BAB II
-
Upload
yabes-wanimbo -
Category
Documents
-
view
98 -
download
0
Transcript of BAB II
BAB II
SISTEM PERNIKAHAN SECARA ALKITABIAH
Sistem artinya suatu cara atau metode untuk mengatur segala sesuatu
dengan teratur. Sedangkan “pernikahan” artinya suatu ikatan atau perjanjian antara
laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri.Sedangkan “Alkitab” artinya kitab suci
yakni buku yang berisi tentang segala sesuatu yang menyangkut keagamaan atau
keyakinan orang Kristen.Dengan demikian sistem pernikahan secara Alkitabiah
adalah sebuah pemahaman tentang suatu cara atau metode serta segala aturan yang
ada di dalam pernikahan yang sesuai dengan ajaran Alkitab. Jadi dalam bab dua ini,
penulis akan membahasbeberapa pokok mengenai pernikahansecara
Alkitabiah,yakni: Pemahaman Kristen tentang Pernikahan, PernikahanMenurut
Perjanjian lama, dan Pernikahan Menurut Perjanjian Baru.
Pemahaman Kristen Tentang Pernikahan
Pernikahan adalah tahap kehidupan yang di dalamnya laki-laki dan
perempuan hidup bersama-sama menikmati pernikahan yang harmonis dan bahagia
serta sehat, karena Kristus menjadi kepala keluarga. Dan juga pernikahan merupakan
kesatuan dari dua pribadi yang menjadi satu hati. Pernikahan menciptakan suatu tali
yang kuat, yang menghubungkan suami-istri. Tali itu disebut ikatan kasih sayang,
yang hubungan emosional yang mengikat hati suami-istri. Hubungan tersebut akan
makin mendalam seiring berjalannya waktu dan melalui berbagai pengalaman. Ikatan
kasih sayang inilah yang membuat kedekatan terasa berbahagia dan perpisah serta
terasa tidak tertahankan.
10
Dengan ikatan kasih yang, masing-masing, searahdengan emosional
maupun fisik, akan saling menanggapi dengan penuh kasih dan perhatian. Tidak ada
rasa takut dan khawatir. Sebab sebuah pernikahan suami-istri adalah tempat yang
nyaman dan aman, karena dapat menghadapi dunia, kembali menemukan cinta dan
penerimaan. Pernikahan juga ikatan kasih sayang dalam membentuk lembaga
keluarga baru.Ketika menikah, hubungan suami-istri menjadi satu ikatan cinta
terpenting dalam hidup masing-masing, untuk seumur hidupdan masing-masing
merinduhkan perlindungan sebagai tempat yang aman,tempat mereka dapat
menemukan penerimaan, cinta, dan dukungan.Dalam pernikahan rasa aman ini
membuat masing-masing pribadi merasa dikenal dan dihargai. Berkaitan dengan ini,
David Stoop dan Jan stoop memberi penjelasan, pernikahan yang menyatuh dalam
kasih, dan cinta dapatmewujudkan bahwa “Engkau mengenal aku dan mencintai
aku. Aku merasakan aman mengungkapkan jati diriku kepadamu.Engkau
akan selalu ada untukku saat aku membutuhkanmu.”1 Billy Graham,
dalam bukunya yang judul, buku pegangan pelayanannya, juga
menjelaskan bahwa” kesatuan antara tiga pribadi, yaitu seorang pria, seorang
wanita, dan Allah! Inilah yang membuat pernikahan menjadi kudus. Iman dalam
Kristus adalah bagian terpenting dari semua prinsip untuk membangun suatu
pernikahan dan rumah tangga yang bahagia." 2Howard Clinebell, memberikan
penjelasan lebih lengkap dalam buku judul Tipe-tipe dasar Pendamping konseling
Pastoral, bahwah:
1David Stoop dan Jan Stoop, Atos Pranikah, (Yogyakata: Yayasan ANDI, 2008),.24.
2GrahamBilly, Buku Pegangan Palyanan, Persekutuan Pembca Alkitab.
11
”Bagi kebanyakan orang perkawinan merupakan suatu daerah penyesuaian hidup yang pokok....kawiin atau tidak kawin adalah suatu kondisi yang meresapi seluruh kehidupan yang membuat saluran tertentu bagi kepuasan kebutuhan manusia,dan rintangan tertentu yang tidak terhindarkan bagi kepuasan tersebut. Tambahan lagi, peran perkawinan menentukan peran kehidupan penting lainnya seperti persahabatan, hal menjadi orang tua dan pekerja.”3
Jean Stapleton dan Richard Bright, Eeoual, Marriage.Juga menjelaskan
dalam buku judul, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling pastoral, bahwa
”Perkawinan bukanlah suatu lembaga yang mati. Ia berubah. Pada masa kini lebih
banyak orang yang kawin pada waktu tertentu daripada sebelumnya. Dan juga lebih
banyak bercerai dari waktu sebelumnya. Hal itu bukan karena perceraian menjadi
lebih mudah sekarang tetapi karena orang mengharapkan lebih banyak dari suatu
perkawinan. Kemesraan berkembang hanya jika komitmen (Kesetiaan) tidak terbatas
dan bersifat jangka panjang. Dan kemesraan hanya mungkin jika kedua orang dalam
perkawinan itu sederat.”4
Kehidupan pernikahan adalah sebuah kehidupan yang paling sulit,
jauh lebih sulit daripada hubungan daging. Dua orang dari latar belakang yang
berbedaberusaha saling menyesuaikan,membentuk sebuah keluarga.Daniel
Alexander, menjelaskan, bahwa:
pernikahan adalah suatu bentuk hubungan yang direncanakan Allah. Allah mendambakan sebuah pernikahan yang dipenuhi kasih, saling pengertian, damai sejahtera, dankebahagiaan. Ia juga merencanakanagar suasana pernikahan menusia seperti suasana dalam kerajaan sorga. Suasana kerajaan surga ini dapat dirasakan di dalam keluarga yang hidupnya seturut kehendak Allah.5
3 Howard Clinebell, Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan KonseingPastoral,(Yogyakarta: Kanisius, 2002), 316.
4 .Ibid. .317
5 Alexander Daniel, Pemulihan Keluarga Masa Kini. Yogyakarta: (Yayasan ANDI, 2001), 11.
12
Harus diperhatikan,bahwa hubungan suami istri diibaratkan dengan
hubungan antara Kristus dengan gereja-Nya. Pengertian mengenai hal inilah yang
akan memudahkan banyak orang Kristen untuk dapat menerima dan bersyukur atas
perintah Tuhan untuk tunduk kepada suami. Karena banyak negara dewasa ini,
pandangan Kristen demikian tidak populer dan tidak dikenal bahkan banyak gereja
yang menghapuskan kata "taat" dalam peneguhan pernikahannya. Seorang suami
sebagai kepala keluarga tidaklah terpanggil semau-maunya untuk menindas istrinya,
karena justru dalam ajaran Alkitab untuk kepala berarti pengorbanan seperti yang
dijelaskan dalam Efesus bahwa ‘haiistri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada
Tuhan, karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat.”
(Ef. 5:22-23).
Hasilnya, istri akan patuh menundukkan diri kepada suami dan suami
memperhatikan istrinya dengan mengasihi serta memikirkan kebahagiaannya. Jadi
pernikahan Kristen harus dapat dibangun atas dasar Alkitab, ketaatan, kasih, pada
Alkitab. Kehidupan keluarga Kristen dapat dibina oleh suami dan istri melalui cara
memperlakukan pasangan hidupnya setiap hari. Ketika suami dan istri mentaati
Firman Allah, maka keduanya dapat hidup bersama-sama dengan tentram.
Pernikahan Menurut Perjanjian Lama
Alkitab perjanjian Lama merupakan sebuah buku yang memiliki otoritas
yang tertinggi, dari mulut Tuhan, yang ditulis oleh para Imam dan para Nabi. Atas
pertolongan keilahlaman Roh Kudus.
13
Pernikahan dan keluarga selalu ditekankan berulang-ulang di dalam
Alkitab,baik itu dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, mana dapat
ditemukan banyak ayat dan pasal sebagai petunjuk pernikahan keluarga Kristen.
Alkitab mengungkapkan dengan jujur tentang pernikahan-pernikahan yang
terkemuka, misalnya pernikahan Adam dan Hawa, Abraham, Ishak, Yakub, Nuh,
Lot, Musa, Eli, Samuel, Daud, dan juga Salomo. Namun sayang sekali hanya sedikit
saja yang menikmati anugerah pernikahan ini.
Dalam Perjanjian Lama, dalam hal pernikahan tokoh-tokoh tersebut
diatas tidak menjelaskan secara mendetail.Oleh karenatidak mengemukakan
pernikahan tokoh-tokoh dalam Alkitab tersebut, yang dapat dijelaskan oleh
Daniel,dalam buku berjudul, Pemulihan keluarga masa kini bahwa “ karena
pernikahan mereka tidak sehat, bercampur aduk dengan penyembahan berhala,
kejahatan, kekacauan dan penyimpangan dari kebenaran sebagai hukum Allah”6dari
penjelasan tersebut diatas dapat dipahami bahwa, tokoh-tokoh dalam Perjanjian
Lama, dalam pernikahannya bercampur aduk dengan penyemabahan berhala,dan
kejahatan sehingga tidak mengemukakan dalam Alkitab. Dalam Alkitab hanya
pernikahan Adam dan Hawa sajalah yang merupakan sebuah pernikahan yang kudus
dan pernikahan yang secara Alkitabiah, karena pernikahan Adam dan Hawa ini
langsung diberkati oleh Allah sendiri. Pernikahan mereka merupakan sebuah
pernikahankudus dan sempurnayang telah tertulis dalam Alkitab bahwa:
Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah mem berkati mereka,laluAllah berfirman kepada mereka “beranak cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi... sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. (Kej. 1;27-28; 2:24).
6Alexander Daniel, Pemulihan Keluarga Masa Kini, (Yogyakarta: Yayasan ANDI,2001), Hal. 9.
14
Dari ayat ini, dapat dipahami bahwa, Allah sendiri yang memberkati, dan
mempersatukan Adam dan Hawa agar mereka menjadi satu daging dalam
pernikahannya.Setelah Allah memberkati mereka barulah mereka beranak cucu
dan berkuasa atas segala ciptaan-Nya. Ini merupakan tujuan utama Allah
menciptakan manusia pertama, yaitu Adam dan Hawa di Taman firdaus.Setelah
memahami tentang pemahan pernikahan yang ada didalam Alkitab maka saat ini
akan membahas bagaimana sebuah sistem pernikahan yang ada didalam Alkitab
antara lain:
Syarat-Syarat Pernikahan Dalam Perjanjian Lama
Dalam bagian ini penulis akan menjelaskan mengenai syarat-syarat
pernikahan dalam Perjanjian Lama, dan berkaitan dengan ini ada beberapa hal, yaitu
syaratan-sysrat pernikahan dalam Perjanjian Lama meliputi beberapa hal yakni
maskawin dan pemilihan jodoh.
Maskawin
15
Yang dimaksud dengan maskawin adalah sebuah pemberian dari pihak
laki-laki kepada pihak perempuan yang merupakan suatu kewajiban dalam rangkaian
pernikahan. Hal demikian ini juga dialami oleh para tokoh-tokoh didalam Alkitab,
yaitudalamPerjanjian Lama menjelaskan,bahwa bagaimana seorang laki-laki dapat
mengambil atau memiliki seorang wanita,dan laki-laki tersebut hendak memenuhi
beberapa persyaratan yang harusdilakukan oleh seorang laki-laki dalam hal
membayar maskawin.Dengan jelas di dalam kitab (Kej. 29:1-29), Disini
menjelaskan, bahwa bagaimana Yakub harus bekerja keras untuk memiliki seorang
calon istrinya, yaitu Rahel dalam (Kej. 29:18), dengan jelas diuraikan, bahwa selama
tujuh tahun Yakub hendak bekerja untuk mendapatkan Rahel sebagai istrinya, dari
hal ini dapat dipahami, bahwa sebuah maskawin itu sangat diperlukan dalam
pernikahan.Oleh sebab maskawin adalah sebuah keharusan atau kewajiban yang
harus diberikan oleh laki-laki kepada orangtua perempuan.Maskawin merupakan
sebuah hal yang penting didalam sahnya dalam pernikahan, berkaitan dengan
maskawin ini ada beberapa cara atau bentuk dari maskawin, yaitu berupa ternak-
ternak, perak,perhiasan-perhiasan uang dll.Karena itu apabila seseorang yang ingin
menikah haruslah mempersiapkan maskawin.Jadi dapat dimengerti bahwa dalam
Perjanjian Lama juga menguraikan dalam pernikahan membayar maskawin. Sebab
itu adalah suatu kewajiban sebagai laki-laki untuk memberikan maskawin kepada
pihak perempuan.
