BAB II

34
BAB II SISTEM PERNIKAHAN SECARA ALKITABIAH Sistem artinya suatu cara atau metode untuk mengatur segala sesuatu dengan teratur. Sedangkan “pernikahan” artinya suatu ikatan atau perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri.Sedangkan “Alkitab” artinya kitab suci yakni buku yang berisi tentang segala sesuatu yang menyangkut keagamaan atau keyakinan orang Kristen.Dengan demikian sistem pernikahan secara Alkitabiah adalah sebuah pemahaman tentang suatu cara atau metode serta segala aturan yang ada di dalam pernikahan yang sesuai dengan ajaran Alkitab. Jadi dalam bab dua ini, penulis akan membahasbeberapa pokok mengenai pernikahansecara Alkitabiah,yakni: Pemahaman Kristen tentang Pernikahan, PernikahanMenurut Perjanjian lama, dan Pernikahan Menurut Perjanjian Baru. Pemahaman Kristen Tentang Pernikahan Pernikahan adalah tahap kehidupan yang di dalamnya laki-laki dan perempuan hidup bersama-sama 10

Transcript of BAB II

Page 1: BAB II

BAB II

SISTEM PERNIKAHAN SECARA ALKITABIAH

Sistem artinya suatu cara atau metode untuk mengatur segala sesuatu

dengan teratur. Sedangkan “pernikahan” artinya suatu ikatan atau perjanjian antara

laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri.Sedangkan “Alkitab” artinya kitab suci

yakni buku yang berisi tentang segala sesuatu yang menyangkut keagamaan atau

keyakinan orang Kristen.Dengan demikian sistem pernikahan secara Alkitabiah

adalah sebuah pemahaman tentang suatu cara atau metode serta segala aturan yang

ada di dalam pernikahan yang sesuai dengan ajaran Alkitab. Jadi dalam bab dua ini,

penulis akan membahasbeberapa pokok mengenai pernikahansecara

Alkitabiah,yakni: Pemahaman Kristen tentang Pernikahan, PernikahanMenurut

Perjanjian lama, dan Pernikahan Menurut Perjanjian Baru.

Pemahaman Kristen Tentang Pernikahan

Pernikahan adalah tahap kehidupan yang di dalamnya laki-laki dan

perempuan hidup bersama-sama menikmati pernikahan yang harmonis dan bahagia

serta sehat, karena Kristus menjadi kepala keluarga. Dan juga pernikahan merupakan

kesatuan dari dua pribadi yang menjadi satu hati. Pernikahan menciptakan suatu tali

yang kuat, yang menghubungkan suami-istri. Tali itu disebut ikatan kasih sayang,

yang hubungan emosional yang mengikat hati suami-istri. Hubungan tersebut akan

makin mendalam seiring berjalannya waktu dan melalui berbagai pengalaman. Ikatan

kasih sayang inilah yang membuat kedekatan terasa berbahagia dan perpisah serta

terasa tidak tertahankan.

10

Page 2: BAB II

Dengan ikatan kasih yang, masing-masing, searahdengan emosional

maupun fisik, akan saling menanggapi dengan penuh kasih dan perhatian. Tidak ada

rasa takut dan khawatir. Sebab sebuah pernikahan suami-istri adalah tempat yang

nyaman dan aman, karena dapat menghadapi dunia, kembali menemukan cinta dan

penerimaan. Pernikahan juga ikatan kasih sayang dalam membentuk lembaga

keluarga baru.Ketika menikah, hubungan suami-istri menjadi satu ikatan cinta

terpenting dalam hidup masing-masing, untuk seumur hidupdan masing-masing

merinduhkan perlindungan sebagai tempat yang aman,tempat mereka dapat

menemukan penerimaan, cinta, dan dukungan.Dalam pernikahan rasa aman ini

membuat masing-masing pribadi merasa dikenal dan dihargai. Berkaitan dengan ini,

David Stoop dan Jan stoop memberi penjelasan, pernikahan yang menyatuh dalam

kasih, dan cinta dapatmewujudkan bahwa “Engkau mengenal aku dan mencintai

aku. Aku merasakan aman mengungkapkan jati diriku kepadamu.Engkau

akan selalu ada untukku saat aku membutuhkanmu.”1 Billy Graham,

dalam bukunya yang judul, buku pegangan pelayanannya, juga

menjelaskan bahwa” kesatuan antara tiga pribadi, yaitu seorang pria, seorang

wanita, dan Allah! Inilah yang membuat pernikahan menjadi kudus. Iman dalam

Kristus adalah bagian terpenting dari semua prinsip untuk membangun suatu

pernikahan dan rumah tangga yang bahagia." 2Howard Clinebell, memberikan

penjelasan lebih lengkap dalam buku judul Tipe-tipe dasar Pendamping konseling

Pastoral, bahwah:

1David Stoop dan Jan Stoop, Atos Pranikah, (Yogyakata: Yayasan ANDI, 2008),.24.

2GrahamBilly, Buku Pegangan Palyanan, Persekutuan Pembca Alkitab.

11

Page 3: BAB II

”Bagi kebanyakan orang perkawinan merupakan suatu daerah penyesuaian hidup yang pokok....kawiin atau tidak kawin adalah suatu kondisi yang meresapi seluruh kehidupan yang membuat saluran tertentu bagi kepuasan kebutuhan manusia,dan rintangan tertentu yang tidak terhindarkan bagi kepuasan tersebut. Tambahan lagi, peran perkawinan menentukan peran kehidupan penting lainnya seperti persahabatan, hal menjadi orang tua dan pekerja.”3

Jean Stapleton dan Richard Bright, Eeoual, Marriage.Juga menjelaskan

dalam buku judul, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling pastoral, bahwa

”Perkawinan bukanlah suatu lembaga yang mati. Ia berubah. Pada masa kini lebih

banyak orang yang kawin pada waktu tertentu daripada sebelumnya. Dan juga lebih

banyak bercerai dari waktu sebelumnya. Hal itu bukan karena perceraian menjadi

lebih mudah sekarang tetapi karena orang mengharapkan lebih banyak dari suatu

perkawinan. Kemesraan berkembang hanya jika komitmen (Kesetiaan) tidak terbatas

dan bersifat jangka panjang. Dan kemesraan hanya mungkin jika kedua orang dalam

perkawinan itu sederat.”4

Kehidupan pernikahan adalah sebuah kehidupan yang paling sulit,

jauh lebih sulit daripada hubungan daging. Dua orang dari latar belakang yang

berbedaberusaha saling menyesuaikan,membentuk sebuah keluarga.Daniel

Alexander, menjelaskan, bahwa:

pernikahan adalah suatu bentuk hubungan yang direncanakan Allah. Allah mendambakan sebuah pernikahan yang dipenuhi kasih, saling pengertian, damai sejahtera, dankebahagiaan. Ia juga merencanakanagar suasana pernikahan menusia seperti suasana dalam kerajaan sorga. Suasana kerajaan surga ini dapat dirasakan di dalam keluarga yang hidupnya seturut kehendak Allah.5

3 Howard Clinebell, Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan KonseingPastoral,(Yogyakarta: Kanisius, 2002), 316.

4 .Ibid. .317

5 Alexander Daniel, Pemulihan Keluarga Masa Kini. Yogyakarta: (Yayasan ANDI, 2001), 11.

12

Page 4: BAB II

Harus diperhatikan,bahwa hubungan suami istri diibaratkan dengan

hubungan antara Kristus dengan gereja-Nya. Pengertian mengenai hal inilah yang

akan memudahkan banyak orang Kristen untuk dapat menerima dan bersyukur atas

perintah Tuhan untuk tunduk kepada suami. Karena banyak negara dewasa ini,

pandangan Kristen demikian tidak populer dan tidak dikenal bahkan banyak gereja

yang menghapuskan kata "taat" dalam peneguhan pernikahannya. Seorang suami

sebagai kepala keluarga tidaklah terpanggil semau-maunya untuk menindas istrinya,

karena justru dalam ajaran Alkitab untuk kepala berarti pengorbanan seperti yang

dijelaskan dalam Efesus bahwa ‘haiistri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada

Tuhan, karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat.”

(Ef. 5:22-23).

Hasilnya, istri akan patuh menundukkan diri kepada suami dan suami

memperhatikan istrinya dengan mengasihi serta memikirkan kebahagiaannya. Jadi

pernikahan Kristen harus dapat dibangun atas dasar Alkitab, ketaatan, kasih, pada

Alkitab. Kehidupan keluarga Kristen dapat dibina oleh suami dan istri melalui cara

memperlakukan pasangan hidupnya setiap hari. Ketika suami dan istri mentaati

Firman Allah, maka keduanya dapat hidup bersama-sama dengan tentram.

Pernikahan Menurut Perjanjian Lama

Alkitab perjanjian Lama merupakan sebuah buku yang memiliki otoritas

yang tertinggi, dari mulut Tuhan, yang ditulis oleh para Imam dan para Nabi. Atas

pertolongan keilahlaman Roh Kudus.

13

Page 5: BAB II

Pernikahan dan keluarga selalu ditekankan berulang-ulang di dalam

Alkitab,baik itu dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, mana dapat

ditemukan banyak ayat dan pasal sebagai petunjuk pernikahan keluarga Kristen.

Alkitab mengungkapkan dengan jujur tentang pernikahan-pernikahan yang

terkemuka, misalnya pernikahan Adam dan Hawa, Abraham, Ishak, Yakub, Nuh,

Lot, Musa, Eli, Samuel, Daud, dan juga Salomo. Namun sayang sekali hanya sedikit

saja yang menikmati anugerah pernikahan ini.

Dalam Perjanjian Lama, dalam hal pernikahan tokoh-tokoh tersebut

diatas tidak menjelaskan secara mendetail.Oleh karenatidak mengemukakan

pernikahan tokoh-tokoh dalam Alkitab tersebut, yang dapat dijelaskan oleh

Daniel,dalam buku berjudul, Pemulihan keluarga masa kini bahwa “ karena

pernikahan mereka tidak sehat, bercampur aduk dengan penyembahan berhala,

kejahatan, kekacauan dan penyimpangan dari kebenaran sebagai hukum Allah”6dari

penjelasan tersebut diatas dapat dipahami bahwa, tokoh-tokoh dalam Perjanjian

Lama, dalam pernikahannya bercampur aduk dengan penyemabahan berhala,dan

kejahatan sehingga tidak mengemukakan dalam Alkitab. Dalam Alkitab hanya

pernikahan Adam dan Hawa sajalah yang merupakan sebuah pernikahan yang kudus

dan pernikahan yang secara Alkitabiah, karena pernikahan Adam dan Hawa ini

langsung diberkati oleh Allah sendiri. Pernikahan mereka merupakan sebuah

pernikahankudus dan sempurnayang telah tertulis dalam Alkitab bahwa:

Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah mem berkati mereka,laluAllah berfirman kepada mereka “beranak cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi... sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. (Kej. 1;27-28; 2:24).

6Alexander Daniel, Pemulihan Keluarga Masa Kini, (Yogyakarta: Yayasan ANDI,2001), Hal. 9.

14

Page 6: BAB II

Dari ayat ini, dapat dipahami bahwa, Allah sendiri yang memberkati, dan

mempersatukan Adam dan Hawa agar mereka menjadi satu daging dalam

pernikahannya.Setelah Allah memberkati mereka barulah mereka beranak cucu

dan berkuasa atas segala ciptaan-Nya. Ini merupakan tujuan utama Allah

menciptakan manusia pertama, yaitu Adam dan Hawa di Taman firdaus.Setelah

memahami tentang pemahan pernikahan yang ada didalam Alkitab maka saat ini

akan membahas bagaimana sebuah sistem pernikahan yang ada didalam Alkitab

antara lain:

Syarat-Syarat Pernikahan Dalam Perjanjian Lama

Dalam bagian ini penulis akan menjelaskan mengenai syarat-syarat

pernikahan dalam Perjanjian Lama, dan berkaitan dengan ini ada beberapa hal, yaitu

syaratan-sysrat pernikahan dalam Perjanjian Lama meliputi beberapa hal yakni

maskawin dan pemilihan jodoh.

Maskawin

15

Page 7: BAB II

Yang dimaksud dengan maskawin adalah sebuah pemberian dari pihak

laki-laki kepada pihak perempuan yang merupakan suatu kewajiban dalam rangkaian

pernikahan. Hal demikian ini juga dialami oleh para tokoh-tokoh didalam Alkitab,

yaitudalamPerjanjian Lama menjelaskan,bahwa bagaimana seorang laki-laki dapat

mengambil atau memiliki seorang wanita,dan laki-laki tersebut hendak memenuhi

beberapa persyaratan yang harusdilakukan oleh seorang laki-laki dalam hal

membayar maskawin.Dengan jelas di dalam kitab (Kej. 29:1-29), Disini

menjelaskan, bahwa bagaimana Yakub harus bekerja keras untuk memiliki seorang

calon istrinya, yaitu Rahel dalam (Kej. 29:18), dengan jelas diuraikan, bahwa selama

