (nyeri sewaktu buang air besar), anoreksia, anemia dan penurunan berat badan. Pada infeksi yang sangat berat dapat terkadi prolapsus rektie. Diagnosis

Trichuriasis dapat ditegakan diagnosisnya berdasarkan ditemukannya telur cacing trichuris trichiura dalam tinja atau menemukan cacing dewasa pada anus atau prolaps rekti.Tingkat infeksi seperti juga pada ascaris lumbricoides, ditentukan dengan memeriksa jumlah telur pada setiap gram tinja atau menentukan jumlah cacing betina yang ada dalam tubuh hospesf. Pengobatan

Obat-obatan yang dapat digunakan :

a. mebendazol 100 mg, dua kali sehari selama 3 hari berturut-turut.

b. albendazol, pada anak usia diatas dua tahun diberikan dengan dosis 400 mg (2 tablet) atau 20 ml suspense berupa dosis tunggal. Sedangkan anak dibawah 2 tahun diberikan separuhnya.

c. gabungan pirantel-pamoat dengan mebendazol.g. Pencegahan

Pencegahan penularan trikuriasis dilakukan melalui pengobatan penderita atau pengobatan missal untuk terapi pencegahan terhadap terjadinya infeksi didaerah endemis. Memperbaiki hygiene sanitasi perorangan dan lingkungan, agar tak terjadi pencemaran lingkungan oleh tinja penderita, mislanya membuat WC atau jamban yang baik di setiap rumah. Memasak makan atau minuman dengan baik dapat membunuh telur infektif cacing.

II.1.3. cacing tambanga. Morfologi

Spesies Hookworm yang paling sering menginfeksi manusia adalah A.duodenale dan N. americanus.Keduanya dibedakan berdasarkan bentuk dan ukuran cacing dewasa, buccal cavity (rongga mulut), bursa copulatrix pada jantan.A. duodenale mempunyai ukuran lebih besar dan panjang dari pada N.americanus.N. americanus jantan mempunyai panjang 8-11 mm dengan diameter 0,4-0,5 mm, sedangkan cacing betina mempunyai panjang 10-13 mm dan diameter 0,6 mm. Pada buccal cavity (rongga mulut) mempunyai 2 pasang cutting plates yaitu sepasang di ventral dan sepasang di dorsal. Dalam keadaan istirahat tubuhnya menyerupai huruf S. A. Duodenale jantan mempunyai panjang 7-9mm dan diameter 0,3 mm sedang cacing betinanya mempunyai panjang 9-11 mm dan diameter 0.4 mm. Pada buccal cavity (rongga mulut) mempunyai 2 pasang gigi di anterior dan di posterior. Dalam keadaan istirahat tubuhnya menyerupai huruf C.Telur Hookworm sulit dibedakan antara spesies.Bentuk oval dengan ukuran 40-60 mikron dengan dinding tipis transparan dan berisi blastomer.

Gambar a Gambar b

Gambar a &b : gambar telur Hookworm sulit dapat dibedakan antara telur N.americanus dan A. duodenale.b. Siklus hidup

Habitat, dalam usus halus terutama di daerah jejunum, sedangkan pada infeksi berat dapat tersebar sampai ke colon dan duodenum. Manusia merupakan hospes definitif tempat cacing ini tidak membutuhkan tuan rumah perantara. Cacing dewasa yang masih hidup berwarna putih abu-abu sampai kemerah-merahan, kedua spesies diatas mempunyai morfologi mirip satu sama lain, perbedaanya antara lain bentuknya yang khas terutama pada cacing betina, pada necator americanus menyerupai huruf S, sedangkan pada ancylostoma duodenale menyerupai huruf C.

Telur keluar bersama tinja pada tanah yang cukup baik, suhu optimal 23-33C, dalam 24-48 jam akan menetas, keluar larva rhabditiform yang berukuran (250-300) x 17 m. larva ini mulutnya terbuka dan aktif makan sampah organic atau bakteri pada tanah sekitar tinja. Pada hari kelima, berubah menjadi larva yang lebih kurus dan panjang disebut larva filariform yang infektif. Larva ini tidak makan, mulutnya tertutup, esophagus panjang, ekor tajam, dapat hidup pada tanah yang baik selama dua minggu. Jika larva menyentuh kulit manusia, biasanya pada sela antara 2 jari kaki atau dorsum pedis , melalui folikel rambur, pori-pori kulit ataupun kulit yang rusak, larva secara aktif menembus kulit masuk kedalam kapiler darah, terbawa aliran darah, kemudian terjadi seperti pada ascaris lumbricoides. Waktu yang diperlukan dalam pengembaraan sampai ke usus halus membutuhkan waktu kira-kira 10 hari.