Pemilihan Jodoh
16
Yang dimaksud dengan jodoh adalah orang yang cocok sebagai pasangan
hidup, sehingga di dalam memilih suami atau istri yang cocok dengan keinginan
hatinya, maka banyak orang tua yang memilih jodoh yang terbaik untuk anaknya.Di
dalam Alkitabpun juga menjelaskan, bahwa bagaimana pemilihan jodoh , disini
dalam Kitab (Kej. 25:19-20), diuraikan bahwa Abraham mengambil Ribka untuk
anaknya yakni Ishak, disini dengan jelas bagaimana sebuah kriteria yang hendak
dilakukan oleh orang tua laki-laki untuk mencari atau memilih jodoh bagi anaknya?
Misalnya Abraham memilih Ribka untuk Ishak, jika kita melihat bagaimana
kehidupan Ribka? Ia adalah seorang wanita yang baik dan taat serta hormat, selain
pertimbangan tersebut ada pertimbangan lainyaitu Ribka adalah suadara dari Laban,
dan kita tahu bahwa Laban adalah salah satuorang yang terpandang. Dalam hal
pemilihan jodoh ini sangatlah menentukan dalam pernikahan.Berkaitan dengan
pemilihan jodoh ini, ada beberapa alasan, yaituberdasarkan hubungan darah maupun
karena tidak diperbolehkan. (Im. 18:6-18) tetapi di luar anggota terlarang ini
pernikahan sesama anggota keluarga lebih disenangi. Seperti pernikahan Ishak
dengan Ribka (Kej. 24:4). Yakub dan Lea (Kej. 28:2). Dalam kebanyakkan
pernikahan, hal memilih jodoh dan merencanakan pernikahan ini, dilakukan oleh
beberapa pihak yaitu:
Kedua orangtua masing-masing yang bersangkutan. Berikan uang (Kej. 34:12) sebagai ganti rugi karena akan kehilangan
seorang anggota keluarga. Pengabdian diri (kerja) contoh Yakub 14 tahun ia bekerja. Menikahi tawanan perang. (Ul. 21:10-14).
Bentuk-Bentuk Pernikahan Dalam Perjanjian Lama
Dalam bagian ini penulis akan menguraikan tentang bentuk-bentuk
pernikahan dalam perjanjian lama, yaitu pernikahan sah, pernikahan janda dan
pernikahan poligami.
17
Pernikahan Sah
Bentuk pernikahan yang sah yang ada dalam Perjanjian Lama, dapat kita
lihat bahwa bentuk pertama yang ada, yaitu bahwa pernikahan yang sah adalah
pernikahan Adam dan Hawa, dapat dilihat bahwa bentuk pernikahn yang terjadi
antara Adam dan Hawa ialah sebuah bentuk pernikahan yang sah, sebab Allah
sendiri yang meresmikan mereka,(Kej. pasal 2: 18, 25). Dengan jelas bahwa Allahlah
yang memberkati pernikahan mereka secara sah, selainitu juga dapat kita lihat dalam
Alkitab bentuk pernikahan yang dipandang sah yaitu harus adanya ijin atau
persetuajuan dari pihak orang tua disini kita bisa lihat bahwa yakub harus meminta
restu atau ijin kepada laban orang tua Rahel dalam Kej. 29 disini jelas sekali bentuk
pernikahan yang sah sesuai dengan Alkitab, dari hal ini dapat diuraikan bentuk
dalam pernikahan yang sah sesuai dengan Alkitab yakni dalam Perjanjian Lama
ialahAllah sendiri yang menikahkan (Kej. 2; 25). Dan adanya persetujuan Orang tua
( Kej.29:15-20).
Pemilihan Jodoh
Bentuk pernikahan yang kedua ialahpemilihan jodoh ini dapat kita
pahami bahwa ternyata di dalam Kitab Rut 2-4 menjelaskan bahwa bagimana
Naomi memohonRut supaya dapat melanjutkan hidupnya atau dapat membina rumah
tangga lagi, maka Naomi mengenalkan Boas kepada Rut, akhir dari perjalanan cinta
mereka menjadi suami istri,dengan jelas bahwa dalam zaman Perjanjian Lama
bentuk penikahan bahwa dengan cara pemilihan jodoh ini sering dilakukan oleh
tokoh-tokoh dalam Alkitab, yaitu Rut dan boas(Rut 2-4), Ishak dengan
Ribka( kejadian 25:19-20).
Pernikahan Poligami
18
Bentuk pernikahan di dalam Perjanjian Lama menerapkan bentuk secara
poligami, mengapa menerapkan bentuk poligami? Sebab dapat kita jumpai bahwa
banyak tokoh Alkitab di dalam Perjanjian Lama yang menggunakan bentuk
pernikahan secara poligami seperti Daud, Salomo, Abraham, Yakub Lamek dll. Dari
hal ini dapat dimengerti mengapa dalam Perjanjian Lama menggunakan bentuk
pernikahan poligami? Namun kalau kita pahami, bahwa pernikahan secara poligami
ini sangatlah kontradiksi dengan apa yang sebenarnya Allah inginkan dalam
pernikahan?Karena Allah menghendaki ialahsebuah pernikahan yang monogami
yaitu satu untuk selamanyaTetapi dalam kitab Perjanjian Lama (Torat) nampak
bahwa gejala poligami atau permaduan memasuki juga lingkungan orang-orang
beriman. Oleh sebab itu orang kadang-kadang menyimpulkan bahwa di dalam kitab
Perjanjian Lama poligami itu tidak dilarang, tetapi diterima dengan tidak ada yang
menentang. Jika ada yang berpendapat demikian, maka ia sebenarnya tidak membaca
atau tidak mengerti akan Firman Allah (Alkitab) dengan baik kitab Perjanjian Lama
itu. Sebab yang sebenarnya di dalam kitab Perjanjian Lama poligami itu dipandang
sebagai bentuk pernikahan yang merusak maksud Tuhan dengan nikah itu.
Contohnya ialah pernikahan Abraham, Yakub, Daud,Salomo dll.Pernikahan
Abraham dengan Hagar, yang adalah budak Sara istri Abraham dipandang sebagai
akibat dari keragu-raguan Abraham dan Sara terhadap janji Tuhan, bahwa Abraham
dan Sara akan memperoleh anak, walaupun usia mereka telah lanjut. Kita lihat pula
betapa kebahagian pernikahan Yakub terganggu oleh kecemburuan antara Rakhel
dan Lea, yaitu kedua isterinya. Kita lihat juga Salomo yang mencemarkan
martabatnya sebagai raja Mesianis, karena ia hendak mengadakan pelesiran,
sebagaimana lazimnya dilakukan oleh raja-raja di timur tengah (raja Salomo
memiliki 700 isteri dan 300 gundik). Mengapa tokoh Alkitab melakukan poligami
19
karena kemauan dan hawa nafsunya, sehingga terciptalah poligami tersebut,
walaupun Allah tidak mengijinkan hal itu terjadi. Jadi pernikahan poligami sangat
dilarang oleh Allah, tetapi yang dihendaki Allah ialah pernikahan monogami dan
bukan poligami.
Sikap Allah terhadap perkawinan
Bagaimana tindakan Allah terhadap bentuk pernikahan yang ada di dalam
Perjanjian Lama,yaitu pernikahan sah, Pemilihan jodoh, pernikahan poligami,akan
dijelaskan sebagai berikut:
Pernikahan sah
Pernikahan haruslah dipandang sebagai suatu peraturan yang sah dan
yang ditetapkan oleh Tuhan. Menurut Yesus pernikahan di Firdaus antara Adam dan
Hawa adalah pernikahan asli yang dikehendaki Allah (Injil Matius 19:3), dan
pernikahan di Firdaus itu digambarkan di dalam Alkitab sebagai suatu penyerahan
seorang laki-laki kepada seorang wanita, penyerahan seorang wanita kepada seorang
laki-laki untuk seumur hidup. Pernikahan monogami adalah pernikahan asli yang
dikehendaki Allah.
Pemilihan Jodoh.
Sikap atau tindakan apa yang Allah lakukan mengenai pernikahan
dengancara memilih jodoh, dapat kita pahami dalam Alkitab khusunya dalam
Perjanjian Lama memang Allah menghendaki perjodohan tersebut karena ada
rencana yang indah bagi umat-Nya misalnya pernikahan antara Rut dengan boas ini
Allah mempunyai suatu rencana yang indah yaitu karya keselamatan dari keturunan
tersebut. Dan juga dalam hal pemilihan jodoh ini, Allah sendirilah yang menyediakan
jodoh bagi Adam. Maka dengan jelas bahwa di dalam Alkitab dalam Perjanjian
Lama yaitu (Kej. 2:20-23), Allah turut campur tangan dalam pemilihan jodoh,sebab
20
Allah sungguh mengasih ciptaan-Nya yaitu Adam, karena saat Adam diciptakan ia
tidak memiliki seorang pendamping atau penolong, karena itu Allah mengambil
tulang rusuk Adam dan menciptakan Hawa sebagai penolong dan ditempatkan
sebagai pendamping di Taman Eden, namun banyak ciptaan-Nya yang tidak
mendengarkan apa yang dikatakan oleh Allah mengenai jodoh, mereka hanya
mendengarkan keingin hatinya saja dan tidak menuruti akan kehendak Allah.
Pernikahan Poligami.
21
Sikap atau tindakan Allah terhadap pernikahan poligami, yaitu Allah
sangat menentang mengenaipernikahan poligami,karena akan menimbulkan masalah
sosial dan agama,yaitu seperti penjelasan dalam Alkitab yang mengatakan bahwa:
Adapun raja Salomo mencintai banyak perempuan asing. Di samping anak Firaun ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het, padahal tentang bangsa-bangsa itu TUHAN telah berfirman kepada orang Israel: "Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan merekapun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka." Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta. Ia mempunyai tujuh ratus isteri dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik; isteri-isterinya itu menarik hatinya dari pada TUHAN.”7 (1 Raja-raja 11:1-3).
Maksud dari pada penjelasan tersebut di atas adalah Allah tidak
menghendaki agar umat-Nya tidak bergaul dengan orang-orang yang tidak percaya
Karenapada saat itu Salomo mencintaiorang Moab atau orang-orang yang tidak taat
kepada Allah yang benar. hal itu dapat dilihat bahwa Allah menetang poligami dan
alasan lain mengapa Allah menetang poligami sebab Allah menghendaki pernikahan
secara monogami, dapat kita lihat Di dalam kitab Perjanjian Baru (Injil) Yesus dan
oleh para rasul diberitahukan bahwa monogami itu tegas-tegas sebagai tuntutan dan
sebagai pemberian Allah.Yesus mengingatkan kita pada pernikahan yang asli,
sebagaimana pada mulanya. Ditentangnya percerian menurut tafsiran orang Yahudi
(Farisi) dan poligami yang berhubungan dengan perceraian (Injil Matius 19:3).
Jemaat-jemaat yang terdiri dari orang-orang kafir dahulu itu, dididik para
rasul kepada monogami.Pada masa permulaan, poligami memang masih terdapat
didalam banyak jemaat-jemaat di Asia kecil dan Eropa.Tetapi angkatan yang lebih
muda telah dididik kepada monogami. Dalam kitab I Timotius 3 misalnya tertulis
bahwa para pemangku jabatan gereja haruslah dipilih dari orang-orang yang
mempunyai seorang atau satu istri saja.
71 Raja-raja 11:1-3
22
Mengapa Tuhan menuntut monogami ?karena hanya monogamilah yang
sesuai dengan kasih agape, yaitu kasih yang melayani. Agape itu tidak mencari
keuntungan sendiri, tidak menyampingkan keinginan akan kebahagian perseorangan,
tetapi menuju kebahagian bersama, artinya : ia menolak poligami dan penerima
monogami. Kasih agape itu penyayang, tidak berlaku yang tidak senonoh, tidak
mencari keuntungan sendiri, tidak lekas marah, panjang sabar ( I Korintus 13). Kasih
yang demikianlah yang menuntut monogami.
Poligami didasarkan pada eros, yaitu cinta-birahi. Cinta birahi sangat
tidak sabar, jika kawan hidup itu sudah tua atau sakit-sakitan saja, maka cinta-birahi
akan mengarahkan nafsunya kepada kawan hidup yang lain. Tetapi kasih yang sejati
itu panjang sabar terhadap kawan hidup dan dengan demikian terlindunglah
kebahagiaan hidup pernikahan.
Poligami itu bertentangan dengan kasih kristen yang berlandaskan kasih
sejati. Kasih kristen menuntut monogami. Tetapi monogami itu bukan hanya tuntutan
saja, melainkan itu suatu pemberian Tuhan yang sangat besar.Rahasia (monogami)
itu adalah kebahagiaan duniawi yang terbesar yang diberikan Tuhan kepada kita.
Barang siapa yang merusak dan mencemarkan rahasia itu akan mengetahui, bahwa
dengan demikian ia merusakkan dan mencemarkan salah satu pemberian Tuhan.
Apa yang telah dikatakan oleh Alkitab diatas dengan jelas bahwa Allah
tidak menghendaki poligami itu terjadi, namun poligami itu terjadi dalam kitab
khususnya Perjanjian Lama itu karena bukan kehendak Allah, melainkan karena
kehendaknya sendiri dan kerena manusia tidak mau dengar-dengaran akan kehendak
Tuhan dalam hal pernikahan, sebab Allah menghendaki pernikah tersebut monigami
bukan poligami sebab Allah yang menjadi landasan rumah tangga.
Pernikahan Menurut Perjanjian Baru
23
Tentang pernikahan tidak cukuplah bila hanya pakai Alkitab Perjanjian
Lama saja. Tentang pernikahan, harus berlandaskan pada Alkitab, baik dalam
Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
Perjanjian Baru, ada banyak ayat dan pasal yang mengemukakan tentang
pernikahan kristen. Bahkan TuhanYesus dalam pelayanan-Nya juga banyak
mengajarkan tentang pernikahan Kristen dan arti pernikahan. Oleh karena
pengajaran pernikahan ini sangat penting bagi setiap umat Tuhan. Seperti yang
tertulis bahwa “laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibuya dan bersatu dengan
istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan
lagi dua, melainkan satu.Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh
diceraikan manusia”. (Mrk. 10:7-9).
Makna dan maksud pengajaran Tuhan Yesus tentang pernikahan tersebut
diatas adalah, bahwa suami istri yang menjadi satu daging dalam pernikahan ini,
menyangkut secara biologis, dan juga menyangkut banyak hal yaitu, menjadi satu
tujuan, menjadi satu persekutuan dengan Tuhan, menjadi satu roh dan kebenaran
dalam Kristus, menjadi satu kepercayaan kepada Tuhan Yesus Kristus, dan serta
saling melengkapi secara jasmani maupun rohani. Sehingga suami-istri yang telah
mempersatukan Oleh Tuhan dalam pernikahan ini, tidak boleh diceraikan oleh
manusia kecuali maut.
Pelayanan Tuhan Yesus juga mengadakan mujizat pertama dalam acara
pernikahan di Kana seperti yang tertulis dalam Alkitab bahwa:
24
Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air, dan mereka pun mengisinya sampai penuh. Lalu kata Yesus kepada mereka: cendoklah dan bawalah kepada pemimpi pesta. Lalu merekapun membawanya.Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencendok air itu, mengetahuinya.”8 (Yoh. 2:8-9).
Makna mujizat dalam pernikahan tersebut di diatas dapat dijelaskan,
oleh Daniel Alexander, dalam buku yang judul, Pemulihan Keluarga Masa Kini,
bahwa “Tuhan Yesus melakukan mujizat dalam pernikahan agar suasana pernikahan
manusia, seperti suasana dalam kerajaan sorga. Suasana kerajaan sorga ini dapat
dirasakan dalam acara pernikahan.”9. Dalam pernikahan ini dapat merasakan
suasana kerajaan sorga melalui mujizat Yesus yaitu, air biasa menjadi anggur.
Mengenai Pernikahan ini, juga dapat ditulis oleh rasul Paulus dalam
suratnya kepada orang kristen yang berada di Korintus bahwa” adalah baik bagi
laki-laki, kalau ia tidak kawin, tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap
laki-laki mempunyai istrinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya
sendiri. (I Kor 7:1-2). Makna dari ayat ini, adalah agar laki-laki dan perempuan
yang tidak kawin, diharapakan agar segera kawin . Oleh karena mengingat bahaya
percabulan yang berkembang dalam kehidupan jemaat di Korintus pada masa itu,
supaya suami memusatkan perhatiannya kepada istrinya sendiri, dan perempuan
juga memusatkan perhatiannya kepada suaminya sendiri.
Pentingnya, suami istri dalam pernikahannya membangun dalam prinsip
kasih yaitu, membangun pernikahan keluarga dengan kasih antara suami istri,
dalam hubungan orangtua dan anak, bahkan Tuhan sebagai pondasi kasih dalam
pernikahan.
Prinsip Kasih Suami-Istri
8Yohanes 2:8-9.
9Alaxander,Daniel 84.
25
Salah satu harapan Rasul Paulus dalam pelayanannya, adalah supaya
setiap pernikahan suami-istri harus dibangun dalam prinsip kasih. Seperti yang
tertulis dalam suratnya bahwa” Hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu,
sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah istrimu dan
janganlah berlaku kasar terhadap dia”(Kol. 3:18-19). Penjelasan dari ayat ini,
adalah agar seorang istri harus tunduk dan hormati kepada suami sebagai kepala
rumah tangga. Dan juga seorang suami harus mengasihi, dilindungi, dan
memperhatikan istrinya sebagai penolongnya sebagai kaum lemah. Sama seperti
Allah mengasihi manusia sehingga Ia telah mengutus Anak-Nya kedalam dunia ini
untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Sebab itulah yang dikehendaki oleh Allah
bagi umatNya.
Prinsip Hubungan Orang Tua Dengan Anak
Rasul Paulus dalam suratnya menjelaskan,bahwa betapa pentingnya
harus membangun sebuah hubungan yang efektif antara orangtua dengan anak
dalam pernikahan keluarga kristen. Seperti yang tertulis dalam Alkitab bahwa’ ”Hai
Anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah indah di dalam
Tuhan. Hai Bapa-bapa, janganlah sakiti hati anak-anakmu, supaya jangan tawar
hatinya. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah
demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu ini adalah suatu perintah yang penting,
seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu bahagia dan panjang umurmu di bumi.
Dan kamu, bapa-bapa, jangalah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu,
tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasehat Tuhan” (Kol.3:20-21;Ef. 6:11-4).
26
Dalam lembaga keluarga Kristenpentingnya membangun sebuah
hubungan yang efektif antara orang tua dengan anak, bila tidak demikian maka
dampaknya keluarga akan hidup dalam suasana yang tidak sehat, atau tidak ada
damai sejahtera antara orangtua dan anak. Bahkan tidak menjadi teladan yang baik
bagi anak-anaknya, sebagai orangtua mendidik anak-anaknya dengan bijaksana,
efektif, hati-hati, lemah lembut, dan kasih sayang. Dan tidak memperlakukan
kekarasan terhadap anak, tanpa mendatangkan masalah. Jangan melukai hati anak
dengan kata-kata negatif yang melukai hati anak sehingga tidak menghormati orang
tua dan sebagainya.
Tuhan Sebagai Fondasi Kasih Keluarga.
Tuhan Yesus kristus adalah sebagai fondasi kasih keluarga kristen yang
sejahti.Untuk itu, dalam setiap pernikahan kristen harus membangun dalam
penikahannya dengan prinsip kasaih Kristus, artinya, mengutamakan Kristus
dalam pernikahan. Andreas Christanday, menjelaskan dalam buku yang berjudul,
Membangun Keluarga Yang Tak Terguncangkan bahwa “membangun rumah tangga
harus melibatkan Tuhan. Sejak pacaran melibatkan Tuhan, bertanya kepada Dia,
apakah orang yang berpacaran dengan saya adalah pasangan hidupku atau bukan?
Juga, meminta berkat dan pimpinan-Nya.Dengan demikian keluarga akan
membangun dalam takut Akan Tuhan, berhasil, dan berbahagia seumur hidup.”10
10Christanday.Andreas,Membangun Keluarga Yang Tak Terguncangkan, (Yogyakata:Gloria Graffa, 2010), 44.
27
Maksud dari penjelasan ini, karena melihat adanya banyak suami istri
dalam pernikahannya tidak melibatkan Tuhan dengan serius, menyebabkan mudah
digoncangkan tantangan dunia, dan tidak menikmati kebahagiaan dalam Yesus
Kristus.itulah sebabnya banyak pernikahan yang gagal atau hancur tersebut
dikarenakan banyak dari pernikahan tersebut tidak menggunakan dasar pondasi
yaitu Kristus, tetapi kalau pernikahan akan tetap abadi maka itu harus mengarahkan
pernikahan dalam pondasi kristus.
28