Bab ii

29
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Eliminasi Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa urine atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya eliminasi urine adalah ginjal, ureter,kandung kemih dan uretra. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandungan kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat di atas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah ke dua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi(refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung nkemih atau jika ini gagal , setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih.meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga di hambat atau di timbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak. Kandung kemih di persarafi araf saraf sakral dan Saraf sensori dari kandung kemih di kirim ke medula spinalis sampai kemudian diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat.pusat miksi mengirim signal pada kandung kemih untuk berkontraksi. Pada saat destrusor berkontraksi spinter interna berelaksasi dan spinter eksternal di bawah kontrol kesadaran akan berperan , apakah mau miksi atau di tahan. Pada saat miksi abdominan berkontraksi meningkatkan kontraksi otot kandung kemih,

Transcript of Bab ii

Page 1: Bab ii

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Eliminasi

Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa urine atau bowel

(feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.sistem

tubuh yang berperan dalam terjadinya eliminasi urine adalah ginjal, ureter,kandung kemih

dan uretra.

Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandungan kemih secara progresif terisi

sampai tegangan di dindingnya meningkat di atas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan

langkah ke dua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi(refleks berkemih) yang

berusaha mengosongkan kandung nkemih atau jika ini gagal , setidak-tidaknya menimbulkan

kesadaran akan keinginan untuk berkemih.meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik

medula spinalis, refleks ini bisa juga di hambat atau di timbulkan oleh pusat korteks serebri

atau batang otak.

Kandung kemih di persarafi araf saraf sakral dan Saraf sensori dari kandung kemih di kirim

ke medula spinalis sampai kemudian diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf

pusat.pusat miksi mengirim signal pada kandung kemih untuk berkontraksi. Pada saat

destrusor berkontraksi spinter interna berelaksasi dan spinter eksternal di bawah kontrol

kesadaran akan berperan , apakah mau miksi atau di tahan. Pada saat miksi abdominan

berkontraksi meningkatkan kontraksi otot kandung kemih, biasanya tidak lebih 10 ml urine

tersisa dalam kandung kemih yang di sebut urine residu.

Pada eliminasi urine normal sangat tergantung pada individu , biasanya miksi setelah bekerja,

makan atau bangun tidur . Normal miksi sehari 5 kali .

Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga di sebut bowel

movemen.Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari

sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika

gelombang peristaltik mendorong feses ke kolon sigmoid dan rektum ,saraf sensoris dalam

rektum di rangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk devekasi.

Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang normal.

Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan bagian

tubuh yang lain karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor pola

eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbada. Klien sering meminta pertolongan

Page 2: Bab ii

dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan yang sakit dapat

menghindari mereka sesuai dengan program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai

kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal. Lingkungan rumah bisa

menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas. Perubahan kebutuhan

peralatan kamar mandi.untuk menangani masalah eliminas klien perawat harus mengerti

proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi.

2.2 Gangguan Eliminasi

Gangguan eliminasi adalah suatu gangguan yang terjadi pada anak yang tidak dapat

mengendalikan tingkah laku yang seharusnya sudah dapat dikendalikan sesuai tingkatan

umurnya. Gangguan ini sangat menganggu orang dewasa dan orang-orang disekitarnya.

Macam-macam gangguan eliminasi antara lain Enurasis dan Enkopresis

Gangguan eliminasi urin

Gangguan eliminasi urin adalah keadaan di mana seorang individu mengalami atau berisiko

mengalami disfungsi eliminasi urin.Biasanya orang yang mengalami gangguan eliminasi urin

akan di lakukan katerisasi urine , yaitu tindakan memasukan selang kateter kedalam kandung

kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine.

Masalah-masalah dalam eliminasi urin :

a. Retensi , yaitu adanya penumpukan urine di dalam kandung kemih dan ketidak sanggupan

kandung kemih untuk mengosongkan diri.

b. Kontinensi urine, yaitu ketidak sanggupan sementara atau permanen otot sfingter exsterna

untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.

c. Enuresis , sering terjadi pada anank-anak , umumnya terjadi pada malam hari (nocturnal

enuresis ), dapat terjadi satu kali atau lebihn dalam semalam.

d. Urgency , adalah perasaan seseorang untuk berkemih.

e. Dysuria , adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih .

2.3 Gangguan Eliminasi Fekal

Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko

tinggi mengalami statis pada usus besar. Mengakibatkan jarang buang air besar, keras, feses

kering. Untuk mengatasi gangguan eliminasi fekal biasanya dilakukan huknah. Baik huknah

tinggi maupun huknah rendah. Memasukkan cairan hangat melalui anus sampai ke kolon

desenden dengan menggunakan kanul rekti.

Page 3: Bab ii

2.4 Reaksi Eliminasi

Reaksi eliminasi adalah penyingkiran atau penghilangan beberapa atom yang terjadi pada

suatu senyawa.

Beberapa reaksi eliminasi:

1.Eliminasi hidrogen dari alkana (dehidrogenasi)

2. Eliminasi air dari alkohol

2.5 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Eliminasi

Ada beberapa faktor yang memengaruhi eliminasi feses dan urine. Faktor tersebut antara lain:

a. Usia

Usia bukan hanya berpengaruh pada eliminasi feses dan urine saja, tetapi juga berpengaruh

terhadap kontrol eliminasi itu sendiri. Anak-anak masih belum mampu untuk mengontrol

buang air besar maupun buang air kecil karena sistem neuromuskulernya belum berkembang

dengan baik. Manusia usia lanjut juga akan mengalami perubahan dalam eliminasi tersebut.

Biasanya terjadi penurunan torus otot, sehingga peristaltik menjadi lambat. Hal tersebut

menyebabkan kesulitan dalam pengontrolan eliminasi feses, sehingga pada manusia usia

lanjut berisiko mengalami konstipasi. Begitu pula pada eliminasi urine, terjadi penurunan

kontrol otot sphincter sehingga terjadi inkontinensia.

b. Diet

Makanan merupakan faktor utama yang berpengaruh pada eliminasi fekal dan urine.

Makanan berserat sangatlah diperlukan untuk pembentukan feses. Makanan yang rendah

serat menyebabkan pergerakan sisa digestif menjadi lambat mencapai rektum, sehingga

meningkatkan penyerapan air. Hal ini berakibat terjadinya konstipasi. Makan yang teratur

sangat berpengaruh pada keteraturan defekasi.

Di samping itu, pemilihan makanan yang kurang memerhatikan unsur manfaatnya, misalnya

jengkol, dapat menghambat proses miksi. Jengkol dapat menghambat miksi karena

kandungan pada jengkol, yaitu asam jengkolat, dalam jumlah yang banyak dapat

menyebabkan terbentuknya kristal asam jengkolat yang akan menyumbat saluran kemih

sehingga pengeluaran urine menjadi terganggu. Selain itu, urine juga dapat menjadi bau

jengkol.

Malnutrisi menjadi dasar terjadinya penurunan tonus otot, sehingga mengurangi kemampuan

seseorang untuk mengeluarkan feses maupun urine. Selain itu, yang paling penting akibat

Page 4: Bab ii

malnutrisi terhadap eliminasi fekal dan urine adalah menurunnya daya tahan tubuh terhadap

infeksi yang menyerang pada organ pencernaan maupun organ perkemihan.

c. Cairan

Intake cairan berpengaruh pada eliminasi fekal dan urine. Bila intake cairan tidak adekuat

atau output cairan yang berlebihan, maka tubuh akan mengabsorbsi cairan dari usus besar

dalam jumlah besar. Hal tersebut menyebabkan feses menjadi keras, kering, dan sulit

melewati saluran pencernaan. Pada eliminasi urine, kurangnya intake cairan menyebabkan

volume darah yang masuk ke ginjal untuk difiltrasi menjadi berkurang sehingga urine

menjadi berkurang dan lebih pekat.

d. Latihanfisik

Latihan fisik membantu seseorang untuk mempertahankan tonus otot. Tonus otot yang baik

dari otot-otot abdominal, otot pelvis, dan diafragma sangat penting bagi defekasi dan miksi.

Latihan fisik juga merangsang terhadap timbulnya peristaltik.

e. Strespsikologis

Stres yang berlebihan akan memengaruhi eliminasi fekal dan urine. Ketika seseorang

mengalami kecemasan atau ketakutan, terkadang ia akan mengalami diare ataupun beser.

Namun, adapula yang menyebabkan sulit buang air besar.

f. Temperatur

Eliminasi dipengaruhi oleh temperatur tubuh. Seseorang yang demam akan mengalami

peningkatan penguapan cairan tubuh karena meningkatnya aktivitas metabolik. Hal tersebut

menyebabkan tubuh akan kekurangan cairan sehingga dampaknya berpotensi terjadi

konstipasi dan pengeluaran urine menjadi sedikit. Selain itu, demam juga dapat memengaruhi

terhadap nafsu makan yaitu terjadi anoreksia, kelemahan otot, dan penurunan intake cairan.

2.6 Hormon-Hormon yang Terkait dengan Eliminasi

1. Hormon anti diuretic (ADH) duktus untuk meremeabilit

Dibentuk dalam nucleus supraoptik dan mengandung asam amino. Mekanisme kerja ADH

adalah meningkatkan permeabilitas duktus untuk mereabsorpsi sebagian besar air yang

disimpan dalam tubuh dan mempermudah difusi bebas air dari tubulus cairan tubuh kemudian

diabsorpsi secara osmosis.

Pengaturan produksi ADH: bila cairan ekstraseluler menjadi terlalu pekat, maka cairan ditarik

dengan proses osmosis keluar dari sel osmoreseptor sehingga mengurangi ukuran sel dan

menimbulkan sinyal saraf dalam hipotalamus untuk menyekresi ADH tambahan. Sebaliknya

bila cairan ekstraseluler terlalu encer, air bergerak melalui osmosis dengan arah berlawanan

Page 5: Bab ii

masuk ke dalam sel. Keadaan ini akan menurunkan sinyal saraf unutk menurunkan sekresi

ADH.

Salah satu rangsangan yang menyebabkan sekresi ADH menjadi kuat adalah penurunan

volume darah. Keadaan ini terjadi secara hebat saat volume darah turun 15-25% dengan

kecepatan sekresi meningkat 50x dari normal. Peranan penting dalam proses pembentukan

laktasi adalah menyebabkan timbulnya pengiriman air susu dari alveoli ke duktus sehingga

dapat diisap oleh bayi.

2. Mineralocorticoids: adalah hormon steroid glomerulosa zona disekresikan oleh korteks

adrenal. Mereka mengatur elektrolit dan keseimbangan air dalam tubuh misalnya keringat,

urin, empedu dan air liur.

Aldosteron: 95% dari kegiatan mineralokortikoid ada di rekening hormon ini. Sekresi

aldosteron dirangsang oleh peningkatan K + atau jatuh dalam Na + konsentrasi dan volume

darah. Aldosteron mengurangi Na + (dan Cl -) eliminasi dengan membantu dalam reabsorpsi

aktif dari nephric filtrat dengan bertindak lebih dari tubulus distal dan tubulus convulated

mengumpulkan.. Ini mempromosikan K + eliminasi dan mengurangi kehilangan air. Jadi

aldosteron menjaga keseimbangan elektrolit.

3. Hormone ovarium (estrogen dan progesteron), disekresi oleh ovarium akibat respons

terhadap dua hormone dari kelenjar hipofisis.

Estrogen : alami yang menonjol adalah estroidal (estrogen kuat), ovarium hanya membuat

estrodiol merupakan produk degradasi (perubahan senyawa) steroid-steroid pada wanita yang

tidak hamil, selama kehamilan diproduksi oleh plasenta. Estrogen beredar terikat pada protein

plasma dan proses peningkatannya terjadi dalam hati yang melaksanakan peran ganda dalam

metabolisme estrogen.

Urine wanita hamil benyak mengandung estrogen yang dihasilkan oleh plasenta.mekanisme

aksi estrogen mengatur ekspresi gen tertentu dalam sel yang bekerja sebagai sasaran.

Progesteron : metabolism progesterone yang utama di dalam urine ialah pregnanediol

(tidak aktif) dan pregnanetriol (perubahan korteks adrenal). Senyawa ini dibuang sebagai

glucuronic (senyawa glikosid).

4. Prostaglandin

Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berfungsi merespons

radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan

Page 6: Bab ii

gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal

( Frandson, 2003) Prostaglandin adalah sekelompok zat yang menyerupai hormon, seperti

hormon mereka memainkan peran dalam berbagai proses fisiologis. Michael W. Davidson

dari Florida State University: "Prostaglandin bertindak dengan cara yang mirip dengan

hormon, dengan sel target merangsang ke dalam tindakan Namun, mereka berbeda dari

hormon dalam bahwa mereka bertindak secara lokal, dekat situs mereka sintesis, dan mereka.

dimetabolisme sangat cepat. Fitur lain yang tidak biasa adalah bahwa prostaglandin yang

sama bertindak berbeda pada jaringan yang berbeda.

Ada satu prostaglandin tertentu yang memang berperan dalam saluran seksual laki-laki,

prostaglandin E1. Hal ini dipasarkan dengan nama Caverject (alprostadil) sebagai pengobatan

untuk disfungsi ereksi. Dalam kata-kata peneliti medis A. Lea: "Intracavernous alprostadil

(sintetik prostaglandin E1) adalah agen vasodilatasi yang bertindak dengan relaksasi otot

polos corpus cavernosum dan dengan meningkatkan diameter arteri gua, hal ini menyebabkan

ereksi."

Misoprostol adalah analog sintetik prostaglandin E1 (PGE1) Seperti PGE1 endogen,

memberikan suatu efek perlindungan pada mukosa pencernaan dengan meningkatkan lendir

dan sekresi ion bikarbonat dan dengan meningkatkan aliran darah mukosa.

Prostaglandin biasanya disebut oleh huruf dan angka: A1, A2 ... E1, E2 ... Mereka diberi

nama oleh kesamaan kimia, bukan oleh kesamaan efek fisiologis. Prostaglandin E2,

misalnya, tidak ada hubungannya dengan ereksi organ seksual laki-laki. Fungsinya adalah

dalam menyebabkan sakit tenaga kerja dengan merangsang kontraksi, dan ini merupakan

agen farmasi penting dalam OB.

Untuk beberapa prostaglandin, itu membuat perbedaan yang cukup apa yang kita makan, atau

lebih tepatnya, apa yang kita makan lemak. Pada umumnya, asam lemak omega-6 seperti

yang ditemukan dalam daging dan minyak nabati yang paling merangsang produksi

prostaglandin inflamasi, sedangkan konsumsi omega-3 asam lemak merangsang produksi

prostaglandin anti-inflamasi. Untuk alasan ini, asam lemak laut seperti minyak ikan cod telah

lama dikenal untuk memperbaiki kondisi rematik dan rematik. benih Lena, evening primrose

oil, minyak borage dan minyak canola adalah produk tanaman merangsang produksi

prostaglandin anti-inflamasi. Evening primrose oil Oleh karena itu digunakan oleh

perempuan untuk mengatur rasa sakit menstruasi yang disebabkan oleh kontraksi-

memfasilitasi prostaglandin.

Page 7: Bab ii

5. Gukokortikoidtid

Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan

volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium ( Frandson, 2003)

Kelenjar Adrenal/Suprarenal/Anak Ginjal

Kelenjar ini berbentuk bola yang menempel pada bagian atas ginjal. Di setiap ginjal terdapat

satu kelenjar suprarenal yang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian

dalam (medula).

Salah satu hormon yang dihasilkan yaitu hormon adrenalin yang berfungsi mengubah

glikogen menjadi glukosa. Hormon adrenalin bekerja berlawanan dengan hormon insulin.

Walaupun bekerja berlawanan tapi tujuannya sama, yaitu untuk mengatur kadar gula dalam

darah tetap stabil.

Apabila kita terkejut/takut anak ginjal memproduksi hormon adrenalin yang mengakibatkan

denyut jantung meningkat.

Hipofungsi kelenjar adrenal mengakibatkan penyakit addison dengan gejala timbul kelelahan,

berkurangnya nafsu makan, mual, muntah, dan meningkatnya pigmen melanin. Sedangkan

hiperfungsi adrenal menyebabkan tumor kelenjar adrenal dengan akibat penyakit “Sindrom

Cushing” dengan gejala : badan gemuk, anggota gerak kurus, wajah seperti bulan purnama,

punuk lembu di punggung dan perutnya menggantung. Selain itu, kulit wajah memerah,

hipertensi dan ketahanan terhadap stres menurun.

Hormon dan fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar adrenal, yaitu :

Bagian Korteks Menghasilkan :

• Hormon glukokortikoid (kortikosteroid/kortison)

Fungsinya menurunkan metabolisme hidrat arang dan lemak, meningkatkan metabolisme

protein dan lemak, mengurangi kekebalan.

6. Hormon Prolaktin

Hormon prolaktin meningkatkan perkembangan kelenjar mammae dan pembentukan susu

dan dua hormon ganadotropin.

Prolaktin terdapat ada sebagian besar hewan termasuk manusia. Prolaktin, hormon

Page 8: Bab ii

pertumbuhan (Growth Hormone) dan Placental Lactogen (PL atau chorionic

somatomammotropin (CS)), merupakan anggota dari hormon polipeptida berdasarkan sekuen

asam amino yang homolog. Prolactin diproduksi oleh sel yang terdapat pada anterior

pituitary, fungsi utama dari hormon prolaktin yaitu menginduksi dan pemeliharaan laktasi

pada mamalia.

Kelenjar Pituitari

Kelenjar pituitary adalah suatu struktur yang terletak dasar otak. Pada kebanyakan vertebrata,

kelenjar ini terdiri atas tiga lobus: anterior, intermediet dan posterior. Lobus intermediet

terdapat dalam kelenjar pituitari bayi tetapi pada orang dewasa hanya merupakan sisa

(vestige).

Meskipun kecil ukuranya, kelenjar pituitari memegang peranan penting dalam koordinasi

kimia tubuh. Sering disebut ”nahkoda” (master gland), karena banyak sekresinya mengontrol

kelenjar endokrin lainnya.

Sejumlah penelitian telah dilakukan mengenai kelenjar pituitari. Beberapa hormon dihasilkan

dari lobus anterior, salah satunya yaitu hormon prolaktin.

a) Sel Somatotropic

Sel somatotropic yang menyusun 35-45% dari seluruh sel pituitari, ditemukan dalam jumlah

besar pada sisi/bagian anterior pituitari.

b) Sel lactotropic

Sel lactotropic lebih sedikit jumlahnya dibandingkan somatotropic. Kedua sel ini bisa di

identifikasi dari eritrosin atau carmosin-nya. Pada bagian Prolactin adenoma, granula

sekretori bervariasi dari 150 hingga 700 nm dengan bentuk bulat atau oval. Pada pituitari

normal, sel laktotropic umumnya bekembang menjadi sel somaotropic. Peningkatan ukuran

pituitari yang terjadi selama kehamilan berkaitan dengan proliferasi dari laktotropic sel.

c) Struktur Prolaktin

Hormon pertumbuhan, prolaktin dan placental laktogen merupakan anggota dari hormon

polipeptida yang signifikan dengan sekuen asam amino yang homolog. Struktur prolaktin

pada manusia terdiri atas rantai tunggal asam amino dengan ikatan di sulfida (S-S). Pada

asam amino terminal, terdiri atas 199 asam amino. Dengan penambahan ikatan disulfida pada

asam amino ke tiga antara Cys-4 dan Cys-11.

Struktur gen Prolaktin.

Pada dasarnya struktur prolaktin hampir mirip dengan struktur hormon pertumbuhan dan

placental laktogen. Karena ketiganya dihasilkan dari prekursor yang sama. Pada manusia dan

Page 9: Bab ii

tikus, sepanjang cDNA dari mRNA sekuen homolog ketiga hormon tersebut hampir sama

persis.

➜ Efek prolaktin pada beberapa organ:

• Organ Efek

• Glandula mamae Sintesis DNA

• Proliferasi sel

• Sintesis protein susu

• Sintesis FFA

• Sintesis laktosa

• Tumor mammary Prolaktin-induced protein

• Ovary Corpus Luteum:

• Maintenance atau regresi

• Limfosit Immunostimulasi

• Ovary dan testis Steroid biosintesis

• Liver Sintesis RNA

• Stimulasi dekarboksilasi ornitin

• Ginjal, amnion, choroid plexus Osmoregulasi

Fungsi prolaktin pada pemulaian laktasi

Walaupun estrogen dan progesteron penting bagi perkembangan fisik payudara selama

kehamilan, kedua hormon ini juga mempunyai efek khusus untuk menghambat sekresi susu

sebenarnya. Di pihak lain hormon prolaktin mempunyai efek yang tepat berlawanan,

meningkatkan sekresi air susu. Hormon ini disekresikan oleh glandula pituitaria ibu dan

konsentrasinya dalam darah ibu terus meningkat sejak minggu kelima kehamilan sampai

kelahiran bayi, saat ini meningkat ke kadar sangat tinggi, biasanya sepuluh kali dari kadar

tidak hamil dan normal.

Disamping itu plasenta mensekresikan banyak somatotropin korionik manusia, yang juga

mempunyai sifat laktogenik ringan, jadi menyokong prolaktin dari pituitaria ibu. Bahkan

hanya beberapa mililiter cairan disekresikan tiap hari sampai bayi lahir. Cairan ini dinamakan

kolostrum. Kolostrum pada hakekatnya mengandung protein dan laktosa yang sama

jumlahnya seperti susu, tetapi hampir tidak mengandung lemak, dan kecepatan maksimum

pembentukannya sekitar 1/100 kecepatan pembentukan susu selanjutnya.

Page 10: Bab ii

Tidak adanya laktasi selama kehamilan disebabkan efek penekanan progesteron dan estrogen,

yang disekresikan dalam jumlah sangat besar selama plasenta masih dalam uterus dan yang

benar-benar mengurangi efek laktogenik prolaktin dan somatomamotropin korionik manusia.

Akan tetapi, segera setelah bayi dilahirkan, hilangnya estrogen dan progesteron yang

disekresi plasenta secara mendadak sekarang memungkinkan efek laktogenik prolaktin dari

kelenjar hipofisis ibu mengambil peranan alamiahnya dan dalam dua atau tiga hari kelenjar

mammae mulai menyekresikan susu dalam jumlah besar sebagai ganti kolostrum.

Setelah kelahiran bayi, kadar basal sekresi prolaktin kembali ke kadar sebelum hamil dalam

beberapa minggu berikutnya. Setiap ibu menyusukan bayinya isyarat syaraf dari putting susu

ke hipotalamus menyebabkan gelora sekresi prolaktin hampir sepuluh kali lipat yang

berlangsung sekitar satu jam. Sebaliknya prolaktin bekerja atas payudara untuk menyiapkan

susu bagi periode pnyusuan berikutnya. Bila gelora prolaktin ini tak ada, jika ia dihambat

sebagai akibat kerusakan hipotalamus atau hipofisis, atau jika penyusuan tidak kontinyu

maka payudara kehilangan kesanggupannya untuk menghasilkan susu dalam beberapa hari.

Tetapi produksi susu dapat kontinyu selama beberapa tahun jika anak mengisap secara

kontinyu, tetapi normalnya kecepatan pembentukan susu sangat menurun dalam tujuh sampai

sembilan bulan.

Reflek peghasilan susu atau reflek prolactin

Ketika prolaktin dihasilkan oleh bagian anterior kelenjar pituitari, akan menyebabkan sel

alveoli menghasilkan susu. Ketika bayi menghisap susu, ujung syaraf puting terangsang, dan

impuls kemudian dihantarkan ke syaraf otak, kemudian kelenjar pituitari mengeluarkan

prolaktin ke dalam darah, sehingga prolaktin menyebabkan dihasilkannya susu oleh sel

alveoli. Inilah yang disebut reflek penghasilan susu atau reflek prolaktin.

Regulasi sekresi

Walaupun sekresi sebagian besar hormon hipofisis anterior ditingkatkan oleh neurosecretory

releasing faktor yang dihantarkan oleh hipotalamus ke kelenjar hipofisis anterior melalui

sistem porta hipotalamus-hipofisis, sekresi prolaktin dikontrol oleh efek yang tepat

Page 11: Bab ii

berlawanan. Yaitu hipotalamus mensintesis ‘prolactin inhibitory factor’ (PIF). Pada keadaan

normal, sejumlah besar PIF dihantarkan secara terus menerus ke kelenjar hipofisis anterior

sehingga kecepata normal sekresi prolaktin sedikit. Tetapi selama laktasi, pembentuk PIF

sendiri ditekan, sehingga memungkinkan kelenjar hipofisis anterior mensekresi prolaktin

dalam jumlah yang tak dihambat.

Faktor yang mempengaruhi sekresi prolaktin pada manusia:

o Increase

o Stimulasi Nipple

o Stress (termasuk psychogenik)

o Sleep (stage I dan II dan REM)

o Stalk section

o Penyakit pituitari dan cerebral

o Prolaktinoma

o TRH

o Kehamilan

o Estrogen

o Hypotiroidism

o Adrenal insufficiency

o Obat-obatan yang menghambat dopamine

o Decrease

o Dopamine (seperti bromocryptine, lisuride, pergolide, dan mesulergine)

o GAP atau PIF

7. Kortikosteroid (Glukokortikoid Dan Mineralokortikoid)

Kortikosteroid merupakan salah satu hormon yang dikeluarkan oleh kortek adrenal tetapi

tidak termasuk hormon seks. Kortikosteroid dibagi menjadi dua kelompok menurut aktifitas

biologisnya, yaitu glukokortikoid yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak, dan

protein. Dan mineralokortikoid yang mempengaruhi pengaturan elektrolit dan keseimbangan

air. Kedua jenis kortikosteroid tersebut digunakan secara klinis untuk terapi penggantian

hormon, untuk menekan sekresi ACTH, sebagai agen antiradang, dan imunosupresi.

Pada prinsipnya ada tiga mekanisme kerja dari kortikosteroid yang digunakan di dalam terapi

dermatologi :

Page 12: Bab ii

1. Anti Inflamasi

Efek anti inflamasi ini merupakan efek utama yang diharapkan dalam dermatologi baik

secara sistemik maupun topikal. Efek anti-inflamasi bekerja dengan cara mencegah proses

marginasi (melekatnya lekosit dan monosit pada endotel pembuluh darah) dan menghambat

proses kemotaksis (migrasi sel-sel radang ke fokus inflamasi).

Kortikosteroid menyebabkan vasokonstriksi, menurunkan permeabilitas membran sehingga

mengurangi ekstravasasi serum, udem, dan rasa gatal serta dapat juga menghambat

manifestasi inflamasi yang lebih lanjut seperti proliferasi fibroblas, pengumpulan kolagen,

dan pembentukan sikatrik (FKUI)

2. Imunosupresi

Sifat ini melibatkan sifat antiinflamasi karena karena bagian dari respon kekebalan tubuh.

kortikosteroid juga menhambat pembelahan sel-sel linfoid, melisiskan sel linfosit B dan

menghambat kerja limfokin pada sasaran. Oleh sebab itu, kortikosteroid digunakan untuk

mengatasi gejala klinik suatu reaksi hipersensitivitas tetapi belum dapat dipastikan terapi

kortikosteroid mempunyai efek yabg berarti pada titer antibodi IgG atau IgE yang berperanan

pada reaksi alergi dan autoimun. Sistem komplemen tidak dipengaruhi oleh kortikosteroid

(FKUI).

3. Anti proliferasi

Kortikosteroid mempunyai sifat anti proliferasi dengan menekan pembelahan sel,

menurunkan transkripsi RNA, mengurangi sintesis dan reparasi DNA. Sehingga pada

pemakaian jangka panjang pada kulit akan menyebabkan penipisan epidermis dan atropi sel

serta dapat mengganggu sintesis kolagen sehingga terjadi striae di kulit.

2.7 Tanda dan Gejala Masalah Eliminasi Sisa Metabolisme dan Sisa Pencernaan.

Kebutuhan eliminasi terdiri atas dua, yakni eliminasi urine (sisa metabolisme) dan elimiasi

alvi/kebutuhan buang air besar (sisa pencernaan)

2.71 Kebutuhan Eliminasi Urine

Organ Yang Berperan Dalam Eliminasi Urine

Organ yang berperan dalam terjadinya eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih,

dan uretra. Peranan masing-masing organ tersebut diantaranya:

Page 13: Bab ii

A. Ginjal

Ginjal merupakan organ retroperitoneal (di belakan selaput perut)nyang terdiri atas ginjal

sebelah kiri dan kanan tulang punggung. Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan

volume cairan dalam tubuh. Ginjal juga menyaring bagian dari darah untuk di buang dalam

bentuk urine sebagai zat sisa yang tidak di perlukan oleh tubuh.

B. Kandung kemih

Kandung kemih merupakan sebuah kantong yang terdiri atas otot halus yang berfungsi

sebagai penampung air seni / urine.

C. Uretra

Uretra merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian luar. Fungsi

uretra pada wanita mempunyai fungsi berbeda denagn yang terdapat pada pria. Pada pria,

uretra digunakan sebagai tempat pengaliran urine dan sisitem reproduksi berukuran panjang

±20 cm, sedangkan pada wanita memiliki panjang 4-6,5 cm san hanya berfungsi untuk

menyalurkan urine ke bagian luar tubuh.

Komposisi urine:

1. Air (96 %)

2. Larutan (4 %)

3. Larutan organik (urea, amonia, kreatin dan asam urat)

4. Larutan anorganik (natrium, klorida, kalium,sulfat)

2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Urine

1. Diet dan Asupan (intake)

jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi jumlah urine. Protein

dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang di bentuk. Selain itu, minum kopi juga

dapat meningkatkan pembentukan urine.

2. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih

kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak

tertahan di dalam vesika urinaria. Sehingga mempengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah

pengeluaran urine.

Page 14: Bab ii

3. Gaya Hidup

perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi. Hal ini terkait

dengan tersedianya fasilitas toilet.

4. Stres Psikologis

Meningkatnya stres dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih.

5. Tingkat Aktivitas

6. Tingkat Perkembangan

7. Kondisi Penyakit

Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urime, seperti Diabetes Melitus

8. Sosiokultural

9. Kebiasaan sesorang

10. Pemeriksaan diagnostik

2.8.1 Gangguan/Masalah Kebutuhan Eliminasi Urine

a. Retensi urine

Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan

kandung kemihuntuk mengosongkan kandong kemih.

Tanda klinis retensi:

o ketidaknyamanan daerah pubis

o distensi vesika urinaria

o ketidak sanggupan untuk berkemih

o sering berkemih, saat vesika urinaria berisi sedikit urine. ( 25-50 ml)

o ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya

o meningkatkan keresahan dan keinginan berkemih

o adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih.

Penyebab:

o operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria

o trauma sum sum tulang belakng

o tekanan uretra yang tinggi karena otot detrusor yang lemah

o sphincter yang kuat

Page 15: Bab ii

o sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)

b. Inkontinesia Urine

Merupakan ketidakmampuan otot spinkter eksternal sementara atau menetap untuk

mengontrol eksresi urin. Penyebab nya: proses penuaan (aging prodess), pembesaran kelnjar

prostat, serta penurunan kesadaran serta penggunaan obat narkotik.

c. Enuresis

Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (ngompol) yang di akibatkan tidak mampu

mengontrol sphincter eksterna. Biasanya enuresis terjadi pada anak atau orang jompo.

Faktor penyebab:

o Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari normal

o Vesika urinaria peka ransang, dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam jumlah

besar

o Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah

o Infeksi saluran kemih, perubahan fisik, atau neorologis sistem perkemihan

o Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral

o Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi.

d. Perubahan Pola Eliminasi Urine

Merupakan keadaan seseorang yang mengalami gangguan pada eliminasi urine karena

obstruksi anatomis, kerusakan motorik sensorik, dan infeksi saluran kemih. Perubahan pola

eliminasi urin terdiri atas:

a. frekuensi

b. urgensi

c. disuria

d. poliuria

e. urinaria supresi.

Page 16: Bab ii

2.8.2 Kebutuhan Eliminasi Alvi (Buang Air Besar)

Sistem Yang Berperan Dalam Eliminasi Alvi

Sistem tubuh yang berperan dalam proses eliminasi alvi (buang air besar) adalah sistem

gastrointertinal yang meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri atas duodenum,

jejunum, dan ileum dengan panjang ± 6 m.

Proses Buang Air Besar (Defekasi)

Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar.

Gangguan/ Masalah Eliminasi Alvi

a. Konstipasi

Merupan keadaan individu yang mengalami atau berisisko tinggi mengalami stasis usus besar

sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau keras, serta tinja yang keluar jadi terlalu

kering dan keras.

Tanda klinis:

o adanya feses yang keras

o defekasi kurang dari 3 kali seminggu

o menurunnya bising usus

o adanya keluhan pada rektum

o nyeri pada saat mengejan dan defekasi

o adanya perasaan masih ada sisa feses

kemungkinan penyebab:

o defek persarafan, kelemahan pelvis, immobilitas karena cidera serebrospinalis, dll

o pola defekasi yang tidak teratur

o nyeri saat defekasi karena hemorroid

o menurunnya peristaltik karena stres psikologis

o penggunaan obat seperti antasida

o proses menua/ usia lanjut

Page 17: Bab ii

b. Diare

Merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko sering mengalami pengeluaran

feses dalam bentuk cair.

Tanda klinis:

o adanya pengeluaran feses cair

o frekuensi lebih dari 3 kali sehari

o nyeri atau kram abdomen

o bising usus meningkat

kemungkinan penyebab:

o malabsorpsi atau inflamsi, proses infeksi

o peningkatan peristaltik karean peningkatan metabolisme

o efek tindakan pembedahan usus

o efek penggunaan obat seperti antasida,antibiotik, dll

o stres psikologis

c. Inkontinensia Usus

Merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari proses defekasi

normal, hingga mengalami proses pengeluaran feses tak di sadari.

Tanda klinis:

o pengeluaran feses yang tidak di kehendaki

kemungkinan penyebab:

o gangguan sphincter rektal akibat cedera anus, pembedahan dll

o distensi rektum berlebih

o kurangnya kontrol sphincter akibat cedera medula spinalis, CVA dll

o kerusakan kognitif

d. Kembung

Merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas secara berlebihan

dalam lambung atau usus.

Page 18: Bab ii

e. Hemorroid

Merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan

tekanan di daerah anus yang dapat di sebabklan karena konstipasi, peregangan saat defekasi

dll

f. Fecal Impaction

Merupakan massa feses keras dilipatan rektum yang di akibatkan oleh retensi dan akumulasi

materi feses yang berkepanjangan. Penyebab nya yaitu asupan kurang, aktivitas kurang, diet

rendah serat, dan kelemah tonus otot.

Faktor yang mempengaruhi proses defekasi

a. usia

b. diet

c. asupan cairan

d. aktivitas

e. pengobatan

f. gaya hidup

g. penyakit

h. nyeri

i. kerusakan sensoris dan motoris

BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa urine atau bowel

(feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.sistem

tubuh yang berperan dalam terjadinya eliminasi urine adalah ginjal, ureter,kandung kemih

dan uretra.

Gangguan eliminasi adalah suatu gangguan yang terjadi pada anak yang tidak dapat

mengendalikan tingkah laku yang seharusnya sudah dapat dikendalikan sesuai tingkatan

umurnya. Gangguan ini sangat menganggu orang dewasa dan orang-orang disekitarnya.

Page 19: Bab ii

Macam-macam gangguan eliminasi antara lain Enurasis dan Enkopresis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi :

Usia

Diet

Cairan

Latihan fisik

Stress psikologis

Temperature

Hormon-hormon yang terkait dengan eliminasi :

Hormone anti diuretic (ADH)

Aldosteron

Estrogen

Progesterone

Kortikosteroid (Glukokortikoid Dan Mineralokortikoid)

HORMON PROLAKTIN

Gukokortikoidtid

Prostaglandin

3.2 Saran

Diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami, mengetahui dan mengerti tentang

eliminasi serta hormone-hormon yang terkait didalam nya.

DAFTAR PUSTAKA

Syaifudin, Drs. H. (2006). Anatomi fisiologi tubuh manusia. Penerbit Buku Kedokteran EGC:

Jakarta.

Setiawan, Juni. (2010). http://junsasta.blogspot.com/2010/12/hormon.html. Diakses pada

tanggal 18 Desember 2011 pada pukul 16.32 WIB.

Page 20: Bab ii

Armala. (2011) .http://kumpulanpelajarankulia.blogspot.com/2011/08/hormon-terkait-

eliminasi.html. Diakses pada tanggal 18 Desember 2011 pada pukul 15.56 WIB.