tujuh tahun Yakub hendak bekerja untuk mendapatkan Rahel sebagai istrinya, dari

hal ini dapat dipahami, bahwa sebuah maskawin itu sangat diperlukan dalam

pernikahan.Oleh sebab maskawin adalah sebuah keharusan atau kewajiban yang

harus diberikan oleh laki-laki kepada orangtua perempuan.Maskawin merupakan

sebuah hal yang penting didalam sahnya dalam pernikahan, berkaitan dengan

maskawin ini ada beberapa cara atau bentuk dari maskawin, yaitu berupa ternak-

ternak, perak,perhiasan-perhiasan uang dll.Karena itu apabila seseorang yang ingin

menikah haruslah mempersiapkan maskawin.Jadi dapat dimengerti bahwa dalam

Perjanjian Lama juga menguraikan dalam pernikahan membayar maskawin. Sebab

itu adalah suatu kewajiban sebagai laki-laki untuk memberikan maskawin kepada

pihak perempuan.

Pemilihan Jodoh

16

Page 8: BAB II

Yang dimaksud dengan jodoh adalah orang yang cocok sebagai pasangan

hidup, sehingga di dalam memilih suami atau istri yang cocok dengan keinginan

hatinya, maka banyak orang tua yang memilih jodoh yang terbaik untuk anaknya.Di

dalam Alkitabpun juga menjelaskan, bahwa bagaimana pemilihan jodoh , disini

dalam Kitab (Kej. 25:19-20), diuraikan bahwa Abraham mengambil Ribka untuk

anaknya yakni Ishak, disini dengan jelas bagaimana sebuah kriteria yang hendak

dilakukan oleh orang tua laki-laki untuk mencari atau memilih jodoh bagi anaknya?

Misalnya Abraham memilih Ribka untuk Ishak, jika kita melihat bagaimana

kehidupan Ribka? Ia adalah seorang wanita yang baik dan taat serta hormat, selain

pertimbangan tersebut ada pertimbangan lainyaitu Ribka adalah suadara dari Laban,

dan kita tahu bahwa Laban adalah salah satuorang yang terpandang. Dalam hal

pemilihan jodoh ini sangatlah menentukan dalam pernikahan.Berkaitan dengan

pemilihan jodoh ini, ada beberapa alasan, yaituberdasarkan hubungan darah maupun

karena tidak diperbolehkan. (Im. 18:6-18) tetapi di luar anggota terlarang ini

pernikahan sesama anggota keluarga lebih disenangi. Seperti pernikahan Ishak

dengan Ribka (Kej. 24:4). Yakub dan Lea (Kej. 28:2). Dalam kebanyakkan

pernikahan, hal memilih jodoh dan merencanakan pernikahan ini, dilakukan oleh

beberapa pihak yaitu:

Kedua orangtua masing-masing yang bersangkutan. Berikan uang (Kej. 34:12) sebagai ganti rugi karena akan kehilangan

seorang anggota keluarga. Pengabdian diri (kerja) contoh Yakub 14 tahun ia bekerja. Menikahi tawanan perang. (Ul. 21:10-14).

Bentuk-Bentuk Pernikahan Dalam Perjanjian Lama

Dalam bagian ini penulis akan menguraikan tentang bentuk-bentuk

pernikahan dalam perjanjian lama, yaitu pernikahan sah, pernikahan janda dan

pernikahan poligami.

17

Page 9: BAB II

Pernikahan Sah

Bentuk pernikahan yang sah yang ada dalam Perjanjian Lama, dapat kita

lihat bahwa bentuk pertama yang ada, yaitu bahwa pernikahan yang sah adalah

pernikahan Adam dan Hawa, dapat dilihat bahwa bentuk pernikahn yang terjadi

antara Adam dan Hawa ialah sebuah bentuk pernikahan yang sah, sebab Allah

sendiri yang meresmikan mereka,(Kej. pasal 2: 18, 25). Dengan jelas bahwa Allahlah

yang memberkati pernikahan mereka secara sah, selainitu juga dapat kita lihat dalam

Alkitab bentuk pernikahan yang dipandang sah yaitu harus adanya ijin atau

persetuajuan dari pihak orang tua disini kita bisa lihat bahwa yakub harus meminta

restu atau ijin kepada laban orang tua Rahel dalam Kej. 29 disini jelas sekali bentuk

pernikahan yang sah sesuai dengan Alkitab, dari hal ini dapat diuraikan bentuk

dalam pernikahan yang sah sesuai dengan Alkitab yakni dalam Perjanjian Lama

ialahAllah sendiri yang menikahkan (Kej. 2; 25). Dan adanya persetujuan Orang tua

( Kej.29:15-20).

Pemilihan Jodoh

Bentuk pernikahan yang kedua ialahpemilihan jodoh ini dapat kita

pahami bahwa ternyata di dalam Kitab Rut 2-4 menjelaskan bahwa bagimana

Naomi memohonRut supaya dapat melanjutkan hidupnya atau dapat membina rumah

tangga lagi, maka Naomi mengenalkan Boas kepada Rut, akhir dari perjalanan cinta

mereka menjadi suami istri,dengan jelas bahwa dalam zaman Perjanjian Lama

bentuk penikahan bahwa dengan cara pemilihan jodoh ini sering dilakukan oleh

tokoh-tokoh dalam Alkitab, yaitu Rut dan boas(Rut 2-4), Ishak dengan

Ribka( kejadian 25:19-20).

Pernikahan Poligami

18

Page 10: BAB II

Bentuk pernikahan di dalam Perjanjian Lama menerapkan bentuk secara

poligami, mengapa menerapkan bentuk poligami? Sebab dapat kita jumpai bahwa

banyak tokoh Alkitab di dalam Perjanjian Lama yang menggunakan bentuk

pernikahan secara poligami seperti Daud, Salomo, Abraham, Yakub Lamek dll. Dari

hal ini dapat dimengerti mengapa dalam Perjanjian Lama menggunakan bentuk

pernikahan poligami? Namun kalau kita pahami, bahwa pernikahan secara poligami

ini sangatlah kontradiksi dengan apa yang sebenarnya Allah inginkan dalam

pernikahan?Karena Allah menghendaki ialahsebuah pernikahan yang monogami

yaitu satu untuk selamanyaTetapi dalam kitab Perjanjian Lama (Torat) nampak

bahwa gejala poligami atau permaduan memasuki juga lingkungan orang-orang

beriman. Oleh sebab itu orang kadang-kadang menyimpulkan bahwa di dalam kitab

Perjanjian Lama poligami itu tidak dilarang, tetapi diterima dengan tidak ada yang

menentang. Jika ada yang berpendapat demikian, maka ia sebenarnya tidak membaca

atau tidak mengerti akan Firman Allah (Alkitab) dengan baik kitab Perjanjian Lama

itu. Sebab yang sebenarnya di dalam kitab Perjanjian Lama poligami itu dipandang

sebagai bentuk pernikahan yang merusak maksud Tuhan dengan nikah itu.

Contohnya ialah pernikahan Abraham, Yakub, Daud,Salomo dll.Pernikahan

Abraham dengan Hagar, yang adalah budak Sara istri Abraham dipandang sebagai

akibat dari keragu-raguan Abraham dan Sara terhadap janji Tuhan, bahwa Abraham

dan Sara akan memperoleh anak, walaupun usia mereka telah lanjut. Kita lihat pula

betapa kebahagian pernikahan Yakub terganggu oleh kecemburuan antara Rakhel

dan Lea, yaitu kedua isterinya. Kita lihat juga Salomo yang mencemarkan

martabatnya sebagai raja Mesianis, karena ia hendak mengadakan pelesiran,

sebagaimana lazimnya dilakukan oleh raja-raja di timur tengah (raja Salomo

memiliki 700 isteri dan 300 gundik). Mengapa tokoh Alkitab melakukan poligami

19

Page 11: BAB II

karena kemauan dan hawa nafsunya, sehingga terciptalah poligami tersebut,

walaupun Allah tidak mengijinkan hal itu terjadi. Jadi pernikahan poligami sangat

dilarang oleh Allah, tetapi yang dihendaki Allah ialah pernikahan monogami dan

bukan poligami.

Sikap Allah terhadap perkawinan

Bagaimana tindakan Allah terhadap bentuk pernikahan yang ada di dalam

Perjanjian Lama,yaitu pernikahan sah, Pemilihan jodoh, pernikahan poligami,akan

dijelaskan sebagai berikut:

Pernikahan sah

Pernikahan haruslah dipandang sebagai suatu peraturan yang sah dan

yang ditetapkan oleh Tuhan. Menurut Yesus pernikahan di Firdaus antara Adam dan

Hawa adalah pernikahan asli yang dikehendaki Allah (Injil Matius 19:3), dan 

pernikahan di Firdaus itu digambarkan di dalam Alkitab sebagai suatu penyerahan

seorang laki-laki kepada seorang wanita, penyerahan seorang wanita kepada seorang

laki-laki untuk seumur hidup. Pernikahan monogami adalah pernikahan asli yang

dikehendaki Allah.

Pemilihan Jodoh.

Sikap atau tindakan apa yang Allah lakukan mengenai pernikahan

dengancara memilih jodoh, dapat kita pahami dalam Alkitab khusunya dalam

Perjanjian Lama memang Allah menghendaki perjodohan tersebut karena ada

rencana yang indah bagi umat-Nya misalnya pernikahan antara Rut dengan boas ini

Allah mempunyai suatu rencana yang indah yaitu karya keselamatan dari keturunan

tersebut. Dan juga dalam hal pemilihan jodoh ini, Allah sendirilah yang menyediakan

jodoh bagi Adam. Maka dengan jelas bahwa di dalam Alkitab dalam Perjanjian

Lama yaitu (Kej. 2:20-23), Allah turut campur tangan dalam pemilihan jodoh,sebab

20

Page 12: BAB II

Allah sungguh mengasih ciptaan-Nya yaitu Adam, karena saat Adam diciptakan ia

tidak memiliki seorang pendamping atau penolong, karena itu Allah mengambil

tulang rusuk Adam dan menciptakan Hawa sebagai penolong dan ditempatkan

sebagai pendamping di Taman Eden, namun banyak ciptaan-Nya yang tidak

mendengarkan apa yang dikatakan oleh Allah mengenai jodoh, mereka hanya

mendengarkan keingin hatinya saja dan tidak menuruti akan kehendak Allah.

Pernikahan Poligami.

21

Page 13: BAB II

Sikap atau tindakan Allah terhadap pernikahan poligami, yaitu Allah

sangat menentang mengenaipernikahan poligami,karena akan menimbulkan masalah

sosial dan agama,yaitu seperti penjelasan dalam Alkitab yang mengatakan bahwa:

Adapun raja Salomo mencintai banyak perempuan asing. Di samping anak Firaun ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het, padahal tentang bangsa-bangsa itu TUHAN telah berfirman kepada orang Israel: "Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan merekapun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka." Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta. Ia mempunyai tujuh ratus isteri dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik; isteri-isterinya itu menarik hatinya dari pada TUHAN.”7 (1 Raja-raja 11:1-3).

Maksud dari pada penjelasan tersebut di atas adalah Allah tidak

menghendaki agar umat-Nya tidak bergaul dengan orang-orang yang tidak percaya

Karenapada saat itu Salomo mencintaiorang Moab atau orang-orang yang tidak taat

kepada Allah yang benar. hal itu dapat dilihat bahwa Allah menetang poligami dan

alasan lain mengapa Allah menetang poligami sebab Allah menghendaki pernikahan

secara monogami, dapat kita lihat Di dalam kitab Perjanjian Baru (Injil) Yesus dan

oleh para rasul diberitahukan bahwa monogami itu tegas-tegas sebagai tuntutan dan

sebagai pemberian Allah.Yesus mengingatkan kita pada pernikahan yang asli,

sebagaimana pada mulanya. Ditentangnya percerian menurut tafsiran orang Yahudi

(Farisi) dan poligami yang berhubungan dengan perceraian (Injil Matius 19:3).

Jemaat-jemaat yang terdiri dari orang-orang kafir dahulu itu, dididik para

rasul kepada monogami.Pada masa permulaan, poligami memang masih terdapat

didalam banyak jemaat-jemaat di Asia kecil dan Eropa.Tetapi angkatan yang lebih

muda telah dididik kepada monogami. Dalam kitab I Timotius 3 misalnya tertulis

bahwa para pemangku jabatan gereja haruslah dipilih dari orang-orang yang

mempunyai seorang atau satu istri saja.

71 Raja-raja 11:1-3

22

Page 14: BAB II

Mengapa Tuhan menuntut monogami ?karena hanya monogamilah yang

sesuai dengan kasih agape, yaitu kasih yang melayani. Agape itu tidak mencari

keuntungan sendiri, tidak menyampingkan keinginan akan kebahagian perseorangan,

tetapi menuju kebahagian bersama, artinya : ia menolak poligami dan penerima

monogami. Kasih agape  itu penyayang, tidak berlaku yang tidak senonoh, tidak

mencari keuntungan sendiri, tidak lekas marah, panjang sabar ( I Korintus 13). Kasih

yang demikianlah yang menuntut monogami.

Poligami didasarkan pada eros, yaitu cinta-birahi. Cinta birahi sangat

tidak sabar, jika kawan hidup itu sudah tua atau sakit-sakitan saja, maka cinta-birahi

akan mengarahkan nafsunya kepada kawan hidup yang lain. Tetapi kasih yang sejati

itu panjang sabar terhadap kawan hidup dan dengan demikian terlindunglah

kebahagiaan hidup pernikahan.

Poligami itu bertentangan dengan kasih kristen yang berlandaskan kasih

sejati. Kasih kristen menuntut monogami. Tetapi monogami itu bukan hanya tuntutan

saja, melainkan itu suatu pemberian Tuhan yang sangat besar.Rahasia (monogami)

itu adalah kebahagiaan duniawi yang terbesar yang diberikan Tuhan kepada kita.

Barang siapa yang merusak dan mencemarkan rahasia itu akan mengetahui, bahwa

dengan demikian ia merusakkan dan mencemarkan salah satu pemberian Tuhan.

Apa yang telah dikatakan oleh Alkitab diatas dengan jelas bahwa Allah

tidak menghendaki poligami itu terjadi, namun poligami itu terjadi dalam kitab

khususnya Perjanjian Lama itu karena bukan kehendak Allah, melainkan karena

kehendaknya sendiri dan kerena manusia tidak mau dengar-dengaran akan kehendak

Tuhan dalam hal pernikahan, sebab Allah menghendaki pernikah tersebut monigami

bukan poligami sebab Allah yang menjadi landasan rumah tangga.

Pernikahan Menurut Perjanjian Baru

23

Page 15: BAB II

Tentang pernikahan tidak cukuplah bila hanya pakai Alkitab Perjanjian

Lama saja. Tentang pernikahan, harus berlandaskan pada Alkitab, baik dalam

Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

Perjanjian Baru, ada banyak ayat dan pasal yang mengemukakan tentang

pernikahan kristen. Bahkan TuhanYesus dalam pelayanan-Nya juga banyak

mengajarkan tentang pernikahan Kristen dan arti pernikahan. Oleh karena

pengajaran pernikahan ini sangat penting bagi setiap umat Tuhan. Seperti yang

tertulis bahwa “laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibuya dan bersatu dengan

istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan

lagi dua, melainkan satu.Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh

diceraikan manusia”. (Mrk. 10:7-9).

Makna dan maksud pengajaran Tuhan Yesus tentang pernikahan tersebut

diatas adalah, bahwa suami istri yang menjadi satu daging dalam pernikahan ini,

menyangkut secara biologis, dan juga menyangkut banyak hal yaitu, menjadi satu

tujuan, menjadi satu persekutuan dengan Tuhan, menjadi satu roh dan kebenaran

dalam Kristus, menjadi satu kepercayaan kepada Tuhan Yesus Kristus, dan serta

saling melengkapi secara jasmani maupun rohani. Sehingga suami-istri yang telah

mempersatukan Oleh Tuhan dalam pernikahan ini, tidak boleh diceraikan oleh

manusia kecuali maut.

Pelayanan Tuhan Yesus juga mengadakan mujizat pertama dalam acara

pernikahan di Kana seperti yang tertulis dalam Alkitab bahwa:

24

Page 16: BAB II

Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air, dan mereka pun mengisinya sampai penuh. Lalu kata Yesus kepada mereka: cendoklah dan bawalah kepada pemimpi pesta. Lalu merekapun membawanya.Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencendok air itu, mengetahuinya.”8 (Yoh. 2:8-9).

Makna mujizat dalam pernikahan tersebut di diatas dapat dijelaskan,

oleh Daniel Alexander, dalam buku yang judul, Pemulihan Keluarga Masa Kini,

bahwa “Tuhan Yesus melakukan mujizat dalam pernikahan agar suasana pernikahan

manusia, seperti suasana dalam kerajaan sorga. Suasana kerajaan sorga ini dapat

dirasakan dalam acara pernikahan.”9. Dalam pernikahan ini dapat merasakan

suasana kerajaan sorga melalui mujizat Yesus yaitu, air biasa menjadi anggur.

Mengenai Pernikahan ini, juga dapat ditulis oleh rasul Paulus dalam

suratnya kepada orang kristen yang berada di Korintus bahwa” adalah baik bagi

laki-laki, kalau ia tidak kawin, tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap

laki-laki mempunyai istrinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya

sendiri. (I Kor 7:1-2). Makna dari ayat ini, adalah agar laki-laki dan perempuan

yang tidak kawin, diharapakan agar segera kawin . Oleh karena mengingat bahaya

percabulan yang berkembang dalam kehidupan jemaat di Korintus pada masa itu,

supaya suami memusatkan perhatiannya kepada istrinya sendiri, dan perempuan

juga memusatkan perhatiannya kepada suaminya sendiri.