Cacing dewasa dapat hidup selama kurang lebih 10 tahun. Infeksi per-oral jarang terjadi, tapi larva juga dapat masuk ke dalam badan melalui air minum atau makanan yang terkontaminasi. Siklus hidup, berlaku bagi kedua spesies cacing tambangc. Epidemiologi

Cacing tambang adalah penyakit yang penting pada manusia. N. americanus maupun A. duodenale ditemukan didaerah tropis dan subtropis seperti asia dan Africa. Infeksi pada manusia umumnya dapat terjadi oleh pengaruh beberapa factor yaitu :

1) Adanya sumber infeksi yang adekuat didalam populasi

2) Kebiasaan buang air besar yang jelek, yang mana tinja yang mengandung telur cacing tambang ikut mencemari tanah.

3) Kondisi setempat yang menguntungkan untuk dapat terjadinya perkembangan telur menjadi larva.

4) Kesempatan larva berkontak dengan manusia.

Manusia merupakan tuan rumah utama infeksi cacing tambang. Endemisitas infeksi tergantung pada kondisi lingkungan untuk menetaskan telur dan maturasi larva. Kondisi yang optimal ditemukan didaerah pertanian di Negara tropis. Morbiditas dan mortalitas infeksi cacing tambang terutama terjadi pada anak-anak. Dari suatu penelitian diperoleh bahwa separuh dari anak-anak yang telah terinfeksi sebelum usia 5 tahun, 90% terinfeksi pada usia 9 tahun. Intensitas infeksi meningkat sampai usia 6-7 tahun dan kemudian stabil.d. Patologi dan manifestasi klinis

Penyakit infeksi cacing tambang, uncinariasis, necatoriasis atau ancylostomiasis. Infeksi cacing tambang pada hakikatnya adalah infeksi menahun sehingga sering tidak menunjukan gejala akut. Kerusakan jaringan dan gejala penyakit dapat disebabkan, baik oleh larva maupun oleh cacing dewasa. Larva menembus kulit membentuk maculopapula dan eritem, sering disertai rasa gatal yang hebat, disebut ground itch dan dew itch. Waktu larva berada dalam aliran darah dalam jumlah banyak atau pada orang yang sensitive dapat menimbulkan bronchitis atau bahkan pneumonitis.

Cacing dewasa melekat dan melukai mukosa usus, menimbulkan perasaan tidak enak diperut, mual dan diare. Seekor cacing dewasa mengisap darah 0,2-0,3 ml sehari sehingga dapat menimbulkan anemi yang progresif, hipokrom, mikrositer, tipe defisiensi besi. Biasanya gejala klinik timbul setelah tampak adanya anemi. Pada infeksi berat, Hb dapat turun sampai 2gr%, penderita merasa sesak nafas waktu melakukan kegiatan, lemah dan pusing kepala. Terjadi perubahan pada jantung yang mengalami hipertropi, adanya bising katub serta nadi cepat. Keadaan demikian akan dapat menimbulkan kelemahan jantung. Jika terjadi pada anak dapat menimbulkan keterbelakangan fisik dan mental. Infeksi ancylistoma duodenale lebih berat dari necator americanus.

e. Diagnosis

Sebagai patokan beratnya infeksi cacing tambang berdasarkan jumlah telur dalam tinja atau jumlah cacing betina dapat dipakai patokan dari Parasitic Diseases Programme, WHO, Geneva, 1981 dalam The Tenth Regional Training Course on Soil-Transmited Helminthiasis and Ingreated Program on Family Planning Nutrition and Parasite control,Thailand, 1986, seperti pada tabel ini.(3)Tabel 2.2.

NoBeratnya infeksiJumlah telur pergram tinjaJumlah cacing betina

Infeksi oleh N. americanus

1Ringan Kurang dari 2.00050 atau kurang

2Sedang2.000 7.00051 200

3BeratLebih dari 7.000Lebih dari 200

Infeksi oleh A. duodenales

1Ringan Kurang dari 3.00020 atau kurang

2Sedang3.000 10.00021 100

3BeratLebih dari 10.000Lebih

f. Pengobatan

creeping eruption : krioterapi dengan liquid nitrogen atau kloretilen spray, tiabendazol topical selama 1 minggu. Obat-obat lain dapat yang digunakan :

1) pirantel-pamoat, dosis tunggal 10 mg/kgBB.

2) mebendazol 100 mg dua kali sehari selama 3 hari berturut-turut.

3) albendazol, pada anak usia diatas 2 tahun dapat diberikan 400 mg (2 tablet) atau setara dengan 20 ml suspensi, sedangkan pada anak yang lebih kecil diberikan dengan dosis separuhnya, di laporkan hasil cukup memuaskan.p. Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya infeksi baru maupun reinfeksi, dilakukan:

1) pengobatan massal dan perorangan dengan obat cacing.

2) pendidikan kesehatan : membuat jamban yang baik, dan berjalan ditanah selalu menggunakan alas kakiII.3 STATUS GIZI

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik bagi seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan. Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif (Supariasa, 2001). II.3.2 Konsep gizi pada anak sekolah

Usia anak adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Saat ini masih terdapat perbedaan dalam penentuan usia anak. Menurut UU No 20 tahun 2002 tentang perlindungan anak dan WHO yang dikatakan masuk usia anak adalah sebelum usia 18 tahun dan yang belum menikah. American academic of pediatric tahun 1998 memberikan rekomendasi yang lain tentang batasan usia anak yaitu mulai dari fetus (janin) hingga usia 21 tahun.

Waktu terbesar dari aktivitas keseluruhan anak sehari-hari, termasuk aktifitas makan. Makanan jajanan disekolah ternyata sangat beresiko terjadi cemaran biologis atau kimiawi yang banyak mengganggu kesehatan. Perilaku makan pada anak usia di sekolah tersebut harus diperhatikan secara cermat dan hati-hati. Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa dimasa depan ditentukan kualitas anak-anak saat ini. Upaya peningkatan kualitas sumber daya.

Pada usia sekolah ini, anak banyak mengikuti aktivitas, fisik maupun mental, seperti bermain, belajar berolahraga. Zat gizi akan membantu meningkatka kesehatan tubuh anak, sehingga system pertahanan tubuhnyapun baik dan tidak mudah terserang penyakit. Umumnya orang tua kurang memperhatikan kegiatan makan anaknya lagi. Mereka beranggapan bahwa anak seusia ini sudah tahu kapan ia harus makan. Di samping itu, anak mulai banyak melakukan kegiatan diluar rumah, sehingga agak sulit mengawasi jenis makanan apa saja yang mereka makan.

II.3.3 Kebutuhan nutrisi anak sekolah

Mengingat fungsi psikobiologis anak berbeda dengan dewasa, maka dicermati pengaruh kekurngan nutrisi pada anak. Aktifitas pada anak sekolah menjadi sangat penting mendapat perhatian. Jika kebutuhan akan zat gizi pada masa ini akan mempengaruhi keseimbangan fisiologis yang sebelumnya sudah terbentuk. Gangguan keseimbangan fisiologis tubuh ini akan berakibat menurunkan fungsi kekebalan tubuh yang berakibat anak mudah sakit. Sebaiknya orang tua harus ikut merencanakan dan memantau jadwal aktifitas anak termasuk jam tidur anak dengan cermat.II.3.4 Penilaian status gizi secara antropometrik

Saat ini pengukuran antropometri (ukuran-ukuran tubuh) digunakan secara luas dalam penilaian status gizi, terutama jika terjadi ketidakseimbangan kronik antara intake energi dan protein. Pengukuran antropometri terdiri atas dua dimensi, yaitu pengukuran pertumbuhan dan komposisi tubuh. Komposisi tubuh mencakup komponen lemak tubuh (fat mass) dan bukan lemak tubuh (non-fat mass).

a. Berat badan menurut umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu yang memberikan gambaran masa tubuh massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan yang mendadak , misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Indeks BB/U adalah pengukuran total berat badan termasuk air, lemak,tulang dan otot.

1) Kelebihan indeks BB/U

a) Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti

b) Baik untk mengukur status gizi akut atau kronis

c) Berat badan dapat berfluktuasi

d) Sangat sensitive terhadap perubahan perubahan kecil

2) Kelemahan indeks BB/U

a) Dapat mengakibatkan interpretasi keliru apabila terdapat edema atau asites

b) Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisionaal ,umur sering sulit ditaksir karena pencatatn umur yang belum baik

c) Memerlukan data yang akurat

d) Sering terjadi salah pengukuran, seperti pengaruh pakaian dan gerakan anak pada saat menimbang.

b. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

Berat Badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan . dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indicator yang baik untuk menilai status gizi saat ini.

1) Keuntungan indeks BB/TB

a) Tidak memerlukan data umur

b) Dapat membedakan proposrsi badan ( gemuk, normal, kurus)

2) Kelemahan indeks BB/TB

a) Tidak dapat memeberikan gambaran , apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi badan, atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya , karena factor umur tidak dipertimbangkan

b) Membutuhkan dua macam alat ukur

c) Pegukuran relative lebih lama

d) Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan haasil pengukuran, terutama bila dilakukan oleh kelompok non professional.

c. Tinggi badan menurut umur (TB/U)

Indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu. Beaton dan Bengoa (1973) menyatakan bahwa indeks TB/U disamping memberikan gambaran status masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status social-ekonomi.

1) Keuntungan indeks TB/U

a) Baik untuk menilai status gizi masa lampau

b) Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa.

2) Kelemahan indeks TB/U

a) Tinggi badan tidak cepat naik bahkan tidak mungkin turun

b) Pengukuran relative sulit, karena anak harus berdiri tegak.

c) Ketepatan umur sulit didapat.

Penggolongan keadaan indeks gizi menurut antropometriTabel 2.3Status giziAmbang batas baku untuk keadaan gizi berdasarkan indeks

BB/UTB/UBB/TB

Gizi Baik>80%>85%>90%

Gizi kurang61-80%71-85%81%-90%

Gizi buruk60%70%80%

d. Klasifikasi penilaian status gizi anak

Standar deviasi unit disebut juga Z-skor. WHO menyrankan menyrankan menggunakan cara ini unuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan.

1) 1 SD unit (1 Z Skor) kurang lebih sama dengan 11% dari median BB/U

2) 1 SD unit (1 Z skor) kira-kira 10% dari median BB/TB

3) 1 SD unit (1 Z-skor) kira-kira 5% dari median TB/U

Rumus perhitungan Z-skor adalah :

Tabel 2.4 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS. (10)

NoIndeks yang dipakaiBatas PengelompokanSebutan Status Gizi

1BB/U < -3 SDGizi buruk

- 3 s/d +2 SDGizi lebih

2TB/U < -3 SDSangat Pendek

- 3 s/d +2 SDTinggi

3BB/TB < -3 SDSangat Kurus

- 3 s/d +2 SDGemuk

Tabel 2. Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)NoIndeks yang digunakanInterpretasi

BB/UTB/UBB/TB

1RendahRendahNormalNormal, dulu kurang gizi

RendahTinggiRendahSekarang kurang ++

RendahNormalRendahSekarang kurang +

2NormalNormalNormalNormal

NormalTinggiRendahSekarang kurang

NormalRendahTinggiSekarang lebih, dulu kurang

3TinggiTinggiNormalTinggi, normal

TinggiRendahTinggiObese

TinggiNormalTinggiSekarang lebih, belum obese

Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :

Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

ADDIN EN.CITE I dewa Nyoman Supariasa 20021010105 I dewa Nyoman Supariasa , Bachyar Bakri , Ibnu Fajar penilaian status gizihal 98-992002JakartaEGCI dewa Nyoman Supariasa 20021010105 I dewa Nyoman Supariasa , Bachyar Bakri , Ibnu Fajar penilaian status gizihal 98-992002JakartaEGCI dewa Nyoman Supariasa 20021010105 I dewa Nyoman Supariasa , Bachyar Bakri , Ibnu Fajar penilaian status gizihal 98-992002JakartaEGC

ADDIN EN.CITE

II.4. Hubungan infeksi cacing dengan status gizi

Antara gizi buruk dan penyakit infeksi sebenarnya terdapat hubungan timbal balik yang sangat erat sehingga sulit untuk mengidentifikasi mana dari kedua keadaan tersebut yang terjadi lebih dahulu. Gizi buruk menyebabkan system pertahanan tubuh terhadap infeksi menurun. Karena terjadi perubahan morfologis pada jaringan lymphoid yang berperan dalam system kekebalan. Atrupi pada kelenjar thymus karena kurang gizi juga menyebabkan kekebalan sekuler menurun. Atrropi juga terjadi pada dinding usus sehingga sekresi berbagai enzim berkurang. Keseluruhan gangguan pada system kekebalan berlangsung bersama-sama sehingga menjadikan anak mudah terserang penyakit infeksi.sebaliknya penyakit infeksi yang menyerang anak dan menyebabkan gizi anak menjadi buruk. Memburuknya keadaan gizi anak akibat penyakit infeksi adalah akibat beberapa hal :

Turunnya nafsu makan anak akibat rasa tidak nyaman yang dialaminya. Sehingga masukkan zat gizi berkurang padahal anak memerlukan zat gizi yang lebih banyak terutama untuk menggantikan jaringan tubuh yang rusak, penyakit infeksi sering disertai oleh diare dan muntah yang menyebabkan penderita kehilangan cairan dan sejumlah zat gizi seperti berbagai mineral dan sebagainya. Adanya diare menyebabkan penyerapan zat gizi dan makanan juga terganggu, sehingga secara keseluruhan mendorong terjadinya gizi buruk dan naiknya metabolisme basal akibat demam menyebabkan termobolisasinya cadangan energy dalam tubuh. Penghancuran jaringan tubuh oleh bibit penyakit juga akan semakin banyak dan untuk menggantikannya diperlukan masukan protein yang lebih banyak.