BAB II

50
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang sangat populer. Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan K3 yang artinya keselamatan, dan kesehatan kerja. Menurut Milyandra (2009  ) Istilah „keselamatan dan kesehatan kerja, dapat dipandang mempunyai dua sisi pengertian. Pengertian yang pertama mengandung arti sebagai suatu pendekatan ilmiah (  scientific approach) dan disisi lain mempunyai pengertian sebagai suatu terapan atau suatu program yang mempunyai tujuan tertentu. Karena itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat digolongkan sebagai suatu ilmu terapan (applied science). Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu program didasari  pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah at au memperkecil terjadinya baha ya (hazard ) dan risiko (risk ) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi. 1. Kesehatan Kerja Selain faktor keselamatan , hal penting yang juga harus diperhatikan oleh manusia pada umumnya dan para pekerja konstruksi khususnya adalah faktor kesehatan. Kesehatan berasal dari bahasa Inggris

description

tinjauan pustaka

Transcript of BAB II

55

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang sangat populer. Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan K3 yang artinya keselamatan, dan kesehatan kerja. Menurut Milyandra (2009) Istilah keselamatan dan kesehatan kerja, dapat dipandang mempunyai dua sisi pengertian. Pengertian yang pertama mengandung arti sebagai suatu pendekatan ilmiah (scientific approach) dan disisi lain mempunyai pengertian sebagai suatu terapan atau suatu program yang mempunyai tujuan tertentu. Karena itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat digolongkan sebagai suatu ilmu terapan (applied science).Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu program didasari pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi.1. Kesehatan KerjaSelain faktor keselamatan , hal penting yang juga harus diperhatikan oleh manusia pada umumnya dan para pekerja konstruksi khususnya adalah faktor kesehatan. Kesehatan berasal dari bahasa Inggris health, yang dewasa ini tidak hanya berarti terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat mempunyai makna sehat secara fisik, mental dan juga sehat secara sosial. Dengan demikian pengertian sehat secara utuh menunjukkan pengertian sejahtera (well-being). Kesehatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun pendekatan praktis juga berupaya mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan manusia menderita sakit dan sekaligus berupaya untuk mengembangkan berbagai cara atau pendekatan untuk mencegah agar manusia tidak menderita sakit, bahkan menjadi lebih sehat (Milyandra, 2009).Menurut Undang- Undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, sosial dan mental yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pada dasarnya kesehatan itu meliputi empat aspek, antara lain :1. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual. a. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.b. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.c. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.2. 3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.2. Keselamatan KerjaKeselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata safety dan biasanya selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (accident) atau nyaris celaka (near-miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinya kecelakaan (Syaaf, 2007).Slamet (2012) juga mendefinisikan tentang keselamatan kerja. Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan selama bekerja, karena tidak yang menginginkan terjadinya kecelakaan di dunia ini. Keselamatan kerja sangat bergantung .pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan. Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:a. Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerjab. Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.c. Teliti dalam bekerjad. Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan kerja.Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan.3. Jenis jenis kecelakaan kerjaMenurut Purnama (2010) jenis- jenis kecelakaan yang sering terjadi pada proyek konstruksi adalah sebagai berikut :a. Jatuhb. Tertimpa benda jatuhc. Menginjak, terantukd. Terjepit,e. Gerakan berlebihanf. Kontak suhu tinggig. Kontak aliran listrikh. Kontak dengan bahan berbahaya/radiasiKecelakaan kerja adalah hal yang tidak diinginkan dan diharapkan sehingga dapat mengacaukan suatu proses aktivitas yang telah diatur, merugikan terhadap manusia, dan merusak harta benda atau kerugian terhadap proses. Menurut Haris (2008) jenis jenis kecelakaan dapat diklasifikasikan seperti diagram berikut :

a) b)