Pentingnya, suami istri dalam pernikahannya membangun dalam prinsip

kasih yaitu, membangun pernikahan keluarga dengan kasih antara suami istri,

dalam hubungan orangtua dan anak, bahkan Tuhan sebagai pondasi kasih dalam

pernikahan.

Prinsip Kasih Suami-Istri

8Yohanes 2:8-9.

9Alaxander,Daniel 84.

25

Page 17: BAB II

Salah satu harapan Rasul Paulus dalam pelayanannya, adalah supaya

setiap pernikahan suami-istri harus dibangun dalam prinsip kasih. Seperti yang

tertulis dalam suratnya bahwa” Hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu,

sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah istrimu dan

janganlah berlaku kasar terhadap dia”(Kol. 3:18-19). Penjelasan dari ayat ini,

adalah agar seorang istri harus tunduk dan hormati kepada suami sebagai kepala

rumah tangga. Dan juga seorang suami harus mengasihi, dilindungi, dan

memperhatikan istrinya sebagai penolongnya sebagai kaum lemah. Sama seperti

Allah mengasihi manusia sehingga Ia telah mengutus Anak-Nya kedalam dunia ini

untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Sebab itulah yang dikehendaki oleh Allah

bagi umatNya.

Prinsip Hubungan Orang Tua Dengan Anak

Rasul Paulus dalam suratnya menjelaskan,bahwa betapa pentingnya

harus membangun sebuah hubungan yang efektif antara orangtua dengan anak

dalam pernikahan keluarga kristen. Seperti yang tertulis dalam Alkitab bahwa’ ”Hai

Anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah indah di dalam

Tuhan. Hai Bapa-bapa, janganlah sakiti hati anak-anakmu, supaya jangan tawar

hatinya. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah

demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu ini adalah suatu perintah yang penting,

seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu bahagia dan panjang umurmu di bumi.

Dan kamu, bapa-bapa, jangalah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu,

tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasehat Tuhan” (Kol.3:20-21;Ef. 6:11-4).

26

Page 18: BAB II

Dalam lembaga keluarga Kristenpentingnya membangun sebuah

hubungan yang efektif antara orang tua dengan anak, bila tidak demikian maka

dampaknya keluarga akan hidup dalam suasana yang tidak sehat, atau tidak ada

damai sejahtera antara orangtua dan anak. Bahkan tidak menjadi teladan yang baik

bagi anak-anaknya, sebagai orangtua mendidik anak-anaknya dengan bijaksana,

efektif, hati-hati, lemah lembut, dan kasih sayang. Dan tidak memperlakukan

kekarasan terhadap anak, tanpa mendatangkan masalah. Jangan melukai hati anak

dengan kata-kata negatif yang melukai hati anak sehingga tidak menghormati orang

tua dan sebagainya.

Tuhan Sebagai Fondasi Kasih Keluarga.

Tuhan Yesus kristus adalah sebagai fondasi kasih keluarga kristen yang

sejahti.Untuk itu, dalam setiap pernikahan kristen harus membangun dalam

penikahannya dengan prinsip kasaih Kristus, artinya, mengutamakan Kristus

dalam pernikahan. Andreas Christanday, menjelaskan dalam buku yang berjudul,

Membangun Keluarga Yang Tak Terguncangkan bahwa “membangun rumah tangga

harus melibatkan Tuhan. Sejak pacaran melibatkan Tuhan, bertanya kepada Dia,

apakah orang yang berpacaran dengan saya adalah pasangan hidupku atau bukan?

Juga, meminta berkat dan pimpinan-Nya.Dengan demikian keluarga akan

membangun dalam takut Akan Tuhan, berhasil, dan berbahagia seumur hidup.”10

10Christanday.Andreas,Membangun Keluarga Yang Tak Terguncangkan, (Yogyakata:Gloria Graffa, 2010), 44.

27

Page 19: BAB II

Maksud dari penjelasan ini, karena melihat adanya banyak suami istri

dalam pernikahannya tidak melibatkan Tuhan dengan serius, menyebabkan mudah

digoncangkan tantangan dunia, dan tidak menikmati kebahagiaan dalam Yesus

Kristus.itulah sebabnya banyak pernikahan yang gagal atau hancur tersebut

dikarenakan banyak dari pernikahan tersebut tidak menggunakan dasar pondasi

yaitu Kristus, tetapi kalau pernikahan akan tetap abadi maka itu harus mengarahkan

pernikahan dalam pondasi kristus.

28