BAB II

17

Click here to load reader

Transcript of BAB II

Page 1: BAB II

BAB II

MANAJEMEN PROYEK

A. Pengertian Manajemen

Manajemen adalah suatu proses untuk memanfaatkan sumber daya manusia

dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan tertentu. Manajemen proyek

sangat diperlukan dalam suatu proyek karena berfungsi sebagai wadah atau

tempat untuk mengatur suatu pekerjaan yang satu dengan yang lainnya agar dapat

saling bekerja sama, sehingga program kerja yang telah direncanakan dapat

diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Suatu proyek dapat

didefinisikan sebagai suatu usaha dalam jangka waktu yang telah ditentukan

dengan sasaran yang jelas, yaitu mencapai hasil yang telah dirumuskan pada

waktu awal pembangunan proyek akan dimulai. Dalam mewujudkan rumusan-

rumusan awal pembangunan proyek, akan mengalami proses atau tahapan yang

dikerjakan secara sistematis, yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan

pekerjaan proyek dan pengawasan pembangunan.

Manajemen proyek yang baik ditandai dengan adanya kejelasan tugas,

tanggung jawab, kedudukan dan hubungan kerja antara pihak yang satu dengan

pihak yang lain, sehingga mendapatkan hasil yang optimal. Karena itu organisasi

bukan hanya sekedar kerangka pembagian tugas, melainkan juga sebagai satu

kesatuan unsur beserta fungsi-fungsinya yang saling berhubungan antara satu

dengan yang lainnya. Sasaran utama manajemen proyek dapat dikategorikan

sebagai berikut:

1. Menciptakan organisasi di kantor pusat maupun di lapangan yang

menjamin beroperasinya pekerjaan proyek secara kelompok.

2. Bagi kontraktor, manajemen proyek tersebut digunakan untuk

mempertahankan dan mengembangkan reputasi terhadap kualitas pekerjaan

yang dilaksanakan.

3. Pengembangan dan penyelesaian suatu proyek dalam budget yang

telah ditentukan, jangka waktu yang telah ditentukan dan kualitas bangunan

harus sesuai dengan spesifikasi yang telah dirumuskan.

8

Page 2: BAB II

4. Menciptakan iklim kerja yang mendukung baik dari segi sarana,

kondisi kerja, keselamatan kerja dan komunikasi timbal balik yang terbuka

antara atasan dan bawahan.

5. Menjaga keselarasan hubungan antara sesamanya, sehingga orang

yang bekerja akan didorong untuk memberikan yang terbaik dari kemampuan

dan keahlian mereka.

Adapun tujuan yang harus dicapai dalam organisasi proyek secara umum

adalah :

1. Memenuhi semua persyaratan dan spesifikasi yang telah

ditetapkan.

2. Selesai tepat pada waktunya, yaitu pelaksanaan pembangunan

dapat diselesaikan sesuai dengan Time Schedule yang telah ditentukan.

3. Penghematan biaya, artinya dengan biaya yang minimal, kualitas

dan pengawasan dapat dipertanggungjawabkan sehingga efisiensi kerja juga

ikut meningkat.

4. Tercapainya keamanan dan keselamatan kerja, baik bagi pekerja

maupun bangunan.

B. Organisasi Proyek

1. Unsur Pelaksana Proyek

Unsur-unsur pengelola proyek terdiri atas 5 kelompok, yaitu :

a). Owner / Pemberi tugas : Pembangunan Gedung Kantor Wilayah

Direktorat Jendral Bea dan Cukai Jawa Tengah

dan D.I Yogyakarta dan Kantor Pengawasan dan

Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean

Tanjung Emas Di Semarang.

b). Konsultan Perencana : PT. Cakra Manggilingan Jaya

c). Konsultan Pengawas : PT. Ciriajasa CM

d). Kontraktor : PT. Adhi Karya (PERSERO) Tbk

Divisi Kontruksi IV

9

Page 3: BAB II

Unsur-unsur pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta dan kantor

Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Emas di

Jalan Arteri Yos Sudarso, Semarang adalah sebagai berikut :

a). Owner /Pemberi Tugas

Owner atau Pemilik Proyek adalah suatu badan atau orang yang

memiliki gagasan dan mengambil keputusan terakhir, atau pemilik yang

berhak memberi tugas dan sekaligus sebagai penyandang dana (pemilik

modal). Owner membawahi konsultan perencana dan kontraktor (pelaksana

proyek). Pada proyek ini sebagai pemilik proyek (Owner) adalah Departemen

Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kantor

Wilayah Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta. Tugas dan tanggung jawab

pemilik proyek adalah sebagai berikut :

1). Menyediakan area lokasi, pengawasan serta biaya pelaksanaan.

2). Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara

memberitahukan secara tertulis kepada kontraktor jika telah terjadi hal-hal

diluar kontrak yang ditetapkan.

3). Menerima laporan kemajuan proyek.

4). Menerima pekerjaan yang telah selesai.

5). Meminta pertanggungjawaban Konsultan Perencana dan Kontraktor.

6). Berhak menolak pekerjaan-pekerjaan yang tidak sesuai dengan gambar

rencana dan berhak mencabut tugas Kontraktor tersebut bila tidak mampu

melaksanakan pekerjaan.

7). Menerima pekerjaan yang telah selesai dan menyetujuinya.

b). Konsultan Perencana

Konsultan perencana adalah pihak yang merencanakan bangunan, baik

denah, struktur maupun anggaran biayanya. Apabila konsultan perencana

berbentuk lembaga, maka konsultan perencana tersebut mempunyai badan

hukum, misalnya CV atau PT. Adapun tugas dan tanggung jawab dari

konsultan perencana meliputi:

10

Page 4: BAB II

1). Melakukan survey/pengumpulan data dan informasi dilapangan, serta

persyaratan/standar-standar terkait termasuk survey harga satuan bahan

dan upah tenaga, membuat konsep design / pra rencana, gambar kerja,

Rencana Kerja dan Syarat-syaratnya (RKS), Rencana Anggaran Belanja

(RAB), perhitungan struktur dan laporan perencanaan.

2). Membantu owner dalam menyiapkan bahan dan proses.

3). Melakukan pengawasan berkala pada saat pelaksanaan konstruksi,

mengawasi/memeriksa terhadap perancangan dalam hal ukuran, bahan dan

persyaratan sesuai dengan RKS.

4). Memberikan gambaran yang lebih detail apabila diperlukan.

5). Menjawab pertanyaan kontraktor dalam hal pelaksanaan konstruksi dan

kejelasan RKS.

6). Memberikan saran di lapangan agar diperoleh hasil pelaksanaan yang

optimal.

7). Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan pihak

kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan.

Dalam proyek ini konsultan perencananya adalah PT. Cakra

Manggilingan Jaya Komplek Fatmawati Mas Blok. II No. 226 Jl. RS.

Fatmawati Kav. 20, Jakarta Selatan, 12430.

c). Konsultan Pengawas

Konsultan Pengawas adalah orang atau badan yang ditunjuk oleh

Pemilik Proyek untuk membantu dalam pengawasan selama pelaksanaan

proyek. Konsultan Pengawas dalam Proyek Pembangunan Gedung Kantor

Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta

dan kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean

Tanjung Emas di Jalan Arteri Yos Sudarso, Semarang yaitu CIRIAJASA CM

Jl. Kerinci IX No. 14, Kebayoran Baru, Jakarta 12120.

Tugas dan kewajiban Konsultan Pengawas adalah :

1). Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan pembangunan.

2). Melakukan pengawasan terhadap mutu dan kualitas bahan yang

dipergunakan dalam Proyek.

11

Page 5: BAB II

3). Membimbing dan mengadakan pengawasan setiap pekerjaan serta

membuat laporan berkala tentang kemajuan Proyek.

4). Memeriksa agar pelaksanaan Proyek sesuai dengan gambar kerja serta

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).

d). Kontraktor

Kontraktor atau pelaksana proyek adalah orang atau badan yang diberi

tugas oleh owner untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan biaya

berdasarkan gambar rencana, peraturan dan syarat-syarat yang telah

ditetapkan. Pelaksana pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta dan

kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean

Tanjung Emas oleh, PT. Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi Kontruksi IV, yang

berpusat di Jl. Pemuda No. 82, Semarang 50133.

Tugas dan wewenang kontraktor adalah :

1). Melaksanakan pekerjaan yang diberikan dengan mematuhi peraturan

dalam dokumen kontrak yang berkaitan dengan penyelenggaraan

bangunan berupa gambar-gambar kerja, rencana kerja dan syarat-syarat

dari konsultan perencana.

2). Menyediakan tenaga kerja, peralatan kerja dan bahan-bahan yang

sesuai dengan yang disyaratkan.

3). Mengadakan perhitungan kembali atas ukuran-ukuran yang dianggap

meragukan dalam membuat gambar detail pelaksana (shop drawing) serta

perbaikan gambar kerja dan gambar akhir pekerjaan (as built drawing)

setelah disetujui konsultan pengawas sesuai dengan pelaksanaan di

lapangan.

2. Hubungan kerja antar unsur Pengelola Proyek.

Pemilik proyek (owner), konsultan perencana, konsultan pengawas dan

kontraktor terikat oleh kontrak, Peraturan Pemerintah dan UU yang berlaku yang

harus ditaati oleh semua unsur-unsur pengelola proyek.

12

Page 6: BAB II

Gambar II.1. Struktur Organisasi Pengelola Proyek

Keterangan:

: Garis komando, merupakan garis perintah dalam kaitannya dengan kontrak kerja.

: Garis koordinasi, merupakan tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

Hubungan kerja antar unsur pengelola proyek adalah seperti dibawah ini :

a). Hubungan kerja antara Pemilik Proyek (Owner) dan Konsultan

Perencana

Pemilik Proyek (Owner) menyampaikan kehendaknya kepada konsultan

perencana agar direncanakan suatu bangunan yang sesuai dengan yang

dikehendaki dan anggaran biaya yang disediakan. Pemilik Proyek (Owner)

memberikan informasi tentang :

1). Status tanah proyek bangunan.

2). Lokasi proyek, termasuk luas tanah dan luas bangunan.

3). Jenis / macam bangunan dan struktur yang digunakan.

4). Anggaran biaya yang direncanakan.

b). Hubungan kerja antara Pemilik Proyek (Owner) dan Kontraktor

13

Pemilik ProyekDepartemen Keuangan Republik Indonesia

Direktorat Jenderal Bea dan CukaiKantor Wilayah Jawa Tengah dan D.I.Yogyakarta

KontraktorPT. ADHI KARYA (Persero) Tbk.

Tim PengawasPT. CIRIAJASA CM

Tim PerencanaPT CAKRA MANGGILA JAYA

Page 7: BAB II

Untuk melaksanakan pekerjaan proyek pembangunan, Kontraktor/

pelaksana utama memerlukan anggaran biaya yang sesuai dengan besarnya

nilai kontrak. Anggaran biaya pembangunan itu dapat diminta kepada Pemilik

Proyek (Owner) dengan sistem pembayaran yang telah ditentukan dan

disepakati bersama dalam rencana kerja dan persyaratan-persyaratan

berdasarkan atas prestasi dari pekerjaan setelah persetujuan konsultan

pengawas.

c). Hubungan kerja antara Pemilik Proyek (Owner) dan Konsultan

Pengawas

Konsultan Pengawas yang bertugas mengawasi langsung pekerjaan di

lapangan dan bertanggung jawab kepada Pemilik Proyek (Owner). Konsultan

Pengawas harus melaporkan pekerjaan yang telah dicapai di lapangan, juga

mengenai persoalan-persoalan yang belum dapat di atasi oleh Konsultan

Pengawas ataupun Kontraktor.

d). Hubungan kerja antara Konsultan Perencana dan Kontraktor

Konsultan Perencana menyusun rencana kerja dan syarat-syarat yang

disertai dengan gambar rencana (bestek). Dari kedua data tersebut

Kontraktor/Pelaksana utama dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan

yang dikehendaki oleh Pemilik Proyek (Owner).

C. Struktur Organisasi Kontraktor

Struktur organisasi kontraktor Proyek Pembangunan Gedung Kantor

Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta dan

kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung

Emas dapat dilihat pada gambar II.2.

14

Page 8: BAB II

Gambar II.2. Struktur organisasi kontraktor

Sumber : Proyek Pembangunan Gedung Bea dan Cukai Semarang

D. Perjanjian Kerja

1. Proses Pelelangan

Pelelangan adalah pengadaan barang dan jasa yang dilakukan secara terbuka

untuk umum dengan pengumuman secara luas melalui media cetak dan papan

pengumuman resmi untuk penerangan umum, serta bilamana memungkinkan

melalui media elektronik ,sehingga masyarakat luas dan dunia usaha yang

berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya. Maksud diadakan

pelelangan (tender) dalam hubungan dengan pelaksanaan pekerjaan adalah agar

15

Page 9: BAB II

diperoleh harga pekerjaan yang bersaing, dengan mutu yang dapat

dipertanggungjawabkan sesuai dengan persyaratan pembangunan proyek tersebut.

Secara umum pelelangan ada 4 macam :

a). Pelelangan umum yaitu pelelangan yang dilaksanakan secara terbuka

melalui media massa atau papan pengumuman.

b). Pelelangan terbatas yaitu pelelangan dilaksanakan diantara calon

kontraktor sekurang – kurangnya tiga penawaran yang tercatat dalam lembar

Daftar Rekanan Mampu (DRM) sesuai ruang lingkup dan klasifikasi

kemampuan.

c). Penunjukan langsung yaitu penunjukan kontraktor sebagi pelaksana, tanpa

melalui pelelangan umum maupun terbatas.

d). Pelaksanaan langsung yaitu pelaksanaan pemborong yang dilaksanakan

oleh kontraktor tanpa melalui pelelangan umum, terbatas maupun langsung.

Pelelangan pekerjaan dilaksanakan setelah adanya kesepakatan bersama

tentang :

a). Kelengkapan penawaran sesuai dengan RKS yang telah disampaikan

pada ruang lingkup pekerjaan yang dileleng.

b). Harga penawaran yang relatif rendah dan dapat

dipertanggungjawabkan.

c). Bonafitnya kontraktor serta prestasi kerja.

d). Kepercayaan pemilik proyek terhadap kontraktor.

2. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat

Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) adalah suatu rencana kerja dan

syarat-syarat teknis yang telah dibuat yang terdiri dari pekerjaan sipil, pekerjaan

arsitek ,pekerjaan elektrikal dan pekerjaan mekanikal supaya tujuan proyek dapat

tercapai dengan efektif dan efisien. Persyaratan teknis disiapkan untuk menjadi

pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga bangunan yang dihasilkan sesuai

dengan rencana kerja dan secara teknis dapat dipertanggung jawabkan.

16

Page 10: BAB II

E. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan sumber daya pokok yang berperan dalam

keberhasilan suatu pekerjaan, oleh karena itu pada suatu proyek diperlukan tenaga

kerja yang terampil dan menguasai bidangnya dalam menyelesaikan pekerjaan.

Unsur ketenagakerjaan memegang peranan sangat penting dalam penentuan

prestasi proyek, dalam hal penentuan prestasi proyek, disebabkan sebagai berikut :

1. Manusia (tenaga kerja) sebagai pemikir yang menghasilkan ide-ide dan

membuat keputusan-keputusan mengenai rencana pengadaan, penempatan dan

pengaturan sumber-sumber daya lainnya.

2. Manusia (tenaga kerja) sebagai operator atau penggerak peralatan dan mesin-

mesin bantu lainnya.

3. Manusia (tenaga kerja) sebagai pengelola material.

1. Jenis Tenaga Kerja

Menurut tingkat kemampuan kerja, tenaga kerja digolongkan menjadi 3

macam, yaitu sebagai berikut :

a). Tenaga kerja ahli, yaitu tenaga kerja yang mempunyai keahlian khusus yang

sudah professional minimal S1.

b). Tenaga kerja menengah, yaitu tenaga kerja ini menangani bidang pekerjaan

tertentu, misalnya pembantu pelaksana, logistik umum dan sebagainya dengan

tingkat pendidikan minimal SMA.

c). Tenaga kerja kasar, yaitu tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan di

lapangan sesuai bidangnya masing-masing. Tenaga kerja ini mempunyai

tingkat pendidikan yang rendah dan keterampilan yang dimilikinya diperoleh

dari pengalaman. Jumlah tenaga kerja ini tidak tetap, tergantung volume serta

waktu pelaksanaan proyek.

Jenis tenaga kerja berdasarkan status tenaga kerja, yaitu sebagai berikut :

a). Tenaga tetap, yaitu tenaga yang sudah menjadi bagian dari perusahaan

(CV/PT) tersebut dan upah yang diberikan berupa upah bulanan.

17

Page 11: BAB II

b). Tenaga tidak tetap, yaitu tenaga yang belum menjadi bagian dari perusahaan

(CV/PT) tersebut dan upah yang diberikan bisa berupa upah harian/mingguan.

2. Waktu Kerja

Jumlah jam kerja dalam satu minggu adalah 144 jam dan apabila ada

kelebihan jam kerja dihitung sebagai jam lembur. Waktu kerja dimulai jam 08.00-

16.00 dengan satu kali istirahat selama kurang lebih 1 jam pada jam 12.00-13.00

untuk hari Senin sampai dengan Sabtu. Jam lembur dilakukan untuk mencapai

target kapasitas produksi.

3. Gaji Tenaga Kerja

Gaji/upah tenaga kerja tidak tetap diberikan setiap satu minggu satu kali

pada hari sabtu. Penentuan gaji tersebut ditetapkan berdasarkan status tenaga kerja

dan jam yang telah ditempuh selama 1 minggu. Jika tenaga kerja tetap, gaji/upah

diberikan diberikan setiap satu bulan sekali pada minggu pertama.

4. Keselamatan Kerja

Dalam Proyek Pembangunan Gedung Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Bea dan Cukai Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta dan kantor Pengawasan dan

Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Emas di Jalan Arteri Yos

Sudarso, Semarang ini keselamatan kerja sangat diperhatikan. Salah satu

perhatiannya adalah para pekerja mendapatkan asuransi, sehingga apabila terjadi

suatu kecelakaan pekerjaan maka para pekerja sudah ada jaminan untuk

keselamatan kerja beserta biaya perawatan. Para pekerja juga dianjurkan untuk

menggunakan perlengkapan kerja (seperti helm, sepatu boat, safety Belt dan jaring

pengaman), demi keselamatan mereka, walaupun masih ada yang tidak

mengindahkannya.

18