BAB II

download BAB II

If you can't read please download the document

Transcript of BAB II

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Gambaran Umum Jagung Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak. Taksonomi tanaman jagung diklasifikasikan ke dalam: Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) : Commelinidae : Poales : Poaceae (suku rumput-rumputan) : Zea : Zea mays L.

Budidaya jagung dilakukan dengan proses sebagai berikut, Lahan dibersihkan

dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan tanaman, 1 bulan sebelum tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan pupuk kandang matang untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung. Pemupukan dilakukan dengan takaran 350 kg urea/ha + 150 kg SP 36/ha +100 kg KCL/ha. Pupuk diberikan 2 kali, pertama 7-10 hst (200 kg urea/ha + 150 kg SP 36/ha +100 kg KCL/ha) kedua 30-35 hst(250 kg urea/ha). Pupuk diberikan dalam lubang/ larikan 10 cm. Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dan lain-lain. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur enam minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman.

Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang. Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung. Umur panen 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dan lain-lain dipanen jika sudah matang fisiologis.

2.1.2 Petani Petani adalah orang yang melaksanakan suatu kegiatan usahatani. Menurut Abdul Rodjak (2006), petani sebagai pengelola usahatani berarti ia harus mengambil berbagai keputusan di dalam memanfaatkan lahan yang dimiliki atau disewa dari petani lainnya untuk kesehjateraan hidupnya. Petani yang dimaksud dalam hal ini adalah orang yang melakukan bercocok tanam hasil bumi atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatan itu. Dilihat dari hubungannya dengan lahan yang diusahakan petani, menurut Abdul Rodjak (2006) petani dibagi menjadi: 1. Petani pemilik penggarap ialah petani yang memiliki lahan usaha sendiri serta lahannya tersebut diusahakan atau digarap sendiri dan status lahannya disebut lahan milik. 2. Petani penyewa ialah petani yang menggarap tanah orang lain atau petani lain

dengan status sewa. 3. Petani penyakap (penggarap) ialah petani yang menggarap tanah milik petani lain dengan system bagi hasil. Produksi yang diberikan penyakap kepada pemilik tanah ada yang setengahnya atau sepertiga dari hasil padi yang diperoleh dari hasil lahan digarapnya. 4. Petani penggadai ialah petani yang menggarap lahan usahatani orang lain dengan sistem gadai. Adanya petani yang menggadaikan lahan miliknya, karena petani pemilik lahan tersebut membutuhkan uang tunai yang cukup besar, sedang dalam waktu yang mendesak tanah miliknya tersebut tidak mau pindah ke tangan orang lain secara mutlak. 5. Buruhtani ialah petani pemilik lahan atau tidak memiliki lahan usahatani sendiri yang biasa bekerja di lahan usahatani petani pemilik atau petani penyewa dengan mendapat upah, berupa uang atau berupa barang hasil usahatani, seperti beras atau makanan lainnya.

2.1.3 Harga Harga adalah nilai pertukaran atas manfaat produk bagi konsumen maupun bagi produsen yang umumnya dinyatakan dalam satuan moneter (rupiah, dollar, yen, rupee, dan sebagainya). Harga terbentuk dari kompetensi produk untuk memenuhi tujuan dua pihak yaitu produsen dan konsumen. Produsen memandang harga adalah sebagai nilai barang yang mampu memberikan manfaat keuntungan diatas biaya produksinya atau tujuan-tujuan yang lain, misalnya keuntungan. Konsumen memandang harga adalah sebagai nilai barang yang mampu memberikan manfaat atas

pemenuhan kebutuhannya dan keinginannya. Bagi perusahaan maupun konsumen, harga berfungsi sebagai: 1. Sumber pendapatan dan keuntungan perusahaan untuk pencapaian tujuan produsen. 2. Pengendali tingkat permintaan dan penawaran. 3. Mempengaruhi program pemasaran dan fungsi-fungsi bisnis lainnya bagi perusahaan. Harga dapat berperan sebagai pengaruh terhadap aspek produk (pergeseran orientasi, kualitas, atau citra produk), distribusi atau promosi (diskon, obral, hadiah). 4. Mempengaruhi perilaku konsumsi dan pendapatan masyarakat (harga rendah dapat meningkatkan konsumsi masyarakat dan upah yang tinggi bagi jasa masyarakat akan mempengaruhi perilaku konsumsinya). Penentuan harga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal sebagai berikut: a. Faktor Internal meliputi: 1) Tujuan pemasaran (biaya, penguasaan pasar, dan usaha). 2) Strategi marketing-mix (aspek harga dan non-harga). 3) Organisasi (struktur, skala, dan tipe). b. Faktor Eksternal meliputi: 1) Elastisitas permintaan dan kondisi persaingan pasar. 2) Harga pesaing dan reaksi pesaing terhadap perubahan harga. 3) Lingkungan eksternal yang lain, lingkungan mikro (pemasok, penyalur, asosiasi, dan masyarakat) maupun lingkungan makro (pemerintah,

cadangan sumberdaya, keadaaan sosial, dan sebagainya).

2.1.4

Pemasaran Pemasaran dapat didefenisikan sebagai sejumlah kegiatan bisnis yang

ditujukan untuk memberi kepuasan dari barang atau jasa yang dipertukarkan kepada konsumen atau pemakai dalam bidang agribisnis. Pemasaran agribisnis tersebut secara parsial terdiri atas pemasaran input dan alat-alat pertanian, pemasaran produk pertanian, dan pemasaran produk agroindustri serta pemasaran jasa-jasa pendukung agribisnis. Sistem pemasaran komoditas pertanian relatif lebih kompleks dibanding komoditas lainnya, diluar komoditas pertanian. Hal ini disebabkan oleh sifat produk, sistem produksi, serta struktur dan karakteristik pasar produk pertanian yang khas. Sifat-sifat produk pertanian tersebut antara lain: 1. Tidak tahan lama (perishable), produk pertanian pada umumnya tidak tahan lama, terutama produk sayuran, buah-buahan dan daging yang memerlukan penanganan yang cepat dan cermat untuk menjaga mutu sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen. 2. Sifat ukuran yang besar per tumpukan (bulky/voluminous), hal ini menyebabkan produk pertanian memerlukan tempat yang besar, terutama untuk kebutuhan penyimpanan dan pengangkutan. 3. Mutu produk yang bervariasi (quality variation), produk pertanian sangat ditentukan oleh kesesuaian kondisi terhadap pertumbuhan tanaman, jenis varietas, dan penanganannya.

Dalam sistem agribisnis, salah satu subsistem pemasaran yang menjadi sangat penting dalam upaya memperlancar aliran produk dari produsen ke tangan konsumen akhir adalah usaha penjualan. Usaha penjualan tersebut meliputi berbagai keputusan yang harus diambil, yakni: 1) Jenis Produk yang Akan Dijual Penentuan jenis produk yang akan dijual sangat penting, terutama bagi pedagang perantara, seperti pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer. Jenis produk yang akan dijual harus disesuaikan dengan jenis produk yang dibutuhkan oleh konsumen, baik dengan pertimbangan waktu maupun wilayah pemasaran. 2) Tingkat Mutu Produk yang Bagaimana yang Akan Dijual Menentukan mut produk yang akan dijual sangat penting, baik berdasarkan pertimbangan waktu, wilayah pemasaran, atau segmen pasar sasaran. 3) Jumlah Produk yang Akan Dijual Menentukan jumlah produk yang akan dijual sangat penting untuk menjaga keseimbangan permintaan dan penawaran. Jumlah penawaran yang lebih besar dibanding jumlah permintaan suatu produk dapat menurunkan tingkat harga jual produk tersebut sehingga tingkat keuntungan juga akan menurun. Di lain pihak, jumlah penawaran yang lebih kecil dibanding jumlah permintaan akan menaikkan harga, sehingga dengan mudah potensi permintaan produk tersebut dapat berpindah ke produk substitusi yang harganya lebih murah. 4) Waktu Penjualan

Waktu penjualan juga memegang peranan penting dalam meningkatkan keuntungan dari usaha penjualan. Produk pertanian pada umumnya tidak tahan lama. Oleh karena itu, penjualan harus dilakukan secepat mungkin agar produk tersebut sampai ke tangan konsumen atau pengguna dengan mutu yang tetap baik. Produk pertanian yang berupa biji-bijian memiliki rentang waktu penjualan yang relatif lebih panjang dibanding kelompok produk hortikultura. Biji-bijian dapat dijual beberapa bulan sebelum panen dengan sistem kontrak atau beberapa bulan setelah panen dengan menunggu peningkatan harga yang lebih menguntungkan. 5) Tempat Penjualan Tempat penjualan produk sebagai pasar sasaran juga harus ditetapkan sebelum melakukan usaha penjualan, tetapi pasar sasaran yang telah ditetapkan dapat saja berubah sesuai dengan kondisi dan lingkungan pemasaran yang dihadapi. 6) Cara Penjualan Jika tempat penjualan telah ditetapkan, maka penjual harus menetapkan bagaimana cara menjualnya. Cara penjualan meliputi pemilihan saluran pemasaran yang tepat dan atribut-atribut penjualan yang sesuai dengan pasar sasaran.

2.1.5

Kualitas Davis dalam Yamit (2004) membuat definisi kualitas, yaitu kualitas

merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia,

proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Pendekatan yang dikemukakan Davis menegaskan bahwa kualitas bukan hanya menekankan pada aspek akhir yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas lingkungan. Sangatlah mustahil menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tanpa melalui manusia dan produk yang berkualitas. Kualitas yang lebih tinggi berarti biaya yang lebih tinggi pula, dengan kata lain peningkatan kualitas pasti berkaitan dengan peningkatan biaya. Biaya tinggi berarti harga jual juga tinggi, tetapi harga jual tinggi tidak selalu mencerminkan kualitas tinggi, karena tingginya harga produk dapat pula disebabkan oleh faktor lain, seperti terlalu jauhnya proses produksinya, terlalu rumit dalam proses, margin yang diperoleh terlalu tinggi, pengaruh daya beli konsumen dan pengaruh hukum permintaan dan penawaran. Kualitas produk pertanian menurut E.Gumbira-said (2001) dapat diukur dengan menggunakan standar warna, ukuran atau volume, bentuk, susunan, ukuran jumlah dan jenis unsur-unsur kandungan, kekuatan atau ketahanan, kadar air, rasa, tingkat kematangan dan berbagai kriteria lainnya yang dapat dijadikan standar dasar mutu produk serta hanya dilakukan secara visual.

2.1.6

Lahan Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup

pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan

bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976). Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas flora, fauna dan manusia baik di masa lalu maupun saat sekarang, seperti lahan rawa dan pasang surut yang telah direklamasi atau tindakan konservasi tanah pada suatu lahan tertentu. Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau atribut yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan (performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristics). Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan dari pengertian karakteristik lahan (FAO, 1976). Kualitas lahan dapat berperan positif atau negatif terhadap penggunaan lahan tergantung dari sifat-sifatnya. Kualitas lahan yang berperan positif sifatnya menguntungkan bagi suatu penggunaan. Sebaliknya kualitas lahan yang bersifat negatif akan merugikan terhadap penggunaan tertentu, sehingga merupakan faktor penghambat atau pembatas. Setiap kualitas lahan dapat berpengaruh terhadap satu atau lebih dari jenis penggunaannya. Demikian pula satu jenis penggunaan lahan tertentu akan dipengaruhi oleh berbagai kualitas lahan. Sebagai contoh bahaya erosi dipengaruhi oleh keadaan sifat tanah, terrain (lereng) dan ikim (curah hujan). Ketersediaan air bagi kebutuhan tanaman dipengaruhi antara lain oleh faktor iklim, topografi, drainase, tekstur, struktur, dan konsistensi tanah, zona perakaran, dan bahan kasar (batu, kerikil) di dalam penampang tanah.

2.1.7

Bargaining Position Bargaining position (posisi tawar) merupakan keadaan yang menggambarkan

kekuatan pihak tertentu dalam penawaran terhadap suatu produk. Biasanya terlihat dalam penentuan harga suatu produk. Pihak yang memiliki posisi tawar lebih tinggi berhak untuk menentukan banyak hal termasuk mengambil keputusan untuk dijalankan orang lain yang posisi tawarnya lebih rendah. Pelanggan/konsumen umumnya memiliki hak posisi tawar yang lebih besar. Di sisi lain sebagai supplier, perusahaan harus menawarkan produknya sedemikian rupa sehingga posisinya menjadi lebih baik diantara kompetitor yang menawarkan produk serupa.

2.2.

Kerangka Pemikiran Peningkatan produksi jagung yang terjadi di Jawa Barat khususnya Kabupaten

Bandung belum menggambarkan bahwa setiap daerah di kabupaten tersebut produksi jagungnya juga meningkat, seperti Kecamatan Nagreg yang mengalami penurunan produksi pada tahun 2008. Penurunan tingkat produksi ini dipengaruhi oleh kesejahteraan petani yang menurun. Salah satu penyebabnya adalah harga jagung pipilan yang ditetapkan di petani tidak merata, ada yang mendapat harga yang tinggi dan ada yang mendapat harga yang rendah. Petani yang mendapat harga rendah akan mengurangi pendapatannya sehingga akan berpengaruh dalam kepemilikan modal petani itu dan nantinya akan berpengaruh juga dalam penguasaan lahan. Hal ini yang terjadi di salah satu desa di Kecamatan Nagreg yaitu Desa Bojong. Dimana di desa tersebut terjadi perbedaan harga jagung pipilan di beberapa petani walaupun berada dalam satu desa

yang sama. Adanya perbedaan-perbedaan harga yang terjadi di beberapa petani di Desa Bojong ini disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi perbedaan harga di tingkat petani tersebut adalah: 1) Mutu Produk Jagung Pipilan Mutu produk jagung pipilan dapat diukur dengan menggunakan standar kebersihan jagung pipilan itu, kekuatan dan ketahanan serta kadar airnya. Jika kebersihan jagung pipilan kurang diperhatikan, seperti terdapat ampasampas jagung di dalamnya maka dapat mengurangi harga karena ampas tersebut dapat menambah berat jagung yang ditimbang. Selain itu, jika jagung pipilan tersebut banyak yang hancur (ketahanan kurang) dan kadar airnya tinggi, hal ini juga akan mengurangi harga dari jagung tersebut. 2) Jumlah Jagung Pipilan yang Dijual Jika jumlah penawaran jagung yang akan dijual lebih besar dibanding jumlah permintaan di pasar, hal ini dapat menurunkan tingkat harga jual jagung tersebut sehingga tingkat keuntungan juga akan menurun. Di lain pihak, jika jumlah penawaran jagung yang akan dijual yang lebih kecil dibanding jumlah permintaan di pasar maka hal ini dapat menaikkan harga jagung.

3) Waktu Penjualan Jagung Jagung pipilan dapat dijual beberapa bulan sebelum panen dengan sistem kontrak atau pada saat panen, dan dapat pula dijual setelah panen untuk

menunggu peningkatan harga yang lebih menguntungkan. 4) Cara Penjualan Cara penjualan meliputi pemilihan saluran pemasaran yang tepat. Jagung pipilan dapat dijual melalui tengkulak atau pedagang besar. Perbedaan saluran pemasaran yang digunakan dapat mempengruhi harga jual jagung pipilan tersebut. 5) Lokasi Lahan Lokasi lahan meliputi jarak lahan tersebut dari tempat penjualan dan aksesibilitas. Dimana ada terdapat lahan yang jaraknya cukup jauh tetapi aksesibilitasnya lancar dan ada lahan yang jaraknya dekat tetapi aksesibilitasnya kurang, serta ada lahan yang jaraknya jauh dan aksesibilitasnya kurang. Ketiga hal ini dapat mempengaruhi terhadap harga jagung yang akan dijual. 6) Bargaining Position Di Desa Bojong terdapat petani yang terikat dengan tengkulak dan ada yang tidak terikat dengan tengkulak. Hal ini dapat mempengaruhi bargaining position petani tersebut dalam penetapan harga jagung pipilan yang akan dijual.

Dari beberapa faktor tersebut nantinya terdapat faktor yang paling berpengaruh terhadap harga jagung yang diterima petani. Dengan diketahuinya faktor

Produksi jagung di Kabupaten Bandung meningkat

yang berpengaruh tersebut, diharapkan petani dapat meningkatkan harga jual jagungnya. Sehingga untuk ke depannya dapat mengurangi perbedaan harga jagung di tingkat petani di Desa Bojong.

2.3.

Hipotesis Dari kerangka pemikiran diatas diambil hipotesis bahwa perbedaan harga

jagung pipilan yang terjadi di tingkat petani di Desa Bojong disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1) Mutu Produk Jagung Pipilan 2) Jumlah Jagung Pipilan yang Dijual 3) Waktu Penjualan Jagung 4) Cara Penjualan 5) Lokasi Lahan 6) Bargaining Position

Cara penjualan Faktor-faktor di Waktu tataniaga Marjin Penjualan Faktor yang yangmempengaruhi menurun Lokasi lahan Mutu jagung Namun produksi jagung paling berpengaruhpetani dalam satu desa yang erbedaan harga jagung pipilan yang jual Nagreguntuk Bargaining position dijual a petani dapat meningkatkanKecamatan jagung Jumlahmengurangi perbedaan harga diterima jagung pipilan

Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian