BAB II 2.1. Siklus Hidrologi Hidrologi adalah suatu ilmu...

29
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Hidrologi Hidrologi adalah suatu ilmu tentang kehadiran dan gerakan air di alam. Pada prinsipnya, jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang dinamakan “siklus hidrologi”. Siklus Hidrologi adalah suatu proses yang berkaitan, dimana air diangkut dari lautan ke atmosfer (udara), ke darat dan kembali lagi ke laut, seperti digambarkan pada Gambar 2.1. Sumber : (http://kelembagaandas.wordpress.com/kelembagaan-pengelolaan-das/sk- dirjen-rlps-1) Gambar 2.1. Ilustrasi Siklus Hidrologi Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB II 2.1. Siklus Hidrologi Hidrologi adalah suatu ilmu...

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Siklus Hidrologi

Hidrologi adalah suatu ilmu tentang kehadiran dan gerakan air di alam.

Pada prinsipnya, jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang

dinamakan “siklus hidrologi”. Siklus Hidrologi adalah suatu proses yang

berkaitan, dimana air diangkut dari lautan ke atmosfer (udara), ke darat dan

kembali lagi ke laut, seperti digambarkan pada Gambar 2.1.

Sumber : (http://kelembagaandas.wordpress.com/kelembagaan-pengelolaan-das/sk-dirjen-rlps-1)

Gambar 2.1. Ilustrasi Siklus Hidrologi

Universitas Sumatera Utara

6

Hujan yang jatuh ke bumi baik langsung menjadi aliran maupun tidak

langsung yaitu melalui vegetasi atau media lainnnya akan membentuk siklus

aliran air mulai dari tempat yang tinggi (gunung, pegunungan) menuju ke tempat

yang rendah baik di permukaan tanah maupun di dalam tanah yang berakhir di

laut.

Dengan adanya penyinaran matahari, maka semua air yang ada

dipermukaan bumi akan berubah wujud berupa gas/uap akibat panas matahari dan

disebut dengan penguapan atau evaporasi dan transpirasi. Uap ini bergerak di

atmosfer (udara) kemudian akibat perbedaan temperatur di atmosfer dari panas

menjadi dingin maka air akan terbentuk akibat kondensasi dari uap menjadi cairan

(from air to liquid state). Bila temperatur berada di bawah titik beku (freezing

point) kristal-kristal es terbentuk. Tetesan air kecil (tiny droplet) umbuh oleh

kondensasi dan berbenturan dengan tetesan air lainnya dan terbawa oleh gerakan

udara turbulen sampai pada kondisi yang cukup besar menjadi butir-butir air.

Apabila jumlah butir sir sudah cukup banyak dan akibat berat sendiri (pengaruh

gravitasi) butir-butir air itu akan turun ke bumi dan proses turunnya butiran air ini

disebut dengan hujan atau presipitasi. Bila temperatur udara turun sampai

dibawah 0º Celcius, maka butiran air akan berubah menjadi salju [Chow dkk.,

1988].

Hujan jatuh ke bumi baik secara langsung maupun melalui media misalnya

melalui tanaman (vegetasi). Di bumi air mengalir dan bergerak dengan berbagai

cara. Pada retensi (tempat penyimpanan) air akan menetap untuk beberapa waktu.

Retensi dapat berupa retensi alam seperti darah-daerah cekungan, danau tempat-

Universitas Sumatera Utara

7

tempat yang rendah dll., maupun retensi buatan seperti tampungan, sumur,

embung, waduk dll.

Secara gravitasi (alami) air mengalir dari daerah yang tinggi ke daerah

yang rendah, dari gunung-gunung, pegunungan ke lembah, lalu ke daerah yang

lebih rendah, sampai ke daerah pantai dan akhirnya akan bermuara ke laut. Aliran

air ini disebut aliran permukaan tanah karena bergerak di atas muka tanah. Aliran

ini biasanya akan memasuki daerah tangkapan atau daerah aliran menuju kesistem

jaringan sungai, sistem danau atau waduk. Dalam sistem sungai aliran mengalir

mulai dari sistem sungai kecil ke sistem sungai yang besar dan akhirnya menuju

mulut sungai atau sering disebut estuary yaitu tempat bertemunya sungai dengan

laut.

Air hujan sebagian mengalir meresap kedalam tanah atau yang sering

disebut dengan Infiltrasi, dan bergerak terus kebawah. Air hujan yang jatuh ke

bumi sebagian menguap (evaporasi dan transpirasi) dan membentuk uap air.

Sebagian lagi mengalir masuk kedalam tanah (infiltrasi, perkolasi, kapiler). Air

tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat di dalam ruang –

ruang antara butir – butir tanah dan di dalam retak – retak dari batuan. Dahulu

disebut air lapisan dan yang terakhir disebut air celah (fissure water). Aliran air

tanah dapat dibedakan menjadi aliran tanah dangkal, aliran tanah antara dan aliran

dasar (base flow). Disebut aliran dasar karena aliran ini merupakan aliran yang

mengisi sistem jaringan sungai. Hal ini dapat dilihat pada musim kemarau, ketika

hujan tidak turun untuk beberapa waktu, pada suatu sistem sungai tertentu aliran

masih tetap dan kontinyu.

Universitas Sumatera Utara

8

Sebagian air yang tersimpan sebagai air tanah (groundwater) yang akan

keluar ke permukaan tanah sebagai limpasan, yakni limpasan permukaan (surface

runoff), aliran intra (interflow) dan limpasan air tanah (groundwater runoff) yang

terkumpul di sungai yang akhirnya akan mengalir ke laut kembali terjadi

penguapan dan begitu seterusnya mengikuti siklus hidrologi.

Penyimpanan air tanah besarnya tergantung dari kondisi geologi setempat

dan waktu. Kondisi tata guna lahan juga berpengaruh terhadap tampungan air

tanah, misalnya lahan hutan yang beralih fungsi mejadi daerah pemukiman dan

curah hujan daerah tersebut. Sebagai permulaan dari simulasi harus ditentukan

penyimpangan awal ( initial storage ).

Hujan jatuh ke bumi baik secara langsung maupun melalui media misalnya

melalui tanaman (vegetasi), masuk ke tanah begitu juga hujan yang terinfiltrasi.

Sedangkan air yang tidak terinfiltrasi yang merupakan limpasan mengalir ke

tempat yang lebih rendah, mengalir ke danau dan tertampung. Dan hujan yang

langsung jatuh di atas sebuah danau (reservoir) air hujan (presipitasi) yang

langsung jatuh diatas danau menjadi tampungan langsung. Air yang tertahan di

danau akan mengalir melalui sistem jaringan sungai, permukaan tanah (akibat

debit banjir) dan merembes melalui tanah.

Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai

terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat-sifatnya hubungan dengan

lingkungannya terutama dengan makhluk hidup. Penerapan ilmu hidrologi dapat

dijumpai dalam beberapa kegiatan seperti perencanaan dan operasi bangunan air,

penyediaan air untuk berbagai keperluan (air bersih, irigasi, perikanan,

Universitas Sumatera Utara

9

peternakan), pembangkit listrik, tenaga air, pengendalian banjir, pengendalian

erosi dan sedimentasi, transportasi air.( menurut Bambang Triatmodjo).

Secara umum evaluasi perencanaan pada embung merupakan salah satu

bagian evaluasi awal dalam perencanaan atau perancangan bangunan-bangunan

hidraulik. Pengertian yang terkandung didalam perencanaan embung adalah

bahwa informasi dan besaran-besaran yang diperoleh dalam evaluasi perencanaan

embung dikabupaten Simeulue Tengah ini merupakan masukan penting untuk

mensejahterahkan kebutuhan irigasi setempat.

Evaporasi yang lain dapat terjadi pada sistem sungai, embung, reservoir,

waduk maupun air laut yang merupakan sumber air terbesar. Walaupun laut

adalah tempat dengan sumber air terbesar namun tidak bisa langsung di

manfaatkan sebagai sumber kehidupan karena mengandung garam atau air asin

(salt water).

2.2 Definisi Embung

Embung adalah bangunan yang berfungsi untuk menampung air hujan dan

digunakan pada musim kemarau bagi suatu kelompok masyarakat desa, atau

embung didefenisikan sebagai konservasi air berbentuk kolam untuk menampung

air hujan dan air limpasan (run off) serta sumber air lainnya untuk mendukung

usaha pertanian, perkebunan dan peternakan.

Embung atau tandon air merupakan waduk berukuran mikro di lahan

pertanian (small farm reservoir) yang dibangun untuk menampung kelebihan air

hujan di musim hujan. Air yang ditampung tersebut selanjutnya digunakan

sebagai sumber irigasi suplementer untuk budidaya komoditas pertanian bernilai

Universitas Sumatera Utara

10

ekonomi tinggi ( high added value crops) di musim kemarau atau di saat curah

hujan makin jarang.

Menurut komisi Dam dunia embung dan waduk sering juga disebut danau

buatan yang besar. Bendungan atau waduk besar. Bendungan atau besar adalah

bila tinggi bendungan lebih kecil dari 15 meter, sedangkan embung atau waduk

kecil dan tinggi bendungan kurang 15 meter.

Embung Seifulu ini memakai beton struktur, dan memakai berupa tanggul

dari timbunan tanah pilihan. Embung Seifulu dari muka tanah Cuma 5 meter

dengan beton struktur dan urug dengan timbunan pilihan. Panjang tanggulnggul

embung Seifulu ini sekitar 200 meter, rata-rata muka tanah permukaan air

minimum 7 meter.

2.2.1 Analisa Volume Embung

Fungsi utama embung adalah untuk memanfaatkan air pada musim

penghujan, menampung air sehingga dapat di manfaatkan pada musim kemarau.

Hal yang terpenting dari embung adalah kapasitas embung atau kapasitas

tampungan yang meliputi :

Kapasitas Efektif adalah volume tampungan dari embung yang dapat

dimanfaatkan untuk melayani kebutuhan air yang ada.

Kapasitas Mati adalah volume tampungan untuk sedimen. Kapasitas

tampungan tersebut perlu diketahui sebab merupakan dasar untuk perencanaan

bangunan-bangunan seperti bendungan, spillway, maupun intake.

Universitas Sumatera Utara

11

2.2.2 Analisa Penyedia Air

Lengkung kapasitas waduk

Lengkung kapasitas embung merupakan grafik yang menghubungkan

luas daerah genangan dengan volume tampungan terhadap elevasinya.

Berhubung fungsi utama embung adalah untuk menyediakan

tampungan, maka cirri fisik utama yang terpenting adalah kapasitas

tampungan.

Secara sistematis volume tampungan waduk dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut :

Ii = (h(i+1) x 0,5 x (Fi + F (i+1) .....................................................(2.1)

It = ∑ .....................................................................................(2.2)

Dimana :

Ii = Volume pada setiap elevasi ketinggian mulai h(i+1)(m³)

F₁ = Luas genangan pada elevasi tinggi h(i+1) (m³)

F(i+1) = Luas genangan pada elevasi tinggi h (i+1) (m³)

It = Volume total (m³)

Universitas Sumatera Utara

12

2.3 Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan unit hidrologi dasar. Bila kita

memandang suatu system yang mengalir yang dapat diterapkan pada suatu daerah

aliran sungai, maka akan nampak struktur sistem dari daerah ini adalah Daerah

Aliran Sungai yang merupakan lahan total dan permukaan air yang di batasi oleh

suatu batas air, topografi dan dengan salah satu cara memberikan sumbangan

terhadap debit sungai pada suatu daerah. Daerah aliran sungai merupakan dasar

pengelolaan untuk sumber daya air. Gabungan beberapa DAS menjadi Satuan

Wilayah Sungai.

Dalam mempelajari ekosistem DAS, dapat diklasifikasikan menjadi daerah

hulu, tengah dan hilir. DAS bagian hulu dicirikan sebagai daerah konservasi, DAS

bagian hilir merupakan daerah pemanfaatan. DAS bagian hulu mempunyai arti

penting terutama dari segi perlindungan fungsi tata air, karena itu setiap terjadinya

kegiatan di daerah hulu akan menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk

perubahan fluktuasi debit dan transport sedimen serta material terlarut dalam

sistem aliran airnya. Dengan perkataan lain ekosistem DAS, bagian hulu

mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan DAS. Perlindungan ini

antara lain dari segi fungsi tata air, dan oleh karenanya pengelolaan DAS hulu

seringkali menjadi fokus perhatian mengingat dalam suatu DAS, bagian hulu dan

hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui siklus hidrologi.

Dalam rangka memberikan gambaran keterkaitan secara menyeluruh

dalam pengelolaan DAS, terlebih dahulu diperlukan batasan-batasan mengenai

DAS berdasarkan fungsi, yaitu pertama DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi

konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar

Universitas Sumatera Utara

13

tidak terdegradasi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan

vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah

hujan. Kedua DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai

yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan

ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air,

kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada

prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau. Ketiga DAS

bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk

dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang

diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air,

ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta

pengelolaan air limbah.

Universitas Sumatera Utara

14

Gambar 2.2 DAS (Daerah Aliran Sungai) Seifulu Simeulue Tengah

Universitas Sumatera Utara

15

2.4 Analisa Curah Hujan

2.4.1 Curah Hujan Rata – Rata Areal

Curah hujan rata–rata adalah tinggi air hujan yang jatuh pada suatu

wilayah, dihitung setiap periode waktu (perbulan atau pertahun). Data hujan yang

tercatat di setiap stasiun penakar hujan adalah tinggi hujan di sekitar stasiun

tersebut. Ada tiga cara untuk menghitung hujan rata-rata daearah aliran yang bisa

dilakukan, yaitu :

1. Metode Arithmetic Mean

Biasanya cara ini digunakan pada daearah datar dan banyak stasiun

penakar hujannya dan dengan anggapan bahwa di daerah tersebut sifat curah

hujannya adalah merata. Perhitungan dengan cara ini lebih obyektif daripada cara

isohyet, dimana faktor subyektif masih turut menentukan.

R = n1 (R1 + R2 + ... + Rn )…………………………………......…...…(2.3)

Dimana :

R : Area Rainfall (mm)

n : Jumlah stasiun pengamat

R1 ,R2 , ..., Rn : Point Rainfall stasiun ke-i (mm)

2. Metode Polygon Thiessen

Cara ini memasukkan faktor pengaruh daerah yang diwakili oleh stasiun

penakar hujan yang disebut weighting factor atau disebut juga Koefisien Thiessen.

Cara ini biasanya digunakan apabila titik-titik pengamatan di dalam daerah studi

Universitas Sumatera Utara

16

tidak tersebar secara merata. Metode Theissen akan memberikan hasil yang lebih

teliti daripada cara aljabar tetapi untuk penentuan titik pengamatannya dan

pemilihan ketinggian akan mempengaruhi ketelitian yang akan didapat juga

seandainya untuk penentuan kembali jaringan segitiga jika terdapat kekurangan

pengamatan pada salah satu titik pengamatan (Sosrodarsono, Suyono, 1987).

Semua stasiun yang di dalam (atau di luar) DAS dihubungkan dengan garis,

sehingga terbentuk jaringan segitiga-segitiga. Hendaknya dihindari

terbentuknya segitiga dengan sudut sangat tumpul.

Pada masing-masing segitiga ditarik garis sumbunya, dan semua garis sumbu

tersebut membentuk poligon.

Luas daerah yang hujannya dianggap diwakili oleh salah satu stasiun yang

bersangkutan adalah daerah yang dibatasi oleh garis-garis poligon tersebut

(atau dengan batas DAS).

Luas relatif daerah ini dengan luas DAS merupakan faktor koreksinya.

R = W1 R1 + W2 R2 + ... + Wn Rn ..................................................................(2.4)

iW =n

i

A

A............................................................................................................(2.5)

Dimana :

R = Curah hujan maksimum harian rata-rata

iW = Faktor pembobot

iA = Luas daerah pengaruh stasiun i

A = Luas daerah aliran

R = Tinggi hujan pada stasiun

n = Jumlah titik pengamat

Universitas Sumatera Utara

17

Berikut ini pada gambar 2.3 merupakan metode poligon Thiessen

Gambar 2.3 Cara Poligon Thiessen

Cara di atas dipandang cukup baik karena memberikan koreksi terhadap

kedalaman hujan sebagai fungsi luas daerah yang (dianggap) diwakili. Akan tetapi

cara ini dipandang belum memuaskan karena pengaruh topografi tidak tampak.

Demikian pula apabila salah satu stasiun tidak berfungsi, misalnya rusak atau data

tidak benar, maka poligon harus diubah.

3. Metode Isohyet

Cara lain yang diharapkan lebih baik (dengan mencoba memasukkan

pengaruh topografi) adalah dengan cara isohyets. Isohyets ini adalah garis yang

menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai kedalaman hujan sama pada

saat yang bersamaan. Pada dasarnya cara hitungan sama dengan yang digunakan

dalam cara poligon Thiessen, kecuali dalam penetapan besaran faktok koreksinya.

Hujan Ri ditetapkan sebagai hujan rata-rata antara dua buah isohyets (atau dengan

batas DAS) terhadap luas DAS. Kesulitan yang dijumpai adalah kesulitan dalam

setiap kali harus menggambar garis isohyet, dan juga masuknya unsur

subjektivitas dalam penggambaran isohyet.

Universitas Sumatera Utara

18

R =A+...+A+A

RA+...+RA+RA

n21

nn2211 ....................................................(2.6)

Dimana :

1A , 2A , ... , nA = Luas bagian-bagian antara garis-garis Isohyet

1R , 2R , ... , nR = Curah hujan rata-rata pada bagian 1A , 2A , ... , nA

Gambar 2.4 berikut ini adalah metode garis Ishoyet.

Gambar 2.4 Cara Garis Isohyet

4. Metode Meteorological Water Balance Dr. F.J. Mock

Metode ini ditemukan oleh Dr. F.J. Mock pada tahun 1973 dimana

metode ini didasarkan atas fenomena alam dibeberapa tempat di Indonesia.

Dengan metode ini, besarnya aliran dari data curah hujan , karakteristik hidrologi

daerah pengaliran dan evapotranspirasi dapat dihitung. Pada dasarnya metode ini

adalah hujan yang jatuh pada catchment area sebagian akan hilang sebagai

evapotranspirasi, sebagian akan langsung menjadi aliran permukaan (direct run

off) dan sebagian lagi akan masuk kedalam tanah (infiltrasi), dimana infiltrasi

pertama-tama akan menjenuhkan top soil, kemudian menjadi perkolasi

membentuk air bawah tanah (ground water) yang nantinya akan keluar ke sungai

sebagai aliran dasar (base flow).

Universitas Sumatera Utara

19

2.4.2 Distribusi Frekuensi Curah Hujan

Sistem-sistem sumber daya air harus dirancang bagi hal-hal yang akan

terjadi pada masa yang akan datang, yang tak dapat dipastikan kapan akan terjadi.

Oleh karena itu, ahli hidrologi harus memberikan suatu pernyataan probabilitas

bahwa aliran-aliran sungai akan menyamai atau melebihi suatu nilai yang telah

ditentukan. Probabilitas adalah suatu basis matematis bagi peramalan, dimana

rangkaian hasil lengkap yang didapat merupakan rasio hasil-hasil yang akan

menghasilkan suatu kejadian tertentu terhadap jumlah total hasil yang mungkin.

Probabilitas-probabilitas tersebut penting artinya bagi evaluasi ekonomi

dan social dari suatu perencanaan bangunan air. Perencanaan untuk

mengendalikan banjir yang mempunyai probabilitas tertentu mengandung

pengakuan bahwa kemampuan proyek sekali-sekali dapat dilampaui dan

kerusakan harus dialami. Namun, biaya perbaikan kerusakan itu akan lebih murah

setelah periode pengoperasian yang panjang jika dibandingkan dengan pembuatan

bangunan yang khusus dimaksudkan sebagai perlindungan terhadapa keadaan

yang paling buruk. Tujuan perencanaan itubukan untuk menghilangkan semua

banjir tersebut, melainkan untuk mereduksi frekwensi banjirnya, yang berarti juga

mengurangi kerusakan yang ditimbulkan.

Curah hujan rancangan dihitung berdasarkan analisis Probabilitas

Frekuensi seperti yang yang mengacu pada SK SNI M-18-1989 tentang Metode

Perhitungan debit banjir. Tujuan dari analisa distribusi frekuensi curah hujan

adalah untuk memperkirakan besarnya variate-variate masa ulang tertentu.

Universitas Sumatera Utara

20

Banyak macam distribusi teoritis yang kesemuanya itu dapat dibagi dua, yaitu

diskrit dan kontinu. Diskrit diantaranya adalah Binominal dan Poisson, sedangkan

kontinu adalah Normal, Log Normal, Gamma, Beta, Pearson dan Gumbel. Untuk

menganalisis probabilitas banjir biasanya dipakai beberapa macam distribusi

yaitu:

a) Distribusi Gumbel

Menurut Gumbel (1941), persoalan tertua adalah berhubungan dengan

nilai-nilai ekstrem datang dari persoalan banjir. Tujuan teori statistik nilai-

nilai ekstrem adalah untuk menganalisis hasil pengamatan nilai-nilai ekstrem

tersebut untuk memperkirakan nilai-nilai ekstrem berikutnya.

Gumbel menggunakan teori nilai ekstrem untuk menunjukkan bahwa

dalam deret nilai-nilai ekstrem X1, X2, X3, ......., Xn, dengan sampel-sampel

yang sama besar, dan X merupakan variabel berdistribusi eksponensial, maka

probabilitas kumulatifnya P, pada sebarang nilai di antara n buah nilai Xn

akan lebih kecil dari nilai X tertentu (dengan waktu balik Tr).

b) Log Person Type III

Parameter-parameter statistic yang diperlukan oleh distribusi Pearson

Type III adalah:

- Nilai tengah

- Standard deviasi

- Koefisiensi skewness

Untuk menghitung banjir perencanaan dalam praktek, the Hydrology

Committee of the Water Resources Council, USA, menganjurkan, pertama

kali mentransformasikan data ke nilai-nilai logaritma kemudian menghitung

Universitas Sumatera Utara

21

parameter-parameter statistiknya. Karena transformasi tersebut, maka cara ini

disebut log Pearson type III.

c) Normal

d) Log Normal

2.4.3 Debit Andalan

Debit andalan (dependable flow) adalah debit yang selalu tersedia

sepanjang tahun yang dapat dipakai untuk irigasi. Dalam penelitian ini debit

andalan merupakan debit yang memiliki probabilitas 80%. Debit dengan

probabilitas 80% adalah debit yang memiliki kemungkinan terjadi di bendung

sebesar 80% dari 100% kejadian. Jumlah kejadian yang dimaksud adalah jumlah

data yang digunakan untuk menganalisis probabilitas tersebut. Jumlah data

minimum yang diperlukan untuk analisis adalah lima tahun dan pada umumnya

untuk memperoleh nilai yang baik data yang digunakan hendaknya berjumlah 10

tahun data.

Debit andalan 80% ialah debit dengan kemungkinana terpenuhi 80% atau

tidak terpenuhi 20% dari periode waktu tertentu. Untuk menentukan kemungkinan

terpenuhi atau tidak terpenuhi, debit yang sudah diamati disusun dengan urutan

dari terbesar menuju terkecil.

Langkah perhitungan metode DR.F.J. Mock :

1. Hitung Evapotranspirasi Potensial

a. Data curah hujan dan hari hujan dalam sebulan

b. Evapotranspirasi

c. Faktor Karakteristik Hidrologi, (Exposed Surface)

Universitas Sumatera Utara

22

Exposed surface (m%) ditaksir berdasarkan peta tata guna lahan atau

dengan asumsi :

M = 0% untuk lahan dengan hutan lebat, pada akhir musim hujan

dan bertambah 10% setiap bulan kering untuk lahan sekunder,

M = 10% - 40% untuk lahan yang tererosi, dan

M = 20% - 50% untuk lahan pertanian yang diolah.

2. Hitung Limited Evapotranspirasi (ET)

3. Hitung Water Balance

Water balance adalah presipitasi yang jatuh ke permukaan daratan

setelah mengalami penguapan, yaitu nilai evapotranspirasi Terbatas.

4. Hitung Aliran Dasar (baseflow) dan Limpasan Langsung (direct

runoff).

Nilai baseflow (Qg) dan runoff (Qi) tergantung dari kondisi daerah

tangkapan air dan keseimbangan airnya.

2.5 Jaringan Irigasi

Irigasi atau pengairan adalah suatu usaha untuk memberikan air guna

keperluan pertanian yang dilakukan dengan tertib dan teratur untuk daerah

pertanian yang membutuhkannya dan kemudian air itu dipergunakan secara tertib

dan teratur dan dibuang kesaluran pembuang. Istilah irigasi diartikan suatu bidang

pembinaan atas air dari sumber-sumber air, termasuk kekayaan alam hewani yang

terkandung didalamnya, baik yang alamiah maupun yang diusahakan manusia.

Pengairan selanjutnya diartikan sebagai pemanfaatan serta pengaturan air dan

sumber-sumber air yang meliputi irigasi, pengembangan daerah rawa,

Universitas Sumatera Utara

23

pengendalian banjir, serta usaha perbaikan sungai, waduk dan pengaturan

penyediaan air minum, air perkotaan dan air industri.

Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya

yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai

dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan

pembuangannya. Jaringan utama adalah jaringan irigasi yang berada dalam satu

sistem irigasi, mulai dari bangunan utama, saluran induk atau primer, saluran

sekunder, dan bangunan sadap serta bangunan pelengkapnya. Jaringan tersier

adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air di dalam

petak tersier yang terdiri dari saluran pembawa yang disebut saluran tersier,

saluran pembagi yang disebut saluran kuarter dan saluran pembuang berikut.

saluran bangunan turutan serta pelengkapnya, termasuk jaringan irigasi pompa

yang luas areal pelayanannya disamakan dengan areal tersier.

2.5.1 Pengertian Evapotranspirasi

Evapotranspirasi atau disebut penguapan adalah gabungan dari dua

peristiwa yakni evaporasi dan transpirasi yang terjadi secara bersamaan disebut

juga peristiwa evapotranspirasi. Kedua proses ini sulit untuk dibedakan karena

keduanya terjadi secara simultan. Faktor iklim yang sangat mempengaruhi

peristiwa ini, diantaranya adalah suhu, udara, kelembaban, kecepatan angin,

tekanan udara,dan sinar matahari. Banyak rumus tersedia untuk menghitung

besarnya evapotranspirasi yang terjadi, salah satunya adalah Metode Penman.

Universitas Sumatera Utara

24

2.5.2 Perhitungan Evapotranspirasi Pada Metode Penman modifikasi

Metode ini pertama kali dibuat oleh H.L Penman (Rothamsted

Experimental Station, Harpenden, England) tahun 1984. Metode Penman pada

mulanya dikembangkan untuk menentukan besarnya evaporasi dari permukaan air

terbuka (E0). Dalam perkembangannya, metode tersebut digunakan untuk

menentukan besarnya evapotranspirasi potensial dari suatu vegetasi dengan

memanfaatkan data iklim mikro yang diperoleh dari atas vegetasi yang akan

menjadi kajian. Banyak rumus tersedia untuk menghitung besarnya

evapotranspirasi yang terjadi salah satunya adalah Metode Penman.

ETO = c [ w Rn + (1 – w) f(u) (ea – ed) ................................................(2.7)

Dimana :

ETO : Evapotranspirasi acuan (mm/hari)

w : Faktor koreksi terhadap temperatur

Rn : Radiasi netto (mm/hari)

f(u) : Fungsi angin

(ea – ed) : Perbedaan tekanan uap air jenuh dengan tekanan uap air nyata

(mbar)

c : Faktor pergantian cuaca akibat siang dan malam

Universitas Sumatera Utara

25

2.5.3 Faktor-faktor Klimatologi

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya evapotranspirasi adalah

sebagai berikut:

1. Radiasi Matahari

Evapotransirasi merupakan konversi air ke dalam uap air. Proses ini berjalan

terus hampir tanpa berhenti di siang hari dan kerap kali juga di malam hari.

Perubahan dari keadaan cair menjadi gas ini memerlukan energi berupa panas

laten untuk evapotranspirasi. Proses tersebut akan sangat aktif jika ada

penyinaran matahari langsung.

2. Angin

Jika air menguap ke atmosfir maka batas lapisan atas antara permukaan tanah

dan udara menjadi jenuh oleh uap air sehingga proses penguapan berhenti.

Agar proses tersebut dapat berjalan terus, lapisan jenuh harus diganti dengan

udara kering. Pergantian itu hanya mungkin kalau ada angin, yang akan

menggeser komponen uap air. Jadi, kecepatan angin memegang peranan

penting dalam proses evapotranspirasi.

3. Kelembaban Relatif

Faktor lain yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah kelembaban relatif

udara. Jika kelembaban relatif ini naik, maka kemampuan udara untuk

menyerap air akan berkurang sehingga laju evapotranspirasinya menurun.

Penggantian lapisan udara pada batas tanah dan udara dengan udara yang

sama kelembaban relatifnya tidak akan menolong dalam memperbesar laju

evapotranspirasi.

Universitas Sumatera Utara

26

4. Suhu (Temperatur)

Seperti telah disebutkan di atas energi sangat diperlukan agar evapotranspirasi

berjalan terus. Jika suhu udara dan tanah cukup tinggi, proses evapotranspirasi

berjalan lebih cepat dibandingkan dengan jika suhu udara dan tanah rendah

dengan adanya energi panas yang tersedia. Kemampuan udara untuk

menyerap uap air naik jika suhunya naik, maka suhu udara mempunyai efek

ganda terhadap besarnya evapotranspirasi dengan mempengaruhi kemampuan

udara menyerap uap air dan mempengaruhi suhu tanah yang akan

mempercepat penguapan.

5. Variasi elevasi/ketinggian

Pada suatu zona iklim tertentu ET akan berbeda sesuai dengan ketinggian

dihitung dari elevasi permukaan air laut, ini sebenarnya bukan berbeda karena

ketinggian itu sendiri tetapi diakibatkan oleh temperature, karena lengas dan

kecepatan angin berhembus yang berkaitan dengan ketinggian wilayah yang

dimaksud juga radiasi matahari untuk wilayah tinggi berbeda dengan wilayah

yang rendah.

ETO = c [ w Rn + (1 – w) f(u) (ea – ed) ] ..................................................(2.8)

Dimana :

ETO = Evapotranspirasi acuan (mm/hari)

w = Faktor koreksi terhadap temperatur

Rn = Radiasi netto (mm/hari)

f(u) = Fungsi angin

(ea – ed) = Perbedaan tekanan uap air jenuh dengan tekanan uap airnyata (mbar)

Universitas Sumatera Utara

27

c = Faktor pergantian cuaca akibat siang dan malam

(ea – ed) = Perbedaan antara tekanan uap jenuh pada temperatur rata-rata udara dengan tekanan rata-rata air di udara yangsebenarnya

ed = RH x ea

= Tekanan uap nyata (mbar), dimana RH = Kelembabanrelatif (%)

f(u) = 0,27(1 +u/100)

= Fungsi kecepatan angin, dimana u = Kecepatan angin(km/jam)

(Nilai fungsi angin f(u) = 0,27( 1+u/100) untuk kecepatanangin pada tinggi 2m)

1 -w = Faktor pembobot, dimana w Faktor pemberat

Rs = (0,25 + 0,5 . n/N). Ra

= Radiasi gelombang pendek, dimana Ra = Radiasi ExtraTeresterial(mm/hari)

n/N = Rasio Lama penyinaran

N = Lama penyinaran rnaksimum

Rns = Rs . (1-α)

= Radiasi netto gelombang pendek, dimana α = 0,25

f(T’) = σ . T4

= Fungsi Temperatur

f(ed) = 0,33- 0,044 . (ed)0,5

= Fungsi tekanan uap nyata

f(n/N) = 0,1 + 0,9 . n/N

= Fungsi rasio lama penyinaran

Rnl = f(T’) . f(ed) . f(n/N)

= Radiasi netto gelombang panjang

Rn = Rns - Rnl

= Radiasi netto

Universitas Sumatera Utara

28

Rumus Penmann didasarkan atas anggapan bahwa suhu udara dan

permukaan air rata-rata adalah sama.

2.6. Analisa Kebutuhan Air untuk Irigasi

2.6.1 Curah Hujan Efektif

Turunnya curah hujan pada suatu areal lahan mempengaruhi pertumbuhan

tanaman di areal tersebut. Curah hujan tersebut dapat dimanfaatkan oleh tanaman

untuk mengganti kehilangan air yang terjadi akibat evapotranspirasi, perkolasi,

kebutuhan pengolahan tanah dan penyiapan lahan. Curah hujan efektif merupakan

curah hujan yang jatuh pada suatu daerah dan dapat digunakan tanaman untuk

pertumbuhannya. Jumlah hujan yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman tergantung

pada jenis tanaman. Namun, tidak semua jumlah curah hujan yang turun pada

daerah tersebut dapat dipergunakan untuk tanaman dalam pertumbuhannya, maka

disini perlu diperhitungkan dan dicari curah hujan efektifnya.

Curah hujan efektif (Reff) ditentukan berdasarkan besarnya R80 yang

merupakan curah hujan yang besarnya dapat dilampaui sebanyak 80% atau

dengan kata lain dilampauinya 8 kali kejadian dari 10 kali kejadian. Artinya,

bahwa besarnya curah hujan yang terjadi lebih kecil dari R80 mempunyai

kemungkinan hanya 20%. Untuk menghitung besarnya curah hujan efektif

berdasarkan R80 = Rainfall equal or exceeding in 8 years out of 10 years,

dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

R80 = (n/5) + 1...................................................................................................(2.9)

Dimana :

Reff = R80 = curah hujan efektif 80 % (mm/hari)

Universitas Sumatera Utara

29

(n/5) + 1 = Rangking curah hujan efektif di hitung dari curah hujanterkecil

n = jumlah data

a. Menghitung curah hujan efektif dengan rumus :

Reff =,

mm

R80 = Curah hujan dengan probabilitas 80%.

Analisa curah hujan efektif ini dilakukan dengan maksud untuk

menghitung kebutuhan air irigasi. Curah hujan efektif atau andalan ialah bagian

dari keseluruhan curah hujan yang secara efektif tersedia untuk kebutuhan air

tanaman. Untuk irigasi padi curah hujan efektif bulanan diambil 70% dari curah

hujan minimum dengan periode ulang rencana tertentu dengan kemungkinan

kegagalan 20% (Curah hujan R80 )

Re padi = (R80 x 70%) mm/hari

Universitas Sumatera Utara

30

2.6.2 Kebutuhan Air di Sawah

Kebutuhan air untuk tanaman pada suatu jaringan irigasi merupakan air

yang dibutuhkan untuk tanaman untuk pertumbuhan yang optimal tanpa

kekurangan air yang dinyatakan dalam Netto Kebutuhan Air Lapang ( Net Field

Requirement, NFR ).

Kebutuhan air bersih disawah (NFR) dipengaruhi oleh faktor-faktor NFR

seperti penyiapan lahan, pemakaian konsumtif, penggenangan, efisiensi irigasi,

perkolasi dan infiltrasi, dengan memperhitungkan curah hujan efektif (Re).

Bedanya kebutuhan pengambilan air irigasi (DR) juga ditentukan dengan

memperhitungkan faktor efisiensi irigasi secara keseluruhan (e). Perhitungan

kebutuhan air irigasi dengan rumus sebagai berikut:

NFR = Etc + P + WLR – Re ............................................................................(2.10)

DR = (NFR x A)/e...........................................................................................(2.11)

Dimana:

NFR = kenutuhan air irigasi disawah (lt/det/Ha)

DR = kebutuhan air di pintu pengambilan (lt/det/Ha)

Etc = penggunaan konsumtif (mm/hari)

P = perkolasi (mm/hari)

WLR = penggantian lapisan air (mm/hari)

Re = curah hujan efektif

A = luas areal irigasi rencana (Ha)

e = efisiensi irigasi

Universitas Sumatera Utara

31

2.6.3 Kebutuhan Penyiapan Lahan

Pada Standar Perencanaan irigasi disebutkan bahwa kebutuhan air untuk

penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan maksimum air irigasi pada

suatu proyek irigasi. Ada 2 faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan

air untuk penyiapan lahan ialah:

a. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan.

b. Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan.

Metode yang dapat digunakan untuk perhitungan kebutuhan air irigasi

selama penyiapan lahan salah satunya adalah metode yang dikembangkan oleh

van de Goor dan Zijlstra (1968). Metode ini didasarkan pada laju air konstan

dalam l/dt selama penyiapan lahan dan menghasilkan rumus berikut :

LP = M. ek / ( ek – 1 ) .......................................................................................(2.12)

Dimana :

LP = Kebutuhan air irigasi untuk pengolahan tanah (mm/hari)

M = Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi danperkolasi di sawah yang telah di jenuhkan (= Eo + P)

Eo = Evaporasi air terbuka (mm/hari) (= Eto x 1,10)

P = Perkolasi (mm/hari)

T = Jangka waktu penyiapan lahan (hari)

S = Kebutuhan air, untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50mm, yakni 250 + 50 = 300 mm

k = MT / S

Universitas Sumatera Utara

32

2.6.4 Klimatologi

Klimatologi juga disebut penguapan adalah gabungan dari dua peristiwa

yakni evaporasi dan transpirasi yang terjadi secara bersamaan disebut juga

peristiwa evapotranspirasi. Kedua proses ini sulit untuk dibedakan karena

keduanya terjadi secara simultan. Faktor iklim yang sangat mempengaruhi

peristiwa ini, diantaranya adalah suhu, udara, kelembaban, kecepatan angin,

tekanan udara, dan sinar matahari.

Kondisi klimatologi keadaan iklim Kabupaten Simeulue sama dengan

daerah lain di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yaitu mengikuti iklim

moonson. Berdasarkan data iklim yang diperoleh dari Badan Meterologi dan

Geofisika Blang Bintang, daerah studi termasuk dalam tipe iklim C menurut

Schemidt Ferguson dengan nilai Q = 0, 5429 dan hasil pencatatan suhu dan

kelembaban udara stasiun terdekat, menunjukan bahwa suhu rata-rata 26,26 º C

dengan maksimum 26,70 º C dan minimum 87,72% dan minimum 85,41%.

Penyinaran matahari berkisar antara 44-79 % dengan lama penyinaran 3,57 - 6,29

jam/ hari.

Universitas Sumatera Utara

33

2.6.5 Evaporasi

Mengingatkan evaporasi dipengaruhi oleh berbagai-bagai faktor, maka

adalah sulit untuk menghitung evaporasi dengan suatu rumus. Akan tetapi,

kesulitan itu telah mendorong orang-orang untuk mengemukakan banyak rumus :

E = 0,35 (ea-ed) (1+V/100)

Dimana :

E : evaporasi (mm/hari)

ea : Tekanan uap jenuh pada suhu rata-rata harian (mm/Hg)

ed : Tekanan uap sebenarnya (mm/Hg)

V: Kecepatan angin pada ketinggian 2 m di atas permukaan tanah

(mile/hari)

Universitas Sumatera Utara