BAB II
-
Upload
mustika-oktarini -
Category
Documents
-
view
11 -
download
0
Transcript of BAB II
7/16/2019 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-5634f80b6f230 1/10
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Infeksi Nosokomial
1. Definisi Infeksi Nosokomial
Infeksi Nosokomial (IN) adalah infeksi yang terjadi atau didapat di
rumah sakit dan merupakan infeksi yang sangat khas, karena hanya terjadi
di rumah sakit. Insiden infeksi ini dilaporkan telah mencapai 45%,
khususnya yang terjadi di ICU ( Intensive Care Unit ), dan ini tergantung
pada besarnya rumah sakit dan besarnya departemen klinik. Sumber infeksi
nosokomial dapat dibedakan menjadi tiga. Pertama, penderita itu sendiri (self
infection), yaitu infeksi nosokomial berasal dari penderita itu sendiri ( flora
endogen) yang berpindah dari satu jaringan ke jaringan lain. Kedua, infeksi
silang (cross infection), dimana infeksi nosokomial terjadi akibat penularan
dari penderita/orang lain di rumah sakit baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dan ketiga, infeksi lingkungan (environmental infection), dimana
infeksi disebabkan oleh kuman yang didapat dari bahan/benda di lingkungan
rumah sakit (Darmadi, 2008).
2. Batasan
Menurut Zulkarnaen 1999, infeksi nosokomial adalah infeksi yang
didapat di rumah sakit, terjadi sesudah 72 jam perawatan pada pasien rawat
inap yang di rawat lebih lama dari masa inkubasi suatu penyakit. Infeksi
nosokomial bukan merupakan sisa infeksi sebelumnya. Jadi harus di
buktikan dulu apakah sebelumnya telah terdapat infeksi yang berbeda
dengan kuman yang ada di rumah sakit tersebut (Gunadi, 1999).
3. Epidemiologi
Menurut Pelczar, 1998, faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu
penyakit infeksi, termasuk infeksi nosokomial ialah:
5
7/16/2019 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-5634f80b6f230 2/10
6
1) Sumber mikroorganisme, infeksi nosokomial dapat berasal secara
endogen dan eksogen. Infeksi eksogen dapat disebabkan karena
mikroorganisme dari lingkungan. Sedangkan infeksi endogen
disebabkan karena kuman oportunistik yang secara normal berada
dalam tubuh penderita (Black, 2002). Sumber mikroorganisme ini
dapat berasal dari benda, substansi, aliran udara maupun serangga.
2) Rute penyebaran, rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya
pasien yang menderita infeksi yang sudah maupun yang belum
terdiagnosis. Penularan infeksi dapat terjadi melalui silang
(infection cross) dari suatu pasien kepada pasien lainnya
(Zulkarnaen, 1999).
3) Inang yang rentan terhadap infeksi, pasien yang dirawat di rumah
sakit adalah orang yang sedang bermasalah dengan kesehatan dan
pada umumnya daya tahan tubuhnya sedang menurun sehingga
sangat rentan terhadap infeksi (Sinaga, 2004)
4. Etiologi
1) Bakteri
Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh
manusia yang sehat. Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam
melindungi tubuh dari datangnya bakteri patogen. Tetapi pada
beberapa kasus dapat menyebabkan infeksi jika manusia tersebut
mempunyai toleransi yang rendah terhadap mikroorganisme.
Contohnya Escherichia coli paling banyak dijumpai sebagai
penyebab infeksi saluran kemih. Bakteri patogen lebih berbahaya dan
menyebabkan infeksi baik secara sporadik maupun endemik.
Contohnya :
a) Anaerobik gram-positif, Clostridium yang dapat menyebabkan
gangrene.
7/16/2019 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-5634f80b6f230 3/10
7
b) Bakteri gram-positif , Staphylococcus aureus yang menjadi
parasit di kulit dan hidung dapat menyebabkan gangguan pada
paru, tulang, jantung dan infeksi pembuluh darah serta
seringkali telah resisten terhadap antibiotika.
c) Bakteri gram negatif, Enterobacteriacae, contohnya
Escherichia coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter .
Pseudomonas sering sekali ditemukan di air dan penampungan
air yang menyebabkan infeksi di saluran pencernaan dan
pasien yang dirawat. Bakteri gram negatif ini bertanggung
jawab sekitar setengah dari semua infeksi di rumah sakit.
d) Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada
luka bekas jahitan, paru, dan peritoneum.
2) Virus
Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh
berbagai macam virus, termasuk virus hepatitis B dan C dengan
media penularan dari transfusi, dialisis, suntikan dan endoskopi.
Respiratory syncytial virus (RSV), rotavirus, dan enteroviruses yang
ditularkan dari kontak tangan ke mulut atau melalui rute faecal-oral.
Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian jarum suntik, dan
transfusi darah. Rute penularan untuk virus sama seperti
mikroorganisme lainnya. Infeksi gastrointestinal, infeksi traktus
respiratorius, penyakit kulit dan dari darah. Virus lain yang sering
menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola,
influenza virus, herpes simplex virus, dan varicella-zoster virus, juga
dapat ditularkan.