Gambar 1. Jenis kecelakaan menurut Haris (2008) http://digilib.unimed.ac.id

Bentuk kecelakaan yang terjadi pada proyek konstruksi bermacam-macam dan merupakan dasar dari penggolongan atau pengklasifikasian jenis kecelakaan. Macam macam kecelakaan kerja dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, antara lain :1. Terbentur (struck by)Kecelakaan ini terjadi pada saat seseorang yang tidak diduga ditabrak atau ditampar sesuatu yang bergerak atau bahan kimia. Contohnya: terkena pukulan palu, ditabrak kendaraan, benda asing misal material.2. Membentur (struck against)Kecelakaan yang selalu timbul akibat pekerja yang bergerak terkena atau bersentuhan dengan beberapa objek atau bahan-bahan kimia.Contohnya: terkena sudut atau bagian yang tajam, menabrak pipapipa.3. Terperangkap (caught in, on, between)Contoh dari caught in adalah kecelakaan yang akan terjadi bila kaki pekerja tersangkut di antara papanpapan yang patah di lantai. Contoh dari caught on adalah kecelakaan yang timbul bila baju dari pekerja terkena pagar kawat, sedangkan contoh dari caught between adalah kecelakaan yang terjadi bila lengan atau kaki dari pekerja tersangkut bagian mesin yang bergerak.4. Jatuh dari ketinggian (fall from above)Kecelakaan ini banyak terjadi, yaitu jatuh dari tingkat yang lebih tinggike tingkat yang lebih rendah. Contohnya jatuh dari tangga atau atap.5. Jatuh pada ketinggian yang sama (fall at ground level) Beberapa kecelakaan yang timbul pada tipe ini seringkali berupa tergelincir, tersandung, jatuh dari lantai yang sama tingkatnya.6. Pekerjaan yang terlalu berat (over-exertion or strain)Kecelakaan ini timbul akibat pekerjaan yang terlalu berat yang dilakukan pekerja seperti mengangkat, menaikkan, menarik benda atau material yang dilakukan di luar batas kemampuan.7. Terkena aliran listrik (electrical contact)Luka yang ditimbulkan dari kecelakaan ini terjadi akibat sentuhan anggota badan dengan alat atau perlengkapan yang mengandung listrik.8. Terbakar (burn)Kondisi ini terjadi akibat sebuah bagian dari tubuh mengalami kontak dengan percikan, bunga api, atau dengan zat kima yang panasUntuk menghindari kecelakaan kerja, maka kita perlu mempelajari sebab-sebab kecelakaan kerja, sehingga bisa mengeliminir angka kecelakaan kerja.Kecelakaan kerja dapat bersumber dari faktor manusia sendiri, maupun dari faktor lingkungan.1. FaktormanusiaKecelakaan kerja yang disebabkan oleh kesalahan manusia diantaranya:a. KetidaktahuanDalam menjalankan mesin-mesin dan peralatan otomotif diperlukan pengetahuan yang cukup oleh teknisi. Apabila tidak maka dapat menjadi penyebab kecelakaan kerja. Pengetahuan darioperatordalam menjalankan peralatan kerja, memahami karakter dari masing-masing mesin dan sebagainya, menjadi hal yang sangat penting, mengingat apabila hal tersebut asal-asalan, maka akan membahayakan peralatan dan manusia itu sendiri.b. Kemampuan yang kurangTingkat pendidikan teknisi otomotif sangat dibutuhkan untuk proses produksi dan proses maintenance atau perawatan. Orang yang memiliki kemampuan tinggi biasanya akan bekerja dengan lebih baik serta memperhatikan faktor keslamatan kerja pada pekerjannya. Oleh sebab itu, untuk selalu mengasah kemampuan akan menjadi lebih baik.c. Ketrampilan yang kurangSetelah kemampuan pengetahuan teknisi baik, maka diperlukan latihan secara terus-menerus.Hal ini untuk lebih selalu mengembangkan ketrampilan gunasemakin meminimalkan kesalahan dalam bekerja dan mengurangi angka kecelakaan kerja. Di dunia keteknikan, kegiatan latihan ini sering disebut dengantraining.d. Konsentrasi yang kurang Dalam melaksanakan pekerjaan dituntut konsentrasi tinggi.Mesin-mesin yang beroperasi, berputar, atau bergerak tidak memiliki toleransi apabila kita salah dalam mengoperasikan atau menjalankan mesin tersebut. Banyak sekali hal yang dapat menyebabkan hilangnya konsentrasi manusia, seperti masalah pribadi atau keluarga, tekanan ekonomi, maupun faktor-faktor yang datangnya dari lingkungan seperti kondisi ruangan yang panas, atau terlalu dingin, suara yang berisik, mesin yang bising dan lain sebagainya. Oleh karena itu, faktor psikologis manusia dan lingkungan harus dikondisikanagarmanusia nyaman dalam bekerja sehingga mengurangi angka kecelakaan kerja.e. Bermain-mainKarakter seseorang yang suka bermain-main dalam bekerja, bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya angka kecelakaan kerja. Demikian juga dalam bekerja sering tergesa-gesa dan sembrono juga bisa menyebabkan kecelakaan kerja. Oleh karena itu, dalam setiap melakukan pekerjaan sebaiknya dilaksanakan dengan cermat, teliti, dan hati-hati agar keselamatan kerja selalu bisa terwujud. Terlebih lagi untuk pekerjaan yang menuntut adanya ketelitian, kesabaran dan kecermatan, tidak bisa dilaksanakan dengan berkerja sambil bermain.f. Bekerja tanpa peralatan keselamatanPekerjaan tertentu, mengharuskan pekerja menggunakan peralatan keselamatan kerja.Peralatan keselamatan kerja dirancang untuk melindungi pekerja dari bahaya yang diakibatkan dari pekerjaan yang baru dilaksanakan. Dengan berkembangnya teknologi, saat ini telah dibuat peralatan keselamatan yang nyaman dan aman ketika digunakan.Perlatan keselamatan tersebut diantaranya pakaian kerja (wearpack),helm pengaman, kacamata, kacamata las, sarung tangan, sepatu kerja, masker penutup debu, penutup telinga dari kebisingan, tali pengaman untuk pekerja di ketinggian dan sebaginya. Terkadang orang yang sudah merasa mahir justru tidak menggunakan peralatan keselamatan, misal dalam mengelas tidak menggunakan topeng las. Hal ini sangatlah salah, pekerja yang mahir dan profesional justru selalu menggunakan peralatan keselamatan kerja untuk menjaga kualitas pekerjaan yang terbaik serta keselamatan dan kesehatan dirinya selama bekerja.g. Mengambil resiko yang tidak tepatKarena tidak mau repot dalam bekerja, orang kadang melakukan hal-hal yang tidak mencerminkan tindakan yang selamat. Sebagai contoh, pekerja malas mengambil topeng las di rak keselamatan kerja, langsung mengelas tanpa pelindung mata.Tanpa di duga, ada percikan api las yang mengenai mata. Setelah dilakukan pengobatan, ternyata besarnya biaya pengobatan tidak sebanding dengan beberapa detik mengambil peralatan keselamatan kerja.Demikian juga dengan mesin, sudah tahu bahwa oli sudah waktunya diganti, karena hanya menyisakan pekerjaan sedikit saja, oli mesin tidak diganti. Ternyata dengan kualitas oli yang jelek, justru mesin menjadi panas (overheating) dan harus turun mesin,dengan biaya yang jauh lebih tinggi, ditambah tetap harus mengganti oli.2. Faktor lingkunganFaktor lingkungan juga andil dalam terjadinya kecelakaan kerja.a. Tempat kerja yang tidak layakTempat kerja harus memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja, seperti ukuran ruangan tempat kerja, penerangan, ventilasi udara, suhu tempat kerja, lantai dan kebersihan luangan, kelistrikan ruang, pewarnaan, gudang dan lain sebagainya.Jika tempat kerja tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, maka kecelakaan kerja sangat mungkin terjadi.b. Kondisi peralatan yang berbahayaMesin-mesin dan peralatan kerja pada dasarnya mengandung bahaya dan menjadi sumber terjadinya kecelakaan kerja. Misalnya karena mesin atau peralatan yang berputar, bergerak, bergesekan, bergerak bolak-balik, belt atau sabuk yang berjalan, roda gigi yang bergerak, transmisi serta peralatan lainnya. Oleh karena itu, mesin dan perlatan yang potensial menyebabkan kecelakaan kerja harus diberi pelindung agar tidak membahayakan operator atau ,manusia.c. Bahan-bahan dan peralatan yang bergerakPemindahan barang-barang yang berat atau yang berbahaya (mudah meledak, pelumas, dan lainnya) dari satu tempat ke tempat yang lain sangat memungkinkan terjadi kecelakaan kerja. Untuk menghindari kecelakaan kerja tersebut, perlu dilakukan pemikiran dan perhitungan yang matang, baik metode memindahkannya, alat yang digunakan, jalur yang akan di lalui, siapa yang bisa memindahkan dan lain sebagainya.Untuk bahan dan peralatan yang berat diperlukan alat bantu seperti forklift. Orang yang akan mengoperasikan alat bantu ini harus mengerti benar cara menggunakan forklift, karena jika tidak, kemungkinan akan timbul kesalahan dan mengancam keselamatan lingkungan maupun tenaga kerja lainnya.d. TransportasiKecelakaan kerja yang diakibatkan dari penggunaan alat transportasi juga cukup banyak. Dari penggunaan alat yang tidak tepat (asal-asalan), beban yang berlebihan (overloading), jalan yang tidak baik (turunan, gelombang, licin, sempit), kecepatan kendaraan yang berlebihan, penempatan beban yang tidak baik, semuanya bisa berpotensi untuk terjadinya kecelakaan kerja. Upaya untuk mengatasi hal tersebut di atas, diantaranyaadalah memastikan jenis transportasi yang tepat dan aman, melaksanakanoperasi sesuai dengan standard operational procedure (SOP), jalan yang cukup, penambahan tanda-tanda keselamatan, pembatasan kecepatan, jalur khusus untuk transportasi (misal dengan warna cat) dan lain sebagainya.

B. Aspek Safety Management (Manajemen Keselamatan )Memiliki Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terintegrasi ini, sudah merupakan suatu keharusan untuk sebuah perusahaan dan telah menjadi peraturan. terutama pada proyek konstruksi. Organisasi Buruh Sedunia (ILO) menerbitkan panduan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Di Indonesia panduan yang serupa dikenal dengan istilah SMK3, sedang di Amerika OSHAS 1800-1, 1800-2 dan di Inggris BS 8800 serta di Australia disebut AS/NZ 480-1. Secara lebih rinci lagi asosiasi di setiap sektor industri di dunia juga menerbitkan panduan yang serupa seperti misalnya khusus dibidang transportasi udara, industri minyak dan gas, serta instalasi nuklir dan lain-lain sebagainya. Bahkan dewasa ini organisasi tidak hanya dituntut untuk memiliki sistim manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi, lebih dari itu organisasi diharapkan memiliki budaya sehat dan selamat (safety and health culture) dimana setiap anggotanya menampilkan perilaku aman dan sehat (Milyandra, 2009).Oleh sebab itu, perusahaan harus melakukan berbagai cara untuk dapat mewujudkan terlaksananya keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja. Dimana seluruh tenaga kerja harus mendapat pendidikan dan pelatihan serta bimbingan dalam keselamatan dan kesehatan kerja dengan ketentuan yang dibuat sebagai berikut :1. Mengeluarkan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja para pegawai.2. Menerapkan program kesehatan kerja bagi para pegawai.3. Menerapkan sistem pencegahan kecelakaan kerja pegawai.4. Membuat prosedur kerja.5. Membuat petunjuk teknis tentang pelaksanaan kerja termasuk penggunaan sarana dan prasarananya.Menurut Sumamur (1981) cara pencegahan terjadinya kecelakaan pada proyek konstruksi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yang antara lain sebagai berikut :a. Membuat daftar resiko kecelakaan yang mungkin terjadi disetiap item pekerjaan misalnya pada pekerjaan galian tanah akan memungkinkan terjadi kelongsoran tanah, pekerja terkena cangkul, sehingga diketahui upaya pencegahanya seperti pembuatan tembok sementara dari bamboo untuk menahan tanah serta memasang rambu-rambu hat-hati pada lokasi galian tanahb. Melakukan penyuluhan kepada pekerja dengan cara membuat jadwal sebelumnya seperti waktu pagi hari sebelum bekerja dapat dibunyikan suara speaker Selamat bekerja, gunakan alat pelindung diri, hat-hati dalam bekerja karena keluarga menunggu dirumah atau kata-kata lain yang dapat mengingatkan setiap pekerja proyek untuk berhati-hati dalam bekerja.c. Membuat rambu-rambu kecelakaan kerja, memasang pagar pengaman pada void yang memungkinkan adanya resiko jatuh, memasang tabung pemadam kebakaran pada area rawan kebakaran.d. Menjaga kebersihan proyek dapat membuat lingkungan kerja nyaman sehingga emosi negatif yang mungkin timbul saat bekerja dapat dikurangi karena hal tersebut dapat menyebabkan kecelakaan proyek akibat pikiran sedang tidak fokus terhadap pekerjaan.e. Menjalin kerjasama dengan pelayan kesehatan atau rumah sakit terdekat dari lokasi proyek sehingga sewaktu-waktu terjadi kecelakaan dapat ditangani secara cepat untuk mencegah hal-hal selanjutnya yang tidak diinginkan.f. Penyediaan perangkat pengaman kecelakaan kerja dari mulai personil sampai peralatan mungkin terlihat mahal namun biaya tersebut akan lebih murah jika tidak mengadakanya sehingga terjadi kecelakaan sehingga dapat menghentikan jalannya pekerjaan atau pengalihan aktifitas pekerjaan pada upaya menyelamatkan korban kecelakaan.

C. Perlengkapan dan Peralatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja1. Alat Pelindung DiriAlat Pelindung Diri selanjutnya disebut APD adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh dan atau sebagian tubuh dari adanya kemungkinan potensi bahaya dan kecelakaan kerja (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia NomorPer.08/MEN/VII/2010).a. Pakaian Kerja

Gambar 2. Pakaian Kerja http://digilib.unimed.ac.id

Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia terhadap pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan. Mengingat karakter lokasi proyek konstruksi yang pada umumnya mencerminkan kondisi yang keras maka selayakya pakaian kerja yang digunakan juga tidak sama dengan pakaian yang dikenakan oleh karyawan yang bekerja di kantor. Perusahaan yang mengerti betul masalah ini umumnya menyediakan sebanyak 3 pasang dalam setiap tahunnya.b. Sepatu Kerja

Gambar 3. Sepatu Kerja http://digilib.unimed.ac.id

Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap pekerja konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa bebas berjalan dimana-mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah. Bagian muka sepatu harus cukup keras supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari atas.c. Kacamata Kerja

Gambar 4. Kacamata Kerja http://digilib.unimed.ac.id

Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu, batu, atau serpih besi yang beterbangan di tiup angin. Mengingat partikel-partikel debu berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata. Oleh karenanya mata perlu diberikan perlindungan. Biasanya pekerjaan yang membutuhkan kacamata adalah mengelas.

d. Sarung Tangan

Gambar 5. Sarung Tangan http://digilib.unimed.ac.id

Sarung tangan sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan. Tujuan utama penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-benda keras dan tajam selama menjalankan kegiatannya. Salah satu kegiatan yang memerlukan sarung tangan adalah mengangkat besi tulangan, kayu. Pekerjaan yang sifatnya berulang seperti mendorong gerobak cor secara terus-menerus dapat mengakibatkan lecet pada tangan yang bersentuhan dengan besi pada gerobak.e. Helm

Gambar 6. Helm http://digilib.unimed.ac.id

Helm (helmet) sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala, dan sudah merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk menggunakannya dengan benar sesuai peraturan. Helm ini digunakan untuk melindungi kepala dari bahaya yang berasal dari atas, misalnya saja ada barang, baik peralatan atau material konstruksi yang jatuh dari atas. Memang, sering kita lihat kedisiplinan para pekerja untuk menggunakannya masih rendah yang tentunya dapat membahayakan diri sendiri.f. Sabuk Pengaman

Gambar 7. Sabuk Pengaman http://digilib.unimed.ac.id

Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada ketinggian tertentu atau pada posisi yang membahayakan wajib mengenakan tali pengaman atau safety belt. Fungsi utama tali pengaman ini adalah menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja pada saat bekerja, misalnya saja kegiatan erection baja pada bangunan tower.

g. Penutup Telinga

Gambar 8. Penutup Telinga http://digilib.unimed.ac.id

Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising. Terkadang efeknya buat jangka panjang, bila setiap hari mendengar suara bising tanpa penutup telinga ini.h. Masker

Gambar 9. Masker http://digilib.unimed.ac.id

Pelidung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi mengingat kondisi lokasi proyek itu sediri. Berbagai material konstruksi berukuran besar sampai sangat kecil yang merupakan sisa dari suatu kegiatan, misalnya serbuk kayu sisa dari kegiatan memotong, mengamplas, mengerut kayu.i. Tangga

Gambar 10. Tangga http://digilib.unimed.ac.id

Tangga merupakan alat untuk memanjat yang umum digunakan. Pemilihan dan penempatan alat ini untuk mecapai ketinggian tertentu dalam posisi aman harus menjadi pertimbangan utama.j. P3K

Gambar 11. P3K http://digilib.unimed.ac.id

Apabila terjadi kecelakaan kerja baik yang bersifat ringan ataupun berat pada pekerja konstruksi, sudah seharusnya dilakukan pertolongan pertama di proyek. Untuk itu, pelaksana konstruksi wajib menyediakan obat-obatan yang digunakan untuk pertolongan pertama.Demikianlah peralatan standar K3 di proyek yang memang harus ada dan disediakan oleh kontraktor dan harusnya sudah menjadi kewajiban. Tindakan preventif jauh lebih baik untuk mengurangi resiko kecelakaan. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: Per/Men/2006 Tentang Alat Pelindung Diri, ada beberapa tempat yang wajib menggunakan alat pelindung diri

D. Manajemen Risiko1. Defenisi Manajemen RisikoMenurut AS/NZS 4360 Risk Management Standard, manajemen risiko adalah the culture, process, and structures that are directed towards the effective management of potential opportunities and adserve effects. Menurut standar AS/NZS 4360 tentang standar manajemen risiko, proses manajemen risiko mencakup langkah sebagai berikut dan dapat dilihat pada Gambar.

Gambar 12. Proses dalam Manajemen Risiko AS/NZS 4360Sumber : Ramli (2009)Manajemen risiko proyek adalah Proses sistematis untuk merencanakan, mengidentifikasi, menganalisis, dan merespon risiko proyek.Tujuannya untuk meningkatkan peluang dan dampak peristiwa positif, dan mengurangi peluang dan dampak peristiwa yang merugikan proyek.Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik. Manajemen risiko K3 berkaitan dengan bahaya dan risiko yang ada di tempat kerja yang dapat menimbulkan kerugian bagi peusahaan (Ramli, 2009). Manajemen risiko membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan hal-hal di luar dugaan yang dapatmempengaruhi pencapaian sasaran organisasi. Manajemen risiko jugamemberikan pertimbangan mengenai tindakan yang harus diambil gunamenangani berbagai risiko tersebut.Pelaksanaan proses manajemen risiko dalam suatu organisasi merupakan proses yang sistematis dan logis dalam :a. Melaksanakan komunikasi dan konsultasi sepanjang proses penanganan risikob. Menentukan lingkup kegiatanc. Melakukan identifikasi, analisa, evaluasi dan perlakuan terhadap risiko yang terkait dengan kegiatan, proses, fungsi, proyek, produk atau jasa organisasi tersebut.d. Memantau dan meninjau kembali risiko-risiko yang diindentifikasie. Melaksanakan dokumentasi dan pelaporan pelaksanaan proses serta hasilnya.Manajemen risiko dapat diterapkan pada keseluruhan organisasi, baik lintas bagian dan tingkatan atau hanya pada bagian, fungsi dan kegiatan tertentu. Penerapan manajemen risiko dalam suatu organisasi sesuai dengan standar ISO 31000, diharapkan dapat menghasilkan beberapa hal seperti :1. Proses manajemen yang proaktif dan bukan reaktif terhadap risiko2. Peningkatan kesadaran mengenai perlunya mengindentifikasi risiko dan ancaman dalam keseluruhan organisasi.3. Peningkatan kemampuan untuk mengindentifikasi peluang dan ancaman.4. Peningkatan kepatuhan terhadap ketentuan hukum dan peraturan5. Terbentuknya dasar yang kokoh dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan6. Perbaikan dalam proses pengendalian7. Alokasi dan penggunaan sumber daya yang lebih efektif dalam penanganan risiko8. Perbaikan efektivitas dan efisiensi operasi9. Peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja10. Perbaikan manajemen kecelakaan kerja11. Berkurangnya kerugian dan kehilanganPenerapan manajemen risiko yang baik harus memastikan bahwa organisasi tersebut mampu memberikan perlukan yang tepat terhadap risiko yang akan mempengaruhinya. Dengan demikian, organisasi terhindari dari perlakuan yang tidak efektif dan tidak efisien yang akan memboroskan sumber daya serta tindakan yang tidak perlu.Pendekatan manajemen risiko ini juga dapat digunakan untuk lingkup kegiatan organisasi yang kecil misalnya untuk fungsi atau kegiatan tertentu, produk, jasa juga proyek. Pendekatan ini akan memperkuat kegiatan tersebut dan pada gilirannya akan saling memperkuat hubungan antar kegiatan. Dengan demikian secara keseluruhan akan lebih memastikan pencapaian sasaran organisasi.Penerapan manajemen risiko dalam bidang keselamatan, kesehatan dan lingkungan hidup. Dalam menerapkan manajemen risiko dalam bidang ini terdapat penekanan kriteria tentang cara mencegah dampak negatif terhadap keselamatan, kesehatan dan lingkungan hidup. Kriteria tersebut biasanya sudah tercakup dalam peraturan perundang-undangan dan norma-norma internasional. Penerapan manajemen risiko dengan standar ini akan membantu memastikan bahwa kriteria semacam ini telah diindentifikasikan dan digunakan. Oleh karena itu standar ini dapat membantu organisasi untuk mematuhi ketentuan perundang-undangan dan peraturan internasional terkait, sekaligus meningkatkan kinerja organisasi (Susilo dan Ruwi Kaho, 2010)2. Kebijakan Manajemen RisikoKebijakan manajemen risiko harus secara jelas menyatakan komitmen manajemen terhadap penerapan manajemen risiko dan sasaran yang ingin dicapai dengan penerapan manajemen risiko. Selain itu kebijakan ini juga secara jelas menyatakan hal-hal sebagai berikut ;a. Hubungan antara kebijakan manajemen risiko dengan sasaran organisasi serta kebijakan lainnyab. Alasan penerapan manajemen risikoc. Akuntabilitas dan tanggung jawab untuk manajemen risikod. Cara menanganinya bila terjadi benturan kepentingane. Kemampuan organisasi dalam menerima risiko (risk appetite) dan jenis risiko yang tidak dapat diterimaf. Proses, metode dan teknik yang digunakan untuk mengelola risikog. Ketersediaan sumber daya bagi mereka yang mendapatkan akuntabilitas serta tanggung jawab terhadap mengelola risikoh. Bagaimana kinerja manajemen risiko dakan diukur dan dilaporkani. Komitmen untuk selalu melakukan review dan verifikasi secara berkala terhadap kebijakan manajemen risiko, kerangka kerja manajemen risiko dan perbaikannya secara berlanjut.

E. Manfaat Manajemen RisikoManajemen risiko sangat penting bagi kelangsungan suatu usaha atau kegiatan. Jika terjadi suatu bencana, seperti kebakaran arau kerusakan, perusahaan akan mengalami kerugian yang sangat besar, yang dapat menghambat, mengganggu bahkan menghancurkan kelangsungan usaha atau kegiatan operasi. Manajemen risiko merupakan alat untuk melindungi perusahaan dari setiap kemungkinan yang merugikan.Dalam aspek K3 kerugian berasal dari kejadian yang tidak diinginkan yang timbul dari aktifitas organisasi. Tanpa menerapkan manajemen risiko perusahaan dihadapkan dengan ketidakpastian. Manajemen tidak mengetahui apa saja bahaya yang dapat terjadi dalam organisasi atau perusahaannya sehingga tidak mempersiapkan diri untuk menghadapinya.Manajemen tidak cukup melakukan langkah-langkah pengamanan yang memadai sehingga peluang terjadinya bencana semakin besar. Dengan melaksanakan manajemen risiko diproleh berbagai manfaat lain antara lain :1. Menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi risiko dari setiap kegiatan yang mengandung bahaya.2. Menekan biaya unutk penanggulangan kejadian yang tidak diinginkan.3. Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham mengenai kelangsungan dan keamanan investasinya.4. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko operasi bagi setiap unsur dalam orgaisasi / perusahaan.5. Memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku.Namun demiakian, masalah risiko khususnya yang berkaitan dengan K3 seringkali diabaikan oleh manajemen. Karena bencana atau kejadian yang tidak diinginkan baik dalam bentuk kecelakaan, kebakaran atau pencemaran belum pasti akan terjadi dan penuh dengan ketidakpastian.F. Lingkup Manajemen RisikoManajemen risiko dapat diaplikasikan untuk berbagai kegiatan baik di tempat kerja, dirumah, ditempat rekreasi, tempat umum, kegiatan bisnis atau keperluan lainya. Manajemen risiko dapat digunakan untuk menilai peralatan, instalasi pabrik, proses, sistem atau benda yang ada disekitar kehidupan kita. Manajemen risiko dapat diaplikasikan dalam setiap tahapan aktifitas atau daur hidup suatu proyek, yaitu :1. Tahap KonsepsionalFaktor risiko diperhitungkan untuk menentukan apakah bisnis dapat dilaksanakan atau dilanjutkan. Tahap ini berkaitan dengan studi kelayakan suatu kegiatan. Jika risiko dan bahaya yang dihadapi sangat besar sedangkan sistem pengamanan yang diperlukan sangat mahal, tentu kegiatan tersebut tidak ekonomis untuk dilaksanakan.Sebagai contoh dengan rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di kawasan Muria, pemerintah terlebih dahulu melakukan kajian kelayakan proyek diantaranya berkaitan dengan risiko K3 atau kecelakaan yang ditimbulkannya jika proyek tersebut dijalankan.2. Tahap Rancang BangunManajemen risiko diaplikasikan untuk memastikan bahwa rancangan telah memenuhi persyaratan sehingga potensi bahaya dapat ditekan seminimal mungkin.3. Tahap KonstruksiManajemen risiko diaplikasikan untuk memastikan bahwa kegiatan konstruksi berjalan dengan aman, memenuhi persyaratan keamanan dan beabas dari bahaya. Tahapa konstruksi mengandung berbagai risiko atau bahaya baik bagi kelangsungan proyek tersebut maupun terhadap lingkungan dan masyarakat sekitarnya.Proyek pembangunan jembatan layang atau jalur bus way ditengah kota Jakarta mengandung banyak risiko mulai dari bahaya, kemacetan lalu lintas tuntutan sosial, dan lainnya.4. Tahap Operasi Manajemen risiko diperlukan untuk mengendalikan bahaya yang timbul dalam aktifitas operasi, termasuk pemeliharaan fasilitas.5. Tahap PemeliharaanManajemen risiko diperlukan untuk menjamin bahwa semua kegiatan pemeliharaan berjalan dengan aman.6. Tahap Pasca OperasiManajemen risiko diperlukan untuk mengidentifikasi dan mengelola semua bahaya yang mungkin timbul setelah selesainya kegiatan operasi. Sebagai contoh dalam kasus pertambangan, biasanya meninggalkan lobang bekas galian yang dapat membahayakan.Konsep Manajemen risiko juga dapat diaplikasikan untuk berbagai aktifitas dan keperluan misalnya :a. Sektor TransportasiManajemen risiko dapat diaplikasikan untuk mengkaji apakah sistem transportasi yang digunakan sudah cukup aman. Sebagai contoh, pemerintah akan membuka jalur penerbangan baru ke suatu kota atau daerah. Sebelum rencana tersebut dilaksanakan dapat dilakukan kajian risiko untuk memastikan bahwa aktifitas penerbangan akan berjalan dengan aman.Kajian dapat meliputi kondisi geografi, route penerbangan, cuaca, kemananan, sarana penunjang yang tersdeia. Manajemen risiko juga sangat penting dalam aktfitas pelayaran. Ketika cuaca jelek, badai dan ombak yang besar, risiko pelayaran sangat tinggi, sehingga syahbandar melarang kapal-kapal unutk berlayar. Larangan ini dikeluarkan setelah memperhitungkan risikonya.

b. Bidang KesehatanBidang kesehatan sangat banyak menerapkan konsep manajemen risiko misalnya dampak penggunaan bahan kimia terhadap kesehatan pekerja dan masyarakat. Manajemen risiko juga dapat diterapkan dalam pembangunan atau pengoperasian suatu pusat kesehatan dan rumah sakit. Pasien dan pekerja kesehatan sangat rentan terhadap berbagai bahaya baik bersumber dari aktifitas operasi maupun akibat penularan bibit penyakit. Manajemen risiko juga dapat digunakan dalam mengevaluasi keselamatan suatu produk bahan makanan mulai dari bahan baku, proses produksi sampai ke pemasarannya di tengah masyarakat.c. Sektor PertambanganSektor pertambangan mengandung risiko tinggi, misalnya di pertambangan minyak dan gas bumi, batubara, emas dan lainnya. Banyak terjadi kecelakaan di pertambangan, seperti kebakaran peledakan, tanah longsor, pencemaran lingkungan dan lainnya. Karena itu penerapan manajemen risiko dalam kegiatan pertambagan telah menjadi persyaratan.Di indonesia, khususnya di sektor minyak dan gas bumi setiap pelaku usaha diisyaratkan untuk melakukan kajian risiko (risk assesment) sebelum suatu kegiatan atau fasilitas perminyakan dibangun, didirikan, atau dioperasikan.Manajemen risiko disektor pertambgan dimulai dengan melakukan identifikasi bahaya yang ada dalam setiap aktifitas pertambangan, kemudian melakukan analisa dan evaluasi risiko yang dilanjutkan dengn mengembangkan strategi pengendaliannya.d. Sektor KehutananSektor kehutanan juga memiliki risiko yang yang sangat besar jika tidak dikelola dengan baik. Penebangan hutan tanpa rencana dan secara membabi buta dapat menimbulkan risiko merugikan dan merusak ekologi sekitarnya.Penebangan hutan dapat menimbulkan penggundulan hutan, menurunkan daya serap tanah dan pada ujungnya menimbulkan bencana seperti banjir atau atau tanah longsor. Kebakaran hutan juga merupakan risiko yang sering terjadi. Pada awal tahun 2009 terjadi kebakaran hutan yang sangat dahsyat di Australia yang mengakibatkan lebih 200 orang meninggal dunia.e. Sektor PertanianKegiatan pertanian atau perkebunan disamping membawa manfaat bagi kehidupan manusia juga dapat menimbulkan risiko yang merugikan. Banyak terjadi kecelakaan atau penyakit akibat penggunaan bahan kimia seperti pestisida.Penggunaan pupuk yang berlebihan juga membawa risiko yang merugikan. Lokasi perkebunan juga menentukan tingkat risiko. Perkebunan yang berada pada lereng curam akan mengakibatkan bencana longsor dan menurunnya daya serap air. Oleh karena itu, dalam menyusun rencana pengembangan sektor pertanian, peternakan atau perkebunan perlu diterapkan manajemen risiko sehingga dampak yang tidak diinginkan dapat dicegah.f. Bencana AlamAlam disekitar kita mengandung risiko baik positif maupun negatif. Risiko negatif dapat berupa bencana alam seperti gempa bumi, badai, letusan gunung api, tanah longsor dan banjir. Bencana alam merupakan fenomena alam sebagai bagian dari proses alam mencari keseimbangan. Peristiwa ini menjadi bencana jika manusia tidak mampu mensiasati kejadian ini.Bencana akibat fenomena alam ini dapat di kurangi keparahannya melalui pendekatan manajemen risiko. Dengan dukungan ilmu dan teknologi, manusia dapat meramalkan suatu kejadian misalnya kemungkinan terjadinya topan dan badai. Berdasarkan hasil identifikasi tersebut, dilakukan analisa dan evaluasi bahaya dan menentukan langkah pengamanan yang tepat sehingga dampak agin topan atau badi dapat dikurangi seminimal mungkin.Konsep manajemen risiko sangat banyak dijalnkan dalam ilmu manajemen bencana (Disaster Management). Manajemen risiko juga dapat digunakan sebagai dasar untuk merancang tata ruang, penggunaan lahan, perencanaan kota dan pemukiman serta program mitigasi bencana.

G. Jenis RisikoRisiko yang dihadapi oleh suatu organisasi atau perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun dari luar. Faktor dari luar misalnya berkaitan dengan finansial, kebijakan pemerintah, tuntutan pasar, regulasi dan lainnya. Risiko yang bersumber dari internal misalnya berkaitan dengan operasi, proses atau pekerja. Oleh karena itu, risiko dalam organisasi sangat beragam sesuai dengan sifat, lingkup, skala dan jenis kegiatannya diantaranya sebagai berikut :1. Risiko Finansial (Finasial Risk)Setiap organisasi atau perusahaan menghadapi risiko finansial yang berkaitan dengan aspek keuangan. Pengusaha menanam modal atau berinvestasi dengan tujuan memperoleh profit sesuai dengan perhitungan Return on Invesment (ROI). Namun demikian, perhitungan diatas kertas belum menjamin. Ada berbagai risiko finansial yang harus dihadapi, misalnya piutang macet, utang di bank yang harus segera dilunasi, perubahan suku bunga nilai tukar mata uang dan lainnya.Banyak perusahaan yang mengalami pailit atau hancur karena masalah finansial yang tidak dikelola dengan baik. Krisis moneter beberapa tahun yang lalu menimpa negara-negara di Asia mengakibatkan ribuan perusahaan gulung tikar. Hutang dalam bentuk mata uang rupiah sehingga perusahaan tidak mampu menanggungnya. Risiko keuangan ini harus dikelola dengan baik.

2. Risiko Pasar (Market Risk)Risiko pasar dapat terjadi terhadap perusahaan yang produknya dikonsumsi atau digunakan secara luas di tengah masyarakat. Setiap perusahaan terikat dengan tanggung jawab dan tangung gugat terhadap produk dan jasa yang dihasilkan.Untuk melindungi konsumen, pemerintah melarang beredarnya produk-produk yang berbahaya. Sebagai akibatnya, produsen akan mengalami kerugian karena tidak dapat berproduksi. Tuntutan konsumen ini merupaka risiko yang harus diperhitungkan perusahaan. Risiko dapat berupa penolakan terhadap produk atau mungkin tuntutan hukum dari masyarakat konsumen atau larangan beredar yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwewenang.Risiko lain yang berkaitan dengan pasar datang dari pesaing. Dalam era pasar terbuka, konsumen memiliki kebebsan untuk memilih produk atau jasa yang disukainya dan sangat kritis terhadap mutu, harga layanan dan jaminan keselamatanya. Setiap produk atau jasa yang bersaing di pasar bebas menghadapi risiko untuk ditinggalkan konsumen.3. Risiko Alam (Natural Risk)Bencana alam merupaka risiko yang dihadapi oleh siapa saja dan dapat terjadi setiap saat, tanpa diduga, waktu, bentuk dan kekuatannya. Bencana dapat berupa angin topan atau badai, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir dan letusan gunung api.Risiko alam menjadi salah satu ancaman bisnis global. Setiap tahun bencana alam menimbulkan kerugian yang sangat besar. Disamping korban jiwa, bencana ini mengakibatkan kerugian materil yang sangat besar yang memerlukan waktu pemulihan puluhan tahun.Di indonesia, bencana alam merupakan ancaman serius bagi setiap usaha atau kegiatan. Indonesia berada di pertemuan berbagai lempeng yang meningktakan risiko terjadinya gempa. Indonesia berada di antara dua benua dan dua lautan luas yang berpengaruh terhadap pola cuaca dan iklim. Indonesia juga memilki rantai gunung berapi yang masih aktif. Karena itu faktor bencana alam harus diperhitungkan sebagai risiko yang dapat terjadi setiap saat.4. Risiko OperasionalRisiko dapat bersumber dari kegiatan operasional yang berkaitan dengan bagaimana cara mengelola perusahaan dengan baik dan benar. Perusahaan dengan sistem manajemen yang kurang baik, mengandung risiko untuk mengalami kerugian. Risiko operasional suatu untuk mengalami kerugian. Risiko operasional suatu perusahaan berbeda dengan perusahaan lainnya sesuai denga jenis, bentuk dan skala bisnisnya masing-masing. Yang termasuk risiko operasionl anatara lain :a. KetenagakerjaanTenaga kerja merupakan aset paling berharga dan menentukan dalam operasi perusahaan. Namun aspek ketenagakerjaan ini mengandung risiko yang harus diperhitungkan. Disaat perushaan memutuskan untuk menerima seseorang bekerja pada dasarnya perusahaan telah mengambil risiko yang berkaitan dengan ketanagakerjaan.Perusahaan harus membayar gaji yang memadai bagi pekerjanya serta memberikan jaminan sosial yang diwajibkan menurut perundangan. Disamping itu, perusahaan juga harus memberikan perlindungan keselamatan kerja dan membayar tunjangan jika tenaga kerja mendapat kecelakaan.Tenaga kerja sebagai aset perusahaan juga memiliki risiko yang perlu diperhitungkan. Pekerja berpengalaman dan memegang peranan kunci dalam produksi, jika berhenti atau dibajak perusahaan lain dapat merugikan dan mempengaruhi proses produksi, kualitas produk dan jasa yang dihasilkan.Tenaga kerja juga merupakan salah satu unsur yang dapat memicu kecelakaan atau kegagalan dalam proses produksi. Memperkerjakan pekerja yang tidak terampil, sembrono atau lalai merupaka risiko yang serius bagi keselamatan.b. Teknologi teknologi disamping bermanfaat untuk meningkatkan prodiktifitas juga mengandung berbagai risiko. Penggunaan mesin modern misalnya dapat menimbulkan risiko kecelakaan dan pengurangan tenaga kerja.Teknologi juga bersifat dinamis dan terus berkembang dengan inovasi baru. Perusahaan yang buta terhadap perkembangan teknologi akan mengalami kemunduran dan tidak mampu bersaing dengan perusahaan lain yang menggunakan teknologi yang lebih baik. teknologi yang lebih baik oleh pesaing akan mempengaruhi produk, biaya dan kualitas yang dihasilkan sehingga dapat menjadi ancaman bagi perusahaan. Karena itu pemilihan dan penggunaan teknologi harus mempertimbangkan dampak risiko yang ditimbulkanc. Risiko K3Risiko K3 adalah risiko yang berkaitan dengan sumber bahaya yang timbul dalam aktifitas bisnis yang menyangkut aspek manusia, peralatan, material dan lingkungan kerja. Umumnya risiko K3 dikonotasikan sebagai hal negatif (negative impact) antara lain:1. Kecelakaan terhadap manusia dan aset perusahaan2. Kebakaran dan peledakan3. Penyakit akibat kerja4. Kerusakan sarana produksi5. Gangguan Operasi menangani risiko yang berkaitan dengan K3, berkembang berbagai konsep dan pendekatan dengan sasaran untuk mencegah kecelakaan dan kejadian yang tidak diinginkan. Salah satu upaya mengendalikan risiko K3 adalah dengan menerapkan sistem manajemen K3 yang dewasa ini telah diimplementasikan di berbagai perusahaan.

5. Risiko Keamanan (Security Risk)Masalah keamanan berpengaruh terhadap kelangsungan usaha. Gangguan keamanan seperti pencurian dapat menganggu proses produksi. Di daerah konflik, gangguan keamanan dapat menghambat bahkan menghentikan kegiatan perusahaan.Penerapan sistem manajemen sekuriti ini juga menggunakan pendekatan manajemen risiko. Manajemen sekuriti dimulai dengan melakukan identifikasi semua potensi risiko sekuriti yang ada dalam kegiatan bisnis, melakukan langkah pencegahan dan pengamanannya. Risiko sekuriti juga berkaitan dengan rahasia perusahaan seperti formula produk, data informasi, data keuangan dan lainnya. Data perusahaan ini memilki risiko dibajak atau ditembus pihak lain sehingga merugikan perusahaan.6. Risiko SosialRisiko sosial adalah risiko yang timbul atau berkaitan dengan lingkungan sosial dimana organisasi ataunperushaan beroperasi. Aspek sosial budaya seperti tingkat kesejahteraan, latar belakang budaya dan pendidikan dapat menimbulkan risiko baik yang positif maupun negatif. Budaya masyarakat yang kurang peduli tentang keselamatan operasi perusahaan.Dari uraian diatas terlihat bahwa aspek manajemen risiko sangat luas dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Karena itu dewasa ini telah dikembangkan manajemen risiko korporasi (Enterprise Risk Management) yang melihat seluruh risiko yang dapat mempengaruhi jalannya operasi persuahan.

H. Metode-Metode untuk Menganalisis RisikoAda berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk menganalisis dan mengetahui sumber-sumber serta akar penyebab kegagalan atau risiko, baik untuk perusahaan manufaktur maupun untuk perusahaan jasa. Diantaranya adalah :1. Preliminary Risk Analysis (PRA)Preliminary Risk Analysis (PRA) Atau analisis risiko awal adalah teknik kualitatif yang melibatkan analisis disiplin dari urutan peristiwa yang bisa mengubah potensi bahaya ke kecelakaan. Dengan teknik ini, kejadian-kejadian yang mungkin tidak diinginkan diidentifikasi pertama dan kemudian dianalisis secara terpisah. Untuk setiap peristiwa yang tidak diinginkan atau bahaya, perbaikan mungkin, atau tindakan preventif kemudian dirumuskan.Hasil dari metode ini memberikan dasar untuk menentukan kategori bahaya harus melihat ke lebih erat dan metode analisis yang paling cocok. Analisis semacam ini juga terbukti sengat berharga dalam lingkungan kerja yang kurang langkah-langkah kegiatan keselamatan dapat mudah diidentifikasi. Dengan bantuan frekuensi / diagram konsekuensi, bahaya yang diidentifikasi kemudian dapat peringkat menurut risiko, sehingga langkah-langkah yang akan diprioritaskan untuk mencegah kecelakaan.2. Hazard and Operability studies (HAZOP)Hazard and Operability Studies (HAZOP) pertama kali dikembangkan oleh ICI, sebuah perusahaan kimia di Inggris. Karena itu pula, HAZOP lebih sering di implementasikan pada industry kimia. Namun seiring dengan makin dibutuhkannya teknik-teknik analisis hazard, beberapa industry lain, misalnya industry makanan, farmasi, dan pertambangan (termasuk pengeboran minyak dan gas lepas pantai), juga mulai banyak menerapkan HAZOP.Prosedurutama HAZOP adalah:a. Pengumpulangambaranselengkap-lengkapnyasetiap proses yang adadalamsebuahpabrikb. Pemecahan proses (processes breakdown) menjadi sub-proses-sub-proses yang lebihkecildan detail. Untukmemperjelaspemisahanantar sub-proses, diberikansimpul (node) padaujungsetiap sub-proses, Tidak ada ketentuan khusus tentang pembatasan rentang proses.c. Pencarian kemungkinan-kemungkinan adanya penyimpangan pada setiap proses melalui penggunaan pertanyaan-pertanyaan yang sistematis (model-model pertanyaan pada HAZOP dirancang sedemikian rupa menggunakan beberapa kata kunci keywords/ guidewords, dimaksudkan untuk mempermudah proses analisis).d. Melakukan penilaian terhadap setiap efek negatif yang ditimbulkan oleh setiap penyimpangan (bersama konsekuensinya) tersebut di atas. Ukuran besar kecilnya efek negative ditentukan berdasarkan keamanan dan keefisienan kondisi operasional pabrik dalam keadaan normal.e. Penentuan tindakan penanggulangan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.3. Fault Tree Analysis (FTA)Pohon kegagalan adalah diagram logis yang menunjukkan hubungan antara kegagalan sistem, yaitu peristiwa tertentu yang tidak diinginkan dalam sistem dan kegagalan dari komponen sistem. Ini adalah teknik berbasis pada logika deduktif. Suatu kejadian yang tidak diinginkan adalah pertama didefinisikan dan hubungan penyebab kegagalan menuju event yang kemudian diidentifikasi.Pohon kegagalan dapat digunakan dalam analisis risiko kuantitatif atau kualitatif. Perbedaan meraka adalah bahwa pohon kegagalan kualitatif looser dalam struktur dan tidak memerlukan penggunaan logika ketat yang sama seperti pohon kesalahan formal. Metode ini digunakan dalam berbagai industri dan ada dukungan luas dalam bentuk sastra diterbitkan dan paker perangkat lunak. Aplikasi analisis pohon kesalahan pada hubungan kausal untuk kecelakaan kendaraan besar ini didokumentasikan.

4. Why Because Analysis (WBA)Merupakan metode yang memberikan kerangka analisi secara menyeluruh dan lengkap kegagalan sistem dan penyimpulan tingkat keselamatan sistem. Terutama pada sistem yang kompleks, terbuka dan heterogen. Terbuka berarti bahwa perilaku sistem dipengaruhi oleh lingkungannya. Heterogen berarti bahwa sistem mempunyai beragam tipe komponen / obyek yang bekerja sama.Untuk membedakan dan merepsentasikan setiap faktor yang signifikan dalam sebuah kejadian, ada beberapa jenis faktor kausal dalam WBA :a. State merupakan suatu keadaan dalam sistem yang dibentuk oleh struktur dan perilakunya dalam suat durasi waktub. Eventmerupakan sesuatu yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam statec. Prosesmerupakan gabungan antara state dengan event yang terikat dalam durasi waktu tertentu dan menjelaskan suatu tindakan.d. Non eventsmerupakan event yang tidak terjadi tetapi yang sepatutnya terjadi5. Root Cause Analisys (RCA)Root Cause Analysis (RCA) atau Analisis akar penyebab adalah sebuah kelas dari pemecahan masalah metode yang bertujuan untuk mengidentifikasi akar penyebab masalah atau peristiwa. Praktek RCA didasarkan pada keyakinan bahwa masalah-masalah yang terbaik dipecahkan dengan mencoba untuk memperbaiki atau menghilangkan akar penyebab, bukan hanya untuk segera mengatasi gejala yang jelas. RCA digunakan untuk mengidentifikasi akar penyebab terjadinya risiko. RCA merupakan suatu metode evaluasi terstruktur untuk mengidentifikasi akar penyebab (root cause) suatu kejadian yang tidak diharapkan (undesired outcome) dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah terulangnya kembali kejadian yang tidak diharapkan (undesired outcome).RCA merupakan suatu metode yang membantu dalam menemukan: kejadian apa yang terjadi?, bagaimana kejadian itu terjadi?, mengapa kejadian itu terjadi?. Memberikan pengetahuan dari masalah masalah sebelumnya, kegagalan, dan kecelakaan. Salah satu metode untuk mendapatkan akar permasalahan adalah dengan bertanya why (mengapa) beberapa kali sehingga tindakan yang sesuai dengan akar penyebab masal ah yang ditemukan, akan menghilangkan masalah.Root Cause adalah bagian dari beberapa faktor (kejadian, kondisi, faktor organisasional) yang memberikan kontribusi, atau menimbulkan kemungkinan penyebab dan diikuti oleh akibat yang tidak diharapkan, jika dieliminasi atau dimodifikasi akan bisa mencegah akibat yang tidak diharapkan. Ciri khas multiple root cause memberikan kontribusi untuk akibat yang tidak diharapkan. Langkah-langkah RCA, antara lain:a. Mengidentifikasi dan memperjelas definisi undesired outcome (suatu kejadian yang tidak diharapkan)b. Mengumpulkan datac. Menempatkan kejadian-kejadian dan kondisi-kondisi pada event and causal factor tabled. Lanjutkan pertanyaan mengapa? untuk mengidentifikasi root causes yang paling kritis.6. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)Teknik FMEA ditujukan untuk menilai potensi kegagalan dalam produk atau proses. Metoda ini juga dapat digunakan untuk melakukan Manajemen Risiko. FMEA membantu memilih langkah perbaikan untuk mengurangi dampak kumulatif dari konsekuensi (risks) kegagalan system (fault). FMEA merupakan kajian bahaya yang sistematis, terstruktur dan komprehansif. Proses dasar dari FMEA adalah dengan membuat daftar semua bagian dari system dan kemudian melakukan analisa apa saja dampak jika sistem tersebut gagal berfungsi. Kemudian dilakukan evaluasi dengan menetapkan konsekuensinya.FMEA adalah suatu tabulasi dari system, peralatan pabrik, dan pola kegagalannya serta efeknya terhadap operasi. FMEA adalah uraian mengenai bagaimana suatu peralatan dapat mengalami kegagalan. Kegagalan suatu peralatan dapat beragam, misalnya membuka yang seharusnya tertutup, tertutup seharusnya terbuka, mati, bocor dan lainnya. Kemudian dampak dari kegagalan peralatan ini dapat berupa respon dari system atau kecelakaan.Langkah melakukan FMEA :a. Tentukan unit, alat atau bagian yang akan dianalisa, misalnya sebuah mobil atau kendaraan roda empat.b. Uraikan unit atas system-sistem yang saling terkait satu dengan yang lainnya. Sebuah mobil terdiri atas berbagai system misalnya system pengapian, system bahan bakar, system pengereman, system kelistrikan, system instrumentasi, system rangka dan badan, system kemudi dan lainnya.c. Analisa masing-masing sitem dengan menguraikannya atas sub system. Sebagai contoh, system bahan bakar terdiri atas sub system tangki bahan bakar, pipa bahan bakar, saringan minyak, pompa dan karburator.d. Selanjutnya lakukan analisa untuk masing-masing sub system. Kaji apa saja kegagalan yang dapat terjadi pada masing-masing komponen sub system. Misalnya kegagalan pada tangki bahan bakar dapat berupa kebocoran pada badan tangki, pelampung tidak berfungsi, kotoran, kontaminasi air tutup rusak dan lainnya.e. Untuk masing-masing faktor kegagalan tersebut tentukan apa dampak atau akibat yang dapat ditimbulkan dan system pengaman yang sudah ada.f. Tentukan tingkat risiko untuk masing-masing kegagalan.g. Tentukan rekomendasi untuk mencegah terjadinya kegagalan tersebut.Untuk penentuan tingkat risiko dalam metode FMEA digunakan rumus RPN untuk mendapatkan tingkat risiko yang paling tinggi dengan berlandaskan pada 3 variabel yaitu: 1. Severity (kefatalan) adalah rangking yang berhubungan dengan efek yang paling serius untuk gaya kegagalan. Severity memiliki tingkatan nilai yang relatif dan mempengaruhi di dalam lingkup individu FMEA itu sendiri. Severity harus diperkirakan menggunakan tabel sebagai petunjuk untuk menganalisa kegagalan yang diusulkan.2. Occurrence (kejadian) adalah mekanisme spesifik yang memungkinkan akan terjadi sepanjang hidup desain. Adapun dalam menentukan nilai occurrence dapat dilihat dengan menggunakaan tabel.3. Detectability (tingkat deteksi) merupakan kemampuan sistem dalam mendeteksi terjadinya kegagalan (failure). Dalam hal ini score yang paling tinggi mempunyai kemampuan mendeteksi yang rendah.RPN merupakan produk matematis dari keseriusan effects (Severity), kemungkinan terjadinya cause akan menimbulkan kegagalan yang berhubungan dengan effects (Occurrence), dan kemampuan untuk mendeteksi kegagalan sebelum terjadi pada sistem / mesin (Detection). RPN dapat ditunjukkan dengan persamaan (Ramli, 2009) sebagai berikut: RPN = S x O x D .. (1)Angka ini digunakan untuk mengidentifikasikan resiko yang serius, sebagai petunjuk ke arah tindakan perbaikan.E. F. G. H. I. Pengendalian Kualitas (Quality Control)Pengendalian kualitas atau Quality Controlsecara umum didefinisikan sebagai sebuah sistem yang digunakan untuk mencapaitingkatan kualitasyang diinginkan dari sebuah produk atau jasa.Quality controladalah kegiataninspecting, testing dan grading dengan menggunakan statistiksebagai analisa data yang tepat sebagai jawaban untuk pembanding dan estimasi yang baik dan yang tidak baik dipisah-pisahkan (grading) untuk mencari mana yang dapat diterima (accept) dan mana yang ditolak. Tujuannya adalah untuk mendapatkan spesifikasi produk atau jasa sesuai dengan kualitas yang diharapkan. Pengendalian kualitas ini dilakukan ketika proses pembuatan barang hingga selesai dan sampai barang tersebut berada ditangan konsumen sehingga diharapkan ketika produk itu sudah jadi maka produk tersebut sesuai dengan kualitas yang diharapkan.keuntungan pengendalian kualitas bagi produk atau jasa antara lain:1. Dapat melakukan perbaikan kualitas produk atau jasa.2. Sistem secara kontinu dievaluasi dan dimodifikasi untuk memenuhi3. kebutuhan pelanggan yang berubah-ubah.4. Meningkatkan produktivitasyang merupakan tujuan perusahaan.5. Peningkatan produktivitasini berarti penurunan scrap dan proses ulang.6. Menurunkan biaya produksi.7. Meningkatkan produktivitasdengan menurunkanleadtimepembuatan part atausubassemblies.8. Dapat melakukanperbaikan kualitas dan produktivitas secara terus-menerus.

J. 7 Tools untuk Quality ControlAda banyak metode dan tools yang digunakan untuk melakukanpengendalian kualitas (Quality Control) statistiknamun yang terkenal adalah dengan menggunakanSeven toolsatau ada yang menyebutnya dengan seven magnificent tools yaitu menggunakan :1. Flowcharttools yang menggambarkan suatu proses barang atau jasa secara detail sehingga kita bisa menganalisis bagian dari proses.2. Check Sheetatau Lembar pemeriksaanlembaran yang berisi daftar kualitas yang harus dipenuhi ketika proses berjalan.3. Histogramgrafik diagram batang yang menggambarkan banyaknya faktor yang berpengaruh terhadap produk atau jasa.4. Scatter PlotDiagram pola yang digunakan untuk menggambarkan kedekatan faktor faktor pada produk atau jasa.5. Control ChartsPeta kontrol itu untuk mengtahui data tingkatan kualitas produk terhadap kecacatan produk terhadap waktu yang ada. tujuannya untuk mendapatkan keseragaman kualitas sehingga jika terjadi peningkatan grafik (jumlah cacat lebih) maka perlu dilakukanperbaikan berkelanjutan (continuous improvement).6. Fishbone Diagram (Ishikawa Diagram)Analisis sebab akibat yang digunakan untuk menggambarkan hubungan hubungan antara faktor penyebab ketidaksuaian pada produk dan jasa.7. Pareto Diagramdiagram batang yang menggambarkan proporsi faktor yang berpengaruh terhadap produk dan jasa. karena menurut pareto, dengan menyelesaikan 20% masalah utama dapat meningkatkan hasil 80 %.Semua metode dalam 7 Tools tadi dapat diterapkan semua dalam pengendalian kualitas sesuai dengan fungsinya. Dapat diterapkan pada semua bidang baik produk maupun jasa.