3) Parasit dan Jamur
Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan
mudah ke orang dewasa maupun anak-anak. Banyak jamur dan
parasit dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri dan
7/16/2019 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-5634f80b6f230 4/10
8
obat immunosupresan, contohnya infeksi dari Candida albicans,
Aspergillus spp, Cryptococcus neoformans, Cryptosporidium (Ducel,
G. et al., 2002).
5. Manifestasi Klinis dari Infeksi Nosokomial
1) Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih (UTI), yang dikenal sebagai penggunaan
kateter urin terkait UTI (CAUTIs) merupakan kejadian tersering,
sekitar 40% dari infeksi nosokomial, 80% infeksinya dihubungkan
dengan penggunaan kateter urin. Infeksi ini secara signifikan tidak
hanya disebabkan oleh tingginya insiden dan biaya secara ekonomi,
tetapi juga karena beratnya gejala sisa yang dapat dihasilkan.
Walaupun tidak terlalu berbahaya, tetapi dapat menyebabkan
terjadinya bakteremia dan mengakibatkan kematian. Organisme yang
bisa menginfeksi biasanya E.Coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas,
atau Enterococcus. Infeksi yang terjadi lebih awal lebih disebabkan
oleh mikroorganisme endogen (dua per tiga dari kasus) , sedangkan
infeksi yang terjadi setelah beberapa waktu yang lama biasanya
karena mikroorganisme eksogen. Penyebabnya karena kontaminasi
tangan atau sarung tangan ketika pemasangan kateter, atau air yang
digunakan untuk membersihkan balon kateter. Dapat juga karena
sterilisasi dan teknik aseptik yang gagal. Untuk pencegahan, alat
yang digunakan harus di sterilkan terlebih dahulu. Dipastikan bahwa
alat-alat tersebut steril dan tidak terkontaminasi oleh alat-alat yang
tidak steril (Darmadi, 2008).
2) Pneumonia Nosokomial
Pneumonia nosokomial atau hospital acquired pneumonia (HAP)
adalah pneumonia yang didapat di rumah sakit menduduki peringkat
ke-2 sebagai infeksi nosokomial di Amerika Serikat, hal ini
berhubungan dengan peningkatan angka kesakitan, kematian dan
7/16/2019 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-5634f80b6f230 5/10
9
biaya perawatan di rumah sakit. Pneumonia nosokomial terjadi 5-10
kasus per 1000 pasien yang masuk ke rumah sakit dan menjadi lebih
tinggi 6-20x pada pasien yang memakai alat bantu napas mekanis.
Angka kematian pada pneumonia nosokomial 20-50%. Angka
kematian ini meningkat pada pneumonia yang disebabkan
Pseudomonas aeruginosa atau yang mengalami bakteremia sekunder
(Porzecanski I, Bowton DL, 2006).
Pneumonia nosokomial (HAP) adalah pneumonia yang terjadi
setelah pasien 48 jam dirawat di rumah sakit dan disingkirkan semua
infeksi yang terjadi sebelum masuk rumah sakit. Sedangkan
Ventilator associated pneumonia (VAP) adalah pneumonia yang
terjadi lebih dari 48 jam setelah pemasangan intubasi endotrakeal
(Barbara J, 2005).
Patogen penyebab pneumonia nosokomial berbeda dengan
pneumonia komuniti. Pneumonia nosokomial dapat disebabkan oleh
kuman bukan multi drug resistance (MDR) misalnya S.pneumoniae,
H. Influenzae, Methicillin Sensitive Staphylococcus aureus (MSSA)
dan kuman MDR misalnya Pseudomonas aeruginosa, Escherichia
coli, Klebsiella pneumoniae, Acinetobacter sp dan Gram positif
seperti Methicillin Resistance Staphylococcus aureus (MRSA).
Pneumonia nosokomial yang disebabkan jamur, kuman anaerob dan
virus jarang terjadi. Dari kelompok virus dapat disebabkan oleh
cytomegalo virus, influenza virus, adeno virus, para influenza virus,
enterovirus dan corona virus (Michael et al, 2009).
6. Sumber Penularan
Penularan adalah perjalanan kuman patogen dari sumber infeksi ke
hospes. Ada 4 jalan yang dapat di tempuh yaitu dengan kontak langsung,
alat, udara dan vector. (Suharto, 1994). Infeksi nosokomial bisa terjadi
secara endogen maupun eksogen. Infeksi eksogen di sebabkan oleh
7/16/2019 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-5634f80b6f230 6/10
10
organisme yang masuk ke pasien dari lingkungan. Organisme tersebut bias
berasal dari pasien lain, tenaga kesehatan, pengunjung dan juga bisa masuk
melalui serangga yang berasal dari tempat kotor (toilet, tempat sampah) ke
pasien.
Infeksi endogen disebabkan kuman oportunis yang berasal dari
mikroflora normal pasien sendiri. Kuman oportunis seringkali menyebabkan
infeksi jika pasien memiliki resistensi yang rendah ataupun jika flora normal
yang bersaing dengan kuman patogen telah dieliminasi oleh antibiotik yang
diminum pasien (Black, 2002).
Pemeliharaan kebersihan dan kehigienisan rumah sakit memang harus
dilakukan ekstra ketat (Sinaga, 2004). Lingkup cakupan sanitasi rumah sakit
salah satunya dari aspek kerumahtanggan seperti kebersihan dinding dan
lantai (Musadad, 1993).
7. Cara Penularan Infeksi Nosokomial
Penularan infeksi nosokomial dapat dibedakan menjadi beberapa cara,
yaitu:
1) Penularan secara kontak
Penularan ini dapat terjadi baik secara kontak langsung, kontak
tidak langsung, dan droplet. Kontak langsung terjadi bila sumber
infeksi berhubungan langsung dengan penjamu, misalnya person to
person pada penularan infeksi hepatitis A virus secara fecal oral.
Sedangkan kontak tidak langsung, terjadi apabila penularan
membutuhkan objek perantara (biasanya benda mati). Hal ini terjadi
karena benda mati tersebut telah terkontaminasi oleh sumber infeksi,
misalnya kontaminasi peralatan medis oleh mikroorganisme.
2) Penularan melalui common vehicle
Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh
kuman dan dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu
7/16/2019 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-5634f80b6f230 7/10
11
penjamu. Adapun jenis-jenis common vehicle adalah darah/produk
darah, cairan intra vena, obat-obatan dan sebagainya.
3) Penularan melalui udara dan inhalasi
Penularan ini terjadi bila mikroorganisme mempunyai ukuran
yang sangat kecil sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak
yang cukup jauh dan melalui saluran pernafasan. Misalnya,
mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit terlepas akan
membentuk debu yang dapat menyebar jauh (Staphylococcus) dan
Tuberculosis.
4) Penularan dengan perantara vektor
Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal.
Disebut penularan secara eksternal bila hanya terjadi pemindahan
secara mekanis dari mikroorganisme yang menempel pada tubuh
vektor, misalnya Shigella dan Salmonella oleh lalat. Penularan secara
internal bila mikroorganisme masuk ke dalam tubuh vektor dan dapat
terjadi perubahan biologik, misalnya parasit malaria dalam nyamuk
atau tidak mengalami perubahan biologik, misalnya yersenia pestis
pada ginjal (flea) (Syndman D, 2007).
7/16/2019 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-5634f80b6f230 8/10
12
B. Angka dan Pola Kuman
1. Angka Kuman
Jumlah inokulum bakteri merupakan faktor yang berperan dalam
terjadinya infeksi (Setiawan, 2003). Standar kebersihan lantai dengan
menggunakan khodac plate dikatakan baik bila koloni yang tumbuh kurang
25 koloni. Jumlah koloni yang tumbuh kurang dari 5 koloni dapat
dipertimbangkan untuk suatu ruang operasi steril (Hadiwidjaja, 2001).
Sedangkan menurut Permenkes 2004 tingkat kebersihan lantai dan dinding
distandarkan adalah 0-5 koloni/cm² untuk ruang operasi, sedangkan 5-10
koloni/cm² untuk ruang perawatan. Sedangkan untuk kuman udara di ruang
ICU distandarkan 200 koloni/cm3.
2. Pola Kuman
Bakteri nosokomial merupakan kuman yang hidup bebas di lingkungan
rumah sakit (Anonim, 2004). Pola kuman yang merupakan ancaman infeksi
tentu saja bergantung pada keadaan lingkungan (Reksodiputro, 1993). Pola
kuman yang menyebar di rumah sakit itu bisa membuat pasien maupun
masyarakat terinfeksi.
Penyebab infeksi adalah bakteri, virus, ataupun jamur. Bakteri yang
paling banyak ditemukan di rumah sakit adalah Kleibsiella sp, Pseudomonas
sp, Staphylococcus sp, E.coli dan Streptococcus sp. Bakteri nosokomial pada
umumnya merupakan gram negative kategori ganas yang menulari penghuni
rumah sakit (Anonim, 2004).
Di beberapa fasilitas rumah sakit seperti fasilitas Intensif Care Unit
(ICU), NICU, dan ICCU memiliki pola kuman yang berbeda termasuk
kepekaan terhadap antibiotik. Apabila setiap rumah sakit sudah mengetahui
pola kuman yang beredar maka manajemen rumah sakit bisa menentukan
kebijakan penggunaan antibiotik secara rasional (Anonim, 2004).
7/16/2019 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-5634f80b6f230 9/10
13
C. Kerangka Konsep
= Diteliti
Dinding, lantai
dan udara ruang
ICU Kontaminasi:
Debu
Pengunjung RS
Pasien
Hewan
Kuman
anaerob aerob
apatogenapatogen patogen patogen
pasien pasien
Infeksinosokomial
Infeksi nosokomial
Penularan langsung: droplet nuclei
Penularan tidak langsung:
1. Vehicle borne
2. Vector borne
3. Food borne
4. Water borne
7/16/2019 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-5634f80b6f230 10/10
14
D. Hipotesis
Ditemukannya angka kuman dan pola kuman pada dinding, lantai dan udara
di ruang ICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta.